ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PA BONDOWOSO No. 1869/Pdt.G/2014/PA.BDW TENTANG PENOLAKAN GUGATAN KOMPENSASI MATERIIL ATAS NAFKAH BATIN.

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PA
BONDOWOSO No. 1869/Pdt.G/2014/PA.BDW TENTANG
PENOLAKAN GUGATAN KOMPENSASI MATERIIL ATAS
NAFKAH BATIN

SKRIPSI

Oleh
ACHMAD RISWANDA IMAWAN
NIM. C31212100

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Keluarga Islam
Surabaya
2016

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ..............................................................................................


i

PERNYATAAN KEASLIAN ...............................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................................................

iii

PENGESAHAN ...................................................................................................

iv

MOTTO ................................................................................................................

v

ABSTRAK ...........................................................................................................


vi

PERSEMBAHAN ................................................................................................

vii

KATA PENGANTAR .........................................................................................

viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................

x

DAFTAR TRANSLITERASI ..............................................................................

xiii

BAB I


BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................

1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ................................................

9

C. Rumusan Masalah ........................................................................

10

D. Kajian Pustaka ..............................................................................

10

E. Tujuan Penelitian .........................................................................


13

F. Kegunaan Hasil Penelitian ...........................................................

14

G. Definisi Operasional .....................................................................

14

H. Metode Penelitian ........................................................................

15

I. Sistematika Pembahasan ..............................................................

18

HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTERI MENURUT HUKUM

ISLAM DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
A. Hak dan Kewajiban Suami Isteri Menurut Hukum Islam ..........

20

1. Pengertian Hak dan Kewajiban Suami Isteri ........................

20

2. Bentuk-Bentuk Hak dan Kewajiban Suami Isteri ................

21

i

BAB III

KASUS

GUGATAN


KOMPENSASI

MATERIIL

ATAS

NAFKAH BATIN DAN PANDANGAN HAKIM TERHADAP
ISU TERSEBUT
A. Profil Pengadilan Agama Bondowoso .........................................
B. Deskripsi

Putusan

Hakim

1869/Pdt.G/2014/PA.Bdw

PA


Tentang

Bondowoso
Penolakan

39

No.

Gugatan

Kompensasi Materiil Atas Nafkah Batin .....................................

42

C. Pertimbangan Hukum dan Dasar Pemikiran Hakim Pengadilan
Agama

Bondowoso


Dalam

1869/Pdt.G/2014/PA.Bdw

Memeriksa

Tentang

Perkara

Penolakan

No.

Gugatan

Kompensasi Materiil Atas Nafkah Batin......................................
BAB IV

53


ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM
PA BONDOWOSO NO 1869/PDT.G/2014/PA.BDW TENTANG
PENOLAKAN GUGATAN KOMPENSASI MATERIIL ATAS
NAFKAH BATIN
A. Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama
Bondowoso Terhadap Putusan No. 1869/Pdt.G/2014/PA.Bdw
Tentang Penolakan Gugatan Kompensasi Materiil Atas Nafkah
Batin ..............................................................................................
B. Asnalisis
Pengadilan

Hukum
Agama

Islam

Terhadap

Bondowoso


Penolakan
Tentang

65

Hakim

Penolakan

Gugatan Kompensasi Materiil Atas Nafkah Batin Pada
Putusan Nomor 1869/Pdt.G/2014/PA.Bdw ..................................
BAB V

69

PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................

80


B. Saran .............................................................................................

81

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

82

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................

85

ii

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap Putusan Hakim PA
Bondowoso No. 1869/Pdt.G/2014/PA.Bdw Tentang Penolakan Gugatan Kompensasi
Materiil Atas Nafkah Batin ” merupakan hasil penelitian studi pustaka pada putusan
hakim Pengadilan Agama Bondowoso tentang penolakan gugatan kompensasi
materiil atas nafkah batin yang bertujuan untuk menjawab permasalahan tentang
bagaimana dasar pemikiran hakim Pengadilan Agama Bondowoso tentang gugatan
kompensasi materiil atas nafkah batin. Dan bagaimana analisis hukum Islam
terhadap ditolaknya gugatan kompensasi materiil atas nafkah batin dalam putusan
no. 1869/Pdt.G/2014/PA.Bdw.
Data hasil penelitian dihimpun dengan menggunakan teknik wawancara dan
analisis data secara deskriptif verifikatif melalui pola pikir deduktif yaitu
mengemukakan dalil-dalil atau data-data yang bersifat umum yakni tentang hak dan
kewajiban suami isteri namun lebih difokuskan pada nafkah batin kemudian ditarik
pada permasalahan yang lebih bersifat khusus tentang gugatan kompensasi materiil
atas nafkah batin tersebut dalam putusan No. 1869/Pdt.G/2014/PA.Bdw.
Setelah data terkumpul maka analisis dalam perkara ini adalah seorang isteri
menuntut hak ganti rugi atas nafkah batin yang dilalaikan oleh suaminya dengan
sejumlah uang. Gugatan isteri dalam hal ini tidak bisa dibenarkan sebagaimana
dalam perkara No. 1869/Pdt.G/2014/PA.Bdw sebab nafkah batin merupakan suatu
hal abstrak dan tidak mungkin dinilai dengan harta (uang). Dan akan sulit
menetukan harga nafkah betin itu sendiri. Terlebih nafkah batin tidak bisa diukur
secara kualitatif (kepuasan) maupun kuantitatif (frekuensi berhubungan suami
isteri). Maka gugatan kompensasi nafkah batin yang diajukan oleh pihak isteri sudah
sepatutnya untuk ditolak oleh Majelis Hakim Pengadilan Agama Bondowoso.
Namun perlu diketahui bahwa setiap hakim dalam memutuskan sebuah perkara
mempunyai pertimbangan masing-masing.
Sebaiknya hak hakim dalam berijtihad dipersidangan harus digunakan dengan
sebaik-bainya. Apalagi dalam kasus yang belum ada atau kurang jelas hukumnya.
Namun, yang terpenting hakim tidak keluar dari landasan cita-cita umum (common
basic idie). Pertimbangan hakim sangat dibutuhkan dalam memutus sebuah perkara
agar tercipta keadilan yang sesungguhnya.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada
setiap makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan.
Ia adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah Swt., sebagai jalan bagi makhlukNya untuk berkembangbiak, dan melestarikan hidupnya.1
Istilah pernikahan juga sering disebut dengan perkawinan. Dalam
bahasa Indonesia, “perkawinan” berasal dari kata “kawin”, yang menurut
bahasa artinya adalah membentuk keluarga dengan lawan jenis; melakukan
hubungan kelamin atau bersetubuh.2 Istilah kawin sebenarnya telah
digunakan secara umum untuk semua makhluk hidup yang dapat
berkembangbiak, seperti manusia, hewan dan tumbuhan, dan menunjukkan
proses generatif secara alami. Berbeda halnya dengan pernikahan, istilah ini
lazim digunakan pada manusia karena mengandung unsur keabsahan secara
hukum nasional, adat istiadat dan terutama menurut agama.3
Dalam Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa, Perkawinan
menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau

