SLHD 2014 Bab III Tekanan Terhadap Lingkungan

(1)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-1 A. Kependudukan

Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Kulonprogo berdasarkan registrasi pada tahun 2014 sebesar 417.473jiwa, meningkat dibanding jumlah penduduk tahun 2013 sejumlah 416.209 jiwa, sehingga pertumbuhan penduduk sebesar 0,30 %. Keadaan kependudukan di Kabupaten Kulonprogo selama 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :

TabeI 3.1

Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Kulonprogo Tahun 2010 - 2014

No Tahun Penduduk (jiwa) Pertumbuhan

(%)

Laki-laki Perempuan Jumlah

1. 2010 231.672 238.848 470.520 - 3,59

2. 2011 233.289 240.333 473.622 0,65

3. 2012 236.064 243.125 479.189 1,17

4. 2013 206.546 209.663 416.209 -13,31

5. 2014 206.494 210.979 417.473 0,30

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kulonprogo, 2014

Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten Kulonprogo adalah 712,11 jiwa /km2. Wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi pada tahun 2014 adalah Kecamatan Wates yaitu 1.426 jiwa /km2, sedangkan wilayah dengan kepadatan terendah pada Kecamatan Samigaluh 391,50 jiwa /km2. Untuk kepadatan penduduk per kecamatan tahun 2013 - 2014 dapat di sajikan dalam tabel dan gambar sebagai berikut :

BAB III

TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN


(2)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-2

Tabel 3.2

Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 – 2014

No. Kecamatan Kepadatan Penduduk

2013 2014

1. Temon 737,92 726,32

2. Wates 1.420 1.426,16

3. Panjatan 812,54 807,16

4. Galur 952,10 958,16

5. Lendah 1.084,2 1.104,92

6. Sentolo 887,98 892,16

7. Pengasih 778,38 782,02

8. Kokap 461,91 463,77

9. Girimulyo 430,20 434,15

10. Nanggulan 733,99 740,71

11. Samigaluh 392,13 391,50

12. Kalibawang 550 545,88

Gambar 3.1.

Grafik Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 – 2014


(3)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-3 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin, terdiri dari laki-laki 206.494 jiwa (49,46%) dan perempuan 210.979 jiwa (50,54%). Secara rinci menurut kecamatan sebagai berikut :

Tabel 3.3

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

No. Kecamatan

Penduduk (jiwa)

Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Temon 12.917 13.441 26.358

2. Wates 22.730 22.907 45.637

3. Panjatan 17.832 18.151 35.983

4. Galur 15.660 15.873 31.533

5. Lendah 19.564 19.760 39.324

6. Sentolo 23.320 23.661 46.981

7. Pengasih 23.722 24.505 48.227

8. Kokap 17.086 17.140 34.226

9. Girimulyo 11.755 12.080 23.835

10. Nanggulan 14.315 15.017 29.332

11. Samigaluh 13.524 13.603 27.127

12. Kalibawang 14.069 14.841 28.910

Jumlah 206.494 210.979 417.473

Perbandingan komposisi menurut jenis kelamin tahun 2013-2014 sebagai berikut :


(4)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-4

Komposisi Penduduk Menurut Umur

Keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur tahun 2014 didominasi kelompok usia produktif dengan usai 20 sd. 59 tahun yakni sebesar 230.461 jiwa atau 55,20 %, sedangkan usia muda umur 0 sd. 19 tahun sebanyak 114.952 jiwa (27,54 %), dan yang minoritas adalah kelompok usia tua 60 tahun keatas sebanyak 72.060 jiwa (17,26 %). Selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 3.4.

Komposisi Penduduk berdasarkan Struktur Usia (Kelompok Umur) Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

No. Umur Penduduk (jiwa) Prosentase

(%)

Laki-laki Perempuan Jumlah

1. 0-4 14,015 13,024 27,039 6,47 2. 5-9 15,211 14,269 29.480 7,06 3. 10-14 15,116 14,365 29,481 7,06 4. 15-19 14,856 14,096 28,952 6,93 5. 20-24 14,664 14,433 29,097 6,96 6. 25-29 13,265 13,394 26,659 6,38 7. 30-34 14,937 15,132 30,069 7,20 8. 35-39 15,171 15,032 30,203 7,23 9. 40-44 14,414 14,604 29,018 6,95 10. 45-49 15,689 16,335 32,024 7,67 11. 50-54 13,737 14,687 28,424 6,80 12. 55-60 12,198 12,769 24,967 5,98 13. 60-64 9,625 9,805 19,430 4,65 14. 65-69 7,022 8,533 15,555 3,72 15. 70-75 6,684 7,961 14,645 3,50 16. >75 9,890 12,540 22,430 5,37

Jumlah 206,494 210,979 417,473 100,00

Sumber data : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab Kulonprogo, 2014 Komposisi penduduk ini menunjukkan mobilitas yang tinggi, dengan struktur jumlah penduduk yang didominasi oleh kelompok penduduk usia


(5)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-5

produktif yang menunjukkan efektivitas penduduk yang tinggi. Selanjutnya komposisi penduduk digambarkan dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 3.3.

Grafik Komposisi Penduduk menurut Usia Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Jumlah penduduk menurut pendidikan didominasi berpendidikan dasar (SD dan SLTP/Sederajat) 167.513 orang (40,13%) dan berpendidikan menengah 104.860 orang (25,12%). Selanjutnya berpendidikan tinggi (Diploma/Strata I/Pasca Sarjana) sebesar 24.202 orang (5,8%). Secara rinci data penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dalam tabel berikut :


(6)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-6

Tabel 3.5. Data Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

No. Tingkat Pendidikan

Penduduk (jiwa)

Prosentase (%)

Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Tidak / Belum Sekolah 37.193 42.709 79.902 19,14 2. Tidak Tamat SD 19.806 21.190 40.996 9,82 3. Tamat SD 48.714 53.994 102.708 24,61

4. SLTP 33.075 31.730 64.805 15,53

5. SLTA 56.110 48.750 104.860 25,12

6. Diploma D1 , D2 1.092 1.661 2.753 0,66

7. Diploma 3 2.587 3.126 5.713 1,37

8. Strata 1 7.524 7.634 15.158 3,63

9. Strata 2 374 173 547 0,13

10. Strata 3 19 12 31 0,007

Jumlah 206.494 210.979 417.473 100

Sumber data : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kulonprogo

Data penduduk menurut tingkat pendidikan tahun 2013 dibandingkan dengan data tahun 2014 dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut :

Gambar 3.4. Grafik Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 - 2014


(7)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-7 Jumlah Rumah Tangga / KK

Jumlah Rumah Tangga /Kepala Keluarga di Kabupaten Kulonprogo pada Tahun 2013 sejumlah 135.155 KK, sedangkan tahun 2014 sejumlah 138.984 atau bertambah 3.829 (28,33%), dan dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3.6. Jumlah Rumah Tangga/ Kepala Keluarga Menurut Kecamatan Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 - 2014

No Kecamatan Kepala Keluarga

2013 2014

1. Temon 9.008 9.085

2. Wates 14.542 14.943

3. Panjatan 11.845 11.993

4. Galur 10.468 10.828

5. Lendah 12.818 13.293

6. Sentolo 14.797 15.181

7. Pengasih 15.323 15.833

8. Kokap 11.116 11.490

9. Girimulyo 7.734 8.044

10. Nanggulan 9.097 9.524

11. Samigaluh 8.869 9.026

12. Kalibawang 9.538 9.744

Jumlah 135.155 138.984

Sumber data : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kulonprogo

Penduduk Wilayah Pesisir / Laut

Untuk penduduk yang berdomisili di wilayah pesisir dan laut terdapat pada 4 wilayah kecamatan, yaitu Temon, Wates, Panjatan dan Galur yang terdiri atas 41 desa dengan jumlah penduduk 139.511 jiwa (46.849 KK). Hampir sepertiga (33,42%) jumlah penduduk Kabupaten Kulonprogo bertempat tinggal di wilayah pesisir dan laut.

Tabel 3.7. Penduduk Wilayah Pesisir dan Laut Kulonprogo Tahun 2014

No Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Penduduk Kepala Keluarga ( KK )

L P L+P L P L+P

1. Temon 15 12.917 13.441

26.358 7.140 1.945

9.085

2. Wates 8 22.730 22.907

45.637 12.129 2.814

14.943 3. Panjatan 11 17.832 18.151

35.983 9.702 2.291

11.993

4. Galur 7 15.660 15.873

31.533 8.792 2.036

10.828


(8)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-8 B. Permukiman

Pemerintah Kabupaten Kulonprogo telah melaksanaan program dan kegiatan di bidang permukiman untuk meningkatkan pelayanan infrastruktur wilayah. Untuk itu dilaksanakan penanganan lingkungan sehat permukiman, pemberdayaan komunitas perumahan dan penanganan sampah.

