Analisis Produksi Budidaya Ikan Lele (Clarias gariepinus) di Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman DIY: Pendekatan Fungsi Produksi Cobb Douglas | Dewi | Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada 10361 19513 1 PB

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XVII (2): 54-60 ISSN: 0853-6384

54

Full Paper
ANALISIS PRODUKSI BUDIDAYA IKAN LELE (Clarias gariepinus): PENDEKATAN
FUNGSI PRODUKSI COBB DOUGLAS
PRODUCTION ANALYSIS OF CATFISH (Clarias gariepinus)
FARMING: COBB DOUGLAS PRODUCTION FUNCTION
Dian K. Dewi*1 dan Jangkung H. Mulyo 2
1

Magister Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Jln. Flora, Gedung A3, Bulaksumur, Yogyakarta, 55281
2
Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gadjah Mada,
Jln. Tevesia, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
* Penulis untuk korespondensi, Email: [email protected]

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa produksi budidaya ikan lele dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya di Kalasan Sleman. Metoda dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
analitis. Responden dalam penelitian ini adalah semua pembudidaya ikan lele yang berada di Kalasan
Sleman berjumlah 56 orang. Metode analitis yang digunakan adalah metode regresi linier berganda
menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata produktivitas
budidaya ikan lele di Kalasan adalah 9,53 kg/m2. Dosis pemberian pakan, jumlah pupuk yang digunakan
dan pengalaman buidaya berpengaruh signiikan dalam meningkatkan produksi budidaya ikan lele. Padat
tebar benih, jumlah tenaga kerja, pakan tambahan dan keanggotaan dalam kelompok pembudidaya ikan
tidak berpengaruh signiikan terhadap produksi budidaya ikan lele.
Kata kunci: analisis produksi, ikan lele, Clarias gariepinus
Abstract
The purpose of this study were to analyse production of catish farming dan the factors that inluence it
in Kalasan Sleman.The basic method used in this study is analitic descriptive. Respondents in this study
were all catish farmers who are in Sleman Kalasan numbered 56 people. The analytical method used
is multiple linear regression method using the Cobb-Douglas production function. The results showed
that the average productivity of catish farming in Kalasan is 9,53 kg/m2. Dose feeding, the amount of
fertilizer used and the cultivation experience signiicant efect in increasing the production of catish
farming. Stocking density, the amount of labor, feed additives and membership in a group of ish farmers
no signiicant efect on the production of catish farming.
Keywords: production analysis, catish, Clarias gariepinus
Pengantar

Perikanan merupakan salah satu sektor yang
menjadi perhatian Pemerintah Daerah Istimewa
Yogyakarta dalam upayanya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Sektor perikanan
terbagi menjadi perikanan tangkap dan perikanan
budidaya. Perikanan tangkap berkorelasi dengan
nelayan dan masyarakat pesisir, sedangkan budidaya
berkorelasi dengan pembudidaya yang berada
di darat. Produksi perikanan perikanan budidaya
di DIY lebih mendominasi dibandingkan produksi
perikanan tangkap. Berdasarkan data Dinas Kelautan
dan Perikanan DIY (2014), produksi perikanan
budidaya memberikan sumbangan hingga 90% dari

total produksi perikanan di DIY. Produksi perikanan
budidaya sendiri didominasi oleh perikanan budidaya
di kolam. Berikut disajikan produksi perikanan di DIY
dalam kurun waktu 2009-2013:
Lokasi kegiatan perikanan budidaya di DIY meliputi 4
kabupaten dan 1 kota, salah satunya adalah Sleman.