mi>tsa>qan ghali>dhan untuk menaati perintah Allah dan melakukannya
merupakan ibadah.4

1

Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), 6.
Anonimous, Kamus Besar Bahas Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), 146.
3
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih…,7.
4
Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Wipress), 175.
2

1

2

Pernikahan yang dilandasi dengan maksud dan tujuan yang jelas serta
baik akan berdampak pada langgengnya sebuah rumah tangga. Ikatan
pertama pembentukan rumah tangga telah dipatri oleh ijab kabul yang
dilakukan ketika akad nikah. Kalimat ijab kabul sangat mudah untuk
diucapkan oleh calon suami dan wali calon istri. Ijab kabul seperti ini oleh
Rasulullah Saw., disebut sebagai Khafifata>ni fi> al-Lisan Saqi>lata>ni fi> al-

Mi@za>n yang artinya adalah ringan untuk diucapkan oleh lidah, tetapi berat
pada timbangan.5 Hal ini dapat disimpulkan bahwa ijab kabul sangatlah
mudah

untuk

diucapkan,

namun

berat

sekali

dalam

pelaksanaan

tanggungjawab yang mengikutinya.
Apabila akad nikah telah berlangsung dan sah memenuhi syarat dan
rukunnya maka akan menimbulkan akibat hukum. Didalam akibat hukum
tersebut adalah timbulnya hak dan kewajiban suami istri dalam keluarga.6Hak
adalah apa-apa yang diterima oleh seseorang dari orang lain, sedangkan,
kewajiban adalah apa yang mesti dilakukan seseorang terhadap orang
lain.7Dalam berumah tangga pasangan suami istri tentunya mempunyai
hubungan timbal balik yang disebut dengan pemenuhan hak dan kewajiban.
Adanya hak dan kewajiban antara suami dan istri dalam kehidupan
rumah tangga dapat dilihat dalam beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi.
Contoh dalam Al-Qur’an adalah pada surat Al-Baqarah ayat 228:

5

Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer (Analisis
Yurisprudensi dengan Pendekatan Ushuliyah), (Jakarta: Kencana, 2004), 96.
6
Abdul Rahman Ghozali,Fiqh Munakahat,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2008),155.
7
Amir Syarifuddin,Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta:Prenada Media,2007),159.

3

             
Artinya: “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para
suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya
dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.8
Ayat ini menjelaskan bahwa istri mempunyai hak dan istri juga
mempunyai kewajiban. Kewajiban istri merupakan hak bagi suami. Meskipun
demikian, suami mempunyai kedudukan setingkat lebih tinggi, yaitu sebagai
kepala keluarga.
Dalam hadist juga diterangkan mengenai hak dan kewajiban yaitu
hadist yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr bin ‘Ash.

ِ
ِ
ِ ُ ‫ال رس‬
‫وم اللْي َل؟‬
َ ‫ُخبَ ْر أ‬
ْ ‫ أَ ََْ أ‬،‫ يَا َعْب َد الله‬:‫صلى اهُ َعلَْيه َو َسل َم‬
ُ ‫وم الن َه َار َوتَ ُق‬
ُ‫ص‬
ُ َ‫َنك ت‬
َ ‫ول الله‬
ُ َ َ َ‫ق‬
ِ
‫ َوإِن‬،‫ك َحقًا‬
َ َ‫ ق‬،‫ول الل ِه‬
َ ‫ بَلَى يَا َر ُس‬:‫ت‬
َ ‫ فَِإن َِْ َسد َك َعلَْي‬،ََْ‫ َوقُ ْم َو‬،‫ص ْم َوأَفْ ِط ْر‬
ُ ‫قُ ْل‬
ُ ،‫ فَاَ تَ ْف َع ْل‬:‫ال‬
ِ ِ
ِ
‫ك َحقًا‬
َ ‫ك َعلَْي‬
َ ‫ َوإِن لَزْوج‬،‫ك َحقًا‬
َ ‫ك َعلَْي‬
َ ِ‫ل َعْين‬

Artinya: Rasulullah SAW bersabda : “Hai Abdullah, apakah tidak aku khabari
sesungguhnya kamu berpuasa pada siang hari dan beribadah pada
waktu malam ?” Aku menjawab : “Benar Ya Rasulullah”. Rasulullah
berkata : “Jangan kamu lakukan itu, berpuasalah dan berbuka,
beribadahlah dan tidur, sesungguhnya bagi tubuhmu ada hak
atasmu, bagi dua matamu ada hak atasmu dan bagi isterimu ada hak
atasmu.” (H.R. Bukhari).9
Dari kedua dalil naqli diatas maka dijelaskan bahwa kewajiban suami
terhadap istri adalah hak yang harus didapatkan oleh istri dan kewajiban istri
terhadap suami adalah hak yang harus didapatkan oleh suami. Terkait dengan

masalah ini, Ibnu Thaimiyah berpendapat dalam kitabnya yaitu “Majmu al-

8
9

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Indonesia, (Jakarta: Sari Agung, 2002), 55.
Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Jilid. III, No. 5199 (Maktabah Syamilah), 31.

