Pengaruh Limbah Baja (Slag) terhadap Pertumbuhan Kerang Hijau (Perna viridis, L.) serta Total Kandungan Logam dalam Daging Kerang Hijau

(1)

PENGARUH LIMBAH BAJA (

SLAG

) TERHADAP

PERTUMBUHAN KERANG HIJAU (

Perna viridis,

L.) SERTA

TOTAL KANDUNGAN LOGAM DALAM DAGING KERANG

HIJAU

TYAS DITA PRAMESTHY

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Limbah Baja (Slag) terhadap Pertumbuhan Kerang Hijau (Perna viridis, L.) serta Total Kandungan Logam dalam Daging Kerang Hijau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2013 Tyas Dita Pramesthy NIM. C24090036


(4)

ABSTRAK

TYAS DITA PRAMESTHY. Pengaruh Limbah Baja (Slag) terhadap Pertumbuhan Kerang Hijau (Perna viridis, L.) serta Total Kandungan Logam dalam Daging Kerang Hijau Dibimbing oleh MAJARIANA KRISANTI dan YUSLI WARDIATNO.

Slag pembuatan baja adalah produk sampingan dari proses pembuatan baja. Slag dapat digunakan sebagai substrat transplantasi karang dan juga pemecah gelombang. Akan tetapi slag dilarang penggunaannya karena oleh pemerintah digolongkan kedalam limbah B3. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji pengaruh slag terhadap pertumbuhan Kerang Hijau Perna viridis, L. serta mengetahui total kandungan logam yang terdapat dalam kerang tersebut. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Mei 2012. Penelitian ini dilakukan dengan 6 perlakuan konsentrasi slag yang berbeda yaitu: A= 100%, B= 80%, C= 60%, D= 40%, E= 20%, dan F = 0%. Hasil penelitian ini yaitu, laju pertumbuhan panjang kerang hijau pada perlakuan 20% slag mencapai 0.12 cm, pada perlakuan lainnya 0.06 cm. Laju pertumbuhan tinggi kerang hijau pada perlakuan 20% slag mencapai 0.10 cm, pada perlakuan lainnya 0.02-0.04 cm. Kandungan logam Fe, Cu, Cr, Zn, dan Ca cenderung meningkat dibandingkan awal pemaparan. Peningkatan Fe tertinggi pada perlakuan 20% slag dari 1348.5250 mg/kg menjadi 32954.3900 mg/kg. Kandungan Cu meningkat dari 12.6 mg/kg menjadi 46.9750-103.1500 mg/kg. Kandungan logam Cr cenderung menurun dari 103.8000mg/kg menjadi 1.9100-30.9300 mg/kg. Kandungan Zn semakin meningkat dari 122.6000 mg/kg menjadi 157.7700-391.9400 mg/kg. kandungan logam Ca juga meningkat dari 2031.8850 mg/kg menjadi 13284.7750-48881.3550 mg/kg.

Kata kunci: Limbah Baja (slag), Kerang Hijau (Perna viridis), Logam Berat.

ABSTRACT

TYAS DITA PRAMESTHY. Effect Slag for Growth of Green Mussels (Perna viridis) and Total Content of Metals. Supervised by MAJARIANA KRISANTI and YUSLI WARDIATNO.

Steel Slag is a byproduct of the steelmaking process. Slag can be used as a coral substrate transplantation and breakwaters. However, slag banned by the government, its classified as B3 waste. The purpose of this study is to examine the effect of slag to the growth of green mussels Perna viridis and to know the total metal content contained in these shells. The research was conducted in March-May 2012, with six different treatment concentrations of slag. The growth rate of the length of green mussels in the treatment of 20% slag 0.12 cm, and 0.06 cm on other treatments. The growth rate of the thick of green mussels in the treatment of 20% slag 0.10 cm, 0.02 cm to 0.04 cm on other treatments. Metal content of Fe, Cu, Cr, Zn, and Ca increase to the beginning of the exposure. Improved highest Fe 20% slag treatment of 1348.5250 mg/kg to 32954.3900 mg/kg. The content of Cu increased from 6.12 mg/kg to 46.9750-103.1500 mg/kg. Cr metal content decrease from 103.8000mg/kg be 1.9100-30.9300 mg/kg. The content of Zn increased from 122.6000 mg/kg to 157.7700-391.9400 mg / kg. Ca metal content increased from 2031.8850 mg/kg to 13284.7750-48881.3550 mg / kg.


(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

PENGARUH LIMBAH BAJA (

SLAG

) TERHADAP

PERTUMBUHAN KERANG HIJAU (

Perna viridis,

L.) SERTA

TOTAL KANDUNGAN LOGAM DALAM DAGING

KERANG HIJAU

TYAS DITA PRAMESTHY

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(6)

(7)

Judul Skripsi : Pengaruh Limbah Baja (Slag) terhadap Pertumbuhan Kerang Hijau (Perna viridis, L.) serta Total Kandungan Logam dalam Daging Kerang Hijau

Nama : Tyas Dita Pramesthy NIM : C24090036

Disetujui oleh

Dr. Majariana Krisanti, S.Pi, M.Si Pembimbing I

Dr Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc. Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M. Sc. Ketua Departemen


(8)

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh Limbah Baja (Slag) terhadap Pertumbuhan Kerang Hijau (Perna viridis, L.) serta Total Kandungan Logam dalam Daging Kerang Hijau. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada bulan Maret - Mei 2012. Penulisan dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan penulis untuk mendapatkan ilmu di universitas ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Majariana Krisanti, S.Pi, M.Si dan Bapak Dr. Ir. Yusli Wardiatno, MSc. selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan dan saran dalam menulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Bambang Widigdo selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menempuh perkuliahan di departemen MSP. Terima kasih juga disampaikan kepada bapak Dr. Ario Damar, S.Pi, M.Si. atas kesediaannya menjadi dosen penguji skripsi dan saran yang diberikan untuk perbaikan penulisan. Terima kasih penulis ucapkan untuk seluruh dosen yang telah banyak mengajari, memberikan ilmu serta pengalaman kepada penulis. Terima kasih juga diucapkan untuk seluruh staff departemen MSP yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan kegiatan perkuliahan.

Ungkapan terima kasih disampaikan kepada keluarga tercinta, ayah Sahab Sahroni, ibu Nani Mulyani, kakak Yodha Prasidya, dan adik Bagas Pramudika dan Dianita Pradipta, yang selalu memberikan semangat, doa serta kasih sayangnya. Terima kasih juga disampaikan kepada sahabat-sahabat MSP 46, Nur Mar A. Siregar, Rodearni Simarmata, Viska Donita, Dwi Haryani, Devi NKM., Novita MZ., Deasy Shabila, Selvia Oktaviyani, Fauzia Fitriana, Fauzia AW., Ananda Listya, serta semua sahabat-sahabat ku yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas bantuan, semangat dan persahabatan yang semoga tidak pernah lekang oleh waktu. Terima kasih juga kepada teman-teman tim penelitian Slag Gilang Rusrita, Asyanto, Allsay KAC., dan Niken Ambarsari atas kerja samanya selama melaksanakan penelitian. Terima kasih juga tidak lupa disampaikan kepada Kakak MSP 44, Kak Dede, Kak Ayu, Kak Arif, Kak Reza, dan Ka August atas kerjasamanya dalam penelitian, memberikan semangat dan bimbingan selama menyelesaikan tugas akhir.

Penulis menyadari tulisan ini belum sempurna, kritik dan saran yang sifatnya membangun dapat menjadikan tulisan ini akan lebih sempurna. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2013 Tyas Dita Pramesthy


(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL………... vi

DAFTAR GAMBAR………. vi

DAFTAR LAMPIRAN……….. vi

1. PENDAHULUAN……… 1

1.1 Latar Belakang………1

1.2Perumusan Masalah……… 2

1.3 Tujuan Penelitian……… 3

1.4 Manfaat Penelitian……….. 3

2. METODOLOGI……… 3

2.1 Waktu dan Tempat Penelitian……… 3

2.2Tahapan Penelitian………. 3

2.3 Analisis Data……….. 5

3. HASIL DAN PEMBAHASAN……… 7

3.1 Hasil……… 7

3.2 Pembahasan……….. 13

4. KESIMPULAN DAN SARAN……….. 17

4.1 Kesimpulan………... 17

4.2 Saran………. 17

5. DAFTAR PUSTAKA………. 18

LAMPIRAN………... 20


(11)

