Efektivitas getah batang semu pisang ambon (Musa acuminata) dan getah batang semu pisang kepok (Musa balbisiana) pada penyembuhan luka bakar mencit (Mus musculus)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

EFEKTIVITAS GETAH BATANG SEMU PISANG AMBON (Musa acuminata)
DAN GETAH BATANG SEMU PISANG KEPOK (Musa balbisiana)
PADA PENYEMBUHAN LUKA BAKAR MENCIT (Mus musculus)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Rike Pangestika

NIM : 121434061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA
2017

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
Allah SWT yang selalu mendengarkan setiap doa dan harapanku
My big boss, my hero, my lovely father
My angel, and my whole life, my lovely mother
My brother
Someone spesial whose always beside me

And my lovely friend of Biology Education 2012

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

Aku Hanya Merasa Hidup
Jika dan Hanya Jika
Berkreasi & Berinovasi
Rike Pangestika

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah skripsi ini.
Naskah skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama penyusunan naskah skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu,
memberikan dorongan dan masukan serta motivasi kepada penulis baik secara

langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu melalui kesempatan ini penulis
dengan sepenuh hati ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1.

Catarina Retno Herrani Setyati, M.Biotech. selaku dosen pembimbing yang

telah dengan sabar meluangkan waktu, membimbing, memberikan arahan,

mendukung dan mengajarkan penulis banyak hal dalam setiap konsultasi

2.

3.
4.
5.

bersamanya.

Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma yang telah menyetujui dan mengesahkan skripsi
ini.

Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.,Sc. selaku Kepala Program Studi

Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma.

Dosen-dosen penguji skripsi yang telah memberikan banyak masukan

kepada penulis demi kesempurnaan skripsi ini.


Dosen-dosen Program Studi Pendidikan Biologi: Pak Tri, Bu Maslichah

Asy ari, Bu Ratna, Bu Ika, Rm. Wir, yang selama ini telah membimbing dan
selalu memberikan arahan kepada penulis agar tetap belajar dengan tekun
dan tidak mudah putus asa. Memberikan penulis banyak ilmu sebagai bekal

6.

masa depan penulis.

Ibu Yoanni Maria Lauda Feroniasanti, M.Si selaku Kepala Laboratorium

Pendidikan Biologi

yang telah memberikan izin dan menyetujui

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


peminjaman sarana dan prasarana sehingga penulis dapat melakukan
7.

8.

penelitian.

Pak Agus selaku laboran di Laboratorium Pendidikan Biologi yang selalu

menyediakan sarana dan prasarana laboratorium yang diperlukan penulis
dalam penelitian ini.

Bapak laboran di Laboratorium Imuno Farmasi yang telah meluangkan
waktu dalam membantu penulis memperoleh mencit serta berbagi informasi

mengenai perawatan mencit dan mendukung penulis agar melakukan
9.

penelitian dengan baik.


Keluargaku tercinta, ayahku Yuwono MM, ibundaku Yuli Astuti, kakakku

Dolly Yudhistira serta adik gantengku Fadhilla Ma arif yang selalu
mendukung, mendoakan, memberikan kasih sayang, serta yang telah

memenuhi semua kebutuhan rohani dan jasmani penulis sehingga penulis
10.

dapat kuliah dan memperoleh gelar sarjana.

Teman terbaik selama ini Hisreidi Funome, Emilia Jane, Maya R. Kapu,

Theresia Astutiningrum, Maranthy Boy Rante Allo, Rointan Moris
Sidabalok, Tresia Jawa, Maria Magdalena Melina, Annasonia Mega
Rahmatika, Melly Priana, Adriana, Deska Aliza, Rya, Rinanti Anugraheni,
Christine Pamarding U, Aileen Felicia, Gloria Jessica serta Marcela Widya

yang telah menemaniku dan membantuku baik saat melaksanakan penelitian


di Laboratorium maupun tidak, yang selalu mendoakanku, yang selalu
menyemangatiku dan menghiburku. Semoga pertemanan ini akan selalu erat
11.

12.

dan teguh selamanya.

Teman-teman SMA yaitu Fiqih Amalia, Albert A, Kurni, Galang yang

selalu menyemangati, mendoakan, dan menghibur penulis dengan tingkah
laku yang unik.

Teman perjuangan saat revisi Stepanus Putra terima kasih yang selalu

membantu, menemani serta memberikan dukungan atas kelancaran
penelitian ini.

ix


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13.

14.
15.

Teman-teman Pendidikan Biologi angkatan 2012 yang selalu mendukung,

memberi semangat dalam setiap langkah yang dilalui bersama selama empat
tahun ini.

Seseorang yang menyemangati saya selama proses skripsi.

Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih

atas segala bantuan dan dukungan untuk penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Berkah Dalem.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan


naskah skripsi ini. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan

saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis
berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 17 Februari 2017
Penulis

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
EFEKTIVITAS GETAH BATANG SEMU PISANG AMBON (Musa
acuminata) DAN GETAH BATANG SEMU PISANG KEPOK (Musa
balbisiana) PADA PENYEMBUHAN LUKA BAKAR MENCIT (Mus
musculus)
Rike Pangestika
Universitas Sanata Dharma

2017
Getah batang semu pisang biasanya digunakan sebagai obat luka bakar
oleh masyarakat Toraja. Penelitian Sundari menyatakan bahwa getah pelepah
pisang kepok dapat merangsang pembentukan sel-sel baru, pembentukan
pembuluh darah baru dan sebagai antiseptik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana peranan getah batang semu pisang ambon (Musa
acuminata) dan getah batang semupisang kepok (Musa balbisiana) serta
mengetahui manakah diantara kedua getah pisang tersebut yang lebih cepat
memperkecil panjang luka bakar mencit (Mus musculus).
Penelitian bersifat eksperimental laboratorium. Sampel yang digunakan
pada penelitian ini yaitu getah batang semu pisang ambon dan kepok. Pengujian
sampel dilakukan dengan membuat luka bakar derajat II dalam pada punggung
mencit. Setiap sampel dioleskan pada area luka 3x sehari. Data diperoleh dengan
mengukur panjang luka menggunakan jangka sorong kemudian dianalisis dengan
cara deskriptif.
Hasil rata-rata pengukuran panjang luka getah pisang kepok yakni 9,89
mm sedangkan pisang ambon yakni 12,29 mm. Peranan getah pisang kepok lebih
baik karena mencit cepat mengalami pertumbuhan bulu dan perubahan warna
luka. Kesimpulan kedua getah pisang memiliki peranan yang baik dalam
mempercepat proses penyembuhan luka bakar. Getah batang semu pisang kepok
(Musa balbisiana) lebih cepat memperkecil panjang luka bakar dibandingkan
pisang ambon (Musa acuminata).
Kata kunci: getah batang semu pisang, pisang ambon (Musa acuminata), pisang
kepok (Musa balbisiana), mencit (Mus musculus), luka bakar

