HUMOR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

HUMOR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
Oleh: Tubagus Hidayat, SS

“Bergembiralah karena ide-ide kreatif akan datang dengan sendirinya, keseriusan
adalah satu-satunya tempat sembunyi yang dangkal. Ide-ide kreatif saya muncul ketika Suasana
dengan teman-teman menyenangkan penuh humor dan dari bermain-main ala bocah”
begitulah beberapa kutipan kalimat dalam buku Jack Foster, executive creative director periklan
dan pengajar di kuliah-kuliah periklanan di Los Angeles Amerika Serikat, dalam mengajar ia
sering menerapkan ‘strategi menyenangkan’ agar siswa-siswanya dapat memunculkan ide-ide
kreatif dan hal itu telah terbukti berhasil. Meskipun hal itu dilakukan dalam bidang periklanan
selayaknya ide-ide kreatif dan suasana menyenangkan dalam kelas juga bisa tercipta dalam
bidang-bidang lain.
Proses belajar mengajar di dalam kelas dapat berhasil dengan suasana menyenangkan,
siswa merasa aman dan bebas dari rasa takut. Banyak kasus suasana ini tidak tercipta karena
ketidakberhasilan guru dalam mengelola kelas, biasanya guru sering mengambil jalan pintas
dalam mengatasi persoalan di kelas, yaitu menggunakan otoritasnya yang besar sebagai guru,
sambil mencoba mengklasifikasi siswa mereka dengan hukuman dan penghargaan (punishment
and reward) , yang seringkali bersifat penanganan sementara terhadap kasus-kasus yang
menimpa siswa dan dalam menciptakan suasana belajar. Jika ada satu atau siswa melakukan
kesalahan, seorang guru biasanya lebih banyak "menghakimi" siswanya dengan menulis nama
siswa tersebut di papan tulis, menegurnya di depan teman-teman sekelasnya, bahkan dalam

beberapa kasus ditemukan guru tidak segan untuk memaki dan memarahi seorang siswa di
depan teman-temannya. Sebaliknya, banyak juga guru, atas dasar karena suka dengan siswa
tertentu entah karena prestasi, orangtuanya,atau hal lain, banyak kasus seorang guru juga kerap
memberikan pujian di depan kelas secara sepihak, tanpa menyadari perasaan tertekan siswa
lainnya yang tidak dipuji atau dihargai. Blocking mental development para siswa dengan
sendirinya menjadi terklasifikasi antara siswa pandai dan bodoh, kaya-miskin, dan bentuk
labelling lainnya. Guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya
proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran
dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar
yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada
tingkat yang optimal. Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru
dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru
sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru sebagai evaluator.
Sebagai tenaga profesional, seorang guru dituntut mampu mengelola kelas yaitu menciptakan
dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran.
“Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar
mengajar yang efektif”. Pengelolaan dipandang sebagai salah satu aspek penyelenggaraan sistem
pembelajaran yang mendasar, di antara sekian macam tugas guru di dalam kelas.
Banyak hal yang bisa dilakukan Guru untuk menciptakan suasana kelas yang efektif dan
menyenangkan. Variasi strategi pembelajaran sesuai dengan materi yang disampaikan menjadi


hal penting agar tujuan pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan yang diinginkan, menerapkan
strategi pembelajaran yang tepat untuk materi yang disampaikan akan membuat siswa antusias
untuk mempelajari apa yang disampaikan oleh guru.
Salah satu cara untuk menciptakan suasana menyenangkan di dalam proses belajar
adalah dengan menciptakan Humor. Dalam KBBI 2008 Humor berarti; 1 kemampuan merasai
sesuatu yangg lucu atau yang menyenangkan; 2 keadaan (dl cerita dsb) yg menggelikan hati;
kejenakaan; kelucuan dari pengertian tersebut Humor menjadi hal yang tak dapat dipisahkan
dalam kehidupan sehari-hari, Acara-acara televisi dengan tema humor memiliki rating yang
tinggi, ini membuktikan humor merupakan hal yang paling banyak digemari. Keberadaan
humor dapat mencairkan situasi yang kaku, memecahkan kebosanan, menciptakan keakraban ,
menciptakan suasana lebih kondusif sekaligus hal yang dapat melegakan jiwa. Humor yang
beredar di masyarakat memiliki beragam bentuk dan fungsi. Dari bentuknya, ada humor yang
berbentuk lisan, tulis, bahkan gambar yang biasa disebut karikatur. Humor yang berbentuk
tulisan biasanya disampaikan dalam bentuk cerita humor dan teka-teki. Danandjaja (2004)
mendefinisikan humor sebagai sesuatu yang bersifat dapat menimbulkan atau menyebabkan
pendengarnya (maupun pembawanya)merasa tergelitik perasaannya, merasa lucu, sehingga
memiliki dorongan untuk tertawa. Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang menggelitik perasaan,
‘mengejutkan’, ‘aneh’, ‘tidak masuk akal’, ‘bodoh’, ‘mengecoh’, ‘janggal’, ‘kontradiktif’, ‘nakal’,
dan sebagainya. Sesuatu yang sifatnya lucu ini dapat berupa dongeng yang lucu (lelucon), tekateki yang jawabannya lucu, puisi rakyat, dan nyanyian rakyat yang lucu. Sejumlah ensiklopedia,

