PENINGKATAN “KPS TERINTEGRASI” SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRY LAB PADA MATERI DAUR ULANG.

(1)

PENINGKATAN “KPS TERINTEGRASI” SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRY LAB PADA MATERI DAUR

ULANG

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

oleh Normila 1106567

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

PENINGKATAN “KPS TERINTEGRASI” SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRY LAB PADA MATERI DAUR

ULANG

Oleh Normila

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

©Normila

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan di cetak ulang, difoto kopi, atau cara lain tanpa izin dari penulis


(3)

(4)

PENINGKATAN “KPS TERINTEGRASI” SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRY LAB PADA MATERI DAUR

ULANG

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peningkatan KPS terintegrasi siswa SMA melalui penerapan pembelajaran inquiry lab pada materi daur ulang. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih kurangnya keterampilan-keterampilan siswa dalam melaksanakan penyelidikan atau percobaan dalam pembelajaran. Salah satu penyebabnya adalah pendidikan sekarang hanya memperoleh konsep yang sudah jadi dari sebuah penelitian, tanpa menerapkan keterampilan siswa dalam ber-inquiry yang merupakan salah satu tujuan utama pembelajaran sains. Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group, Pretest-Posttest Design dengan teknik pengumpulkan sampling Purposive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan peningkatan KPS terintegrasi antara kelas eksperimen dengan N-gain 0,77 (tinggi) dan kelas kontrol dengan N-gain 0,26 (rendah). Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap kemampuan KPS terintegrasi, pembelajaran yang dilakukan telah memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif. Hasil belajar siswa diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kata Kunci : Inquiry lab, KPS terintegrasi, Daur Ulang


(5)

THE ENHANCEMENT OF HIGH SCHOOL STUDENTS’S INTEGRATED SCIENCE PROCESS SKILL THROUGH INQUIRY

LAB BASED LEARNING ON RECYCLE CONCEPT Abstract

The purpose of this research was to identify the enhancement of integrated high school students’s science process skill through implementing inquiry lab based learning on recycle concept. The background of this research is the lack of

students’ ability in conducting observation and experimentation on learning science. One of the causes is the fact that educational condition now was

directly giving the concept without considering students’ ability in inquiry,

which is one of the aim of learning science. A quantitative method with Nonequivalent Control Group, Pretest-Posttest Design with purposive sampling technique was used for this research. Based on the result of the study, there is

significant enhancement of students’ integrated science process skill. The

experimental class has N-gain 0.77 which is on high category, while the control class has 0.26 on the low category. Most of the student gave positive responses to the implementation of integrated science process skill, which is give opportunity to the students to participate actively. The result of the learning can hopefully implemented in their daily lives.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN KEASLIAN i

ABSTRAK ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Batasan Masalah... ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Struktur Organisasi Skripsi... 9

BAB II PENINGKATAN “KPS TERINTEGRASI” SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRY LAB PADA MATERI DAUR ULANG A. Pembelajaran Inquiry... 11

B. Hirarki Dalam Inquiry... 13

C. Pembelajaran Berbasis Inquiry Lab... 18

D. Interaksi antara Kegiatan Laboratorium Dengan Inquiry ... 21

E. Keterampilan Proses Sains ... 24


(7)

2. Keterampilan Proses Sains Terintegrsi ... 28

F. Tinjauan Materi Pencemaran Lingkungan ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 35

B. Desain Penelitian... 35

C. Definisi Operasional... 37

D. Asumsi ... 38

E. Hipotesis Penelitian ... 38

F. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

G. Proses Pengembangan Instrumen ... 39

H.Instrumen Penelitian ... 39

I. Teknik Pengumpulan Data ... 50

J. Prosedur Penelitian ... 51

K. Analisis Data Dan Pengolahan Data ... 52

L. Alur Analisis Data ... 59

M. Alur Penelitian ... 60

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan ... 61

B. Pembahasan... 77

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 106

B. Implikasi ... 107

C. Rekomendasi ... 109


(8)

Lampiran ... 112

DAFTAR TABEL Halaman 2.1 Perbedaan Karakter Jenis Inquiry Lab ... 15

2.2 Proses-Proses Sains ... 26

2.3 Karakteristik Khusus Uji Keterampilan Proses Sains... 27

3.1 Nonequivalent Control Group Design ... 35

3.2 Perbedaan Perlakukan Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 36

3.3 Kisi-kisi Soal Uraian Terstruktur ... 41

3.4 Kriteria Indeks Validitas Butir Soal ... 42

3.5 Rekapitulasi Validitas Butir Soal Hasil Uji Coba Instrumen ... 42

3.6 Klasifikasi Nilai Reliabilitas ... 43

3.7 Klasifikasi Daya Pembeda... ... 43

3.8 Rekapitulasi Daya Pembeda Hasil Uji Coba Instrumen... 44

3.9 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 44

3.10 Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Hasil Uji Coba Instrumen ... 44

3.11Rekapitulasi hasil analisis butir soal Keterampilan Proses Sains Terintegrasi pada Materi Daur Ulang ... 46 3.12 Angket Respon Siswa terhadap Hasil Belajar dari Pembelajaran berbasis Inquiry Lab ... 47 3.13 Rekapitulasi hasil analisis butir Angket Respon Siswa ... 48

3.14 Teknik pengumpulan data ... 50


(9)

3.16 Kategorisasi Keterlaksanaan Sintaks ... 53

3.17 Kriteria Gain Ternormalisasi (N-Gain) ... 57

3.18 Kategorisasi Hasil Kinerja Siswa ... 57

3.19 Kategorisasi Hasil Presentase Angket Respon Siswa ... 58

4.1 Rekapitulasi Keterlaksanaan Pembelajaran Inquiry Lab ... 63

4.2 Rekapitulasi Uji Statistika Hasil Pretest Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 65 4.3 Rekapitulasi Uji Statistika Hasil Posttest Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 67 4.4 Rekapitulasi Uji Statistika Hasil Indeks Gain Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kontrol... 71 4.5 Contoh Tabel Penentuan Alat dan Bahan yang Dibuat Siswa ... 82

4.6 Contoh Langkah-Langkah Penyelidikan yang Dibuat Oleh Siswa 83 4.7 Contoh Tabel Percobaan yang Dibuat Oleh Siswa ... 85


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Proses Inquiry dalam Pembelajaran ... 20

2.2 Bagan Alur Daur Ulang Kulit Singkong ... 34

3.1 Alur Analisis Data ... 59

3.2 Alur Penelitian ... 60

4.1 Nilai Rata-rata Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 69 4.2 Persentase Rata-rata Hasil Kinerja Siswa dalam Pembelajaran Berbasis Inquiry Lab ... 70 4.3 Peningkatan KPS terintegrasi Keseluruhan Siswa pada Setiap Indikator ... 73 4.4 Nilai Rata-rata N-gian Terhadap KPS terintegrasi pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 74 4.5 Rekapitulasi Keseluruhan Tanggapan Siswa Terhadap KPS Terintegrasinya ... 76 4.6 Contoh Grafik Tabel Hasil Percobaan Siswa ... 86 4.7 Perbedaan N-gain Keseluruhan Siswa Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A.PERANGKAT PEMBELAJARAN

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen .. 110

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 125

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ... 131

4. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Kontrol ... 137

B.INSTRUMEN PENELITIAN 1. Kisi-kisi Soal Penelitian KPS (Keterampilan Proses Sains) Terintegrasi... 142 2. Kisi-Kisi Angket Penelitian ... 147

3. Kisi-kisi Lembar Kinerja Siswa ... 149

4. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Berbasis Inquiry Lab... 150 5. Rubrik Penilaian Penskoran Soal KPS Terintegrasi dan Lembar Kinerja ... 151 C.ANALISIS UJI COBA INSTRUMEN 1. Hasil Analisis Data Anates Soal KPS Terintegrasi ... 157

2. Hasil Rekapitulasi Soal KPS Terintegrasi ... 163

3. Hasil Analisis Data Anates Angket ... 164

4. Hasil Rekapitulasi Angket Respon Siswa ... 171 D.HASIL PENELITIAN

1. Lembar Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Inquiry Lab...

172

2. Analisis Data Statistika Kelas Eksperimen dan Kels Kontrol Pretest KPS Terintegrasi Siswa ...


(12)

3. Analisis Data Kelas Kelas Eksperimen Pretest KPS

Terintegrasi Siswa...

180

4. Analisis Data Kelas Kontrol Pretest KPS Terintegrasi Siswa 181 5. Analisis Data Kelas Eksperiemen Posttest KPS Terintegrasi

Siswa ...

182

6. Analisis Data Kelas Kontrol Posttest KPS Terintegrasi Siswa.... 183 7. Analisis Data N-Gain Kelas Eksperimen dari Pretest dan

Posttest KPS Terintegrasi Siswa ...

184

8. Analisis Data N-Gain Kelas kontrol dari Pretest dan Posttest KPS Terintegrasi Siswa ...

186

9. Analisis Data Kelas Eksperimen Lembar Kinerja Siswa ... 187 10. Analisis Data Kelas Eksperimen Angket KPS Terintegrasi

Siswa ...

188

E. DOKUMENTASI KEGIATAN DAN SURAT PENELITIAN

1. Dukumentasi Kegiatan ... 189 2. Surat Keterangan Judgment Instrumen ... 191 3. Surat Melaksanakan Penelitian ... 194


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitan

Saat ini dalam dunia pendidikan, keberadaan laboratorium menjadi hal yang sangat penting. Laboratorium merupakan tempat belajar mengajar melalui metode praktikum. Kegiatan laboratorium memberikan pengalaman belajar kepada siswa, sehingga bisa berinteraksi dengan alat dan bahan yang digunakan. Menurut Ravichandran & Saravanakumar (2013) bahwa dalam pembelajaran sains yang baik, tidak hanya memberikan teori dan eksperimen, tetapi juga mengintegrasikan dua aspek penting ini untuk saling melengkapi proses belajar mengajar. Salah satu pembelajaran sains modern adalah interaksi dengan kegiatan pembelajaran laboratorium. Pembelajaran dengan adanya laboratorium dapat membantu siswa dalam melatih kognitif, afektif serta psikomotor dengan objek atau fenomena sehingga pembelajaran menjadi bermakna (Karamustafaoglu, 2011). Dengan demikian pembelajaran yang melibatkan kegiatan laboratorium merupakan salah satu alternatif untuk bisa mengembangkan kemampuan siswa dari berbagai keterampilan. Ravichandran & Saravanakumar (2013) mengungkapkan bahwa, praktik dalam laboratorium umumnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam observasi dan pemanfaatan peralatan saat melakukan percobaan.