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
THE EFFECT OF AMBON BANANA (Musa acuminata) AND KEPOK
BANANA (Musa balbisiana) APPARENT STEM LATEX TO HEALING
THE BURNED SKIN OF WHITE MICE (Mus musculus)
Rike Pangestika
Universitas Sanata Dharma
2017
Banana tree latex is usually used as a burn treatment by the Toraja
people. Sundari research states that banana tree latex kepok can stimulate the
formation of new cells, new blood vessel formation and as an antiseptic. This
study aims to determine how the role of apparent stem latex ambon banana (Musa
acuminata) and stem latex kepok banana (Musa balbisiana) and find out which of
these two banana faster burns far longer mice (Mus musculus).
The study is an experimental laboratory. Variations sample of stem latex
ambon banana and kepok. Tests were conducted by making the second-degree
burns on the backs of mice. Each sample is applied to the wound area 3 times a
day. Data obtained by measuring the length of the wound using a caliper and then
analyzed in a descriptive way.
The average yield of banana latex wound length measurement kepok
namely 9.89 mm while the ambon banana namely 12.29 mm. The role of banana
latex kepok better because mice experiencing rapid growth and change color fur
wounds. The second conclusion banana latex has a good role in accelerating the
healing process of burns. Banana apparent stem latex kepok (Musa balbisiana)
faster burns far longer than a ambon banana (Musa acuminata)..
Keywords: banana apparent stem latex, ambon banana (Musa acuminata), kepok
banana (Musa balbisiana), white mice (Mus musculus), burns.

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..........................................................
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ...........
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ABSTRAK .......................................................................................................
ABSTRACT.......................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
DAFTAR TABEL............................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
BAB I.PENDAHULUAN ...............................................................................
A. Latar Belakang ................................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
C. Tujuan Penelitian.............................................................................
D. Manfaat Penelitian...........................................................................
BAB II. DASAR TEORI .................................................................................
A. Pisang................................................................................................
B. Luka Bakar........................................................................................
C. Mencit (Mus musculus).....................................................................
D. Penelitian yang Relevan ...................................................................
E. Kerangka Berpikir.............................................................................
F. Hipotesis............................................................................................
BAB III. METODE PENELITIAN..................................................................
A. Jenis Penelitian.................................................................................
B. Variabel Penelitian ...........................................................................
C. Batasan Penelitian ...........................................................................
D. Alat dan Bahan .................................................................................
E. Cara Kerja.........................................................................................
F. Analisis Data.....................................................................................
G. Pemanfaatan dalam Pendidikan .......................................................
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................
A. Pengecilan Panjang Luka Bakar.......................................................
B. Perubahan Warna Luka Bakar..........................................................
C. Pertumbuhan Bulu Mencit (Mus musculus) .....................................
D. Kendala dan Keterbatasan Penelitian ..............................................
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................
A. Kesimpulan ......................................................................................
B. Saran .................................................................................................
BAB VI. IMPLEMENTASI PENELITIAN UNTUK PEMBELAJARAN.....
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN.....................................................................................................
xiii

i
ii
iii
vi
v
vi
vii
xi
xii
xiii
xiv
xv
xvi
1
1
4
4
5
6
6
12
20
22
23
26
27
27
27
28
28
29
34
34
35
35
45
47
51
53
53
53
55
57
59

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Rata-Rata Panjang Luka Bakar Mencit (Mus musculus)

xiv

... 39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Gambar 2.3.
Gambar 2.4
Gambar 2.5.
Gambar 3.1.
Gambar 4.1.
Gambar 4.2.
Gambar 4.3.
Gambar 4.4.
Gambar 4.5.
Gambar 4.6.

Tanaman pisang (Musa paradisiaca)
..................... 7
Getah pisang
....................................................... 9
Luka bakar
.......................................................... 12
Mencit (Mus musculus)
....... 21
Bagan kerangka berpikir ............................................................. 25
Tahap-tahap penelitian
33
Rata-rata panjang luka bakar mencit (Mus musculus)
35
Jaringan Granular ........................................................................ 43
Kondisi Bulu Mencit (Mus musculus)
. 43
Kondisi Warna Luka Mencit (Mus musculus) ............................. 46
Mencit (Mus musculus) mengalami keropeng
. 50
Kondisi Mencit (Mus musculus) setiap perlakuan ....................... 50

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Silabus
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 3 : Lembar Kerja Siswa
Lampiran 4 : Instrumen Penilaian Siswa
Lampiran 5 : Hasil Penelitian

xvi

.

.... 59
. 63
... 74
. 77
. 90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah
Luka merupakan rusaknya komponen atau satuan jaringan, yang
menyebabkan substansi jaringan rusak atau hilang. Ketika luka timbul,
beberapa efek akan muncul yaitu hilangnya seluruh atau sebagian fungsi
organ, respon stres simpatis, pendarahan, koagulasi, infeksi bakteri dan
kematian sel (Umar dalam Sundari, 2015). Berdasarkan penyebabnya, luka
dibagi menjadi: luka insisi (incised wounds), luka memar (contusion
wound), luka lecet (abraded wound), luka tusuk (punctured wound), luka

gores (lacerated wound), luka tembus (penetrating wound) dan luka bakar
(combustio) (Perdana, 2013). Beberapa jenis luka tersebut dapat diobati
dengan metode pengobatan secara modern dan tradisional contohnya luka
bakar. Pengobatan secara modern pada umumnya menggunakan teknologi
modern dalam proses pembuatan obat. Pada pengobatan secara tradisional
cenderung menggunakan bahan-bahan alami yang di sekitar kita baik yang
diperoleh dari tanaman maupun hewan.
Pengobatan secara tradisional memiliki keterbatasan yakni jenis-jenis
luka yang dapat ditangani, lamanya proses penyembuhan dan informasi
mengenai kandungan kimia yang terdapat pada bahan-bahan yang
digunakan. Sebagai contoh, luka memar (contusion wound) dapat diobati
baik secara tradisional maupun secara modern akan tetapi memiliki lama

