Prosedur Kepemilikan Senjata Api Bagi Masyarakat Sipil Menurut Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951

8

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan masyarakat yang didambakan oleh pemerintah suatunegara
termasuk pemerintah Republik Indonesia ini adalah suatukehidupan dimana warga
negaranya dalam keadaan hidup bahagia,sejahtera, aman, adil dan makmur.
Kehidupan yang demikian tidak akandapat diwujudkan tanpa adanya faktor-faktor
pendukung. Faktorpendukung dalam usaha mensejahterakan warga negara
tersebut sangatberagam, mulai dari faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor
kesehatan,faktor lingkungan hidup, dan lain sebagainya.Namun semua itu
masihditunjang lagi dengan satu faktor yang sangat menentukan, yaitu faktor
keamanan. 4
Faktor keamanan ini merupakan faktor penentu dari semuakeberhasilan
pelaksanaan pembangunan yang sedang dilaksanakanpemerintah Republik
Indonesia

dewasa


ini

guna

mewujudkan

kehendakpemerintah

untuk

mensejahterakan warga negaranya.Oleh karena diseluruh wilayah Republik
Indonesia selalu ditemukan “aparat keamanan”.Secara luas, tanggung jawab
mengamankan suatu wilayah, pemerintahmembebankan pada Tentara Nasional
Indonesia yang selanjutnya disingkat dengan (TNI) dan Kepolisian Republik
Indonesia yang selanjutnya disingkat dengan (POLRI).
Sebagai Negara hukum (rechtstaat) Negara Indonesia mendasarkan setiap
4

Andi Dian Pratiwi MN ”Peranan polisi militer angkatan darat dalam menanggulangi
tindak pidana penyalahgunaan narkotika di lingkungan tentara nasional Indonesia angkatan

darat” (Makasar: UNIV Hasanuddin, 2013), Hal 1

1

9

tindakan dan kcwenangan penguasa atau alat-alat perlengkapannya sesuai dengan
hukum yang berlaku. Tindakan tersebut melipuli pelanggaran peraturan hukum
ataupelanggaran hak. Sesuai dengan asas Negara Hukum.Pelanggar dapat ditegur
ataudihadapkan

dimuka

alat

perlengkapan

Negara

yang


hukum,

hal

ditugaskan

untukmempertahankan hukum itu. 5
Negara

Indonesia

merupakan

negara

ini

tertuang


dalamUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 di dalam
pasal1 ayat (3) berisi bahwa negara Indonesia adalah negara hukum
(rechstaat).Hal ini berarti juga bahwa negara Indonesia memberi batasan tingkah
lakuterhadap warga negaranya dalam sebuah peraturan atau norma. Peraturan
ataunorma

tersebut

harus

sesuai

dengan

hukum

yang

telah


berlaku

merupakan

suatu

hasil

produk

(iusconstitutum). 6
Pada

dasarnya

undang-undang

politikhukum yang bersifat pasif.Tanpa adanya aktifitas pelaksana undangundangoleh aparatur negara, undang-undang merupakan sebuah hasil produk
politikhukum yang tidak memiliki daya guna hingga aparatur negara
yangberwenang mendayagunakan undang-undang tersebut.Berbagai permasalahan

yang timbul dalam masyarakat dengan jumlahdan ragam permasalahan yang
berbeda menjadi sebuah tantangan tersendiribagi aparatur penegak hukum dalam
menjalankan
diciptakan.Dan

5

kewenangannyasebagaimana
menjadi

tujuan

sebuahproblematika

undang-undang
tersendiri

apabila

tersebut

suatu

Hartono Hadisoeprapto, “Pengantar Tata Hukum Indonesia”, Edisi 4, (Yogyakarta:
Liberty, 2004), Hal 57
6
Abdul Latif dan Hasbi Ali, Politik Hukum, (Jakarta Timur: Sinar Grafika, 2010), Hal 57

10

permasalahan yang timbul dalammasyarakat menjadi sangat rumit untuk
diselesaikan.
Salah satunya ialahmengenai permasalahan kejahatan yang dipengaruhi
oleh peredaran senjataapi di dalam masyarakat. Senjata api pada dasarnya dapat
dimiliki olehmasyarakat sipil dengan melalui proses yang cukup ketat.Di era yang
kian maju seperti sekarang ini, senjata api seperti bukanlagi sekedar alat yang
hanya dimiliki kalangan militer dan diperuntukkanhanya untuk membunuh musuh
di medan tempur, tetapi benda ini sudahmenjadi bagian alat olah raga, alat
membela diri, bahkan bagi sebagiankalangan benda ini sudah menjadi bagian alat
untuk menikmati gaya hidupmereka melalui hobi berburu.Pro dan kontra yang
terjadi di masyarakat tentang kepemilikan senjataapi bela diri selama ini memang

bisa dimaklumi. Sebagian masyarakatmenganggap, memiliki senjata api bela diri
berizin resmi hanya akanmenjadikan si pemilik berlaku arogan dan sok jagoan.
Maraknya
adalahsebuah

persebaran
fenomena

senjata
global.

api

di

Tidak

kalangan

masyarakat


tertatanya

sipil

pengawasan

terhadapkepemilikan senjata api, baik legal maupun illegal yang dimiliki
olehmasyarakat umum, aparat kepolisian dan TNI, merupakan salah satupenyebab
timbulnya kejahatan-kejahatan dengan penyalahgunaansenjata api di Indonesia.
Sementara korban yang tewas akibatkejahatan ini kebanyakan adalah warga sipil.
Di Indonesia, angka pastitentang perdagangan senjata api, legal maupun illegal
sulit diperoleh,meski peredarannya di masyarakat sipil dipastikan meningkat
tajam.

11

Bahaya akan penggunaan senjata api ditangan masayarakat sipil sangatlah
penting ditanggapi dengan serius karena senjata api hanya dapat dipegang oleh
orang yang betul-betul telah teruji dengan baik antara lain dengan syarat : 7

1.