Program pengembangan perumahan dilaksanakan pembangunan Rusunawa (Rumah Susun Sewa) di Desa Triharjo, Kecamatan Wates yang ditujukan pada masyarakat dengan tingkat perekonomian menengah kebawah, hal ini sebagai upaya Pemerintah Kabupaten Kulonprogo dalam rangka meningkatkan pelayanan bidang pemukiman.

Program Lingkungan Sehat Permukiman telah berhasil mengurangi jumlah rumah tidak layak huni, dari jumlah semula 19.276 menjadi 14.971 rumah. Untuk penanganan rumah tidak layak huni ini dilaksanakan program lintas sektoral yang melibatkan juga Kementerian Perumahan Rakyat, Dinas Sosial, Badan Amal Zakat, Infaq dan Shodaqoh Kulonprogo dan Kecamatan, program corporate social responsibility (CSR) perusahaan swasta dan pihak lainnya. Untuk itu perlu keperdulian lapisan masyarakat yang mempunyai strata lebih sejahtera. Kebijakan stimulan bedah rumah dari dana non APBD dan pengembangan kegotongroyongan yang melandasi kegiatan tersebut dapat mempercepat terhadap pengurangan jumlah rumah tidak layak huni. Selain itu dilakukan juga terobosan-terobosan mencari sumber pendanaan bagi ketersediaan prasarana umum perumahan di luar APBD, yaitu dengan mengembangkan jaringan program di berbagai kementerian yang terkait. Data tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :


(9)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-9

Gambar 3.5. Grafik Peningkatan Jumlah Rumah dan Rumah Layak Huni Tahun 2013-2014

Kelayakan sebuah bangunan rumah untuk dihuni tentu tidak hanya dari sisi fisik bangunan rumah inti saja, tetapi juga kelayakan lingkungan permukiman rumah, harus tersedia instalasi pengolahan air limbah rumah tangga, ketersediaan sarana air bersih dan juga sarana dan prasarana pengelolaan sampah;

Sumber Air Minum

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo tahun 2014 yang telah diolah oleh Tim Penyusun SLHD, bahwa rumah tangga Kabupaten Kulon Progo yang menggunakan sumber air minum ledeng sejumlah 60.626 KK (43,62%); sumber dari sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan sejumlah 86.557 KK (62,28%), untuk pengguna dua sumber air minum ini jumlahnya melebihi 100%, karena pada umumnya rumah tangga yang menggunakan air ledeng (pelanggan PDAM) juga mempunyai sumur gali sebagai sumber air minumnya. Sedangkan untuk pengguna air sungai, dan air kemasan tidak tersedia data dan ada 2 rumah tangga yang menggunakan air hujan sebagai sumber air minum.


(10)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-10

Untuk 2 rumah tangga yang masih menggunakan air hujan ini, karena pada musim kemarau panjang sumur mereka benar-benar kering dan menggunakan PAH untuk menampung air hujan. Tahun 2014, PPEJ Kementerian Lingkungan Hidup membangun Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) sejumlah 28 unit untuk wilayah rawan kekeringan di Desa Banjarharjo Kalibawang dengan sasaran masyarakat miskin, agar mereka bisa mengakses air bersih disaat musim kemarau panjang. Berikut contoh IPAH dibawah ini :

Gambar 3.6 Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) di Kalibawang Tahun 2014

Menurut data capaian MDGs tahun 2014 dari Bappeda Kulonprogo, penduduk yang memiliki akses terhadap air minum di Kabupaten Kulonprogo sebesar 90,04 %. Tetapi jika mengacu pada jumlah rumah tangga dengan sumber air minumnya dapat dikatakan bahwa seluruh penduduk di Kabupaten Kulonprogo sudah dapat mengakses air bersih sebagai sumber air minumnya. Data tersebut dapat disajikan dalam grafik sebagai berikut :


(11)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-11

Gambar 3.7. Grafik Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Sampah

Program Pengembangan kinerja persampahan dilakukan untuk meningkatkan daya tampung tempat pembuangan sampah. Tempat pembuangan sampah sementara yang dilayani adalah di sentra-sentra permukiman di wilayah Kota Wates dan di pasar-pasar negeri yang tersebar di dua belas kecamatan. Dengan berubahnya paradigma pengelolaan sampah dari pengangkutan sampah ke TPA menjadi penanganan sampah pada sumbernya, maka sampah diolah dahulu, dipilah dibantu oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) pada TPST 3R dan sisanya baru di angkut ke TPA, tentunya dengan semakin sedikit sampah yang diangkut ke TPA artinya semakin banyak sampah yang diolah oleh KSM dengan demikian pemberdayaan masyarakat melalui KSM optimal. Data TPA dan TPST 3R adalah sebagai berikut :


(12)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-12

Tabel 3.8. TPA dan TPST 3R di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

No. Jenis Prasarana Lokasi Luasan (m2)

1. TPA 3R Banyuroto Banyuroto,Nanggulan 25.000

2. TPST 3R Sampurno Asih Tobanan, Pengasih 1.000

3. TPST 3R Melati Beji, Wates 1.000

4. TPST 3R Asri Mulyo Bendungan, Wates 1.000

5. TPST 3R Asri Sentolo Lor 1.000

Sumber data : DPU Kab Kulonprogo, 2014

Untuk TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) yang berada di Desa Banyuroto Kecamatan Nanggulan seluas ± 2,5 Ha, dengan sistem Control Landfill. TPA baru mengolah sampah yang diangkut oleh DPU sejumlah ± 70-80 m3/hari, sedangkan perkiraan timbulan sampah per hari dihitung berdasarkan literatur jumlah sampah yang dihasilkan untuk kategori kota kecil adalah 0,003 m3/orang/hari, sehingga dengan jumlah penduduk 417.473 jiwa, untuk Kabupaten Kulonprogo diperoleh jumlah sampah 1.252,419 m3/hari. Timbulan sampah akan semakin besar seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Perbandingan timbulan sampah tahun 2013 dan 2014 sebagai berikut :

Gambar 3.8.


(13)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-13

Berbagai cara dilakukan masyarakat untuk mengelola sampah yang dihasilkan. Ada yang sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, namun masih ada juga masyarakat yang membakar sampah dan membuang ke sungai. Untuk tahun 2014 di Kabupaten Kulonprogo telah tumbuh dan berkembang dengan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat selain TPST 3R yaitu dengan Bank Sampah. Tentu sistem ini sangat membantu untuk mengurangi perilaku membakar dan membuang sampah di sungai. Data bank sampah di Kabupaten Kulonprogo dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.9. Data Bank Sampah di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

No. Nama Bank Sampah Alamat

1 2 3

1. Sadidu 29 Wonosidi Lor RW 29, Wates 2. Melati Kembang, Margosari, Pengasih 3. Maju Sehati Wonosidi Lor RW 30 dan 31, Wates 4. Uwuh Harjo Ngrajun, Banjarharjo, Kalibawang 5. Uwuh Mulyo Segajih, Hargotirto, Kokap 6. Wijaya Kusuma Karangwuluh Kidul, Temon

7. Skansa SMKN 1 Pengasih

8. Bunda Mandiri Banyunganti Kidul, Kaliagung, Sentolo 9. Ngudi Resik Mejing, Banjararum, Kalibawang 10. Bumi Arum Lestari Sayangan, Banjararum, Kalibawang 11. Arum Berseri Kagongan, Banjararum, Kalibawang 12. Kuncup Asri Kepiton, Banjarasri, Kalibawang 13. Banjar Lestari Banjaran, Banjaroya, Kalibawang 14. Resik Manfaat Tulangan, Ngargosari, Samigaluh 15. Pulung Sari Tegalsari, Ngargosari, Samigaluh 16. Lestari Pucung, Ngargosari, Samigaluh 17. Rejeki Nguntukuntuk, Ngargosari, Samigaluh 18. Sumber Rejeki Ngaran III, Banjarsari, Samigaluh 19. Sido Asri Pengos A, Gerbosari, Samigaluh 20. Legowo Dukuh, Gerbosari, Samigaluh 21. Tinalah Asri Pagutan, Purwoharjo, Samigaluh 22. Ngudi Resik Kalirejo Lor, Pagerharjo, Samigaluh