kamus, dan tesaurus pada umumnya menyajikan penjelasan tentang istilah yang berkaitan
dengan humor, yaitu comedian, comic,funnyman, jester, joker, jokester, quipster, wag, wit, zany,
focetious, jocose. Sumber-sumber tersebut pada umumnya menyatakan bahwa humor itu
berupa sesuatu yang lucu dan menggelikan yang dapat membuat orang tersenyum, tertawa,
meringis, bahkan menangis. Namun, humor tidaklah satu-satunya penyebab tersenyum,
tertawa, meringis, atau menangis. Tersenyum, tertawa, meringis, dan menangis dapat juga
terjadi karena stimulus emosional, fisik, kimiawi, dan psikologis.
Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dapat dilakukan dengan berbagai cara
misalnya dengan tegur sapa yang akrab ketika memulai pelajaran atau dengan teknik lainnya.
humor di dalam kelas yang di sampaikan guru dapat menjadi hal yang efektif untuk
menciptakan suasana menyenangkan dalam belajar. Setidaknya gurupun harus mengetahui
bagaimana humor biasanya diciptakan. Berikut penciptaan humor yang ada, menurut Monrro
mengklasifikasi adanya sepuluh hal yang menjadi landasan penciptaan humor Suganda [2005: 8]
. Sepuluh hal tersebut antara lain,
(1) pelanggaran terhadap sesuatu yang biasa, seperti tamu mempersilakan duduk tuan rumah;
(2) pelanggaran terlarang atas sesuatu atau peristiwa yang biasa, seperti tuturan mesra suami
terhadap istrinya yang menyimpang;
(3) ketidaksenonohan, seperti anak kecil yang memarahi orang tua;
(4) kemustahilan, seperti narasi tentang enam ekor gajah yang menaiki
sebuah mobil VW;

(5) permainan kata, seperti kepanjangan Djarum Super (jarang di rumah suka
pergi);
(6) bualan, seperti narasi tentang seorang anak kecil yang berani mengarungi
samudra;

(7) kemalangan, seperti narasi tentang tokoh yang dengan cara pembagian
apa saja ia tidak pernah mendapat bagian;
(8) pengetahuan-pemikiran-keahlian, seperti pelawak yang berbicara dengan
logat bahasa penontonnya;
(9) penghinaan terselubung, seperti cemoohan tidak langsung terhadap tokoh
yang kurus; dan
(10) pemasukan sesuatu ke dalam situasi lain, seperti tuturan penumpang pesawat terbang
yang takut terserempet bus kota.
Sepuluh kategori tersebut juga masih memungkinkan terjadinya tumpang tindih
sebagaimana yang terjadi dengan klasifikasi jenis humor berdasarkan topik. Dengan demikian,
pada praktiknya, ternyata penyebab kelucuan itu tidaklah selalu tunggal, melainkan merupakan
gabungan dan didukung oleh ekspresi wajah atau gestur pelakunya. Dalam hal ini sangat
tergantung dari orang yang berperan sebagai pencerita atau pelaku humor.
Dalam hal ini, Humor tidak lebih dari salah satu alat untuk menciptakan suasana
menyenangkan di dalam kelas, humor seks agaknya hal yang kurang layak atau hal yang harus

dipertimbangkan dengan memperhatikan isi humor dan usia anak didik. Dalam tataran teknis
humor yang berlebihan juga berakibat Guru seperti badut yang hanya pandai melawak, proses
belajar menjadi semacam pertunjukan lawak, tidak berisi dan tanpa makna. Keterampilan Guru
dalam hal membuka pelajaran, memusatkan perhatian (focusing) ,penguatan verbal dan non
verbal, reinforcement, bertanya serta menutup pelajaran bisa saja diselingi dengan humor.
Singkatnya Humor dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) pada dasarnya hanya sebagai
pemecah kekakuan, mangatasi kejenuhan, menciptakan motivasi , menciptakan suasana aman
dan keakraban . Humor yang bermutu tidak sekadar mengajak untuk berhenti hanya pada hal
yang lucu dan efek tertawanya., sesudah terbahak-bahak yang menyenangkan dan melegakan,
nalar kita berkembang menuju pemahaman lebih dalam lagi. Humor yang bagus adalah yang
mampu membuat orang terpancing untuk tertawa atas materi dan tidak selesai sampai di situ.
Humor yang baik memiliki pemaknaan mendalam menyangkut filosofi hidup dan
keberagamaan. Humor hanya merupakan sebuah alat, sehingga peranan dan nilainya tergantung
pada situasi, tujuan, dan pemanfaatan oleh pemakainya.
Tubagus hidayat