Syarat medis. Yaitu calon pengguna harus sehat jasmani, tidak cacat
fisik, penglihatan normal, dan syarat-syarat lain berdasarkan
pemeriksaan dokter.
Syarat psikologis. Seperti tidak mudah gugup, panik, emosional, marah,
tidak psikopat, dan syarat lain berdasarkan tes yang dilakukan tim
psikologis POLRI.
Memiliki kecakapan menembak. Jadi pemohon harus lulus tes
menembak yang dilakukan MABES POLRI dan mendapat sertifikasi.
Berusia 24-65 tahun, memiliki surat keterangan atau keputusan dari
suatu instansi, dan berkelakukan baik.

2.

3.
4.

Walau memiliki syarat dan lulus uji pemohon harus meminta izin kepada
POLRI untuk menggunakan senjata api. Mengingat banyaknya tindak kejahatan

yang diakibatkan oleh penyalahgunaan senjata api,maka untuk saat sekarang ini
pihak POLRI telah memberikan pernyataan tak akan menghentikan pemberian
izin kepemilikan dan penggunaan senjata kepada sipil. Akan tetapi izin tersebut
hanya berupa perpanjangan dan tidak ada izin baru untuk sipil.
Polisi mengeluarkan izin untuk tiga jenis senjata api bagi sipil, yaitu
senjata api dengan peluru tajam, peluru karet, dan gas. Untuk peluru tajam, izin
yang dikeluarkan untuk senjata api kaliber 31 dan 32. Senjata organik (untuk
internal POLRI) adalah kaliber 38.Jadi tidak sembarangan memiliki senjata api,
ingat ancaman bagi pemilikan senjata api sangatlah berat yaitu hukuman mati dan

7

http://www.kodam17cenderawasih.mil.id/tulisan/artikel/hukuman-bagi-penggunasenjata-api-ilegal, diakses pada tanggal 4 Nopember 2015

12

hidup 20 tahun dipenjara paling ringan, oleh karena itu mari kita bersama mentaati
peraturan perundangan yang berlaku sehingga tercipta rasa aman dan nyaman
Karena alasan administrasi kepemilikan senjata api kurang tertib
danpengawasannya, maka aparat kepolisian tidak tahu pasti berapa banyaksenjata
api yang beredar di masyarakat, sehingga kepemilikan senjataapi sulit sekali untuk
dilacak. 8Bila kita lihat beberapa peristiwa kejahatan denganmenggunakan senjata
api, itu dilakukan dengan pengancaman maupunmelukai bahkan menghilangkan
nyawa orang lain. Dapat didugabeberapa kemungkinan tentang status kepemilikan
senjata api, yaitusenjata api illegal (hasil penyelundupan) ataupun senjata api
rakitanatau dibuat sendiri, serta senjata organik yang dimiliki oleh instansi
berwenang yang disalahgunakan. 9
Kebijakan menurut Hukum Administrasi Negara merupakan produk dari
pelaksanaan kewenangan yang berwujud tindak administrasi Negara yang
dilakukan pelaksanaan administrasi Negara untuk melaksanakan tugasnya dalam
menjalankan pemerintahan. 10 Kebijakan mengenai senjata api yang dikeluarkan
oleh penguasa (POLRI) memikirkan tujuan yang hendak dicapai dari kebijakan
yang dibuat tersebut yaitu keamanan. Karena melihat tujuan, maka suatu
kebijakan memiliki kaitan untuk mencapai tujuan dari kaidah hukum dalam
produk kebijakan. Hal ini termasuk juga, bagaimana agar kebijakan kepemilikian

8

Sitepu, Rasmita Juliana, Kajian Kriminologi terhadap Penanggpulangan Kejahatan
dengan Senjata Api, www.repository.usu.ac.id, diakses pada tanggal 10 Nopember 2015
9
Jamaludin, Ali, Pengaturan Kepemilikan Senjata Api Bagi Masyarakat,
www.repository.usu.ac.id, diakses pada tanggal 10 Nopember 2015
10
Safri Nugraha et al, “Hukum Administrasi Negara” (Depok:Badan Penerbit Fakultas
Hukum Indonesia, 2005), Hal 76

13

senjata api oleh masyarakat sipil menjadi dapat memiliki pengaruh positif dalam
masyarakat, yang artinya melakukan pertimbangan efektivitas hukum.
Dari beberapa peristiwa kejahatandengan menggunakan senjata api
tersebut, terdapat juga beberapakejahatan yang para pelakunya menggunakan
senjata api mainandalam melakukan aksi kejahatannya. Masyarakat umum
ataupun sikorban otomatis akan merasa kaget dan takut ketika melihat senjata api
yang ada pada pelaku kejahatan meskipun itu senjata mainan.Ketakutan
masyarakat terhadap kejahatan tersebut, dengan sendirinyadapat mempermudah
aksi pelaku melakukan kejahatan, sehinggamenyebabkan meningkatnya tingkat
kriminalitas yang terjadi dimasyarakat.
Kekhawatiran sejumlahmasyarakat bahwa Indonesia akan menjadi negara
cowboy juga sempatberguilr, karena semakin banyaknya para eksekutif memiliki
senjata berizinresmi.Sebenarnya, kekhawatiran seperti itu tak perlu terjadi jika
masyarakatsudah tahu dan memahami dua persoalan pokok.Pertama, perolehan
surat izinkepemilikan senjata beladiri dari pihak Kepolisian tidaklah semudah
yangdibayangkan.