23. Sulur Permai Samigaluh

24. Pulung Rejeki Pundak Lor, Kembang, Nanggulan 25. Sapu Jagad Plugon, Donomulyo, Nanggulan

26. Tanjung Berkah Tanjung Gunung, Tanjungharjo, Nanggulan 27. Rizki Mulia Ngrojo, Kembang, Nanggulan

28. Pelopor Kebersihan Cepitan, Wijimulyo, Nanggulan 29. Sekar Sekawan Pundak Tegal, Kembang, Nanggulan 30. Utama Jonggrangan, Jatimulyo, Girimulyo 31. Menoreh Sukomoyo 12, Jatimulyo

32. Mekar Asri Sukomoyo 10, Jatimulyo 33. Pemuda Jonggrangan 95, Jatimulyo 34. Wanita Jonggrangan 96, Jatimulyo


(14)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-14

1 2 3

36. Mugi Makmur Garang, Tawangsari, Pengasih 37. Gemah Ripah Nabin, Sidomulyo, Pengasih 38. Widodaren Parakan, Sidomulyo, Pengasih 39. Hijau Daun Klegen, Sendangsari, Pengasih 40. Kompak Kutogiri, Sidomulyo, Pengasih 41. Bakung Asri Cemetuk, Kedungsari, Pengasih 42. Obika Karangasem, Sidomulyo, Pengasih 43. Ngudi Resik Kopok Kulon, Tawangsari, Pengasih 44. Karya Muda Kepek, Pengasih

45. Tambah Rejeki Gedangan, Sentolo 46. Dadi Migunani Gedangan, Sentolo

47. Harapan Makmur Banyunganti Lor, Kaliagung, Sentolo 48. Berokah Wora-wari, Sukoreno, Sentolo 49. Rahayu Banggan, Sukoreno, Sentolo 50. Berkah Kuncen, Bendungan, Wates 51. Mawar Mekar Durungan, Wates

52. Flamboyan Sebokarang, Wates

53. Migunani Kedungdowo, Wates

54. Sehat Sideman, Giripeni, Wates 55. Teratai Putih Graulan, Giripeni, Wates 56. Sido Mulyo Sambong, Hargorejo, Kokap 57. Sarwo Guno Selo Timur, Hargorejo, Kokap 58. Ngudi Rejeki Tegalrejo, Hargowilis, Kokap 59. Ngudi Makmur Bibis, Hargowilis, Kokap 60. Berkah Tirto, Hargotirto,Kokap 61. Sekar Mandiri Plumbon, Temon

62. QT. A Panginan, Sindutan, Temon 63. Mestiti Nagung, Kedundang, Temon 64. Melati 2 Kledekan, Jangkaran, Temon 65. Asri Lestari Salam 3, Plumbon, Temon 66. Migunani Bangeran, Bumirejo, Lendah 67. Resik Geden, Sidorejo, Lendah 68. Mapan Bonosoro, Bumirejo, Lendah 69. Ngugemi Kepek, Jatirejo, Lendah 70. Uwuh Berkah Tubin, Sidorejo, Lendah 71. Bangun Lestari Panjatan

72. Sekar Mandiri Panjatan

73. Bina Sejahtera Depok XI, Panjatan

74. Guyup Rukun Panjatan


(15)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-15 Tempat Buang Air Besar

Sistem pembuangan kotoran manusia erat kaitannya dengan kondisi lingkungan dan resiko penularan penyakit, khususnya penyakit pada saluran pencernaan. Berdasarkan data tahun 2014 Dinas Kesehatan Kabupaten Kulonprogo, sebagian besar rumah tangga 108.924 KK (78,37%) telah mempunyai tempat buang air besar sendiri (jamban keluarga). Sedangkan yang menggunakan tempat buang air besar bersama yakni sejumlah 156 KK (0,1%) dan pengguna fasilitas tempat buang air besar umum atau MCK komunal sejumlah serta yang tidak ada data tempat buang air besarnya tidak tersedia data. Dibandingkan dengan data tahun 2013 adalah sebagai berikut :

Gambar 3.9. Grafik Tempat BAB di Kab Kulonprogo Tahun 2013-2014 Menurut data capaian MDGs dari Bappeda Kulonprogo, bahwa prosentase capaian penduduk yang memiliki jamban sehat pada tahun 2014 adalah 81,8%. Tempat pembuangan air besar kebanyakan menggunakan model leher angsa, cemplung/cubluk dan plengsengan.

Sarana sanitasi lingkungan di Kabupaten Kulonprogo secara kuantitas dan kualitas belum memenuhi kebutuhan masyarakat. Masih banyak sarana air limbah


(16)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-16

kurang memenuhi ditinjau dari aspek kesehatan lingkungan terutama di wilayah pedesaan seperti masih menggunakan jamban cemplung (cubluk) terbuka. Secara umum penanganan air limbah rumah tangga di Kabupaten Kulonprogo adalah mempergunakan sistem setempat (onsite system) berupa : jamban tuang siram pribadi yang dihubungkan dengan tangki septik; jamban tuang siram pribadi yang dihubungkan dengan cubluk tunggal (cemplung tertutup); jamban cubluk pribadi (cemplung terbuka).

Secara umum kondisi permukiman yang meliputi sumber air minum, sarana pembuangan sampah serta sarana pembuangan kotoran/ buang air besar di wilayah Kabupaten Kulonprogo tahun 2014 sudah ada peningkatan ke arah yang lebih baik dibandingkan dengan tahun 2012 dan 2013. Dari data capaian MDGs tahun 2014, bahwa desa yang telah melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) di Kabupaten Kulonprogo mencapai 73,86% atau 65 dari 88 desa/kelurahan.

C. Kesehatan

Angka Harapan Hidup Kabupaten Kulonprogo untuk tahun 2014 sebesar 75,20 meningkat dibanding angka tahun 2013 sebesar 75,03 tahun Angka harapan hidup penduduk Kabupaten Kulonprogo ini juga berada di atas rata-rata angka harapan hidup provinsi tercatat sebesar 73,62 tahun. Hal ini menunjukkan keberhasilan capaian pembangunan manusia bidang peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Kulonprogo. Perhitungan Usia Harapan Hidup (UHH) dalam lima tahun terakhir dapat disajikan dalam gambar sebagai berikut :


(17)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-17

Gambar 3.10.

Grafik Usia Harapan Hidup di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2010 - 2014

. Angka kematian Ibu tahun 2014 tercapai 94,25/100.000 KH dan secara absolut jumlah kematian Ibu tahun 2014 sudah menurun yaitu dari 7 kasus pada tahun 2013 menjadi 5 kasus pada tahun 2014, sedang untuk angka kematian bayi sudah dapat diturunkan yaitu dari 18,23/1.000 KH pada tahun 2013 menjadi 11,49/1.000 KH pada tahun 2014. Data tersebut dapat disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3.10. Indikator Pembangunan Kesehatan Kabupaten Kulonprogo Tahun 2012 - 2014

No. Uraian

Tahun

2012 2013 2014

1. Angka Kematian Ibu (AKI) 52,67/100.000 KH

132/100.000 KH

94,25/100.000 KH

2. Angka Kematian Bayi (AKB) 12,1/ 1000 KH 18,23/ 1000 KH 11,49/1000 KH


(18)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-18

Jenis-jenis penyakit utama yang diderita penduduk Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2012 dan 2013, ada beberapa yang bergeser peringkat jumlah penderitanya. Data tersebut dapat disajikan dalam gambar berikut :

Gambar 3.11.


(19)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-19 D. Pertanian

Kabupaten Kulonprogo mempunyai dua kawasan pertanian yaitu kawasan pertanian lahan basah dan kawasan pertanian lahan kering. Untuk tahun 2014, luas lahan pertanian/sawah di Kabupaten Kulonprogo adalah 10.297 Ha masih tetap sama dengan tahun 2013.

Kawasan pertanian lahan basah merupakan kawasan pertanian yang tersedia air terus menerus sepanjang tahun dan cocok untuk komoditas tanaman padi dengan ciri pengolahan tanah sawah. Kawasan ini digunakan tidak hanya sebagai lahan produksi tetapi juga digunakan sebagai daerah resapan air. Berdasarkan kriteria tersebut maka persebaran lahan pertanian basah meliputi sebagian wilayah Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur, Lendah, Sentolo, Pengasih, Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang dan Samigaluh.

