Laporan Delegasi RI pada Sidang FAO Conference Ke 33

LAPORAN DELEGASI RI
PADA SIDANG FAO CONFERENCE KE-33
ROMA, ITALIA 19-26 NOVEMBER 2005
I.

II.

UMUM

1.

Sidang FAO Conf erence ke-33 t elah berlangsung di Roma, It alia pada t anggal
19-26 November 2005. Konperensi FAO merupakan f orum pengambil keput usan
t ert inggi badan dunia FAO yang berlangsung dua t ahun sekali, yang umumnya
berupa pengesahan agenda-agenda yang t elah dibahas sebelumnya pada Dewan
FAO (FAO Council). Sidang dibuka secara resmi oleh Dr. Jaques Diouf , Direkt ur
Jenderal FAO. Sidang dihadiri oleh 180 negara dari 188 negara anggot a FAO, 1
negara peninj au (yakni PLO), Perwakilan Badan PBB dan Badan Khusus, sert a
peninj au dari Lembaga-lembaga Non-Pemerint ah dan LSM. Dari 180 negara
anggot a yang hadir, hampir separuh dipimpin oleh Ment eri yang membidangi
Pert anian dan pembangunan pedesaan.


2.

Sidang FAO Conf erence di bagi dalam 3 bagian yait u: i) Plenary Session yang
merupakan f orum unt uk penyampaian st at ement set iap ket ua delegasi negara
anggot a mengenai Review of t he St at e and Agr icul t ur e dan membahas masalah
hukum, administ rasi dan keuangan; ii) Komisi I yang membahas mengenai
subst ansi dan policy; dan iii) Komisi II yang membahas mengenai program dan
budget . Sesuai Rekomendasi Sidang Council ke 129, Konf erensi FAO ke 33
dipimpin oleh Cao Duc Phat (Ment eri Pert anian dan Pembangunan Pedesaan
Viet Nam), sedangkan Ket ua Sidang Komisi I adalah Vict oria Guardia (Dubes
Cost a Rica), dan Ket ua Komisi II adalah Zohrab Malek (Dubes Armenia). Wakil
Ket ua Konf erensi FAO ke 33 adalah: Aref aine Berhe (Erit rea), Romualdo Bet t ini
(It alia) dan Abubakar El-Mansury (Libia).

3.

Delegasi Indonesia (DELRI) dipimpin oleh Kepala Badan Ket ahanan Pangan
Depart emen Pert anian, Dr. Kaman Nainggolan, dengan anggot a t erdiri dari
wakil-wakil dari Depart emen Pert anian selaku f ocal point FAO unt uk Indonesia,

DEPLU (Dit . Komodit i dan St andardisasi), dan wakil dari DEPHUT, yakni Dr. Eri
Indrawan MBA – Kasubbag Kerj asama PBB pada Biro KLN dan Dr. Agus Just iant o
MSc – Secondee DEPHUT pada Mult ist akeholder Forest ry Program DFID.

4.

Agenda ut ama Sidang FAO Conf erence ke-33 adalah unt uk mengesahkan hasil
kerj a Dewan FAO (FAO Council) khususnya berkait an dengan Programme of
Work and Budget (PWB) 2006-2007, pemilihan Direkt ur Jenderal FAO periode
2006-2011, dan pemilihan Independent Chairman unt uk Council periode 20062008. Berkenaan dengan pembahasan PWB, maka dilakukan pula pembahasan
Programme Implement at ion Report (PIR) 2002-2003; Programme Evaluat ion
Report (PER) 2005. Agenda-agenda lain yang dibahas ant ara lain: Int ernat ional
Conf erence on Agrarian and Ref orm and Rural development ; Progress Report on
Implement ing t he Gender and Development Plan of Act ion; Unit ed Nat ion/ FAO
World Food Programme; Perf ormance of Split Assessment Arrangement ;
Independence Ext ernal Evaluat ion of FAO; Pemilihan negara anggot a Dewan
FAO periode 2005-2008 dan 2007-2009; pemberian beberapa Awards, dan lainlain.

HASIL-HASIL SIDANG :


5.