Sleman merupakan penghasil produksi perikanan
budidaya tertinggi di DIY dikarenakan ketersedian
air yang melimpah dan sarana prasarana serta
kelembagaan yang lebih maju dibandingkan kabupaten/
kota lainnya. Adapun jenis komoditas yang menjadi
obyek utama penelitian adalah lele karena lele termasuk
ikan yang mudah beradaptasi dengan lingkungan,
bahkan pada lingkungan dengan kondisi perairan yang

Copyright©2015. Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Right Reserved

55

Dewi & Mulyo, 2015

Tabel 1. Perkembangan produksi perikanan DIY tahun 2009-2014.
No

Produksi (ton)


1. Tangkap
a. Laut
b. Perairan umum
2. Budidaya
a. Tambak
b. Kolam
c. Sawah
d. Karamba
e. Jaring Apung
f. Telaga
Jumlah

2009
5.100,0
4.238,0
862,0
20.105,4
495,7
19.307,8
134,4

78,4
10,0
79,1
25.205,4

2010
4.906,4
3.862,0
1.044,4
39.033,0
268,3
37.934,0
483,8
90,8
13,2
242,9
43.939,4

Tahun
2011

5.000,0
3.952,9
1.047,1
44.542,0
498,8
43.610,6
141,7
84,8
21,6
184,5
49.542,0

2012
5.626,9
4.093,2
1.533,8
50.489,5
601,8
49.398,8
156,4

75,1
14,5
242,9
56.116,4

2013
4.996,4
3.393,9
1.602,5
57.900,7
816,9
56.787,7
146,9
38,9
15,7
94,6
62.897,1

2014
6.996,9

5.388,2
1.608,7
64.964,1
2.494,9
62.276,0
152,9
39,6
0,8
0
71.961,0

(Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, 2014)

kurang baik ataupun dengan air yang terbatas. Budidaya
lele juga sangat mudah serta cukup menguntungkan.
Selain itu, bantuan hibah/bantuan sosial yang ditujukan
untuk kelompok pembudidaya ikan sebagian besar
berupa benih ikan lele sehingga diharapkan penelitian
ini bisa menjadi salah satu cerminan terkait pemberian
hibah tersebut.

Tujuan pertama dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis produksi budidaya ikan lele di Kalasan.
Untuk memenuhi tujuan ini maka dilakukan analisis
secara deskriptif dengan melihat sebaran karakteristik
pembudidaya dan juga produktivitasnya. Tujuan
kedua dari penelitian adalah untuk mengetahui
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi
budidaya ikan lele di Sleman. Untuk memenuhi
tujuan tersebut maka dilakukan analisis terhadap
data yang diperoleh dengan cara membandingkan
dan menginterpretasikan hasil analisis statistik sesuai
dengan metode yang digunakan.
Metode
Metode
Penelitian dilakukan pada akhir tahun 2013 sampai
dengan pertengahan 2014. Lokasi penelitian adalah
Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman. Alasan
pemilihan lokasi adalah karena Kalasan memiliki
produksi budidaya ikan lele yang tinggi serta jarang
menjadi lokasi penelitian. Data yang digunakan adalah

data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
dengan sensus, sedangkan data sekunder diperoleh
dari instansi terkait. Jumlah responden adalah 56
orang yang merupakan seluruh pembudidaya lele
di Kalasan.

Metode analitis yang digunakan adalah metode
regresi linier berganda menggunakan fungsi produksi
Cobb-Douglas. Sebelum dilakukan analisis regresi
linear berganda, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
klasik yang meliputi uji normalitas, multikolinearitas
dan heteroskedastisitas. Jika hasil uji yang diperoleh
memenuhi persyaratan, maka selanjutnya dapat
dilakukan analisis regresi liner berganda (Priyatno,
2013).
Fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
LnY = Ln α + β1 LnX1 + β2 LnX2 + β3 LnX3+ β4 LnX4 +
β5 LnX5 + d1 D1 + d2 D2
keterangan:

Y = produksi (kg)
X1 = padat tebar benih (ekor/m2)
X2 = dosis pakan (kg)
X3 = tenaga kerja (HKO)
X4 = pupuk (kg)
X5 = pengalaman pembudidaya (tahun)
D1 = dummy pakan tambahan
D1 = 1, jika pembudidaya menggunakan pakan
tambahan
D1 = 0, jika pembudidaya tidak menggunakan pakan
tambahan
D2 = dummy kelompok pembudidaya ikan
D2 = 1, jika pembudidaya menjadi anggota
kelompok
D2 = 0, jika pembudidaya tidak menjadi anggota
kelompok
α = konstanta
β1- β7 , d1- d2 = koeisien regresi
Hasil dan Pembahasan

