skrpsi penggunaan model synectik dalam proses belajar mengajar
PENGGUNAAN MODEL SYNECTIK DALAM PROSES BELAJAR
MENGAJAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses interaksi antara yang belajar
(siswa) dengan pengajar (guru). Seorang siswa telah dikatakan belajar apabila ia telah
mengetahui sesuatu yang sebelumnya ia tidak dapat mengetahuinya, termasuk sikap tertentu
yang sebelumnya belum dimilikinya. Sebaliknya, seorang guru dikatakan telah mengajar apabila
ia telah membantu siswa atau orang lain untuk memperoleh perubahan yang dikehendaki.
Guru sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar hendaknya berupaya menciptakan situasi
dan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang efektif dan efesien
untuk para siswanya. Dalam hal ini dapat meningkatkan efektivitas kegiatan belajar mengajar.
Model mengajar adalah suatu rencana atau pola mengajar yang digunakan oleh guru dalam
menyusun kurikulum, mengatur materi-materi pelajaran dan petunjuk bagaimana seharusnya
guru mengajar di kelas.
Mengingat beragamnya model mengajar yang telah diterapkan di sekolah-sekolah ini, tentu akan
lebih bijaksana bila guru memilih dan mencoba menggunakan model mengajar secara bervariasi
untuk meningkatkan kualitas profesi dan produktivitasnya dalam mengacu pada pemenuhan
kebutuhan siswa, dan hal inilah yang dilakukan oleh guru-guru di SD Inpres Rappokalling I
Makassar untuk mencoba model synectik diterapkan dalam proses belajar mengajar.
Dalam penerapan model synectik ini oleh guru, yakni guru tersebut hanya memberikan
gambaran atau informasi tentang suatu bahan pelajaran kemudian siswa atau informasi tentang
suatu bahan pelajaran kemudian siswa tersebut mengelolanya sendiri, nanti pada tahap akhir baru
guru memberikan bimbingan lagi. Jadi peranan guru hanya memberikan bimbingan pada tahap
awal dan tahap akhir kegiatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengangkat beberapa permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana teknik penggunaan/ penerapan model synectik dalam proses belajar mengajar di
SD Inpres Rappokalling I Makassar.
2. Faktor-faktor apa yang menjadi penunjang dan penghambat penerapan model synectik dalam
proses belajar mengajar di SD Inpres Rappokalling I Makassar.
C. Hipotesis
Adapun hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari permasalahan di atas, adalah:
1. Teknik penerapan model synectik oleh guru-guru dalam proses belajar mengajar adalah model
yang berhasil memecahkan masalah atau kesulitan belajar yang mereka miliki.
2. Mengingat bahwa model synectik adalah model pengembangan kreatifitas berfikir siswa untuk
memecahkan kesulitan berfikir dalam belajar, berdasarkan analisa tersebut maka dapat dipikirkan
bahwa model synectik efektif diterapkan dalam proses belajar mengajar.
D. Pengertian Judul dan Defenisi Operasional
Agar skripsi ini mudah dipahami dan dimengerti dengan jelas, maka akan diberikan pengertian
kata-kata yang dianggap penting untuk memahami judul tersebut di atas adapun kata-kata yang
dimaksud adalah:
“Model synectik”, model pengembangan kreatifitas untuk memecahkan masalah dengan melatih
individu untuk bekerjasama mengatasi problema, sehingga mampu meningkatkan
produktivitasnya.1
“Proses Belajar Mengajar, proses komunikasi, proses penyampaian pesan dari sumber pesan
melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan.2
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan pengertian judul
bahwa model synectic dalam proses belajar mengajar adalah model pengembangan kreatifitas
untuk memecahkan masalah dengan melatih individu untuk bekerjasama mengatasi problema.
Sehingga mampu meningkatkan produktivitasnya dengan melibatkan seluruh komponen yang
ada dalam unsur pendidikan baik itu guru, lingkungan siswa, sarana masyarakat sehingga terjadi
proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
a. Untuk memperoleh data tentang sejauhmana penguasaan guru dan pemahaman siswa terhadap
mata pelajaran apabila menggunakan model synectik.
b. Untuk mengetahui kerajinan dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran apabila
menggunakan model synectik dalam proses belajar mengajar di SD Inpres Rappokalling I
Makassar.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini pada intinya, sebagai berikut:
a. Untuk menjadi pertimbangan bagi pembaca pada khususnya pendidik dan si terdidik
pertimbangan bagi pembaca pada khususnya pendidik dan si terdidik dalam proses belajar
mengajar.
b. Agar supaya hasil penelitian nanti dapat memberikan gambaran kepada pembaca tentang halhal yang menjadi faktor pendukung didalam pelaksanaan penggunaan model synectik dalam
proses belajar mengajar di SD Inpres Rappokalling I Makassar.
c. Memberikan konstribusi pemikiran atau strategi dan operasionalisasi tentang penggunaan
model synectik dalam proses belajar mengajar di SD Inpres Rappokalling I Makassar.
d. Supaya hasil penelitian nanti dapat berfungsi sebagai informasi kepada pembaca tentang
sejauh mana penggunaan model synectik dalam proses belajar mengajar di SD Inpres
Rappokalling I Makassar.
F. Garis Besar Isi
Untuk memudahkan cara pembaca mengerti secara global dari pada isi skripsi ini, maka penulis
perlu memberikan gambaran kandungan skripsi ini:
Pada bab pertama adalah pendahuluan, yang membicarakan latar belakang, di mana dalam proses
belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses interaksi antara yang belajar (siswa) dengan
pengajar (guru), rumusan masalah meliputi bagaimana teknik penggunaan penerapan model
synectik dan faktor-faktor apa yang menjadi penunjang penerapan model synectik dalam proses
belajar mengajar di SD Inpres Rappokalling I Makassar, hipotesis sebagai jawaban sementara
terhadap problema, pengertian judul dari skripsi ini, meliputi pengertian penggunaan model
synectik dalam proses belajar mengajar ,tujuan dan kegunaan penelitian, dan terakhir adalah
garis–garis besar isi yang meliputi abstrak dari semua bab.
Pada bab dua, membahas tinjauan pustaka yang meliputi proses belajar mengajar di mana proses
kegiatan yang berinteraksi antara guru dengan siswa, pengertian komponen yang meliputi tujuan
pengajaran yang bersumber dari tujuan kurikuler dan tujuan instruksional umum yang berfungsi
sebagai indikator keberhasilan pengajaran, faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaannya
meliputi faktor anak didik, pendidik, alat pendidikan dan tujuan pendidikan, dan terakhir adalah
model mengajar synectik yang merupakan suatu pendekatan baru yang menarik guna
mengembangkan kreatifitas.
Bab tiga membahas tentang metode penelitian yang meliputi lokasi, populasi dan sampel, yang
membahas jumlah keseluruhan dari siswa dan jumlah guru SD Inpres Rappokalling I Makassar
instrumen pengumpulan data, teknik pengumpulan data, adalah merupakan keberhasilan dalam
penelitian karena berfungsi sebagai sarana mengumpulkan data yang banyak, prosedur
pengumpulan data dan tahap pengumpulan data yang meliputi tahap persiapan dalam menyusun
instrumen pengumpulan data, dan tahap pengumpulan data yang meliputi riset kepustakaan
,kutipan langsung dan kutipan tidak langsung serta penelitian lapangan dan terakhir teknik
analisis data meliputi metode induksi, deduksi, tabulasi dan metode komparatif.
Bab empat, membahas hasil penelitian tentang tinjauan deskripsi SD Inpres Rappokalling I
Makassar yang meliputi keadaan sarana dan prasarana, keadaan guru, keadaan siswa, dan
keadaan kurikulum, teknik penerapan model synectik yakni guru hanya memberikan gambaran
atau informasi tentang suatu bahan pelajaran nanti siswa tersebut mengelolanya sendiri, faktor
yang menjadi penunjang penerapan model synectik, efektivitas penerapan model mengajar
synectik dalam proses belajar mengajar di mana model synectik ini efektif diterapkan dalam
proses belajar mengajar dan terakhir prestasi belajar siswa yang meliputi hasil belajar siswa.
Kemudian bab lima, yakni pada bab terakhir berisi penutup yang berupa kesimpulan yang
meliputi teknik penggunaan penerapan model synectik dan faktor penunjang penerapan model
synectik dan terakhir implikasi penelitian.
1H. Abdurrahman, Pengelolaan Pengajaran, (Ujung Pandang; Bintang Selatan, 1990), h. 144
2Sadiman Arief. et.al. Media Pendidikan, (Pustekkom Dikbud dan PT. Raja Grafindo Persada),
h. 11
PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR DENGAN
PRESTASI BELAJAR SISWA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga mempunyai peranan dan tanggungjawab utama atas perawatan dan perlindungan anak
sejak bayi hingga remaja. Pengenalan anak kepada kebudayaan, pendidikan, nilai dan normanorma kehidupan bermasyarakat dimulai dalam lingkungan keluarga.
Untuk perkembangan kepribadian anak-anak yang sempurna dan serasi, mereka harus tumbuh
dalam lingkungan keluarga dalam suatu iklim kebahagiaan, penuh kasih saying dan pengertian.
Menurut Siti Partini ( 1977 : 11 )
Keluarga adalah sekelompok manusia yang terdiri atas suami, istri, anak-anak ( bila ada ) yang
terikat atau didahului dengan perkawinan.
Keluarga Merupakan lembaga sosial yang paling kecil, yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Dari
beberapa fungsi keluarga salah satunya adalah memberikan pendidikan yang terbaik yakni
pendidikan yang mencakup pengembangan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak-anak, yaitu :
Potensi fisik, potensi nalar, dan potensi nurani / qalbu (Muhammad Tholchah Hasan 1990 : 39).
Dengan pendidikan yang utuh tersebut akan mengembangkan kualitas kepribadian anak dan
mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara menyeluruh. Dan kualitas sumberdaya
manusia ( SDM ) yang demikian sebenarnya yang dibutuhkan sekarang dan masa datang, yakni
kualitas sumberdaya manusia yang meliputi ; kreatifitas yang kuat, produktifitas yang tinggi,
kepribadian yang tangguh, kesadaran sosial yang besar, keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa ( Muhammad Tholchah Hasan 1990 : 43 ).
Siswa Sekolah Menengah Atas ( SMA ) sebagai salah satu unsur sumberdaya manusia yang
potensial sangat diperlukan dalam rangka mencapai kemajuan bangsa, “Di Indonesia, pendidikan
diarahkan pada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya sebagai warga Negara yang pancasila
“.
Pada dasarnya, proses pendidikan dapat terjadi dalam banyak situasi sosial yang menjadi ruang
lingkup kehidupan manusia. Secara garis besar proses pendidikan dapat terjadi dalam tiga
lingkungan pendidikan yang terkenal dengan sebutan : Tri Logi Pendidikan, yaitu Pendidikan di
dalam Keluarga ( Pendidikan Informal ), Pendidikan di dalam Sekolah ( Pendidikan Formal ),
dan Pendidikan di dalam Masyarakat ( Pendidikan Non Formal ).
Pendidikan di dalam keluarga merupakan pendidikan kodrati. Apalagi setelah anak lahir,
pengenalan diantara orang tua dan anak-anaknya yang diliputi rasa cinta kasih, ketentraman dan
kedamaian. Anak-anak akan berkembang kearah kedewasaan dengan wajar di dalam lingkungan
keluarga segala sikap dan tingkah laku kedua orang tuanya sangat berpengaruh terhadap
perkembangan anak, karena ayah dan ibu merupakan pendidik dalam kehidupan yang nyata dan
pertama sehingga sikap dan tingkah laku orang tua akan diamati oleh anak baik disengaja
maupun tidak disengaja sebagai pengalaman bagi anak yang akan mempengaruhi pendidikan
selanjutnya.
Maka, keluarga yang baik di dalamnya akan terjadi interaksi diantara para anggotanya.
Sebagaimana dikemukakan oleh St. Vembriarto ( 1978 : 35 ) :
Bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar yaitu suatu proses akomodasi dengan mana
individu memohon, menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil oper cara
hidup atau kebudayaan masyarakat.