POLRI

sebagai

lembaga

yang

berwenang

telah

melakukanseleksi yang ketat, sebelum surat izin kepemilikan senjata diberikan
kepadayang berhak. Kedua, bila seseorang telah memiliki surat izin tersebut,
makaberarti dia sudah terikat oleh etika dan aturan main yang wajib dipatuhinya.
Etika dan aturan main tersebut harus melekat pada si pemiliknya di
saatmembawa,

menggunakan

dan

menyimpan

senjata.Dari

gambaran

permasalahan di atas, jelaslah bahwa peran negaradalam mengontrol tingkahlaku
warga negaranya secara langsung dapat dilihatsebagai poses Hukum Administrasi

14

Negara. Istilah Hukum AdministrasiNegara itu sendiri sering kita dengar dengan
istilah Administratief recht(Belanda), Administrative Law (Inggris), Droit
Administrative (Prancis), atauVerwaltungsrecht (Jerman). Kemudian arti dari
Hukum Administrasi Negaraitu sendiri merupakan sebuah proses teknis atau
aktivitas penyelenggaraanundang-undang, artinya meliputi segala tindakan
aparatur negara dalammenyelenggarakan undang-undang. 11
Terdapat perbedaan yang mendasar dalam penyelenggaraanpemerintahan
di bidang pertahanan dan keamanan.Kepolisian NegaraRepublik Indonesia
bertanggungjawab di bidang keamanan danketertiban masyarakat, sedangkan
bidang pertahanan negara dilakukanoleh Departemen Pertahanan dan Keamanan
Tentara NasionalIndonesia. Tujuan utamanya, menjaga keutuhan dan kedaulatan
Negara.
Ketetapan MPR RI No.VI/MPR/2000 tentang pemisahanTentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesiadan perannya masing-masing
(dalam ketetapan MPR RINo.VII/MPR/2000). Dua Tap MPR RI di atas
merupakan landasandibentuknya UU Kepolisian Negara Republik Indonesia (UU
RI No.2 Tahun 2002) Tujuan dibentuknya Kepolisian Negara RepublikIndonesia
untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputiterpeliharanya
keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dantegaknya hukum, terselenggaranya
perlindungan,

pengayoman

danpelayanan

masyarakat,

serta

terbinanya

ketentraman masyarakatdengan menjunjung tinggi hak asasi manusia (Pasal 4 UU

11

C.S.T. Kansil, dkk, Modul Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Pradnya Paramita,
2005), Hal.4

15

No.2 Tahun2002). Dengan demikian Kepolisian Negara RI merupakan alat
negarayang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan,pengayoman,
dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangkaterpeliharanya keamanan dalam
negeri (Pasal 5 UU No.2Tahun 2002).
Perkembangan kemajuan masyarakat yang cukup pesat iniseiring dengan
merebaknya fenomena supremasi hukum, hak asasimanusia, globalisasi,
demokratisasi, desentralisasi, transparansi, danakuntabilitas, telah melahirkan
berbagai paradigma baru dalam melihattujuan, tugas, fungsi, wewenang dan
tanggung jawab KepolisianNegara Republik Indonesia yang selanjutnya
menyebabkan pulatumbuhnya berbagai tuntutan dan harapan masyarakat
terhadappelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik

Indonesia

yang

makinmeningkat dan lebih berorientasi kepada masyarakat yang dilayaninya.
Perkembangan zaman pada saat ini mengalami kemajuanpertumbuhan
yang sangat pesat,tidak hanya didunia teknik industri danperdagangan tetapi juga
dalam dunia hukum.Perkembangan zamandiikuti juga oleh perkembangan tingkat
kejahatan dimanaperkembangan tingkat kejahatan dipengaruhi oleh peredaran
senjataapi ilegal.Senjata api pada dasarnya dapat dimiliki oleh masyrakat
sipiltetapi melalu proses yang cukup panjang.
Meningkatnya kejahatan-kejahatan dengan menggunakansenjata api
seperti kasus kejahatan penyalahgunaan sejata api denganmenggunakan ancaman
kekerasan maupun dengan senjata api yangterjadi menimbulkan gangguan
keamanan dan ketertiban masyarakat.Kejahatan-kejahatan tersebutpun tidak

16

pandang bulu, semua kalanganmulai dari masyarakat biasa, pendidikan, seperti
guru dan dosen,pengusaha, bahkan aparat penegak hukum sendiri seperti
kepolisianmaupun

TNI

sendiri

tidak

menutup

kemungkinan

menjadi

sasarankejahatan. Kejahatan tersebut tidak hanya terjadi pada malam hari
sajaseperti yang sering kita dengar, tetapi sekarang ini kejahatan tersebutjustru
banyak terjadi pada siang hari, bahkan di daerah yang ramaisekali pun.
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yangsangat ketat dalam
menerapkan aturan kepemilikan senjata api bagi kalangansipil. Hal tersebut dapat
kita lihat dalam standar administratif perizinan senjataapi yang terdapat pada UU
Darurat No.12 Tahun 1951 tentang Senjata Api,UU No.8 Tahun 1948 tentang
Pendaftaran dan Pemberian Izin PemakaianSenjata Api. Dan selebihnya adalah
peraturan yang diterbitkan olehKepolisian, SK Kapolri No. Pol.: Skep/82/II/2004,
tentang

PelaksanaanPengawasan

dan

Pengendalian

Senjata

Non-Organik

TNI/POLRI, dan yangterakhir Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia
No.7 Tahun 2010tentang Pedoman Perizinan, Pengawasan dan Pengendalian
Senjata ApiStandar Militer di Luar Lingkungan Kementrian Pertahanan dan Tentara
Nasional Indonesia.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka akan dilakukan
pembahasan dan penelitian dengan judul “PROSEDUR KEPEMILIKAN
SENJATA API BAGI MASYARAKAT SIPIL MENURUT UNDANGUNDANG DARURAT NOMOR 12 TAHUN 1951”

17

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagaimanapengaturan kepemilikan senjata api bagi masyarakat sipil?
2. Bagaimanakah prosedur perizinan kepemilikan senjata api bagi masyarakat
sipil?
3. Bagaimanakah Hak dan kewajibandari kepemilikan senjata api bagi
masyarakat sipil?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan mendalami pengaturan kepemilikan senjata api bagi
masyarakat sipil.
2. Untuk mengetahui dan menganalisa tata caraprosedur perizinan kepemilikan
senjata api bagi masyarakat sipil.
3. Untuk mengetahui bagaimana hak dan kewajiban dari kepemilikan senjata api
bagi masyarakat sipil.