DAFTAR TABEL

1 Analisis Sidik Ragam Rancangan Kelompok (ANOVA)………. 6

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir perumusan masalah………. 2

2 Pengukuran panjang dan tinggi Kerang hijau (Perna viridis)………...5

3 Pertumbuhan panjang dan tinggi pada kerang hijau (Perna viridis). a) pertumbuhan panjang, b) pertumbuhan tinggi……….. 8

4 Pertumbuhan bobot kerang hijau (Perna viridis)………. 9

5 Kandungan Fe dalam daging kerang hijau (Perna viridis)………..10

6 Kandungan Cu dalam daging kerang hijau (Perna viridis)……….10

7 Kandungan Zn dalam daging kerang hijau (Perna viridis)………..11

8 Kandungan Cr dalam daging kerang hijau (Perna viridis)………..12

9 Kandungan Ca dalam daging kerang hijau (Perna viridis)………. 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis sidik ragam perlakuan panjang………. 20

2 Analisis sidik ragam perlakuan tinggi………. 20

3 Analisis sidik ragam perlakuan bobot………. 20

4 Analisis sidik ragam ukuran awal kerang hijau……….. 20

5 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian……….. 21

6 Desain akuarium percobaan………..……….. 22

7 Kurva pertumbuhan kerang hijau (Perna viridis)……….. 22

8 Kandungan logam dalam air laut selama pemaparan slag……….. 23

9 Kualitas air harian pada media pemeliharaan..………... 24


(12)

(13)

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Slag pembuatan baja adalah produk sampingan dari proses pembuatan baja. Slag dihasilkan dalam proses pemurnian logam panas oleh tanur tinggi menjadi baja. Material dari slag masih mengandung beberapa logam, baik logam berat yaitu logam dari golongan kelas B maupun logam dari golongan kelas A. Setiap negara memiliki kebijakan tersendiri terkait penggunaan slag. Di beberapa negara, slag tidak dikategorikan sebagai limbah berbahaya. Di Jepang, dan Korea misalnya, slag sudah dikelola dengan baik. Korea telah memanfaatkan slag untuk menguruk pantai, dan di Jepang slag dikembangkan dalam bentuk blok besar berkarbonasi yang disebut marine blocks (Takahashi & Yabuta 2002). Pengujian slag sesuai standar EPA yang tercantum dalam Federal Register (1980) menyatakan bahwa slag tidak berbahaya, karena slag tidak mudah terbakar, memiliki pH 7.9, tidak bersifat reaktif, dan tidak beracun.

Di Indonesia, slag merupakan produk sampingan yang dilarang pemerintah untuk dibuang ke lingkungan. Larangan pembuangan limbah slag karena kandungan zat dalam slag termasuk limbah B3 (PP No. 85 tahun 1999). Sebenarnya, slag dapat dimanfaatkan untuk pembangunan infrastruktur, yaitu dapat digunakan sebagai bahan pemecah gelombang dan substrat transplantasi karang. Jika penggunaan slag berdampak positif pada kegiatan infrastuktur, maka perlu kajian lebih lanjut terhadap biota atau mahkluk hidup lain yang akan terpapar oleh bahan tersebut.

Penelitian mengenai pengaruh logam berat terhadap suatu organisme perlu mempertimbangkan beberapa aspek seperti kemampuan organisme untuk mengakumulasi bahan pencemar, ketersediaannnya yang melimpah, bersifat sessile dan mudah diidentifikasi (Liu & Kueh 2005). Kerang dari Famili mytilid dapat digunakan dalam program monitoring laut karena mereka adalah akumulator kontaminan yang efisien seperti logam (Gosling 1992). Kerang merupakan organisme biomonitoring yang sangat baik karena mereka bersifat filter-feeder, selain mengakumulasi zat terlarut pada air, kerang juga mengakumulasi kontaminan yang tidak larut dan teradsorbsi ke partikel makanan (Misra & Mukhapadhyay 2008). Riani (2004) menyatakan bahwa biota yang hidup secara sesil lebih banyak mengakumulasi bahan pencemar, terutama logam berat.

Kerang hijau (Perna viridis), merupakan hewan dari Filum Moluska yang dapat berkembang biak pada tekanan ekologis yang tinggi. Kerang hijau dapat mengakumulasi logam berat dalam tubuhnya selama masa pertumbuhannya (Gosling 1992). Cordova et al. (2011) menyatakan bahwa logam berat dapat dengan cepat terakumulasi dalam kerang hijau melalui lapisan lipid dengan proses endositosis. Menurut Tossavainen (2005) logam berat yang terkandung dalam slag yaitu Fe, Ni, Cr, Cu, Zn, dan Mn. Beberapa logam yang mudah larut dalam air yaitu Fe, Cr, Cu, dan Zn. Sifat toksisitas logam berat dapat dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu bersifat toksik tinggi yang terdiri dari atas unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn. Bersifat toksik sedang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co, sedangkan bersifat tosik rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe. Darmono (1995)


(14)

2

Limbah Baja

Air Laut

Kerang Hijau Pasir Pantai

menyatakan bahwa logam yang dapat mempengaruhi pertumbuhan biota akuatik yaitu Fe, Cr, Cu, dan Zn. Selain logam berat tersebut, pada slag terkandung logam Ca yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh slag terhadap biota perairan yaitu kerang hijau Perna viridis serta mengetahui total kandungan logam pada kerang tersebut akibat pemaparan slag.

1.2Perumusan Masalah

Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 menyatakan bahwa limbah baja (slag) merupakan limbah yang digolongkan ke dalam limbah khusus (B3), sehingga limbah tersebut tidak boleh digunakan dalam kegiatan atau aktivitas apapun di lingkungan. Pabrik baja yang beroperasi tentu saja akan menghasilkan limbah tersebut, sehingga slag ini akan terus menumpuk dan tidak termanfaatkan. Slag dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi di pantai ataupun di laut. Jenis biota yang akan diujikan yaitu kerang hijau untuk mewakili pengujian pengaruh slag terhadap bentos yang ada di laut. Limbah baja (slag) tersebut mengandung beberapa logam berat yang dapat terlepas ke dalam perairan dan terakumulasi dalam kerang. Pada penelitian ini diduga logam tersebut mempengaruhi pertumbuhan kerang. Diagram alir penyusunan rumusan masalah terdapat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram alir perumusan masalah - Pelepasan

logam di air

- Kandungan logam dalam air & kerang hijau

- Kualitas air - Pertumbuhan

kerang hijau

Pertumbuhan kerang hijau & total kandungan logam dalam


(15)

3 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menguji pengaruh slag terhadap pertumbuhan Kerang Hijau Perna viridis, L. serta mengetahui total kandungan logam yang terdapat dalam kerang tersebut setelah dipaparkan slag.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai konsentrasi limbah baja (slag) yang tidak berbahaya bagi biota air bila dimanfaatkan untuk pembangunan infrastruktur pantai.

2.

METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret - Mei 2012. Lokasi pengambilan sampel terletak di perairan Muara Kamal, Teluk Jakarta, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Kegiatan Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Eksperimental, Bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis kandungan logam berat dilakukan pada bulan Maret, April, dan Mei di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

2.2Tahapan Penelitian Persiapan

Sampel kerang hijau diambil dari perairan Muara Kamal, Jakarta Utara dengan ukuran yang relatif sama, yaitu panjang 4.03-4.26 cm dan tinggi 1.16-1.30 cm. Wadah yang digunakan untuk melakukan penelitian yaitu akuarium berukuran 60 x 30 x 30 cm3 sebanyak 18 buah. Limbah baja (slag) yang berbentuk butiran kasar (granul) dan pasir pantai digunakan sebagai sedimen dalam akuarium. Langkah awal yaitu pasir dan air laut disterilisasi dengan cara mengoven pada suhu 170 oC selama 3 jam untuk pasir, dan pemberian kaporit serta aerasi selama 24 jam untuk air laut. Setiap akuarium diberi label A-F untuk menandakan perlakuan konsentrasi slag yang berbeda. Sedimen yang digunakan dalam akuarium yaitu setinggi 1 cm, dan air yang digunakan setinggi 15 cm.

Penelitian ini dilakukan dengan 6 perlakuan dengan konsentrasi slag yang berbeda, yaitu 100% untuk akuarium A, 80% untuk akuarium B, 60% untuk akuarium C, 40% untuk akuarium D, 20% untuk akuarium E dan 0% untuk akuarium F. Akuarium A diberi slag 4294 gram dan pasir 0 gram; akuarium B


(16)

4

diberi slag 3435.2 gram dan pasir 552.8 gram; akuarium C diberi slag 2576.4 gram dan pasir 1105.6 gram; akuarium D diberi slag 1717.6 gram dan pasir 1658.4 gram, akuarium E diberi slag 858.8 gram dan pasir 2211.2 gram; dan akuarium F diberi slag 0 gram dan pasir 2764 gram.