Copyright©2015. Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Right Reserved

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XVII (2): 54-60 ISSN: 0853-6384

Berdasarkan hasil penelitian, komposisi dari 56
pembudidaya ikan lele di Kalasan dapat digambarkan
sebagai berikut:
Tabel 2. Komposisi responden berdasarkan usia,
tingkat pendidikan, pengalaman dan luas
kolam budidaya.
Frekuensi

Persen

10
21
25
1

17,86
35,71
44,64
1,79

2
14
38
2

3,57
25,00
67,86
3,57

5
14
22
15
37
5
14

pekarangan dan kebun. Untuk kolam dengan ukuran
besar kebanyakan berada di pinggir daerah aliran
sungai karena menggunakan lahan sawah yang
diubah menjadi lahan kolam.
Data produksi dan produktivitas usaha perikanan
diperoleh dari hasil kuesioner yang telah disebarkan.
Data meliputi luas kolam, jumlah benih, dan produksi
yang diperoleh dari usaha perikanan dalam satu
musim tebar (sekitar dua bulan sekali). Berdasarkan
hasil sensus, total luas lahan adalah 10.632 m2 dan
total produksi sebanyak 101.367 kg. Dengan demikian
tingkat produktivitasnya adalah sebesar 9,53 kg/m2.
Uji asumsi klasik dilkukan menggunakan SPSS dan
menunjukkan hasil sebagai berikut:

Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah mengetahui bahwa
variabel yang digunakan dalam analisis fungsi
8,93
produksi berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan
25,00
melihat kurva P-Plot Ln Produksi.
a P-Plot Lndengan
Produksi.
39,29
26,79
66,07
8,93
25,00

(Sumber : Data primer yang diolah, 2014)

Dari 56 responden yang diambil datanya, sebagian
besar berusia 30-50 tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa kegiatan budidaya cukup menarik sehingga
angkatan kerja usia produktif banyak yang menekuni
usaha tersebut. Untuk tingkat pendidikan didominasi
oleh tingkat pendidikan SMA/sederajat diikuti
oleh tingkat pendidikan SMP/sederajat. Hal ini
menunjukkan bahwa pembudidaya sudah cukup
maju tentunya dengan semakin tingginya pendidikan
maka penguasaan terhadap informasi dan teknologi
diharapkan lebih besar.
Pengalaman pembudidaya sebagian besar sudah
lebih ddari 4 tahun sehingga dapat dikategorikan
dalam kelas menengah. Meskipun budidaya lele
sangat mudah dilakukan tetapi pembudidaya pemula
justru sedikit. Diperkirakan pembudidaya tingkat
menengah ini sudah memiliki jejaring kerjasama yang
baik sehingga keberadaannya tetap eksis.
Data yang terakhir yaitu luas kolam, rerata
pembudidaya memiliki kolam kecil dengan total
luasank kurang dari 200 m 2. Berdasarkan hasil
survey di lapangan, ukuran kolam para pembudidaya
hanyapetak-petak kecil karena memanfaatkan lahan

Data yang dihasilkan

Kriteria
Usia (tahun)
21 - 30
31 – 40
41 – 50
> 51
Tingkat pendidikan
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Pengalaman (tahun)
0–1
2–3
4–5
>5
Luas Kolam (m2)
0 – 200
201 – 300
301 – 400

56

.

Data yang diamati

Gambar 1. Gambar
Kurva P-Plot
Ln Produksi.
1. Kurva
P-Plot Ln Produksi
Gambar kurva P-Plot menunjukkan bahwa titik-titk
data terdistribusi dan menyebar mengikuti garis
diagonal kurva. Menurut Priyatno (2013), suatu
variabel dikatakan normal jika gambar distribusi
dengan titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal
dan penyebaran titik data searah mengikuti garis
diagonal.
Variance Inflation Factor

Uji Multikolinearitas
Tujuan dari uji multikolinearitas adalah untuk
menunjukkan hubungan yang kuat antara variabel
bebas dalam fungsi produksi. Uji ini dianalisis
menggunakan program SPSS dan untuk mengetahui
ada atau tidaknya gejala multikolinearitas dapat di
lihat dari nilai TOL (tolerance) dan VIF (Variance
Inlation Factor) seperti pada tabel berikut:

Copyright©2015. Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Right Reserved

.

