CBSA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

2015

STRATEGI
PEMBELAJARAN
CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar

LUTFI KOTO

CBSA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

Oleh : Lutfi Koto

A. Konsep dasar CBSA
1. Pengertian CBSA
Cara belajar siswa aktif (CBSA) merupakan istilah yang
bermakana sama dengan Student Active (SAL). Menurut Sriyono, CBSA
bukan disiplin ilmu atau dalam bahasa populer bukan “teori” melainkan
merupakan cara, teknik, atau dengan kata lain disebut “teknologi”. Dalam
teori pengajaran, CBSA merupakan konsekuensi logis dari pengajaran
yang seharusnya. Lebih lanjut Sriyono menjelaskan, hakekat dari CBSA
pada dasarnya adalah cara atau usaha mempertinggi atau mengoptimalkan

kegiatan siswa dalam proses pembelajaran.
Sebagai konsep, CBSA adalah proses kegiatan belajar mengajar
yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional sehingga
peserta didik betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran Menurut

Sriyono (1992 : 9). Pengertian tersebut

menunjukkan bahwa CBSA menempatkan siswa sebagai inti dalam
kegiatan belajar mengajar. Siswa dipandang sebagai objek dan sebagai
subjek. Dilihat dari subjek didik, CBSA merupakan proses kegiatan yang
dilakukan oleh peserta didik dalam rangka belajar. Dilihat dari guru atau
pengajar, CBSA

merupakan bagian strategi mengajar yang menuntut

keaktifan optimal peserta didik.
Sriyono menjelaskan CBSA harus tercermin dalam dua hal yaitu
perencanaan dan pelaksanaan termasuk penilaian. Perencanaan proses
pembelajaran berwujud dalam bentuk satuan pelajaran yang berisi

rumusan tujuan pengajaran, bahan ajar, kegiatan belajar siswa, metode dan
alat bantu mengajar, dan penelitian. Sedangkan tahap pelaksanaan proses

2

belajar-mengajar adalah pelaksanaan proses belajar-mengajar adalah
pelaksanaan satuan pelajaran pada saat praktek pengajaran, yakni interaksi
guru dengan siswa pada saat pengajaran berlangsung.
Dari penjelasan diatas, dapat kita simpulkan CBSA adalah.
Diharapkan dengan CBSA terciptanya suasana belajar yang aktif dan
efektif. Hasibuan & Moedjiono berpendapat, keaktifan siswa dalam rangka
CBSA merujuk kepada keaktifan mental, dan fisik. Dengan demikian
peserta didik diharapakan dapat mengahayati dan menginternalisasi nilainilai dalam pembentukan keterampilan, pengetahun dan karakter.

2. Ciri-ciri CBSA
Berikut ini ciri-ciri CBSA menurut Syaiful Bahri & Azwan Zain
(2010 : 32) adalah :
a. Menekankan pentingnya makna pelajaran untuk mencapai hasil belajar
yang memadai.
b. Menekankan pada pentingnya keterlibatan siswa didalam proses

belajar.
c. Menekankan bahwa belajar adalah proses dua arah yang dapat dicapai
oleh peserta didik
d. Menekankan hasil belajar secara tuntas dan utuh

Adapun menurut Sriyono (1992 : 14) ciri yang harus tampak dalam
proses belajar mengajar (CBSA) adalah :
a. Situasi kelas merangsang siswa melakukan kegiatan belajar secara
bebas, tetapi terkendali

b. Guru tidak menominasi pembicaraan, tetapi lebih banyak memberikan
rangsangan berfikir kepada siswa untuk memecahkan masalah
c. Guru menyediakan dan menggunakan sumber belajar bagi siswa, bisa
sumber tertulis, sumber manusia, misalnya murid itu sendiri
menjelaskan permasalahan kepada murid lainnya, berbagai media yang

3

diperlukan, alat bantu pengajaran, termasuk guru sendiri sebagai
sumber belajar.

d. Kegiatan belajar siswa bervariasi, ada kegiatan yang sifatnya bersamasama dilakukan oleh semua siswa, ada kegiatan belajar yang dilakukan
secara kelompok dalam bentuk diskusi, dan ada pula kegiatan belajar
yang harus dilakukan oleh setiap siswa secara mandiri. Penetapan
kegiatan belajar tersebut diatur oleh guru secara mandiri. Penetapan
kegiatan belajar tersebut diatur guru secara sistematis dan terencana.
e. Hubungan guru dengan siswa sifatnya harus mencerminkan hubungan
manusiawi bagaikan hubungan bapak-anak, bukan hubungan pimpinan
dengan bawahan. Guru menempatkan diri sebagai pembimbing semua
siswa yang memerlukan bantuan manakaala mereka menghadapi
persoalan belajar.
f. Situasi dan kondisi kelas tidak terlal kaku terkait dengan susunan yang
mati, tetapi sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan kebutuhan
siswa

g. Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai
siswa, tetapi juga dilihat dan diukur dri segi proses belajar yang
dilakukan oleh siswa.
h. Adanya keberanian siswa untuk mengeluarkan pendapatnya melalui
pertanyaan maupun pernyataan gagasannya, baik yang diajukan kepada
guru maupun kepada siswa lainnya dalam pemecahan masalah.

i. Guru senantiasa menghargai pendapat siswa, terlepas dari benar atau
salah, dan tidak diperkenanakan membunuh, mengurangi, atau
menekan pendapat siswa agar selalu mengajukan pendapatnya secara
bebas.

