PERANAN UPT P2TP2A (UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK) DALAM PENANGANAN DAN PENNGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG.

(1)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v

PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK) DALAM PENANGANAN DAN PENNGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena tindak kekerasan terhadap perempuan yang kian hari semakin meningkat. UPT P2TP2A memiliki tugas dalam memberikan pendampingan dan perlindungan terhadap perempuan yang mengalami tindak kekerasan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk, (1) Mendeskripsikan bentuk kekerasan terhadap perempuan. (2) Mengidentifikasi proses penanganan dan penanggulangan oleh UPT P2TP2A kota Bandung terhadap kasus tindak kekerasan perempuan. (3) Memperoleh gambaran empiris kendala UPT P2TP2A kota Bandung dalam menangani kasus tindak kekerasan terhadap perempuan. (4) Mendiskripsikan upaya UPT P2TP2A kota Bandung dalam menangani kasus tindak kekerasan terhadap perempuan. Grand theory dalam penelitian ini yaitu menggunakan teori feminis Jaggar dan Rothenberg (1984). Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model analisis interaksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan yang ditangani oleh UPT P2TP2A Kota Bandung yaitu KDRT dan Trafficking (2) Proses penanganan oleh UPT P2TP2A terhadap tindak kekerasan perempuan secara garis besar meliputi kegiatan: Penerimaan laporan dari korban, registrasi, konseling awal, diberikan penanganan pelayanan hokum, medis, psikosional dan rumah aman. Perencanaan intervensi, perjanjian intervensi, pelaksanaan intervensi dengan membuat catatan perkembangan kasus, terminasi dan monitoring. (3) Kendala-kendala yang menghambat upaya penanganan kasus tindak kekerasan terhadap perempuan meliputi: kendala internal yaitu kurangnya tenaga ahli yang profesional di dalam UPT P2TP2A, faktor keuangan mengandalkan dari dana APBD saja, kendala eksternal yaitu korban sendiri yang terkadang sulit untuk mengungkapkan tindak kekerasan yang dialaminya ini mereka sering kali tutup mulut beberapa alasan dari korban melakukan hal ini karena korban takut menerima bentuk kekerasan selanjutnya dari pelaku apabila ketahuaan mengadukan kepada orang lain. (4) Upaya UPT P2TP2A dalam menangani tindak kekerasan terhadap perempuan antara lain melalui : pendidikan dan pelatihan, pelayanan medis,hukum, psikosional, rumah aman, penyadaran masyarakat, kerjasama dengan pihak lain (Kepolisian, LSM, Ormas). Kesimpulan dan saran dalam penelitian ini bahwa UPT P2TP2A berperan penting dalam penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan di Kota Bandung, maka dari itu UPT P2TP2A tetap harus ada.

Kata Kunci : Peranan, UPT P2TP2A, Penanganan, Penanggulangan, Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan.


(2)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v

ABSTRACT

WANDARI (1102011) UPT P2TP2A (UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK)'S ROLE IN TREATING AND PREVENTING VIOLENCE AGAINST WOMEN IN BANDUNG

The increasing of violence against women from time to time motivates this research. UPT P2TP2A's job is to provide assistance and protection for women who suffered violence. The aims of this study is to: 1) Describe violence against women, 2) Identify treating and preventing violence against women process by UPT P2TP2A, 3) Get the empirical picture of UPT P2TP2A Bandung's obstacle in treating violence against women cases. 4) Describe UPT P2TP2A Bandung efforts in handling violence against women cases. Grand Theory that is used in this research is feminist theory derived by Jaggar and Rothenberg (1984). Data collection that is used in this study was interviews and documentation. Data analysis use analytical models of interaction. The findings showed that 1) the forms of violence against women were handled by UPT P2TP2A Bandung are inmate partner violence and trafficking. 2) Violence against women treating process that are done by UPT P2TP2A broadly includes: Casualties reports, registration, initial counseling, given the handling legal services to the casualties, medical, psychosocial and safe houses. Intervention planning, intervention agreement, the implementation of the intervention by making a record of the development of the case, termination and monitoring. 3) Obstacles which hamper handling violence against women cases were included: internal obstacle which is the lack of professional experts in the UPT P2TP2A, besides that financial factors only rely on the budget funds, external obstacles that is included the victims themselves sometimes hard to express violence they had experienced, they often resist to talk about that because if they did, they will get more harm from the perpetrator. 4) P2TP2A efforts in treating violence against women, among others, through: education and training, medical services, legal, psychosocial, safe houses, public awareness, cooperation with other parties (police, NGOs, CBOs). The result and suggestion of this study suggest that the UPT P2TP2A important role in the treatment and prevention of violence against women in the city of Bandung, therefore UPT P2TP2A must still exist.