Sedangkan untuk kawasan pertanian lahan kering adalah areal pertanian yang tidak tersedia air secara baik dan cocok untuk tanaman serta sistem pengolahan lahan kering. Tanaman yang dimaksud meliputi tanaman pangan dan holtikultura dengan tujuan pengelolaan untuk memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk kegiatan pertanian lahan kering dalam meningkatkan produksi pangan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

Lahan sawah merupakan lahan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan tanaman pangan, mengingat kehidupan manusia tergantung bidang pertanian sehingga tidak mengherankan jika sektor pertanian mempunyai peran penting dalam pembangunan khususnya di Kabupaten Kulonprogo. Lahan sawah di Kabupaten Kulonprogo meliputi sawah irigasi teknis, sawah irigasi semi teknis, sawah irigasi sederhana, dan sawah tadah hujan.

Penggunaan lahan untuk sawah di Kabupaten Kulonprogo bervariasi, ada yang dengan frekuensi penanaman 1 kali/tahun, dan 2 kali/tahun, dengan lama


(20)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-20

penanaman 90 hari/periode. Perkiraan sumbangan emisi gas metan (CH4) dari lahan sawah terbesar terjadi pada lahan dengan musim tanam 2 kali/tahun, karena yang menggunakan frekuensi penananam ini paling banyak yaitu seluas 9.281 Ha.

Penggunaan Pupuk

Kenyataan di lapangan, petani sudah mengurangi pemakaian pupuk kimia, dan kembali menggunakan kompos, karena lebih ekonomis dan petani juga sudah mulai sadar dan peduli terhadap kelestarian lingkungan hidup. Kompos ini diproduksi oleh kelompok-kelompok masyarakat/petani setempat. Penggunaan pupuk untuk padi dan palawija tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3.12. Grafik Penggunaan Pupuk Tahun 2013-2014

Dari grafik dapat dilihat bahwa penggunaan pupuk kimia meningkat, dan pupuk petroganik menurun, hal tersebut disebabkan perubahan kuota pupuk bersubsidi. Sedangkan data penggunaan pupuk non subsidi tidak tersedia, sehingga tidak dapat diperbandingkan penggunaannya. Untuk tanaman perkebunan, penggunaan pupuk urea : 155 ton, SP 36 : 5 ton, ZA : 253 ton, NPK : 441 ton dan organik : 150 ton.


(21)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-21 Peternakan

Data populasi ternak tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2013 dapat disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3.11.

Populasi Terbesar Hewan Ternak di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 -2014

No Jenis Ternak Populasi

Tahun 2013 Tahun 2014 Perubahan (%)

I Ternak Besar 53.643 49.522 (7,68)

1. Sapi potong 53.433 49.370 (7,60)

2. Sapi perah 85 51 (40,00)

3. Kerbau 108 89 (17,59)

4. Kuda 17 12 (29,41)

II Ternak Kecil 135.669 133.047 (1,93)

1. Kambing 89.725 90.010 *) 0,32

2. Domba 22.062 21.214 (3,84)

3. Babi 2.136 1.203 (43,68)

4. Kelinci 21.746 20.620 (5,18)

III Unggas 3.785.678 4.126.843 9,01

1. Ayam buras 796.593 771.638 (3,13)

2. Ayam petelur 819.618 882.797 7,71

3. Ayam ras pedaging 1.539.345 1.728.226 12,27

4. Itik 138.569 132.506 **) (4,38)

5. Burung puyuh 491.553 611.676 24,44

Keterangan : *) Kambing lokal 59.185 dan Kambing PE 30.825 **) Itik 112.586 dan Itik Manila 19.920

Sumber : Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Kulonprogo, 2014

Hewan ternak besar yang paling banyak dipelihara oleh masyarakat Kulonprogo adalah jenis kambing dengan jumlah populasi 90.010 ekor, kemudian sapi potong 49.370 ekor dan domba 21.214 ekor. Dan untuk hewan unggas adalah ayam ras/pedaging dengan jumlah populasi 1.728.226 ekor, ayam petelur 882.797 ekor dan kemudian ayam buras/kampung 771.638 ekor. Sedangkan untuk perkiraan emisi gas metan (CH4) dari pupuk kandang terbesar berasal dari hewan ternak sapi


(22)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-22

potong kemudian baru kambing, sedangkan untuk perkiraan emisi gas metan (CH4) dari fermentasi pencernaan terbesar adalah sapi potong, kemudian kambing dan domba. Untuk unggas perkiraan emisi gas metan (CH4) terbesar adalah dari pupuk kandang kotoran ayam ras/pedaging, kemudian ayam petelur, dan ayam buras/kampung.

Sedangkan untuk mengetahui ternak besar, kecil maupun unggas yang mempunyai populasi besar disajikan dalam gambar sebagai berikut :

Gambar 3.13.


(23)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-23 Kebutuhan Air

Kegiatan sektor pertanian yang meliputi : pertanian, perikanan dan peternakan membutuhkan air untuk keberlangsungan kegiatannya. Adapun data kebutuhan air untuk sektor tersebut adalah :

Tabel 3.12

Kebutuhan Air Sektor Pertanian Kabupaten Kulon Progo

No. Kecamatan Kebutuhan Air (juta m

3)

Peternakan Pertanian Perikanan Total

1. Samigaluh 0,0879 18,8262 0,0867 19,8115 2. Kalibawang 0,1044 23,9765 0,1112 25,0725 3. Nanggulan 0,1360 28,0953 0,1494 29,2755

4. Girimulyo 0,1077 8,0270 0,0383 8,8922

5. Sentolo 0,2844 26,5308 0,0952 28,3731

6. Pengasih 0,1788 18,4428 0,0973 20,2030

7. Kokap 0,1231 2,2373 0,0781 3,4610

8. Lendah 0,2562 19,4514 0,1021 21,0070

9. Temon 0,0702 35,7446 0,3446 36,9633

10. Wates 0,1576 21,7588 0,2684 23,6300

11. Panjatan 0,1488 21,0643 0,1206 22,4308

12. Galur 0,1115 33,2417 0,1252 34,4349

Total 1,7665 257,3968 1,6171 273,5547

Sumber : Hasil Analisis Buku Neraca Sumber Daya Alam Daerah Kabupaten Kulon Progo, 2013


(24)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-24 E. Industri

Industri Kecil

Industri kecil di Kabupaten Kulonprogo dikelompokkan menjadi 5 kelompok besar yaitu :

1. Industri pengolahan pangan : tahu, tempe, emping, krimpying, jenang, minyak kelapa, gula, jamu, slondok, growol, dll;

2. Industri sandang dan kulit : batik tulis konveksi, bordir dan kerajinan kulit; 3. Industri kimia dan bahan bangunan : gamping, genteng, gerabah, bata

merah dan minyak atsiri;

4. Industri Logam dan Jasa : pande besi, kaleng dan las

5. Kerajinan dan umum : meubel, kerajinan enceng gondok, kerajinan sabut kelapa, anyaman bambu, imitasi, serat tumbuhan dan wayang golek. Industri yang beroperasi di Kabupaten Kulonprogo, didominasi oleh industri kecil. Data industri kecil disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3.13.

Industri Kecil di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2012 - 2014

No. Uraian

Tahun

2012 2013 2014

1. Sentra Industri 83 70 61

2. Unit Industri 20.305 19.933 20.105

Sumber : Dinas Perindag ESDM Kabupaten Kulonprogo, Tahun 2014

Industri Sumber Pencemar Air

Kegiatan usaha yang berpotensi menimbulkan pencemaran air di Kulonprogo tersebar pada dua belas kecamatan Adapun data sumber pencemar air di Kabupaten Kulonprogo dapat dilihat pada tabel berikut :


(25)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-25

Tabel 3.14.

Jumlah Sumber Pencemar Air berdasarkan Jenisnya di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

No. Nama Kegiatan Jumlah Persentase (%)

1 Pelayanan Kesehatan 31 17,42

2 Industri 123 69,10

3 Jasa Pariwisata 6 3,37

4 Lain-lain 18 10,11

Total 178 100

Sumber : Data Sumber Pencemar DIY Tahun 2013

Pada tabel 45 terlihat bahwa kegiatan industri masih merupakan kegiatan dominan (69,10%) yang menjadi sumber pencemar air disusul kegiatan pelayanan kesehatan (17,42%) dan jasa pariwisata (3,37%).

Data sebaran sumber pencemar air tersebut disajikan juga dalam bentuk gambar peta sebagai berikut :


(26)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-26

Gambar 3.14.