Kegiatan pembelajaran seharusnya dapat mengoptimalkan pemahaman siswa dengan menyeimbangkan kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Rustaman (2009), masalah serius yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah sistem pendidikan yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, empati, dan rasa). Proses belajar mengajar merupakan interaksi antara guru, siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman et al., 2003). Dalam arti lain belajar tidak hanya transfer ilmu dari guru ke siswa melainkan ada interasksi didalamnya sehingga untuk menciptakan pembelajaran dengan situasi yang edukatif maka membutuhkan penyelesaian masalah, pengamatan, percobaan, analisis, berfikir dan menyimpulkan. Banyak fakta pendidikan selama ini yang


(14)

dirasakan adalah sebuah ilmu yang dikemas dalam bentuk konsep-konsep utuh yang bisa diterima, namun, mirisnya pendidikan saat ini memberikan sedikit atau tidak ada informasi tentang bagaimana suatu konsep itu diperoleh (Wenning, 2005). Dengan kata lain pendidikan sekarang hanya memperoleh konsep yang sudah jadi dari sebuah penelitian dan diinformasikan kepada siswa tanpa menerapkan keterampilan siswa dalam ber-inquiry yang merupakan salah satu tujuan utama pembelajaran sains.

Inquiry lab merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan laboratorium. Menurut Wenning (2006) dalam pembelajaran inquiry lab siswa dapat mengintegrasikan aktivitas-aktivitas laboratorium, dimana terdapat aktivitas awal sebelum dilakukan pembelajaran yaitu melakukan identifikasi masalah penyelidikan, menentukan tujuan dari sebuah penyelidikan, melakukan penyelidikan sesuai dengan masalah yang dibuat dan membuat sebuah pertanyaan ilmiah. Inquiry lab merupakan aspek yang sangat diperlukan dalam pengajaran sains karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam proses investigasi dan penyelidikan serta dapat memberikan pemahaman tentang sifat sains, khususnya pelajaran biologi.

Inquiry lab umumnya memberikan pemahaman kepada siswa agar lebih mandiri dalam mengembangkan, melaksanakan rencana eksperimen dan mengumpulkan data yang sesuai dengan hasil yang diperoleh. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk menemukan hubungan yang tepat antara variabel. Siswa yang terlibat dalam inquiry lab lebih mandiri dalam merumuskan dan melakukan percobaan dalam sebuah tingkat penyelidikan (Wenning, 2006). Inquiry lab dapat mengukur keterampilan proses sains membuat rumusan dan hipotesis, mengidentifikasi variabel, melakukan percobaan, menginterpretasi data, mengobservasi, mengukur, mengajukan pertanyaan, mengomunikasikan dan menyimpulkan (Wenning, 2011).

Memang tidak diragukan lagi bahwa, pembelajaran inquiry lab memberikan pengalaman belajar yang membuat siswa harus aktif dalam sebuah penyelidikan ilmiah (scientific inquiry). Menurut Linden & Modison, (2005), dalam kegiatan scientific teaching, pembelajaran berbasis inquiry lab diperlukan untuk meminta siswa dalam mengatasi tantangan, memecahkan masalah, menguji hipotesis,


(15)

menjelaskan fenomena, atau menjawab pertanyaan yang merupakan metode seorang ilmuan. Pembelajaran berbasis inquiry lab diperlukan untuk membantu siswa terlibat dalam penyelidikan ilmiah.

Kurikulum yang berlaku saat ini yaitu kurikulum 2013 menuntut adanya kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, yang di dalamnya terdapat kerja ilmiah dalam suatu penyelidikan (inquiry). Kegiatan dengan pendekatan saintifik banyak digunakan pada pembelajaran sains dari semua tingkat pendidikan (Karamustafaoglu, 2011). Pendekatan saintifik mengarahkan siswa untuk memperoleh lima kategori penting dari pengalaman belajar, yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Melalui pendekatan saintifik, siswa diharapkan memperoleh pengetahuan yang bermakna untuk dapat mengkonstruksi konsep–konsep yang diperolehnya (Tan & Wong, 2011).

Pendekatan saintifik dalam proses kegiatan pembelajaran merupakan suatu tolak ukur yang sangat baik untuk perkembangan dan pengembangan dalam berbagai segi keilmuan, salah satunya adalah keterampilan proses sains dari peserta didik dalam melakukan suatu penyelidikan ilmiah. Lederman (dalam Lederman et al., 2013) mengungkapkan bahwa penyelidikan ilmiah telah menjadi fokus dalam pendidikan sains akhir-akhir ini, penyelidikan ilmiah mengacu pada kombinasi dari keterampilan proses sains umum dalam ilmu pengetahuan tradisional, kreativitas, dan berpikir kritis untuk mengembangkan pengetahuan ilmiah. Pembelajaran dengan keterampilan proses berarti memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penemuan suatu konsep yang ada sebagai keterampialn proses sains. Dengan keterampilan proses sains akan membuat siswa lebih aktif, kreatif, terampil serta memiliki pengalaman yang menarik sehingga nantinya dapat mengasah pola pikir siswa.

Umumnya guru di sekolah-sekolah lebih menitikberatkan pada kemampuan kognitif (Rusmiyati & Yulianto, 2009), padahal dengan kemampuan keterampilan proses sains bisa mempermudah mencapai pemahaman kemampuan kognitif siswa. Menurut Sudargo (2009), melalui kegiatan laboratorium siswa dapat dilatih untuk mengembangkan kognitif, afektif dan psikomotor dalam memahami suatu fenomena biologi. Kegiatan laboratorium sangat dimungkinkan adanya penerapan


(16)

berbagai keterampilan proses sains, sekaligus pengembangan sikap ilmiah yang mendukung proses pengetahuan dalam diri siswa (Subiantoro, 2009).

Keterampilan proses sains merupakan perangkat dari kemampuan yang sering digunakan oleh ilmuan untuk melakukan penyelidikan ilmiah dalam suatu rangkaian proses pembelajaran. Untuk meningkatkan KPS siswa dapat didukung dengan pembelajaran yang ber-inquiry karena memberikan pengalaman kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan diri siswa dalam suatu penyelidikan (Wenning, 2010). Keterampilan proses dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh individu siswa. Keterampilan proses juga melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Beberapa jenis KPS (keterampilan proses sains) menurut Rustaman, (2003) meliputi 1) mengamati, 2) mengelompokan, 3) menafsirkan, 4) mengajukan pertanyaan, 5) berhipotesis, 6) merencanakan percobaan, 7) menggunakan alat/ bahan, 8) menerapkan konsep, 9) berkomunikasi, 10) melaksanaakan percobaan. Menurut Gilbert (2011) membagi KPS menjadi dua yaitu KPS dasar dan KPS terintegrasi, namun dalam penelitian ini KPS yang menjadi objek penelitian adalah KPS terintegrasi menurut Rezba et al.,(1999) diantaranya meliputi 1) mengidentifikasi variabel, 2) merumuskan hipotesis, 3) membuat desain penelitian, 4) eksperimen, 5) megumpulkan dan membuat grafik data, 6) menganalisis data.

Meli et al., (2013) menyebutkan bahwa secara umum praktikum yang dilakukan di sekolah belum memberikan pengalaman kepada siswa untuk membuat hipotesis, menguji kebenaran hipotesis dan menganalisis data. Hal tersebut disebabkan prosedur praktikum yang digunakan umumnya hanya memberikan instruksi langsung. Siswa mengerakan langkah-langkah sesuai perintah sehingga kurang melatih keterampilan berfikir dan keterampilan proses sains. Selain itu kegiatan pembelajaran praktikum biasa belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam melakukan eksperimen untuk menemukan konsep sendiri. Dari pernyataan tersebut, maka pembelajaran berbasis inquiry lab memungkinkan siswa dalam mengembangkan keterampilan proses sains terintegrasi.


(17)

Adapun materi dalam penelitian adalah materi yang berpotensi untuk penerapan pembelajaran berbasis inauiry lab yang sesuai dengan kompetensi dasar pada kurikulum 2013 yaitu tentang perubahan lingkungan/iklim dan daur ulang limbah dengan mendaur ulang sampah kulit singkong yang merupakan salah satu bahan pencemar lingkungan. Singkong banyak dikonsumsi masyarakat karena merupakan salah satu makanan pokok masyarakat tertentu, terutama daerah pedesaan. Selain dapat diolah menjadi kripik, singkong juga dapat dikukus dan dipadukan dengan keju menjadi jajanan singkong keju. Adapun sumber pencemar lingkungan dari kulit singkong paling besar adalah dari limbah pabrik tepung tapioka.

Meningkatnya konsumsi masyarakat dari singkong menyebabkan semakin bertambahnya berat sampah kulit singkong setiap harinya sehingga menjadi salah satu limbah pencemaran untuk lingkungan. Dari banyaknya limbah kulit singkong ini, dapat dilakukan penanggulangan pencemaran lingkungan yaitu dari kulit singkong menjadi bahan yang bermanfaat yaitu dengan pembuatan lem pati alami (starch glue) yang berbahan dasar pati kulit singkong.

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, maka dilakukan sebuah penelitian untuk melihat peningkatkan “KPS terintegrasi” siswa melalui kegiatan pembelajaran berbasis inquiry lab dalam materi perubahan lingkungan/iklim dan daur ulang limbah melalui proses daur ulang pada siswa SMA.


(18)

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah peningkatan “KPSterintegrasi” siswa SMA melalui pembelajaran berbasis inquiry lab pada materi daur ulang”?