4

3. Indikator CBSA
Untuk melihat terwujudnya Cara Belajar Siswa Aktif dalam proses
belajar mengajar, terdapat beberapa indikator Cara Belajar Siswa Aktif.
Melalui indikator Cara Belajar Siswa Aktif dapat dilihat tingkah laku
mana yang muncul dalam suatu proses belajar mengajar berdasarkan apa
yang dirancang oleh guru.
Indikator tersebut dilihat dari lima segi, yaitu :
a. Dari sudut siswa, dapat dilihat dari :
1) Keinginan, keberanian, menampikan minat, kebutuhan dan
permasalahannya
2) Keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi
dalam kegiatan persiapan, proses, dan kelanjutan belajar
3) Menampilkan berbagai usaha atau kekratifan belajar mengajar

sampai mncapai keberhasilannya
4) Kebebasan atau keleluasan melakukan hal tersebut diatas tanpa
tekanan guru atau pihak lainnya (kemandirian belajar)
b. Dilihat dari sudut guru, yaitu :
1) Adanya usaha siswa secara aktif
2) Bahwa peranan guru tidak mendominasi kegiatan proses belajar
siswa
3) Bahwa guru memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar
menurut cara dan keadaan masing-masing.
4) Bahwa guru menggunakan berbagai jenis metode mengajar serta
pendekatan multimedia.
c. Dilihat dari segi program, hedaknya :
1) Tujuan intruksional serta konsep maupun isi pelajaran itu sesuatu
dengan kebutuhan, minat, serta kemampuan subjek didik
2) Program cukup jelas dimengerti siswa dan menantang siswa untuk
melakukan kegaitan belajar

5

3) Bahan pelajaran mengandung fakta atau informasi, konsep prinsip

dan keterampilan
d. Dilihat dari situasi belajar, tampaknya adanya :
1) Dilihat dari situasi belajar, tampak adanya :
2) Iklim hubungan intim dan erat antara guru dengan siswa, siswa
dengan siswa, guru dengan guru, serta dengan unsur pimpimnan di
sekolah
3) Gairah serta kegembiraan belajar siswa sehingga siswa memiliki
motivasi yang kuat serta keleluasaan mengembangkan cara belajar
masing-masing
e. Dilihat dari sarana belajar, tampak adanya :
1) Sumber-sumber belajar dari siswa
2) Fleksibelitas waktu untuk melakukan kegiatan belajar
3) Dukungan dari berbagai jenis media pengajaran
4) Kegiatan belajar siswa yang tidak terbatas didalam kelas tetapi juga
diluar kelas
Dengan adanya tanda-tanda diatas guru akan lebih mudah dalam
merencanakan

dan


melaksakan

pengajaran.

Setidaknya-tidaknya

memberikan rmabu-rambu bagi guru dalam melaksanakan CBSA. (Dr.
Nana Sudjana, 1989 : 22)

6

4. Prinsip-Prinsip Belajar Siswa Aktif
Menurut Sriyono ada lima prinsip belajar yang dapat menunjang
tumbuhnya cara belajar siswa aktif. Adapaun kelima prinsip tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Stimulus Belajar
Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya
dalam bentuk stimulasi. Stimulus tersebut dapat berbentuk verbal atau
bahasa, visual, auditif, taktik, dan lain-lain. Stimulus hendaknya benarbenar mengkomunikasikan informasi atau pesan yang hendak
disampaikan oleh guru kepada siswa. Ada dua cara yang mungkin

membantu para siswa agar pesan tersebut mudah diterima. Cara
pertama, perlu adanya pengulangan sehingga membantu siswa dalam
memperkuat pemahamannya. Cara kedua, siswa menyebutkan kembali
pesan yang disampaikan oleh guru kepadanya. Cara pertama dilakukan
oeh guru sedangkan cara kedua menjadi tugas siswa melalui
pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru kepada siswa. Kedua
cara tersebut