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2

proses penyembuhannya berbeda. Beberapa jenis luka seperti luka lecet
(abraded wound), luka gores (lacerated wound), dan luka bakar (combustio)
dapat pula ditangani dengan pengobatan secara tradisional. Pengobatan
secara tradisional yang menggunakan bahan-bahan dari lingkungan sekitar
memiliki beberapa keuntungan, antara lain tidak adanya efek samping yang
ditimbulkan seperti obat kimiawi (Perdana, 2013). Sebagai contoh
penutupan luka gores dengan daun sirih atau daun binahong. Begitu pula
penanganan pada luka bakar dengan luas luka yang kecil dapat ditangani
dengan mengoleskan getah batang semu pisang. Pada masyarakat Sulawesi
khususnya Toraja saat mengalami luka sayat, masyarakat memakai cara
tradisional sebagai pertolongan pertama yaitu dengan menggunakan getah
pisang dengan cara melilitkan remasan batang semu pisang yang
mengandung getah pada bagian yang terkena luka.
Luka bakar merupakan kerusakan dan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan oleh kontak kulit dengan sumber yang bersuhu lebih tinggi dari
suhu normal kulit yang dapat dirasakan misalnya; api, air panas, bahan
kimia, listrik, dan radiasi atau suhu yang sangat rendah seperti daerah kutub
(Moenadjat dalam Sucidayanan dkk., 2014). Berdasarkan penyebabnya, luka
bakar dibagi menjadi: luka bakar suhu tinggi (thermal burn), luka bakar
bahan kimia (chemical burn), luka bakar sengatan listrik (electrical burn),
dan luka bakar radiasi (radiasi injury) (Moenadjat dalam Isrofah, 2013).
Sundari (2015) melakukan penelitian tentang pemanfaatan getah
pisang kepok sebagai perangsang pertumbuhan sel-sel baru pada luka bakar,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3

sebagai antibiotik, pembentukan pembuluh darah baru, penyingkat fase
peradangan, pencegah infeksi dan pembentuk jaringan ikat kolagen.
Penelitian Balqis dkk. (2014) yang berjudul “Gambaran Histopatologis
Penyembuhan Luka Bakar Menggunakan Daun Kedondong (Spondias dulcis
F.) Dan Minyak Kelapa pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)”. Penelitian
ini digunakan sebagai dasar untuk membuat luka bakar derajat II dalam pada
mencit (Mus musculus).
Berdasarkan latar belakang di atas, pemilihan pisang dalam
penelitian ini dipilih dengan alasan yaitu persebaran tanaman pisang yang
luas di Indonesia, banyaknya jenis pisang dan banyaknya penelitian yang
sudah dilakukan mengenai kandungan senyawa kimia pada pisang. Getah
pisang mengandung senyawa kimia saponin, tanin, lektin dan flavonoid
yang memiliki kemampuan dalam penyembuhan luka seperti luka bakar.
Maka peneliti ingin membandingkan metode pengobatan luka bakar secara
tradisional dengan getah batang semu pisang ambon (Musa acuminata) dan
getah batang semu pisang kepok (Musa balbisiana) dalam proses
penyembuhan luka bakar pada mencit (Mus musculus). Penelitian ini
berbeda dari penelitian sebelumnya yang hanya menggunakan satu jenis
pisang. Pada penelitian ini digunakan jenis luka bakar derajat II dalam yang
berbeda dari penelitian sebelumnya yang menggunakan luka sayat.
Penelitian ini membandingkan dua jenis pisang yaitu pisang kepok dan
ambon. Dengan demikian, penelitian ini diberi judul:

Efektivitas getah

batang semu pisang ambon (Musa acuminata) dan getah batang semu pisang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4

kepok (Musa balbisiana) pada penyembuhan luka bakar mencit (Mus
musculus).

B.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana peranan getah batang semu pisang ambon (Musa acuminata)
dan getah batang semu pisang kepok (Musa balbisiana ) terhadap proses
penyembuhan luka bakar pada mencit (Mus musculus) ?
2. Manakah antara getah batang semu pisang ambon (Musa acuminata) dan
getah batang semu pisang kepok (Musa balbisiana) yang lebih cepat
dalam memperkecil panjang luka bakar pada mencit (Mus musculus) ?

C.

Tujuan Penelitian
1. Mengetahui peranan getah batang semu pisang ambon (Musa
acuminata) dan getah batang semu pisang kepok (Musa balbisiana )

dalam proses penyembuhan luka bakar pada mencit (Mus musculus).
2. Mengetahui antara getah batang semu pisang ambon (Musa acuminata)
dan getah batang semu pisang kepok (Musa balbisiana) yang lebih cepat
dalam memperkecil panjang luka bakar pada mencit (Mus musculus).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5

D.

Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a) Peneliti dapat memperdalam pengetahuannya mengenai manfaat
tumbuhan bagi pengobatan khususnya manfaat getah batang semu
pisang bagi penyembuhan luka bakar.
b) Peneliti dapat memperluas pengetahuannya mengenai alternatif
pengobatan luka bakar yang mudah diperoleh dan efisien
c) Peneliti dapat memperdalam pengetahuannya mengenai kandungan
fitokimia pada getah batang semu pisang terutama pisang kepok
(Musa balbisiana) dan pisang ambon (Musa acuminate).