Dari rumusan masalah diatas, agar penelitan menjadi terarah maka terdapat beberapa pertanyaan penelitian, antara lain adalah :

1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran berbasis inquiry lab pada materi daur ulang?

2. Bagaimana “KPS terintegrasi” siswa setelah dilaksanakan pembelajaran berbasis inquiry lab pada materi daur ulang?

3. Adakah perbedaan peningkatan “KPS terintegrasi” siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol?

4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap hasil belajar dari pembelajaran berbasis inquiry lab terhadap kemampuan KPS terintegrasi?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah dan hipotesisi penelitian antara lain yaitu :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perbedaan peningkatan KPS terintegrasi siswa melalui penerapan pembelajaran inquiry lab pada konsep daur ulang limbah.

2. Tujuan Khsusus

Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain adalah :

1) Menerapkan pembelajaran berbasis inquiry lab menurut Wenning (2011) untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran.

2) Mengidentifikasi kemampuan awal KPS terintegrasi siswa sebelum diterapkan suatu pembelajaran berbasis inquiry lab dan pembelajaran berbasis praktikum biasa (resep).

3) Mengidentifikasi kemampuan KPS terintegrasi siswa setelah diterapkan suatu pembelajaran berbasis inquiry lab dan pembelajaran berbasis praktikum biasa (resep).


(19)

4) Mengidentifikasi perbedaan peningkatan KPS terintegrasi antara kelas dengan pembelajaran berbasis inquiry lab dan kelas dengan pembelajaran berbasis praktikum biasa (resep).

D. Batasan Masalah

Penelitian ini perlu adanya batasan masalah yang dikaji untuk memudahkan dalam penelitian agar menjadi lebih fokus dan tidak keluar dari tujuan penelitian. Mengingat keterbatasan kemampuan penulis dalam penelitian ini, maka penelitian ini dibatasi oleh batasan masalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X SMA Negeri Kota Bandung semester genap tahun ajaran 2014/2015.

2. Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model inquiry lab menurut Wenning (2010). Inquiry lab memilik tiga level inquiry lab yaitu guided inquiry, bounded inquiry dan free inquiry. Dalam penelitian ini, level inquiry lab yang dimaksud adalah guided inquiry dengan lima sintaks pembelajaran yaitu observation, manipulation, generalitation, verification dan application.

3. Materi penelitian ini dibatasi pada materi perubahan lingkungan/iklim dan daur ulang limbah pada sub tema proses daur ulang (Recycle) yang merupakan suatu cara penanggulangan masalah pencemaran lingkungan yaitu dengan cara mendaur ulang limbah organik dari kulit singkong untuk menghasilkan lem. Perlakuan dalam pembelajaran lebih difokuskan dalam melihat peningkatan “KPS Terintegrasi” siswa.

4. Keterampilan proses sains yang diukur adalah KPS terintegrasi yang meliputi kemampuan 1) merumuskan hipotesis, 2) mengidentifikasi variabel, 3) membuat desain penelitian, 4) melaksanakan eksperimen , 5) megumpulkan dan membuat grafik data, 6) menganalisis data (Rezba et al.,1999).


(20)

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain yaitu :

1. Berdasarkan latar belakang masalah menurut Meli et al., (2013) menyebutkan bahwa secara umum praktikum yang dilakukan disekolah belum memberikan pengalaman kepada siswa untuk membuat hipotesis, menguji kebenaran hipotesis dan menganalisis data. Hal tersebut disebabkan prosedur praktikum yang digunakan umumnya hanya memberikan instruksi langsung. Selain itu menurut Wenning (2005) menyebutkan bahwa, pendidikan selama ini yang dirasakan adalah sebuah ilmu yang dikemas dalam bentuk konsep-konsep utuh yang bisa diterima, namun, mirisnya sedikit atau tidak ada informasi tentang bagaimana suatu konsep itu diperoleh. Dari teori diatas maka terdapat pernyataan yang kurang dalam suatu pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan dari segi keterampilan siswa, sehingga penelitian ini akan memberikan kontribusi dalam mutu pendidikan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan siswa salah satunya adalah kemampuan KPS terintegrasi siswa.

2. Pendidikan sekarang ini memberikan pengalaman belajar yang kurang mengasah berbagai keterampilan-keterampilan siswa, khususnya KPS teintegrasi yang dapat mempengaruhi kurangnya kualitas pelajar. Maka dari itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap dunia pendidikan agar dapat meningkatkan keterampian-ketermpilan, khususnya KPS terintegrasi siswa.

3. Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan khususnya guru yang akan mengembangkan kegiatan pembelajaran formal dengan suatu model atau metode pembelajaran yang tepat serta untuk mempermudah penyampaian materi biologi sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.

4. Penelitian ini dapat dijadikan suatu alat pembelajaran untuk memberikan dorongan kepada guru agar menerapkan suatu model atau metode pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa.


(21)

F. Stuktur Organisasi Skripsi

Adapun struktur organisasi dalam penelitian skripsi ini antara lain adalah :

1. BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab 1 ini dipaparkan mengenai tahapan yang ditulis oleh peneliti dalam hal masalah bagaimanakah peningkatan “KPS (keterampilan proses sains) terintegrasi” siswa SMA melalui pembelajaran berbasis inquiry lab pada materi daur ulang. Dalam bab I peneliti menyampaikan informasi mengenai penelitian yang akan dilakukan dengan urutan penulisan sebagai berikut. A) latar belakang penelitian B) rumusan masalah penelitian, C) tujuan penelitian, D) batasan masalah, E) manfaat/ signifikansi penelitian dan F) struktur organisasi skripsi.

2. BAB II KAJIAN PUSTAKA/ LANDASAN TEORITIS

Pada bab 2 peneliti menulis mengenai teori-teori yang berhubungan dengan variabel penelitian. Adapun cara penulisannya antara lain adalah deskripsi teori dari penelitian yang relevan.

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini merupakan bagian yang bersifat prosedural, yaitu bagaian yang mengarahkan pembaca untuk mengetahui bagaimana peneliti merancang alur penelitannnya dari mulai model penelitian yang diterapkan, instrumen yang digunakan, tahapan pengumpulan data yang digunakan hingga langkah-langkah analisis data yang dijalankan. Untuk itu dalam bab metode penelitian ini penulis menjelaskan bagaimana cara-cara penelitan yang akan dilakukannya melalui tahapan-tahapan berikut adalah : A) metode penelitian B) desain penelitian, C) definisi operasional D) asumsi penelitian E) hipotesis F) populasi dan sampel G) proses pengembangan instrumen H) instumen penelitan I) teknik pengumulan data J) prosedur penelitan K) analisis data dan K) alur analisis data dan L) alur penelitian.


(22)

4. BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menyampaikan dua hal utama, yakni (A) temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian, dan (B) pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.

5. BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Bab ini berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi, yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut. Jadi dalam bab ini penulis menyimpulkan penelitiannya dari awal permasalahan sampai dilakukan penelitian.


(23)

BAB III METODOLOGI

Dalam penelitian ini dilakukan dengan dua macam pembelajaran, yaitu pembelajaran praktikum biasa (resep) untuk kelas kontrol dan pembelajaran berbasis inquiry lab untuk kelas eksperimen. Dalam pembelajaran berbasis inquiry lab yang digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains terintegrasi siswa dalam materi daur ulang.

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy experiment. Metode quasy experiment bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan sebab akibat antara variabel-variabel yang diteliti (Sugiyono, 2010). Dalam pengambilan sampel pada penelitian ini diperoleh melalui purposive sampling karena dalam penelitian ini, dua kelas yang dipilih memiliki claster yang hampir sama. Dua kelas yang dimaksud adalah kelas eksperimen (kelas yang mendapatkan perlakuan dengan pembelajaran inquiry lab) dan kelas kontrol (kelas yang mendapatkan perlakuan dengan pembelajaran praktikum resep). Hasil dari pembelajaran akan dibandingkan dengan pretest dan postest yang diperoleh, kemudian nilai akan dibandingkan dengan N-gain dari perlakuan antara dua kelas dari pembelajaran berbasis inquiry lab dan pembelajaran praktikum resep.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design, karena kelas eksperimen tidak dipilih secara rendem (Sugiyono, 2012).

Secara bagan, desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 3.1 Nonequivalent Control Group Design

Kelompok Tes Perlakuan Tes

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 - O4


(24)

Keterangan:

O1 :Tes untuk pre-test O2 :Tes untuk post-test O3 :Tes untuk pre-test O4 :Tes untuk post-test

X :Pembelajaran berbasis inquiry lab

- :Pembelajaran dengan metode praktikum resep

Berikut terdapat Tabel perbedaan perlakuan antara kelas kontrol dan eksperimen.

Tabel 3.2 Perbedaan Perlakukan Kelas Eksperimen dan Kontrol

Tahapan Perlakukan Kelas

Eksperimen

Kelas Kontrol

1 Rumusan masalah √ -

2 Berhipotesis √ -

3 Menentukan variabel √ -

4 Menentukan alat dan bahan √ -

5 Membuat desain (langkah kerja) √ -

6 Melaksanakan percobaan √ √

7 Menggunakan alat dan bahan √ √

8 Observasi √ √

9 Mengidentifikasi √ √

10 Mengumpulkan data √ √

11 Interpretasi data √ √

12 Analisis data √ √

13 Komunikasi √ √


(25)

C. Definisi Operasional

Defenisi operasional ini bertujuan untuk memudahkan dalam pemahaman dari istilah-istilah variabel dalam penelitian. Defenisi operasional disesuikan dengan tujuan penelitian agar memudahkan untuk memahami isi dari penelitian. Terdapat dua istilah variabel yang dijelaskan yaitu sebagai berikut :

1. Keterampilan proses sains terintegrasi (KPS Terintegrasi) merupakan keterampilan proses sains satu kesatuan dari dari berbagai keterampilan-keterampilan. Dalam penelitan ini KPS terintegrasi dilihat dari skor indeks gain hasil pretest dan posttest dari pelaksanaan pembelajaran berbasis inquiry lab. Soal KPS terintegrasi yang dikembangkan oleh peneliti dengan validitas dan reabilitas dari hasil uji coba instrumen yaitu test keterampilan roses sains terintegrasi (KPS terintegrasi) memuat kemampuan 1) merumuskan hipotesis, 2) mengidentifikasi variabel, 3) membuat desain penelitian, 4) melaksanakan eksperimen, 5) megumpulkan dan membuat grafik data, 6) menganalisis data yang harus dimiliki oleh siswa secara satu kesatuan dari enam indikator keterampilan proses sains tersebut.