Pada setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 ulangan sehingga untuk masing-masing perlakuan terdapat 3 akuarium (misal akuarium A, terdiri dari A1, A2, dan A3). Setiap akuarium berisi 14 ekor kerang hijau yang diletakkan dalam posisi yang tetap guna mengetahui perubahan pertumbuhan setiap individunya (ditandai).

Akuarium diberi aerator agar kosentrasi oksigen terlarut pada air tetap dalam keadaan yang cukup bagi kerang hijau. Pengaturan suhu ruangan menggunakan AC (Air Conditioner) juga dilakukan agar suhu air tidak berfluktuasi. Alat lain yang digunakan untuk penelitian ini yaitu tissue yang digunakan untuk mengeringkan cangkang kerang sebelum ditimbang dan mengeringkan alat setelah digunakan. Selain itu, diperlukan alat tulis dan data sheet untuk mencatat hasil pengukuran.

Pelaksanaan

Langkah pertama yang dilakukan yaitu bobot awal kerang hijau diukur menggunakan timbangan digital, serta panjang dan tinggi kerang diukur menggunakan jangka sorong, lalu setiap kerang diletakkan sesuai nomor kerang yang telah ditentukan (1-14). Parameter kualitas air seperti suhu, oksigen terlarut, pH dan salinitas diukur setiap hari. Suhu dan oksigen terlarut diukur menggunakan DO meter (nst = 0.1 mg/l), pH diukur menggunakan pH meter (nst = 0.01), dan salinitas diukur menggunakan refraktometer (nst = 1 ppm).

Kadar amonia dalam air juga diukur dengan cara analisis laboratorium. Air sampel untuk pengukuran amonia diambil setiap dua minggu sekali menggunakan botol sampel 125 ml. Bobot kerang diukur menggunakan timbangan digital (nst = 0.0001 gram) dan pengukuran panjang serta tinggi kerang diukur menggunakan jangka sorong (nst = 0.01 cm). Pengukuran bobot dan parameter pertumbuhan dilakukan setiap satu minggu sekali.

Pengukuran kualitas air berupa suhu, DO, pH, dan salinitas juga diukur per 3 jam. Pengukuran per 3 jam ini dilakukan setiap dua minggu sekali, dan pengukuran dilaksanakan selama 48 jam. Sampel air dan daging kerang untuk pengukuran kandungan logam diambil pada awal penelitian, di tengah waktu penelitian yaitu setelah penelitian berjalan selama 1.5 bulan, dan akhir penelitian guna dianalisis di laboratorium. Sampel air untuk analisis kandungan logam diambil menggunakan botol sampel 500 ml dari setiap akuarium, sedangkan sampel daging kerang yang digunakan untuk analisis kandungan logam sebanyak 5 gram daging kering. Prosedur pengukuran parameter pertumbuhan, parameter kualitas air, dan logam adalah sebagai berikut:

a. Pengukuran parameter pertumbuhan

Parameter pertumbuhan kerang hijau yang diukur berupa panjang cangkang, tinggi cangkang (tebal umbo), dan bobot basah. Panjang cangkang diukur dengan cara menarik garis horizontal dari tepi anterior hingga tepi posterior kerang, sedangkan tinggi cangkang (tebal umbo) merupakan jarak antara kedua umbo pada cangkang yang berpasangan (Gambar 2).


(17)

5

Gambar 2. Pengukuran panjang dan tinggi Kerang hijau (Perna viridis) Sumber: Riani et al. (2011)

Pengukuran panjang dan tinggi menggunakan jangka sorong. Bobot basah diukur menggunakan timbangan digital ADAM dengan cara cangkang kerang dikeringkan dengan tissue terlebih dahulu lalu ditimbang.

b. Pengukuran parameter kualitas air & analisis kandungan logam dalam daging kerang hijau

Parameter kualitas air berupa suhu dan DO diukur menggunakan metode probe elektroda dengan alat ukur berupa DO meter LUTRON DO-5510. Pengukuran pH dilakukan menggunakan metode probe elektroda dengan menggunakan pH meter LUTRON pH-208. Salinitas air diukur dengan mengunakan refraktrometer Atago s/Mill-E, sedangkan amonia diukur dilaboratorium dengan metode Phenate dengan menggunakan alat ukurnya berupa spektrofotometer.

Analisis kandungan logam dilakukan pada daging kerang hijau. Bobot kerang hijau yang digunakan yaitu 5 gram daging kering. Sampel daging kerang basah dikeringkan dalam oven dengan suhu 105 oC selama 1 hari. Setelah kering, sampel ditumbuk hingga halus. Setelah itu, contoh ditimbang sebanyak 5 gram kemudian ditambahkan H2SO4 dan HNO3, lalu didiamkan hingga uapnya hilang. Selanjutnya contoh dipanaskan hingga berwarna kuning, lalu didiamkan hingga dingin kemudian diencerkan dengan menambahkan aquades dan HCl sebanyak 4:1 hingga mencapai 50 ml. Sampel yang telah diencerkan, dimasukkan ke dalam corong pemisah dan ditambahkan dengan larutan standar logam kemudian diaduk hingga homogen. Setelah itu supernatan dipisahkan dari larutan sampel kemudian diukur di spektrofotometer.

2.3 Analisis Data Analisis stasistik

Analisis statistik digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perlakuan kandungan slag yang berbeda terhadap tingkat pertumbuhan kerang hijau. Model yang digunakan yaitu model Rancangan Kelompok (RK), kemudian dilakukan analisis dengan uji F (ANOVA) menggunakan tabel sidik ragam (Tabel 1). Bentuk umum dari model rancangan kelompok yaitu:


(18)

6

Yij = µ + τi + βj + εij Keterangan:

Yij: Pertumbuhan kerang hijau dengan perlakuan konsentrasi slag yang berbeda dan ulangan yang diamati.

µ : rataan umum

τi : pengaruh perlakuan konsentrasi slag ke-i

βj : pengaruh kelompok hari ke-j

εij : galat percobaan dari pengaruh perlakuan ke-I dan kelompo ke-j

Penelitian kali ini menggunakan perlakuan yang dibedakan berdasarkan konsentrasi slag yang digunakan dan kelompok berdasarkan waktu pengamatan. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

Pengaruh perlakuan setiap konsentrasi slag:

H0 : tidak ada ԏi (perlakuan slag) yang memberikan hasil berbeda nyata dari seluruh perlakuan.

H1 : minimal ada satu ԏi (perlakuan slag) yang memberikan hasil berbeda nyata dari seluruh perlakuan.

Pengaruh perlakuan konsentrasi slag terhadap pertumbuhan kerang hijau dapat dilihat dengan melakukan uji F pada taraf nyata tertentu menggunakan analisis sidik ragam. Tabel analisis sidik ragam rancangan acak kelompok terdapat pada tabel 1.

Tabel 1. Analisis Sidik Ragam Rancangan Kelompok (ANOVA) Sumber

Keragaman Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat

Tengah Fhitung Ftabel

Perlakuan i-1 JKP KTP KTP/KTS Fα(dbp, dbs)

Kelompok j-1 JKK KTK KTK/KTS Fα(dbk, dbs)

Sisa (ij-1)-(i-1)-(j-1) JKS KTS

Total ji-1 JKT

Berdasarkan hasil uji F (ANOVA), jika Ftabel > Fhitung maka keputusan yang diperoleh adalah gagal tolak H0, sedangkan jika Ftabel < Fhitung maka keputusan yang diperoleh adalah tolak H0. Kesimpulan yang dapat diperoleh jika keputusannya gagal tolak H0 yaitu tidak ada perbedaan yang nyata pada pertumbuhan kerang hijau terhadap perlakuan yang diberikan . Sementara itu, jika keputusannya tolak H0, maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu ada perbedaan yang nyata pada pertumbuhan kerang hijau terhadap perlakuan yang diberikan. Uji beda nyata terkecil (BNT)

Pengujian beda nyata terkecil (BNT) digunakan untuk melihat perbedaan pengaruh yang nyata pada setiap perlakuan. Syarat yang diperlukan untuk menggunakan pengujian ini yaitu data rata-rata setiap perlakuan, derajat bebas galat, taraf nyata, dan tabel t-student (Mattjik & Sumertajaya 2002).