2. Bagi Pendidikan
a) Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada Guru untuk
mengaplikasikan penelitian ilmiah khususnya pada materi sistem
ekskresi, KI 3; KD 3.9 dan 4.10 untuk SMA kelas XI.
b) Penelitian ini memberikan pengetahuan mengenai gangguan pada
sistem ekskresi khususnya kulit sehingga siswa dapat dengan
mudah mendalami bagian-bagian kulit berdasarkan hasil diskusi
kelompok.
3. Bagi Masyarakat
a) Memberikan informasi mengenai alternatif penyembuhan luka
bakar dengan bahan yang mudah diperoleh dan efisien
b) Memberikan informasi mengenai manfaat getah batang semu
pisang pada penyembuhan luka bakar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
DASAR TEORI

A. Pisang
Ahli botani asal Rusia, Nikolai Ivanovich Vavilov, berdasarkan
ekspedisinya menyimpulkan tanaman pisang berasal dari daerah Indo Cina,
Malaysia, Filipina dan Indonesia (Suprapti, 2005). Pisang memiliki beberapa
jenis antara lain Pisang ambon (Musa acuminata ), pisang kepok (Musa
balbisiana ) dan pisang raja (Musa sapientum). Buah pisang tersusun dalam

tandan dengan kelompok-kelompok yang tersusun menjari disebut sisir.
Hampir semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika matang,
meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, ungu, atau bahkan
hampir hitam. Menurut Oputu (2012), buah pisang memiliki banyak manfaat
dalam kehidupan masyarakat Indonesia, antara lain sebagai bahan pangan
yang mengandung karbohidrat dan mineral, terutama kalium. Pada batang
pisang dimanfaatkan sebagai pakan ternak, campuran pupuk dan beberapa
masyarakat memanfaatkan batang pisang untuk diolah sebagai masakan
sehari-hari.
1. Klasifikasi
Menurut Tjitrosoepomo (2013) pisang dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7

Class

: Monocotyledoneae

Ordo

: Musales

Family

: Musaceae

Genus

: Musa

Spesies

: Musa sp.

2. Morfologi
Tanaman pisang memiliki morfologi
yang dapat dilihat yaitu akar, batang, buah
dan daun. Akar berpangkal pada umbi
batang. Pada tanaman yang memiliki umbi
batang,

pelepah

daun

akan

tumbuh

berimpitan saling melekat. Pelepah daun
yang berlekatan ini terlihat seperti batang.
Struktur seperti ini disebut dengan batang
semu

misalnya

pada

pisang

(Musa

paradisiaca ) dan jenis-jenis Zingiberaceae

Gambar 2.1. Pisang
Sumber: google image

(Rosanti, 2013). Batang pisang sebenarnya terletak dalam tanah berupa
umbi batang. Pada bagian atas umbi batang terdapat bagian yang
menghasilkan daun dan pada suatu saat akan tumbuh bunga pisang
(jantung).
Bagian yang berdiri tegak di dalam tanah dan biasanya dianggap
sebagai batang adalah batang semu. Batang semu ini terbentuk dari batang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8

daun panjang yang saling menelengkup dan menutupi dengan kuat dan
kompak sehingga dapat berdiri tegak seperti batang tanaman. Tinggi
batang semu ini berkisar 3,5-7,5 meter tergantung jenisnya (Oputu, 2012).
Batang

pohon pisang ambon memiliki senyawa kimia di antaranya

saponin, antrakuinon, kuinon yang dapat menghilangkan rasa sakit,
merangsang pembentukan sel-sel baru pada kulit (Prasetyo, 2010).
Daun pisang letaknya tersebar, helaian daun berbentuk lanset
memanjang. Pada bagian bawahnya berlilin. Daun ini diperkuat oleh
tangkai daun yang panjangnya antara 30-40 cm. Daun pisang mudah sekali
robek atau terkoyak oleh hembusan angin yang keras karena tidak
mempunyai tulang-tulang pinggir yang menguatkan lembaran daun. Bunga
berkelamin satu, berumah satu dalam tandan (Oputu, 2012).
Bunga tersusun dalam 2 baris melintang. Bunga betina berada di
bawah bunga jantan (jika ada). Benang sari 5 buah pada betina tidak
sempurna, bakal buah persegi, sedang pada bunga jantan tidak ada. Buah
akan tumbuh setelah keluarnya bunga dan akan terbentuk sisir pertama,
kemudian memanjang lagi dan terbentuk sisir kedua, ketiga dan
seterusnya. Jantung pisang perlu dihilangkan sebab sudah tidak
menghasilkan sisir lagi (Oputu, 2012).

3. Getah Pisang
Sekumpulan sel atau sel dalam suatu jaringan, mempunyai bentuk
dan fungsi yang berbeda. Sel atau sekumpulan sel ini berisi cairan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9

biasanya disebut sebagai “latices” atau lateks, yang merupakan cairan
yang berwarna putih seperti susu. Saluran getah biasanya disebut sel-sel
atau jaringan lacticifer (lac= susu). Saluran getah terbagi menjadi 2
golongan yaitu: laticiferous vessel (buluh getah) dan laticiferous cells (sel
getah), familia Musaceae termasuk ke dalam golongan buluh getah.
Bagian dalam saluran getah ini terdapat getah atau latices. Zat-zat yang
terkandung dalam cairan getah dapat berupa zat-zat karbohidrat, asamasam organik, garam-garam, alkaloid, lemak, tanin, lendir, enzim, damar
dan lain-lain. Pada familia Musaceae dihasilkan tanin (Sutrian, 2011).
A

B

Gambar 2.2 A. getah pisang kepok B. getah pisang ambon
Sumber: dokumen pribadi

Warna getah tidak selalu jernih atau seperti susu, tergantung pada
zat yang dikandungnya sehingga dapat berwarna coklat, merah muda
ataupun kekuning-kuningan. Getah ini akan segera mengalir keluar dari
saluran getah apabila saluran getah terluka. Hal ini dikarenakan sel-sel
saluran getah itu terisi oleh cairan getahnya dan bersifat turgescent
(Sutrian, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

Fungsi getah bagi tanaman itu sendiri belum dapat diketahui
dengan pasti, getah pada tanaman memiliki beberapa manfaat seperti: obat
luka bakar (getah pisang, getah pepaya dll), obat luka sayatan (getah
pisang, getah pepaya, getah pohon jarak dll), bahan dasar pembuatan karet
(getah pohon karet), bahan dasar pembuatan minyak urut (getah pohon
jarak), bahan dasar gula (getah pohon aren) serta bahan pelarut
mengencerkan cat minyak (getah pohon pinus).