Pada pidat o pembukaan Dirj en FAO menyampaikan kej adian-kej adian darurat
yang t erj adi selama 2004, elaborasi kegiat an-kegiat an t ahun 2004-2005 secara

umum, dan rencana Kegiat an 2006-2007. Pada kesempat an t ersebut
disampaikan progress pencapaian MDGs yang dirasakan t erlalu lambat dan
diperkirakan t idak akan mencapai t arget pengurangkan kemiskinan dan
kelaparan menj adi separuh sebagaimana dit arget kan pada t ahun 2015. Dirj en
FAO menekankan bahwa ref ormasi FAO bukan hanya perlu dilakukan, t et api
j uga pent ing dilakukan mengingat berbagai t ant angan ke depan dan
perkembangan lingkungan st rat egis yang dihadapi j uga berbeda pada millenium
ke depan. Beberapa f okus ref ormasi FAO ini ant ara lain mencakup:
a) kerj asama dengan badan-badan PBB dalam mencapai MDGs yang
diawali dengan pengurangan kelaparan dan kemiskinan. Pencapaian MDGs
merupakan t uj uan dalam pengembangan Special Programme f or Food
Securit y (SPFS)
b)

pert ukaran dan diseminasi penget ahuan melalui pengembangan Jaringan

Penget ahuan
Temat ik
(Themat ic
Knowledge
Net work)
melalui
pengumpulan inf ormasi berkenaan dengan kegiat an-kegiat an yang baik dan
berhasil (best pract ices)

c)

kegiat an-kegiat an unut k mengedepankan sekt or pert anian unt uk melawan
dan mengat asi kelaparan dan kemiskinan

d)

perlindungan t erhadap konsumen melaui penerapan st andar keamanan
pangan dalam keseluruhan rant ai produksi dan dist ribusi pangan.

6.


Disamping f okus t ersebut , ref ormasi FAO j uga dilakukan dalam pemberian
wewenang yang lebih luas kepada FAO Represent at ives, sehingga FAO dapat
memberikan pelayanan yang lebih dekat kepada anggot anya. Dalam hal ini, t im
mult i disiplin akan dit empat kan dalam skala regional (Regional Economic
Int egrat ion) sehingga dapat memberikan input t eknis, dukungan perumusan
kebij akan dan pengembangan invest asi.

7.

Set elah acara pembukaan yang disusul acara cer emony pemberian penghargaan
t erhadap individu dan lembaga yang dinilai berj asa di bidang pengent asan
kemiskinan, Konperensi langsung memasuki agenda pent ing pemilihan Dirj en
FAO periode 2006-2011. Meskipun Dirj en FAO periode sekarang, Dr. Jaques
Diouf f , merupakan calon sat u-sat unya, namun pemilihan t et ap dilakukan
melalui secr et bal l ot . Akhirnya Sidang berhasil memilih kembali yang
bersangkut an sebagai Dirj en FAO periode 2006-2011.

8.


Pada Pleno Review of t he St at e and Agr icul t ur e sebagian besar negara anggot a
menyampaikan dukungannya t ent ang urgensi ref ormasi FAO. Ket ua Delegasi
Indonesia menyampaikan pandangannya berkenaan dengan upaya-upaya
mengurangi/ menghapus
kemiskinan
t idak
hanya
dilakukan
dengan
meningkat kan produksi pert anian, t et api j uga melalui pengembangan akses
pasar secara adil. Unt uk it u Indonesia mengingat kan peranan FAO dalam
ref ormasi perdagangan pert anian dalam kerangka WTO, yakni prot eksi di
negara maj u harus secepat nya dihilangkan. Hal-hal lain yang disampaikan
ant ara lain bahwa sekt or t erkait (kehut anan, kelaut an dan perikanan) saat ini
t engah mengat asi kerusakan sumber daya, menst rukt urisasi dan merevit alisasi
indust ri, sert a memerangi panenan dan perdagangan gelap komodit i t erkait .
Sekt or kehut anan j uga mempriorit askan pengendalian kebakaran hut an dan
rehabilit asi lahan hut an yang rusak. Mengenai f lu burung, Indonesia
menyampaikan komit mennya unt uk memerangi wabah f lu burung sampai
t unt as. Dalam hal ini Indonesia menyampaikan penghargaan kepada negaranegara dan badan-badan donor yang t elah memberikan bant uannya, khususnya

kepada FAO. Disamping it u Indonesia menyampaikan j uga Agrarian Ref orm yang
harus dilakukan dengan menghargai hak-hak masyarakat lokal (communit y

right ). St at emen ket ua delegasi RI selengkapnya adalah sebagaimana pada
Lampiran 2.

9.

Sidang Komisi I diket uai oleh Vict oria Guardia De Hernandez (Cost a Rica)
dengan Vice-Chairpersons: Alain Pierrot (perancis) dan Hasan Qut aiba (Iraq).
Agenda yang dibahas dalam Sidang Komisi I menyangkut : i) Proposal dan
Persiapan Penyelenggaraan Int ernat ional Conf erence on Agrarian Ref orms and
Rural Development ; ii) Special Event : Round Table Discussion on Gender and
Equalit y of Access t o Fact ors of Product ion; iii) Special Event : Wat er f or
Agricult ure in Af rica; iv) UN/ FAO-WFP Programme; dan v) Progress Report on
Implement ing t he Gender and Development Plan of Act ion.