57

Dewi & Mulyo, 2015

dapat dilihat pada tabel di bawah.

Tabel 3. Hasil uji multikolinearitas.
Model
(Constant)
Ln padat tebar benih
Ln Dosis pakan
Ln tenaga kerja
Ln pupuk
Ln pengalaman
dummy pkn tmbhn
Dummy kelompok

Collinearity Statistics
TOL
VIF
0,685
0,601
0,444
0,486
0,495
0,728
0,458

1,461
1,664
2,251
2,059
2,022
1,374
2,182

(Sumber: Data primer yang diolah, 2014)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa untuk
masing-masing variabel bebas nilai TOL lebih dari 0,1
dan nilai VIF kurang dari 10. Dengan demikian, tidak
terdapat multikolinearitas pada data.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara
melihat persebaran titik-titik data melalui scatter plot.
Scatter plot merupakan graik yang menggambarkan
hubungan antara *ZPRED sebagai variabel tidak
bebas dan *SRESID sebagai residualnya.

Tabel 4. Hasil analisis regresi faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi budidaya ikan lele
di Kalasan.
Variabel
Konstanta
Padat tebar benih (Ln X )
1

Dosis pakan (Ln X )
2
Jumlah tenaga kerja (Ln X )
3
Jumlah pupuk (Ln X )
4
Pengalaman budidaya (Ln X )
5
Dummy pakan tambahan (D )
1
Dummy kelompok (D2)
Adjusted R2
Sig. F
N

Koeisien
regresi
4,624***
0,076ns
0,301**
0,167ns
0,267***
0,285**
0,097ns

Sig.t
0,002
0,456
0,049
0,644
0,001
0,012
0,416
0,369

-0,139ns
0,541
0,000
56

Keterangan : *** Signiikansi pada α = 0,01
** Signiikansi pada α = 0,05
ns = non-signiikan
(Sumber: Data primer yang diolah, 2014)

Variabel bebas (residual)

Berdasarkan hasil analisis regresi di atas maka
diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
LnY = Ln 4,624 + 0,076 LnX1 + 0,301 LnX2 + 0,167
LnX3 + 0,267 LnX4 + 0,285 LnX5 + 0,097 D1
– 0,139 D2

Variabel tak bebas

Gambar 2. Graik scatter plot Ln Produksi.

Gambar 2. Grafik scatter plot Ln Produksi

Berdasarkan gambar grafik scatter plot dapat
terlihat bahwa titik-titik data melebar dan menyebar
secara acak baik di atas maupun di bawah angka
0 pada sumbu Y. Dengan demikian, tidak terdapat
heteroskedastisitas pada data.
Berdasarkan uji asumsi klasik diperoleh bahwa hasil
analisis bisa digunakan untuk pemodelan regresi liner
berganda. untuk Berikut merupakan hasil analisis
regresi linear berganda pada penelitian ini:
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Hasil analisis regresi linear berganda pada penelitian
ini dengan pedekatan fungsi produksi Cobb Douglas

Koeisien Determinasi (Adjusted R2)
Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai
koeisien determinasi (adjusted R2) sebesar 0,541.
Nilai tersebut menunjukkan 54,1 % dari variabel terikat
(Y) yaitu produksi budidaya ikan lele dapat dijelaskan
oleh variabel bebas yang meliputi padat tebar benih
(X1), dosis pakan (X2), jumlah tenaga kerja (X3), jumlah
pupuk (X4), pengalaman budidaya (X5), penggunaan
pakan tambahan (D1) dan keanggotaan kelompok
(D2). Adapun sisanya sebesar 45,9 % dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak terdapat pada model.
Uji Simultan (uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
bebas (X1, X2, X3, X4, X5, D1 dan D2) berpengaruh
secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel
terikat (Y). Berdasarkan hasil analisis statistik
diperoleh bahwa nilai sig. F adalah 0,000. Nilai
tersebut jauh lebih kecil dibandingkan nilai sig α yaitu
0,05. Dengan demikian sig F < sig α sehingga dapat
disimpulkan bahwa seluruh variabel bebas yaitu padat
tebar benih (X1), dosis pakan (X2), jumlah tenaga kerja