Peta Persebaran Sumber Pencemar Air di Kabupaten Kulonprogo

Tahun 2014, pemeriksaan sampel air terkait upaya pencegahan pencemaran air dari limbah usaha dan / atau kegiatan dilakukan pada sebanyak 5 titik lokasi usaha yaitu : pelayanan kesehatan, industri wig dan UMKM batik. Adapun hasil uji laboratorium terhadap limbah cair tersebut, sebagai berikut :


(27)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-27

Tabel 3.15. Hasil Uji Kualitas Limbah Cair Industri Tahun 2014

Hasil Uji Limbah Cair pada Sarana Pelayanan Kesehatan :

Parameter Satuan

Lokasi BMAL DIY

Pergub DIY 7/2010 RSUD

Wates

RS St Ysf Boro

RS PKU Muh Nanggulan

TSS mg/L 48,1 36,3 34,1 30

TDS mg/L

488 256 308 1000

Temperatur °C

28,7 29,3 27 30

pH -- 7,30 7,43 7,64 6,0 – 9,0

DO mg/L

7,59 8,61 3,44 -

BOD mg/L

2,03 2,19 5,48 30

COD mg/L 80,11 66,76 80,11 80

Amoniak (NH3-N) mg/L

0,155 0,064 0,135 0,1

Pospat (PO4-P) mg/L

3,11 1,91 ≤0,02 2

Detergen sbg MBAS

mg/L

0,93 0,56 0,20 5

Minyak dan Lemak mg/L

0 0 0 5

Fenol mg/L

0,144 0,012 0,085 0,5

Coliform total MPN/100ml

31 14 30 5000

Hasil Uji Limbah Cair pada Industri Batik “UKM Batik Faras”:

Parameter Satuan Hasil Uji

BMAL DIY Pergub DIY 7/2010

TSS mg/L 203,4 200

TDS mg/L 1748 1000

Temperatur °C 24,5 Deviasi 3°C

DHL µmhos/cm 3220,72 15625

pH -- 8,01 6,0 – 9,0

DO mg/L 8,62 -

BOD mg/L 58,42 50


(28)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-28

Hasil Uji Limbah Cair pada Industri Wig “PT. Sunchang Indonesia” :

Parameter Satuan Hasil Uji BMAL DIY

Pergub DIY 7/2010

TSS mg/L 21,3 50

TDS mg/L 452 1000

Temperatur °C 24,2 Deviasi 3°C

DHL µmhos/cm 1973,07 15625

pH -- 8 6,0 – 9,0

DO mg/L 7,43 -

BOD mg/L 60,49 50

COD mg/L 101,4 125

Detergen sbg MBAS mg/L 0,1843 5

Minyak dan lemak mg/L 8 5

Sumber : Data primer KLH Kulon Progo, 2014

Dari hasil pengujian kualitas limbah cair industri tersebut, diperoleh data bahwa ada beberapa parameter yang masih melebihi baku mutu yang ditentukan (Pergub DIY No. 7/2010), terutama untuk UMKM industri batik. Hal ini karena sistem pengolahan limbah cair yang ada belum sempurna. Untuk tahun 2014 ini telah dibangun Ipal Komunal limbah batik dan diharapkan tahun 2015 sudah bisa dioperasionalkan, sehingga sumber pencemar dari industri batik ini dapat dikendalikan.


(29)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-29 Industri Sumber Pencemar Udara

Kegiatan dan atau usaha yang berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara di Kulonprogo antara lain :

1. Usaha Peternakan (ayam, unggas, sapi dan kambing), pencemaran yang ditimbulkan adalah bau;

2. Industri AMP dan Stone Chruser serta SPBE yang berpotensi menimbulkan bau gas; 3. Industri Arang Briket, di Kabupaten Kulonprogo ada dua industri kategori menengah

untuk arang briket, yaitu PT. Kurnia Bumi Pertiwi dan PT. Aneka Sinendo. Tabel 3.16. Persebaran Potensi Sumber Pencemar Udara Tidak Bergerak

Kabupaten Kulonprogo

No. Kecamatan Industri Utilitas Jumlah %

1. Temon 1 1 2 5,9

2. Wates 12 1 13 38,2

3. Panjatan 0 0 0 0

4. Galur 1 0 1 2,9

5. Lendah 0 0 0 0

6. Sentolo 4 0 4 11,8

7. Pengasih 8 0 8 23,5

8. Kokap 0 0 0 0

9. Girimulyo 0 0 0 0

10. Nanggulan 3 0 3 8,8

11. Samigaluh 0 0 0 0

12. Kalibawang 2 1 3 8,8

Jumlah 31 3 34 100


(30)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-30

Dari hasil survey lapangan tahun 2012, ada beberapa sumber pencemar udara yang sudah tidak sesuai (berhenti beroperasi, dll). Untuk tahun 2014, dilakukan survey lapangan untuk dilakukan uji kualitas emisi udara dari sumber tidak bergerak. Industri tersebut antara lain :

Tabel 3.15. Data Sumber Pencemar Udara Tidak Bergerak Kabupaten Kulonprogo

No. Nama Industri Jenis Industri Sumber Emisi Jumlah

1. PT. Aneka Sinendo Arang Briket Oven kayu (tungku pembakaran)

1

2. PT. Kurnia Bumi Pertiwi Arang Briket Oven kayu (tungku pembakaran)

1

3. PT. Selo Adi Karto AMP Generator Set 1

4. CV. Surya Mekar Pupuk Dryer 1

5. CV. Kurnia Agung Mi Soon Generator Set 1

Sumber data : Hasil survey lapangan, 2014

Tabel 3.16. Hasil Uji Emisi Sumber Tidak Bergerak Tahun 2014

No.

Nama Industri Hasil Uji

NO2 SO2 Partikel Opasitas

Baku Mutu 1000

(mg/m3)

800 (mg/m3)

230 350 20 (%) 35 (%)

1. PT. Aneka Sinendo

72,038 21,312 - 331,469 - 25

2.

PT. Kurnia Bumi

Pertiwi 109,09 43,528 - 470,138 - 30

3.

PT. Selo Adi

Karto 40,538 25,33 24,325 - 8 -

4.

CV. Surya

Mekar 57,258 17,714 - 129,756 - 15

5.

CV. Kurnia

Agung 88,866 79,201 30,173 - 9 -

Sumber data : Hasil uji laboratorium, 2014


(31)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-31

Dari hasil uji laboratorium, bahwa untuk parameter NO2, SO2 dan Opasitas, dengan sumber emisi tungku pembakaran, genset maupun dryer, semuanya masih dalam keadaan baik dibawah baku mutu yang diperuntukkan. Sedangkan untuk parameter partikel debu, ada satu sumber emisi yang melebihi baku mutu, yaitu pada PT. Kurnia Bumi Pertiwi dengan sumber emisi generator set.


(32)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-32 F. Pertambangan

Kegiatan penambangan di Kabupaten Kulonprogo telah berlangsung cukup lama, dan dikenal dengan tambang tradisional yang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk keperluan hidup mereka sendiri seperti penambangan batu dan pasir di sekitar Sungai Progo. Akan tetapi sekarang telah berkembang dengan cepat dan ditemukannya beragam jenis cadangan bahan mineral di seluruh wilayah Kabupaten Kulonprogo. Gambaran mengenai cadangan sumberdaya mineral dan batubara yang terdapat di Kabupaten Kulonprogo, adalah sebagai berikut :

Tabel 3.17. Potensi Bahan Mineral di Kabupaten Kulonprogo (m3)

No Bahan Galian Potensi (m3)

1 Andesit 4.661.363.119

2 Barit 15.800

3 Batubara 2.100

4 Batu Lanau Tufan 133.560

5 Batugamping 923.307.340

6 Batupasir Tufan Kuarsaan 111.020.000

8 Bentonit / Abu Bumi 583.125

9 Breksi Andesit 153.020.630

10 Breksi Batuapung 3.773

11 Breksi Polemik 698.250.000

12 Emas Tak Terukur

13 Gipsum 538.961

14 Kaisedon 4.106

15 Lempung 19.914.984

16 Mangan 286.000

17 Pasir 7.908.562

18 Pasir Besi (dalam ton) 273.000.000

19 Tras 157.468.780

Sumber : Dinas PUP ESDM DIY, 2011

Keterangan: yang dicetak tebal adalah bahan galian potensi

Selanjutnya untuk peta potensi sumber daya mineral di Kabupaten Kulon Progo disajikan dalam gambar berikut :


(33)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-33


(34)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-34

Di Kabupaten Kulonprogo terdapat 19 jenis bahan galian seperti disajikan pada Tabel diatas. Dari kesembilan belas jenis bahan galian tersebut ada 4 jenis yang diproduksi secara kontinyu sepanjang tahun 2008 hingga tahun 2014 yaitu andesit, batugamping, bentonit/abu bumi dan pasir.