(19)

7 Pengambilan keputusan pada pengujian BNT dilakukan dengan melihat

dua nilai. Pertama, jika nilai d ≤ BNT maka keputusan yang diambil yaitu gagal

tolak H0, sehingga kesimpulan yang dapat ditarik yaitu bahwa antar perlakuan tersebut tidak berbeda nyata pada taraf 0,05. Kedua, jika nilai d > BNT maka keputusan yang diambil adalah tolak H0, sehingga kesimpulan yang dapat ditarik yaitu antar perlakuan tersebut berbeda nyata pada taraf 0.05. nilai d dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:

d = yi - yj keterangan:

yi : rataan perlakuan ke-i yj : rataan perlakuan ke-j

Nilai BNT dapat diperoleh dengan cara:

�� = (�,�� ) 2(� ) � Keterangan:

α : taraf nyata (0,05)

dbs : derajat bebas sisa/galat KTS : kuadrat tengah sisa/galat n : ulangan

3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Pengaruh slag terhadappertumbuhan kerang hijau

Pertumbuhah kerang hijau yang dikaji dalam penelitian kali ini yaitu pertumbuhan panjang, tinggi, dan bobot kerang hijau. Panjang cangkang merupakan ukuran garis horizontal dari tepi anterior hingga tepi posterior kerang, sedangkan tinggi cangkang (tebal umbo) merupakan ukuran antara kedua umbo pada cangkang yang berpasangan. Panjang dan tinggi kerang diukur selama 7 minggu dengan interval waktu 1 minggu. Hasil pengukuran dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan Gambar 3a, dapat diketahui bahwa pertumbuhan panjang kerang hijau pada setiap perlakuan setiap minggu semakin meningkat. Pertumbuhan panjang yang paling cepat terjadi pada kerang dengan perlakuan 20% slag. Pada perlakuan 20% slag, laju pertumbuhahan kerang


(20)

8

mencapai 0.12 cm selama 7 minggu, sedangkan pada perlakuan lainnya pertumbuhan kerang hanya mencapai 0.06 cm selama 7 minggu.

Gambar 3. Pertumbuhan panjang dan tinggi pada kerang hijau (Perna viridis). a) pertumbuhan panjang, b) pertumbuhan tinggi.

Pertumbuhan tinggi kerang hijau (Gambar 3b) paling besar juga terjadi pada kerang yang diberi perlakuan slag sebanyak 20%. Laju pertumbuhan tinggi pada perlakuan tersebut mencapai 0.10 cm selama 7 minggu, sedangkan pada perlakuan lainnya 0.02-0.04 cm. Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 1 & 2) menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi slag berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang dan tinggi kerang hijau. Berdasarkan uji BNT pada kedua laju pertumbuhan panjang dan tinggi, perlakuan yang paling berbeda nyata yaitu perlakuan 20% slag.

Aspek pertumbuhan yang di ukur selain panjang dan tinggi yaitu bobot. Bobot merupakan ukuran biomassa dari individu kerang hijau yang diukur menggunakan timbangan digital. Pengukuran bobot yang dilakukan pada penelitian ini yaitu bobot basah. Pengukuran bobot juga dilakukan selama 7 minggu dengan interval waktu pengukuran 1 minggu. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 4.

4.00 4.05 4.10 4.15 4.20 4.25 4.30

0 7 14 21 28 35 42 49

P a n ja n g (c m ) a) 1.15 1.17 1.19 1.21 1.23 1.25 1.27 1.29

0 7 14 21 28 35 42 49

T in gg i (c m ) Hari ke-b)


(21)

9

Gambar 4. Pertumbuhan bobot kerang hijau (Perna viridis).

Berdasarkan Gambar 4, dapat diketahui bahwa pertumbuhan bobot paling besar terdapat pada kerang hijau dengan konsentrasi slag sebesar 40%. Ukuran bobot setiap minggu dari kerang hijau cukup berfluktuasi (mengalami kenaikan dan penurunan bobot). Hasil analisis sidik ragam (lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi slag yang berbeda tidak mempengaruhi bobot kerang hijau.

Kandungan logam dalam kerang hijau

Kerang hijau dapat mengakumulasi logam dalam tubuhnya selama masa pertumbuhannya. Slag mengandung beberapa logam seperti besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), kromium (Cr), dan kalsium (Ca). Akumulasi logam pada kerang hijau yang terjadi selama 3 bulan dapat dilihat pada Gambar 5, Gambar 6, Gambar 7, Gambar 8, dan Gambar 9. Kandungan Fe dalam daging kerang hijau dapat dilihat pada gambar 5. Berdasarkan Gambar 5, dapat diketahui bahwa kandungan Fe dalam daging kerang hijau sebelum dilakukan perbedaan perlakuan yaitu sebesar 1348.000 mg/kg. Kandungan Fe dalam daging kerang hijau meningkat setelah 1.5 bulan masa penelitian. Peningkatan tertinggi terdapat pada perlakuan 20% dan 40% slag yaitu menjadi 11490.000 dan 11136.000 mg/kg. Selanjutnya kandungan Fe dalam daging setelah 3 bulan relatif mengalami penurunan, kecuali pada kerang dengan perlakuan 100% slag dan 20% slag yang mengalami peningkatan kandungan Fe yang cukup signifikan.

Tembaga (Cu) dalam tabel periodik unsur kimia memiliki nomor atom (NA) 29 dan memiliki bobot atau berat atom (BA) 63.546. Menurrut Darmono (1995), tembaga merupakan logam berat yang dimasukkan dalam kelompok kelas B. Kandungan tembaga dalam daging kerang hijau yang diberikan slag dapat dilihat pada Gambar 6.

3.5000 3.7000 3.9000 4.1000 4.3000 4.5000 4.7000 4.9000 5.1000 5.3000

0 7 14 21 28 35 42 49

B

o

b

o

t

(gra

m

)

Hari


(22)

10

Gambar 5. Kandungan Fe dalam daging kerang hijau (Perna viridis). *hanya terdapat 1 ulangan dikarenakan kerang hijau pada 2 ulangan lainnya mati.

Gambar 6. Kandungan Cu dalam daging kerang hijau (Perna viridis). *hanya terdapat 1 ulangan dikarenakan kerang hijau pada 2 ulangan lainnya mati.

Berdasarkan Gambar 6, dapat diketahui bahwa kandungan Cu dalam daging kerang hijau semakin meningkat seiring bertambahnya waktu, hingga 3 bulan masa penelitian. Sebelum dilakukan pemaparan terhadap slag kandungan Cu pada kerang hijau sebesar 12.600 mg/kg. Rata-rata konsentrasi Cu setelah 1.5 bulan pemaparan pada setiap kerang dari perlakuan yang berbeda yaitu 20.000 mg/kg. pada akhir pemaparan, kerang hijau yang memiliki kandungan Cu tertinggi terdapat pada kerang dengan perlakuan 60% slag yaitu sebesar 104.000 mg/kg.

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000

100% 80% 60% 40% 20% 0%

[F e ] m g/k g konsentrasi slag Awal 1.5 bulan akhir * 0 20 40 60 80 100 120 140 160

100% 80% 60% 40% 20% 0%

[C u ] m g/k g konsentrasi slag awal 1.5 bulan akhir *


(23)

11 Seng (Zn) merupakan logam yang dimasukkan dalam kelompok kelas B, yang berarti bahwa Zn merupakan logam berat. Zn termasuk dalam golongan II B dengan nomor atom 30 dan massa atom relative 65,39. Hasil kandungan Zn dalam daging kerang hijau salama masa penelitian 3 bulan dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Kandungan Zn dalam daging kerang hijau (Perna viridis). *hanya terdapat 1 ulangan dikarenakan kerang hijau pada 2 ulangan lainnya mati.

Berdasarkan Gambar 7, dapat diketahui bahwa kandungan Zn setelah masa penelitian 1.5 bulan lebih tinggi dibandingkan waktu awal sebelum kerang diberikan perlakuan slag. Rata-rata peningkatan kandungan Zn yang terjadi yaitu sebesar 80 mg/kg. Setelah 3 bulan, kandungan Zn dalam kerang hijau mengalami peningkatan untuk perlakuan slag sebesar 40%, 60%, dan 80%, namun kandungan Zn mengalami penurunan pada perlakuan 0%, 20%, dan 100% slag. Penurunan tersebut tidak terjadi secara signifikan. Untuk perlakuan 100% slag menurun sebesar 36 mg/kg, perlakuan 20% slag menurun sebesar 20 mg/kg, dan untuk perlakuan 0% slag menurun sebesar 59 mg/kg. Kandungan Zn tertinggi terdapat pada kerang dengan perlakuan 60% slag yaitu sebesar 391.940 mg/kg .

Sama halnya dengan Cu dan Zn, Kromium (Cr) juga termasuk dalam kelompok kelas B yang merupakan jenis logam berat. Kromium termasuk golongan VI B dengan nomor atom 24 dan massa atom relative 52. Hasil kandungan Cr dalam daging kerang hijau selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 8.