4

Fatawa>” bahwa “Tidak ada hak yang lebih wajib untuk ditunaikan seorang
wanita setelah hak Allah dan Rasul-Nya daripada hak suami.”10
Dalam undang-undang No. 1 Tahun 1974 juga diatur tentang hak dan
kewajiban yaitu tertuang pada pasal 30 yang berbunyi : Suami isteri memikul
kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi
dasar dari susunan masyarakat. Pasal 30 ini juga dikuatkan dan diperjelas
oleh pasal 31 sampai pasal 34. Pada Kompilasi Hukum Islam juga sangat jelas
sekali dijelaskan tentang hak dan kewajiban suami istri yakni tertuang dalam
pasal 77 yang berbunyi sebagai berikut:
1. Suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah
tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah yang menjadi sendi dasar
dari susunan masyarakat.
2. Suami isteri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia
dan memberi bantuan lahirbathin yang satui kepada yang lain.
3. Suami
isteri
memikul
kewajiban
untuk
mengasuh
danmemeliharaanak-anak mereka, baikmengenai pertumbuhan
jasmani, rohani maupun kecerdasannya dan pendidikan agamanya.
4. Suami isteri wajib memelihara kehormatannya.
5. Jika suami atau isteri melalaikan kewjibannya masing-masing
dapatmengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama.11
Diantara kewajiban suami adalah memberikan nafkah kepada isteri
dan anak-anaknya baik itu berupa nafkah lahir maupun nafkah batin. Nafkah
merupakan kewajiban seorang suami kepada keluarganya sebagai bentuk rasa
pertanggungjawaban atas perkawinan yang dijalani. Hal ini sesuai firman
Allah Swt., dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 233:

Anwar Al Baaz dan Amir Al Jazzar, Kumpulan Fatwa Ibnu Taimiyah : Majmu Fatawa,
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2015), 260.
11
Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Wipress), 195.
10

5

               
    

Artinya: “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut
kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan
warispun berkewajiban demikian”. 12

Selain itu hadist Rasulullah Saw., juga menegaskan kewajiban suami
dalam memberikan nafkah kepada istrinya, diantaranya hadist yang
diriwayatkan oleh Mu’awiyah al-Qusyairi.

ِ
ِ َ ‫ال قُ ْلت يا رس‬
‫ال أَ ْن تُطْعِ َم َها إِ َذا‬
َ َ‫َح ِدنَا َعلَْي ِه ق‬
ِ ِْْ ‫َع ْن ُم َعا ِويَةَ الْ ُق َش‬
َ ‫ول الله َما َحق َزْو َجة أ‬
ُ َ َ ُ َ َ‫ي ق‬
ِ
ِ ‫ض ِرب الْوجه وَا تُ َقبِح وَا تَهجر إِا ِِ الْب ي‬
‫ت‬
َ ‫ت أ َْو ا ْكتَ َسْب‬
َ ‫ْس َوَ ا إِ َذا ا ْكتَ َسْي‬
َ ‫طَع ْم‬
َْ
ُْ ْ َ ْ
َ َ ْ َ ْ ْ َ‫ت َوَا ت‬
ُ ‫ت َوتَك‬

Artinya: Dari Mu’awiyah al Qusyairi Radhiyallahu 'anhu, dia berkata: Aku
bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah hak isteri salah seorang dari
kami
yang
menjadi
kewajiban
suaminya?”
Beliau
menjawab,"Engkau memberi makan kepadanya, jika engkau makan.
Engkau memberi pakaian kepadanya, jika engkau berpakaian.
Janganlah
engkau
pukul
wajahnya,
janganlah
engkau
memburukkannya, dan janganlah engkau meninggalkannya kecuali
di dalam rumah”. (HR. Abu Daud)13

Nafkah dibagi menjadi dua macam yaitu nafkah lahir dan nafkah
batin. Nafkah lahir adalah sesuatu yang diberikan seseorang kepada isteri,
kerabat dan miliknya sebagai keperluan pokok bagi mereka. Keperluan pokok
tersebut seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal.14Sedangkan nafkah
batin adalah kebutuhan biologis dan psikologis seperti cinta, kasih sayang,
perhatian, perlindungan dan lain sebagainya yang konkretnya berupa

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Indonesia…, 54.
Abu Dawud Sulaiman, Sunan Abu Daud, (Darul Hadis, 2014) no. 2142
14
Departemen Agama RI, Ilmu Fikih, Jilid II, (Jakarta: Ditjen Binbaga Islam, 1984/1985), 184.
12

