Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum Terhadap Hutan Lindung Berdasarkan Norma Hukum Kehutanan di Indonesia T1 312008074 BAB IV
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan mengenai Perlindungan Hukum
Terhadap Hutan Lindung Berdasarkan Norma Hukum Kehutanan, penulis
menarik kesimpulan:
1. Penetapan kawasan hutan konservasi merupakan tahap terakhir dalam proses
pengukuhan. Hal ini terjadi ketidakjelasan dalam penetapan kawasan yang
tertuang di Perundang-undangan dan penegakan hukum yang semula dilihat
sebagai alat untuk mempertahankan kawasan lindung pada akhirnya justru
semakin mempercepat laju deforestasi
2. Dalam konteks perizinan, terdapat kemungkinan ketidakjelasan dalam hal
kewenangan pemberian izin dalam konteks penggunaan kawasan dan
pemanfaatan hutan lindung.
3. Dalam ini disharmonisasi kewenangan dalam pemberian izin pemanfaatan
hutan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah walaupun telah diatur
dalam perundang-undangan karena pemberian izin tersebut titik pangkal
terjadinya kerusakan lingkungan alam.
4. Pemuatan sanksi pidana dalam instrumen hukum kehutanan sebagai sarana
untuk melindungi hutan merupakan wujud perlindungan yang berbentuk
99
normatif (normative protection). Namun, efektivitasnya tentu saja sangat
tergantung pada penegakannya (protection by enforcement).
B. SARAN
Upaya yang penting harus dilakukan pemerintah dalam mengharmoniskan
untuk khususnya pemberian izin pemanfaatan hutan di daerah adalah
melakukan penataan kembali kelembagaan atau perangkat daerah dengan
menerapkan prinsip koordinasi, integritas, sinkonisasi, dan simpilifikasi
sehingga proses pemberian izin menjadi terarah dan terkendali. Maka hal itu
masyarakat akan dapat membangun kelembagaan dan hukumnya sendiri
dengan penuh kesadaran akan eksistensi hutan dan koservasi alam. Hutan dan
kawasan konservasi menjadi tanggung jawab semua pihak (multistakeholder). Pemerintah (pusat dan daerah) harus membangun kepercayaan
baru kepada semua pihak dan masyarakat.
Sedangkan terkait dalam Undang-undang Pemerintah Daerah secara emplisit
memberi pemahaman bahwa yang berwenang menerbitkan Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) adalah Pemerintah Daerah tetapi
Undang-undang Kehutan tidak mengatur khusus atau terinci mengenai
kewenangan Pmerintah Daerah, namun secara Umum harus lebih menekan
kewenangan Pemerintah Pusat.
100
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan mengenai Perlindungan Hukum
Terhadap Hutan Lindung Berdasarkan Norma Hukum Kehutanan, penulis
menarik kesimpulan:
1. Penetapan kawasan hutan konservasi merupakan tahap terakhir dalam proses
pengukuhan. Hal ini terjadi ketidakjelasan dalam penetapan kawasan yang
tertuang di Perundang-undangan dan penegakan hukum yang semula dilihat
sebagai alat untuk mempertahankan kawasan lindung pada akhirnya justru
semakin mempercepat laju deforestasi
2. Dalam konteks perizinan, terdapat kemungkinan ketidakjelasan dalam hal
kewenangan pemberian izin dalam konteks penggunaan kawasan dan
pemanfaatan hutan lindung.
3. Dalam ini disharmonisasi kewenangan dalam pemberian izin pemanfaatan
hutan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah walaupun telah diatur
dalam perundang-undangan karena pemberian izin tersebut titik pangkal
terjadinya kerusakan lingkungan alam.
4. Pemuatan sanksi pidana dalam instrumen hukum kehutanan sebagai sarana
untuk melindungi hutan merupakan wujud perlindungan yang berbentuk
99
normatif (normative protection). Namun, efektivitasnya tentu saja sangat
tergantung pada penegakannya (protection by enforcement).
B. SARAN
Upaya yang penting harus dilakukan pemerintah dalam mengharmoniskan
untuk khususnya pemberian izin pemanfaatan hutan di daerah adalah
melakukan penataan kembali kelembagaan atau perangkat daerah dengan
menerapkan prinsip koordinasi, integritas, sinkonisasi, dan simpilifikasi
sehingga proses pemberian izin menjadi terarah dan terkendali. Maka hal itu
masyarakat akan dapat membangun kelembagaan dan hukumnya sendiri
dengan penuh kesadaran akan eksistensi hutan dan koservasi alam. Hutan dan
kawasan konservasi menjadi tanggung jawab semua pihak (multistakeholder). Pemerintah (pusat dan daerah) harus membangun kepercayaan
baru kepada semua pihak dan masyarakat.
Sedangkan terkait dalam Undang-undang Pemerintah Daerah secara emplisit
memberi pemahaman bahwa yang berwenang menerbitkan Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) adalah Pemerintah Daerah tetapi
Undang-undang Kehutan tidak mengatur khusus atau terinci mengenai
kewenangan Pmerintah Daerah, namun secara Umum harus lebih menekan
kewenangan Pemerintah Pusat.
100