Berdasarkan Gambar 8, dapat diketahui bahwa pada awal sebelum diberikan perlakuan, kandungan Cr dalam kerang hijau sudah cukup tinggi, yaitu sebesar 103.800 mg/kg. Setelah perlakuan selama 1.5 bulan, kandungan Cr dalam daging kerang hijau menurun sangat rendah sehingga tidak terdeteksi oleh alat analisis logam dengan batas deteksi limit 0.001 mg/Kg. 1.5 bulan berikutnya (3 bulan masa penelitian) kandungan Cr dalam daging kerang hijau meningkat. Peningkatan kandungan Cr paling tinggi terdapat pada perlakuan 100% slag yaitu 345.185 mg/kg.

0 100 200 300 400 500 600 700 800

100% 80% 60% 40% 20% 0%

[Zn

]

m

g/k

g

konsentrasi slag

Awal 1.5 bulan akhir


(24)

12

Gambar 8. Kandungan Cr dalam daging kerang hijau (Perna viridis).

Kalsium (Ca) merupakan logam ringan. Berbeda dengan logam Fe, Cu, Zn, dan Cr, logam Ca merupakan logam yang dikelompokkan dalam kelas A. Kalsium (Ca) pada air laut merupakan logam ringan yang berbentuk garam karbonat (CaCO3). Kandungan kalsium dalam daging kerang hijau selama 3 bulan penelitian dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Kandungan Ca dalam daging kerang hijau (Perna viridis). *hanya terdapat 1 ulangan dikarenakan kerang hijau pada 2 ulangan lainnya mati.

Berdasarkan Gambar 9, dapat diketahui bahwa kandungan Ca dalam daging kerang hijau mengalami peningkatan seiring meningkatnya waktu. Pada awalnya kandungan Ca sebesar 2031.885 mg/kg. Peningkatan kandungan Ca paling tinggi setelah 3 bulan yaitu pada kerang hijau dengan perlakuan 20% slag yaitu menjadi 48881.355 mg/kg. 0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300 325 350 375

100% 80% 60% 40% 20% 0%

[C r] m g/k g konsentrasi slag awal akhir 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000 55000 60000 65000 70000

100% 80% 60% 40% 20% 0%

[C a ] m g/k g konsentrasi slag awal 1.5 bulan akhir *


(25)

13 3.2 Pembahasan

Slag pembuatan baja adalah produk sampingan dari proses pembuatan baja. Slag dihasilkan dalam proses pemurnian logam panas oleh tanur tinggi menjadi baja. Material dari slag masih mengandung beberapa logam, baik logam berat yaitu logam dari golongan kelas B maupun logam dari golongan kelas A. Logam-logam yang terkandung dalam slag yaitu silika (Si), alumunium (Al), seng (Zn), tembaga (Cu), kromium (Cr), besi (Fe), dan kalsium (Ca). Tossavainen et al.(2007) menyatakan bahwa slag mengandung beberapa bahan logam seperti Fe, Al, Ca, Mg, Mn, Si, Mo, Ni, K, Na, P, Ti,V Cr, Cu, dan Zn. Penelitian Damar et al. (2013) menunjukkan bahwa slag pembuatan baja yang berbentuk granula memiliki kandungan Fe total sebesar 32.8%, CaO 26.5%, SiO2 13.10%, Al2O3 4.34%, K2O 0.097%, MgO 5.71%, MnO 3.54%, Cu 0.004%, Zn 0.014%, Cr 0.048%, dan Na2O 0.26%. Pada slag ini tidak terdapat kandungan Pb dan Cd yang merupakan logam berat bersifat sangat toksik.

Biota uji yang digunakan pada penelitian ini yaitu kerang hijau. Kerang hijau yang dikenal dengan sebutan green mussel merupakan organisme dari Filum Moluska, Kelas Bivalva, Family Mytilidae, Genus Perna, dan spesies Perna viridis (Dance 1997). Kerang ini memiliki bentuk agak pipih, cangkangnya padat, memanjang dan mempunyai umbo (puncak cangkang) yang mengarah pada tepi ventral. Liu & Kueh (2005) menyatakan bahwa penelitian mengenai pengaruh logam berat terhadap suatu organisme perlu mempertimbangkan beberapa aspek seperti kemampuan organisme untuk mengakumulasi bahan pencemar, ketersediaannnya yang melimpah (mudah diakses dan lebih berlimpah di daerah tercemar), bersifat sesil dan mudah diidentifikasi. Kerang hijau merupakan organisme yang sering kali dijadikan sebagai bioindikator. Di beberapa wilayah asia pasifik, seperti: Hongkong, Thailand, Philippines, Taiwan, dan juga Indonesia kerang hijau telah ditetapkan sebagai biomonitoring suatu zat logam berat (Yap et al. 2003; Gosling 1992). Kerang hijau dari famili Mytilidae mempunyai kemampuan mengakumulasi berbagai kontaminan (Suseno 2011).

Pada penelitian ini dikaji mengenai pengaruh slag terhadap pertumbuhan kerang hijau, sehingga kerang hijau yang digunakan merupakan kerang yang memiliki ukuran relatif sama, yaitu memiliki panjang (4.03-4.26 cm), tinggi (1.16-1.30 cm), dan bobot (3.7550-5.1757 gram). Hasil sidik ragam (Lampiran 4) dengan SK 95% menunjukkan bahwa ukuran kerang (panjang, tinggi dan bobot) yang digunakan tidak berbeda nyata.

Hasil pertumbuhan pada panjang cangkang (Gambar 3a) menunjukkan bahwa laju pertambahan panjang setiap minggunya meningkat. Laju pertumbuhan panjang kerang hijau selama 7 minggu pengamatan pada perlakuan slag 0%, 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% masing-masing yaitu 0.06 cm, 0.12 cm, 0.06 cm, 0.01 cm, 0.05 cm, dan 0.07 cm. Laju pertumbuhan kerang hijau pada penelitian ini dalam jangka waktu 30 hari (satu bulan) untuk masing-masing perlakuan yaitu: 0.05 cm untuk perlakuan dengan 100% slag, 0.02 untuk perlakuan dengan 80% slag, 0 cm untuk perlakuan dengan 60% slag, 0.05 cm untuk perlakuan dengan 40% slag, 0.06 cm untuk perlakuan dengan 20% slag, dan 0 cm untuk perlakuan dengan 0% slag. Litasari (2002) menyatakan bahwa kecepatan panjang pertumbuhan kerang hijau pada kondisi terkontrol adalah 0.70-1.00 cm per bulan. Cheong & Chen (1980), pertumbuhan panjang P. viridis dapat mencapai 1.06 cm


(26)

14

perbulan. Vakily (1989) menyatakan bahwa pertumbuhan panjang rata-rata kerang hijau 0.42 cm perbulan. Pertumbuhan kerang hijau yang terpapar slag lebih rendah dibandingkan hasil studi literatur dalam kondisi yang terkontrol. Hal ini menunjukkan bahwa logam berat yang terdapat dalam slag dapat menghambat pertumbuhan kerang hijau. Widdows dan Johnson (1988) menyatakan bahwa hewan dari perairan tercemar memiliki pertumbuhan terbelakang dan kondisi jaringan yang sedikit. Oleh karena itu, kondisi indeks dari kerang berpotensi sangat sensitif terhadap polusi. Berdasarkan hasil penelitian Nicholson (1999) pertumbuhan individu kerang dari stasiun yang terkontaminasi menunjukkan pertumbuhan cangkang yang paling rendah.

Pada kerang dengan perlakuan 0% slag, laju pertumbuhan panjangnya lebih lambat dibandingkan hasil studi pada keadaan terkontrol. Perbedaan hasil tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain umur kerang hijau dan ketersediaan makanan. Semakin besar dan dewasa maka laju pertumbuhan kerang hijau semakin lambat, dan apabila makanan tidak tersedia dalam jumlah cukup, maka pertumbuhanpun akan lambat. Umur kerang yang digunakan saat penelitian akan berbeda pada setiap peneliti. Selain itu dapat disebabkan karena sampel kerang di ambil dari perairan yang sudah tercemar, sehingga pertumbuhan kerang dari tempat tersebut relatif lambat. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kurva pertumbuhan kerang hijau menurut Vakily (1989) (lampiran 7), stage ataupun umur kerang yang digunakan pada penelitian ini yaitu berkisar antara 0-1 tahun, dan kerang yang digunakan terdapat pada fase pertumbuhan eksponensial, dimana masih akan mengalami pertumbuhan panjang yang tidak terlalu cepat (signifikan). Terdapatnya kandungan bahan pencemar pada perairan tempat pengambilan sampel juga dapat menjadikan pertumbuhan kerang yang masih berumur muda menjadi lambat.