Copyright©2015. Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Right Reserved

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XVII (2): 54-60 ISSN: 0853-6384

(X3), jumlah pupuk (X4), pengalaman budidaya (X5),
penggunaan pakan tambahan (D1) dan keanggotaan
kelompok (D2) berpengaruh nyata terhadap produksi
budidaya ikan lele.
Uji Individual (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masingmasing-masing variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5, D1
dan D2) terhadap variabel terikat (Y). Berdasarkan
hasil analisis statistik maka nilai signiikansi masingmasing variabel bebas dapat dilihat dan dibandingkan
dengan sig α yaitu 0,05.
Hasil analisis menunjukkan bahwa konstanta memiliki
nilai signiikansi sebesar 0,002 dan nilainya lebih kecil
dibandingkan signiikansi α sebesar 0,01. Hal tersebut
menunjukkan bahwa konstanta mempengaruhi
produksi secara signiikan. Nilai koeisien regresi
pada konstanta adalah sebesar 4,624. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa produksi budidaya lele ketika
faktor-faktor produksi bernilai 0 adalah sebesar
4,624%.
Hasil analisis variabel bebas pertama yaitu padat
tebar benih memiliki nilai signifikansi 0,456 atau
lebih besar dibandingkan sig α (0,456 > 0,05). Hal
tersebut menunjukkan bahwa padat tebar benih tidak
berpengaruh secara signiikan terhadap produksi lele.
Padat tebar benih para pembudidaya satu dengan yang
lain hampir sama sehingga pengaruhnya terhadap
produksi tidak tampak. Diduga hal ini disebabkan
karena pembudidaya sudah memiliki standar padat
tebar yang mengacu pada sejumlah referensi maupun
berdasarkan pengalaman mereka sendiri. Padat tebar
yang digunakan adalah 100-200 ekor/m 2 dengan
ukuran benih yang berbeda-beda. Berdasarkan
penelitian Shafrudin et al. (2006), perlakuan dengan
padat tebar berbeda, yaitu 400 ekor/m2, 800 ekor/
m2 dan 1200 ekor/m2, tidak memberikan perbedaan
produksi yang signiikan. Peningkatan kepadatan ikan
akan menyebabkan menurunnya kelangsungan hidup
ikan. Tingkat kematian yang cukup tinggi terjadi pada
minggu ketiga pemeliharaan.
Hasil analisis variabel bebas kedua yaitu dosis
pakan, memiliki nilai signiikansi 0,049 atau lebih kecil
dibandingkan sig α (0,045 < 0,05). Artinya dosis pakan
memberikan pengaruh secara signiikan terhadap
produksi ikan lele. Besarnya pengaruh dapat dilihat
pada nilai koeisien regresinya. Nilai koeisien regresi
untuk dosis pakan adalah sebesar 0,301. Hal tersebut
menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 % dosis pakan
yang diberikan mampu meningkatkan produksi ikan
lele sebesar 0,301 %. Meskipun demikian, dalam