Program Pengawasan dan Penertiban Kegiatan Rakyat yang Berpotensi Merusak Lingkungan pada tahun 2014, diimplementasikan melalui kegiatan Pengawasan dan Penertiban Usaha Pertambangan dan Energi. Kegiatan ini dapat terealisasi berupa pengawasan pertambangan sejumlah 60 kali dengan sasaran kegiatan pertambangan berijin dan tanpa ijin, pelaksanaan reklamasi dan koordinasi penyelesaian permasalahan pertambangan di lokasi pertambangan. Selain itu, juga dapat diterbitkan surat perintah untuk menghentikan kegiatan penambangan bagi pelaku kegiatan penambangan tanpa ijin (Peti) sejumlah 17 buah dan surat teguran bagi kegiatan pertambangan berijin sejumlah 23 buah serta surat pembinaan dan arahan teknis penambangan dan lingkungan tambang sebanyak 16 buah.

Pertambangan di Kulonprogo sebagian besar merupakan kegiatan pertambangan rakyat, sebagian kecil lainnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pengusaha. Usaha pertambangan saat ini banyak dilakukan di sektor hulu yaitu penambangan atau penggalian. Kegiatan di sektor pengolahan melalui industri pertambangan yang dilakukan oleh dunia usaha masih terbatas pada penggilingan batu.

Dalam rangka mengatur usaha pertambangan pemerintah daerah telah menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara.

Untuk kegiatan pelayanan dan penyuluhan perijinan pertambangan tahun 2014, telah terlaksananya pelayanan perijinan usaha pertambangan operasi


(35)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-35

produksi batuan (andesit dan pasir) sejumlah 53 buah, IUJP sejumlah 4 buah dan surat keterangan terdaftar 7 buah.

Data tentang luas areal dan produksi pertambangan menurut jenis bahan galian tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2013 adalah sebagai berikut :

Gambar 3.18. Grafik Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian Tahun 2013 - 2014


(36)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-36 G.Energi

Program Diversifikasi, Intensifikasi dan Konservasi Energi direalisasikan dengan kegiatan penelitian dan pengembangan sumber energi alternatif di Kabupaten Kulonprogo. Penelitian ini telah memberikan data dan informasi mengenai jenis, klasifikasi serta kapasitas dan potensi energy primer (listrik, BBM, elpiji) serta energi alternatif berupa energi air, angin, matahari, biogas dan biomassa.

Sumber energi yang paling banyak digunakan untuk mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat Kulonprogo adalah sumber energi konvensional seperti, kayu bakar/arang/biomassa, minyak tanah, solar, bensin, LPG serta energi listrik, yang penggunaannya paling besar untuk rumah tangga. Pelayanan kelistrikan hampir seluruhnya bersumber dari PLN yaitu sejumlah 101.135 rumah tangga atau meningkat 2.738 dari tahun 2013 yang berjumlah 98.397 dan sebagian kecil yang tidak bersumber dari PLN seperti unit-unit Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dimanfaatkan di Kokap sejumlah 314 KK yang belum terjangkau layanan PLN.

Berdasar data olahan tim penyusun SLHD Kab. Kulonprogo, bahwa jumlah konsumsi energi untuk keperluan rumah tangga di Kabupaten Kulonprogo adalah LPG sebesar 3.301.973 kg; minyak tanah sebesar 72.864 liter, sedangkan yang menggunakan biomassa seperti kayu bakar sebesar 22.099.305 kg. Dilihat dari data tersebut menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi/bahan bakar untuk kebutuhan rumah tangga masyarakat untuk minyak tanah dan kayu bakar menurun kuantitasnya jika dibandingkan dengan tahun 2013. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat beralih menggunakan bahan bakar LPG. Meskipun pengguna bahan bakar kayu bakar /biomassa masih cukup banyak karena sebagian besar masyarakat masih tinggal di wilayah pedesaan dan di wilayah tersebut potensi biomassa sangat melimpah, antara lain : kayu bakar, ranting, daun, dll. Data perbandingan penggunaan bahan bakar pada tahun 2013-2014 dapat dilihat pada gambar berikut :


(37)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-37

Gambar 3.19. Grafik Penggunaan Bahan Bakar

untuk Keperluan Rumah Tangga di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013-2014

Energi Alternatif (Energi Baru dan Terbarukan)

Pengembangan sumber energi alternatif seperti angin, air, matahari, gelombang air laut dan biogas dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi yang besar.

Di wilayah Kabupaten Kulonprogo pada mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2014 telah dibangun beberapa unit biodigester untuk menghasilkan bio gas dengan memanfaatkan limbah kotoran ternak (sapi, kambing), limbah industri tahu. Data pembangunan biogas sebagai berikut :

Tabel 3.18. Data Biogas di Kulonprogo

No. Tahun Jumlah Biogas Terbangun (unit)

1. 2007 12

2. 2008 28

3. 2009 35

4. 2010 44

5. 2011 21

6. 2012 26

7. 2013 30

8. 2014 11


(38)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-38

Pembangkit Listrik Mikro Hidro (PLTMH) juga sudah dikembangkan antara lain :

- Semawung, Banjarharjo, Kalibawang; - Kedungrong, Purwoharjo, Samigaluh

Selain itu, pemerintah daerah memfasilitasi masyarakat untuk memanfaatkan energy surya/ matahari sebagai sumber energy alternative pada tahun 2008 sejumlah 130 unit, tahun 2009 sejumlah 172 unit, tahun 2011 sejumlah 17 unit, tahun 2012 sejumlah 25 unit, dan 2013 sejumlah 37 unit sedangkan untuk tahun 2014 tidak ada pembangunan lagi

.

Sedangkan untuk konsumsi energi untuk industri kecil di Kabupaten Kulonprogo, data yang tersedia dari Dinas Perindag ESDM sebagai berikut : LPG 278.342 kg, solar 209.080 liter, minyak tanah 18.700 liter, dan biomassa 549.533 kg sesuai dengan tabel SP-3.


(39)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-39 H. Transportasi

Sistem transportasi di Kabupaten Kulonprogo sebagian besar memanfaatkan jalan raya sebagai jalur utama pergerakan lalu lintas, baik untuk pergerakan lokal maupun regional yang menghubungkan kota-kota besar seperti Yogyakarta, Purworejo, Magelang, Bantul; sedang sistem angkutan umum yang melayani terbagi atas pelayanan regional (Antar Kota Antar Provinsi/AKAP) dan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) serta lokal (pedesaan).

Kondisi lalu lintas jalan raya di wilayah Kabupaten Kulonprogo pada umumnya masih lancar. Jenis kendaraan yang melintas di wilayah Kabupaten Kulonprogo didominasi oleh kendaraan pribadi khususnya sepeda motor. Arus lalu lintas yang tinggi pada umumnya terletak pada ruas-ruas jalan utama, sedangkan waktu kegiatan arus lalu lintas masyarakat yang tinggi terjadi pagi hingga sore hari.

Adapun panjang jalan yang ada di Kabupaten Kulonprogo seluruhnya sepanjang 1.112.373 Km dengan rincian dari status dan kewenangan terdiri atas : Jalan Nasional sepanjang 28,570 Km yang berfungsi sebagai arteri primer seluruhnya dengan permukaan aspal; Jalan Provinsi yang berfungsi sebagai kolektor primer sepanjang 159,900 Km semuanya dengan permukaan aspal; dan Jalan Kabupaten yang berfungsi sebagai lokal primer dan sebagian kecil kolektor primer dengan total panjang 925,303 Km, kesemuanya dalam kondisi baik 49,95%, sedang 37,64%, rusak 9,97% dan rusak berat 2,44%. Kondisi geografis Kabupaten Kulon Progo yang sebagian besar merupakan perbukitan sehingga geometris jalan daerah tersebut berupa tanjakan dan turunan tajam serta tikungan tajam, disertai dengan kondisi tanah yang labil dan mudah longsor.

Disamping jaringan jalan raya juga terdapat jalan Kereta Api (KA) sepanjang 25 km yang merupakan bagian dari jaringan jalan KA di Pulau Jawa lintas selatan. Jaringan jalan KA ini membelah Kota Wates dengan sistem rel ganda (double track).


