PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PEREDARAN PETASAN DI WILAYAH INDRAMAYU MENURUT UNDANG-UNDANG DARURAT NO.12 TAHUN 1951 TENTANG SENJATA API DAN BAHAN PELEDAK.

ABSTRAK
 
Di Indonesia petasan merupakan suatu barang yang tidak asing
lagi di kalangan masyarakat. Dapat dikatakan bahwa petasan merupakan
barang gelap yang berarti benda yang dilarang, namun pada
kenyataannya petasan masih menjadi barang yang dapat ditemukan dan
dijual bebas di tengah-tengah masyarakat. Peredaran dan pemakaian
petasan biasanya marak pada bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.
Akibat maraknya peredaran petasan di wilayah Indramayu tidak jarang
menimbulkan berbagai masalah yang cukup serius seperti banyaknya
korban yang terkena ledakan saat menggunakan petasan, serta pabrikpabrik petasan di sejumlah daerah kecamatan Indramayu yang meledak
dan menimbulkan korban jiwa meninggal. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan memahami faktor tradisi pada masyarakat
Indramayu dalam membuat petasan menurut hukum positif Indonesia dan
mengetahui efektifitas penegakan hukum dalam menerapkan UndangUndang Darurat No. 12 tahun 1951 tentang Senjata Api dan Bahan
Peledak, terhadap peredaran petasan di wilayah Indramayu
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif
dengan spesifikasi penelitian yang bersifat deskriptif analisis. Teknik
pengumpulan data yang dipergunakan berupa kepustakaan dengan
menganalisa Undang-Undang No. 12 Tahun 1951 Tentang Senjata Api
dan Bahan Peledak.

Berdasarkan hasil penelitan dapat diketahui bahwa kebiasaan yang
terjadi di Desa Teluk Agung dan Desa Lobener dalam membuat dan
menjual petasan yang dilakukan oleh masyarakat di Indramayu tidak
sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Terdapat faktor yang
paling mendasar dari permasalahaan tersebut yaitu salah satunya adalah
faktor ekonomi, dimana para pembuat petasan memang pada saat
melakukan kegiatan sehari-hari bekerja sebagai buruh tani, dengan
kehidupan yang semakin tinggi megharuskan di saat-saat tertentu harus
beralih pekerjaan dengan menjadi pembuat petasan. Pembuatan dan
penjualan petasan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut tidak sesuai
dengan hukum yang berlaku di Indonesia, sebagaimana yang diatur dalam
Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 Tentang Senjata Api dan
Bahan Peledak. Dalam memberantas peredaran petasan di Indramayu,
pihak kepolisian mengalami kesulitan, diantaranya adalah kurangnya
fasilitas seperti peralatan pendeteksi bahan peledak yang dapat
memudahkan anggota kepolisian untuk mendeteksi bahan-bahan peledak.
Kesulitan lain yang dijumpai adalah kesulitan dalam menggali informasi
disekitar daerah yang menjadi sentral pembuatan petasan. Hal ini
dikarenakan adanya gerakan tutup mulut dari setiap warga guna menutupi
dan saling menjaga usaha yang digeluti dari masing-masing warganya.

 

iv