58

pemberian pakan ada batasan yang harus diikuti. Jika
pakan diberikan secara berlebih maka pakan yang
tidak dikonsumsi akan mengendap dan mengeluarkan
amonia (NH 3), nitrit (NO2) serta kardon dioksida
(CO2). Ketiga senyawa tersebut sangat berbahaya
karena dapat menimbulkan kematian bagi ikan lele
(Hermawan et al, 2012).
Hasil analisis variabel bebas ketiga adalah jumlah
tenaga kerja dengan nilai signifikansi 0,644 atau
lebih besar dibandingkan sig α (0,644 > 0,05).
Artinya jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh secara
signiikan terhadap produksi ikan lele. Tenaga kerja
yang digunakan dalam kegiatan budidaya ikan lele di
Kalasan sebagian besar adalah tenaga kerja dalam
keluarga. Tenaga kerja luar keluarga dibutuhkan pada
saat persiapan kolam dan pemanenan atau pada
kolam yang luas dan jumlah petak yang banyak.
Hasil analisis variabel bebas keempat adalah
jumlah pupuk dengan nilai signiikansi 0,001 atau
lebih kecil dibandingkan sig α (0,001 > 0,05).
Penggunaan pupuk memiliki pengaruh yang signiikan
terhadap produksi budidaya ikan lele. Berdasarkan
hasil analisis, nilai koeisien regresi untuk jumlah
pupuk adalah 0,267. Artinya setiap pengingkatan
penggunaan pupuk sebesar 1 % akan meningkatkan
produksi ikan lele sebesar 0,267 %. Pupuk yang
digunakan para pembudidaya adalah pupuk organik/
pupuk kandang dari kotoran ayam dan puyuh.
Berdasarkan penelitian Sukadi (2002), pemupukan
yang diterapkan adalah pemupukan intensif dimana
kualitas dan kuantitas pupuk memadai sehingga
mencapai respon produksi yang memadai. Pupuk
diberikan secara kontinyu dalam jumlah tertentu
sesuai dengan dosis pemupukan. Pupuk yang
digunakan merupakan pupuk kandang yang sudah
difermentasi dan dikeringkan.
Pemupukan bertujuan untuk menumbuhkan
zooplankton dan itoplankton yang menjadi makanan
alami bagi ikan. Pemupukan juga meningkatkan unsur
hara di dalam air dan meningkatkan kesuburan kolam.
Pemupukan dapat dilakukan sebelum kolam diisi
air (saat persiapan) dan ketika masa budidaya ikan
(susulan) (Boyd et al., 2004). Berdasarkan penelitian
Arief et al. (2014), pemberian pupuk yang disertai
dengan probiotik mampu membantu meningkatkan
eisiensi penggunaan pakan, menurunkan FCR dan
meningkatkan laju pertumbuhan ikan lele.
Hasil analisis variabel bebas kelima adalah
pengalaman budidaya dengan nilai signifikansi
0,012 atau lebih kecil dibandingkan sig α (0,012 >

Copyright©2015. Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Right Reserved

59

0,05). Pengalaman budidaya memiliki pengaruh
yang signiikan terhadap produksi budidaya ikan lele.
Berdasarkan hasil analisis, nilai koeisien regresi
untuk pengalaman budidaya adalah 0,285. Artinya,
setiap pengingkatan penambahan lama pengalaman
budidaya sebesar 1% akan meningkatkan produksi
ikan lele sebesar 0,285%. Pengalaman budidaya
memberikan informasi terbaik dalam kegiatan
budidaya sehingga pembudidaya dapat menentukan
pilihan bagaimana metode yang tepat dan sesuai
untuk tiap tahap kegiatan budidaya. Selain itu,
pengalaman tidak terbatas hanya pada teknis
kegiatan budidaya tetapi juga dalam pemilihan waktu/
musim budidaya dan manajemen budidaya.
Hasil analisis variabel bebas keenam adalah
penggunaan pakan tambahan dengan nilai signiikansi
0,416 atau lebih besar dibandingkan sig α (0,416 >
0,05). Hasil menunjukkan bahwa penggunaan pakan
tambahan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap produksi ikan lele. Pembudidaya yang
tidak menggunakan pakan tambahan tidak memiliki
perbedaan produksi dengan pembudidaya yang
menggunakan pakan tambahan.Adapun pakan
tambahan yang digunakan adalah bangkai ayam
dan sisa makanan. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
KEP. 02/MEN/2007 Tentang Cara Budidaya Ikan
yang Baik, pakan yang digunakan dalam kegiatan
budidaya ikan harus mengandung nutrisi sesuai
kebutuhan ikandan memenuhi standar mutu. Pakan
juga tidak mengandung zat beracun, bahan pencemar
dan antibiotik serta hormon. Pemberian pakan
tambahan yang tidak sesuai dengan standar yang
sudah ditetapkan beresiko menimbulkan penyebaran
penyakit dan pencemaran lingkungan.
Anonim (2009) menyarankan bahwa pakan pelet
sangat direkomendasikan untuk pakan ikan lele.
Penggunaan dan manajemen pakan yang baik
akan menurunkan FCR (Feed Convertion Ratio)
dan memberikan keuntungan serta produksi yang
lebih tinggi tanpa memberikan dampak negatif pada
lingkungan. Berdasarkan penelitian Martudi dan Lilisti
(2011) untuk budidaya lele Sangkuriang sebaiknya
menggunakan pelet dengan kadar protein tinggi
(sekitar 35%) sehingga mampu mengoptimalkan
pertumbuhan lele.
Hasil analisis variabel bebas terakhir adalah
keanggotaan kelompok dengan nilai signiikansi 0,369
atau lebih besar dibandingkan sig α (0,369 > 0,05).
Artinya keanggotaan kelompok tidak berpengaruh