2. Pembelajaran berbasis inquiry lab merupakan pembelajaran dimana mengarahkan siswa terlibat dalam kegiatan laboratorium dengan memecahkan suatu masalah dalam suatu penyelidikan dari masalah yang diberikan oleh guru mengenai pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah kulit singkong. Pembelajaran berbasis inquiry lab dengan sintaks pembelajaran observation, manipulation, generalitation, verification dan application. Dalam penyelesaian masalah siswa harus memperhatikan kaidah sains melalui pendekatan saintifik. Untuk menyelesaikan penyelidikan maka dalam kegiatan pembelajaran meminta siswa untuk menentukan masalah yang akan diselesaikan, membuat hipotesis dari rumusan masalah yang dibuat, menentukan variabel dalam penyelidikan, membuat desain peyelidikan, melaksanakan desain penyelidikan yang sudah dibuat, mengumpulkan data dari hasil penyelidikan kemudian hasil tersebut dianalisis sesuai hasil penyelidikan yang diperoleh.


(26)

D. Asumsi

Adapun asumsi yang mendasari dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan percobaan laboratorium adalah cara yang paling efektif

untuk menyederhanakan dan memperjelas pemahaman teori yang kompleks (Ravichandran & Saravanakumar, 2013).

2. Keterampilan proses sains sangat penting untuk pembelajaran yang bermakna karena berkesan sepanjang hidup, sehingga dapat menemukan, menafsirkan, dan menilai bukti-bukti dari kondisi yang berbeda yang akan dihadapi (Karamustafaoglu, 2011).

3. Inquiry lab merupakan model pembelajaran yang berbeda dengan

aktivitas kegiatan laboratorium biasa karena laboratorium biasa hanya inquiry terstruktur saja sedangkan inquiry lab lebih berorientasi terhadap hasil dan penyelidikan yang lebih mendalam (Wenning, 2005).

4. Keterampilan proses sians terintegrasi berkembang baik dalam pembelajaran yang melibatkan praktikum (Ramdani, 2012).

E. Hipotesis Penelitan

Adapun hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :

Terdapat perbedaan peningkatan KPS (keterampilan proses sains) terintegrasi siswa antara kelas kontrol dan eksperimen.

F. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA di SMAN 6 Bandung tahun ajaran 2014/2015. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIA di SMAN 6 Bandung sebanyak 2 kelas. Sampel yang diambil yaitu kelas X MIA 4 sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang diberi perlakuan dengan pembelajaran berbasis inquiry lab dan kelas X MIA 5 yang dipilih sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang diberi perlakuan dengan pembelajaran berbasis praktikum biasa (resep).


(27)

G. Proses Pengembangan Instrumen

Langkah-langkah yang akan ditempuh untuk mengembangkan instrumen penelitian ini adalah:

1. Menganalisis RPP yang akan digunakan dalam pebelajaran berbasis inquiry lab pada materi daur ulang.

2. Menentukan indikator yang digunakan untuk membuat pertanyaan pada instrumen yang digunakan berupa soal essay, lembar kinerja siswa dan pernyataan angket siswa.

3. Kemudian mengembangkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan dalam soal tes uraian, lembar kinerja siswa dan penyataan untuk angket siswa.

4. Melakukan judgment instrumen dan RPP kepada dosen pembimbing. 5. Melakukan judgment instrumen ke dosen ahli.

6. Instrumen diuji coba terlebih dahulu pada kelompok siswa yang tidak terlibat dalam penelitian dan sudah mengikuti pokok bahasan yang di sampaikan.

7. Untuk menghasilkan soal yamg baik adalah dengan diuji coba. Tujuan dari uji coba ini untuk mengetahui kelayakan soal yang digunakan dengan menguji validitas, reabilitas, tingkat pembeda dan tingkat kesukaran, sehingga saat pelaksanaan penelitian benar-benar dapat mencerminkan kemampuan siswa yang sedang diteliti dari kemampuan

“KPS” terintegrasi siswa yang diukur. H. Instrumen Penelitian

Dalam mengumpulkan data dari penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah lembar observasi keterlaksanaan sintaks pembelajaran inquiry lab, tes, angket, lembar kinerja siswa.


(28)

1. Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Inquiry Lab

Instrumen ini digunakan untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran dari pembelajaran inquiry lab dengan lima sintaks yaitu observation, manipulation, generalitation, verification dan application. 2. Tes Kemampuan KPS (Keterampilan Proses Sains) Terintegrasi

Kemampuan KPS terintegrasi siswa diukur dengan alat ukur berupa tes tertulis. Tes ini bertujuan untuk melihat hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan pembelajaran berbasis inquiry lab. Tes tertulis berupa soal uraian terstruktur yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Soal ini bertujuan untuk mengukur “KPS terintegrasi” siswa pada materi daur ulang. Kisi-kisi soal KPS terintegrasi siswa disajikan dalam Tabel 3.3.


(29)

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Uraian Terstruktur

Aspek KPS terintegrasi

Soal terstruktur Indikator Khusus Nomor

soal

1. Membuat

hipotesis 2. Mengidentifik

asi variabel

Rumusan masalah Mengenali permasalahan yang dapat diselidiki secara ilmiah

1

Hipotesis Menduga kejadian sementara dari

permasalahan yang diselidiki sesuai dengan permasalahan

2

Menentukukan variabel

Menentukan variabel dalam penyelidikan sesuai dengan

permasalahan 3 3. Membuat desain penyelidikan Menentukan alat dan bahan

Mendaftar alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penyelidikan

4

Mendesain penyelidikan

Mendesain penyelidikan sesuai dengan masalah yang ditemukan

5

4. Melaksanakan penyelidikan

5. Mengumpulka

n data dan membuat grafik data

Melakukan penyelidikan

Melakukan penyelidikan sesuai dengan desain yang dibuat

5

Membuat tabel hasil percobaan

Menyimpan data dalam bentuk tabel percobaan

6

Membuat data dalam bentuk

grafik

Membuat garfik percobaan dengan variabel X dan Y yang tepat

7

6. Menganalisis data

Menginterpretasik an data

Mendeskripsikan hasil penyelidikan dari tabel dan grafik percobaan

8

Kesimpulan Membuat suatu kesimpulan yang

berhubungan dengan rumusan masalah 9

Total Soal 9

Berikut merupakan rincian analisis pokok uji pada tiap butir soal uraian untuk mencapai KPS (keterampilan proses sains) terintegrasi siswa.

a. Validitas

Tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriteria. Soal dikatakan valid apabila soal tes mengukur apa yang seharusnya diukur dimana bisa dilihat dari hasil pemikiran (validitas logis) dan hasil pengalaman


(30)

(validitas empiris). Dua hal ini merupakan dasar pengelompokan validitas tes (Arikunto, 2012).

Suatu soal memiliki validitas yang tinggi jika skor pada soal memiliki kesejajaran dengan skor total (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini untuk mengetahui validitas soal dilakukan dengan menggunakan program ANATES. Nilai validitas yang telah diketahui selanjutnya diinterpretasikan mengenai besarnya koefisien korelasi menggunakan kriteria validitas pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kriteria Indeks Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,800-1,00 Sangat tinggi

0,600-0,800 Tinggi

0,400-0,600 Cukup

0,200-0,400 Rendah

0,00-0,200 Sangat rendah

(Arikunto, 2012) Berikut disajikan data rekapitulasi validitas butir soal hasil uji instrumen soal kemampuan KPS Terintegrasi pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Rekapitulasi Validitas Butir Soal Hasil Uji Coba Instrumen

Kriteria No.Soal Jumlah Soal %

Sangat Tinggi 1,2,3 3 33,3

Tinggi 4,5,9 3 33,3

Cukup 6,7,8 3 33,3

Rendah - 0 -

Sangat Rendah - 0 -

Jumlah 9 100

b. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama. Untuk mengetahui ketepatan ini pada dasarnya dilihat kesetaran hasil (Arikunto, 2012). Suatu tes dapat dikatakan memiliki reabilitas yang tinggi apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap dimana reabitias ini berhubungan dengan konsistensi soal dalam memberikan hasil pengukuran (Sriyati,2011).

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran soal, artinya jika kepada siswa-siswa diberikan tes yang serupa pada waktu yang berbeda, maka setiap siswa akan tetap berada


(31)

dalam urutan yang sama dalam kelompok (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini untuk mengetahui reliabilitas soal dilakukan dengan menggunakan program ANATES. Selanjutnya, dilakukan interpretasi nilai reliabilitas berdasarkan kriteria reliabilitas pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Klasifikasi Nilai Reliabilitas

Batasan Kategori

0,80-1,00 Sangat tinggi

0,60-0,79 Tinggi

0,40-0,59 Cukup

0,20-0,39 Rendah

0,00-0,19 Sangat rendah

(Arikunto, 2012) Hasil perhitungan reliabilitas instrumen yang diuji cobakan dengan menggunakan ANATES menunjukkan nilai 0,78. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tersebut termasuk ke dalam kategori tinggi.

c. Daya Pembeda

Perhitungan daya pembeda soal dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana butir soal dapat membedakan siswa berkemampuan tinggi dengan berkemampuan rendah. Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan yang rendah (Arikunto, 2012). Dalam penelitian ini untuk mengetahui daya pembeda soal dilakukan melalui bantuan program ANATES. Selanjutnya, besarnya nilai tingkat daya pembeda diinterpretasi berdasarkan kriteria daya pembeda pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00-0,20 Jelek

0,20-0,40 Cukup

0,40-0,70 Baik

0,70-1,00 Baik sekali

(Arikunto, 2012)

Data rekapitulasi daya pembeda hasil uji instrumen soal KPS terintegrasi disajikan pada Tabel 3.8.