Komunikasi, istilah ini berasal dari bahasa Inggris yaitu Communication, yang berarti
“memberitahukan”, berpartisipasi, kabar”. ( Poerwadarminto WJS dkk, 1980 : 28 ). Sedangkan
Menurut A.G. Lunandi
Komunikasi adalah suatu kegiatan terus menerus yang dilakukan orang untuk saling
berhubungan dengan orang lain, khususnya pada waktu berhadapan muka. (
Komunikasi orang tua dengan anak memegang peranan penting dalam membina hubungan
keduanya, hal ini dapat dilihat dengan nyata, misalnya : membimbing, membantu mengarahkan,
menyayangi, menasehati, mengecam, mengomando, mendikte, dan lain sebagainya.
Orang tua yang kurang bisa berkomunikasi dengan anaknya akan menimbulkan kerenggangan
atau konflik hubungan, sebaliknya orang tua yang dapat menerima anaknya sebagaimana adanya,
maka si anak cenderung dapat tumbuh, berkembang, membuat perubahan-perubahan yang
membangun, belajar memecahkan masalah-masalah, dan secara psikologis semakin sehat,
semakin produktif, kreatif dan mampu mengaktualisasikan potensi sepenuhnya.
Sesuai dengan judul penelitian penulis, dalam pembahasan berikutnya penulis akan memusatkan
diri pada pembahasan tentang pendidikan di dalam sekolah atau pendidikan Formal.
Pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Sedangkan
menurut Winkel (1983 : ) Pendidikan di sekolah diartikan : “Proses Kegiatan terencana dan
terorganisir, yang terdiri atas kegiatan mengajar dan belajar”.
Pendidikan di sekolah merupakan intesifikasi dan modifikasi dasar-dasar Kepribadian dan polapola sikap anak yang dipelajarinya di rumah. Artinya memperkuat dasar-dasar dan pola-pola
sikap anak yang positif dan mengubah dasar-dasar kepribadian dan pola-pola sikap anak yang
negatip yang dipelajari dilua sekolah.
Tugas pokok SMP dan SMA adalah mendidik dalam arti luas. Sedangkan fungsi pokok SMP dan
SMA adalah dalam arti mengajar, melatih dan mendidik dalam arti sempit.
Mendidik dalam arti luas yang merupakan tugas pokok sekolah adalah dalam rangka
menciptakan kesempatan yang seluas-luas bagi siswa untuk mengembangkan dirinya seoptimal
mungkin sesuai dengan potensi dan lingkungannya disamping memberikan latihan mengenai :
akhlak, dan kecerdasan seseorang.
Disamping tugas pokok sekolah tersebut diatas, maka dapat dijelaskan pula tentang tujuan
institusional SMA sebagai lembaga pendidikan formal tingkat atas, sesuai dengan fungsi SMA
dalam rangka keseluruhan pendidikan, yaitu :
1. Menjadikan para siswa untuk menjadi manusia Indonesia seutuhnya, sebagai warga negara
yang Pancasila
2. Memberikan bekal kemampuan yang diperlukan bagi siswa-siswa yang akan melanjutkan
studinya ke Perguruan Tinggi.
3. Memberikan bekal kemampuan bagi siswa yang akan terjun ke dunia kerja setelah
menyelesaikan pendidikannya di SMA. ( Depdikbud, 1984 : 7 )
Pencapaian tujuan institusional SMA sesuai dengan fungsinya dalam rangka keseluruhan proses
pendidika pada khususnya dala salah satu tugas sekolah sebagai lembaga pendidikan formal pada
umumnya tidaklah mudah.
Disepanjang tahun, khususnya pada tahun ajaran baru, mutu pendidikan yang berkaitan dengan
pencapaian tujuan pendidikan secara umum disegala jenjang pendidikan formal, termasuk SMA
sering dipermasalahkan.Permasalahan ini seringkali dikaitankan dengan adanya kecenderungan
merosotnya minat belajar dan prestasi belajar yang dicapai siswa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siwa tentunya beraneka ragam, tetapi secara
garis besar ada dua faktor yaitu “Faktor-faktor pada pihak siswa dan Faktor-faktor diluar siswa” (
Winkel : )
Menurut Crow and Crow yang dikutip oleh Johny Killis ( 1988 : 26 ) Ada tiga factor yang
menimbulkan minat yaitu : Faktor yang ditimbulkan dari dalam diri sendiri, faktor motif sosial
dan faktor emosional yang ketiganya mendorong timbulnya minat.
Pendapat tersebut sejalan yang dikemukakan Sudarsono, Faktof-faktor yang meimbulkan minat
dapat digolongkan sebagai berikut ;
1). Faktor kebutuhan dari dalam
Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.
2). Faktor motif sosial
Timbulnya minat dalam diri seseorang dapat didorong oleh motif sosial yaitu kebutuhan untuk
mendapatkan pengakuan, penghargaan dari lingkungan dimana ia berada
3). Faktor emosional
Faktor yang merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terdapat suatu
kegiatan / objek tertentu ( 1980 : 12 )
Jadi berdasarkan dua pendaat diatas faktor yang meimbulkan minat, dalam hal ini minat untuk
belajar ada tiga yaitu ; dorongaan dari diri individu, dorongan sosial dan dorongan emosional.
Timbulnya minat untuk belajar pada individu berasal dari dalam diri individu, kemudian individu
mengadakan interaksi dengan lingkungan yang menimbulkan dorongan sosial dan dorongan
emosional, juga adanya pengaruh perhatian orang tua.
Karena hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh minat dalam belajr, perhatian orang tua, maka
keduanya menjadi perlu untuk dibahas dan diteliti. Hal ini dikemukakan oleh Dakir :
Perhatian adalah keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan dalam
pemusatannya kepada barang sesuatu, baik yang didalam maupun yang ada diluar ( 1993 : 114 )
Dengan demikian seseorang yang mempunyai perhatian dan hubungan yang baik ( bukan broken
home ), cenderung mempunyai kesanggupan yang lebih besar untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, memecahkan problem-problem yang dihadapi secara cepat dan tepat, termasuk
problem-peoblem dalam rangka meraih prestasi yang optimal.
Uraian tersebut diatas mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang Pengaruh
Perhatian Orang tua dan Minat belajar dengan Prestasi Belajar siswa dalam bentuk Karangan
Ilmiah dengan :
1. Tema : Prestasi Belajar
2. Aspek Masalah : Pengaruh Perhatian Orang Tua, minat
3. Judul : Pengaruh Perhatian Orang tua dan Minat Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa
( Penelitian yang dikhususkan pada Prestasi Belajar pilihan program Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas II SMA PGRI 2 Kajen Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2004 / 2005 )
B. Identifikasi Masalah
Alasan-alasan yang mendorong penulis untuk memilih judul penelitian diatas maka dapat
diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :
1. Adanya kecenderungan menurunnya prestasi belajar yang dicapai siswa-siswa di segala
jenjang pendidikan formal yang ada di Indonesia termasuk SMA sehingga perlu mendapatkan
perhatian dan penanganannya.
2. Salah satu penanganannya adalah perlunya mencari latar belakang masalah tersebut.
3. Salah satu indicator yang menyebabkan prestasi belajar siswa menurun adalah pengaruh
perhatian orang tua, yang kurang baik.
4. Disisi lain diagnosa minat belajar didalam dunia pendidikan dirasa cukup penting dan perlu
untuk dibahas dan diteliti. Karena Minat Belajar mempunyai hubungan yang cukup tinggi
dengan hasil prestasi belajar siswa.
5. Bahwa hasil prestasi belajar siswa dalam suatu lembaga pendidikan formal merupakan hal
yang sangat pokok untuk diperhatikan, karena dengan mengetahui prestasi belajar siswa kita
akan mengetahui pula efektifitas proses belajar dan mengajar yang berlangsung di sekolah.
C. Batasan Masalah
Untuk memperjelas pengertian yang terkadang dalam Judul penelitian diatas, maka akan penulis
kemukakan arti daripada judul penelitian tersebut, dengan maksud memberi gambaran secara
jelas dan tidak terjadi salah tafsir terhadapjudul penelitian tersebut. Adapun penjelasan judul
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh, yang dimaksud disini mempunyai arti yang sama dengan “Hubungan atau Korelasi”
( Sutrisno Hadi, 1977 : 20 ). Pengaruh disini diartikan mempunyai hubungan yang timbal balik
antara dua variabel atau lebih. Sedangkan yang dimaksud hubungan timbal balik adalah
hubungan dimana satu variabel dapat menjadi sebab akibat dari variabel lainnya.
2. Perhatian
Menurut Dakir ( 1993 : 114 ) : “Perhatian adalah Keaktifan peningkatan kesadaran seluruh
fungsi jiwa yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada barang sesuatu, baik yang di dalam
maupun yang ada di luar.
Sedangkan yang dimaksud dengan perhatian dalam penelitian ini adalah Kecenderungan atau
Keaktifan perhatian orang tua yang dikerahkan, untuk memberikan motivasi atau dorongan yang
positif terhadap anaknya dalam usaha mencapai prestasi belajar yang optimal
3. Minat Belajar
Minat adalah Kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada sesuatu objek atau
menyenangi sesuatu objek ( Sumadi Suryabrata, 1988 : 109 )
Sedangkan pengertian Belajar adalah proses mental yang mengarah kepada penguasaan
pengetahuan, kecakapan, skill, kebiasaan atau sukap yang semuanya diperoleh, disimpan, dan
dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif dan adaptif ( Winkel, 1983 : 92
)
Sedangkan yang penulis maksudkan dengan minat Belajar disini, adalah suatu kemampuan
umum yang dimiliki siswa untuk mencapai prestasi yang optimal yang dapat ditunjukkan dengan
kegiatan belajar.
4. Prestasi Belajar
Prestasi Belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk
simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapatmencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh
setiap anak dalam periode tertentu ( Sutartinah Tirtonegoro, 1984 : 14 )
Sedangkan yang penulis maksudkan dengan prestasi belajar disini adalah hasil dari pengukuran
serta penilaian hasil usaha belajar siswa dalam satu semester untuk semua bidang studi kelompok
pilihan program. Indikasi hasil belajar yang akan digunakan adalah angka hasil tes prestasi
belajar semester genap tahun pelajaran 2004/2005.
Anak judul yang berbunyi Penelitian yang dikhususkan pada Prestasi belajar pilihan program
Ilmu Pengetahuan Alam Kelas II SMA PGRI 2 Kajen Kabuaten Pekalongan Tahun Pelajaran
2004/2005 mempunyai maksud bahwa penelitian tentang pengaruh perhatian orang tuan dan
minat belajar dengan prestasi belajar siswa dikhususkan pada siswa SMA PGRI 2 Kajen yang
duduk di kelas II pilihan program Ilmu Pengetahuan Alam, untuk mendalam mata pelajaran
Fisika, Biologi, Kimia dan Matematika sebagai pilihan progran yang diambil.
D. Rumusan Masalah
Dalam latar belakang telah dijelaskan tentang pengaruh perhatian orang tua dan minat belajar
dengan prestasi belajar siswa. Dari masalah-masalah yang ada dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan antara pengaruh perhatian orang tua dan minat belajar dengan prestasi
belajar siswa
2. Apakah benar ada hubungan antara pengaruh perhatian orang tua dengan prestasi belajar siswa
3. Apakah benar ada hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa.
E. Tujuan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis mempunyai tujuan yang hendak dicapai yaitu :
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perhatian orang tua dan minat belajar dengan
prestasi belajar siswa
2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara perhatian orang tua dengan prestasi belajar
siswa
3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah perbendaharaan penelitian dalam dunia pendidikan, khususnya dalam Karya
tulis ilmiah dalam rangka mengembangkan khasanah ilmiah
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengadakan penelitian selanjutnya
yang lebih mendalam
c. Sebagai pengembang disiplin ilmu kearah berbagai spesifikasi
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pengelola pendidikan menengah khususnya SMA : memberikan masukan di dalam
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa SMA untuk meningkatkan
prestasi belajar.
b. Bagi siswa-siswa SMA :
1). Memberi pengetahuan bahwa perhatian orang tua, minat belajar sangat membantu dalam
meningkatkan prestasi belajar di sekolah
2). Memberikan pengetahuan bahwa bantuan orang tua, guru sangat mendukung dalam
memperbesar minat belajar
3). Memberikan pengetahuan bahwa besarnya perhatian orang tua,minat belajar sangat
berpengaruh dalam mencapai dan meningkatkan dalam meraih prestasi belajar.