Dewi & Mulyo, 2015

secara signifikan terhadap produksi ikan lele.
Pembudidaya yang bukan anggota kelompok tidak
memiliki perbedaan produksi dengan pembudidaya
yang menjadi anggota kelompok. Berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan, kelompok yang terbentuk
memiliki kegiatan rutin berupa pertemuan kelompok
yang dilaksanakan sebulan atau tiga puluh lima hari
sekali. Akan tetapi, pertemuan tersebut tidak banyak
membicarakan terkait kegiatan kelompok untuk
peningkatan budidaya, melainkan lebih cenderung
kepada ajang silaturahmi. Kelompok yang menjadi
responden juga belum teregistrasi di Kabupaten,
sehingga pendampingan oleh penyuluh perikanan
dan transfer informasi untuk peningkatan produksi
budidaya masih minim.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil
penelitian Nuryanti dan Swastika (2011) bahwa
kelompok tani di Indonesia saat ini tidak lagi dibentuk
atas inisiatif petani dalam rangka memperkuat diri
tetapi merupakan respon dariprogram-program
pemerintah yang mengharuskan petani berkelompok.
Dalam penelitiannya, Wahyuni (2003) menyatakan
bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja kelompok
diantaranya adalah jumlah anggota, struktur dan aset
kelompok, status anggota kelompok dalam pemilikan
lahan, kredibilitas pengurus dan kelembagaan
penunjang. Untuk meningkatkan kinerja kelompok
tani, maka perlu dilakukan pemberdayaan kelompok
dengan adanya pembinaan dan pendampingan
serta sosialisasi program oleh petugas/penyuluh
lapangan.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dosis pemberian pakan, jumlah pupuk yang digunakan
dan pengalaman budidaya.mampu meningkatkan
produksi budidaya ikan lele di Kalasan. Semakin
tinggi dosis pakan yang diberikan maka kebutuhan
protein untuk pertumbuhan ikan akan terpenuhi. Ikan
akan tumbuh pesat sehingga produksi budidaya akan
meningkat. Pupuk dapat meningkatkan produksi
karena pemberian pupuk mampu meningkatkan
kesuburan kolam sehingga membantu pertumbuhan
plankton yang merupakan pakan alami bagi lele.
Pengalaman meningkatkan produksi karena semakin
lama pengalaman pembudidaya maka akan semakin
banyak informasi yang diperoleh terkait cara untuk
meningkatkan produksi budidaya ikan lele.
Padat tebar benih, jumlah tenaga kerja, penggunaan
pakan tambahan dan keanggotaan kelompok

Copyright©2015. Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Right Reserved