Perbandingan laju pertumbuhan kerang hijau antara perlakuan 0-100% slag menunjukkan bahwa perlakuan dengan 20% slag menunjukkan laju pertumbuhan yang paling tinggi. Berdasarkan hasil sidik ragam, perlakuan yang memberikan pengaruh paling berbeda nyata yaitu pada perlakuan 20% slag. Pada Gambar 3a dan 3b dapat terlihat bahwa pertumbuhan panjang dan tinggi cangkang kerang hijau lebih cepat meningkat pada perlakuan 20% slag. Pada perlakuan lainnya, pertumbuhan cangkang relatif tetap. Hal ini berarti, dalam konsentrasi tertentu, slag dapat meningkatkan laju peretumbuhan, akan tetapi jika kadarnya berlebih maka slag dapat menghambat pertumbuhan. Hal ini dapat disebabkan karena kandungan logam dalam slag merupakan logam yang essential bagi tubuh, namun karena logam tersebut merupakan logam berat, maka kandungan logam yang masuk dalam tubuh berlebih dapat menghambat pertumbuhan. Cordova et al. (2011) menyatakan bahwa logam berat akan terakumulasi dalam tubuh kerang hijau, karena logam berat dapat dengan mudah dan cepat masuk ke dalam tubuh mahluk hidup. Proses yang terjadi adalah logam berat masuk melalui lapisan lipid dari dinding sel melalui proses endosistosis.

Cepatnya laju pertumbuhan kerang hijau pada pelakuan 20%, dapat dipengaruhi oleh tingginya kandungan kalsium (Ca) (Gambar 9) pada perlakuan tersebut. Kalsium berguna bagi pembentukkan cangkang dan juga kitin pada biota air. Selain Ca, logam Cu dan Zn yang terdapat dalam slag juga merupakan logam esensial yang secara umum bermanfaat bagi pertumbuhan. Hutagalung et al.(1995) menyatakan Cu dan Zn mempunyai sifat akseptor elektron yang lemah,


(27)

15 dan dibutuhkan oleh kerang hijau untuk pertumbuhan dan perkembangan hidup

sebagai “metal cofactor”, namun bila jumlahnya berlebih akan di ekskresikan. Berbeda dengan pertumbuhan panjang dan tinggi kerang hijau, pertumbuhan bobot mengalami fluktuasi, namun tidak signifikan (Gambar 4). Peningkatan dan penurunan bobot yang dialami dapat dikarenakan kandungan air yang terdapat dalam daging kerang hijau yang akan berbeda setiap kali dilakukan pengukuran. Penurunan bobot juga dapat terjadi karena kurangnya pakan yang diberikan, sehingga kondisi tubuh menurun. Pemaparan kerang terhadap slag dapat meningkatkan aktifitas ekskresi sehingga diperlukan energi yang cukup besar, apabila pakan yang diberikan tidak mencukupi maka bobot dapat turun. Berdasarkan analisis sidik ragam (ANOVA), diketahui bahwa perlakuan konsentrasi slag tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan bobot kerang hijau. Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan Nicholson (1999), bahwa antara konsentrasi kontaminan tidak berpengaruh terhadap bobot basah pada kerang hijau, akan tetapi jika dilihat dari indeks kondisi tubuh, terdapat pengaruh kontaminan terhadap indeks kondisi tubuh kerang hijau. Kerang hijau yang hidup pada daerah dengan kontaminan tinggi memiliki indeks kondisi tubuh yang lebih rendah. Penelitian Airas (2003) menunjukkan bahwa bobot kerang dari Famili Mytilidae pada daerah yang terkontaminasi tidak berbeda secara signifikan dengan bobot kerang yang ada pada daerah bebas kontaminan.

Kandungan Fe dalam daging kerang hijau (Gambar 5) meningkat setelah 1.5 bulan masa penelitian. Peningkatan tertinggi terdapat pada perlakuan 20% yaitu menjadi 11490 mg/kg. yang sebelumnya sebesar 1348 mg/kg. Selanjutnya kandungan Fe dalam daging setelah 3 bulan relatif mengalami penurunan, kecuali pada kerang dengan perlakuan 100% slag dan 20% slag yang mengalami peningkatan kandungan Fe yang cukup signifikan. Konsentrasi Fe tersebut dipengaruhi oleh logam Ca (Gambar 9). Ketika konsentrasi Fe dalam kerang hijau tinggi, maka konsentrasi dari Ca dalam kerang hijau rendah. Kenneth (1988) menyatakan bahwa besarnya konsentrasi besi (Fe) berbanding balik dengan konsentrasi kalsium (Ca). zat besi dalam kerang hijau dapat menurunkan kalsium. Kandungan Cu dalam kerang hijau (Gambar 6) terus meningkat hingga akhir pemaparan. Peningkatan Cu dalam daging kerang hijau dapat terjadi karena sebagai respon kerang hijau untuk memenuhi kebutuhan Cu yang berguna bagi proses metabolism. Pyatt et al. (2003) menyatakan bahwa logam Cu merupakan logam yang dibutuhkan kerang hijau untuk proses pembentukkan hemosianin dan enzimatik, sehingga kandungan Cu dalam kerang hijau dapat terus menerus meningkat dengan level yang rendah. Cu merupakan logam essensial yang tidak berbahaya, dimana menurut Adler et al. (1999), Cu dapat berupa ion bebas atau dapat berikatan dengan bahan organik berbentuk kompleks sehingga menurunkan efek toxic dan bioavailable.

Kandungan seng (Zn) dalam daging kerang hijau juga mengalami fluktuasi, namun kandungan Zn dalam daging kerang (Gambar 7) relative tinggi. Zn merupakan prekursor penting untuk berbagai aktivitas enzimatik, sehingga organisme cenderung mengumpulkan Zn dengan jumlah yang tinggi pada jaringan tubuhnya (Kamaruzzaman et al. 2011). Perubahan kandungan logam Zn dalam tubuh tergantung dari konsentrasi pemaparan, ukuran tubuh, lama pemaparan, dan tropik level. Young & Folsom(1967) menyatakan bahwa logam Zn dalam daging


(28)

16

kerang hijau dapat berkurang. Hal ini dapat terjadi karena adanya proses ekskresi pada kerang hijau.

Hasil kandungan logam Cr (Gambar 8) menunjukkan adanya penurunan logam Cr setelah selama 1.5 bulan dan mengalamai peningkatan kembali diakhir penelitian. Sebelum dilakukan perlakuan terhadap kerang tersebut, kadar kromium 103.800 mg/kg, dan setelah 1.5 bulan kromium pada kerang tersebut <0.001 mg/kg. Menurunnya kromium dapat diakibatkan adanya ekskresi logam tersebut oleh kerang hijau, dan terjadinya peningkatan karena adanya Cr yang kembali terakumulasi setelah 3 bulan pemaparan. Nicholson (1999) menyatakan bahwa untuk logam seperti kromium (Cr), dapat diekskresi, namun ekskresi yang terjadi relatif lambat. Studi yang dilakukan Zaroogian & Johnson(1983) memperlihatkan bahwa adanya akumulasi Cr pada daging kerang hijau yang diberikan pemaparan Cr selama 12 minggu.

Kandungan logam-logam dalam daging kerang hijau, dapat dikaitkan dengan kandungan logam dalam air laut yang digunakan sebagai media pemeliharaan. Kerang hijau bersifat filter feeder, sehingga untuk mendapatkan makanannya dilakukan dengan cara menyaring sejumlah air. Dari proses penyaringan tersebut logam akan masuk/terakumulasi dalam tubuh. Kandungan Fe dalam daging kerang hijau tersebut berhubungan dengan kandungan logam Fe dalam air laut yang digunakan sebagai media pemeliharaan (Lampiran 8). Kandungan Fe tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi 20% slag, yaitu 0.208 mg/L (Damar et al. 2013). Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa kandungan logam dalam air akan mempengaruhi tingkat kandungan logam dalam daging kerang hijau. Akan tetapi, kandungan Fe dalam air tidak berkorelasi dengan perlakuan slag. Pada perlakuan 40-60 % slag, kandungan Fe dalam air lebih rendah dibandingkan perlakuan 20% slag, hal ini menunjukkan adanya pengaruh lain yang mempengaruhi kandungan Fe dalam air laut, misalnya pasir pantai yang juga digunakan sebagai sedimen pemeliharaan kerang hijau. Sama halnya dengan Fe, kandungan Ca pada kerang hijau juga berkorelasi dengan kandungan Ca dalam air. Kandungan Ca dalam air terus meningkat selama 1.5 bulan pemaparan (Lampiran 8). Akan tetapi kandungan Ca tertinggi pada air terdapat pada perlakuan 80% slag, sedangkan pada kerang hijau kandungan Ca tertinggi setelah 1.5 bulan pemaran pada perlakuan 40% slag. Berbeda dengan Fe, kandungan Zn pada daging kerang hijau tidak berkorelasi dengan kandungan Zn dalam air media percobaan (Lampiran 8). Setelah 1.5 bulan pemaparan, pada perlakuan 40% slag kandungan Zn dalam kerang hijau lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya namun tidak terlalu signifikan (Gambar 7). Akan tetapi kandungan Zn dalam air pada perlakuan 40% slag lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya (Damar et al. 2013). Hal ini dapat disebabkan perbedaan biota dalam mengakumulasi Zn, sesuai dengan kebutuhannya.