G. Batasan Istilah
1. Perhatian orang tua adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu agar dapat
memilih, menyiapkan, menyesuikan dan menetapkan dirinya dalam belajar sesuai dengan
keadaan dirinya.
2. Minat Belajar adalah suatu kecenderungan yang mengandung perhatian, rasa senang, harapan
dan pengalaman untuk melakukan suatu kegiatan belajar
3. Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian hasil usaha belajar siswa dan
bertujuan untuk mencapai suatu keadaan yang lebih memuaskan dari sebelumnya.
H. Sistematika Skripsi
Untuk mempermudah pembaca dalam memahami alur penelitian skripsi ini, maka penulis
sajikan sistematika skripsi berikut :
1. Bagian Awal
Bagian awal ini meliputi : Halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, motto,
halaman persembahan, kata pengantar dan ucapan terima kasih, daftar isi, daftar tabel, daftar
laporan dan abstrak
2. Bagian Inti
Pada bagian inti ini terdiri dari lima bab, secara berturut-turut meliputi :
Penerapan Pengajaran Dan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
and Learning) Dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Diklat Mema
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi saat ini telah memberikan manfaat yang tidak terhingga bagi kehidupan
manusia. Perkembangan teknologi tersebut telah mencakup segala aspek kehidupan masyarakat.
Seiring dengan perkembangan teknologi tersebut dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) yang handal. Pendidikan merupakan salah satu bidang yang bertujuan untuk
membentuk manusia seutuhnya yang handal dan berkompeten di segala bidang.
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan akan menghasilkan
SDM yang mampu bersaing secara sehat dalam ketatnya kompetisi dalam Dunia Usaha/Dunia
Industri (DU/DI). Sehingga sangat diharapkan adanya lembaga yang menghasilkan Sumber Daya
Manusia yang berkompeten dibidangnya.
Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang akan menghasilkan lulusan yang
nantinya diharapkan mempunyai lulusan yang dibutuhkan baik di dunia usaha/dunia industri
(DU/DI). Sekolah yang mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil dan
berkualitas lebih ditujukan kepada SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Hal ini dilatar belakangi
oleh Peraturan Pemerintah (PP) No. 29 Tahun 1990, Pasal 3 ayat 2, yaitu, “Menyiapkan peserta
didik untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional”.
Berbicara mengenai pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM) di sekolah khususnya di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) seringkali masih menimbulkan persoalan yaitu kurangnya
pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan, hal ini terjadi dikarenakan banyaknya siswa
yang mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik tentang materi ajar yang diterimanya, tetapi
pada kenyataannya siswa tidak memahami konsep yang diajarkan.
Siswa mampu menghapal berbagai rumus-rumus dan konsep-konsep yang berhubungan dengan
materi ajar teknik elektro tetapi mereka tidak mampu menghubungkan atau mengkaitkan materi
ajar yang mereka terima di sekolah dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan digunakan
nantinya. Melihat hasil belajar siswa pada mata diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran
(MSPS) pada 3 (tiga) sekolah antara lain SMKN 1 Bukittinggi, SMKN 1 Pariaman, dan SMKN 1
Padang menunjukkan bahwa belum tercapainya Standar Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM)
dengan nilai rata – rata siswa pada SMKN 1 Bukittingi pada mata diklat Memasang Sistem
Perpipaan dan Saluran (MSPS) adalah 6.61 dan jumlah siswa yang dinyatakan lulus sebanyak 58
% (Tata Usaha SMKN 1 Bukittinggi). Selanjutnya hasil belajar siswa di SMKN 1 Pariaman
untuk mata diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran (MSPS) belum juga mencapai
kriteria tuntas belajar mengajar, hal ini ditunjukkan berdasarkan rata-rata nilai siswa adalah 6.96
dan jumlah siswa yang lulus adalah 65%.(Tata Usaha SMKN 1 Pariaman). Sedangkan pada
SMKN 1 Padang nilai rata – rata siswa pada mata diklat yang sama adalah 7.2 dan jumlah siswa
yang tidak lulus sebanyak 35% (Tata Usaha SMKN 1 Padang) berdasarkan standar yang telah
ditetapkan maka pada SMKN 1 Padang pembelajaran mata diklat MSPS dinyatakan tuntas.
Melihat rata – rata nilai pada ketiga sekolah diatas menunjukkkan belum tercapainya Standar
Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM) dimana batas kelulusan mata diklat produktif adalah ≥ 70
dan persentase kelulusan mencapai 60% (Depdiknas 2006).
Ada beberapa hal yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada mata diklat MSPS ini,
antara lain disebabkan faktor dari siswa dan faktor dari guru sendiri. Dari segi siswa terlihat
kurangnya antusias siswa dalam proses belajar mengajar seperti ada siswa yang ke sekolah tanpa
persiapan misalnya tidak membawa alat – alat tulis, tidak membawa modul sebagai pegangan
siswa, dan tidak sedikit siswa yang tidak mempelajari modul atau jobsheet yang diberikan di
rumah.
Dilihat dari segi ketersediaan fasilitas belajar di SMKN 1 Bukittinggi dapat dikategorikan
lengkap, berdasarkan kurikulum yang digunakan SMKN 1 Bukittinggi untuk mata diklat MSPS
fasilitas dan bahan-bahan praktek yang dibutuhkan cukup memadai dan setiap 1 (satu) kelompok
terdiri atas 2 -3 siswa. Untuk SMKN 1 Pariaman ketersediaan fasilitas belajar untuk mata diklat
ini cukup memadai dan setiap praktek dalam satu kelompok terdiri atas 3-4 siswa. Dan untuk
SMKN 1 Padang ketersediaan alat dan bahan praktek untuk mata diklat ini dikategorikan
lengkap dan setiap praktek terdiri atas 3 – 4 siswa per kelompoknya.
Faktor dari guru juga sangat mempengaruhi hasil belajar, peningkatan hasil belajar siswa
didukung dengan guru yang mempunyai kompetensi mengajar yang baik. Sutjipto (Rektor
Universitas Negeri Jakarta) menyebutkan, “Saat ini baru 50 persen dari guru se-Indonesia yang
memiliki standarisasi dan kompetensi. Kondisi seperti ini masih dirasa kurang. Sehingga kualitas
pendidikan kita belum menunjukkan peningkatan yang signifikan”.(www.pikiranrakyat.com, 24
Okt 2006). Kompetensi mengajar guru salah satunya adalah penguasaan metode mengajar yang
baik dan efektif. Depdiknas (2006) mengemukakan 36 model pembelajaran yang efektif, model
pembelajaran ini disesuaikan dengan tingkat satuan pendidikan dan peserta didik.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis pada guru yang mengajar mata diklat
MSPS di ketiga sekolah tersebut, metode yang digunakan guru dalam mengajar antar lain metode
ceramah untuk menjelaskan teori pengantar, setelah itu beralih pada kegiatan praktikum
berdasarkan jobsheet yang telah disusun, setelah siswa selesai melakukan pekerjaan yang
diberikan maka guru akan menguji coba hasil pekerjaan yang telah dilakukan siswa. Setelah itu
guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa dan pada akhir pertemuan guru
memberikan tugas dalam bentuk laporan tertulis tentang apa yang telah dikerjakan tadi. Dapat
disimpulkan guru mata diklat MSPS pada ketiga sekolah yang telah diamati ini melakukan
metode pengajaran yang hampir sama dan tidak ada perbedaan yang signifikan yaitu metode
ceramah, praktikum dan pemberian tugas.
Pembelajaran seperti dijelaskan diatas ini sifatnya terpusat pada guru. Djohar (2003) dalam
Reorientasi Paradigma Pembelajaran (Sumarni, Pikiran Rakyat 17-01-07) menyebutkan, “
Sistem pendidikan saat ini masih berperan sebagai panggung pentas (delivery system). Guru
berdiri di depan siswa untuk menyampaikan pengetahuan, sementara siswa menerimanya tanpa
harus mengetahui prosesnya. Siswa menerima ilmu, bukan memahami budaya ilmu, sehingga
kehilangan orientasi hidupnya karena mereka tidak dituntun membaca fenomena sekelilingnya”.
Sebagai akibat pendekatan pembelajaran yang cenderung linear indoktrinatif, siswa bukan cuma
menjauh tetapi juga tidak mampu menghadapi kehidupan nyata, gagap terhadap masalahnya
sendiri apalagi dengan lingkungan dan masyarakatnya sendiri. Tenaga pendidik yang profesional
sebaiknya mampu menemukan metode pembelajaran yang efektif dan bervariasi agar peserta
didik dapat mengembangkan kreatifitas dan bakatnya dalam proses pendidikan itu sendiri. Guru
sebaiknya menemukan cara terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan di
dalam mata pelajaran tertentu, sehingga semua siswa dapat menggunakan dan mengingatnya
lebih lama konsep tersebut. Bagaimana seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan
siswanya yang selalu bertanya-tanya tentang alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu, dan hubungan
dari apa yang mereka pelajari.
Tenaga pendidik yang profesional dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari siswa,
sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan mampu mengkaitkannya dengan
kehidupan nyata, sehingga dapat membuka berbagai pintu kesempatan selama hidupnya.
Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning/CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mangaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Pada pengajaran berbasis CTL, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru
bagi anggota kelas (siswa). Depdiknas (2007) dalam Sosialisasi KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan) menyebutkan,“ Pengalaman di negara lain menunjukkan bahwa minat dan
prestasi siswa dalam bidang matematika, sains, dan bahasa meningkat secara drastis pada saat :
1. Mereka dibantu untuk membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan
pengalaman (pengetahuan lain) yang telah mereka miliki atau mereka kuasai.
2. Mereka diajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep, dan bagaimana konsep tersebut
dapat dipergunakan di luar kelas.
3. Mereka diperkenankan untuk bekerja secara bersama-sama (cooperative)
Meningkatnya minat dan prestasi siswa tersebut dicapai, karena guru menggunakan suatu
pendekatan pembelajaran dan pengajaran kontekstual” (Depdiknas 2006).
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini bermaksud untuk meningkatkan hasil belajar siswa
SMK Jurusan Teknik Listrik dengan menggunakan metode pembelajaran kontekstual
(Contextual Teaching Learning/CTL).
B. Identifikasi Masalah
Untuk meningkatkan hasil belajar dilakukan dengan berbagai cara. Dalam upaya peningkatan
hasil belajar siswa ditemukan beberapa permasalahan yang menghambat jalannya proses PBM.
Masalah – masalah tersebut diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Rendahnya partisipasi siswa ketika diberikan pelajaran yang bersifat teori .
2. Rendahnya hasil belajar siswa pada beberapa sekolah untuk mata diklat MSPS kelas I Teknik
Pemanfaatan Tenaga Listrik (TPTL) 1 SMKN 1 Bukittinggi, SMKN 1 Pariaman, dimana nilai
tersebut belum mencapai Standar Ketuntasan Belajar Mengajar (SKMB).
3. Guru jarang melakukan variasi metode mengajar dalam menyampaikan materi ajar sehingga
menimbulkan kejenuhan dan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi ajar.
4. Fasilitas belajar yang kurang terutama untuk alat dan bahan praktek.
C. Batasan Masalah
Melihat luasnya permasalahan yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa, maka penulis
melakukan pembatasan masalah dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu, biaya, dan
ketersediaan referensi, maka penelitian ini difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada
mata diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran (MSPS) dengan menggunakan metode
pembelajaran dan pengajaran kontekstual (CTL) pada siswa kelas I SMKN 1 Bukittinggi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah, maka rumusan masalah yang
dikemukakan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa ketika
diberikan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kontekstual (CTL) ?