4. Manfaat dan Kandungan Kimia Batang Pisang
Batang semu pisang memiliki beberapa manfaat, antara lain: dapat
digunakan sebagai tali, pupuk dan pakan ternak sementara ares (empulur
pisang) digunakan sebagai obat luka, penawar racun, bisa ular, pupuk dan
pakan ternak (Suprapti, 2005). Getah pisang mengandung beberapa jenis
fitokimia yaitu saponin, antrakuinon, dan kuinon yang dapat berfungsi
sebagai antibiotik dan penghilang rasa sakit. Selain itu, di dalam getah
pisang juga terdapat kandungan lektin yang berfungsi untuk menstimulasi
pertumbuhan sel kulit. Kandungan-kandungan tersebut dapat membunuh
bakteri agar tidak dapat masuk pada bagian tubuh kita yang sedang
mengalami luka (Budi dalam Surahman Agus dkk., 2009).
Saponin terdapat dalam getah batang pisang dalam jumlah yang
lebih banyak dibandingkan flavonoid dan tannin. Saponin diketahui
mempunyai efek anti mikroba, menghambat pertanaman jamur dan
melindungi tanaman dari serangan serangga. Dalam proses penyembuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11

luka, senyawa ini berperan dalam meningkatkan pembentukan pembuluh
darah baru (angiogenesis) pada luka sehingga suplai oksigen dan nutrisi
menjadi lebih optimal. Selain itu, saponin juga berfungsi sebagai antibiotik
sehingga dapat mengurangi resiko luka terkontaminasi oleh bakteri
(Perdana, 2013).
Flavonoid banyak diteliti karena manfaatnya bagi kesehatan. Setiap
tanaman biasanya menghasilkan flavonoid yang berbeda. Manfaat
flavonoid salah satunya untuk membentengi tubuh dari serangan
mikroorganisme. Selain itu juga memiliki fungsi untuk memblokade
terbentuknya prostaglandin penyebab nyeri, menstimulasi sel darah putih,
serta meningkatkan daya serang terhadap kuman (Perdana, 2013).
Getah bonggol pisang bersifat mendinginkan. Zat tanin pada getah
batang semu pisang bersifat antiseptik (Budi dalam Surahman Agus dkk.,
2009). Tanin merupakan senyawa polifenol dari kelompok flavonoid.
Tanin yang terkandung dalam tanaman menyebabkan timbulnya rasa
sepet. Senyawa ini berfungsi sebagai antioksidan kuat, antiperadangan,
antikanker (anticarcinogenic), mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
Sifat tanin sebagai astringen dapat dimanfaatkan sebagai antidiare,
menghentikan perdarahan dan mencegah peradangan terutama pada
mukosa mulut, serta digunakan sebagai antidotum pada keracunan logam
berat dan alkaloid. Tanin juga digunakan sebagai antiseptik karena adanya
gugus fenol (Hanani, 2015). Selain tanin, flavonoid dan saponin getah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12

pisang juga terdapat kandungan lektin yang berfungsi untuk menstimulasi
pertumbuhan sel kulit (Fitriyah, 2011).

B. Luka bakar
Luka bakar merupakan kerusakan
atau kehilangan jaringan yang disebabkan
oleh kontak kulit dengan sumber yang
sangat tinggi misalnya; api, air panas,
bahan kimia, listrik, dan radiasi atau suhu
yang sangat rendah (Moenadjat dalam
Sumoza dkk., 2014).

Gambar 2.3. Luka Bakar

1) Penyebab terjadinya luka bakar

Sumber: dokumen pribadi

a) Luka bakar suhu tinggi (thermal
burn) disebabkan oleh kobaran api, kontak dengan benda panas, uap

yang mudah terbakar yang membakar dan menyebabkan kilatan atau
ledakan, uap panas, atau cairan panas.
b) Luka bakar bahan kimia (chemical burn) disebabkan oleh agen-agen
kimiawi yang dapat menyebabkan kerusakan dan kematian jaringan jika
kontak dengan kulit. Tiga jenis agen kimiawi yaitu: asam, alkali dan
senyawa-senyawa organik, menyebabkan sebagian besar luka bakar
kimiawi.
c) Luka bakar sengatan listrik (electrical burn). Tingkat keparahan cedera
akibat kontak dengan aliran listrik bergantung pada jenis aliran listrik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13

(searah DC atau bolak-balik (AC), voltase, area tubuh yang terpajan dan
lamanya kontak (Thygerson, 2011).
d) Luka bakar radiasi (radiasi injury) luka bakar radiasi disebabkan karena
terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe luka bakar radiasi ini sering
disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik
dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari
yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi
(Moenadjat dalam Isrofah, 2013).

2) Klasifikasi Luka Bakar Menurut Kedalaman
Klasifikasi luka bakar menurut kedalamannya dibagi menjadi:
a) Luka bakar derajat I, kerusakan terjadi hanya pada lapisan epidermis
dan biasanya tidak merasakan nyeri karena bagian ujung–ujung syaraf
sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan dalam
waktu 5-10 hari (Brunicardi dalam Isrofah, 2013).
b) Luka bakar derajat II, kerusakan terjadi pada seluruh lapisan
epidermis dan sebagai lapisan dermis, berupa reaksi inflamasi disertai
proses eksudasi, terdapat pembentukan scar dan nyeri karena ujungujung syaraf sensorik teriritasi. Dasar luka berwarna merah atau pucat
(Moenadjat dalam Isrofah, 2013). Luka bakar derajat II terbagi
menjadi dua jenis yaitu:
1. Derajat II Dangkal (superficial)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14

Kerusakan akibat luka bakar mengenai bagian superficial dari
dermis, organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh, bula (sebuah jaringan yang tumbuh
abnormal menonjol melingkar yang berisi cairan serosa berisi
dermis) mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan
luka bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan
mungkin terdiagnosa sebagai derajat II superficial setelah 12-24
jam. Ketika jaringan granular terbentuk, luka tampak berwarna
merah muda dan basah. Jika infeksi dicegah maka penyembuhan
akan terjadi secara spontan kurang dari 3 minggu.
2. Derajat II dalam (deep)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis, organ-organ
kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh. Juga dijumpai bula, akan
tetapi permukaan luka biasanya tampak berwarna merah muda
dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplai darah
dermis (daerah yang berwarna putih mengindikasikan aliran darah
yang sedikit atau tidak ada sama sekali, daerah yang berwarna
merah muda mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah).
Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3-9 minggu
(Brunicardi dalam Isrofah, 2013).
c) Luka bakar derajat III (full thickness burn)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih
dalam, tidak dijumpai bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar
berwarna putih dan pucat. Terjadi koagulasi protein pada epidermis
yang dikenal sebagai scar , tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang
sensasi, oleh karena ujung–ujung syaraf sensorik mengalami
kerusakan atau kematian.
d) Luka bakar derajat IV (full thickness)
Kerusakan yang ditimbulkan telah mencapai lapisan otot, tendon dan
tulang dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi
seluruh dermis, organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat mengalami kerusakan, kulit yang
terbakar berwarna abu-abu dan pucat, terletak lebih rendah
dibandingkan kulit sekitar, terjadi koagulasi protein pada epidemis
dan dermis yang dikenal scar , tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang
sensori karena ujung-ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan dan
kematian. Penyembuhannya terjadi lebih lama karena ada proses
epitelisasi spontan dan dari dasar luka (Moenadjat dalam Isrofah,
2013).