10.

Proposal dan Persiapan Penyelenggaraan Int ernat ional Conf erence on Agrarian

Ref orms and Rural Development disampaikan oleh wakil dari Brasilia, yang
menyampaikan ant ara lain lat ar belakang, langkah-langkah yang t elah
dit empuh, dan usulan t opik-t opik yang akan dibahas, yait u meliput i dua
kat egori ut ama: i) Isu-isu pokok dalam Agrarian Ref orm and Rural Development ;
ii) pengalaman-pengalaman dan operasionalisasi yang t elah dilaksanakan secara
baik dan berhasil. Isu-isu pokok menyangkut : (a) Kebij akan dan
Implement asinya; (b) Pengembangan kapasit as unt uk meningkat kan akses
t erhadap lahan, air dan input pert anian and pelayanan agraria; (c) Peluangpeluang unt uk meningkat kan kemampuan produsen dan masyarakat – dan
pelayanan at as keinginan masyarakat dalam pengembangan pedesaan; dan (d)
Ref ormasi agraria dan ket erkait annya dengan keadilan sosial dan pembangunan
berkelanj ut an.

11.

Beberapa negara memberikan sarannya unt uk memasukkan t opik gender dan
lembaga keuangan pedesaan. Indonesia menyarankan agar agrarian ref orm
menghormat i hak-hak masyarakat lokal sert a meminimumkan biaya sosial dan
ekonomi. Disamping it u, mengingat bahwa lahan t erbat as dan j umlah
penduduk, maka pelaksanaan agrarian ref orm hanya dilakukan sekali unt uk
kehidupan yang lebih baik selanj ut nya.


12.

Special Event : Round Table Discussion on Gender and Equalit y of Access t o
Fact ors of Product ion, dipimpin oleh Ket ua Ms. Ann-Christ in Nykvist (Ment eri
Pert anian dan Urusan Konsumen, Swedia) dan wakil ket ua Mr. Claubert Tchat at
(Ment eri Pert anian dan Pembangunan Pedesaan, Kamerun). Disamping
melaporkan perkembangan dan keberhasilan/ kemaj uan dalam sist em
pemerint ahanan yang t erkait dengan pendekat an gender, hampir semua negara
menekankan pent ingnya gender equalit y dalam mengakses lahan dan akses
t erhadap sumberdaya lainnya sert a akses t erhadap pasar dan perdagangan.
Yang t ermasuk dalam pembahasan negara-negara anggot a adalah pent ingnya
gender dalam pola pengasuhan anak, dan pengaruhnya t erhadap masa depan
bangsa, mengingat bahwa 75 % penduduk dunia yang berada dalam kat egori
miskin adalah perempuan.

13.

Namun demikian, akses dan penguasaan t erhadap lahan bukan sat u-sat unya
f akt or yang dapat menyelesaikan masalah kemiskinan, karena selain lahan,

f akt or-f akt or lain j uga mempunyai pengaruh yang besar t erhadap akses lahan,
sepert i kesuburan lahan, t eknologi, akses pasar, kebij akan pemerint ah.
Sement ara it u, dit engah berkembangnya arus inf ormasi dan globalisasi melalui
media cet ak dan visual, sert a t eknol ogi lainnya, kekhawat iran j uga
dikemukakan karena semakin berkurangnya minat perempuan unt uk bekerj a di
bidang pert anian.

14.

Indonesia memandang bahwa gender t erkait erat dengan lingkungan sosial dan
budaya/ adat sert a kepercayaan masing-masing masyarakat . Oleh karena it u
gender equalit y harus dilandasi oleh sit uasi dan kondisi sosial dan budaya sert a

kepercayaan masyarakat t ersebut , bukan at as ide yang dit erapkan secara
global. Tanpa landasan t ersebut , maka gender equalit y hanya dilaksanakan
sebat as program dan proyek t anpa mempunyai dampak yang signif ikan,
sebagaimana yang selama ini selalu dit erapkan. Pernyat aan Delegasi Indonesia
selegkapnya adalah sebagaimana pada Lampiran.

15.