Penelitian ini dapat memberikan sejumlah manfaat kepada para pihak, baik
secara teoritis maupun praktis, manfaat tersebut adalah:
1. Secara teoritis

18

Penelitian ini dapat membuka wawasan dan paradigma berfikir dalam
memahami dan mendalami permasalahan hukum khususnya pemahaman tentang
prosedur kepemilikan senjata api bagi masyarakat menurut undang-undang
darurat nomor 12 tahun 1951. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi bahan
referensi bagi peneliti selanjutannya serta sebagai kontribusi bagi penyempurnaan
perangkat peraturan mengenai masalah pemerintahan negara.
2. Secara praktis
Penelitian ini bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai alat penyebarluasan
informasikepada masyarakat juga praktisi hukum lainnya agar mengetahui dan
memahami pentingya penggunaan prosedur kepemilikan senjata api bagi
masyarakat menurut undang-undang darurat nomor 12 tahun 1951.

D. Keaslian Penelitian
Penelitian ini adalah asli (bukan jiplakan), sebab ide, gagasan pemikiran
dan usaha penulis sendiri bukan merupakan hasil ciptaan atau hasil penggandaan
dari karya tulis orang lain yang dapat merugikan pihak-pihak tertentu. Dengan ini
penulis dapat bertanggungjawab atas keaslian penelitian skripsi ini belum pernah
ada judul yang sama demikian juga dengan pembahasan yang diuraikan. Dalam
hal mendukung penelitian ini dipakai pendapat-pendapat para sarjana yang
diambil atau dikutip berdasarkan daftar referensi dari buku para sarjana yang ada
hubungannya dengan perumusan masalah dan pembahasan yang disajikan.

19

E. Tinjauan Kepustakaan
1. Penggunaan dan Pengertian Senjata Api
Negara Indonesia adalah negara hukum, oleh karenannya hamper segala
aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam perundangundangan yang mengaturnya.Kemudian disebutkan dalam alenia ke empat
Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945:
“Konsep tujuan negara baik khusus maupun umum. Secara Khusus,tujuan
negara adalah untuk melindungi segenap bangsa, seluruhtumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umumdan mencerdaskan
kehidupan bangsa, sedangkan Secara Umum adalahuntuk ikut melaksanakan
ketertiban yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi dan keadilan
sosial.” 12

Maka untuk dapat melaksanakan sistem pemerintahan yang dapat berjalan
dengan baik tentu harus ditopang dengan sistem kinerja aparaturnegara yang
disebut sebagai sistem administrasi negara. Dan untuk lebihmengenal apa itu
administrasi negara, Ph. Kleintjes dalam bukuStaatsinstelingen van Nederland
Indie mendefinisikan bahwa, HukumAdministrasi Negaran (Administratief recht)
adalah kaidah hukum mengenaipenyelenggaraan (uitoefening) tugas masingmasing alat perlengkapan negara.
Sedangkan

menurut

J.H.A.

Logemann,

mendefinisikan

Hukum

AdministrasiNegara sebagai kaidah-kaidah hukum khusus selain hukum perdata,
yangmengatur

cara bagaimana

organisasi

negara ikut

serta di

dalam

pergulatanmasyarakat. Dan berbeda dengan Hukum Tata Negara yang
mempelajarinegara dalam keadaan diam (staits), yaitu pada saat negara tidak atau

12

Kaelan, Pendidikan Pancasila. (Yogyakarta: Pradigma, 2004), Hal. 169-161

20

belummelakukan

perbuatan

hukum.Hukum

Administrasi

Negara

mempelajarinegara dalam keadaan bergerak (dinamis), yaitu pada saat negara
melakukanperbuatan hukum. 13
Izin adalah salah satu bentuk ketetapan yang bersifat konstitutif,
yakniketetapan yang menimbulkan hak baru yang sebelumnya tidak ada
menjadiada.Pembuat

dan

penerbitan

keteapan

izin

merupakan

tindakan

hukumpemerintah.Dan tindakan hukum tersebut harus berdasarkan wewenang
yangdiberikan

perundang-undangan.Dalam

bersifatdiskresionare

power,

dalam

arti

praktek

kewenangan

pemerintah

diberi

izin

itu

kewenangan

untukmempertimbangkan atas dasar inisiatif sendiri hal-hal yang berkaitan
denganizin.

Adapun

pertimbangan-pertimbangan

pemberian

izin

adalah

sebagaiberikut: 14
1. Kondisi-kondisi apa yang memungkinkan suatu izin dapat diberikan
kepada pemohon.
2. Bagaimana mempertimbangkan kondisi-konsidisi tersebut.
3. Konsekuensi yuridis yang mungkin timbul akibat pemberian atau
penolakan izin dikaitkan dengan pembatasan peraturan perundangundangan yang berlaku.
4. Prosedur apa yang harus diikuti atau dipersiapkan pada saat dan sesudah
keputusan diberikan baik penerimaan maupun penolakan pemberian izin

Dalam kamus umum bahasa Indonesia disebutkan bahwa senjata apiadalah
senjata yang menggunakan mesiu (senapan, pistol dan sebagainya).Sedangkan
dalam Buku Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan dan PengendalianSenjata Api Non
Organik TNI/Polri diterangkan bahwa senjata api adalahsenjata yang mampu

13

Aidul Fitriciada Azhari, Modul kuliah Hukum Tata Negara I, Surakarta: Fakultas
Hukum, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
14
Harun, Modul kuliah Hukum Perizinan. Surakarta: Fakultas Hukum, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

21

melepaskan keluar satu atau sejumlah proyektil denganbantuan bahan
peledak. 15Dan dijabarkan kembali dalam pengertian yang lebihkompleks bahwa
senjata api adalah suatu alat yang terbuat dari logam ataufiber digunakan untuk
melontarkan peluru/ proyektil melalui laras kearahsasaran yang dikehendaki,
sebagai akibat dari hasil ledakan amunisi. 16
Dari

pengertian

tersebut

maka

terdapat

beberapa

unsur

yang

dikatakansenjata api yaitu meliputi:
1. Dengan jenis tertentu seperti adanya laras sebagai alur larinya peluru.
2. Terdapatnya proyektil yang juga disebut dengan istilah peluru.
3. Digunakannya bahan peledak sebagai pelontar proyektil.

