Bahan Ajar HI HPI 12

TITIK-TITIK TAUT
KULIAH KE : 12

NENENG OKTARINA

HPI, KULIAH : 12

1

PENGERTIAN


TITIK TAUT :
YAITU HAL-HAL YANG MENUNJUKKAN
PERTAUTAN



ISTILAH LAIN : TITIK PERTALIAN,
CONNECTING FACTORS,
POINT OF CONTACT,

AANKNOPINGSPUNTEN,
AANKNUPFUNG SPUNKTE.

NENENG OKTARI

HPI, KULIAH : 12

2

LANJUTAN




Setelah pokok masalah dalam perkara
(subject matter) dapat ditetapkan
malalui kualifikasi, maka harus
ditentukan hukum apa yang harus
diberlakukan dalam penyelesaian
perkara yang bersangkutan.

Untuk itu harus ditentukan titik – titik
taut yang mengkaitkan pokok perkara
itu dengan sistim hukum atau kaidah
hukum tertentu.

NENENG OKTARI

HPI, KULIAH : 12

3

Contoh kasus


Seorang Warganegara Jerman
berdomisili di Inggris, meninggal
dunia di Prancis, dan meninggalkan
sejumlah warisan di Italia, dan
menetapkan proses pembagian
warisannya beradasarkan surat

wasiat yang dibuat di Rusia. Perkara
diajukan di Pengadilan Negeri
Indonesia.

NENENG OKTARI

HPI, KULIAH : 12

4

Kaitan Fakta yang ada dalam perkara dengan
suatu tempat dan suatu sistem hukum yang harus
atau mungkin digunakan :

Kewarganegaraan si Pewaris (Jerman)
 Tempat kediaman tetap (domisili) si
pewaris (Inggris)
 Tempat letak benda (Italia)
 Tempat penetapan surat wasiat (Rusia)
 Tempat pengajuan perkara (Indonesia)

Hal – hal tersebut di dalam HPI disebut
dengan Titik – titik taut.


NENENG OKTARI

HPI, KULIAH : 12

5

Lanjutan


Faktor-faktor yang relevan itu akan
memberikan efek yang berbeda-beda
di berbagai sistem hukum, faktor
atau titik taut mana yang bersifat
menentukan (decisive) akan
tergantung pada sistem HPI suatu
negara, yang akhirnya menjurus

pada Choice of law.

NENENG OKTARI

HPI, KULIAH : 12

6

Beberapa titik taut yang dianggap
penting menurut Prof. Cohn yaitu :
Lex Patriae : Kewarganegaraan para pihak
 Lex Loci Actus : hukum dari tempat
perbuatan
 Lex Rei Sitae : (hukum dari tempat benda
berada)
 Locus Contractus Locus solution : tempat
perbuatan/tempat pelaksanaan kontrak.


NENENG OKTARI


HPI, KULIAH : 12

7

Menurut Prof. R.H Graveson, di dalam
menyelesaikan HPI perlu diperhatikan 3 hal,
sbb :
1.

2.

3.

Titik –titik taut apa sajakah yang dipilih oleh
sistem HPI tertentu, yang dapat diterapkan
pada sekumpulan fakta ybs.
Berdasarkan sistem hukum manakah
diantara berbagai sistem hukum yamg
relevan dengan perkara titik-titik taut itu

akan ditentukan.
Setelah kedua masalah tadi ditetapkan,
barulah ditetapkan bagaimana pertautan itu
dibatasi oleh sistem hukum yang akan
diberlakukan (Lex causae).

NENENG OKTARI

HPI, KULIAH : 12

8

Dua macam titik taut :




1. Titik-titik taut primer (primary points of
contact), yaitu unsur-unsur dalam
sekumpulan fakta yang menunjukkan

bahwa suatu peristiwa hukum
merupakan peristiwa hukum pertdata
internasional dan bukan peristiwa
hukum intern/biasa.
2. Titik-titik taut sekunder (secondary points of
contact) yaitu unsur – unsur dalam
sekumpulan fakta yang mengatur peristiwa
HPI yang bersangkutan.