(32)

Tabel 3.8 Rekapitulasi Daya Pembeda Hasil Uji Coba Instrumen

Kriteria No.Soal Jumlah Soal %

Jelek - - -

Cukup 6,9 2 22,2

Baik 8 1 11,1

Baik Sekali 1,2,3,4,5,7 6 66,7

Jumlah 9 100

d. Tingkat Kesukaran

Indeks taraf kesukaran adalah suatu angka atau bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal (Arikunto, 2012). Uji tingkat kesukaran dilakukan untuk mengetahui sukar atau mudahnya suatu butir soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sukar (Arikunto, 2012). Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk berusaha memecahkannya, sedangkan soal yang terlalu sukar dapat membuat siswa putus asa dalam mengerjakannya. Dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat kesukaran soal dilakukan melalui bantuan program ANATES. Selanjutnya diinterpretasi mengenai besarnya nilai tingkat kesukaran soal menggunakan kriteria tingkat kesukaran pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Kesukaran

Batasan Kategori

0,00<P≤0,30 Soal sukar

0,30<P≤0,70 Soal sedang

0,70<P≤1,00 Soal mudah

(Arikunto 2012) Berikut ini merupakan data rekapitulasi tingkat kesukaran hasil uji coba instrumen disajikan pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10 Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Hasil Uji Coba Instrumen

Kriteria No.Soal Jumlah

Soal %

Sukar - - -

Sedang 1,2,3,4, 5 5 55,6

Mudah 6,7,8,9 4 44,4


(33)

Rekapitulasi hasil analisis butir soal yang meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda, taraf kesukaran dan kesimpulan hasil seleksi item soal disajikan pada Tabel 3.11.


(34)

Tabel 3.11 Rekapitulasi hasil analisis butir soal Keterampilan Proses Sains Terintegrasi pada Materi Daur Ulang

No

Daya Pembeda Taraf Kesukaran Validitas

Kesim.

Reliabilitas

D interpretasi P Interpretasi Vi Interpretasi R Interpretasi

1 0,14 Sangat baik 0,60 Sedang 0,844 Sangat tinngi Terima

0,78 Tinggi 2 0,10 Sangat Baik 0,50 Sedang 0,807 Sangat tinggi Terima

3 0,12 Sangat Baik 0,60 Sedang 0,859 Sangat tinggi Terima

4 0,10 Sangat Baik 0,55 Sedang 0,710 Tinggi Terima

5 0,92 Sangat Baik 0,51 Sedang 0,642 Tinggi Terima

6 0,35 Cukup 0,83 Mudah 0,480 Cukup Terima*

7 0,78 Sangat Baik 0,82 Mudah 0,501 Cukup Terima*

8 0,42 Baik 0,78 Mudah 0,464 Cukup Terima*

9 0,21 Cukup 0,82 Mudah 0,615 Tinggi Terima

Keterangan :


(35)

3. Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran

Angket diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui respon

siswa terhadap hasil pembelajaran terkait kemampuan dari “KPS terintegrasi

siswa. Angket siswa berisi pernyatan-pernyatan yang mengungkap kemampuan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan. Adapun angket yang digunakan terdiri dari 10 item soal dengan menggunakan skala likers. Skor yang diberikan dari 1-4. Skala Likert untuk siswa terdiri dari jawaban sangat setuju (skor 4), setuju (skor 3), tidak setuju (skor 2), sangat tidak setuju (skor 1). Kisi-kisi angket respon siswa terhadap pembelajaran disajikan dalam Tabel 3.12 berikut :

Tabel 3.12 Angket Respon Siswa terhadap Hasil Belajar dari Pembelajaran berbasis Inquiry Lab

No Indikator Angket Respon No angket

Pendapat kemampuan Pra dsain penyelidikan 1,2,3

1 Kemampuan dalam merumuskan masalah 1

2 Kemampuan dalam merumuskn hipotesis 2

3 Kemampuan dalam menentukan variabel-variabel dalam percobaan 3

Pendapat kemampuan dalam men-desain penyelidikan 4,5

4 Pendapat kemampuan menentukan alat dan bahan dalam percobaan 4

5 Pendapat dalam membuat desain (langkah kerja) percobaan 5

Pendapat kemampuan pelaksanaan penyelidikan 6

6 Pendapat kemampuan dalam melakukan penyelidikan 6

Pendapat dalam mengumpulkan data penyelidikan 7,8

7 Pendapat kemampuan dalam memgumpulkan data dalam bentuk tabel 7

8 Pendapat kemampuan dalam mengubah data dalam bentuk grafik 8

Menganalisis Data 9,10

9 Pendapat siswa dalam kemampuan menginterpretasikan data. 9

10 Pendapat siswa dalam kemampuan membuat sebuah kesimpulan dari

penyelidikan.


(36)

Tabel 3.13 Rekapitulasi hasil analisis butir Angket Respon Siswa

No

Taraf Kesukaran Validitas

Kesim.

Reliabilitas

P Interpretasi Vi Interpretasi R Interpretasi

1 0,87 Mudah 0,674 Tinngi Terima

0,71 Tinggi

2 0,62 Sedang 0,578 Cukup Terima

3 0,67 Sedang 0,549 Cukup Terima

4 0,80 Mudah 0,604 Tinggi Terima

5 0,58 Sedang 0,540 Cukup Terima

6 0,80 Mudah 0,573 Cukup Terima*

7 0,83 Mudah 0,734 Tinggi Terima

8 0,85 Mudah 0,618 Tinggi Terima

9 0,83 Mudah 0,692 Tinggi Terima

10 0,85 Mudah 0,850 Sangat tinggi Terima

Keterangan :


(37)

4. Lembar Kinerja Siswa

Lembar kinerja siswa merupakan instrumen yang memperkuat dalam

mengukur “KPS terintegrasi”. Lembar kinerja siswa ini digunakan untuk mengetahui kinerja siswa selama melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis inquiry lab. Lembar penilaian kinerja siswa pada saat pelaksanaan berbasis inquiry lab dengan menggunakan lembar observasi. Dalam penelitian ini, pengambilan data melalui lembar observasi melibatkan lima observer. Sebelumnya, observer sudah mendapatkan penjelasan yang meliputi penjelasan penggunaan lembar observasi kinerja pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.


(38)

I. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data disesuaikan dengan rumusan masalah dalam penelitian. Teknik pengumpulan dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Tabel 3.14 Teknik pengumpulan data

No Data Sumber Data Data Diambil

1

Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran berbasis inquiry lab pada materi

daur ulang? Lembar Observasi

Keterlaksanaan Pembelajaran

Lembar Observasil Keterlaksanaan Pembelajaran berbasis inquiry lab

(Wenning, 2011) diobservasi oleh observer. 2

Bagaiman “KPS terintegrasi” siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran berbasis Inquiry Lab?

Pre test Pre test dilaksanakan di awal pembelajaran

pada siswa kelas X sebelum perlakuan. 3 Bagaiman “KPS terintegrasi” siswa setelah dilaksanakan pembelajaran

berbasis Inquiry Lab?

Pre test dan post test

Post test dilakukan di setelah selesai

pembelajaran bebrasis inquiry lab di kelas. 4 Bagaimana perbedaan peningkatan “KPS terintegrasi” siswa antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol?

Hasil penilaian dari pre-test dan post- test soal KPS terintegrasi antara kelas kontrol dan ekspreimen di bandingkan.

5 Bagaimana tanggapan siswa terhadap hasil belajar dari pembelajaran berbasis inquiry lab pada materi daur ulang.

Angket Hasil angket diambil setelah perlakukan pembelajaran berbasis inqury lab


(39)

J. Prosedur Penelitan

Secara garis besar dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.

1. Tahap Persiapan

a. Membuat proposal penelitian

b. Melaksanakan seminar prososal penelitian yang bertujun untuk memperoleh masukan-masukan untuk memperlancar penelitian yang akan dilaksanakan

c. Merevisi dan menyempurnakan proposal penelitian

d. Menyusun instrumen-instumen penelitian dan dijudgement oleh dosen pembimbing dan dosen ahli

e. Melakukan konsultasi dengan pihak sekolah untuk kepentingan penelitian

f. Melakukan uji coba instrumen pada kelas yang bukan termasuk sampel untuk mengukur validitas, reabilitas dan tingkat kesukarang instrumen. g. Proses analisis validitas dan reliabilitas instrumen.

h. Perbaikan instrumen penelitian (jika terdapat kekurangan atau kurang layak).

i. Membuat surat izin penelitian 2. Tahap Pelaksanaan

Kelas yang akan dijadikan sebagai sampel, dipilih dari populasinya (kelas X IPA di SMAN 6 Kota Bandung).

a. Kelas Eksperimen

1) Sebelum dilakukan pembelajaran, siswa sebagai sampel penelitian diberikan soal pretest.

2) Melakukan kegiatan pembelajaran berbasis inquiry lab pada kelas eksperimen.

3) Mendiskusikan masalah yang disediakan

4) Memecahkan masalah yang mereka temui dari masalah yang diberikan dengan mencoba menyelidiki masalah yang dihadapi.