13

6

persetubuhan (sexual intercourse) yang harus dipenuhi oleh suami atas
isteri.15
Selain nafkah lahir, suami juga dituntut untuk mampu memberikan
nafkah batin kepada isteri. Islam telah mengatur tentang nafkah yang tidak
berbentuk materi, namun berbentuk kasih sayang dan perhatian yang tulus
dari pasangan suami isteri. Hal ini dijelaskan dalam al-Qur’an surat Ar-Ruudhiyah sebesar Rp.
50.000,- per hari sejak Penggugat dan Tergugat berpisah sampai dengan
putusan memperoleh kekuatan hukum tetap dan Penggugat meminta nafkah
lima anak kepada tergugat masing-masing sebesar Rp. 500.000,- perbulan
sehingga berjumlah Rp.2.500.000,. Tidak hanya itu Penggugat dalam
gugatanya mengatakan bahwa Tergugat tidak pernah memberikan nafkah
batin pada Penggugat selama kurang lebih 1 tahun 7 bulan, maka Penggugat

9

menuntut ganti rugi nafkah batin berupa uang sebesar Rp. 500.000.000,(lima ratus juta rupiah).
Yang sangat menarik perhatian penulis adalah gugatan kompensasi
materiil atas lalainya pihak suami dalam nafkah batin tersebut. Dan yang
lebih menarik lagi disini adalah bahwa Pengadilan Agama Bondowoso
memutuskan untuk menolak gugatan tersebut. Kasus ini melahirkan beberapa
pertanyaan bagi penulis. Apakah yang menjadi dasar hakim menolak gugatan
tersebut, bagaimana sebenarnya hukum islam mengatur nafkah batin dan
seberapa jauh dan apasaja yang bisa di identifikasiakan sebagai hak dan
kewajiban suami isteri dalam Islam serta apakah juga hukum Islam membuka
ruang untuk memberikan kompensasi ketika nafkah batin tersebut tidak
terpenuhi. Pertanyaan-pertanyaan inilah yang ingin dijawab dan diteliti
penulis dalam skripsi ini.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis membuat skripsi
berjudul: Analisis Hukum Islam Terhadap Putusan Hakim Pa Bondowoso No.
1869/Pdt.G/2014/Pa.Bdw Tentang Penolakan Gugatan Kompensasi Materiil
Atas Nafkah Batin.

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan penulis di atas, maka
dapat ditulis identifikasi masalah sebagai berikut:

10

a. Faktor-faktor yang melatar belakangi penolakan hakim atas gugatan
nafkah batin.
b. Tinjauan hukum Islam tentang gugatan kompensasi materiil atas
nafkah batin.
2. Batasan Masalah
Dari luasnya pembahasan mengenai gugatan kompensasi materiil
atas nafkah

batin dalam identifikasi masalah tersebut, maka penulis

membatasi masalah dalam pembahasan ini:
a. Putusan Hakim PA Bondowoso no. 1869/Pdt.G/2014/PA.Bdw.
Tentang gugatan kompensasi materiil atas nafkah batin.
b. Penolakan hakim atas gugatan kompensasi materiil atas nafkah batin.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dasar pertimbangan Hakim PA Bondowoso. Tentang gugatan
kompensasi materiil atas nafkah batin?
2. Bagaimana
kompensasi

analisis

hukum

materiil

atas

Islam
nafkah

terhadap
batin

ditolaknya
dalam

gugatan

putusan

no.

1869/Pdt.G/2014/PA.Bdw?

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka bertujuan untuk memaparkan perbedaan mendasar antara
penelitian yang dilakukan dengan kajian atau penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya. Melalui penelusuran data yang telah dilakukan,

11

terdapat beberapa karya ilmiyah yang berhubungan dengan kompensasi
materiil atas nafkah batin, di antaranya:
1. Skripsi tahun 2002 yang berjudul “Studi Analisis Hukum Islam Tentang
Kompensasi Materiil Atas Nafkah Batin” Milik Ahmad Hamdi Mulyo
Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, Fakultas Syari’ah, Jurusan
Ahwal al-Syakhsiyyah. Bahasan utama dalam skripsi ini adalah tinjauan
hukum Islam dan perundang-undangan terhadap kompensasi nafkah batin
dan penentuan harga nafkah batin. Diketahui bahwa skripsi ini
menggunakan metode literatur. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa isteri
dapat mengajukan gugatan kompensasi materiil atas nafkah batin dengan
dua cara. Pertama adalah isteri mengajukan gugatan cerai dengan alasan
yang tertuang pada pasal 9 huruf (b) atau (c) PP No. 1 tahun 1975
sekaligus menuntut kompensasi atas nafkah yang tidak diterimanya.
Kedua, isteri mengjukan kompensasi atas nafkah batin sebagai gugatan
pokok. Gugatan ini dapat dikabulkan, karena untuk menolak gugatan
tersebut hakim tidak mempunyai alasan yang kuat.
2. Skripsi oleh Ana Nurul Hidayati tahun 2006 yang berjudul “Putusan PA
Bojonegoro Nomor :823/Pdt.G/2001/PA.Bjn. Tentang

Tuntutan Isteri

Mengenai Ganti Rugi Untuk Nafkah Batin Dalam Perspektif Imam
Malik”. Skripsi ini merupakan hasil dari studi lapangan dan leteratur
terhadap perspektif Imam Malik, tentang tuntutan Isteri mengenai ganti
rugi nafkah batin yang dikabulka oleh Hakim Pengadilan Agama
Bojonegoro. Yang menjadi dasar dalam pengkabulan hakim disini adalah

12

bahwa nafkah batin adalah kewajiban suami kepada isteri. Isteri tentu
akan dirugikan jika haknya tidak dipenuhi oleh suaminya. Namun hal
tersebut ternyata bertentangan dengan pendapat Imam Malik yang juga
didukung oleh Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal. Pendapat
tersebut adalah jika si suami tidak mampu memenuhi kewajibanya, maka
isteri hanya diberikan dua pilihan yaitu antara cerai gugat atau bertahan
melanjutkan rumah tangganya. Dan tidak ada sama sekali keterangan
tentang hak isteri untuk menuntut ganti rugi nafkah batin.
3. Skripsi yang ditulis oleh Moh. Thobib Dzikrul Hasan pada tahun 2011
dengan judul “Gugatan Rekompensi Mengenai Tuntutan Nafkah Batin
Isteri Kepada Suaminya Pada Masa Berpisah (madliyah) Dalam Perkara
Cerai

Talak

(Studi

Putusan

PA.