Wat er f or Af rica, sebagaimana t opik it u sendiri, menekankan pent ingnya
invest asi dibidang air unt uk kawasan Af rika. Pada Sidang Komisi I t opik ini
lebih banyak diikut i oleh negara-negara Af rika, karena t opik ini diarahkan
unt uk mendukung invest asi di Af rika. Meskipun sumberdaya alam Indonesia
t idak sepert i keadaan sumberdaya alam Af rika, t erdapat beberapa pelaj aran
yang dapat dipet ik dalam t opik ini, ant ara lain, pemanf aat an pemet aan Zona
Agroekologi (Agroecological Zone/ AEZ).

16.

Berkenaan dengan agenda UN/ FAO-WFP, disampaikan kegiat an-kegiat an
bersama ant ara FAO-WFP sesuai dengan mandat kedua badan t ersebut , yait u
unt uk menj amin bahwa masyarakat yang menderit a karena berbagai hal dapat
melanj ut kan/ meneruskan
kehidupannya
sert a
dapat
hidup
mandiri;
menggerakkan bant uan-bant uan mult ilat eral dan memperluas negara-negara
donor. Negara-negara anggot a menekankan perlunya WFP melakukan capacit y
building sert a memperluas bant uan-bant uan mult ilat eral.

17.

Sidang komisi II diket uai oleh Zohrab Malek (Armenia) dengan ViceChairpersons: Dat o’ Lily Zachariah (Malaysia) dan Willem Brakel (Unit ed St at es
of America). Sidang Komisi II membahas Programme and Budget ary Mat t ers
yang t erdiri
dari: i) Programme Implement at ion Report (PIR) 2002-2003; ii)
Programmme Evaluat ion Report (PER) 2005; iii) Program Work of Budget (PWB)
2006-2007 (Draf t Resolut ion); iv) Perf ormance of t he Split Assessment
Arrangement ; and v) Independent Ext ernal Evaluat ion (IEE) of FAO.

18.

Pada pembahasan mat a agenda Programme Implement at ion Report 2002-2003,
Sekret ariat t elah menyampaikan isi dari laporan Programme Implement at ion
2002-2003 yang merupakan perbaikan dari laporan sebelumnya sesuai
keput usan sidang FAO Council ke-127 bulan November 2004. Negara-negara
anggot a FAO dapat mendukung laporan t ersebut unt uk disahkan oleh
Conf erence, namun demikian ada beberapa cat at an yang perlu diperhat ikan
unt uk perbaikan pada laporan-laporan berikut nya.

19.

Unt uk mat a agenda ini Indonesia menyampaikan bahwa laporan hendaknya
meref leksikan ef isiensi dan produkt if it as dari organisasi sepert i yang
diharapkan dalam ref ormasi FAO. Pada saat yang bersamaan diharapkan
laporan lebih menekankan aspek kualit at if daripada kuant it at if . Indonesia j uga
mendukung pandangan bahwa laporan j uga seyogyanya mengant isipasi st rat egi
organisasi FAO ke depan, khususnya mengenai perkembangan kemaj uan
rencana aksi SDM. Int ervensi Delegasi Indonesia adalah sebagaimana pada
Lampiran 3.

20.

Berkait an dengan Programme Evaluat ion Report (PER), karena subst ansi pada
mat a agenda ini sangat berkait an erat dengan agenda Programme
Implement at ion Report
(PIR)
maka anggot a komisi
dapat
segera
merekomendasikan unt uk disahkan oleh Conf erence. Pada prinsipnya
diharapkan PER merupakan kesimpulan dari PIR.

21.

Pada mat a agenda Perf ormance of t he Split Assessment Arrangement Indonesia
t elah menyampaikan pandangannya bahwa t ernyat a perubahan pengat uran
pembayaran kont ribusi dengan dua mat a uang (US$ dan Euro) t idak berdampak
t erhadap kelancaran pola pembayaran. Selain it u Indonesia j uga menyat akan
dukungannya t erhadap keput usan Dewan unt uk mengeluarkan biaya–biaya

insident il dari Special Reserve Account mengingat rent annya biaya st af di FAO
Head Quart er, yang disebabkan oleh perbedaan t ingkat budget dengan nilai
t ukar operasional UN unt uk periode 2004-2005. Int ervensi Indonesia adalah
sebagaimana pada Lampiran 4.

22.

Pada mat a agenda ini Independent Ext ernal Evaluat ion (IEE) of FAO, Indonesia
menyat akan dukungannya t erhadap dilaksanakannya Independent Ext ernal
Evaluat ion t erhadap FAO. Indonesia memandang IEE seyogianya dapat saling
menunj ang dengan proposal FAO Ref orm yang diusulkan oleh DG FAO. Unt uk it u
Indonesia mendukung pelaksanaan dari kedua program t ersebut . Indonesia
mengharapkan dapat menerima laporan awal t ent ang IEE dan berpart isipasi
akt if dalam IEE. Int ervensi Delegasi Indonesia adalah sebagaimana pada
Lampiran 5.