(40)

6) Mengumpulkan data hasil pretest dan posttest

7) Memberikan angket yang berisi tentang hasil belajar yang diperoleh setelah proses belajar mengajar berakhir sebagai informasi tambahan. b. Kelas Kontrol

1) Melakukan pretest pada kelas yang dijadikan sampel penelitian

2) Melakukan kegiatan pembelajaran berbasis praktikum biasa pada kelas kontrol

3) Melakukan diskusi kelompok terhadap observasi yang mereka temui saat pengamatan

4) Siswa menyimpulkan hasil diskusi yang mereka lakukan dari hasil observasi percobaan

5) Melakukan posttest setelah proses belajar mengajar berakhir. 6) Mengumpulkan data hasil pretest dan posttest

Melakukan pengolahan data

K. Analisis Data dan Pengolahan Data

1. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran (Sintaks) Inquiry

Lab

Lembar observasi keterlaksanaan ini dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran sesuai dengan sintaks dari pembelajaran inquiry lab. Dari data lembar observasi ini, dapat dikaitkan dengan hasil keterampilan proses sains terintegrasi siswa dari pembelajaran inquiry lab. Adapun penjelasan dari sintaks pembelajaran inquiry lab dapat dilihat pada Tabel berikut ini.


(41)

Tabel 3.15 Sintaks Keterlaksanaan Pembelajaran Inquiry Lab

Sintaks Pembelajaran Deskriptor

1. Observation a. Meninjau kemampuan awal siswa dalam percobaan yang akan dilakukan

b. Siswa dengan bimbingan guru menentukan variabel bebas dari penyelidikan yang dilakukan

c. Siswa dengan bimbingan guru menentukan variabel terikat dari penyelidikan yang dilakukan

d. Siswa dengan bimbingan guru menentukan variabel kontrol dari penyelidikan yang dilakukan

2. Manipulation a. Siswa membuat suatu desain percobaan pada Lembar Kerja Siswa (LKS)

b. Siswa melakukan eksperimen dengan menemukan perbandingan yang sesuai antara ekstraks kulit singkong dan kapur gypsum terhadap kualitas lem

3. Generalitation a. Siswa melakukan pengamatan dari hasil penyelidikan

b. Siswa melakukan diskusi kelompok dan mengolah data dalam bentuk tabel dan grafik

c. Siswa dapat menuliskan hasil pengamatan yang telah dilakukan 4. Verification a. siswa mempresentasikan hasil penyelidikan/eksperimen yang

dilakukan

b. siswa dibimbing oleh guru untuk berdiskusi dan menarik kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan

5. Application a. siswa menjawab pertanyaan dari LKS melalui diskusi kelompok b. siswa dipandu oleh guru membahas fenomena lain dari

pencemaran lingkungan dan upaya penanggulangan

(Wenning, 2011)

Spesipikasi keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran D.1 dimana keterlaksanaan pembelajaran diisi oleh observer. Data yang diperoleh dihitung dengan rumus berikut :

Persen keterlasanaan = total skor yang diperoleh X 100% Skor maksimal

Data yang diperoleh dikategorikan melalui Tabel kategori hasil keterlaksanaan sintaks pembelajaran inquiry lab.

Tabel 3.16 Kategorisasi Keterlaksanaan Sintaks

Rentang Indeks Kategorisasi

85-100 Sangat Baik

70-85 Baik

55-70 Cukup

40-55 Kurang

0-40 Sangat Kurang


(42)

2. Pengolahan Data Tes KPS (Keterampilan Proses Sains) Terintegrasi Siswa

Pengolahan data tes dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap data pretest dan posttest. Data tersebut diperoleh dengan memberikan tes uraian (essay) sebanyak 9 soal kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Langkah pertama dalam pengolahan data kuantitatif tersebut adalah menghitung skor jawaban (pretest dan posttest) dengan cara memberi skor dari jawaban siswa sesuai dengan rubrik penilaian, kemudian skor yang telah diperoleh diubah menjadi nilai dengan ketentuan sebagai berikut:

(Arikunto, 2012) Setelah melakukan penskoran nilai siswa, selanjutkan melakukan uji statistika.

1) Uji Prasyarat

Uji prasayarat merupakan uji awal yang akan menentukan apakah hipotesis akan dilakukan melalui uji statistik parametrik ataukah nonparametrik (Sudjana, 2005). Semua pengujian statistik pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan softwere SPSS Versi 20 dan microsoft exel. Uji prasyarat ini terdiri dari :

a) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data skor pretest menggunakan uji dua pihak, hipotesisnya adalah sebagai berikut :

H0: Data skor pretes berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1: Data skor pretes berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Pada penelitian ini, digunakan taraf signifikansi 0,05 maka kriteria pengujiannya adalah :

 Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima  Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak

Hasil uji normalitas menentukan hasil jenis uji selanjutnya. Hasil pengujian yang menunjukkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal maka pengujian dilanjutkan dengan uji homogenitas.


(43)

Tetapi apabila data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal maka digunakan statistika non parametrik dengan Uji Mann-Whitney. b)Uji Homogenitas

Uji homogenitas adalah uji mengenai sama tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Pengujian homogenitas varians menggunakan uji F atau Levene’s tes. Pengujian homogenitas varians menggunakan uji dua pihak, hipotesisnya sebagai berikut :

H0: = (Varians kelas eksperimen dan varians kelas kontrol homogen), H1: (Varians kelas eksperimen dan varians kelas kontrol tidak homogen) Dengan,

: variansi kelas kontrol : variansi kelas eksperimen

Taraf signifikansi 0,05 digunakan pada penelitian ini maka kriteria pengujiannya adalah :

 Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima

 Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak e. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang dilakukan yakni melalui uji dua rata-rata serta membandingkan N-gain yang diperoleh pada kelas kontrol dengan eksperimen. Jenis uji dua rata-rata yang digunakan bergantung kepada

jumlah sampel, jika ≥ 30 dan data berdistribusi normal maka dilakukan uji parametrik yaitu uji z independen, namun jika data tidak berdistribusi normal maka dilakukan uji Mann-Whitney (Sudjana, 2005). Hipotesis dalam pengujian berikut ini adalah: H0= tidak dapat perbedaan yang signifikan dan H1 = terdapat perbedaan yang signifikan.


(44)

2) Uji Kesamaan Dua Rata-rata (Pretest)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa di awal sebelum perlakuan. Data pretest dan posttest berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal maka uji kesamaan dua rata-rata dilakukan dengan menggunakan Uji Mann-Whitney (statistika nonparametrik). Hipotesis ujinya adalah sebagai berikut. H0: µk = µe (rata-rata skor pretest kelas eksperimen dan kontrol tidak sama/berbeda secara signifikan) H1: µk ≠ µe (rata-rata skor pretest kelas eksperimen dan kontrol sama/tidak berbeda secara signifikan). Pada penelitian ini, digunakan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian hipotesisnya adalah :

 Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima

 Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak 3) Uji Perbedaan Dua Rata-rata (Posttest)

Uji ini dilakukan dalam menguji perbedaan dua rata-rata skor posttest yang berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal maka uji perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan menggunakan Uji Mann-Whitney (statistika nonparametrik). Hipotesis ujinya adalah sebagai berikut.

H0: µe = µk (rata-rata skor posttest kelas eksperimen tidak lebih baik dari rata-rata skor posttest kelas kontrol)

H1: µe> µk (rata-rata skor posttest kelas eksperimen lebih baik dari rata-rata skor posttest kelas kontrol)

Pada penelitian ini, digunakan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian hipotesisnya adalah :

 H0 diterima apabila nilai sig. > 0,05

 H0 ditolak apabila nilai sig. < 0,05

Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah α= 0,05, artinya kemungkinan kebenaran hasil penarikan kesimpulan mempunyai

probabilitas 95% atau toleransi kemelesetan 5%, tingkat signifikansi α=

0,05 sudah lazim digunakan karena dinilai cukup ketat untuk mewakili perbedaan antara variabel-variabel yang diuji.


(45)

Analisis data dalam penelitian peningkatan keterampilan proses sains terintegrasi siswa dihitung dengan skor N-Gain (Meltzer, 2002) digunakan rumus:

Keterangan:

<g> N-gain

Spos = nilai posttest Spre = nilai pretest Smaks = nilai maksimal

Tabel 3.17 Kriteria Gain Ternormalisasi (N-Gain)

Rentang Kriteria

0,81 – 1,00 Sangat Tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Sedang

0,21 – 0,40 Rendah

g ≤ 0,20 Sangat Rendah

4) Pengolahan Kinerja

Penilaian kinerja siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran berbasis inquiry lab diukur dengan menggunakan lembar observasi kinerja siswa. Nilai kinerja siswa dalam kegiatan pembelajaran diperoleh dengan cara menghitung: Persen Kinerja : total skor yang diperoleh X 100%

Skor maksimal

Presentasi yang diperoleh ditafsirkan berdasarkan kriteria pada Tabel di bawah ini:

Tabel 3.18 Kategorisasi Hasil Kinerja Siswa

Presentase Kategori

86% - 100% Sangat baik

76% - 85% Baik

60% - 75% Cukup

55% - 59% Kurang

≤ 54% Kurang sekali


(46)

5) Angket Respon Siswa

Data yang diperoleh melalui angket diolah dengan cara melakukan pensekoran setiap aspek pada angket. Adapun angket yang digunakan dengan menggunakan skala likers-4. Setiap pernyataan terdiri dari empat pilihan jawaban. Perhitungannya sebagai berikut:

Persen angket = total skor yang diperoleh X 100% Skor maksimal

Hasil presentase perhitungan kuantitatif ini ditafsirkan dengan menggunakan kategorisasi menurut Koentjaraningrat 1999 (dalam Hadiyana, 2011) pada Tabel berikut ini:

Tabel 3.19 Kategorisasi Hasil Presentase Angket Respon Siswa

Presentase Kategorisasi

0% Tidak satupun

1% - 30% Sebagian kecil

31% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51% - 80% Sebagian besar

81% - 99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya


(47)

L. Alur Analisis Data

Gambar 3.1 Alur Analisis Data Pemberian skor hasil pre-test dan

post-test

Uji homogenitas dan normalitas rerata pre-test dan post-test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

Penentuan rerata masing-masing nilai pre-test dan post-test pada

kedua kelas

Normal dan homogen: membandingkan nilai rerata pre-test kelas kontrol dan eksperimen

Uji parametrik Tidak normal dan homogen:

uji non-parametrik

Rerata nilai sama: membandingkan nilai rerata

post-test kedua kelas

Rerata nilai tidak sama: menghitung N-gain masing-masing nilai pada kedua kelas


(48)

M. Alur Penelitian.

Pembuatan Instrumen penelitian (Tes kemampuan KPS terintegrasi, Sintaks Pembelajaran, Lembar observasi kinerja dan Angket respon siswa.