Lumajang

Nomor:

1715/Pdt.G/2006/PA.Lmj)”. Bahasan utama dalam skripsi ini adalah
bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap gugatan rekompensasi
mengenai tuntutan nafkah batin kepada suaminya pada masa berpisah

(madliyah). Dalam perkara ini Hakim Pengadilan Agama Lumajang
menolak gugatan tersebut. Adapun alasan hakim dalam penolakan ini
adalah tidak ditemukan dasar hukum yang kuat untuk dijadikan rujukan
hakim dalam menyelesaikan perkara kaitanya dengan kompensasi nafkah
batin isteri dalam bentuk materiil.
Walaupun banyak penelitian terdahulu yang terkait dengan nafkah
batin, penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang lain. Adapun
perbedaannya adalah:

13

1. Objek penelitian ini adalah putusan hakim di Pengadilan Agama
Bondowoso.
2. Gugatan isteri terhadap suami atas nafkah batin berbeda dengan
penelitian sebelumnya, sebab ini dilakukan pada masa isteri menggugat
suami untuk bercerai.
3. Dalam analisisnya, peneliti menggunakan kaidah-kaidah yang terdapat
dalam hukum perkawinan yang berlaku di Indonesia serta hukum
perkawinan Islam berdasarkan Kompilasi Hukum Islam, Al-Qur’an dan
hadis-hadis.
4. Belum ada kajian yuridis dan hukum Islam yang membahas putusan PA
Bondowoso no. 1869/Pdt.G/2014/PA.Bdw. Tentang gugatan kompensasi
materiil atas nafkah batin.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang peneliti kaji dari penelitian ini,
maka penulisan penelitian ini bertujuan untuk:
1. Memahami dan mengetahui dasar pertimbangan Hakim PA Bondowoso
pada putusan no. 1869/Pdt.G/2014/PA.Bdw. Tentang gugatan kompensasi
materiil atas nafkah batin.
2. Menahami analisis hukum Islam terhadap gugatan kompensasi materiil
atas nafkah batin.

14

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sekurang-kurangnya
meliputi dua aspek, antara lain:
1. Aspek teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih khazanah
keilmuan dan penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur dan referensi,
baik oleh peneliti selanjutnya, akademisi, maupun bagi pemerhati hukum
khususnya dalam hal hukum gugatan kompensasi materiil atas nafkah
batin.
2. Aspek Praktis
Dari segi praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pemahaman dan
kemanfaatan bagi hakim dan masyarakat dalam menelaah hukum gugatan
kompensasi materiil atas nafkah batin.

G. Definisi Operasional
Untuk

mempermudah

pemahaman

pembaca

dalam

penulisan

penelitian ini, serta untuk menghindari kesalahpahaman, maka peneliti
menguraikan beberapa istilah, antara lain:
1. Nafkah batin: Adalah kebutuhan biologis dan psikologis seperti cinta,
kasih sayang, perhatian, perlindungan dan lain sebagainya yang
konkretnya berupa persetubuhan (sexual intercourse) yang harus dipenuhi
oleh suami atas isteri.17
17

Samsul Bahri, Mimbar Hukum, No 52, Nafkah Batin dan Kompensasi Materiilnya, 24

15

2. Kompensasi materiil: terdiri dari dua kata yaitu kompensasi yang artinya
imbalan atau ganti rugi dan materiil yang artinya benda atau sesuatu yang
bersifat materi. Jadi kompensasi materiil adalah mengganti kerugian
dengan sejumlah materi, dalam hal ini adalah hak isteri (nafkah batin)
yang tidak diperoleh dari suami.

H. Metode Penelitian
Penulisan dan pembahasan penelitian ini menggunakan metode
penelitian yuridis deskriptif verifikatif melalui pola pikir deduktif yaitu
mengemukakan dalil-dalil atau data-data yang bersifat umum yakni
tentang hak dan kewajiban suami isteri namun lebih difokuskan pada
nafkah batin kemudian ditarik pada permasalahan yang lebih bersifat
khusus tentang gugatan kompensasi materiil atas nafkah batin tersebut
dalam putusan No. 1869/Pdt.G/2014/PA.Bdw.
1. Data Yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut:
a. Data tentang dasar pertimbangan hakim melakukan penolakan
terhadap gugatan kompensasi marteriil atas nafkah batin dalam
putusan nomor 1869/Pdt.G/2014/PA.Bdw.
b. Data yuridis dan hukum Islam mengenai gugatan kompensasi materiil
atas nafkah batin.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penulisan penelitian ini adalah:

16

a. Sumber Data Sekunder
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen
resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil
penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis, disertasi, dan peraturan
perundang-undangan.18 Sumber data sekunder dari penelitian ini
adalah:
1. Putusan Hakim PA Bondowoso nomor 1869/Pdt.G/2014/PA.Bdw.
2. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
3. Kompilasi Hukum Islam

3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun untuk memperoleh data yang akurat dan dibutuhkan oleh
peneliti sesuai dengan judul penelitian, maka dalam pengumpulan data
peneliti menggunakan satu metode yaitu metode Dokumentasi Menurut
Suharsimi Arikunto, dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang
artinya barang-barang tertulis.19 Dalam hal ini, peneliti mempunyai teks
putusan PA Bondowoso nomor 1869/Pdt.G/2014/PA.Bdw. Untuk
dokumen lainnya, akan peneliti kumpulkan dalam penelitian lebih lanjut.