23.

Unt uk mat a agenda Programme of Work and Budget 2006-2007, Indonesia
menyampaikan dukungannya t erhadap kesepahaman Dewan dengan Dirj en FAO
t ent ang perlunya peningkat an kemampuan FAO dalam memenuhi mandat nya
melalui kegiat an normat if dan operasional. Hal ini t ermasuk kont ribusi konkrit
dalam membant u Negara anggot a mencapai t arget MDGs. Indonesia j uga
mendukung pandangan Dewan akan perlunya pembaruan komit men t erhadap
invest asi pedesaan dan kemungkinan pengembangan pemanf aat an ilmu
penget ahuan dalam pert anian.

24.

Indonesia mengingat kan kepada Negara-negara yang mendukung skenario Zero
Nominal Growt h dan sesungguhnya mampu unt uk membayar kont ribusi, agar
segera memenuhi kewaj ibannya. Mengingat perlunya membant u negara-negara
dalam melaksanakan MDGs yang merupakan peran sent ral FAO, maka Indonesia
berpandangan bahwa pilihan yang paling layak adalah real growt h scenario
pada t ingkat 2. 5 % at au lebih t inggi. Hal ini dimungkinkan dengan dukungan
semua negara unt uk menanggung konsekuensi peningkat an kont ribusinya
masing-masing sesuai hasil penilaian.

25.

Dalam kenyat aanya berdasar st udi yang dibuat oleh salah sat u negara anggot a
menunj ukkan bahwa t anpa mempert imbangkan luas negara, kont ribusi akan
meningkat sebesar 18. 9% unt uk high real growt h, 13. 4% unt uk real growt h, dan
9. 0% unt uk zero real growt h. Hal pent ing lainnya adalah FAO seharusnya dapat
lebih ef isien dalam memberikan priorit as pada anggaran belanj anya. St udi
yang sama menunj ukkan bahwa dari alokasi Program of Work and Budget
sebesar US$ 841 j ut a, t erdapat pengeluaran sebesar 66% unt uk belanj a
pegawai, dan lainnya sebesar 17% unt uk belanj a pegawai non st af f . Int ervensi
Delegasi Indonesia selengkapnya adalah sebagaimana pada Lampiran 6.

5.

Disamping pandangan yang disampaikan Indonesia, t erdapat 25 negara anggot a
lainnya yang memberikan pandangannya. Secara keseluruhan t erdapat
kesepakat an umum unt uk memisahkan ref ormasi yang diusulkan Dirj en FAO dari
Program Work and Budget . Dalam pembahasan Program Work of Budget sendiri
t erdapat perbedaan pandangan yang t aj am di ant ara negara anggot a. Unt uk it u
Ket ua Komisi I menyarankan pembent ukan ” Friends of t he Chair” unt uk
memf asilit asi perbedaan dimaksud.

6.

Set elah sidang-sidang komisi berakhir, sidang plenary kembali dimulai. Pada
pembahasan Audit ed Account s 2002-2003, Inggris, at as nama EU memf okuskan
pada t iga masalah yait u: i) memint a Negara-negara yang mempunyai t unggakan
pembayaran kont ribusa unt uk dapat segera menunaikan kewaj ibannya, ; ii)
memint a supaya pembagian individual proj ect s harus dibawah pengawasan
pusat , iii) merekomendasikan supaya proses ” ret urn-f low” diat ur sesuai
prosedur yang berlaku .

III.

7.

Pada agenda Scale of Cont ribut ions 2006-2007, Jepang memint a agar kont ribusi
negara-negara yang UN Scale of Assessment direvisi sesegera mungkin paling
lambat Januari 2006 karena masuknya anggot a baru, Belarus ke dalam FAO.

8.

Pada pembahasan t he Use of Port uguese at t he FAO Regional Conf erence f or
Af rica in 2006, beberapa Negara Af rika mendukung proposal Angola sepert i
Cave Verde, Port ugal, Brasilia, Mozambique, dan Kolumbia. Negara-negara
t ersebut j uga memint a agar penggunaan bahasa Port ugis t idak hanya digunakan
pada FAO Regional Conf erence f or Af rica t ahun 2006 saj a, t et api j uga berlaku
set erusnya.

9.