Logam yang terkandung dalam kerang hijau dapat berkurang. Hal ini karena kerang melakukan proses homeostasis terhadap tubuhnya. Cara kerang untuk mempertahankan kondisi tubuhnya dapat berupa proses ekskresi dan proses pengeluaran lendir pada tubuhnya. Cordova et al. (2011) menyatakan bahwa saat logam masuk ke tubuh, organ tubuh memiliki kemampuan untuk mereduksi logam berat. Logam berat yang masuk ke saluran pencernaan akan dibuang bersamaan dengan feses. Pada darah, logam berat akan di fagositasi oleh sel darah putih. Sebenarnya dalam hepatopankreas Juga terdapat sitokrom P450 yang


(29)

17 memiliki kemampuan untuk mengeluarkan logam berat dari tubuh, namun karena jumlahnya terbatas, logam berat yang telah masuk dalam tubuh akan disimpan terlebih dahulu dengan cara di fagositasi oleh sel pada hepatopankreas, dan nantinya akan diekskresikan.

4.

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Slag dapat mempengaruhi pertumbuhan. Pada konsentrasi 20%, slag dapat meningkatkan laju pertumbuhan panjang dan tinggi kerang hijau. Akan tetapi pada konsentrasi lebih tinggi dari 20%, slag dapat menghambat pertumbuhan. Sehingga penggunaan slag dalam konstruksi bangunan di daerah pantai perlu mempertimbangkan jumlah slag yang digunakan. Kandungan logam dalam daging kerang hijau tidak hanya berasal dari slag. Setelah dipaparkan slag kandungan logam tertinggi dalam daging kerang hijau yaitu kalsium sebesar 13284.775-48881.355 mg/kg. Kandungan logam dalam daging kerang hijau berfluktuasi karena adanya proses ekskresi dan homeostatis pada kerang hijau.

4.2 Saran

Perlu pengkajian lebih lanjut mengenai konsentrasi slag antara 0-20% dengan selang konsentrasi yang lebih kecil, agar diketahui secara pasti konsentrasi yang paling mempengaruhi pertumbuhan kerang hijau. Juga diperlukan pangkajian faktor lain yang dapat menjadi sumber logam yang terakumulasi dalam kerang hijau.

Persantunan

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian kerjasama departemen Manajemen Sumber Daya Perairan dengan LPPM PKSPL- IPB yang dibiayai oleh perusahaan Rist Posco, Korea. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ario Damar S.Pi. M.Si., Dr. Ir. Yusli Wardiatno M.Sc., Dr. Majariana Krisanti S.Pi. M.Si., Dr. M. Mukhlis Kamal M.Sc., Dr. Inna Puspa Ayu S.Pi. M.Si., Dr. Kustiariyah, dan Ir. Husnileili Yusran M.Si.


(30)

18

5.

DAFTAR PUSTAKA

Adler L., Ivanbrook, Breslin VT. 1999. Accumulation of copper, chromium, and arsenic in blue mussels (Mytilus edulis) from laboratory and field exposures to wood treated with chromate copper arsenate type C. Environmental toxicology and chemistry 18(2): 213-221.

Airas S. 2003. Trace metal concentrations in blue mussels Mytilus edulis (L.) in Byfjorden and the coastal areas of Bergen. Master Thesis in Marine Biology for the degree Candidata Scientiarium. Institute for Fisheries and Marine Biology University of Bergen.

Cheong L., Chen FY. 1980. Preliminary studies on raft method of culturing green mussels, Perna viridis (L.), in Singapore. Singapore journal of primary industries 8(2): 119-133.

Cordova MR., Neviaty PZ., Fredinan Y. 2011. Akumulasi logam berat pada kerang hijau (perna viridis) di perairan teluk Jakarta. Jurnal Moluska Indonesia 2(1): 1-8.

Damar A., Wardiatno Y., Kustiariyah, Kamal MM., Krisanti M., Ayu IP., Yusran H. 2013. Effects of steel making slag on aquatic biota. In Prep.

Dance SP. 1977. The encyclopedia of shells. Blandford Press. London, England. Darmono. 1995. Logam dalam sistem biologi makhluk hidup. Universitas

Indonesia - Press. Jakarta.

Gosling E. 1992. The mussel mytilus: ecology, physiology, genetic and culture. Developments in aquaculture and fisheries science (25).

Kamaruzzaman BY., Zahir MSM., John BA., Jalal KCA. 2011. Bioaccumulation of some metals by green mussel Perna viridis from Pekan, Pahang, Malaysia. International Journal of Biological Chemistry 5(1): 54-60

Kenneth S. 1988. Trace Minerals in Foods. New York. Marcel Dekker Inc.

Litasari. 2002. Kajian kesesuaian lahan dan kebijakan pemanfaatan areal budidaya kerang hijau (Perna viridis, L.). Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Liu JH., Kueh CSW. 2005. Biomonitoring of heavy metals and trace organics using the intertidal mussel Perna viridis in Hong Kong coastal waters. Marine Pollution Bulletin 51 : 857-875.

Misra G. Mukhapadhyay PK. 2008. Mussel farming: alternate water monitoring practice. Aquaculture Asia Magazine.

Nicholson S. 1999. Cytological and Physiological Biomarker Responses from Green Mussels, Perna viridis (L.) Transplanted to Contaminated Sites in Hong Kong Coastal Waters. Marine Pollution Bulletin 39(12): 261-268. Suseno H. Kemampuan kerang hijau (perna viridis) mengakumulasi dan

mendistribusi 60Co dan 137Cs. Jurnal Teknologi Pengelolaan limbah 14(1): 49-55.

Pyatt FB., Metcalfe MR., Pyatt AJ. 2003. Copper bioaccumulation by Lymnaea peregra: a toxicological marker of environmental and human health?. Environ Toxicol. Chem. 22: 561-564.

Riani E. 2004. Utilization of green mussel as biofilter of heavy metals on Jakarta bay. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat IPB.


(31)

19 Riani E., Cordova MR. 2011. Dampak pencemaran logam berat terhadap cacat bawaan (malformasi), kerang hijau yang dibudidaya di perairan muara kamal. Seminar Nasional PPLH.

Takahashi T., Kazuya Y. 2002. New Applications for Iron and Steelmaking Slag. NKK technical review No.87

Tossavainen M. 2005. Leaching Result in the Assesment of Slag and Rock Material as Construction Material [disertasi]. Department of Chemical Engineering and Geosciences, Lulea University of Technology.

Tossavainen M., Engstrom, Yang Q., Menad N., Larsson ML. Bjorkman B. 2007. Characteristics of steel slag under different cooling condition. J Was. Manag. 27: 1335-1344.

Yap CK., Ismail A., Tan SG.. 2003. Background concentrations of Cd, Cu, Pb and Zn in the green-lipped mussel Perna viridis (Linnaeus) from Peninsular Malaysia. Marine Pollution Bulletin 46 : 1035-1046

Young DR., Folsom TR. 1967. Lossof Zn 65 from the californiasea-mussel mytilus californianus. Biological bulletin 133: 438-447.

Vakily JM. 1989. The biology and culture of mussels of the genus Perna. International center for living aquatic resources management. Philippines. Zaroogian GE., Johnson M. 1983. Chomium uptake and loss in the bivalves.