NENENG OKTARI

HPI, KULIAH : 12

9

Jenis – jenis titik taut yang dikenal
dalam HPI
1.
2.


3.
4.
5.
6.

7.

Kewarganegaraan pihak-pihak ybs
Domisili, tempat tinggal atau tempat asal orang
atau badan hukum
Tempat (situs) suatu benda
Bendera kapal
Tempat perbuatan hukum dilakukan (Locus Actus)
Tempat timbulnya akibat perbuatan
hukum/tempat pelaksanaan perjanjian ( Locus
Solutionis)
Tempat pelaksanaan perbuatan-perbuatan
hukum resmi dan tempat perkara/gugatan
diajukan (Locus Forum).


NENENG OKTARI

HPI, KULIAH : 12

10

Tahap-Tahap Penyelesaian Perkara
HPI (titik taut Tradisional)




Pertama-tama harus ditentukan dahulu titiktitik taut Primer dalam perkara dalam rangka
menentukan apakah peristiwa hukum yang
dihadapi merupakan suatu peristiwa HPI. Di
sini orang akan mencari unsur-unsur asing
dari sekumpulan fakta yang dihadapi.
Setelah itu lakukan Kualifikasi Fakta yang
dilakukan beradasrkan lex Fori dalam rangka
penetapan kategori yuridik dari perkara

yang sedang dihadapi.

NENENG OKTARI

HPI, KULIAH : 12

11

Lanjutan




Setelah kategori yuridik ditentukan, maka
langkah berikutnya adalah penentuan
kaidah HPI mana dari lex Fori yang harus
digunakan untuk menentukan Lex Causae.
Pada tahap ini ditentukan titik taut
sekunder apa yang bersifar menentukan
(decisive) berdasarkan kaidah Lex fori.
Setelah lex Causae ditentukan, maka
dengan menggunakan titik-titik taut yang
dikenal di dalam lex Causae, hakim
berusahaa menetapkan kaidah-kaidah
hukum internal apa yang akan digunakan
untuk menyelesaikan perkara.

NENENG OKTARI

HPI, KULIAH : 12

12

Dengan tahap titik taut tradisional
di atas menimbulkan 2 masalah :




1. titik-titik taut yang digunakan secara
tradisional tidak selalu menunjuk ke
arah pemilihan hukum yang tidak
rasional.
2. titik taut yang dipilih seringkali
didasarkan pada asumsi adanya
kesetaraan konsep hukum, yang
mungkin dalam kenyataan tidak ada.

NENENG OKTARI

HPI, KULIAH : 12

13

Jalan keluarnya :




Suatu titik tau tidak dapat digunakan, bila
secara mekanis ia akan menunjuk ke arah
suatu tata hukum yang sama sekali tidak
relevan .
Substansi/isi dari suatu tata hukum asing
yang ditunjuk harus menunjukkan relevansi
tertentu, dalam arti bahwa kaidah hukum
asing yang ditunjuk adalah kaidah hukum
yang juga akan diberlakukan dalam perkara
domestik di negara asing yang bersangkutan.

NENENG OKTARI

HPI, KULIAH : 12

14

Doktrin Amerika Serikat




Menganjurkan agar titik taut yang
terutama digunakan adalah titik-titik taut
yang menunjuk ke arah the Law of the
place of the “most significant relationship ”
Berdasarkan pendekatan Interest Analysis,
penekanan terhadap kepentingan negara
untuk memberlakukan hukumnya dalam
penyelesaian suatu perkara, diangap
sebagai titik taut yang dominan.

NENENG OKTARI

HPI, KULIAH : 12

15

Lanjutan


Teori lain yang berkembang di Eropa juga
berusaha melihat “kaitan yang paling
signifikan”, khususnya dalam bidang hukum
kontrak, berpandangan bahwa penetapan
“pertautan” antara suatu perkara hukum
dengan suatu tempat (dan sistem hukum)
tertentu lebih baik ditetapkan dengan melihat
ke negara yang merupakan tempat kediaman
tetap dari pihak yang harus melaksanakan
prestasi yang paling karateristik dalam
kontrak yang bersangkutan.

NENENG OKTARI

HPI, KULIAH : 12

16