Dengan demikian, senjata yang memiliki tekanan udara, senjatatekanan
pegas dan senjata tiruan serta bagian-bagiannya yang nyata-nyatadipergunakannya
untuk permainan anak-anak adalah bukan senjata api.Meskipun pada dasarnya
memiliki kemiripan yang sama dengan senjata apitetapi fungsi dan tata kerjanya
memiliki perbedaan. Dan bahkan kini seiringperkembangan teknologi yang sangat
maju, senjata tiruan / replika dengankemiripan yang sama persis dengan aslinya
yang diperuntukkan sebagaimainan tersebut dengan nama Airsoft gun, banyak
sekali dijumpaikeberadaannya di tengah-tengah masyarakat khususnya pecinta
olahragaekstrim ini.

15

Kepolisian Negara Republik Indonesia, Markas Besar, Surat Keputusan No.Pol: Skep
Kapolri No.82/II/2004 tentang Buku Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Senjata
Api Non Organik TNI/Polri, Hal 11
16
Pasal 1 nomor 1, Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor 7 tahun
2010 tentang Pedoman Perizinan, Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api Standar Militer di
Luar Lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia.

22

Termasuk ke dalam jenis-jenis senjata api ini adalah:
1. Laras pendek
a. Pistol
Pistol adalah senjata api yang bisa ditembakkan dengan satutangan. Kata
'pistol' mulai digunakan untuk mendeskripsikan senjataapi genggam pada abad
ke-18. Pada abad ke-15 pistol berarti sebuahpisau kecil yang bisa
disembunyikan di dalam pakaian. Pistol atausenjata api genggam dibagi
menjadi dua jenis utama. Revolver, yangmenggunakan kamar peluru yang
berputar. Dan pistol biasa, yangkamar pelurunya menyatu dengan laras. Pistol
menggunakan caliber peluru yang bervariasi, dari 22 sampai 50 cal.
b. Revolver
Revolver adalah sejenis senjata api di mana peluru dimasukkanke tabung
berputar. pada revolver berkaliber 44 berisi 5-7 peluru.Adapun revolver
berkaliber 22 berisi 8-10 peluru.cara pengisianrevolver dibagi menjadi 2
menurut design dan bentuk revolver. Yangpertama adalah pengisian satu per
satu seperti revolver jenis lamaseperti colt peacekeeper, dan yang kedua adalah
langsung, ketikasilinder pengangkut peluru keluar.
c. Derringer
Derringer adalah senjata api pistol yang sangat kecil, berlarassatu atau dua,
yang mana pengisian peluru langsung dibelakanglarasnya. Karena ukurannya
yang sangat kecil, biasanya senjata inidisembunyikan untuk senjata cadangan
atau pelengkap.
2. Laras panjang

23

a. Rifle
Rifle adalah jenis senjata api yang biasanya mempunyai panjang laras lebih
dari 18 inci. Terdapat pegangan kearah dada atau bahu yang disebut stock.
Stock difungsikan sebagai penahan darihentakan yang terjadi ketika menembak
sehingga akurasi tetap terjaga.
b. Shotgun
Shotgun adalah senjata api yang biasanya dirancang untukditembakkan dari
bahu, yang menggunakan energi dari sebuahselongsong (shell) berbentuk
silinder dan menembakkan sejumlahgentel bulat kecil / gotri (bola timah kecil)
(yang dalam bahasa Inggrisdisebut "shot"), atau sebuah proyektil gotri padat.
Senapan patah dapatditemukan dalam berbagai ukuran, mulai dari diameter
lubang laras 5,5mm (0,22 inci) hingga 5 cm (2 inci), dan dalam berbagai
mekanismeoperasional senjata api, termasuk

breechloading (pengisian

pelurusecara sungsang / dari belakang), laras-tunggal, laras-ganda atausenjata
kombinasi, aksi-pompa, aksi-baut, aksi-tuas, semi-otomatis,bahkan varian
otomatis penuh. Shotgun umumnya merupakan senjataapismoothbore (lubang
laras halus), yang berarti bahwa bagian dalamlaras tidak mengalami proses
rifling (pengaluran spiral di dalam lubanglaras). 17

Dalam mengenal senjata api ada beberapa istilah yang berhubungandengan
pemakaian senjata api sendiri seperti:

17

Jenis-Jenis Senjata Api: http://www.anneahira.com/jenis-jenis-senjata-api.htm, diakses
pada tanggal 16 Nopember 2015

24

1. Amunisi adalah suatu benda yang mempunyai bentuk dan sifat balistiktertentu
yang dapat diisi dengan bahan peledak atau mesiu dan dapatditembakkan atau
dilontarkan dengan senjata maupun dengan alat laindengan maksud ditujukan
kepada suatu sasaran tertentu untuk merusakatau membinasakan. 18
2. Peluru adalah proyektil padat yang ditembakkan dari senjata api atausenapan
angin, yang terbuat dari logam, umumnya dari timbal. Sebuahproyektil peluru
merusak target dengan cara menembusnya dengan energy kinetik yang
dihasilkan oleh kecepatannya yang sangat tinggi. Dalamkonteks modern,
sebuah proyektil peluru bersama dengan selongsong,bubuk mesiu, rim dan
primer merupakan bagian dari amunisi. Cara kerjasaat ditembakkan adalah
dengan mendorong proyektil peluru denganenergi kinetik yang dihasilkan
ledakan propelan, yang biasanya adalahbubuk mesiu. Bahan peledak ini
dinyalakan oleh detonator kecil yangdisebut primer. 19
3. Barrel / laras ada 2 macam, yaitu :
a) Laras beralur (spinbore), dan
b) Laras licin (smoothbore)
4. Kaliber secara umum menyatakan ukuran peluru yang dipakai pada senjata
api. Kaliber dilihat dari diameter atau garis tengah peluru, atau dari diameter
isi lorong laras. Kaliber dapat dinyatakan dalam inci maupun dalam milimeter.
Biasanya penyebutan dalam inci digunakan untuk produk komersial dan
penyebutan dalam milimeter untuk produk militer. Dalam inci, kaliber disebut
dalam desimal dan bisa ditambahkan satuan kaliber "cal". Jadi untuk peluru
18

Zaidar Emma, Makalah: Nitrogliserin Dapat Digunakan Sebagai Peledak, Universitas
Sumatera Utara, 2003, Hal 3
19
Peluru: http://id.wikipedia.org/wiki/Peluru, diakses pada tanggal 16 Nopember 2015

25

dengan diameter 0,45 inci biasa disebut 45 cal (kaliber empat-lima). Dalam
milimeter kaliber tidak diberi satuancal, untuk peluru 5,56 milimeter disebut
5.56 mm. 20

Berdasarkan

Pasal

9

Undang-Undang

Nomor

8

Tahun

1948

tentangpendaftaran dan pemberian izin pemakaian senjata api, POLRI
merupakansatu-satunya instansi yang berwenang mengeluarkan izin pemakaian
senjataapi.