E. Asumsi
Landasan pemikiran yang penulis jadikan sebagai anggapan dasar dalam penelitian ini adalah :
1. Siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini dapat mengikuti proses belajar mengajar
yang diberikan dengan metode pengajaran dan pembelajaran kontekstual.
2. Faktor-faktor individu siswa yang dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar seperti minat,
tingkat kecerdasan dan lingkungan tidak mempengaruhi hasil belajar siswa.
3. Bahan ajar yang dibuat berdasarkan kurikulum yang digunakan sekolah tempat melakukan
penelitian dan materi ajar disesuaikan dengan Rencana Pembelajaran yang telah disusun pihak
sekolah.
4. Skor yang didapat melalui tes hasil belajar merupakan cerminan dari hasil belajar siswa
menggunakan metode CTL.
F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran
(MSPS) dengan menggunakan metode pengajaran dan pembelajaran kontekstual (CTL) di
SMKN 1 Bukittinggi.
G. Kegunaan Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Informasi bagi guru tentang penerapan model pengajaran berbasis CTL untuk meningkatkan
hasil belajar siswa khususnya di SMK.
2. Sebagai informasi dan masukan bagi pihak terkait khususnya yang berhubungan dengan dunia
pendidikan.
Penerapan Metode Inquiry Dengan Media VCD Dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mengembang suatu misi yang teramat penting yaitu membentuk manusia seutuhnya
yang memiliki semangat kebangsaan cinta tanah air dan mampu mengisi partisipasi dalam
pembangunan. Dalam era globalisasi ini semakin dirasakan betapa pentingnya pengembangan
pendidikan, hal ini disebabkan karena banyaknya teknologi yang bermunculan atau pesatnya
peradaban, manusia tetap lebih banyak di sebabkan oleh bangsa Indonesia yaitu mewujudkan
masyarakat modern yang berkepribadian yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD
1945.
Untuk mewujudkan cita-cita itu maka usaha mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan
semakin di galakkan, salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan sekarang ini adalah
rendahnya mutu lulusan MAN. Diantara penanda lulusan mutu lembaga pendidikan dinyatakan
dalam bentuk prestasi belajar. Proses belajar mengajar merupakan isi pokok pendidikan, oleh
karena itu semua komponen yang ada dalam pendidikan harus di abadikan demi terciptanya
proses belajar pada siswa.
1
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan
media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar
tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai
aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis
tugas, dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks
pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah
satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut
mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar
dapat mengakibatkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu
keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Di
samping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pengajaran juga dapat membantu
siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan
penafsiran data, dan memadatkan informasi. Sejalan dengan uraian ini, (Yunus, 1942:78) dalam
bukunya Attarbiyatu watta’liim mengungkapkan sebagai berikut :
Bahwasannya media pengajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin
pemahaman….orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lama
bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan
mendengarnya.
Selanjutnya, (Ibrahim, 1946:432) menjelaskan betapa pentingnya media pengajaran karena :
Media pengajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid
dan memperbarui semangat mereka…membantu memantapkan pengetahuan pada benak para
siswa serta menghidupkan pelajaran[1]
Media pengajaran, menurut Kemp & Daytori, dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media
itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya,
yaitu (1) memotivasi minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi.
Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pengajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama
atau hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para siswa atau
pendengar untuk bertindak (turut memikul tanggung jawab, melayani secara sukarela, atau
memberikan sumbangan material). Pencapaian tujuan ini akan mempengaruhi sikap, nilai, dan
emosi.[2]
Dalam proses belajar mengajar seorang guru harus mempunyai kemampuan mengajar secara
professional dan terampil dalam menggunakan metode dan media yang tepat dalam proses
belajar mengajar. Seorang guru harus menguasai materi yang akan disampaikan dan juga harus
pandai menciptakan situasi dan kondisi belajar mengajar yang menarik. Demikian juga peserta
didik harus memiliki kemauan dan kemampuan belajar yang tinggi serta harus berperan aktif
dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga menjadi pribadi yang berkualitas.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah membawa perubahan yang sangat
signifikan terhadap berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam bidang ekonomi, sosial,
budaya maupun pendidikan. Oleh karena itu agar pendidikan tidak tertinggal dari perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi perlu adanya penyesuaian-penyesuaian, terutama yang berkaitan
dengan faktor-faktor pembelajaran di sekolah. Salah satu faktor tersebut adalah media
pembelajaran yang perlu dipelajari dan dikuasai oleh guru, sehingga mereka dapat
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa secara baik dan mudah dipahami.
Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama
dibidang informasi dan telekomunikasi. Dengan munculnya berbagai alat informasi dan
komunikasi, kita dapat mengetahui kejadian atau peristiwa disuatu daerah atau Negara pada saat
kejadian itu berlangsung. Pada satu sisi, ilmu pengetahuan dapat menghasilkan teknologi dan
pada sisi yang lain pengetahuan dapat diserap melalui hasil teknologi. Tidak dapat dipungkiri,
munculnya berbagai alat informasi dan komunikasi telah banyak membantu proses pendidikan.
Ini terbukti sekarang ini dalam proses belajar mengajar seorang guru sering menggunakan media
seperti komputer, tape rekorder, overhead projector dan lain-lain.
Dalam dunia pendidikan perangkat elektronik dapat dijadikan sebagai media yang dapat
mempermudah dan mempercepat proses penyampaian materi pendidikan. Kemajuan dunia yang
cepat dan pesat telah memuat agar bagaimana kita dapat mengakses ilmu pengetahuan sebanyak
mungkin dengan cepat dan akurat.
Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, lembaga pendidikan
berusaha meningkatkan kualitas dan proses hasil pembelajaran. Usaha-usaha dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran antara lain mengembangakan media pembelajaran,
menerapkan media pembelajaran, serta memilih dan menetapkan jenis media pembelajaran yang
akan digunakan. Pengembangan dan penerapan media pembelajaran diharapkan dapat
memberikan motivasi belajar terhadap siswa sehingga berdampak pula pada prestasi belajarnya.
Berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi lembaga pendidikan harus
mampu menerapkan media pendidikan yang sudah ada. Media pendidikan yang diterapkan oleh
lembaga pendidikan sekarang ini belum di daya gunakan secara optimal, melihat kenyataan yang
ada dilapangan guru jarang sekali menggunakan media pendidikan dalam proses belajar
mengajar di kelas, guru lebih sering menggunakan metode ceramah.
Dalam proses belajar mengajar di kelas yang hanya menggunakan metode ceramah dan guru
sebagai satu-satunya sumber belajar tanpa adanya media, maka komunikasi antara guru dan
siswa tidak akan berjalan secara lancar. Hal ini terkait dengan permasalahan dalam proses belajar
mengajar. Permasalahan yang dihadapi suasana kelas ramai, penjelasan guru membosankan,
siswa kesulitan memahami pesan-pesan verbal, materi cenderung bersifat umum, dan kadangkadang penyampaian guru terlalu cepat.
Sering kita jumpai banyak siswa merasa enggan menerima pelajaran dari seorang guru, karena
merasa bosan. Dan tidak sedikit siswa mengeluh dengan mata pelajaran ekonomi, mereka merasa
bahwa ilmu ekonomi merupakan pelajaran yang sangat sulit dan tidak disukai, karena pelajaran
ekonomi tidak hanya menghitung dan menghafal, tetapi harus faham dengan sesuatu yang
dipelajari.
Oleh karena itu proses belajar mengajar seharusnya melibatkan peran suatu siswa dalam
menggali potensi belajar siswa dengan cara menggunakan metode Inquiry dengan media VCD.
Karena metode Inquiry dengan media VCD sebagai perantara penyampaian pesan untuk
dikembangkan dan didayagunakan seoptimal mungkin. Karena metode dengan media merupakan
wadah yang dapat menyalurkan pesan yang oleh sumber pesan atau pemberi pesan ingin
diteruskan atau disampaikan kepada penerima pesan. Dalam penyampaian pesan pembelajaran,
guru tentunya menginginkan agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan jelas, mudah
dimengerti siswa, konkrit dan tahan lama dalam ingatan siswa
Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Puji. B mengenai penerapan metode
inquiry menunjukkan bahwa, selama proses pembelajaran berlangsung dalam penerapannya,
budi membagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok satu dan kelompok dua, dimana
pembelajaran siswa kelompok satu beraktifitas dengan baik. Siswa kelompok satu menyenangi
kegiatan yang memerlukan interaksi antara siswa dengan siswa dan juga antara siswa dengan
guru. Dengan demikian maka belajar dengan metode inquiry dapat digunakan pada kelompok
satu, dengan catatan bahwa waktu yang dibutuhkan tidak sedikit. Selama proses pembelajaran
siswa kelompok dua kurang beraktivitas dengan baik, siswa kelompok dua lebih senang bekerja
sendiri-sendiri. Dengan demikian maka belajar dengan metode inquiry kurang tepat diterapkan
pada siswa kelompok dua, meski demikian tidak berarti metode inquiry tidak boleh diterapkan
pada siswa kelompok dua, karena terdapat segi positif yang timbul pada siswa kelompok dua,
selama belajar dengan menggunakan metode inquiry yaitu dapat menimbulkan keberanian dalam
bertanya dan mengemukakan pendapat.
Sebagaimana hasil pengembangan media VCD pembelajaran yang dilakukan oleh Ari. P ini
memenuhi kriteria valid, karena setelah dilakukan penelitian tentang penerapan media VCD,
untuk ahli media memperoleh hasil 81%, untuk ahli materi mempunyai hasil 85%, untuk audien
perorangan mempunyai hasil 90%, dan untuk audien kelompok kecil memperoleh hasil 92%,
sedangkan untuk menguji hipotesis Ho ditolak menggunakan rumus uji t (tabel) dalam uji t
menunjukkan bahwa hasil t hitung = 2,34 bila dikonsultasikan dengan harga t tabel pada taraf
signifikan 0,05 = 2,024, maka t hitung > t tabel. Dengan demikian Ho ditolak karena ada
perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa kelompok eksperimen (siswa yang
menggunakan media VCD pembelajaran). Artinya siswa yang menggunakan media VCD
pembelajaran hasil post tesnya lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan
media VCD pembelajaran.
Oleh karena itu dengan menggunakan metode dan media pembelajaran siswa dapat memperoleh
pengalaman belajar secara langsung, sehingga siswa mampu memahami teori dan konsep dan
pembelajaran akan lebih menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar
Berdasarkan latar belakang diatas, maka hal itu menjadi suatu alasan yang sangat tepat bagi
penulis untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam sebuah tulisan skripsi yang berjudul
“Penerapan Metode Inquiry Dengan Media VCD Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Mata Pelajaran Ekonomi Di MAN Malang I”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan metode Inquiry dengan media VCD dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang I?
2. Bagaimana persepsi siswa terhadap penerapan metode Inquiry dengan media VCD dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang I?
3. Apa kendala-kendala yang ditemui dalam penerapan metode Inquiry dengan media VCD
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang I?
4. Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui dalam penerapan metode
Inquiry dengan media VCD dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi
di MAN Malang I?
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah di atas, Maka penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui bagaiman penerapan metode Inquiry dengan media VCD dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang I.
b. Mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap penerapan metode Inquiry dengan media VCD
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang I.
c. Mengetahui adakah kendala-kendala yang ditemui dalam penerapan metode Inquiry dengan
media VCD dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang
I.
d. Mengetahui bagaimana solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui dalam
penerapan metode Inquiry dengan media VCD dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata
pelajaran ekonomi di MAN Malang I.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna bagi dunia pendidikan umumnya dan secara teknis juga
berguna bagi :
a. Bagi peneliti.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keintelektual sehingga peneliti ini bisa
digunakan sebagai wahana untuk mengkaji secara ilmiah tentang bagaimana mengupayakan
penggunaan metode dengan media pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar dan
nantinya dapat diterapkan ketika bekerja dilapangan (sebagai tenaga pengajar)
b. Bagi lembaga yang terkait.