pada hakekatnya adalah stimulus belajar yang

diupayakan oleh guru pada waktu ia mengajar.
b. Perhatian dan Motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam
proses belajar-mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi hasil
belajar yang dicapai siswa tidak akan optimal. Stimulus belajar yang
diberikan oleh guru tidak akan berarti tanpa adanya perhatian dan
motivasi dari siswa. Perhatian dan motivasi belajar siswa tidak akan
lama bertahan selama proses belajar-mengajar berlangsung. Oleh
karena itu, perlu diusahakan oleh guru.
Ada beberapa car untuk menumbuhkan perhatian dan motivasi,

antara lain melalui cara mengajar yang bervariasi mengdakan
pengulangan

informasi,

memberikan

memberikan

pertanyaan-pertanyaan

stimulus

kepada

baru

siswa,

misalnya


memberikan

7

kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan keinginan belajarnya,
menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian siswa
seperti gambar, foto, diagram dan lain-lain.
c. Respons yang dipelajari
Belajar adalah proses yang aktif sehinnga, apabila tidak
dilibatkan dalam kegiatan belajar sebagai respons siswa terhadap
stimulus guru, tidak mungkin siswa dapat mencapai hasil belajar yang
dikehendaki.
Keterlibatan atau respons siswa terhadap stimulus guru bisa
meliputi berbagai bentuk perhatian, proses internal terhadap kegiatan
belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugasnya
yang diberikan oleh guru, menilai kemampuan dirinya yang dalam
menguasai informasi, melatih diri dalam menguasai informasi yang
diberikan guru dan lain-lain. Semua bentuk respons yang dipelajari
siswa harus menunjang tercapainya tujuan intruksional sehingga
mampu mengubah perilakunya seperti tersirat dalam rumusan tujuan
intruksional tersebut. Dalam proses belajar mengajar banyak kegiatan
belajar siswa yang dapat ditempuh melalui respons fisik (motorik)
disamping respons intelektual. Respons-respons inilah yang harus
ditumbuhkan pada diri siswa dalam kegiatan belajarnya.
d. Penguatan
Setiap tingah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap
kebutuhan siswa akan mempunyai kecenderungan untuk diulang
kembali manakala diperlukan. Ini berarti bahwa apabila respons siswa
terhadap stimulus guru memuaskan kebutuhannya, maka siswa
cenderung untuk memepelajari tingkah laku tersebut. Sumber penguat
belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal dari luar seperti nilai,
pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa, ganjaran,
hadiah dan lain-lain, merupakan cara untuk memperkuat respons
siswa. Sedangkan penguat dari dalam dirinya bisa terjadi apabila

8

respons yang dilakukan oleh siswa betul-betul memuaskan dirinya dan
sesuai dengan kebutuhannya.
e. Pemakaian dan pemindahan
Pikiran

manusia

mempunyai

kesanggupan

menyimpan

informasi yang tidak terbatas jumlahnya. Dalam hal penyimpanan
informasi yang tak terbatas ini penting sekali pengaturan dan
penempatan informasi sehingga dapat digunakan kembali apabila
diperlukan. Peringatan kembali informasi yang telah diperoleh tersebut
cenderung terjadi apabila digunakan dalam situasi yang serupa.
Dengan kata lain, perlu adanya asosiasi. Belajar dengan memperluas
pembentukan asosiasi dapat meningkatkan kemampauan siswa untuk
dapat memindahkan apa yang sudah dipelajari kepada situasi lain yang
serupa pada masa mendatang. Asosiasi dapat dibentuk melalui
pemberian bahan yang bermakna berorientasi kepada pengetahuan
yang telah dimiliki siswa, pemberian contoh yang jelas, pemberian
latihan yang teratur, pemecahan masalah yang serupa, dilakukan dalam
situasi yang menyenangkan. Siswa dihadapkan kepada situasi baru
yang menuntut pemecahan melalui informasi yang telah dimilikinya.

Prinsip-prisip diatas bukan untuk diketahui melainkan yang lebih
penting ialah dilaksanakan pada waktu mengajar sehingga mendorong
kegaitan belajar siswa belajar siswa seoptimal mungkin.

.