3) Proses Penyembuhan Luka
Pembagian fase penyembuhan luka pada respon normal mamalia yang
mengalami defek akibat kerusakan integritas kulit yang terjadi adalah fase
inflamasi, fase proliferasi dan fase maturasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

a. Fase inflamasi
Pada fase inflamasi terjadi proses hemostasis yang cepat dan
dimulainya suatu siklus regenerasi jaringan (Lorenz dkk. dalam
Hidayat, 2013). Fase inflamasi dimulai segera setelah cedera sampai
hari ke-5 pasca cedera. Tujuan utama fase ini adalah hemostasis,
hilangnya jaringan yang mati dan pencegahan kolonisasi maupun
infeksi oleh agen mikrobial patogen (Gurtner dalam Hidayat, 2013).
Komponen jaringan yang mengalami cedera, meliputi kolagen
fibril dan faktor jaringan, akan mengaktivasi jalur koagulasi ekstrinsik
dan mencegah perdarahan lebih lanjut pada fase ini. Pembuluh darah
yang cedera mengakibatkan termobilisasinya berbagai elemen darah ke
lokasi luka. Agregasi platelet akan membentuk plak pada pembuluh
darah yang cedera. Netrofil pada umumnya akan ditemukan pada 2
hari pertama dan berperan penting untuk memfagositosis jaringan mati
dan mencegah infeksi. Keberadaan netrofil yang berkepanjangan
merupakan penyebab utama terjadinya konversi dari luka akut menjadi
luka kronis yang tak kunjung sembuh (Regan dkk. dalam Hidayat,
2013). Makrofag juga berperan utama memproduksi berbagai hormon
pertanaman yang dibutuhkan dalam produksi matriks ekstraseluler
oleh fibroblas dan pembentukan neovaskularisasi. Keberadaan
makrofag oleh karenanya sangat penting dalam fase penyembuhan ini.
Sel punca mesenkim akan bermigrasi ke luka, membentuk sel baru
untuk regenerasi jaringan baik tulang, kartilago, jaringan fibrosa,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17

pembuluh darah, maupun jaringan lain. Fibroblas akan bermigrasi ke
luka dan mulai berproliferasi menghasilkan matriks ekstraseluler. Sel
endotel pembuluh darah di daerah sekitar luka akan berproliferasi
membentuk kapiler baru untuk mencapai daerah luka. Pada akhir fase
inflamasi, mulai terbentuk jaringan granulasi

yang berwarna

kemerahan, lunak dan granuler. Jaringan granulasi adalah suatu
jaringan kaya vaskuler, berumur pendek, kaya fibroblas, kapiler dan
sel radang tetapi tidak mengandung ujung saraf (Anderson dalam
Hidayat, 2013).
b. Fase proliferasi (fibroplasi, regenerasi)
Fase proliferasi berlangsung mulai hari ke-4 hingga hari ke-21
pasca cedera. Keratinosit yang berada pada tepi luka sesungguhnya
telah mulai bekerja beberapa jam pasca cedera, menginduksi terjadinya
re-epitelialisasi. Pada fase ini matriks fibrin yang didominasi oleh
platelet dan makrofag secara gradual digantikan oleh jaringan granular
yang tersusun dari kumpulan fibroblas, makrofag dan sel endotel yang
membentuk matriks ekstraseluler dan neovaskular. Faktor setempat
seperti hormon pertanaman, sitokin, hormon, nutrisi, pH dan tekanan
oksigen sekitar menjadi perantara dalam proses diferensiasi sel punca
(Anderson dalam Hidayat, 2013). Keratinosit juga bermigrasi secara
aktif karena terbentuknya filamen aktin di dalam sitoplasmakeratinosit.
Keratinosit bermigrasi akibat interaksinya dengan protein sekretori
seperti fibronektin, vitronektin dan kolagen tipe I melalui perantara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18

integrinspesifik di antara matriks temporer. Matriks temporer ini akan
digantikan secara bertahap oleh jaringan granular yang kaya akan
fibroblas, makrofag dan sel endotel. Sel tersebut akan membentuk
matriks ekstraseluler dan pembuluh darah baru.
Jaringan granular umumnya mulai dibentuk pada hari ke-4 setelah
cedera (Lorenz and Longaker dalam Hidayat, 2013). Fibroblas
merupakan sel utama selama fase ini dimana ia menyediakan kerangka
untuk migrasi keratinosit. Makrofag juga akan menghasilkan hormon
pertanaman seperti PDGF dan TGF-β yang akan menginduksi
fibroblas untuk berproliferasi, migrasi dan membentuk matriks
ekstraseluler. Sel endotel akan membentuk pembuluh darah baru
dengan bantuan protein sekretori VEGF, FGFdan TSP-1. Pembentukan
pembuluh darah baru dan jaringan granulasi merupakan tanda penting
fase proliferasi karena ketiadaannya pembuluh darah baru dan atau
jaringan granular merupakan tanda dari gangguan penyembuhan luka.
Setelah kolagen mulai menggantikan matriks temporer, fase
proliferasi mulai berhenti dan fase remodeling mulai berjalan. Hal
yang menarik dari fase proliferasi ini adalah bahwa pada suatu titik
tertentu, seluruh proses yang telah dijabarkan di atas harus dihentikan.
Fibroblas akan segera menghilang segera setelah matriks kolagen
mengisi rongga (kavitas) luka dan pembentukan neovaskular akan
menurun melalui proses apoptosis. Kegagalan regulasi pada tahap
inilah yang hingga saat ini dianggap sebagai penyebab terjadinya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19

kelainan fibrosis seperti jaringan parut hipertrofik (Gurtner dalam
Hidayat, 2013).
c. Fase maturasi (remodeling)
Fase ini, jaringan baru yang terbentuk akan disusun sedemikian
rupa seperti jaringan asalnya. Fase maturasi ini berlangsung mulai hari
ke-21 hingga sekitar 1 tahun.