Dari penelitian ini dapat dijadikan b
MENGAJAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses interaksi antara yang belajar
(siswa) dengan pengajar (guru). Seorang siswa telah dikatakan belajar apabila ia telah
mengetahui sesuatu yang sebelumnya ia tidak dapat mengetahuinya, termasuk sikap tertentu
yang sebelumnya belum dimilikinya. Sebaliknya, seorang guru dikatakan telah mengajar apabila
ia telah membantu siswa atau orang lain untuk memperoleh perubahan yang dikehendaki.
Guru sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar hendaknya berupaya menciptakan situasi
dan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang efektif dan efesien
untuk para siswanya. Dalam hal ini dapat meningkatkan efektivitas kegiatan belajar mengajar.
Model mengajar adalah suatu rencana atau pola mengajar yang digunakan oleh guru dalam
menyusun kurikulum, mengatur materi-materi pelajaran dan petunjuk bagaimana seharusnya
guru mengajar di kelas.
Mengingat beragamnya model mengajar yang telah diterapkan di sekolah-sekolah ini, tentu akan
lebih bijaksana bila guru memilih dan mencoba menggunakan model mengajar secara bervariasi
untuk meningkatkan kualitas profesi dan produktivitasnya dalam mengacu pada pemenuhan
kebutuhan siswa, dan hal inilah yang dilakukan oleh guru-guru di SD Inpres Rappokalling I
Makassar untuk mencoba model synectik diterapkan dalam proses belajar mengajar.
Dalam penerapan model synectik ini oleh guru, yakni guru tersebut hanya memberikan
gambaran atau informasi tentang suatu bahan pelajaran kemudian siswa atau informasi tentang
suatu bahan pelajaran kemudian siswa tersebut mengelolanya sendiri, nanti pada tahap akhir baru
guru memberikan bimbingan lagi. Jadi peranan guru hanya memberikan bimbingan pada tahap
awal dan tahap akhir kegiatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengangkat beberapa permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana teknik penggunaan/ penerapan model synectik dalam proses belajar mengajar di
SD Inpres Rappokalling I Makassar.
2. Faktor-faktor apa yang menjadi penunjang dan penghambat penerapan model synectik dalam
proses belajar mengajar di SD Inpres Rappokalling I Makassar.
C. Hipotesis
Adapun hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari permasalahan di atas, adalah:
1. Teknik penerapan model synectik oleh guru-guru dalam proses belajar mengajar adalah model
yang berhasil memecahkan masalah atau kesulitan belajar yang mereka miliki.
2. Mengingat bahwa model synectik adalah model pengembangan kreatifitas berfikir siswa untuk
memecahkan kesulitan berfikir dalam belajar, berdasarkan analisa tersebut maka dapat dipikirkan
bahwa model synectik efektif diterapkan dalam proses belajar mengajar.
D. Pengertian Judul dan Defenisi Operasional
Agar skripsi ini mudah dipahami dan dimengerti dengan jelas, maka akan diberikan pengertian
kata-kata yang dianggap penting untuk memahami judul tersebut di atas adapun kata-kata yang
dimaksud adalah:
“Model synectik”, model pengembangan kreatifitas untuk memecahkan masalah dengan melatih
individu untuk bekerjasama mengatasi problema, sehingga mampu meningkatkan
produktivitasnya.1
“Proses Belajar Mengajar, proses komunikasi, proses penyampaian pesan dari sumber pesan
melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan.2
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan pengertian judul
bahwa model synectic dalam proses belajar mengajar adalah model pengembangan kreatifitas
untuk memecahkan masalah dengan melatih individu untuk bekerjasama mengatasi problema.
Sehingga mampu meningkatkan produktivitasnya dengan melibatkan seluruh komponen yang
ada dalam unsur pendidikan baik itu guru, lingkungan siswa, sarana masyarakat sehingga terjadi
proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
a. Untuk memperoleh data tentang sejauhmana penguasaan guru dan pemahaman siswa terhadap
mata pelajaran apabila menggunakan model synectik.
b. Untuk mengetahui kerajinan dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran apabila
menggunakan model synectik dalam proses belajar mengajar di SD Inpres Rappokalling I
Makassar.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini pada intinya, sebagai berikut:
a. Untuk menjadi pertimbangan bagi pembaca pada khususnya pendidik dan si terdidik
pertimbangan bagi pembaca pada khususnya pendidik dan si terdidik dalam proses belajar
mengajar.
b. Agar supaya hasil penelitian nanti dapat memberikan gambaran kepada pembaca tentang halhal yang menjadi faktor pendukung didalam pelaksanaan penggunaan model synectik dalam
proses belajar mengajar di SD Inpres Rappokalling I Makassar.
c. Memberikan konstribusi pemikiran atau strategi dan operasionalisasi tentang penggunaan
model synectik dalam proses belajar mengajar di SD Inpres Rappokalling I Makassar.
d. Supaya hasil penelitian nanti dapat berfungsi sebagai informasi kepada pembaca tentang
sejauh mana penggunaan model synectik dalam proses belajar mengajar di SD Inpres
Rappokalling I Makassar.
F. Garis Besar Isi
Untuk memudahkan cara pembaca mengerti secara global dari pada isi skripsi ini, maka penulis
perlu memberikan gambaran kandungan skripsi ini:
Pada bab pertama adalah pendahuluan, yang membicarakan latar belakang, di mana dalam proses
belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses interaksi antara yang belajar (siswa) dengan
pengajar (guru), rumusan masalah meliputi bagaimana teknik penggunaan penerapan model
synectik dan faktor-faktor apa yang menjadi penunjang penerapan model synectik dalam proses
belajar mengajar di SD Inpres Rappokalling I Makassar, hipotesis sebagai jawaban sementara
terhadap problema, pengertian judul dari skripsi ini, meliputi pengertian penggunaan model
synectik dalam proses belajar mengajar ,tujuan dan kegunaan penelitian, dan terakhir adalah
garis–garis besar isi yang meliputi abstrak dari semua bab.
Pada bab dua, membahas tinjauan pustaka yang meliputi proses belajar mengajar di mana proses
kegiatan yang berinteraksi antara guru dengan siswa, pengertian komponen yang meliputi tujuan
pengajaran yang bersumber dari tujuan kurikuler dan tujuan instruksional umum yang berfungsi
sebagai indikator keberhasilan pengajaran, faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaannya
meliputi faktor anak didik, pendidik, alat pendidikan dan tujuan pendidikan, dan terakhir adalah
model mengajar synectik yang merupakan suatu pendekatan baru yang menarik guna
mengembangkan kreatifitas.
Bab tiga membahas tentang metode penelitian yang meliputi lokasi, populasi dan sampel, yang
membahas jumlah keseluruhan dari siswa dan jumlah guru SD Inpres Rappokalling I Makassar
instrumen pengumpulan data, teknik pengumpulan data, adalah merupakan keberhasilan dalam
penelitian karena berfungsi sebagai sarana mengumpulkan data yang banyak, prosedur
pengumpulan data dan tahap pengumpulan data yang meliputi tahap persiapan dalam menyusun
instrumen pengumpulan data, dan tahap pengumpulan data yang meliputi riset kepustakaan
,kutipan langsung dan kutipan tidak langsung serta penelitian lapangan dan terakhir teknik
analisis data meliputi metode induksi, deduksi, tabulasi dan metode komparatif.
Bab empat, membahas hasil penelitian tentang tinjauan deskripsi SD Inpres Rappokalling I
Makassar yang meliputi keadaan sarana dan prasarana, keadaan guru, keadaan siswa, dan
keadaan kurikulum, teknik penerapan model synectik yakni guru hanya memberikan gambaran
atau informasi tentang suatu bahan pelajaran nanti siswa tersebut mengelolanya sendiri, faktor
yang menjadi penunjang penerapan model synectik, efektivitas penerapan model mengajar
synectik dalam proses belajar mengajar di mana model synectik ini efektif diterapkan dalam
proses belajar mengajar dan terakhir prestasi belajar siswa yang meliputi hasil belajar siswa.
Kemudian bab lima, yakni pada bab terakhir berisi penutup yang berupa kesimpulan yang
meliputi teknik penggunaan penerapan model synectik dan faktor penunjang penerapan model
synectik dan terakhir implikasi penelitian.
1H. Abdurrahman, Pengelolaan Pengajaran, (Ujung Pandang; Bintang Selatan, 1990), h. 144
2Sadiman Arief. et.al. Media Pendidikan, (Pustekkom Dikbud dan PT. Raja Grafindo Persada),
h. 11
PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR DENGAN
PRESTASI BELAJAR SISWA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga mempunyai peranan dan tanggungjawab utama atas perawatan dan perlindungan anak
sejak bayi hingga remaja. Pengenalan anak kepada kebudayaan, pendidikan, nilai dan normanorma kehidupan bermasyarakat dimulai dalam lingkungan keluarga.
Untuk perkembangan kepribadian anak-anak yang sempurna dan serasi, mereka harus tumbuh
dalam lingkungan keluarga dalam suatu iklim kebahagiaan, penuh kasih saying dan pengertian.
Menurut Siti Partini ( 1977 : 11 )
Keluarga adalah sekelompok manusia yang terdiri atas suami, istri, anak-anak ( bila ada ) yang
terikat atau didahului dengan perkawinan.
Keluarga Merupakan lembaga sosial yang paling kecil, yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Dari
beberapa fungsi keluarga salah satunya adalah memberikan pendidikan yang terbaik yakni
pendidikan yang mencakup pengembangan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak-anak, yaitu :
Potensi fisik, potensi nalar, dan potensi nurani / qalbu (Muhammad Tholchah Hasan 1990 : 39).
Dengan pendidikan yang utuh tersebut akan mengembangkan kualitas kepribadian anak dan
mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara menyeluruh. Dan kualitas sumberdaya
manusia ( SDM ) yang demikian sebenarnya yang dibutuhkan sekarang dan masa datang, yakni
kualitas sumberdaya manusia yang meliputi ; kreatifitas yang kuat, produktifitas yang tinggi,
kepribadian yang tangguh, kesadaran sosial yang besar, keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa ( Muhammad Tholchah Hasan 1990 : 43 ).
Siswa Sekolah Menengah Atas ( SMA ) sebagai salah satu unsur sumberdaya manusia yang
potensial sangat diperlukan dalam rangka mencapai kemajuan bangsa, “Di Indonesia, pendidikan
diarahkan pada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya sebagai warga Negara yang pancasila
“.
Pada dasarnya, proses pendidikan dapat terjadi dalam banyak situasi sosial yang menjadi ruang
lingkup kehidupan manusia. Secara garis besar proses pendidikan dapat terjadi dalam tiga
lingkungan pendidikan yang terkenal dengan sebutan : Tri Logi Pendidikan, yaitu Pendidikan di
dalam Keluarga ( Pendidikan Informal ), Pendidikan di dalam Sekolah ( Pendidikan Formal ),
dan Pendidikan di dalam Masyarakat ( Pendidikan Non Formal ).
Pendidikan di dalam keluarga merupakan pendidikan kodrati. Apalagi setelah anak lahir,
pengenalan diantara orang tua dan anak-anaknya yang diliputi rasa cinta kasih, ketentraman dan
kedamaian. Anak-anak akan berkembang kearah kedewasaan dengan wajar di dalam lingkungan
keluarga segala sikap dan tingkah laku kedua orang tuanya sangat berpengaruh terhadap
perkembangan anak, karena ayah dan ibu merupakan pendidik dalam kehidupan yang nyata dan
pertama sehingga sikap dan tingkah laku orang tua akan diamati oleh anak baik disengaja
maupun tidak disengaja sebagai pengalaman bagi anak yang akan mempengaruhi pendidikan
selanjutnya.
Maka, keluarga yang baik di dalamnya akan terjadi interaksi diantara para anggotanya.
Sebagaimana dikemukakan oleh St. Vembriarto ( 1978 : 35 ) :
Bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar yaitu suatu proses akomodasi dengan mana
individu memohon, menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil oper cara
hidup atau kebudayaan masyarakat.
