PELAKSANAAN PEWARISAN ADAT PADA MASYARAKAT BATAK MANDAILING YANG MELAKUKAN PERKAWINAN DENGAN MASYARAKAT PENDATANG (MINANGKABAU) DI KECAMATAN PANYABUNGAN DIHUBUNGKAN DENGAN HUKUM PEWARISAN ADAT BATAK.

ABSTRAK
PELAKSANAAN PEWARISAN ADAT PADA MASYARAKAT BATAK
MANDAILING YANG MELAKUKAN PERKAWINAN DENGAN
MASYARAKAT PENDATANG (MINANGKABAU) DI KECAMATAN
PANYABUNGAN DIHUBUNGKAN DENGAN HUKUM PEWARISAN
ADAT BATAK
Perkawinan adat adalah perkawinan yang bukan saja sebagai perikatan
perdata, tetapi juga merupakan perikatan adat dan sekaligus perikatan kekerabatan
dan ketetanggaan. Terjadinya suatu ikatan perkawinan bukan hanya membawa
akibat terhadap hubungan hubungan keperdataan, seperti hak dan kewajiban
suami isteri, harta bersama, kedudukan anak, hak dan kewajiban orang tua, tetapi
juga menyangkut hubungan-hubungan kekeluargaan, kekerabatan, upacaraupacara adat dan keagamaan, serta adat istiadat kewarisan. Di kecamatan
Panyabungan terjadi perkawinan antara masyarakat Batak Mandailing dengan
masayarakat pendatang (Minangkabau). Dari perkawinan antara dua adat yang
berbeda ini secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap pelaksanaan sistem
pewarisan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan yuridis
normatif, yaitu penulis melakukan penelitian untuk menemukan hukum yang
sesuai untuk diterapkan secara konkrit. Spesifikasi penelitian yang penulis
gunakan adalah deskriptif analitis, yaitu menggambarkan peraturan perundangundangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktik
pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan yang penulis bahas.

Hasil pembahasan dari penelitian ini adalah Perkawinan adat Batak
Mandailing dengan masyarakat pendatang (Minangkabau) tidaklah bertentangan
dengan ketentuan UU Perkawinan, Hukum Islam, Hukum Adat, maka bilamana
itu sesuai dan tidak bertentangan dengan kaidah hukum positif (Ius Constitutum)
wajiblah di hormati kedudukannya dan ditempatkan atau di akomodasi kedalam
tatanan Hukum positif kita. Sedangkan untuk pelaksanaan pewarisan adat pada
perkawinan antara suku Batak Mandailing dengan masyarakat pendatang
(Minangkabau) di Kecamatan Panyabungan adalah pihak pewaris (Bapak)
membagikan harta warisannya secara merata kepada anak laki-laki dan
perempuannya. Jika dikaitkan dengan hukum pewarisan adat batak hal ini sesuai
karena saat ini hukum pewarisan adat batak sudah mengalami perkembangan.
Sehingga harta warisan yang diberikan dibagi secara merata antara anak laki-laki
dan perempuan.

iv

ABSTRACT
IMPLEMENTATION BATAK MANDAILING INHERITANCE WHO
PERFORM MARRIAGE WITH IMMIGRANT COMMUNITIES
(MINANGKBAU) IN PANYABUNGAN DISTRICT LINKED TO BATAK

INHERITANCE LAW
Traditional marriage is marriage not only as civil engagement, but also
the traditional engagement and also the engagement of frienship and
neighborliness. The occurrence of a matrimony not only consequences for
relations relationship civil, such as the rights and obligations of spouses, joint
property, the position of the child, the rights and duties of parents, but also about
family relationships, kinship, traditional ceremonies and religious, as well as
customs of inheritance. Panyabungan occurred in the district of marriage between
Batak Mandailing with immigrant communities (Minangkabau). Of marriage
between two different customs this will indirectly affect the implementation of the
system of inheritance.
This research was conducted using a normative juridical approach, the
authors conducted a study to find the appropriate law to be applied in concrete.
Specifications research that I use is descriptive analysis, which describe the
legislation in force associated with theories of law and positive law enforcement
practice concerning the problems which the author discussed.
The results of the discussion of this study is the Marriage Batak
Mandailing with immigrant communities (Minangkabau) is not contrary to the
provisions of the Marriage Law, Islamic Law, Customary Law, then when it's
appropriate and not contrary to the rules of positive law (Ius constitutum) wajiblah

respected his position and placed or accommodation into the fabric of our positive
law. As for the implementation of customary inheritance on marriage between
ethnic Batak Mandailing with immigrant communities (Minangkabau) in District
Panyabungan is the heir (Mr.) distribute his estate equally to boys and girls. If
related to customary inheritance laws Batak it appropriate because the current
Hobo customary inheritance laws already experiencing growth. So the inheritance
given split evenly between boys and girls.

v