(40)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-40

Jumlah kendaraan menurut jenis kendaraan dan bahan bakar yang digunakan tahun 2014 disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3.19. Jumlah Kendaraan menurut Jenis Bahan Bakar yang Digunakan di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

No. Jenis Kendaraan Bensin Bahan Bakar Solar Total

1. Beban 2.546 540 3.086

2. Penumpang pribadi 8.602 698 9.300

3. Penumpang umum 78 1 79

4. Bus besar pribadi 0 0 0

5. Bus besar umum 0 58 58

6. Bus kecil pribadi 0 81 81

7. Bus kecil umum 0 304 304

8. Truk besar 0 46 46

9. Truk kecil 0 1.752 1.752

10. Roda tiga 284 0 284

11. Roda dua 151.104 0 151.104

Jumlah 162.614 3.480 166.094

Sumber : Dishubkominfo Kab Kulonprogo, 2014

Sedangkan untuk perkembangan jumlah kendaraan baik yang berbahan bakar bensin maupun solar tahun 2013 dan 2014 dalam berbagai jenis kendaraan dapat digambarkan dalam grafik berikut :

Gambar 70. Perkembangan Jumlah Kendaraan yang Digunakan Di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 dan 2014


(41)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-41

Mengingat perkembangan transportasi yang akan datang dan kondisi geografis yang ada, demi kenyamanan masyarakat diperlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Saat ini di Kabupaten Kulonprogo baru tersedia sarana terminal kendaraan penumpang umum sejumlah 1 buah terminal type B dan 6 buah sub terminal type C, sedangkan untuk angkutan kereta api terdapat 2 buah stasiun yaitu stasiun Wates dan Sentolo. Perkiraan volume limbah padat/sampah dari sejumlah sarana prasarana transportasi tersebut tersedia data 5,25 m3/hari masih sama dengan data tahun 2013.

Untuk sarana pelabuhan laut-sungai dan danau di Kabupaten Kulonprogo belum ada, sedangkan yang ada adalah dermaga pelabuhan ikan di Pantai Karangwuni-Glagah. Perkembangan pembangunan pelabuhan perikanan Tanjung Adikarta sampai dengan akhir tahun 2014 mencapai sekitar 86%. Pada tahun 2015 akan dilakukan pengerukan alur dan pendalaman kolam pelabuhan, sehingga pada akhir tahun 2015 direncanakan pelabuhan sudah dapat dioperasionalkan.

Sarana perhubungan udara juga belum ada di Kabupaten Kulonprogo, namun keberadaan pengembangan bandara baru Yogyakarta di Kulonprogo juga sesuai dengan indikasi program dalam RTRW sebagaimana Peraturan Daerah DIY Nomor 2 Tahun 2010 dan RPJMD sebagaimana Peraturan Daerah DIY Nomor 6 Tahun 2013. Studi kelayakan dan Rencana Induk Pembangunan Bandara Baru telah disusun, selanjutnya telah dikeluarkan ijin lokasi dari Kementerian Perhubungan dengan lokasi di Desa Glagah, Palihan, Sindutan, dan Jangkaran Kecamatan Temon Kabupaten Kulonprogo yang membutuhkan lahan ± 637 Ha.


(42)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-42 I. Pariwisata

Kabupaten Kulonprogo memiliki beraneka ragam obyek dan daya tarik wisata yang meliputi pantai, pegunungan, goa, waduk, dan pemandian. Pengembangan pariwisata sudah dilakukan dan diarahkan pada peningkatan daya tarik serta promosi potensi pariwisata secara lokal, regional maupun nasional.

Sampai saat ini penataan dan pengelolaan obyek wisata relatif sudah berhasil menyediakan fasilitas dasar, terutama di obyek wisata Pantai Glagah, Pantai Trisik, Pantai Congot, Waduk Sermo, dan Pemandian Clereng. Namun demikian masih juga terdapat beberapa tantangan dalam pembangunan pariwisata di Kabupaten Kulonprogo, yakni kurangnya prasarana pendukung, antara lain aksesibilitas, jaringan listrik, air bersih, dan juga sarana untuk penanganan limbah padat (sampah). Disamping itu untuk daya tarik wisata rekreatif terutama di obyek wisata pantai masih kurang didukung penghijauan, sehingga lokasi pantai masih sangat panas dan terlihat gersang (kurang tutupan vegetasi).

Jumlah kunjungan wisata mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yang tentu saja juga diikuti jumlah limbah padat dan cair yang dihasilkan. Perkembangan jumlah pengunjung obyek wisata tahun 2010 sampai dengan 2014 dapat disajikan dalam tabel dan gambar berikut :


(43)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-43

Tabel 3.20. Perkembangan Kunjungan Wisatawan Tahun 2010 - 2014

No Obyek Wisata Jumlah Pengunjung

2010 2011 2012 2013 2014

1. Pantai Glagah 249,856 262.312 278.805 293.981 282.639 2. Pantai Congot 28,191 26.453 37.446 37.821 37.201 3. Pantai Trisik 29,277 27.175 23.036 22.972 18.802 4. Waduk Sermo 1792 16.826 20.554 30.643 38.657 5. Goa Kiskendo 6,738 3.440 6.698 7.060 10.943 6. Puncak

Suroloyo

9,499

9683 10.903 24.521 26.814 7. Pemandian

Alam Clereng (**)

17.554 - - - 12.418

8. Kolam Renang Tanjungsari (*)

667 - - 80

Jumlah 359.702 345.889 377.442 416.998 427.554

Bertambah/ Berkurang

48.827

35.014 31.553 39.556 10.556 Prosentase Kenaikan 15,71% 11,26% 9,12% 11,00% 2,47%

Sumber data : Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kulonprogo, 2014 (diolah).

Gambar 3.20. Grafik Perkembangan Kunjungan Wisatawan pada Obyek Wisata Kab Kulonprogo Tahun 2010 - 2014


(44)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-44

Sedangkan untuk jumlah pengunjung per obyek wisata tahun 2014 disajikan dalam gambar sebagai berikut :

Gambar 3.21.

Grafik Prosentase Wisatawan per Obyek Wisata Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Sedangkan untuk volume sampah yang dihasilkan per obyek wisata disajikan dalam gambar berikut :


(45)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-45

Usaha dan kegiatan masyarakat dalam bidang pariwisata mengalami perkembangan yang positif, pada tahun 2014 tercatat 35 sarana akomodasi termasuk penginapan dan homestay (pondok wisata) yang dikelola masyarakat (bertambah 2 unit penginapan dibanding tahun 2013 dan 2012). Tumbuhnya desa/dusun wisata menunjukan perkembangan yang positif. Desa/dusun wisata mengandalkan budaya dan wisata alam, disana terdapat kegiatan konservasi lingkungan baik lahan/hutan, air maupun hewan langka. Desa Wisata yang ada di Kabupaten Kulonprogo, meliputi :

1) Desa Wisata Sermo, Hargowilis Kokap 2) Desa Wisata Banjaroyo, Kalibawang 3) Desa Wisata Banjarasri. Kalibawang 4) Desa Wisata Jatimulyo, Girimulyo 5) Desa Wisata Glagah,Temon 6) Desa Wisata Kalibiru,Kokap 7) Desa Wisata Sidorejo,Lendah 8) Desa Wisata Nglinggo,Samigaluh 9) Desa Wisata Pendoworejo,Girimulyo 10) Desa Wisata Purwoharjo, Samigaluh 11) Desa Wisata Sendangsari,Pengasih 12) Desa Wisata Trisik,Galur

Tahun 2014 hotel/penginapan semua masih dalam kelas melati berjumlah 35 buah dengan jumlah kamar 498 kamar dan rata-rata tingkat hunian 60%. Dari keadaan tersebut dapat dihitung limbah padat yang dihasilkan adalah 1,8 m3/hari, sedangkan hasil perhitungan beban limbah cair hotel untuk BOD : 2,4 ton/tahun dan COD : 3,3 ton/tahun. Untuk melihat perkembangan hotel/penginapan beserta potensi pencemaran yag dihasilkan dapat dilihat pada gambar berikut :


(46)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-46

Gambar 3.23. Grafik Perbandingan Hotel/ Penginapan Tahun 2013-2014 di Kabupaten Kulonprogo


(47)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-47 J. Limbah B3

Di Kabupaten Kulonprogo belum ada industri yang menghasilkan limbah kategori Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), tetapi untuk kategori usaha/kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dan potensi untuk menghasilkan limbah B3 ada yaitu bengkel motor/mobil dan bengkel AC. Terdapat 8 (delapan) unit bengkel AC di wilayah Kabupaten Kulonprogo. Dan juga kegiatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum (RSU) maupun RS Khusus Bedah yang menghasilkan limbah B3 dari unit radiologinya dan tentunya limbah medis dari kegiatan pelayanan kesehatan. Pengelolaan Limbah medis dari rumah sakit di Kulonprogo bekerjasama dengan pihak ketiga antara lain PT. Arah dan PT. Medivest.