Komunikasi, istilah ini berasal dari bahasa Inggris yaitu Communication, yang berarti
“memberitahukan”, berpartisipasi, kabar”. ( Poerwadarminto WJS dkk, 1980 : 28 ). Sedangkan
Menurut A.G. Lunandi
Komunikasi adalah suatu kegiatan terus menerus yang dilakukan orang untuk saling
berhubungan dengan orang lain, khususnya pada waktu berhadapan muka. (
Komunikasi orang tua dengan anak memegang peranan penting dalam membina hubungan
keduanya, hal ini dapat dilihat dengan nyata, misalnya : membimbing, membantu mengarahkan,
menyayangi, menasehati, mengecam, mengomando, mendikte, dan lain sebagainya.
Orang tua yang kurang bisa berkomunikasi dengan anaknya akan menimbulkan kerenggangan
atau konflik hubungan, sebaliknya orang tua yang dapat menerima anaknya sebagaimana adanya,
maka si anak cenderung dapat tumbuh, berkembang, membuat perubahan-perubahan yang
membangun, belajar memecahkan masalah-masalah, dan secara psikologis semakin sehat,
semakin produktif, kreatif dan mampu mengaktualisasikan potensi sepenuhnya.
Sesuai dengan judul penelitian penulis, dalam pembahasan berikutnya penulis akan memusatkan
diri pada pembahasan tentang pendidikan di dalam sekolah atau pendidikan Formal.
Pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Sedangkan
menurut Winkel (1983 : ) Pendidikan di sekolah diartikan : “Proses Kegiatan terencana dan
terorganisir, yang terdiri atas kegiatan mengajar dan belajar”.
Pendidikan di sekolah merupakan intesifikasi dan modifikasi dasar-dasar Kepribadian dan polapola sikap anak yang dipelajarinya di rumah. Artinya memperkuat dasar-dasar dan pola-pola
sikap anak yang positif dan mengubah dasar-dasar kepribadian dan pola-pola sikap anak yang
negatip yang dipelajari dilua sekolah.
Tugas pokok SMP dan SMA adalah mendidik dalam arti luas. Sedangkan fungsi pokok SMP dan
SMA adalah dalam arti mengajar, melatih dan mendidik dalam arti sempit.
Mendidik dalam arti luas yang merupakan tugas pokok sekolah adalah dalam rangka
menciptakan kesempatan yang seluas-luas bagi siswa untuk mengembangkan dirinya seoptimal
mungkin sesuai dengan potensi dan lingkungannya disamping memberikan latihan mengenai :
akhlak, dan kecerdasan seseorang.
Disamping tugas pokok sekolah tersebut diatas, maka dapat dijelaskan pula tentang tujuan
institusional SMA sebagai lembaga pendidikan formal tingkat atas, sesuai dengan fungsi SMA
dalam rangka keseluruhan pendidikan, yaitu :
1. Menjadikan para siswa untuk menjadi manusia Indonesia seutuhnya, sebagai warga negara
yang Pancasila
2. Memberikan bekal kemampuan yang diperlukan bagi siswa-siswa yang akan melanjutkan
studinya ke Perguruan Tinggi.
3. Memberikan bekal kemampuan bagi siswa yang akan terjun ke dunia kerja setelah
menyelesaikan pendidikannya di SMA. ( Depdikbud, 1984 : 7 )
Pencapaian tujuan institusional SMA sesuai dengan fungsinya dalam rangka keseluruhan proses
pendidika pada khususnya dala salah satu tugas sekolah sebagai lembaga pendidikan formal pada
umumnya tidaklah mudah.
Disepanjang tahun, khususnya pada tahun ajaran baru, mutu pendidikan yang berkaitan dengan
pencapaian tujuan pendidikan secara umum disegala jenjang pendidikan formal, termasuk SMA
sering dipermasalahkan.Permasalahan ini seringkali dikaitankan dengan adanya kecenderungan
merosotnya minat belajar dan prestasi belajar yang dicapai siswa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siwa tentunya beraneka ragam, tetapi secara
garis besar ada dua faktor yaitu “Faktor-faktor pada pihak siswa dan Faktor-faktor diluar siswa” (
Winkel : )
Menurut Crow and Crow yang dikutip oleh Johny Killis ( 1988 : 26 ) Ada tiga factor yang
menimbulkan minat yaitu : Faktor yang ditimbulkan dari dalam diri sendiri, faktor motif sosial
dan faktor emosional yang ketiganya mendorong timbulnya minat.
Pendapat tersebut sejalan yang dikemukakan Sudarsono, Faktof-faktor yang meimbulkan minat
dapat digolongkan sebagai berikut ;
1). Faktor kebutuhan dari dalam
Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.
2). Faktor motif sosial
Timbulnya minat dalam diri seseorang dapat didorong oleh motif sosial yaitu kebutuhan untuk
mendapatkan pengakuan, penghargaan dari lingkungan dimana ia berada
3). Faktor emosional
Faktor yang merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terdapat suatu
kegiatan / objek tertentu ( 1980 : 12 )
Jadi berdasarkan dua pendaat diatas faktor yang meimbulkan minat, dalam hal ini minat untuk
belajar ada tiga yaitu ; dorongaan dari diri individu, dorongan sosial dan dorongan emosional.
Timbulnya minat untuk belajar pada individu berasal dari dalam diri individu, kemudian individu
mengadakan interaksi dengan lingkungan yang menimbulkan dorongan sosial dan dorongan
emosional, juga adanya pengaruh perhatian orang tua.
Karena hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh minat dalam belajr, perhatian orang tua, maka
keduanya menjadi perlu untuk dibahas dan diteliti. Hal ini dikemukakan oleh Dakir :
Perhatian adalah keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan dalam
pemusatannya kepada barang sesuatu, baik yang didalam maupun yang ada diluar ( 1993 : 114 )
Dengan demikian seseorang yang mempunyai perhatian dan hubungan yang baik ( bukan broken
home ), cenderung mempunyai kesanggupan yang lebih besar untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, memecahkan problem-problem yang dihadapi secara cepat dan tepat, termasuk
problem-peoblem dalam rangka meraih prestasi yang optimal.
Uraian tersebut diatas mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang Pengaruh
Perhatian Orang tua dan Minat belajar dengan Prestasi Belajar siswa dalam bentuk Karangan
Ilmiah dengan :
1. Tema : Prestasi Belajar
2. Aspek Masalah : Pengaruh Perhatian Orang Tua, minat
3. Judul : Pengaruh Perhatian Orang tua dan Minat Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa
( Penelitian yang dikhususkan pada Prestasi Belajar pilihan program Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas II SMA PGRI 2 Kajen Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2004 / 2005 )
B. Identifikasi Masalah
Alasan-alasan yang mendorong penulis untuk memilih judul penelitian diatas maka dapat
diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :
1. Adanya kecenderungan menurunnya prestasi belajar yang dicapai siswa-siswa di segala
jenjang pendidikan formal yang ada di Indonesia termasuk SMA sehingga perlu mendapatkan
perhatian dan penanganannya.
2. Salah satu penanganannya adalah perlunya mencari latar belakang masalah tersebut.
3. Salah satu indicator yang menyebabkan prestasi belajar siswa menurun adalah pengaruh
perhatian orang tua, yang kurang baik.
4. Disisi lain diagnosa minat belajar didalam dunia pendidikan dirasa cukup penting dan perlu
untuk dibahas dan diteliti. Karena Minat Belajar mempunyai hubungan yang cukup tinggi
dengan hasil prestasi belajar siswa.
5. Bahwa hasil prestasi belajar siswa dalam suatu lembaga pendidikan formal merupakan hal
yang sangat pokok untuk diperhatikan, karena dengan mengetahui prestasi belajar siswa kita
akan mengetahui pula efektifitas proses belajar dan mengajar yang berlangsung di sekolah.
C. Batasan Masalah
Untuk memperjelas pengertian yang terkadang dalam Judul penelitian diatas, maka akan penulis
kemukakan arti daripada judul penelitian tersebut, dengan maksud memberi gambaran secara
jelas dan tidak terjadi salah tafsir terhadapjudul penelitian tersebut. Adapun penjelasan judul
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh, yang dimaksud disini mempunyai arti yang sama dengan “Hubungan atau Korelasi”
( Sutrisno Hadi, 1977 : 20 ). Pengaruh disini diartikan mempunyai hubungan yang timbal balik
antara dua variabel atau lebih. Sedangkan yang dimaksud hubungan timbal balik adalah
hubungan dimana satu variabel dapat menjadi sebab akibat dari variabel lainnya.
2. Perhatian
Menurut Dakir ( 1993 : 114 ) : “Perhatian adalah Keaktifan peningkatan kesadaran seluruh
fungsi jiwa yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada barang sesuatu, baik yang di dalam
maupun yang ada di luar.
Sedangkan yang dimaksud dengan perhatian dalam penelitian ini adalah Kecenderungan atau
Keaktifan perhatian orang tua yang dikerahkan, untuk memberikan motivasi atau dorongan yang
positif terhadap anaknya dalam usaha mencapai prestasi belajar yang optimal
3. Minat Belajar
Minat adalah Kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada sesuatu objek atau
menyenangi sesuatu objek ( Sumadi Suryabrata, 1988 : 109 )
Sedangkan pengertian Belajar adalah proses mental yang mengarah kepada penguasaan
pengetahuan, kecakapan, skill, kebiasaan atau sukap yang semuanya diperoleh, disimpan, dan
dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif dan adaptif ( Winkel, 1983 : 92
)
Sedangkan yang penulis maksudkan dengan minat Belajar disini, adalah suatu kemampuan
umum yang dimiliki siswa untuk mencapai prestasi yang optimal yang dapat ditunjukkan dengan
kegiatan belajar.
4. Prestasi Belajar
Prestasi Belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk
simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapatmencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh
setiap anak dalam periode tertentu ( Sutartinah Tirtonegoro, 1984 : 14 )
Sedangkan yang penulis maksudkan dengan prestasi belajar disini adalah hasil dari pengukuran
serta penilaian hasil usaha belajar siswa dalam satu semester untuk semua bidang studi kelompok
pilihan program. Indikasi hasil belajar yang akan digunakan adalah angka hasil tes prestasi
belajar semester genap tahun pelajaran 2004/2005.
Anak judul yang berbunyi Penelitian yang dikhususkan pada Prestasi belajar pilihan program
Ilmu Pengetahuan Alam Kelas II SMA PGRI 2 Kajen Kabuaten Pekalongan Tahun Pelajaran
2004/2005 mempunyai maksud bahwa penelitian tentang pengaruh perhatian orang tuan dan
minat belajar dengan prestasi belajar siswa dikhususkan pada siswa SMA PGRI 2 Kajen yang
duduk di kelas II pilihan program Ilmu Pengetahuan Alam, untuk mendalam mata pelajaran
Fisika, Biologi, Kimia dan Matematika sebagai pilihan progran yang diambil.
D. Rumusan Masalah
Dalam latar belakang telah dijelaskan tentang pengaruh perhatian orang tua dan minat belajar
dengan prestasi belajar siswa. Dari masalah-masalah yang ada dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan antara pengaruh perhatian orang tua dan minat belajar dengan prestasi
belajar siswa
2. Apakah benar ada hubungan antara pengaruh perhatian orang tua dengan prestasi belajar siswa
3. Apakah benar ada hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa.
E. Tujuan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis mempunyai tujuan yang hendak dicapai yaitu :
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perhatian orang tua dan minat belajar dengan
prestasi belajar siswa
2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara perhatian orang tua dengan prestasi belajar
siswa
3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah perbendaharaan penelitian dalam dunia pendidikan, khususnya dalam Karya
tulis ilmiah dalam rangka mengembangkan khasanah ilmiah
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengadakan penelitian selanjutnya
yang lebih mendalam
c. Sebagai pengembang disiplin ilmu kearah berbagai spesifikasi
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pengelola pendidikan menengah khususnya SMA : memberikan masukan di dalam
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa SMA untuk meningkatkan
prestasi belajar.
b. Bagi siswa-siswa SMA :
1). Memberi pengetahuan bahwa perhatian orang tua, minat belajar sangat membantu dalam
meningkatkan prestasi belajar di sekolah
2). Memberikan pengetahuan bahwa bantuan orang tua, guru sangat mendukung dalam
memperbesar minat belajar
3). Memberikan pengetahuan bahwa besarnya perhatian orang tua,minat belajar sangat
berpengaruh dalam mencapai dan meningkatkan dalam meraih prestasi belajar.