Judgemen instrumen kepada dosen ahli lalu revisi instrumen Uji coba instrumen penelitian

Analisis data hasil uji coba instrumen

Perbaikan instrumen

Kelas Kontrol

Diberikan pretest (tes soal uraian)

Kelas eksperimen

Diberikan pretest (tes soal uraian)

Melakukan pembelajaran daur ulang dengan pembelajaran praktikum biasa (resep). Siswa

dibagi menjadi enam kelompok masing-masing kelompok berjumlah lima - enam

orang.

Melakukan pembelajaran inquiry lab dengan konsep daur ulang. Siswa

dibagi menjadi enam kelompok masing-masing kelompok berjumlah

lima- enam orang.

Diberikan posttest (tes soal uraian ) Diberikan posttest (tes soal uraian )

Diberikan angket

Pengolahan data

Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian


(49)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian menunjukakkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran berbasis inquiry lab pada kelas eksperimen dapat berlangsung dengan sangat baik sesuai dengan kriteria keterlaksanaan sintaks dari pembelajaran berbasiss inquiry lab. Pembelajaran ini memberikan pengaruh yang besar untuk hasil belajar siswa yaitu terhadap kemampuan KPS terintegrasi siswa. Peningkatan kemampuan KPS terintegrasi dapat terjadi karena pada sintaks inquiry lab terdiri dari Observation, Manipulation, Generalisasi, Verification dan Application yang secara tidak langsung dapat meningkatkan KPS terintegrasi siswa. Selain itu pembelajaran ini cukup menantang dan menarik perhatian siswa karena masalah yang diungkapkan dikaitkan dengan pengalaman sehari-hari.

Berdasarkan analisis uji statistika rata-rata nilai posttest KPS terintegrasi siswa setelah dilaksanakan pembelajaran berbasis inquiry lab pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa KPS terintegrasi siswa terjadi peningkatan dengan kategori tinggi. Dari pembelajaran berbasis inquiry lab terjadi perbedaan peningkatan KPS terintegrasi siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dimana N-gain kelas eksperimen termasuk ke dalam kategori tinggi (0,77) dan kelas kontrol termasuk kategori rendah (0,26) yang menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima yakni terdapat perbedaan peningkatan KPS (keterampilan proses sains) terintegrasi siswa antara kelas kontrol dan eksperimen. Selain itu juga Sebagian besar siswa memberikan respon setuju terhadap kemampuan KPS terintegrasinya dari pembelajaran berbasis inquiry lab. B. Implikasi

Pembelajaran berbasis inquiry lab dapat meningkatkan banyak keterampilan terutama KPS (keterampilan proses sains) terintegrasi serta memunculkan respon positif dari siswa.


(50)

C. Rekomendasi

Berdasarkan temuan dan implikasi di atas perlu diperhatikan beberapa saran perbaikan sebagai berikut: Para guru biologi disarankan untuk menggunakan model pembelajaran inquiry lab sebagai model pembelajaran alternatif dalam pembelajaran biologi karena dengan model inkuiri, dapat terjadi peningkatkan KPS (keterampilan proses sains) terintegrasi siswa.

1. Agar belajar lebih bermakna maka guru-guru biologi sebaiknya memperhatikan proses dari pembelajaran dan model pembelajaran yang diterapkan karena kemampuan KPS (keterampilan proses sains) terintegrasi siswa berpengaruh terhadap model pembelajaran yang dilakukan. Hal ini terbukti dengan adanya pengaruh pembelajaran terhadap model pembelajaran untuk mencapai keterampilan siswa.

2. Guru biologi disarankan agar selalu membuka diri dan mencoba menerapkan berbagai model pembelajaran dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Usaha untuk terus mengembangkan diri dan menambah pengatahuan tentang cara menggunakan model pembelajaran yang tepat, hendaknya terus dilakukan demi tercapainya pembelajaran yang berkualitas dan meningkkan ketermpilan proses siswa untuk kesiapan siswa mencapai jenjang yang lebih tinggi yaitu di dunia perkuliahan.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian sejenis dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran dengan mengkolaborasikan pembelajaran inquiry lab pada subjek penelitian yang berbeda.

4. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang melibatkan KPS terintegrsi dengan menyertakan rubrik terintegrasi dan soal tes yang lebih sesuai dengan standar soal KPS terintegrasi, sehingga KPS terintegrsi siswa benar-benar dapat diniliai dengan baik.

5. Guru harus mampu memanjemen waktu yang telah dialokasikan mengingat pmbelajaran inquiry lebih membutuhkan waktu yang lebih lama agar tujuan pembelajaran tercapai.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja, Y. H., (2009). Peranan Praktikum dalam Mengembangkan

Keterampilan Proses dan Kerja Laboratorium. [Online].

Tersedia:http://file.upi.edu/direktori/fpmipa/jur._pend._biologi/195512191980 021yusuf_hilmi_adisendjaja/peranan_praktikum_dalam_mengembangkan_kete rampilan_kerja_laboratorium.pdf. [20 Januari 2015].

Andriani, N., Husiani, I., dan Nurliyah, L. (2011). Efektifitas Penerapan Pembelajaran Inquiri Terbimbing (Guided Inquiry) pada Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Cahaya di Kelas VIII SMP Negeri 2 Muara Padang. Bandung: SNIPS

Anggraeni, S dan Hayati (2012). Pengantar Praktikum Biologi. [Online].

Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/Fpmipa/Jur._Pend._Biologi/1958012619 87032-Sri_Anggraeni/Pengantar_Praktikum_Biologi.pdf. [10 Oktober 2014] Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikkan. Jakarta : Bumi Aksara. Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Fauzia, E. N. (2014). Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided

Inquiry) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

Dan Keterampilan Berpikir Ilmiah

Pada Topik Kacamata Dan Lup. [Online]. Tersedia: Http://Jurnal-Online.Um.Ac.Id/Data/Artikel/Artikel17a1e182735dba9fb3fdf659e0d82d6c. Pdf. [26 Mei 2015]

Firanto, dkk. (2014). Seminar Nasional Pendidikan Sains. Yogyakarta :UNY Hadiyana, L. R. (2011). Pengaruh Pedekatan Keterampilan Proses Sains

terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Jakarta : UIN

Hayat, M.S., dan Anggraeni, S. (2011). Pembelajaran Berbasis Praktikum pada Konsep Invertebrata untuk Pengembangan Sikap Ilmiah Siswa. Bioma. 1(2). 141-152.

Irnaningtyas. (2013). Biologi Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga

Karamustafaoglu, Sevilay. (2011). Improving the Science Process Skills Ability of Science Student Teachers Using I Diagrams. Eurasian Journal Physics and Chemistry Education.3(1).26-38.

Lederman, J.S, Lederman, N.G., Bartos, S.A., Bartels, S.L., Meyer, A.A and

Schwartz, R.S. (2013). Meaningful assessment of learners‘ understandings

about scientific inquiry—theviews about scientific inquiry (vasi) questionnaire. Science EducationJournal Of Research In Science Teaching. 51(1),65–83.

Linden, D. & Madison W. (2005). The Wisconsin Program for Scientific Teaching. [Online].


(1)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian menunjukakkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran berbasis inquiry lab pada kelas eksperimen dapat berlangsung dengan sangat baik sesuai dengan kriteria keterlaksanaan sintaks dari pembelajaran berbasiss inquiry lab. Pembelajaran ini memberikan pengaruh yang besar untuk hasil belajar siswa yaitu terhadap kemampuan KPS terintegrasi siswa. Peningkatan kemampuan KPS terintegrasi dapat terjadi karena pada sintaks inquiry lab terdiri dari Observation, Manipulation, Generalisasi,

Verification dan Application yang secara tidak langsung dapat meningkatkan KPS

terintegrasi siswa. Selain itu pembelajaran ini cukup menantang dan menarik perhatian siswa karena masalah yang diungkapkan dikaitkan dengan pengalaman sehari-hari.

Berdasarkan analisis uji statistika rata-rata nilai posttest KPS terintegrasi siswa setelah dilaksanakan pembelajaran berbasis inquiry lab pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa KPS terintegrasi siswa terjadi peningkatan dengan kategori tinggi. Dari pembelajaran berbasis inquiry lab terjadi perbedaan peningkatan KPS terintegrasi siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dimana N-gain kelas eksperimen termasuk ke dalam kategori tinggi (0,77) dan kelas kontrol termasuk kategori rendah (0,26) yang menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima yakni terdapat perbedaan peningkatan KPS (keterampilan proses sains) terintegrasi siswa antara kelas kontrol dan eksperimen. Selain itu juga Sebagian besar siswa memberikan respon setuju terhadap kemampuan KPS terintegrasinya dari pembelajaran berbasis inquiry lab.

B. Implikasi

Pembelajaran berbasis inquiry lab dapat meningkatkan banyak keterampilan terutama KPS (keterampilan proses sains) terintegrasi serta memunculkan respon positif dari siswa.


(2)

C. Rekomendasi

Berdasarkan temuan dan implikasi di atas perlu diperhatikan beberapa saran perbaikan sebagai berikut: Para guru biologi disarankan untuk menggunakan model pembelajaran inquiry lab sebagai model pembelajaran alternatif dalam pembelajaran biologi karena dengan model inkuiri, dapat terjadi peningkatkan KPS (keterampilan proses sains) terintegrasi siswa.

1. Agar belajar lebih bermakna maka guru-guru biologi sebaiknya memperhatikan proses dari pembelajaran dan model pembelajaran yang diterapkan karena kemampuan KPS (keterampilan proses sains) terintegrasi siswa berpengaruh terhadap model pembelajaran yang dilakukan. Hal ini terbukti dengan adanya pengaruh pembelajaran terhadap model pembelajaran untuk mencapai keterampilan siswa.