Disamping itu juga belum ada perusahaan yang mendapat izin mengelola (penyimpanan, pengumpulan, pengolahan, pemanfaatan dan pemusnahan) limbah B3 dan perusahaan yang mendapat izin mengangkut limbah B3 di Kabupaten Kulonprogo. Sumber limbah B3 yang ada di wilayah Kabupaten Kulonprogo selain dari limbah yang dihasilkan oleh bengkel AC, bengkel mobil/motor adalah limbah rumah tangga yang dapat dikategorikan B3, misal : lampu neon, baterai dll. Masyarakat juga belum mengetahui bagaimana pengelolaan limbah tersebut dan pada umumnya hanya disimpan di dalam rumah atau dibuang begitu saja di lingkungan.

Kantor Lingkungan Hidup bersama dengan Badan Lingkungan Hidup DIY telah melakukan kegiatan inventarisasi maupun pembinaan dan pengawasan terhadap bengkel AC sebagai penghasil BPO dan juga pada instansi pemerintah yang notabene pengguna dan penyimpan bahan B3 seperti Gudang Pestisida pada Dinas Pertanian dan kehutanan serta Gudang Farmasi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kulonprogo.


(1)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-42 I. Pariwisata

Kabupaten Kulonprogo memiliki beraneka ragam obyek dan daya tarik wisata yang meliputi pantai, pegunungan, goa, waduk, dan pemandian. Pengembangan pariwisata sudah dilakukan dan diarahkan pada peningkatan daya tarik serta promosi potensi pariwisata secara lokal, regional maupun nasional.

Sampai saat ini penataan dan pengelolaan obyek wisata relatif sudah berhasil menyediakan fasilitas dasar, terutama di obyek wisata Pantai Glagah, Pantai Trisik, Pantai Congot, Waduk Sermo, dan Pemandian Clereng. Namun demikian masih juga terdapat beberapa tantangan dalam pembangunan pariwisata di Kabupaten Kulonprogo, yakni kurangnya prasarana pendukung, antara lain aksesibilitas, jaringan listrik, air bersih, dan juga sarana untuk penanganan limbah padat (sampah). Disamping itu untuk daya tarik wisata rekreatif terutama di obyek wisata pantai masih kurang didukung penghijauan, sehingga lokasi pantai masih sangat panas dan terlihat gersang (kurang tutupan vegetasi).

Jumlah kunjungan wisata mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yang tentu saja juga diikuti jumlah limbah padat dan cair yang dihasilkan. Perkembangan jumlah pengunjung obyek wisata tahun 2010 sampai dengan 2014 dapat disajikan dalam tabel dan gambar berikut :


(2)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-43

Tabel 3.20. Perkembangan Kunjungan Wisatawan Tahun 2010 - 2014

No Obyek Wisata Jumlah Pengunjung

2010 2011 2012 2013 2014

1. Pantai Glagah 249,856 262.312 278.805 293.981 282.639 2. Pantai Congot 28,191 26.453 37.446 37.821 37.201 3. Pantai Trisik 29,277 27.175 23.036 22.972 18.802 4. Waduk Sermo 1792 16.826 20.554 30.643 38.657 5. Goa Kiskendo 6,738 3.440 6.698 7.060 10.943 6. Puncak

Suroloyo

9,499

9683 10.903 24.521 26.814 7. Pemandian

Alam Clereng (**)

17.554 - - - 12.418

8. Kolam Renang Tanjungsari (*)

667 - - 80

Jumlah 359.702 345.889 377.442 416.998 427.554 Bertambah/

Berkurang

48.827

35.014 31.553 39.556 10.556 Prosentase Kenaikan 15,71% 11,26% 9,12% 11,00% 2,47%

Sumber data : Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kulonprogo, 2014 (diolah).

Gambar 3.20. Grafik Perkembangan Kunjungan Wisatawan pada Obyek Wisata Kab Kulonprogo Tahun 2010 - 2014


(3)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-44

Sedangkan untuk jumlah pengunjung per obyek wisata tahun 2014 disajikan dalam gambar sebagai berikut :

Gambar 3.21.

Grafik Prosentase Wisatawan per Obyek Wisata Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Sedangkan untuk volume sampah yang dihasilkan per obyek wisata disajikan dalam gambar berikut :


(4)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-45

Usaha dan kegiatan masyarakat dalam bidang pariwisata mengalami perkembangan yang positif, pada tahun 2014 tercatat 35 sarana akomodasi termasuk penginapan dan homestay (pondok wisata) yang dikelola masyarakat (bertambah 2 unit penginapan dibanding tahun 2013 dan 2012). Tumbuhnya desa/dusun wisata menunjukan perkembangan yang positif. Desa/dusun wisata mengandalkan budaya dan wisata alam, disana terdapat kegiatan konservasi lingkungan baik lahan/hutan, air maupun hewan langka. Desa Wisata yang ada di Kabupaten Kulonprogo, meliputi :

1) Desa Wisata Sermo, Hargowilis Kokap 2) Desa Wisata Banjaroyo, Kalibawang 3) Desa Wisata Banjarasri. Kalibawang 4) Desa Wisata Jatimulyo, Girimulyo 5) Desa Wisata Glagah,Temon 6) Desa Wisata Kalibiru,Kokap 7) Desa Wisata Sidorejo,Lendah 8) Desa Wisata Nglinggo,Samigaluh 9) Desa Wisata Pendoworejo,Girimulyo 10) Desa Wisata Purwoharjo, Samigaluh 11) Desa Wisata Sendangsari,Pengasih 12) Desa Wisata Trisik,Galur

Tahun 2014 hotel/penginapan semua masih dalam kelas melati berjumlah 35 buah dengan jumlah kamar 498 kamar dan rata-rata tingkat hunian 60%. Dari keadaan tersebut dapat dihitung limbah padat yang dihasilkan adalah 1,8 m3/hari, sedangkan hasil perhitungan beban limbah cair hotel untuk BOD : 2,4 ton/tahun dan COD : 3,3 ton/tahun. Untuk melihat perkembangan hotel/penginapan beserta potensi pencemaran yag dihasilkan dapat dilihat pada gambar berikut :


(5)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-46

Gambar 3.23. Grafik Perbandingan Hotel/ Penginapan Tahun 2013-2014 di Kabupaten Kulonprogo


(6)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab III-47 J. Limbah B3

Di Kabupaten Kulonprogo belum ada industri yang menghasilkan limbah kategori Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), tetapi untuk kategori usaha/kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dan potensi untuk menghasilkan limbah B3 ada yaitu bengkel motor/mobil dan bengkel AC. Terdapat 8 (delapan) unit bengkel AC di wilayah Kabupaten Kulonprogo. Dan juga kegiatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum (RSU) maupun RS Khusus Bedah yang menghasilkan limbah B3 dari unit radiologinya dan tentunya limbah medis dari kegiatan pelayanan kesehatan. Pengelolaan Limbah medis dari rumah sakit di Kulonprogo bekerjasama dengan pihak ketiga antara lain PT. Arah dan PT. Medivest.

Disamping itu juga belum ada perusahaan yang mendapat izin mengelola (penyimpanan, pengumpulan, pengolahan, pemanfaatan dan pemusnahan) limbah B3 dan perusahaan yang mendapat izin mengangkut limbah B3 di Kabupaten Kulonprogo. Sumber limbah B3 yang ada di wilayah Kabupaten Kulonprogo selain dari limbah yang dihasilkan oleh bengkel AC, bengkel mobil/motor adalah limbah rumah tangga yang dapat dikategorikan B3, misal : lampu neon, baterai dll. Masyarakat juga belum mengetahui bagaimana pengelolaan limbah tersebut dan pada umumnya hanya disimpan di dalam rumah atau dibuang begitu saja di lingkungan.

Kantor Lingkungan Hidup bersama dengan Badan Lingkungan Hidup DIY telah melakukan kegiatan inventarisasi maupun pembinaan dan pengawasan terhadap bengkel AC sebagai penghasil BPO dan juga pada instansi pemerintah yang notabene pengguna dan penyimpan bahan B3 seperti Gudang Pestisida pada Dinas Pertanian dan kehutanan serta Gudang Farmasi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kulonprogo.