Pada Pleno Pemilihan penggant i anggot a Dewan FAO (Council) yang akan
berakhir t er m pada t ahun 2005 dan 2006, mengingat j umlah calon negara
anggot a Dewan FAO (Council) sama dengan j umlah kursi yang t ersedia pada
masing-masing t er m , maka semua calon berhasil menj adi anggot a Dewan FAO.
Termasuk dalam hal ini t iga wakil Asia yang mengusulkan perpanj angan unt uk
t er m kedua (Nopember 2005 – 31 Desember 2008): Indonesia, India dan
Pakist an.

10.

Pada Pleno Pemilihan Independent Chairman unt uk Council periode 2006-2008,
calon dari Iran – Prof . Noori Naeini, Dubes dan Wakil Tet ap Iran unt uk FAO
secara dramat is t erpilih melalui vot ing ( secr et bal l ot ) dengan selisih sat u suara
at as calon dari Belanda – Prof . Rudy Rabbinge.

PERTEMUAN-PERTEMUAN DI SELA-SELA KONPERENSI FAO KE-33

32.

Pert emuan dengan World Bank dan FAO
Pert emuan berlangsung pada t anggal 21 Nopember 2005 dan dihadiri oleh Mark
D. Wilson, Direct or of Rural Development and Nat ural Resource Sect or Unit East
Asia and Pacif ic Region dari World Bank, William Sorrenson, Senior Economist
FAO/ World Bank Cooperat ive Programme – Asia Pacif ic Service Invest ment
Cent er Division Technical Cooperat ion Depart ment FAO, Daud Khan, Chief
FAO/ World Bank Cooperat ive Programme – Asia Pacif ic Service Invest ment
Cent re Division. Sement ara it u dari Delri dihadiri oleh Dr. Ir. Kaman
Nainggolan, Kepala Badan Ket ahanan Pangan, Dept an RI, Ir. Farid Hasan Bakt ir,
M. Ec. , Kepala Bagian PBB unt uk Pangan dan Pert anian, Biro Kerj asama Luar
Negeri, Dept an RI, dan Ary Raharj o, at t aché, Deplu RI.

33.

Pert emuan bert uj uan unt uk mendiskusikan secara umum
berbagai
permasalahan dan kepent ingan bidang pert anian Indonesia yang dapat dibant u
oleh World Bank dan FAO. Bant uan yang t elah t ersedia adalah membant u
Indonesia mengat asi permasalahan f lu burung. Terdapat dua sumber pendanaan
yang t elah t ersedia yait u Mult i Donor Trust Funds dan World Bank Invest ment
Umbrella berdasarkan pada kebut uhan Indonesia. Kedua sumber dana t ersebut
akan dipergunakan unt uk proyek f lu burung di Indonesia yang akan dilaksanakan
secara parallel guna mendukung vet erinarian unt uk melakukan berbagai
akt if it as mengat asi f lu burung ant ara lain sepert i laborat urium unt uk
mendet eksi f lu burung, capacit y buildi ng, early warning syst em, surveilence
dsb.

34.

Dalam hal ini diharapkan Depart emen Pert anian bersedia menandat angani
proj ect document yang melibat kan beberapa Negara yang t erkena f lu burung.
Disampaikan pula bahwa Viet nam t elah melaksanakan rest rukt urisasi indust ri
unggas unt uk program j angka menengah khususnya melarang adanya usaha
ayam di lahan pekarangan. Selain it u program penggant ian melalui pemusnahan
(culling) di Viet nam diawali dengan penggant ian harga pasar set iap ekornya 20
% kemudian 30 % dan saat ini diusahakan 75 %.

35.

Pert emuan Dengan Assist ant DG FAO
Pert emuan berlangsung pada t anggal 22 Nopember 2005 dan dihadiri oleh
Louise O. Fresco, Assist ant DG f or Agricult ure Development , Dr. Samuel C.
Jut zi, Direct or Animal Prot ect ion and Healt h Division Agricult ure Depart ment ,
Dr. Joseph M. Domenech, FAO Chief Vet erinary Of f icer (CVO), and Juan
Lubrot h, DVM, Ph. D. , ACVPM, Senior Of f icer Inf ect ious Diseases Group/ EMPRES
Animal Product ion and Healt h Division. Dr. Ir. Kaman Nainggolan, Kepala Badan
Ket ahanan Pangan, Dept an RI, Ir. Farid Hasan Bakt ir, M. Ec. , Kepala Bagian PBB
unt uk Pangan dan Pert anian, Biro Kerj asama Luar Negeri, Dept an RI, dan Ary
Raharj o, at t aché, Deplu RI.

36.