Perubahan yang terjadi adalah

penurunan kepadatan sel dan vaskularisasi, pembuangan matriks
temporer yang berlebihan dan penataan serat kolagen sepanjang garis
luka untuk meningkatkan kekuatan jaringan baru. Fase akhir
penyembuhan luka ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun
(Gurtner dalam Hidayat, 2013).
Kolagen yang berlebihan didegradasi oleh enzim kolagenase dan
kemudian diserap. Fase ini berupa jaringan parut yang pucat, tipis,
lemas dan mudah digerakkan dari dasarnya (Bisono dan Pusponegoro
dalam Hidayat, 2013). Kekuatan jaringan parut bekas luka akan
semakin meningkat akibat berubahnya tipe kolagen dan terjadinya
cross linking jaringan kolagen. Pada akhir fase remodeling, jaringan

baru hanya akan mencapai 70% kekuatan jaringan awal (Gurtner
dalam Hidayat, 2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20

C. Mencit (Mus musculus)
Mencit (Mus musculus) termasuk mamalia pengerat (rodensia ) yang
cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi
genetiknya

cukup

besar

serta

sifat

anatomisnya

dan

fisiologisnya

terkarakteristik dengan baik. Mencit sering digunakan sebagai hewan uji coba
karena memiliki susunan genetik yang hampir sama dengan manusia, serta
perkembangbiakan mencit yang cukup cepat dan perawatan mencit yang
cukup mudah sehingga memudahkan peneliti melakukan uji coba pada mencit.
Mencit yang sering digunakan dalam penelitian di laboratorium merupakan
hasil perkawinan tikus putih sekerabat (inbreed) maupun tidak mempunyai
hubungan kekerabatan (outbreed). Dari hasil perkawinan sampai generasi 20
akan dihasilkan strain murni dari mencit. Menurut Mangkoewidjojo dan Smith
dalam Sari (2016) klasifikasi mencit adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Chordata

Subphylum

: Vertebrata

Class

: Mamalia

Ordo

: Rodentia

Family

: Muridae

Genus

: Mus

Species

: Mus musculus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21

Gambar 2.4 Mencit (Mus musculus)
Sumber: dokumen pribadi
Mencit (Mus musculus) memiliki ciri-ciri berupa bentuk tubuh kecil,
berwarna putih, memiliki siklus estrus teratur yaitu 4-5 hari. Kondisi ruang
untuk pemeliharaan mencit harus senantiasa bersih, kering dan jauh dari
kebisingan. Suhu ruang pemeliharaan juga harus dijaga kisarannya antara
18-19ºC serta kelembaban udara antara 30-70%. Mencit betina dewasa
dengan umur 35-60 hari memiliki berat badan 18-35 g. Lama hidup mencit
berkisar 1-2 tahun, namun dapat mencapai usia 3 tahun. Masa reproduksi
mencit betina berlangsung 1,5 tahun. Mencit betina ataupun jantan dapat
dikawinkan pada umur 8 minggu. Lama masa bunting berkisar 19-20 hari.
Jumlah anak mencit rata-rata 6-15 ekor dengan berat lahir antara 0,5-1,5 g.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka mencit sering digunakan dalam.
Beberapa keuntungan menggunakan mencit sebagai hewan percobaan
yaitu daur estrusnya teratur dan dapat dideteksi, periode bunting yang
relatif singkat, dan mempunyai anak yang banyak serta terdapat
keselarasan pertanaman dengan kondisi manusia (Akbar, 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22

D. Penelitian Lain yang Relevan
Beberapa penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini yaitu sebagai
berikut :
1) Penelitian Sundari (2015) yang berjudul “Pengaruh Getah Batang
Pisang Kepok (Musa balbisiana ) Terhadap Waktu Penyembuhan Luka
Sayat Pada Mencit (Mus musculus)” menyimpulkan bahwa terdapat
pengaruh pemberian getah batang pisang kepok (Musa balbisiana )
terhadap kecepatan waktu penyembuhan luka sayat pada mencit (Mus
musculus). Konsentrasi getah batang pisang kepok yang terbaik dalam

penelitian ini diperoleh dari perlakuan 100%. Kesimpulan penelitian
ini dijadikan dasar sebagai pemilihan pisang kepok sebagai perlakuan
dalam alternatif penyembuhan luka bakar pada mencit (Mus musculus).
2) Penelitian Balqis dkk. (2014) yang berjudul “Gambaran Histopatologis
Penyembuhan Luka Bakar Menggunakan Daun Kedondong (Spondias
dulcis F.) Dan Minyak Kelapa Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)”

menyimpulkan bahwa pemberian daun kedondong dan minyak kelapa
dapat memperbaiki gambaran histopatologis luka bakar pada tikus
putih sehingga lebih efektif dalam mempercepat proses penyembuhan
luka bakar. Penelitian ini digunakan sebagai dasar untuk membuat luka
bakar derajat IIb pada mencit (Mus musculus).
3) Penelitian Lino dkk. (2011) yang berjudul “Evaluation of post-surgical
healing in rats using a topical preparation based on extract of Musa
sapientum epicarp” menyimpulkan bahwa hasil penelitian sesuai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23

dengan obat yang digunakan yaitu anti-inflammatori dan senyawa
tanin sangat berperan penting dalam proses penyembuhan luka pada
kulit yang dapat digunakan oleh hewan maupun manusia. Kesimpulan
penelitian ini digunakan sebagai dasar untuk metode pengukuran
panjang luka bakar dengan menggunakan jangka sorong digital.