G. Batasan Istilah
1. Perhatian orang tua adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu agar dapat
memilih, menyiapkan, menyesuikan dan menetapkan dirinya dalam belajar sesuai dengan
keadaan dirinya.
2. Minat Belajar adalah suatu kecenderungan yang mengandung perhatian, rasa senang, harapan
dan pengalaman untuk melakukan suatu kegiatan belajar
3. Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian hasil usaha belajar siswa dan
bertujuan untuk mencapai suatu keadaan yang lebih memuaskan dari sebelumnya.
H. Sistematika Skripsi
Untuk mempermudah pembaca dalam memahami alur penelitian skripsi ini, maka penulis
sajikan sistematika skripsi berikut :
1. Bagian Awal
Bagian awal ini meliputi : Halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, motto,
halaman persembahan, kata pengantar dan ucapan terima kasih, daftar isi, daftar tabel, daftar
laporan dan abstrak
2. Bagian Inti
Pada bagian inti ini terdiri dari lima bab, secara berturut-turut meliputi :
Penerapan Pengajaran Dan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
and Learning) Dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Diklat Mema
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi saat ini telah memberikan manfaat yang tidak terhingga bagi kehidupan
manusia. Perkembangan teknologi tersebut telah mencakup segala aspek kehidupan masyarakat.
Seiring dengan perkembangan teknologi tersebut dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) yang handal. Pendidikan merupakan salah satu bidang yang bertujuan untuk
membentuk manusia seutuhnya yang handal dan berkompeten di segala bidang.
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan akan menghasilkan
SDM yang mampu bersaing secara sehat dalam ketatnya kompetisi dalam Dunia Usaha/Dunia
Industri (DU/DI). Sehingga sangat diharapkan adanya lembaga yang menghasilkan Sumber Daya
Manusia yang berkompeten dibidangnya.
Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang akan menghasilkan lulusan yang
nantinya diharapkan mempunyai lulusan yang dibutuhkan baik di dunia usaha/dunia industri
(DU/DI). Sekolah yang mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil dan
berkualitas lebih ditujukan kepada SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Hal ini dilatar belakangi
oleh Peraturan Pemerintah (PP) No. 29 Tahun 1990, Pasal 3 ayat 2, yaitu, “Menyiapkan peserta
didik untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional”.
Berbicara mengenai pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM) di sekolah khususnya di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) seringkali masih menimbulkan persoalan yaitu kurangnya
pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan, hal ini terjadi dikarenakan banyaknya siswa
yang mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik tentang materi ajar yang diterimanya, tetapi
pada kenyataannya siswa tidak memahami konsep yang diajarkan.
Siswa mampu menghapal berbagai rumus-rumus dan konsep-konsep yang berhubungan dengan
materi ajar teknik elektro tetapi mereka tidak mampu menghubungkan atau mengkaitkan materi
ajar yang mereka terima di sekolah dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan digunakan
nantinya. Melihat hasil belajar siswa pada mata diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran
(MSPS) pada 3 (tiga) sekolah antara lain SMKN 1 Bukittinggi, SMKN 1 Pariaman, dan SMKN 1
Padang menunjukkan bahwa belum tercapainya Standar Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM)
dengan nilai rata – rata siswa pada SMKN 1 Bukittingi pada mata diklat Memasang Sistem
Perpipaan dan Saluran (MSPS) adalah 6.61 dan jumlah siswa yang dinyatakan lulus sebanyak 58
% (Tata Usaha SMKN 1 Bukittinggi). Selanjutnya hasil belajar siswa di SMKN 1 Pariaman
untuk mata diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran (MSPS) belum juga mencapai
kriteria tuntas belajar mengajar, hal ini ditunjukkan berdasarkan rata-rata nilai siswa adalah 6.96
dan jumlah siswa yang lulus adalah 65%.(Tata Usaha SMKN 1 Pariaman). Sedangkan pada
SMKN 1 Padang nilai rata – rata siswa pada mata diklat yang sama adalah 7.2 dan jumlah siswa
yang tidak lulus sebanyak 35% (Tata Usaha SMKN 1 Padang) berdasarkan standar yang telah
ditetapkan maka pada SMKN 1 Padang pembelajaran mata diklat MSPS dinyatakan tuntas.
Melihat rata – rata nilai pada ketiga sekolah diatas menunjukkkan belum tercapainya Standar
Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM) dimana batas kelulusan mata diklat produktif adalah ≥ 70
dan persentase kelulusan mencapai 60% (Depdiknas 2006).
Ada beberapa hal yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada mata diklat MSPS ini,
antara lain disebabkan faktor dari siswa dan faktor dari guru sendiri. Dari segi siswa terlihat
kurangnya antusias siswa dalam proses belajar mengajar seperti ada siswa yang ke sekolah tanpa
persiapan misalnya tidak membawa alat – alat tulis, tidak membawa modul sebagai pegangan
siswa, dan tidak sedikit siswa yang tidak mempelajari modul atau jobsheet yang diberikan di
rumah.
Dilihat dari segi ketersediaan fasilitas belajar di SMKN 1 Bukittinggi dapat dikategorikan
lengkap, berdasarkan kurikulum yang digunakan SMKN 1 Bukittinggi untuk mata diklat MSPS
fasilitas dan bahan-bahan praktek yang dibutuhkan cukup memadai dan setiap 1 (satu) kelompok
terdiri atas 2 -3 siswa. Untuk SMKN 1 Pariaman ketersediaan fasilitas belajar untuk mata diklat
ini cukup memadai dan setiap praktek dalam satu kelompok terdiri atas 3-4 siswa. Dan untuk
SMKN 1 Padang ketersediaan alat dan bahan praktek untuk mata diklat ini dikategorikan
lengkap dan setiap praktek terdiri atas 3 – 4 siswa per kelompoknya.
Faktor dari guru juga sangat mempengaruhi hasil belajar, peningkatan hasil belajar siswa
didukung dengan guru yang mempunyai kompetensi mengajar yang baik. Sutjipto (Rektor
Universitas Negeri Jakarta) menyebutkan, “Saat ini baru 50 persen dari guru se-Indonesia yang
memiliki standarisasi dan kompetensi. Kondisi seperti ini masih dirasa kurang. Sehingga kualitas
pendidikan kita belum menunjukkan peningkatan yang signifikan”.(www.pikiranrakyat.com, 24
Okt 2006). Kompetensi mengajar guru salah satunya adalah penguasaan metode mengajar yang
baik dan efektif. Depdiknas (2006) mengemukakan 36 model pembelajaran yang efektif, model
pembelajaran ini disesuaikan dengan tingkat satuan pendidikan dan peserta didik.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis pada guru yang mengajar mata diklat
MSPS di ketiga sekolah tersebut, metode yang digunakan guru dalam mengajar antar lain metode
ceramah untuk menjelaskan teori pengantar, setelah itu beralih pada kegiatan praktikum
berdasarkan jobsheet yang telah disusun, setelah siswa selesai melakukan pekerjaan yang
diberikan maka guru akan menguji coba hasil pekerjaan yang telah dilakukan siswa. Setelah itu
guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa dan pada akhir pertemuan guru
memberikan tugas dalam bentuk laporan tertulis tentang apa yang telah dikerjakan tadi. Dapat
disimpulkan guru mata diklat MSPS pada ketiga sekolah yang telah diamati ini melakukan
metode pengajaran yang hampir sama dan tidak ada perbedaan yang signifikan yaitu metode
ceramah, praktikum dan pemberian tugas.
Pembelajaran seperti dijelaskan diatas ini sifatnya terpusat pada guru. Djohar (2003) dalam
Reorientasi Paradigma Pembelajaran (Sumarni, Pikiran Rakyat 17-01-07) menyebutkan, “
Sistem pendidikan saat ini masih berperan sebagai panggung pentas (delivery system). Guru
berdiri di depan siswa untuk menyampaikan pengetahuan, sementara siswa menerimanya tanpa
harus mengetahui prosesnya. Siswa menerima ilmu, bukan memahami budaya ilmu, sehingga
kehilangan orientasi hidupnya karena mereka tidak dituntun membaca fenomena sekelilingnya”.
Sebagai akibat pendekatan pembelajaran yang cenderung linear indoktrinatif, siswa bukan cuma
menjauh tetapi juga tidak mampu menghadapi kehidupan nyata, gagap terhadap masalahnya
sendiri apalagi dengan lingkungan dan masyarakatnya sendiri. Tenaga pendidik yang profesional
sebaiknya mampu menemukan metode pembelajaran yang efektif dan bervariasi agar peserta
didik dapat mengembangkan kreatifitas dan bakatnya dalam proses pendidikan itu sendiri. Guru
sebaiknya menemukan cara terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan di
dalam mata pelajaran tertentu, sehingga semua siswa dapat menggunakan dan mengingatnya
lebih lama konsep tersebut. Bagaimana seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan
siswanya yang selalu bertanya-tanya tentang alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu, dan hubungan
dari apa yang mereka pelajari.
Tenaga pendidik yang profesional dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari siswa,
sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan mampu mengkaitkannya dengan
kehidupan nyata, sehingga dapat membuka berbagai pintu kesempatan selama hidupnya.
Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning/CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mangaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Pada pengajaran berbasis CTL, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru
bagi anggota kelas (siswa). Depdiknas (2007) dalam Sosialisasi KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan) menyebutkan,“ Pengalaman di negara lain menunjukkan bahwa minat dan
prestasi siswa dalam bidang matematika, sains, dan bahasa meningkat secara drastis pada saat :
1. Mereka dibantu untuk membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan
pengalaman (pengetahuan lain) yang telah mereka miliki atau mereka kuasai.
2. Mereka diajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep, dan bagaimana konsep tersebut
dapat dipergunakan di luar kelas.
3. Mereka diperkenankan untuk bekerja secara bersama-sama (cooperative)
Meningkatnya minat dan prestasi siswa tersebut dicapai, karena guru menggunakan suatu
pendekatan pembelajaran dan pengajaran kontekstual” (Depdiknas 2006).
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini bermaksud untuk meningkatkan hasil belajar siswa
SMK Jurusan Teknik Listrik dengan menggunakan metode pembelajaran kontekstual
(Contextual Teaching Learning/CTL).
B. Identifikasi Masalah
Untuk meningkatkan hasil belajar dilakukan dengan berbagai cara. Dalam upaya peningkatan
hasil belajar siswa ditemukan beberapa permasalahan yang menghambat jalannya proses PBM.
Masalah – masalah tersebut diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Rendahnya partisipasi siswa ketika diberikan pelajaran yang bersifat teori .
2. Rendahnya hasil belajar siswa pada beberapa sekolah untuk mata diklat MSPS kelas I Teknik
Pemanfaatan Tenaga Listrik (TPTL) 1 SMKN 1 Bukittinggi, SMKN 1 Pariaman, dimana nilai
tersebut belum mencapai Standar Ketuntasan Belajar Mengajar (SKMB).
3. Guru jarang melakukan variasi metode mengajar dalam menyampaikan materi ajar sehingga
menimbulkan kejenuhan dan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi ajar.
4. Fasilitas belajar yang kurang terutama untuk alat dan bahan praktek.
C. Batasan Masalah
Melihat luasnya permasalahan yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa, maka penulis
melakukan pembatasan masalah dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu, biaya, dan
ketersediaan referensi, maka penelitian ini difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada
mata diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran (MSPS) dengan menggunakan metode
pembelajaran dan pengajaran kontekstual (CTL) pada siswa kelas I SMKN 1 Bukittinggi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah, maka rumusan masalah yang
dikemukakan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa ketika
diberikan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kontekstual (CTL) ?