2. Guru biologi disarankan agar selalu membuka diri dan mencoba menerapkan berbagai model pembelajaran dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Usaha untuk terus mengembangkan diri dan menambah pengatahuan tentang cara menggunakan model pembelajaran yang tepat, hendaknya terus dilakukan demi tercapainya pembelajaran yang berkualitas dan meningkkan ketermpilan proses siswa untuk kesiapan siswa mencapai jenjang yang lebih tinggi yaitu di dunia perkuliahan.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian sejenis dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran dengan mengkolaborasikan pembelajaran inquiry lab pada subjek penelitian yang berbeda.

4. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang melibatkan KPS terintegrsi dengan menyertakan rubrik terintegrasi dan soal tes yang lebih sesuai dengan standar soal KPS terintegrasi, sehingga KPS terintegrsi siswa benar-benar dapat diniliai dengan baik.

5. Guru harus mampu memanjemen waktu yang telah dialokasikan mengingat pmbelajaran inquiry lebih membutuhkan waktu yang lebih lama agar tujuan pembelajaran tercapai.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja, Y. H., (2009). Peranan Praktikum dalam Mengembangkan

Keterampilan Proses dan Kerja Laboratorium. [Online].

Tersedia:http://file.upi.edu/direktori/fpmipa/jur._pend._biologi/195512191980 021yusuf_hilmi_adisendjaja/peranan_praktikum_dalam_mengembangkan_kete rampilan_kerja_laboratorium.pdf. [20 Januari 2015].

Andriani, N., Husiani, I., dan Nurliyah, L. (2011). Efektifitas Penerapan

Pembelajaran Inquiri Terbimbing (Guided Inquiry) pada Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Cahaya di Kelas VIII SMP Negeri 2 Muara Padang.

Bandung: SNIPS

Anggraeni, S dan Hayati (2012). Pengantar Praktikum Biologi. [Online].

Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/Fpmipa/Jur._Pend._Biologi/1958012619 87032-Sri_Anggraeni/Pengantar_Praktikum_Biologi.pdf. [10 Oktober 2014] Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikkan. Jakarta : Bumi Aksara. Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Fauzia, E. N. (2014). Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided

Inquiry) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

Dan Keterampilan Berpikir Ilmiah

Pada Topik Kacamata Dan Lup. [Online]. Tersedia:

Http://Jurnal-Online.Um.Ac.Id/Data/Artikel/Artikel17a1e182735dba9fb3fdf659e0d82d6c. Pdf. [26 Mei 2015]

Firanto, dkk. (2014). Seminar Nasional Pendidikan Sains. Yogyakarta :UNY Hadiyana, L. R. (2011). Pengaruh Pedekatan Keterampilan Proses Sains

terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Jakarta : UIN

Hayat, M.S., dan Anggraeni, S. (2011). Pembelajaran Berbasis Praktikum pada Konsep Invertebrata untuk Pengembangan Sikap Ilmiah Siswa. Bioma. 1(2). 141-152.

Irnaningtyas. (2013). Biologi Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga

Karamustafaoglu, Sevilay. (2011). Improving the Science Process Skills Ability of Science Student Teachers Using I Diagrams. Eurasian Journal Physics

and Chemistry Education.3(1).26-38.

Lederman, J.S, Lederman, N.G., Bartos, S.A., Bartels, S.L., Meyer, A.A and

Schwartz, R.S. (2013). Meaningful assessment of learners‘ understandings

about scientific inquiry—theviews about scientific inquiry (vasi) questionnaire. Science EducationJournal Of Research In Science Teaching.

51(1),65–83.

Linden, D. & Madison W. (2005). The Wisconsin Program for Scientific


(4)

Tersedia: http://cst.yale.edu/sites/default/files/Uncook_handout.pdf. [ 10 Maret 2015].

Meli, S.B, Kurnia dan Yayan S. (2013). Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA melalui Pembelajaran Praktikum Berbasis Inkuiri pada Materi Laju Reaksi: Jurnal Riset dan Praktek Pendidikan Kimia 1 (1) 69-75. Meltzer, D.E. (2002). The relationship between mathemathics preparation and

conce tual learning gains in physics: a possible hidden variable in diagnostic pre- test scores. Journal of am J Phys. 70 (12): 1260.

Mustachfidoh, I. Jelantik, S. N.L.P dan Manik, W. (2013). Pengaruh Model

Pembelajaran Inkuiri Terhadap Prestasi Belajar Biologi Ditinjau Dari Inteligensi Siswa Sma Negeri 1 Srono. S2 thesis, Universitas Pendidikan

Ganesha.

Once, dr. (2010). Prinsip-prinsip Pengolahan Sampah.[Online]. Tersedia: http://bapelkescikarang.or.id/bapelkescikarang/images/stories/KurmodTTG/

pengelolaansampah/mi-1c%20modul%20prinsip%20pengelolaan%20sampah.pdf [1 Juni 2015] Okhee, L. 2012. Science Inquiry and Student Diversity: Enchanced Abilities and

Continuing Difficulties After an Instructional Intervention. Journal Of

Research In Science Teaching. Vol. 43 (7): 607-636

Olympiou, G and Zacharia, Z.C. (2011). Blending physical and virtual

manipulatives: an effort to improve students‘ conceptual understanding

through science laboratory experimentation. Science Education. 96(1),21–47. Ramdani. (2012). Perbandingan Peningkatan Keterampilan Proses Sains

Terintegrasi dengan Penguasaan Konsep Siswa Melalui Pembelajaran Kontekstual dan Saingtemas. S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

Ravichandran, T. dan Saravanakumar, A. R. (2013). Enhancing biological sciences laboratory experimental skills through virtual laboratory techniques. Indian Journal Of Research. 2(4), 70-72

Rezba, J. Richard, et al. (1999). Learning and Assessing: Science Process Skils.

Fourth Edition. Kendall/Hunr Publishing Company.

Rusmiyati, A.A. dan Yulianto. (2009). Peningkatan keterampilan proses sains dengan menerapkan model problem based-instruction. Jurnal Pendidikan

Fisika Indonesia 5(1)75-78

Rustaman, N.Y., dkk. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Common Textbook JlCA lMSTEP. Bandung: FPMIPA UPl

Rustaman, N.Y. (2005). Kemampuan Proses Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. [Online].Tersedia:http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPMIPA/JUR ._PEND._BIOLOGI/. [10 Oktober 2014].


(5)

Rustaman, N.Y. (2009). Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangkan

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi untuk Pembangunan. [Online].

Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/Jur._Pend._Biologi/19501231 1979032-Nuryani_Rustaman/Keterampilan_Proses_UIN-03.pdf. [10 Oktober 2014].

Purwanto, N. (2008). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung, PT. Posdakarya.

Rupilu, N. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Guided Inquiry Terhadap

Kemampuan Berfikir Formal dan Sikap Ilmiah Siswa. [Online]. Tersedia:

http://pascaundiksha.ic.id/e-journal/indeks.php/jurnal_ipa/article/download/486/278/. [10 Oktober 2014] Salter, I.Y. and Atkins, L.J. (2013). What students say versus what they do

regarding scientific inquiry. Science education. 89(1), 1-35.

Subiantaro, A.W. (2009). Pentingnya Praktikum dalam Pembelajaran IPA. [Online].Tersedia:http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PPM_PENTIN GNYA%20PRAKTIKUM.pdf. [10 Oktober 2014].

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Sudargo, F. (2009). Model Pembelajaran Biologi Berbasis Praktikum untuk

Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Keterampilan Proses Siswa

SMA. [Online]. Tersedia: Http://File.Upi. Edu/Directori/Sps/Prodi.

Pendidikan Ipa/ 19510726197803 2

Fransiska_Sudargo/Artikel_Hibah_Kompetitif Pdf. [ 10 Oktober 2014]. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif R&. Bandung. Alfabeta.

Sumintono, B., (2010). Pengajaran Sains dengan Praktikum Laboratorium:

Perspektif dair Guru-Guru sains SMPN Di Kota Cimahi. [Online].

Tersedia:http://www.researchgate.net/profile/Bambang_Sumintono/publicatio n/232710213_Pengajaran_Sains_dengan_Praktikum_Laboratorium_Perspekti f_dari_Guruguru_Sains_SMPN_di_Kota_Cimahi_Indonesian/links/0912f508 4eeea8b29a000000.pdf. [20 Januari 2015].

Sriyati. S. (2011) . Analisis Pokok Uji [Online].

Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/Fpmipa/Jur._Pend._Biologi/1964092819 89012Siti_Sriyati/Kumpulan_Bahan_Ajar_Evaluasi_Pembelajaran_%283%2 9/Analisis_Pokok_Uji_%5bcompatibility_Mode%5D.pdf. [10 Oktober 2014].


(6)

Tan, A-L., & Wong, H-W. (2011). ‗Didn‘t Get Expected Answer, Rectify It.‘: Teaching science content in an elementary science classroom using hands-on activities. International Journal of Science Education. 34 (2). 197 -222 Trisnawati, G. (2005). Analisis Keterampilan Proses Siswa melalui Praktikum

dengan Pendekatan Free Inquiry pada Subkonsep Pencemaran Air. Skripsi

S1 Pendidikan Biologi. FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Irnaningtyas. 2013. Bologi Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga

Wenning, C. J. (2004). Levels of inquiry: Herarchies of pedagogical practices

and inquiry processes. [Online]. Tersedia: http://www.dlsu. Edu.

Ph/offices/asist/documents/ Level_of_inquiry.pdf. [21 Desember 2014]. . (2005). ―Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes‖. Journal of Physics Teacher Education Online, 2(3), 3-11. [23 Desember 2014].

.(2006). ―A generic model for inquiry-oriented labs in postsecondary

introductory physics‖. Journal of Physics Teacher Education Online, 3(3),

24-33

.

[23 Desember 2014].

. (2010). ―Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning

sequences to teach science‖. Journal of Physics Teacher Education Online, 5(4), 11-19. [22 Desember 2014].

. (2011). ―The Levels of Inquiry Model of Science Teaching‖. Journal