Pert emuan bert uj uan menindaklanj ut i Pert emuan Tingkat Ment eri t ent ang f lu
burung di Genewa. Disampaikan dalam pert emuan bahwa akan ada j oint
proj ect ant ara FAO dan Belanda unt uk Indonesia. FAO akan membant u
Indonesia dalam upaya mengat asi permasalahan f lu burung dengan
menyesuaikan program-program yang ada di Indonesia. Dirj en FAO t elah
mengalokasikan dana sebesar 5 j ut a dollar unt uk mengat asi permasalahan f lu
burung di Asia. Program f lu burung unt uk Indonesia diarahkan ant ara lain unt uk
membangun laborat orium, surveilence, menyusun st rat egi meningkat kan
kapasit as vet erinary, alat laborat orium unt uk mendet eksi penyakit . Aust ralia
dit et apkan sebagai pusat laborat orium ruj ukan unt uk penyakit f lu burung oleh
FAO yang dapat dipergunakan oleh negara-negara yang dilanda f lu burung.
Pihak FAO menyampaikan bahwa Indonesia, Viet nam dan Cina akan dij adikan
st udy t ent ang pemindahan penyakit f lu burung ke manusia.

37.

Masyarakat dunia dan negara donor sebelumnya kurang memberikan perhat ian
kepada masalah f lu burung, namun set elah t imbulnya penyebaran penyakit
yang semakin meluas dan menimbulkan korban manusia maka mereka
memberikan perhat ian dan dukungan yang penuh dalam mengat asi
permasalahan ini. Diperlukan adanya upaya unt uk mengembangkan
Perencanaan Nasional di wilayah yang t erkena f lu burung dengan dukungan
dana t idak kurang dari 50 – 60 j ut a dolar.

38.

Unt uk it u perencanaan ini memerlukan adanya Pusat Komando (Cent ral of
Command) unt uk mengont rol krisis ini karena penyakit f lu burung adalah
merupakan suat u masalah yang serius yang memerlukan pengendalian dan
komando dari t ingkat pusat ke t ingkat yang paling rendah. Dalam hal ini FAO
bersedia
unt uk
membant u
sekaligus
mendanai
Indonesia
dalam
memf ormulasikan proyek t eknis unt uk mengembangkan st rat egi yang akan
disampaikan kepada negara donor. Hal ini disebabkan karena masyarakat
int ernasional dan negara donor sangat t ert arik membant u mengat asi
permasalahan f lu burung dengan j aminan adanya Cent re of Excellent yang
prof esional. Sebagai cont oh USAID t elah mengalokasikan bant uan sebesar 5 – 6
j ut a dolar, Belanda sebesar 8 j ut a dolar, dan Aust ralia dengan nilai bant uan
yang belum diket ahui.

39.

Pada t anggal 17 – 18 Januari 2006 akan ada Pledging Meet ing di Beij ing yang
diorganisir oleh World Bank dan ADB. Pemerint ah Indonesia diharapkan sudah
harus siap dengan konsep dan st rat egi t erbaik khususnya dalam pembent ukan
Pusat Komando unt uk mengat asi f lu burung yang dapat dipresent asikan secara
komprehensif dengan segala kebut uhan yang diperlukan unt uk disampaikan
pada pledge di Beij ing t ersebut . Indonesia diharapkan dapat menj adi int i
rencana aksi (act ion plan) di Beij ing, sehingga seluruh komit men Indonesia
dapat meyakinkan pert emuan it u berhasil.

40.

Pert emuan Bilat eral Dengan Ment eri Pert anian dan Pangan Norwegia.

Pert emuan berlangsung pada t anggal 22 Nopember 2005 dan dihadiri oleh Terj e
Riis-Johansen, Ment eri Pert anian dan Pangan, Per Harald Grue, Sekj en Dept an
Norwegia, Sigrid Hj ornegard, Polit ical Adviser, Henrik Einevoll, Deput y Direct or
General. Dr. Ir. Kaman Nainggolan, Kepala Badan Ket ahanan Pangan, Dept an
RI, Ir. Farid Hasan Bakt ir, M. Ec. , Kepala Bagian PBB unt uk Pangan dan
Pert anian, Biro Kerj asama Luar Negeri, Dept an RI, dan Ary Raharj o, at t aché,
Deplu RI.

41.