Berkaitan

dengan

undang-undang

tersebut,

maka

POLRI

mengeluarkankebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan penggunaan senjata api,
salahsatunya

ialah

kebijakan

yang

memperbolehkan

yang

dikeluarkan

masyarakat

sipil

untukmenguasai senjata api.
Salah

satu

kebijakan

oleh

Kapolri

selaku

pimpinantertinggi dari Kepolisian Negara Republik Indonesia ialah kebijakan
mengenaisenjata api yang tertuang dalam Buku Petunjuk Pengawasan dan
PengendalianSenjata Api Non Organik TNI/POLRI melalui SK Kapolri
No.Pol.:Skep/28/II/2004. Kebijakan ini merupakan respon dari perundangundanganterdahulu yang telah mengatur mengenai senjata api. Dalam kebijakan
initerdapat juga pasal yang membolehkan masyarakat sipil untuk dapatmenguasai
senjata api.
Dikeluakannya

kebijakan

mengenai

senjata

api

yang

memperbolehkanmasyarakat sipil untuk menggunakan senjata api pada dasarnya
dapatmenimbulkan

20

persoalan-persoalan

baru.

Persoalan

tersebut

ialah

Kaliber Peluru: http://id.wikipedia.org/wiki/Kaliber_peluru, diakses pada tanggal 16
Nopember 2015

26

pertanyaanmengenai bagaimana sesuatu hal yang tadinya dilarang kemudian
denganberbagai

pertimbangan

pada

akhirnya

diperbolehkan

namun

dibatasi.Pembatasan tersebut berupa harus dipenuhinya syarat-sayarat tertentu
sebelummemiliki senjata api, dan jenis-jenis senjata api apakah yang boleh
dimiliki.Pembatasan ini menunjukakan hak yang diberikan oleh Polrikepada
masayarakat sipil untuk memiliki senjata api tidak secara penuh.Dalam arti lain
izin yang diberikan bersifat dispensasi.
Senjata api (bahasa Inggris: firearm) adalah senjata yang melepaskan satu
atau lebih proyektif yang didorong dengan kecepatan tinggi oleh gas yang
dihasilkan oleh pembakaran suatu propelan. Proses pembakaran cepat ini secara
teknis disebut deflagrasi. Senjata api dahulu umumnya menggunakan bubuk hitam
sebagai propelan, sedangkan senjata api modern kini menggunakan bubuk nirasap,
cordite, atau propelan lainnya. Kebanyakan senjata api modern menggunakan
laras melingkar untuk memberikan efek putaran pada proyektil untuk menambah
kestabilan lintasan. 21
Arti lain dari Senjata api berarti alat apa saja, baik yang sudah terpasang
ataupun yang belum, yang dapat dioperasikan atau yang tidak lengkap, yang
dirancang atau dirubah, atau yang dapat dirubah dengan mudah agar
mengeluarkan proyektil akibat perkembangan gas-gas yang dihasilkan dari
penyalaan bahan yang mudah terbakar di dalam alat tersebut, dan termasuk

21

http://senjata_api, diakses pada tanggal 16 Nopember 2015

27

senjata buatan sendiri atau senjata tradisional seperti senjata "rakitan", serta benda
tambahan yang dirancangatau dimaksudkan untuk dipasang pada alat tersebut. 22
Lebih lanjut dijabarkan dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 1976 yang menyatakan: 23
Senjata api adalah salah satu alat untuk melaksanakan tugas pokok
angkatan bersenjata dibidang pertahanan dan keamanan, sedangkan bagi instansi
pemerintah di luar angkatan bersenjata, senjata api merupakan alat khusus yang
penggunannya diatur melalui ketentuan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1976,
yang menginstruksikan agar para menteri (pimpinan lembaga pemerintah dan non
pemerintah) membantu pertahanan dan keamanan agar dapat mencapai sasaran
tugasnya.
Dengan demikian, secara tegas telah ditetapkan jika Senjata Api hanya
diperuntukan bagi angkatan bersenjata dibidang pertahanan dan keamanan dalam
hal ini TNI dan Polri, sedangkan bagi instansi pemerintah di luar bidang
pertahanan dan keamanan penggunaan Senjata Api diatur dalam Intruksi Presiden
dimaksud, dalam arti Senjata Api tidak dapat dipergunakan atau dimanfaatkan
secara bebas tanpa alas hak yang dapat dibenarkan oleh peraturan perundangundangan. 24
Menurut ordonansi Senjata Api tahun 1939 jo UU Darurat No.12 Tahun
1951, senjata api termasuk juga: 25

22

Deddy Setyawan,
“Pertanggung Jawaban Hukum Pelaku Tindak Pidana
Penyalahgunaan Senjata Api Menurut Undang-undang Darurat No 12 Tahun 1951 Di Wilayah
Polres Gresik” (Surabaya:Universitas Pembangunan Nasional Veteran, 2012 ), Hal 24
23
Deddy Setyawan, Ibid, Hal 25
24
Deddy Setyawan Op-Cit, Hal 26
25
Deddy Setyawan, Loc- Cit, Hal 27

28

1. Bagian-bagian dari senjata api meriam-meriam dan vylamen werpers
(penyembur api) termasuk bagiannya
2. Senjata-senjata tekanan udara dan tekanan per dengan tanpa mengindahkan
kalibernya
3. Slachtpistolen (pistol penyembeli/pemotong)
4. Sein pistolen (pistol isyarat)
5. Senjata api imitasi seperti alarm pistolen (pistol tanda bahaya), start
revolvers (revolver perlombaan), shijndood pistolen (pistol suar),
schijndood revolvers (revolver suar) dan benda-benda lainnya yang sejenis
itu, yang dapat dipergunakan untuk mengancam atau menakuti, begitu pula
bagian-bagiannya

Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian senjata api
itu adalah alat yang dipakai berkelahi atau berperang dan menggunakan mesiu.