18

Ibid., 106.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rieneka
Cipta, 2006), 125.
19

17

4. Teknik Pengolahan Data
Untuk mensistematisasikan data yang telah dikumpulkan dan
mempermudah peneliti dalam melakukan analisa data, maka peneliti
mengolah data tersebut melalui beberapa teknik, dalam hal ini data yang
diolah merupakan data yang telah terkumpul dari beberapa sumber adalah
sebagaimana berikut:20
a. Editing, yaitu mengedit data-data yang sudah dikumpulkan. Teknik
ini digunakan oleh peneliti untuk memeriksa atau mengecek sumber
data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data, dan
memperbaikinya apabila masih terdapat hal-hal yang salah.
b. Coding, yaitu pemberian kode dan pengkategorisasian data. Peneliti
menggunakan teknik ini untuk mengkategorisasikan sumber data yang
sudah dikumpulkan agar terdapat relevansi dengan pembahasan dalam
penelitian ini.
c. Organizing, yaitu mengorganisasikan atau mensistematisasikan
sumber data. Melalui teknik ini, peneliti mengelompokkan data-data
yang telah dikumpulkan dan disesuaikan dengan pembahasan yang
telah direncanakan sebelumnya mengenai gugatan kompensasi
materiil atas nafkah batin.

20

Ibid., 156.

18

5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil studi pustaka, wawancara, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan ke orang lain.21
Untuk menganalisa data-data yang telah dikumpulkan secara
keseluruhan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif
analisis yaitu peneliti mendeskriptifkan dan memaparkan data yang
diperoleh di PA Bondowoso. Lebih lanjut, digunakan pola pikir dedukif,
yaitu mengemukakan data yang besifat umum mengenai analisis putusan
PA Bondowoso nomor 1869/Pdt.G/2014/PA.Bdw., kemudian dianalisa
dengan paparan yang bersifat khusus mengenai hukum gugatan
kompensasi nafkah batin sesuai dengan analisis yuridis.

I. Sistematika Pembahasan
Agar lebih mudah memahami alur pemikiran dalam skripsi ini, maka
penulis membagi skripsi ini menjadi lima bab, yang saling berkaitan antara
bab satu dengan bab yang lainnya. Dari masing-masing diuraikan lagi
menjadi beberapa sub bab yang sesuai dengan judul babnya. Adapun
sistematika pembahasan dalam skripsi ini selengkapnya adalah sebagai
berikut:

21

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), 244.

19

Bab kesatu: Merupakan pendahuluan, membahas latar belakang
masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,
tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metodologi
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua: Merupakan bab yang bersifat kerangka konseptual, berupa
tinjauan umum mengenai penjabaran disiplin keilmuan terhadap penelitian.
Yakni mengenai pengertian hak dan kewajiban suami isteri, hak suami atas
isteri, hak isteri atas suami, hak dan kewajiban bersama suami dan isteri,
serta pembahasan lain yang berkaitan dengan judul.
Bab ketiga: Merupakan bab yang menguraikan data hasil penelitian,
yakni data dari Pengadilan Agama Bondowoso terkait penolakan hakim
tentang gugatan kompensasi materiil atas nafkah batin dalam perkara cerai
gugat nomor : 1869/Pdt.G/2014/PA.Bdw dan dasar hukum pertimbangan
hakim Pengadilan Agama Bondowoso mengenai perkara tersebut.
Bab keempat: Merupakan bab yang membahas analisis data. Dalam
bab ini membahas tentang dasar hukum penolakan hakim Pengadilan Agama
Bondowoso dalam gugatan kompensasi materiil atas nafkah batin yang
diajukan oleh pihak isteri kepada pihak suami dalam perkara nomor:
1869/Pdt.G/2014/PA/Bdw
Bab kelima: Merupakan bab penutup, berisi tentang kesimpulan dan
saran. Kesimpulan tersebut diperoleh setelah mengadakan analisis terhadap
data yang diperoleh, sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya, dan
merupakan jawaban atas pertanyaan pada rumusan masalah.

BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTERI MENURUT HUKUM ISLAM
A. Hak dan Kewajiban Suami Isteri Menurut Hukum Islam
1. Pengertian Hak dan Kewajiban Suami Isteri
Perkawinan adalah perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk
menempuh kehidupan rumah tangga. Sejak mengadakan perjanjian
melalui akad, kedua belah pihak telah terikat dan sejak itulah mereka
mempunyai kewajiban dan hak, yang tidak mereka miliki sebelumnya.1
Yang dimaksud dengan hak di sini adalah apa-apa yang diterima
oleh seseorang dari orang lain, sedangkan kewajiban adalah apa yang
mesti dilakukan seseorang terhadap orang lain. Kewajiban timbul karena
hak yang melekat pada subyek hukum.2
Sesudah pernikahan dilangsungkan, kedua belah pihak suami isteri
harus memahami hak dan kewajiban masing-masing. Hak bagi isteri
menjadi kewajiban bagi suami. Begitu pula, kewajiban suami menjadi hak
bagi isteri. Suatu hak belum pantas diterima sebelum kewajiban
dilaksanakan.3
Dalam Al-Quran dinyatakan oleh Allah SWT:
             
              

1

Beni Ahmad Saebani, Fiqh Munakahat 2, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2010), 11.
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2007),159.
3
Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi’i, (Bnadung: Pustaka Setia, 2007), 313.
2

20

21

             
  

Artinya:

“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru'. Dan tidak boleh mereka
Menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya,
jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan
suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu,
jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan Para wanita
mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut
cara yang ma'ruf. Akan tetapi Para suami, mempunyai satu
tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al-Baqarah: 228)4

2. Bentuk-bentuk Hak dan Kewajiban Suami Isteri
Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini pasti
mempunyai hikmah yang terkandung didalamnya. Seperti halnya Allah
menciptakan manusia yang berlainan bentuk yaitu laki-laki dan
perempuan agar masing-masing saling membutuhkan dan saling
melengkapi sehingga kehidupan mereka senantiasa dapat berkembang.
Dalam membangun rumah tangga suami isteri harus sama-sama
menjalankan

tanggungjawabnya

masing-masing

agar

terwujud

ketentraman dan ketenangan hati sehingga sempurnalah kebahagiaan
hidup berumah tangga.5
Hak dan kewajiban suami isteri adalah hak isteri yang merupakan
kewajiban suami dan sebaliknya kewajiban suami yang menjadi hak

4
5

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Indonesia, (Jakarta: Sari Agung, 2002), 64.
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2014), 155.