Pert emuan ini bert uj uan unt uk saling t ukar pengalaman dan pendapat dalam
menghadapi Perundingan WTO di Hongkong. Indonesia menyampaikan posisinya
berkait an dengan Save Guard Mechanism (SGM) dan Special Pref erence (SP)
sebagai proposal pada pert emuan t ersebut . Proposal ini sej alan dengan
Deklarasi Doha. Pemerint ah Norwegia menyampaikan bahwa pert anian mereka
t idak kompet it if karena biaya produksi yang t inggi. Unt uk memberikan j aminan
sect or pert anian di pedesaan dipergunakan domest ic support . Disampaikan pula
bahwa Norwegia berada dalam G-10 namun masih t erdapat perbedaanperbedaan dengan anggot a lainnya khususnya dalam penurunan t arif f . Hal ini
disebabkan karena Norway masih memiliki sensit ive product khususnya produkproduk susu sepert i halnya Indonesia yang j uga memiliki sensit ive product
ant ara lain beras, j agung dan kedelai. Indonesia, yang berada di G-20 j uga
memiliki perbedaan dengan anggot a lainnya khususnya Grain Export ing
Count ries sepert i Argent ina yang membut uhkan penurunan t arif f yang banyak.

42.

Indonesia menghargai keput usan Norwegia unt uk mengurangi subsidi pada gula
sehingga harga gula di pasaran mengalami kenaikan yang berdampak pada
keunt ungan bagi pet ani gula Negara-negara berkembang. Norwegia masih t et ap
dengan 45 persen import t arif f dari binding dan sensit ive product 15 persen,
karena t anpa it u Norwegia akan mengalami banyak kesulit an.

43.

Kunj ungan Wakil DEPHUT ke markas Int er nat ional Fund f or Agr icul t ur al
Devel opment (IFAD)

44.

a.

Wakil DEPHUT menyampaikan bahwa kunj ungan dilakukan at as
penugasan pimpinan unt uk mej aj aki t anggapan posit ip IFAD t erhadap
keinginan Indonesia memanf aat kan pinj aman suku bunga rendah IFAD
dalam rangka mendukung kegiat an HTI Rakyat di pulau Kalimant an.
Sumat era dan Sulawesi.

b.

Wakil IFAD, Mr. My Hyun Chong -Co Financer IFAD- mengkonf irmasi
penj elasan Kepala Badan Rekonst ruksi dan Rehabilit asi (BRR) Aceh yang
didampingi Dubes RI unt uk It alia saat kunj ungan ke IFAD baru-baru ini
bahwa penggunaan pinj aman unt uk membangun Aceh dan Nias belum
merupakan pemikiran Indonesia mengingat masih banyak dana hibah
yang belum dimanf aat kan dan saat ini t engah dalam proses koordinasi.

c.

Berkenaan dengan kegiat an HTI Rakyat , Wakil IFAD menyampaikan
krit eria-krit eria proyek yang mendapat pembiayaan IFAD ant ara lain: i)
berdampak t erhadap peningkat an mat a pencaharian rakyat , ii) adanya
mi cr of i nance, iii) berdampak t erhadap wanit a dan minorit as, iv)
berdampak t erhadap lingkungan. Unt uk it u sebagai langkah awal,
Indonesia disarankan menyampaikan concept paper sebanyak 2
halaman. Diungkapkan bahwa suku bunga IFAD berkisar 0. 75%. Namun
demikian pihak mit ra penyedia pendanaan IFAD bisa saj a menerapkan
lebih t inggi dari angka t ersebut . Jangka pembayaran berkisar 40 t ahun
dengan gr ace per iod 20 t ahun.

Tindak lanj ut pert emuan dengan IFAD:

a.

DEPHUT perlu menelaah lebih lanj ut program kerj a FAO (Programme of
Work and Budget 2006-2007) yang t erkait dengan sekt or kehut anan,
unt uk dapat memanf aat kan secara opt imum guna mendukung kegiat an
priorit as DEPHUT (ant ara lain Guidel iness f or Forest Fires, Forest Law
Enf or cement and Gover nnance) maupun memperkuat kegiat an yang
t elah berlangsung dengan dukungan FAO (ant ara lain Nat ional For est
Pr ogr amme dan For est Resour ce Assessment ).

b.

DEPHUT perlu pro-akt if menyiapkan SDMnya unt uk memanf aat kan
peluang kerj a di FAO sebagai respon dari penguat an kewenangan FAO
Regional/ sub-regioanal/ count ry. Hal ini nant inya akan berdampak
t erhadap capacit y buil ding dan aliran r esour ce ke Indonesia.

c.

DEPHUT segera menginisiasi penyusunan concept paper Pembiayaan HTI
Rakyat oleh IFAD melalui koordinasi dengan DEPTAN dan DEPKEU.

Roma,

Nopember 2005

Pelapor,
Dr. Eri Indrawan
Dr. Agus Just iant o