2. Pengertian Kepemilikan Senjata Api
Pengertian Kepemilikan Secara bahasa, milik atau kepemilikan adalah
penguasaan dan kewenangan seseorang pada suatu harta, sehingga ia dapat
mentasarufkan hartanya dalam bentuk apapun selama dalam batasan agama.
Kepemilikan adalah kekuasaaan yang didukung secara sosial untuk memegang
control terhadap sesuatu yang dimiliki secara eksklusif dan menggunakannya
untuk tujuan pribadi. Menurut pengertian diatas, kepemilikan berasal dari kata

29

milik yang berarti penguasaan atau kekuasaaan seseorang terhadap hal yang
dimiliki atau dikuasai.
Kepemilikan senjata api selain untuk melaksanakan tugas pokok
pengamananbagi Anggota TNI dan POLRI, bagi kalangan sipil senjata api
diperuntukkanuntuk membela diri. Di atas kita telah membahasa tentang syarat
dan ketentuanserta prosedur pengurusan izin kepemilikan senjata api bagi
masyarakat sipil.Namun, perlu kita ketahui, selain peredaran senjata api legal,
ternyata peredaransenjata api illegal juga semakin meresahkan masyarakat.
Bahkan kecamanan darimasyarakat terkait penyalahgunaan senjata api semakin
meningkat setiap hari. 26

3. Pengertian Masyarakat Sipil
Masyarakat sipil, menurut Mary Kaldor 27dalam artikelnya The Idea of
Global Civil Society, merupakan suatu konsep yang modern.Walaupun ide-ide
penyokongnya

dapat

ditelusuri

kembali

dari

zaman

Aristoteles.Kaldor 28menyatakan bahwa masyarakat sipil masih merupakan bagian
dari konsep negara.Lebih spesifiknya lagi, masyarakat sipil adalah suatu tipe
negara yang dikarakteristikkan oleh sebuah kontrak sosial.Masyarakat sipil diatur
oleh hukum yang berdasarkan prinsip kesamarataan.Prinsip kesamarataan tersebut
berarti seluruh anggota masyarakat adalah subyek hukum. Dengan kata lain,

26

Togi Marhara Sihite, “Kesalahan Prosedur Pemakaian Senjata Api Yang
Mengakibatkan Matinya Orang Oleh Aparat Polri ( Studi Kasus No. 2.090/Pid.B/2011/PN Medan)
(Medan:Univsersitas Sumatera Utara, 2013), Hal 35
27
Mary Kaldor, 2003. “The Idea of Global Civil Society” dalam International
Affairs: Royal Institute of International Affairs 1944-. Blackwell Publishing (pp. 583-593).
28
Ibid

30

kontrak sosial telah disetujui oleh seluruh anggota masyarakat. Namunpendapat
Thomas
Charotersmengenaimasyarakatsipil.Charotersdengantelitimengungkapkanbahwam
asyarakatsipilmerupakanmasyarakat

di

luarpemerintahdanpengusaha.PendapatCharoterstersebutdilengkapidengandefinisi
dariCivil Society International (CSI) 29 yang melihatmasyarakatsipilsebagaisektor
ketiga di sampingpemerintahdanbisnis.Dalamkontekstersebut, sektor ketigaberarti
“institusiperantara”, sepertiasosiasiprofesional, kelompokreligi, persatuanburuh,
organisasiadvokasiwarga,

danperkumpulanlainnya

yang

menyuarakandanmemperkayapartisipasi publik dalamdemokrasi.
CSI

menambahkanbatasan

“keluarga”

dalammendefinisikanmasyarakatsipil.Sehinggapenyempurnaankonteksnyamenjadi
masyarakat

di

luarpemerintah,

bisnis,

dankeluarga.Keanggotaandalammasyarakatsipildapatdilihatberdasarkanfungsiterse
but,

sepertiapakahaktivitasatauperanannya,

daripadabentukorganisasionalnya. 30Karenatidaksemuadi
dalammasyarakatsipilmemilikibentukorganisasional.Hampirseluruhnyalebihmemf
okuskanpadasatuataubeberapaperangkataktivitas,
sepertimempromosikantoleransidanmempengaruhikebijakanpublik.
Ketikapartisipasimasyarakatsemakintinggidalammembentukinstitusidanke
bijakan

(“active
29

citizen”),

dalam

era

Civil Society International. 2003. “What is Civil Society?”[online] dalam
http://www.civilsoc.org/whatisCS.htm, diakses pada tanggal 17 Nopember 2015
30
Anon. n.d. “CIVICUS Civil Society Index: Summary of Conceptual Framework and
Research Methodology” [online] dalam https://civicus.org, diakses pada tanggal 17 Nopember
2015

31

globalisasiinimunculwacanaperluasandarikonsepmasyarakatsipil.Masyarakatsipil
global

merupakanlingkaransupranasionalataspartisipasipolitikdansosial.Menurut
Kortendankawan-kawan 31,

David

dalamsudutpandangmasyarakatsipil,

duniamerupakansuatutempatberisikankesempatan-kesempatankreatif

yang

dapatdisadarimelaluikerjasamadankesamarataan.Kerjasamadankesamarataan yang
dimaksudtermasuksharing

of

power

danpengendaliansumberdaya.Konsentrasidansentralisasikekuataandankekayaanad
alahhalpentingdalammengorganisirprinsipglobalisasi. 32Dengan
berdasarkanprinsipkesamarataantersebutjuga,
memilikikomitmenkuatakancommon
Setiapmanusiamemilikigairahakanmakna,

kata

lain,

berartimasyarakatsipil

global

human
komunitas,

values.
dantujuan,

sertakesadaranakanpentingnyapartisipasidalammembangunduniadenganmemilikii
nterest yang aktifterhadappemerintahannyamasing-masing.

F. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
Pendekatan yuridis normatif ini digunakan dengan maksud untuk
mengadakanpendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan
perundangundanganyang berlaku, dokumen-dokumen dan berbagai teori.33
Pendekatan yuridisnormatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti
sumber-sumber bacaanyang relevan dengan tema penelitian, yang meliputi
31

David Korten, et. al. 2002.“Global Society: The Path Ahead” [online] dalam
http://www.davidkorten.org/global-civil-society, diakses pada tanggal 22 Nopember 2015
32
Ibid
33
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1990), Hal 11.

32

penelitian terhadap asas-asashukum, 34 sumber-sumber hukum, 35 peraturan
perundang-undangan yang bersifatteoritis ilmiah yang dapat menganalisa
permasalahan yang akan dibahas.

2. Spesifikasi Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptifyang dilakukan dengan cara memaparkan
atau menggambarkan permasalahan mengenai Prosedur Kepemilikan Senjata Api
Bagi Masyarakat Sipil Menurut Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951.

3. Sumber Data
Dalam penelitian ini diperlukan jenis sumber data yang berasal dari
literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian, sebab penelitian ini
merupakan penelitian dengan pendekatan normatif yang bersumber pada data
sekunder. Data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah sekunder yang
terdiri dari:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan
mengikat yang terdiri dari peraturan perundang-undangan dan peraturan
lainnya yang berkaitan. 36 Data dari pemerintah yang berupa dokumendokumen tertulis yang bersumber pada perundang-undangan, di antaranya:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
34

M. Solly Lubis, Pembahasan Undang-Undang Dasar 1945, (Bandung: Alumni, 1997),
Hal. 89, mengatakan asas-asas hukum adalah dasar kehidupan yang merupakan pengembangan
nilai-nilai yang dimasyarakatkan menjadi landasan hubungan-hubungan sesama anggota
masyarakat.
35
Amiruddin A. Wahab, dkk., “Pengantar Hukum Indonesia”, Bahan Ajar Untuk
Kalangan Sendiri, (Banda Aceh, FH-Unsyiah, 2007), Hal. 73.
36
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), Hal 6.

33

2) Kitab Undang-Undang No. 12 Tahun 1951 Tentang Senjata Api
3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948 tentangpendaftaran dan
pemberian izin pemakaian senjata api.
4) SK

Kapolri

No.Pol.:Skep/28/II/2004Petunjuk

Pengawasan

dan

PengendalianSenjata Api Non Organik TNI/POLRI
5) Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia No.7 Tahun
2010tentang Pedoman Perizinan Senjata Api
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang berupa buku,
penelusuran internet, jurnal, surat kabar, makalah, skripsi, tesis maupun
disertasi. 37
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan atas bahan hukum primer dan sekunder, berupa kamus
dan ensiklopedia. Selain itu juga buku mengenai metode penelitian dan
penulisan hukum untuk memberikan penjelasan mengenai teknik
penulisan. 38

4. Analisa Data
Setelah pengumpulan data dilakukan, maka data tersebut dianalisa secara
kualitatif 39 yakni denganmengadakan pengamatan data-data yang diperoleh dan
menghubungkan tiap-tiap datayang diperoleh tersebut dengan ketentuan-ketentuan
maupun asas-asas hukum yangterkait dengan permasalahan yang diteliti sehingga

37

Sri Mamuji, Teknik Menyusun Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta: UI Press, 2006), Hal 12.
Soerjono Soekanto, Ibid, Hal 7.
39
Bambang Sunggono, Metodelogi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1997), Hal.10
38

34

dengan metode deduktif, 40yaitu penarikan kesimpulan dari data yang diperoleh
bersifat umum kesuatu kesimpulan yang sifatnya lebih khusus.Sedangkan metode
induktif yaitu penarikan suatu kesimpulan dari data yang bersifat khusus, sehingga
menjadi kesimpulan yang sifatnya umum.

5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan
(Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
pustaka untuk memperoleh data sekunder berupa buku-buku baik koleksi pribadi
maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak
maupun media elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan
perundang-undangan.
Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai
berikut: 41
a. Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahan hukum lainnya yang
relevan degan objek penelitian.
b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui, artikel- artikel media cetak
maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah dan peraturan perundangundangan.
c. Mengelompokan data-data yang relevan dengan permasalahan.
d. Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah
yang menjadi objek penelitian.
40

Bambang Sunggono, Ibid., Hal.10
Ronitijo Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1990), hal. 63.
41

35

G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pemahaman isi skripsi, penulis menggunakan
sistematika didalam pembahasannya, sebagai berikut:

BAB I

:

PENDAHULUAN
Bab I ini Memuat latar belakang pembuatan penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
keaslian penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian
dan sistematika penulisan penelitian ini.

BAB II

:

PENGATURAN

KEPEMILIKAN

SENJATA

API

BAGI MASYARAKAT SIPIL
Bab II ini terdiri dari sub, yaitu: Masyarakat sipil yang
berhak memiliki senjata api,Tujuan pengaturan kepemilikan
senjata api bagi masyarakat sipil,Dasar hukum kepemilikan
senjata api bagi masyarakat sipil
BAB III

:

PROSEDUR PERIZINAN KEPEMILIKAN SENJATA
API BAGI MASYARAKAT SIPIL

36

Bab III ini Membahas mengenai Instansi yang berwenang
mengeluarkan izin kepemilikan senjata api bagi masyarakat
sipil, Prosedur perolehan izin kepemilikan senjata api,
Pembinaan dan pengawasan terhadap kepemilikan senjata
api bagi masyarakat sipil
BAB IV

:

AKIBAT

HUKUM

KEPEMILIKAN

YANG
SENJATA

TIMBUL

DARI

API

BAGI

MASYARAKAT SIPIL
Bab IV ini membahas tentang bagaimana Hak dan
kewajiban pemegang izin kepemilikan senjata api, Sanksi
bagi penyalahgunaan izin kepemilikan senjata api
BAB V

:

PENUTUP
Merupakan bab penutup yang membahas kesimpulan dari
seluruh pembahasan serta saran-saran.