9

B. Pentingnya CBSA dalam Proses Pembelajaran
Sriyono menjelaskan Pentingnya CBSA dalam proses pembelajaran
berdasarkan empat asumsi yaitu (1) Asumsi Pendidikan, (2) Asumsi anak
didik, (3) Asumsi Guru, (4) Asumsi Proses Pengajaran.
Adapun penjelasan mengenai empat aspek diatas dapat dilihat dari
uraian berikut :
1. Asumsi Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar memanusiakan manusia atau
membudayakan manusia. Pendidikan adalah proses sosialisasi menuju
kedewasaan intelektual, sosial, moral, sesuai dengan kemampuan dan
martabatnya sebagai manusia. Atas dasar itu maka hakekat pendidikan :
(1) interaksi manusiawi, (2) membina dan megembangkan potensi
manusia, (3) berlangsung sepanjang hayat, (4) sesuai dengan kemampuan
dan tingkat perkembangan indidvidu, (5) ada dalam keseimbangan antara
kebebasan subjek didik dengan kewibawaan guru, dan (6) meningkatkan
kualitas hidup manusia.
2. Asumsi Anak Didik
Asumsi anak didik diadasarkan atas (1) anak bukan manusia kecil,
tetapi manusia seutuhnya yang mempunyai potensi untuk berkembang, (2)
setiap individu atau anak didik berbeda kemampuannya, (3) individu atau
anak didik pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif, dan dinamis,
dalam menghadapi lingkungannya (4) anak didik mempunyai motivasi
untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam konteks pendidikan sekarang anak
didik diistilahkan sebagai peseserta didik.
3. Asumsi Guru
Asumsi guru bertolak dari : (a) bertanggung jawab atas tercapainya
hasil hasil belajar siswa, (b) memiliki kemampuan profesional sebagai
pengajar (c) mempunyai kode etik keguruan, (d) berperan sebagai sumber
belajar, pemimpin belajar, dan fasilitator belajar sehingga memungkinkan
terciptanya kondisi yang baik bagi siswa untuk belajar.

10

4. Asumsi Proses Pengajaran
Beberapa asumsi pengajaran antara lain adalah : (a) proses
pengajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem (b)
peristiwa belajar terjadi apabila siswa berinteraksi dengan lingkungan
belajar yang diatur oleh guru, (c) proses pengajaran akan lebih efektif
apabila menggunakan metode dan teknik yang tepat dan berdaya guna, (d)
pengajaran memberikan tekanan kepada proses dan produk yang
seimbang, (e) inti proses pengajaran adalah adalah adanya kegiatan siswa
belajar secara optimal. Implikasi dari perangkat asumsi diatas harus
tampak dalam dua hal, yakni (a) dalam program pendidikan yang
diberikan kepada anak didik biasa disebu dengan istilah kurikulum, dan (b)
dalam pelaksanaan program pendidikan atau pengajaran (proses belajar
mengajar) sebagai wujud nyata atau operasionalisasi kurikulum.
Mengingat program pendidikan (kurikulum) telah dibuat dan telah
ada

sehingga

guru

dan

aparat

pendidikan

lainnya

tinggal

menggunakannya, makaimplikasi dari perangkat asumsi tersebut secara
nyat adapat direalisasikan dalam proses belajar-mengajar. Bila mengkaji
makna setiap asumsi tadi, maka tidak ada pilihan lain bahwa untuk
merealisasi proses belajar-mengajar kit a harius beralih kepada strategi
belajar mengajar dengan menitikberatkan Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA)

11

C. Implementasi CBSA dalam Pembelajaran
Implementasi CBSA pernah dilakukan oleh suryono pada saat
pelaksanaan uji coba yang diselenggarakan di 3 kecamatan di kabupaten
cianjur, menggunakan metode diskusi melalui pengelompokan siswa. Setiap
kali proses belajar-mengajar berlangsung, kelas ditata untuk keperluan diskusi,
sesuai dengan banyak kelompok dalam kelas yang bersangkutan. Semua
bahan peragaan, baik yang disediakan anak sesuai tugas dalam LKS maupun
alat preraga yang disediakan sekolah, disediakan sebaik-baiknya. (Sriyono
dkk, 1992 : 26)
Adapun “UJI COBA” yang dilakukan oleh Sriyono dimulai dengan
memberikan LKS pertama kepada anak 3-7 hari sebelum proses belajar
mengajar berlangsung. Oleh karena itu, LKS pertama dosebut LKS Pra-PBM.
Pada pelaksanaan PBM, 30 menit pertama kesempatan diberikan kepada
setiap kelompok untuk mendiskusikan perolehannya, sehingga dapat ditarik
kesimpulan sementara sebagi bekal untuk mengisi LKS kedua yang akan
didiskusikan secara klasikal.
Dalam pelaksanaan diskusi kelas banyak diperlukan waktu, sebagai
satu pertanyaan pada LKS kadang-kadang memerlukan waktu sampai 20
menit, karena pertanyaan itu berangkai mengikuti jawaban yang diberikan
pertama. Bila LKS itu tidak diselesaikan dalam satu kali pertemuan,
dilanjutkan

pada

pertemuan

berikutnya

selesai

didiskusikan

dalam

memperoleh satu kesimpulan bersama. LKS ketiga merupakan follow up hasil
diskusi kelompok dan diskusi kelompok dan diskusi kelas. Peranan guru
dalam diskusi, baik dalam diskusi kelompok kecil maupun dalam diskusi kelas
sifatnya hanya membimbing dan mengarahkan, sedangkan kesimpulan dimbil
sepenuhnya oleh anak.