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XVII (2): 54-60 ISSN: 0853-6384

pembudidaya ikan tidak berpengaruh nyata terhadap
peningkatan produksi budidaya ikan lele. Padat tebar
yang digunakan sama antar pembudidaya dan sudah
mengacu pada padat tebar tertentu. Penggunaan
tenaga kerja hanya pada saat persiapan kolam dan
pemanenan ikan. Penggunaan pakan tambahan
tidak sesuai standar CBIB dan jenis pakan tambahan
yang diberikan tidak mendukung pertumbuhan
ikan. Keanggotaan kelompok tidak menjamin
peningkatan produksi dikarenakan kelompok masih
kelas pemula, belum teregistrasi di Kabupaten
dan belum mendapatkan pendampingan secara
maksimal.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperolehdapat
disampaikan saran bahwa untuk meningkatkan
produksi perlu dilakukan peningkatan dosis pemberian
pakan sesuai dengan standar yang berlaku,
penggunaan pupuk dan juga bertukar informasi/
pengalaman budidaya. Untuk padat tebar benih
sebaiknya ditingkatkan lagi dan didukung dengan
teknologi yang bersifat intensif. Penggunaan pakan
tambahan berupa bangkai ayam dan sisa makanan
tidak perlu dilakukan selama ikan mendapatkan
pakan pelet yang cukup. Keanggotaan kelompok
perlu diperbaiki dan pendampingan lebih intensif
sehingga kelompok dapat lebih berdaya dan mampu
memberikan dampak positif terhadap anggotanya.
Selain itu, perlu dilakukan penelitian dan analisis
lebih lanjut terkait produksi budidaya di DIY termasuk
keterkaitannya dengan keanggotaan kelompok
pembudidaya ikan sehingga dapat diketahui tingkat
efektivitas dari keanggotaan kelompok dan cara
untuk meningkatkan manfaatnya terkait peningkatan
produksi dan pemasaran budidaya ikan lele.
Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Better Management Practices (BMPs)
for striped catish (tra catish) farming practices
in the Mekong Delta, Vietnam. AusAID Funded
Project. Australia. 75 p.
Arief, M., N. Fitriani, dan S. Subekti. 2014. Pengaruh
pemberian probiotik berbeda pada pakan komersial
terhadap pertumbuhan dan eisiensi pakan ikan lele

60

sangkuriang (Clarias sp.). J. Ilmiah Perikanan dan
Kelautan. 6(1):49-53
Boyd, C.E., C. Lim, J. Queiroz, K. Salie, L. de Wet & A.
McNevin. 2004. Best Management Practices for
Responsible Aquaculture. Program Management
Oice of the Aquaculture Collaborative Research
Support Program – United States Agency for
International Development. USA. 47 p.
Dinas Kelautan dan Perikanan DIY. 2014. Buku
pedoman data Dinas Kelautan dan Perikanan
DIY Tahun 2014. Dinas Kelautan dan Perikanan
DIY. Yogyakarta.118 hal.
Hermawan, A.T, Iskandar & U. Subhan. 2012.
Pengaruh padat tebar terhadap kelangsungan
hidup pertumbuhan lele dumbo (Clarias gariepinus
Burch.) di kolam Kali Menir Indramayu. Jurnal
Kelautan dan Perikanan. 3(3):85-93
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor KEP. 02/MEN/2007 Tentang
Cara Budidaya Ikan yang Baik.
Martudi, S. & Lilisti. 2011. Analisis pemberian pakan
dengan kadar protein yang berbeda terhadap
pertumbuhan ikan lele Sangkuriang (Clarias sp.).
J. Agroqua. 9(1):1-5
Nuryanti, S. & D.K.S. Swastika. 2011. Peran kelompok
tani dalam penerapan teknologi pertanian. Forum
Penelitian Agro Ekonomi. 29(2):115-128
Priyatno, D. 2013. Mandiri belajar analisis data dengan
SPSS. Mediakom. Yogyakarta. 144 hlm.
Shafrudin, D., Yuniarti dan M. Setiawati. 2006.
Pengaruh kepadatan benih ikan lele dumbo
(Clarias sp.) terhadap produksi pada sistem
budidaya dengan pengendalian nitrogen melalui
penambahan tepung terigu. J. Akukakultur
Indonesia. 5(2):137-147
Sukadi, M.F. 2002. Peningkatan teknologi budidaya
perikanan (the improvement of fish culture
technology). J. lktiologi Indonesia. 2(2):61-66
Wahyuni, S. 2003. Kinerja kelompok tani dalam sistem
usaha tani padi dan metode pemberdayaannya.
J. Litbang Pertanian. 22(1):1-8

Copyright©2015. Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Right Reserved