E. Asumsi
Landasan pemikiran yang penulis jadikan sebagai anggapan dasar dalam penelitian ini adalah :
1. Siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini dapat mengikuti proses belajar mengajar
yang diberikan dengan metode pengajaran dan pembelajaran kontekstual.
2. Faktor-faktor individu siswa yang dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar seperti minat,
tingkat kecerdasan dan lingkungan tidak mempengaruhi hasil belajar siswa.
3. Bahan ajar yang dibuat berdasarkan kurikulum yang digunakan sekolah tempat melakukan
penelitian dan materi ajar disesuaikan dengan Rencana Pembelajaran yang telah disusun pihak
sekolah.
4. Skor yang didapat melalui tes hasil belajar merupakan cerminan dari hasil belajar siswa
menggunakan metode CTL.
F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran
(MSPS) dengan menggunakan metode pengajaran dan pembelajaran kontekstual (CTL) di
SMKN 1 Bukittinggi.
G. Kegunaan Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Informasi bagi guru tentang penerapan model pengajaran berbasis CTL untuk meningkatkan
hasil belajar siswa khususnya di SMK.
2. Sebagai informasi dan masukan bagi pihak terkait khususnya yang berhubungan dengan dunia
pendidikan.
Penerapan Metode Inquiry Dengan Media VCD Dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mengembang suatu misi yang teramat penting yaitu membentuk manusia seutuhnya
yang memiliki semangat kebangsaan cinta tanah air dan mampu mengisi partisipasi dalam
pembangunan. Dalam era globalisasi ini semakin dirasakan betapa pentingnya pengembangan
pendidikan, hal ini disebabkan karena banyaknya teknologi yang bermunculan atau pesatnya
peradaban, manusia tetap lebih banyak di sebabkan oleh bangsa Indonesia yaitu mewujudkan
masyarakat modern yang berkepribadian yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD
1945.
Untuk mewujudkan cita-cita itu maka usaha mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan
semakin di galakkan, salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan sekarang ini adalah
rendahnya mutu lulusan MAN. Diantara penanda lulusan mutu lembaga pendidikan dinyatakan
dalam bentuk prestasi belajar. Proses belajar mengajar merupakan isi pokok pendidikan, oleh
karena itu semua komponen yang ada dalam pendidikan harus di abadikan demi terciptanya
proses belajar pada siswa.
1
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan
media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar
tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai
aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis
tugas, dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks
pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah
satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut
mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar
dapat mengakibatkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu
keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Di
samping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pengajaran juga dapat membantu
siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan
penafsiran data, dan memadatkan informasi. Sejalan dengan uraian ini, (Yunus, 1942:78) dalam
bukunya Attarbiyatu watta’liim mengungkapkan sebagai berikut :
Bahwasannya media pengajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin
pemahaman….orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lama
bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan
mendengarnya.
Selanjutnya, (Ibrahim, 1946:432) menjelaskan betapa pentingnya media pengajaran karena :
Media pengajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid
dan memperbarui semangat mereka…membantu memantapkan pengetahuan pada benak para
siswa serta menghidupkan pelajaran[1]
Media pengajaran, menurut Kemp & Daytori, dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media
itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya,
yaitu (1) memotivasi minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi.
Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pengajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama
atau hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para siswa atau
pendengar untuk bertindak (turut memikul tanggung jawab, melayani secara sukarela, atau
memberikan sumbangan material). Pencapaian tujuan ini akan mempengaruhi sikap, nilai, dan
emosi.[2]
Dalam proses belajar mengajar seorang guru harus mempunyai kemampuan mengajar secara
professional dan terampil dalam menggunakan metode dan media yang tepat dalam proses
belajar mengajar. Seorang guru harus menguasai materi yang akan disampaikan dan juga harus
pandai menciptakan situasi dan kondisi belajar mengajar yang menarik. Demikian juga peserta
didik harus memiliki kemauan dan kemampuan belajar yang tinggi serta harus berperan aktif
dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga menjadi pribadi yang berkualitas.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah membawa perubahan yang sangat
signifikan terhadap berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam bidang ekonomi, sosial,
budaya maupun pendidikan. Oleh karena itu agar pendidikan tidak tertinggal dari perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi perlu adanya penyesuaian-penyesuaian, terutama yang berkaitan
dengan faktor-faktor pembelajaran di sekolah. Salah satu faktor tersebut adalah media
pembelajaran yang perlu dipelajari dan dikuasai oleh guru, sehingga mereka dapat
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa secara baik dan mudah dipahami.
Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama
dibidang informasi dan telekomunikasi. Dengan munculnya berbagai alat informasi dan
komunikasi, kita dapat mengetahui kejadian atau peristiwa disuatu daerah atau Negara pada saat
kejadian itu berlangsung. Pada satu sisi, ilmu pengetahuan dapat menghasilkan teknologi dan
pada sisi yang lain pengetahuan dapat diserap melalui hasil teknologi. Tidak dapat dipungkiri,
munculnya berbagai alat informasi dan komunikasi telah banyak membantu proses pendidikan.
Ini terbukti sekarang ini dalam proses belajar mengajar seorang guru sering menggunakan media
seperti komputer, tape rekorder, overhead projector dan lain-lain.
Dalam dunia pendidikan perangkat elektronik dapat dijadikan sebagai media yang dapat
mempermudah dan mempercepat proses penyampaian materi pendidikan. Kemajuan dunia yang
cepat dan pesat telah memuat agar bagaimana kita dapat mengakses ilmu pengetahuan sebanyak
mungkin dengan cepat dan akurat.
Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, lembaga pendidikan
berusaha meningkatkan kualitas dan proses hasil pembelajaran. Usaha-usaha dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran antara lain mengembangakan media pembelajaran,
menerapkan media pembelajaran, serta memilih dan menetapkan jenis media pembelajaran yang
akan digunakan. Pengembangan dan penerapan media pembelajaran diharapkan dapat
memberikan motivasi belajar terhadap siswa sehingga berdampak pula pada prestasi belajarnya.
Berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi lembaga pendidikan harus
mampu menerapkan media pendidikan yang sudah ada. Media pendidikan yang diterapkan oleh
lembaga pendidikan sekarang ini belum di daya gunakan secara optimal, melihat kenyataan yang
ada dilapangan guru jarang sekali menggunakan media pendidikan dalam proses belajar
mengajar di kelas, guru lebih sering menggunakan metode ceramah.
Dalam proses belajar mengajar di kelas yang hanya menggunakan metode ceramah dan guru
sebagai satu-satunya sumber belajar tanpa adanya media, maka komunikasi antara guru dan
siswa tidak akan berjalan secara lancar. Hal ini terkait dengan permasalahan dalam proses belajar
mengajar. Permasalahan yang dihadapi suasana kelas ramai, penjelasan guru membosankan,
siswa kesulitan memahami pesan-pesan verbal, materi cenderung bersifat umum, dan kadangkadang penyampaian guru terlalu cepat.
Sering kita jumpai banyak siswa merasa enggan menerima pelajaran dari seorang guru, karena
merasa bosan. Dan tidak sedikit siswa mengeluh dengan mata pelajaran ekonomi, mereka merasa
bahwa ilmu ekonomi merupakan pelajaran yang sangat sulit dan tidak disukai, karena pelajaran
ekonomi tidak hanya menghitung dan menghafal, tetapi harus faham dengan sesuatu yang
dipelajari.
Oleh karena itu proses belajar mengajar seharusnya melibatkan peran suatu siswa dalam
menggali potensi belajar siswa dengan cara menggunakan metode Inquiry dengan media VCD.
Karena metode Inquiry dengan media VCD sebagai perantara penyampaian pesan untuk
dikembangkan dan didayagunakan seoptimal mungkin. Karena metode dengan media merupakan
wadah yang dapat menyalurkan pesan yang oleh sumber pesan atau pemberi pesan ingin
diteruskan atau disampaikan kepada penerima pesan. Dalam penyampaian pesan pembelajaran,
guru tentunya menginginkan agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan jelas, mudah
dimengerti siswa, konkrit dan tahan lama dalam ingatan siswa
Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Puji. B mengenai penerapan metode
inquiry menunjukkan bahwa, selama proses pembelajaran berlangsung dalam penerapannya,
budi membagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok satu dan kelompok dua, dimana
pembelajaran siswa kelompok satu beraktifitas dengan baik. Siswa kelompok satu menyenangi
kegiatan yang memerlukan interaksi antara siswa dengan siswa dan juga antara siswa dengan
guru. Dengan demikian maka belajar dengan metode inquiry dapat digunakan pada kelompok
satu, dengan catatan bahwa waktu yang dibutuhkan tidak sedikit. Selama proses pembelajaran
siswa kelompok dua kurang beraktivitas dengan baik, siswa kelompok dua lebih senang bekerja
sendiri-sendiri. Dengan demikian maka belajar dengan metode inquiry kurang tepat diterapkan
pada siswa kelompok dua, meski demikian tidak berarti metode inquiry tidak boleh diterapkan
pada siswa kelompok dua, karena terdapat segi positif yang timbul pada siswa kelompok dua,
selama belajar dengan menggunakan metode inquiry yaitu dapat menimbulkan keberanian dalam
bertanya dan mengemukakan pendapat.
Sebagaimana hasil pengembangan media VCD pembelajaran yang dilakukan oleh Ari. P ini
memenuhi kriteria valid, karena setelah dilakukan penelitian tentang penerapan media VCD,
untuk ahli media memperoleh hasil 81%, untuk ahli materi mempunyai hasil 85%, untuk audien
perorangan mempunyai hasil 90%, dan untuk audien kelompok kecil memperoleh hasil 92%,
sedangkan untuk menguji hipotesis Ho ditolak menggunakan rumus uji t (tabel) dalam uji t
menunjukkan bahwa hasil t hitung = 2,34 bila dikonsultasikan dengan harga t tabel pada taraf
signifikan 0,05 = 2,024, maka t hitung > t tabel. Dengan demikian Ho ditolak karena ada
perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa kelompok eksperimen (siswa yang
menggunakan media VCD pembelajaran). Artinya siswa yang menggunakan media VCD
pembelajaran hasil post tesnya lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan
media VCD pembelajaran.
Oleh karena itu dengan menggunakan metode dan media pembelajaran siswa dapat memperoleh
pengalaman belajar secara langsung, sehingga siswa mampu memahami teori dan konsep dan
pembelajaran akan lebih menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar
Berdasarkan latar belakang diatas, maka hal itu menjadi suatu alasan yang sangat tepat bagi
penulis untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam sebuah tulisan skripsi yang berjudul
“Penerapan Metode Inquiry Dengan Media VCD Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Mata Pelajaran Ekonomi Di MAN Malang I”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan metode Inquiry dengan media VCD dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang I?
2. Bagaimana persepsi siswa terhadap penerapan metode Inquiry dengan media VCD dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang I?
3. Apa kendala-kendala yang ditemui dalam penerapan metode Inquiry dengan media VCD
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang I?
4. Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui dalam penerapan metode
Inquiry dengan media VCD dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi
di MAN Malang I?
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah di atas, Maka penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui bagaiman penerapan metode Inquiry dengan media VCD dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang I.
b. Mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap penerapan metode Inquiry dengan media VCD
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang I.
c. Mengetahui adakah kendala-kendala yang ditemui dalam penerapan metode Inquiry dengan
media VCD dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang
I.
d. Mengetahui bagaimana solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui dalam
penerapan metode Inquiry dengan media VCD dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata
pelajaran ekonomi di MAN Malang I.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna bagi dunia pendidikan umumnya dan secara teknis juga
berguna bagi :
a. Bagi peneliti.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keintelektual sehingga peneliti ini bisa
digunakan sebagai wahana untuk mengkaji secara ilmiah tentang bagaimana mengupayakan
penggunaan metode dengan media pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar dan
nantinya dapat diterapkan ketika bekerja dilapangan (sebagai tenaga pengajar)
b. Bagi lembaga yang terkait.
Dari penelitian ini dapat dijadikan b