22

isteri.6 Menurut Sayyid Sabiq hak dan kewajiban isteri ada tiga bentuk,
yaitu:
a. Hak Isteri atas Suami
Hak isteri atas suami terdiri dari dua macam. Pertama, hak
finansial, yaitu mahar dan nafkah. Kedua hak nonfinansial, seperti hak
untuk diperlakukan secara adil (apabila sang suami menikahi perempuan
lebih dari satu orang) dan hak untuk tidak disengsarakan. 7
1. Hak yang bersifat materi
1) Mahar
Diantara bentuk pemeliharaan dan penghormatan Islam kepada
perempuan adalah dengan memberikan hak kepadanya untuk
memiliki.8 Hak-hak yang harus diterima oleh isteri, pada hakikatnya,
merupakan upaya Islam untuk mengangkat harkat dan martabat kaum
perempuan pada umumnya. Pada zaman dahulu, hak-hak perempuan
hampir tidak ada dan yang tampak hanyalah kewajiban. Hal ini karena
status perempuan dianggap sangat rendah dan hampir dianggap
sebagai sesuatu yang tidak berguna, seperti yang terjadi pada masa
jahiliyah di jazirah Arab dan hampir disemua negeri. Pandangan itu
boleh jadi disebabkan oleh situasi dan kondisi ketika itu yang
memerlukan kekuatan fisik untuk mempertahankan hidup.9

6

Beni Ahmad Saebani, Fikih Munakahat 2…, 11.
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 3, (Jakarta: Tinta Abadi Gemilang, 2013), 412.
8
Ibid., 412.
9
Beni Ahmad Saebani, Fikih Munakahat 2…, 11.

7

23

Salah satu upaya mengangkat harkat dan martabat perempuan
adalah pengakuan terhadapa segala sesuatu yang menjadi hak-haknya.
Sebagaimana dalam perkawinan bahwa hak yang pertama ditetapkan
oleh Islam adalah hak perempuan menerima mahar.
Mahar dalam bahasa Arab shadaq. Asalnya isim masdar dari
kata asdaqa, masdarnya ishdaq diambil dari kata shidqin (benar).
Dinamakan shadaq memberikan arti benar-benar cinta nikah dan
inilah yang pokok dalam kewajiban mahar atau maskawin.10
Pengertian mahar menurut syara’ adalah sesuatu yang wajib
sebab nikah atau bercampur atau keluputan yang dilakukan secara
paksa seperti menyusui dan ralat para saksi.11
Pemberian mahar dari suami kepada isteri adalah termasuk
keadilan dan keagungan hukum Islam. Sebagaimana firman Allah
Swt., dalam surat An-Nisa’ ayat 4:
             
 

Artinya: “Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu
nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian
jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari
maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah)
pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik
akibatnya”. (QS. An-Nisa’: 4)12

10

Abdul Aziz Muhammad Azam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat, (Jakarta:
Amzah, 2011), 174-175.
11
Ibid., 175.
12
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Indonesia…, 141.

24

Ayat tersebut ditunjukkan pada suami sebagaimana yang
dikatakan oleh Ibnu Abas, Qatadah, Ibnu Zaid, dan Ibnu Juraij.
Perintah pada ayat ini wajib dilaksanakan karena tidak ada bukti

(qarinah) yang memalingkan dari makna tersebut. Mahar wajib atas
suami terhadap isteri.13 Demikian juga firman Allah Swt:
      
Artinya: “Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di
antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan
sempurna), sebagai suatu kewajiban.” (QS. An-Nisa’: 24)14
Dalil sunnahnya adalah sabda Nabi kepada orang yang hendak
menikah15:

ِ ِ
‫س َولَ ْو َخاًََا ِم ْن َح ِديْد‬
ْ ‫الْتَم‬

Artinya: Carilah walaupun cincin dari besi. (HR. Muslim)

Hadis ini menunjukkan kewajiban mahar sekalipun sesuatu
yang sedikit. Demikian juga tidak ada keterangan dari Nabi bahwa
beliau meninggalkan mahar pada suatu pernikahan. Andaikata mahar
tidak diwajibkan tentu Nabi pernah meninggalkannya walaupun sekali
dalam hidupnya yang menunjukkan tidak wajib akan tetap, beliau
tidak pernah meningalkanya, hal ini menunjukkan kewajibannya.16
Adapun ijma’ telah terjadi konsensus sejak masa kerasulan
beliau sampai sekarang atas disyariatkanya mahar dan wajib
hukumnya. Sedangkan kewajibannya sebab akad atau sebab
13

Abdul Aziz Muhammad Azam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat…, 176.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Indonesia…, 148.
15
Abdul Aziz Muhammad Azam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat…, 176.
16
Abdul Aziz Muhammad Azam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat, 177.
14

25

bercampur intim, mereka berbeda pada dua pendapat. Pendapat yang
lebih shahih adalah sebab bercampur intim sesuai dengan turunnya
ayat.17
Sedangkan untuk kadar atau ukuran mahar para Fuqaha’
sepakat bahwa mahar tidak memiliki ukuran batas yang harus
dilakukan dan tidak noleh melebihinya. Sebagaimana fiman Allah
SWT:
          
   

        

       

Artinya: “Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang
lain, sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di
antara mereka harta yang banyak, Maka janganlah kamu
mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun. Apakah
kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan
yang Dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata ?
Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal
sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain
sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah
mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat.” (QS. An-Nisa’ :
20-21)18
2) Nafkah
Maksud dari nafkah dalam hal ini adalah penyediaan
kebutuhan isteri, seperti pakaian, makanan, tempat tinggal dan lain
sebagainya yang menjadi kebutuhan isteri.