E. Kerangka Berpikir
Luka merupakan rusaknya komponen atau satuan jaringan, yang
menyebabkan substansi jaringan rusak atau hilang (Umar dalam Lilis, 2015).
Luka bakar merupakan kerusakan dan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan oleh kontak kulit dengan suhu yang lebih tinggi misalnya; api, air
panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi (Moenadjat dalam Sumoza dkk., 2014).
Pengobatan secara modern pada umumnya menggunakan kecanggihan
teknologi dan obat-obatan yang diproses secara modern, sedangkan
pengobatan secara tradisional cenderung menggunakan bahan-bahan alami
disekitar kita baik yang diperoleh dari tanaman maupun hewan. Pengobatan
secara tradisional yang menggunakan bahan-bahan dari lingkungan sekitar
memiliki beberapa keuntungan, salah satunya penanganan pada luka lebih
cepat. Sebagai contoh penutupan luka gores (lacerated wound) dengan daun
sirih atau daun binahong yang ada di sekitar. Begitu pula penanganan pada
luka bakar (combustio) dengan luas luka yang kecil dapat ditangani dengan
mengoleskan getah batang semu pisang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24

Beberapa penelitian yang telah dilakukan adalah pemanfaatan getah
pisang kepok untuk merangsang pertumbuhan sel-sel baru pada luka bakar,
sebagai antibiotik, pembentukan pembuluh darah baru, penyingkat fase
peradangan, pencegah infeksi dan pembentuk jaringan ikat kolagen. Penelitian
lainnya mengenai aktivitas sediaan gel ekstrak batang semu pisang ambon
memiliki aktivitas mempercepat proses penyembuhan luka pada mencit
dengan mempercepat re-epitelisasi, mempercepat proses neokapilerisasi,
meningkatkan pembentukan jaringan ikat pada kulit sehingga dapat digunakan
sebagai alternatif untuk penyembuhan luka pada mencit.
Getah batang semu pisang mengandung beberapa jenis fitokimia yaitu
saponin dengan kandungan yang paling banyak, kemudian flavonoid dan tanin
(Harborne, 1984). Manfaat flavonoid salah satunya yaitu membentengi tubuh
dari serangan mikroorganisme dan menstimulasi sel darah putih (Perdana,
2013). Tanin dalam tanaman menyebabkan timbulnya rasa sepet selain itu
tanin berperan dalam mencegah pertumbuhan mikroba (Perdana, 2013).
Saponin diketahui mempunyai efek sebagai anti mikroba dan menghambat
jamur (Perdana, 2013).
Getah atau “latices” atau lateks, merupakan cairan yang biasanya
berwarna putih seperti susu. Zat-zat yang terkandung dalam cairan getah dapat
berupa zat-zat karbohidrat, asam-asam organik, garam-garam, alkaloid, lemak,
tanin, lendir, enzim, damar dan lain-lain. Pada familia Musaceae dihasilkan
tanin. Tentang warna getah tidak selamanya jernih atau seperti susu,
tergantung pada zat yang dikandungnya (Sutrian, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25

Modern

Pengobatan
Luka Bakar

Tradisional

Getah Batang Pisang
Ambon (Musa
acuminata)

Getah Batang Pisang
Kepok (Musa
balbisiana)

tanin, saponin &
flavonoid

Uji efektivitas tanin,
saponin & flavonoid

Luka bakar
pada mencit

Merangsang pertanaman
sel-sel baru,
antiperadangan, anti
mikroba, antiseptik &
pereda rasa perih

Diamati
penyembuhan luas
luka bakar dengan
jangka sorong

Gambar 2.5 Diagram alir kerangka berfikir

Diamati perubahan
warna luka &
pertanaman bulu
mencit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26

F. Hipotesis
1. Getah batang semu pisang ambon (Musa acuminata) dan getah batang
semu pisang kepok (Musa balbisiana) berperan terhadap proses
penyembuhan luka bakar mencit (Mus musculus) karena getah pisang
mempercepat pengecilan panjang luka, mempercepat perubahan warna
luka dan mempercepat pertumbuhan bulu mencit.
2. Getah batang pisang kepok (Musa balbisiana ) lebih cepat memperkecil
panjang luka bakar pada mencit (Mus musculus) dibandingkan getah
batang pisang ambon (Musa acuminata ).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan melakukan
percobaan perbandingan efektivitas dari getah batang semu pisang ambon
(Musa acuminata) dan getah batang semu pisang kepok (Musa balbisiana)

dalam pengecilan panjang luka bakar pada mencit (Mus musculus). Penelitian
ini bersifat kuantitatif dan deskriptif.

B. Variabel Penelitian
1.

Variabel bebas

:

Getah batang semu pisang ambon (Musa
acuminata ) dan getah batang semu pisang

kepok (Musa balbisiana ).
2. Variabel terikat

:

Pengecilan panjang luka bakar pada
mencit (Mus musculus)

3. Variabel kendali

:

a) Galur mencit Swiss Webster, berjenis kelamin jantan, berumur 3
bulan dan memiliki berat badan 250 – 300 g.
b) Luka bakar dengan luas luka sebesar 1,5 cm dan dengan derajat
luka II dalam
c) Luka bakar dibuat pada punggung mencit
d) Pakan mencit B-2 dengan takaran pakan 5 g perhari.

27

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28

e) Frekuensi pemberian obat sebanyak 3 kali sehari.
f) Waktu pengamatan 7 hari untuk panjang luka dan 21 hari untuk
pengamatan tumbuhnya bulu mencit
g) Dosis obat 3 ml

C. Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini adalah :
1. Pisang yang digunakan ialah pisang ambon dan pisang kepok. Pisang yang
digunakan adalah pisang yang masih muda pada bagian batang semu.
2. Penelitian ini menggunakan hewan uji mencit berkelamin jantan, usia 3
bulan.
3. Jenis luka bakar yaitu panas (termal) dengan derajat II dalam, luka dibuat
menggunakan skalpel panas, luka dibuat di area punggung mencit.
4. Penelitian ini hanya mengukur luas penyembuhan luka bakar pada mencit
selama 21 hari pengamatan deskripsi mengenai perubahan warna luka dan
tumbuhnya bulu.
5. Pemberian semua perlakuan dilakukan sehari tiga kali.

D. Alat dan Bahan
1. Alat
Peralatan yang menunjang penelitian adalah skalpel, bunsen,
erlenmeyer steril, jangka sorong, autoklaf, set alat bedah seperti: gunting

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29

diseksi, pinset, pisau bedah, klem, korek api, kapas, cotton bud steril,
baskom, kawat, syringe dan pisau.
2. Bahan
Getah batang semu pisang ambon, getah batang semu pisang kepok,
bioplacenton, akuades steril, B-2, air mineral, alkohol, dan mencit berjenis
kelamin jantan, berusia 3 bulan dan berat badan berkisar 250 – 300 g.

E. Cara Kerja
Penelitian akan dilaksanakan di Jalan Kanigoro 201A, Pomahan,
Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. Waktu penelitian dilaksanakan
pada tanggal 10-31 November 2016.
1. Tahap Per