(32)

20

LAMPIRAN

1. Analisis sidik ragam perlakuan panjang Source of

Variation JK dB KT Fhit P-value F tab

waktu 0.01723 7 0.002461 7.004302 3.09E-05 2.285235 Slag 0.017202 5 0.00344 9.789956 6.46E-06 2.485143

Error 0.0123 35 0.000351

Total 0.046732 47

2. Analisis sidik ragam perlakuan tinggi Source of

Variation JK dB KT Fhit P-value F tab

Waktu 0.009242 7 0.00132 11.23619 2.31E-07 2.285235 Slag 0.004715 5 0.000943 8.025471 4E-05 2.485143 Error 0.004113 35 0.000118

Total 0.01807 47

3. Analisis sidik ragam perlakuan bobot Source of

Variation JK dB KT Fhit P-value F tab

Waktu 0.299227 7 0.042747 1.947857 0.091165 2.28523 Slag 0.219598 5 0.04392 2.001302 0.102686 2.48514 Error 0.768094 35 0.021946

Total 1.286919 47

4. Analisis sidik ragam ukuran awal kerang hijau Panjang

Source of

Variation JK dB KT Fhit P-value F tab

Between Groups 0.069998 5 0.014 0.981753 0.467599 3.105875 Within Groups 0.171119 12 0.01426

Total 0.241117 17

Tinggi Source of

Variation SS Df MS F P-value F crit

Between Groups 0.002539 5 0.000508 0.366588 0.861831 3.105875

Within Groups 0.016624 12 0.001385


(33)

21

Bobot Source of

Variation SS Df MS F P-value F crit

Between Groups 1.333579 5 0.266716 1.822108 0.182884 3.105875 Within Groups 1.756531 12 0.146378

Total 3.09011 17

5. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

Do- Meter Refraktometer pH-meter

Pompa Udara Timbangan digital Botol air sampel


(34)

22

Kerang hijau Pasir pantai Slag

6. Desain akuarium percobaan

7. Kurva pertumbuhan kerang hijau (Perna viridis) (Vakily 1989)


(35)

23 8. Kandungan logam dalam air laut selama pemaparan slag

(Damar et al. 2013)

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

100% 80% 60% 40% 20% 0%

A B C D E F

[F e ] m g/L perlakuan baku <0.029 awal 1,5 bulan 0.0000 0.0500 0.1000 0.1500 0.2000 0.2500 0.3000 0.3500

100% 80% 60% 40% 20% 0%

A B C D E F

[Zn ] m g/L perlakuan baku awal 1,5 bulan 0.000 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 0.007 0.008 0.009 0.010

100% 80% 60% 40% 20% 0%

A B C D E F

[C u ] m g/L perlakuan baku awal <0.005 1,5 bulan


(36)

24

15.0 19.0 23.0 27.0

su

h

u

(

oC)

waktu

A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 E1 E2 E3 F1 F2 F3

9. Kualitas air harian pada media pemeliharaan

0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000 3.0000 3.5000 4.0000

100% 80% 60% 40% 20% 0%

A B C D E F

[C

a

]

m

g/L

perlakuan

baku awal 1,5 bulan


(37)

25 6.00 6.50 7.00 7.50 8.00 8.50 9.00 9.50 pH waktu A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 E1 E2 E3 F1 F2 F3 20 25 30 35 40 sa li n it a s (p p t) waktu A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 E1 E2 E3 F1 F2 F3 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 D O (m g/L ) waktu A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 E1 E2 E3 F1 F2 F3


(38)

26

10.Laju pertumbuhan kerang hijau Pertumbuhan panjang

Pertumbuhan Tinggi

A B C D E F

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

0.02 0.00 0.01 0.00 0.02 0.00

0.02 0.02 0.01 0.00 0.04 0.02

0.02 0.02 0.02 0.01 0.04 0.02

0.03 0.02 0.04 0.01 0.04 0.02

0.03 0.02 0.04 0.02 0.05 0.02

0.03 0.03 0.04 0.05 0.06 0.02

0.03 0.04 0.04 0.05 0.10 0.02

Pertumbuhan bobot

A B C D E F

0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 -0.1690 0.0492 0.1809 -0.0330 -0.0298 0.0125 0.0655 0.2764 0.3195 0.1491 0.1672 0.1090 0.0990 0.2284 0.4240 0.1101 0.1808 0.2241 0.0546 0.2324 0.2573 0.1205 0.0497 -0.1302 0.0551 0.1342 0.3107 0.3435 0.0280 0.0331 0.1519 0.1822 0.2966 0.2811 0.2516 -0.4718 -0.1085 -0.0843 -0.1107 -0.1371 0.1795 0.3030

A B C D E F

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

0.01 0.03 0.00 0.00 0.00 0.00

0.06 0.03 0.00 0.00 0.03 0.00

0.06 0.03 0.00 0.000 0.07 0.00

0.06 0.03 0.00 0.01 0.07 0.00

0.06 0.03 0.00 0.06 0.07 0.00

0.06 0.04 0.02 0.06 0.10 0.01


(39)

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 28 November 1991 dari ayah Sahab Sahroni dan ibu Nani Mulyani. Penulis adalah putri kedua dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan formal sekolah menengah pertama di SMPN 1 Cikarang Utara pada tahun 2006 dan sekolah menengah atas pada tahun 2009 di SMAN 1 Kab. Bekasi. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis berkesempatan menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Ekologi Perairan (2011-2012), Planktonologi (2012/2013), dan Biologi Perikanan (2012-2013). Organisasi kemahasiswaan yang pernah diikuti oleh penulis adalah Himpunan Mahasiswa Manajemem Sumber Daya Perairan (2010-2011). Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Penulis menulis skripsi yang berjudul “Pengaruh Limbah Baja (Slag) terhadap Pertumbuhan Kerang Hijau (Perna Viridis, L.) serta Total Kandungan Logam dalam Daging Kerang Hijau”.


(1)

22

Kerang hijau Pasir pantai Slag

6. Desain akuarium percobaan

7. Kurva pertumbuhan kerang hijau (Perna viridis) (Vakily 1989)


(2)

23

8. Kandungan logam dalam air laut selama pemaparan slag (Damar et al. 2013)

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

100% 80% 60% 40% 20% 0%

A B C D E F

[F

e

]

m

g/L

perlakuan

baku <0.029 awal 1,5 bulan

0.0000 0.0500 0.1000 0.1500 0.2000 0.2500 0.3000 0.3500

100% 80% 60% 40% 20% 0%

A B C D E F

[Zn

]

m

g/L

perlakuan

baku awal 1,5 bulan

0.000 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 0.007 0.008 0.009 0.010

100% 80% 60% 40% 20% 0%

A B C D E F

[C

u

]

m

g/L

perlakuan

baku awal <0.005 1,5 bulan


(3)

24

15.0 19.0 23.0 27.0

su

h

u

(

oC)

waktu

A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 E1 E2 E3 F1 F2 F3

9. Kualitas air harian pada media pemeliharaan

0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000 3.0000 3.5000 4.0000

100% 80% 60% 40% 20% 0%

A B C D E F

[C

a

]

m

g/L

perlakuan

baku awal 1,5 bulan


(4)

25 6.00 6.50 7.00 7.50 8.00 8.50 9.00 9.50 pH waktu A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 E1 E2 E3 F1 F2 F3 20 25 30 35 40 sa li n it a s (p p t) waktu A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 E1 E2 E3 F1 F2 F3 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 D O (m g/L ) waktu A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 E1 E2 E3 F1 F2 F3


(5)

26

10.Laju pertumbuhan kerang hijau Pertumbuhan panjang

Pertumbuhan Tinggi

A B C D E F

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

0.02 0.00 0.01 0.00 0.02 0.00

0.02 0.02 0.01 0.00 0.04 0.02

0.02 0.02 0.02 0.01 0.04 0.02

0.03 0.02 0.04 0.01 0.04 0.02

0.03 0.02 0.04 0.02 0.05 0.02

0.03 0.03 0.04 0.05 0.06 0.02

0.03 0.04 0.04 0.05 0.10 0.02

Pertumbuhan bobot

A B C D E F

0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 -0.1690 0.0492 0.1809 -0.0330 -0.0298 0.0125 0.0655 0.2764 0.3195 0.1491 0.1672 0.1090 0.0990 0.2284 0.4240 0.1101 0.1808 0.2241 0.0546 0.2324 0.2573 0.1205 0.0497 -0.1302 0.0551 0.1342 0.3107 0.3435 0.0280 0.0331 0.1519 0.1822 0.2966 0.2811 0.2516 -0.4718 -0.1085 -0.0843 -0.1107 -0.1371 0.1795 0.3030

A B C D E F

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

0.01 0.03 0.00 0.00 0.00 0.00

0.06 0.03 0.00 0.00 0.03 0.00

0.06 0.03 0.00 0.000 0.07 0.00

0.06 0.03 0.00 0.01 0.07 0.00

0.06 0.03 0.00 0.06 0.07 0.00

0.06 0.04 0.02 0.06 0.10 0.01


(6)

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 28 November 1991 dari ayah Sahab Sahroni dan ibu Nani Mulyani. Penulis adalah putri kedua dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan formal sekolah menengah pertama di SMPN 1 Cikarang Utara pada tahun 2006 dan sekolah menengah atas pada tahun 2009 di SMAN 1 Kab. Bekasi. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis berkesempatan menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Ekologi Perairan (2011-2012), Planktonologi (2012/2013), dan Biologi Perikanan (2012-2013). Organisasi kemahasiswaan yang pernah diikuti oleh penulis adalah Himpunan Mahasiswa Manajemem Sumber Daya Perairan (2010-2011). Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Penulis menulis skripsi yang berjudul “Pengaruh Limbah Baja (Slag) terhadap Pertumbuhan Kerang Hijau (Perna Viridis, L.) serta Total Kandungan Logam dalam Daging Kerang Hijau”.