17
18

Ibid,, 177.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Indonesia…, 146.

26

Nafkah hanya diwajibkan atas suami, karena tuntutan akad
nikah dan karena keberlangsungan bersenang-senang sebagaimana
isteri wajib taat kepada suami, selalu menyertainya, mengatur rumah
tangga, dan mendidik anak-anaknya. Ia tertahan untuk melaksanakan
haknya, “Setiap orang yang tertahan untuk hak orang lain dan
manfaatnya,

maka

nafkahnya

untuk

orang

yang

menahan

karenanya”.19
Dalil diwajibkanya nafkah adalah firman Allah berikut ini:
            
    

Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan
penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi Makan dan
pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf.” (QS. AlBaqarah : 233)20
Ayat diatas mewajibkan nafkah secara sempurna bagi wanita
ber-iddah, lebih wajib lagi bagi istri yang tidak ditalak. Sedangkan
dalil sunnahnya adalah sabda Nabi Saw21:

ِ
ِ ‫ َعلَى رس‬،‫ امرأَةُ أَِِ س ْفيا َن‬،َ‫ت ِ ْن ٌد بِْنت عُْتبة‬
‫ول اللّ ِه صلى اه‬
ْ َ‫ َد َخل‬:‫ت‬
ْ َ‫َع ْن َعائ َش َة قَال‬
َُ
َُ َ
َْ َ ُ
ِ
ِ َ ‫ يا رس‬:‫ فَ َقالَت‬،‫عليه وسلم‬
‫ اَ يُ ْع ِط ِيِ ِم َن النّ َف َق ِة‬،‫يح‬
ٌ ‫ول اللّه إ ّن أَبَا ُس ْفيَا َن َر ُج ٌل َشح‬
َُ َ ْ
ِ
ِ
ِ ِ
ِِ
‫ك ِم ْن‬
َ ‫ فَ َه ْل َعلَ ّي ِِ َذل‬،‫ت ِم ْن َمال ِه بِغَ ِْْ ِع ْل ِم ِه‬
ُ ‫َخ ْذ‬
َ ‫ إاّ َما أ‬،ِ
ّ َ‫َما يَكْفيِ َويَكْفي ب‬
ِ ‫ «خ ِذي ِمن مالِِه بِالْمعر‬:‫ول اللّ ِه صلى اه عليه وسلم‬
‫ َما‬،‫وف‬
ُ ‫ال َر ُس‬
َ ‫ُجنَاح؟ فَ َق‬
ُ
َ ْ
ُْ َ
ِ ِ ِ
ِ ِ‫ْفي بن‬
(‫ )متفق عليه‬.»‫يك‬
َ ‫يَكْفيك َويَك‬
19

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 3…, 88.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Indonesia…, 67.
21
Abdul Aziz Muhammad Azam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat…, 214.
20

27

Artinya: “Dari ‘Aisyah RA, ia berkata, “Hindun Binti ‘Utbah, isteri
Abu Sufyan menemui Rasulullah SAW seraya berkata,
‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan seorang lakilaki yang pelit (kikir), tidak memberikan nafkah kepadaku
dengan nafkah yang mencukupi untukku dan anakku kecuali
dari apa yang aku ambil dari hartanya tanpa
sepengetahuannya. Apakah aku berdosa karena hal itu.?’
Rasulullah SAW menjawab, ‘Ambillah dari hartanya dengan

cara ‘ma’ruf’ apa yang cukup buatmu dan anakmu.’”
(Muttafaqun ‘alaih).

Dalil ijma’ para ulama’ berpendapat yaitu Ibnu Qudamah
berkata:” Ahli ilmu sepakat wajibnya nafkah isteri atas suami jika
mereka telah berusia baligh, keculi istri yang nusyuz (meninggalkan
kewajiban sebagai isteri)”. Ibnu Mundzir dan yang lain berkata: ”Di
dalamnya ada pelajaran, bahwa wanita yang tertahan dan tercegah
beraktivitas dan bekerja, oleh suami wajib memberikan nafkah
padanya.”22
Adapun syarat-syarat seorang isteri agar mendapatkan nafkah
adalah sebagai berikut23:
a) Akad pernikahan yang dilakukan adalah sah.
b) Isteri menyerahkan dirinya kepada suami.
c) Isteri memungkinkan suami untuk menikmatinya.
d) Isteri tidak menolak untuk berpindah ke tempat manapun yang
dikehendaki oleh suami.
e) Keduanya meiliki kemampuan untuk menikmati hubungan suami
isteri.

22
23

Ibid., 214.
Ibid., 215.

28

Apabila salah satu dari syarat-syarat itu tidak terpenuhi maka
nafkah tidak wajib untuk diberikan.24
2. Hak yang bersifat nonmateri
Dalam bab dua ini secara luas memang membahas tentang
m

Dokumen yang terkait

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

ANALISIS ISI LIRIK LAGU-LAGU BIP DALAM ALBUM TURUN DARI LANGIT

22 212 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26