(3)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR DIAGRAM ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian atau Signifikansi Penelitian ... 15

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 21

A. Peranan UPT P2TP2A Kota Bandung... ... 21

B. Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) Kota Bandung... 22

C. Rencana Strategis Program & Bentuk Kegiatan UPT P2TP2A Kota Bandung ... ... 31

D. Tindak Kekerasan... 33

1. Pengertian Kekerasan ... 33


(4)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu viii

E. Kekerasan Terhadap Perempuan... 37

1. Pengertian Kekerasan Terhadap Perempuan ... 37

2. Bentuk Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan ... 38

3. Jenis Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan .. ... 41

4. Faktor Penyebab Tindak Kekerasan Perempuan ... ... 42

5. Upaya Penanganan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan... ... ... 44

6. Teori Kekerasan Terhadap Perempuan... ... 48

F. Penelitian Terdahulu... 52

BAB III METODE PENELITIAN ... 54

A. Desain Penelitian ... 54

B. Partisipan dan Tempat Penelitian ... 55

C. Penjelasan Istilah ... 57

D. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 58

E. Pengumpulan Data ... 59

F. Analisis Data ... 62

G. Validasi atau Keabsahan Hasil Penelitian ... 65

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 67

B. Hasil Analisis Penelitian ... 74

1. Deskripsi Hasil Wawancara... 75

2. Deskripsi Hasil Observasi... 88

3. Deskripsi Hasil Studi Dokumentasi ... 92


(5)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ix

Penanggulangan Tindak Kekerasan Terhadap

Perempuan di Kota Bandung ... 125

2. Gambaran Umum Objek Penelitian ... ... 146

BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi ... ... 147

A. Simpulan ... ... 147


(6)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

A. Latar Belakang Penelitian

Fenomena tindak kekerasan bukanlah sesuatu yang baru kita dengar. Tindakan kekerasan sering terjadi biasanya bersamaan dengan tindakan kejahatan lainnya. Namun yang menjadi hal menarik pada saat ini yaitu fenomena tindak kekerasan terhadap perempuan. Fenomena tindak kekerasan yang dialami perempuan sekarang ini, merupakan salah satu fenomena yang sangat kursial di masyarakat. Dimana setiap harinya tindak kekerasan yang dialami oleh perempuan kondisinya semakin buruk dan memprihatinkan. Kekerasan terhadap perempuan begitu banyak mendapatkan perhatian karena dampak yang diberikan cukup luas bagi kehidupan perempuan bahkan kehidupan pada masyarakat umumnya. Kutipan atas pendapat Siti Homzah, mengemukakan bahwa :

“Fenomena kekerasan terhadap perempuan akhir-akhir ini menjadi isu yang menonjol. Bukan saja hal itu disebabkan semakin beratnya kasus kekerasan yang dialami perempuan, namun intensitasnyan pun makin mengkhawatirkan”. (dalam Sulaeman & Homzah, 2010, hlm. 1).

Setiap hari seringkali ketika kita melihat dalam pemberitaan, baik dalam koran maupun televisi ataupun mendengar di radio-radio mengenai kasus tindak kekerasan terhadap perempuan atau bahkan dalam lingkungan kita sendiri, bisa jadi keluarga atau tetangga kita sendiri yang mengalami tindak kekerasan terhadap perempuan secara tidak sengaja kita menyaksikan secara langsung. Kekerasan yang dialami oleh perempuan pun semakin beragam dan di latar belakangi oleh berbagai faktor penyebabnya. Kekerasan yang dialami oleh perempuan itu, bukan saja kekerasan berbentuk secara fisik, namun perlu kita ketahui terutama oleh kaum perempuan sendiri bahwa kekerasan terhadap perempuan juga bisa berbentuk verbal atau kata-kata atau bisa berbentuk secara mental psikis seorang perempuan. Namun sering di sayangkan bahwa hal ini sering kali tidak kita sadari terutama oleh perempuan itu sendiri karena keterbatasan pengetahuan mengenai apa saja bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan itu sendiri.


(7)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Salah satu faktor yang melatar belakangi tindak kekerasan terhadap perempuan, karena masih melekatnya budaya patriaki yang amat kuat di masyarakat. Dimana kaum laki-laki yang masih mengontrol dan memegang kendali atas kaum perempuan. Masyarakat menganggap bahwa laki-laki jauh lebih unggul atau lebih istimewa daripada kaum wanita. Soeroso (2010, hlm. 15). mengatakan bahwa :

Sejarah perbedaan gender (gender difference) antara manusia jenis laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu, terbentuknya perbedaan-perbedaan gender disebabkan beberapa hal, diantaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikontruksi secara sosial atau kultural, melalui ajaran keagamaan atau negara”.

Berikut ini adalah data kekerasan yang dialami oleh perempuan dalam lingkup rumah tangga yang ditangani P2TP2A Jawa Barat dari tahun 2010 hingga tanggal 31 Desember 2013.

Diagram 1.1 Data Kekerasan Perempuan Korban KDRT di P2TP2A Jawa Barat

Sumber: Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak ([Online]. Diakses dari http://p2tp2ajabar.org/blog/data-kdrt/. 20 Februari 2015)

Data Informasi tentang Korban Tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang ditangani oleh Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu


(8)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) Kota Bandung dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1 Data Kasus Kekerasan yang ditangani UPT P2TP2A Kota Bandung Kurun Waktu tahun 2004 sampai dengan 21 Mei 2012

No Tahun Kasus Masuk

Status Kasus Ket

Selesai Dalam Proses

Ditutup / dirujuk

Tidak Berlanjut

1. 2004 33 16 11 5 1 P2TP2A

2. 2005 46 17 28 1 0 P2TP2A

3. 2006 59 18 30 5 6 P2TP2A

4. 2007 54 19 35 0 0 P2TP2A

5. 2008 32 27 5 0 0 UPT

P2TP2A

6. 2009 63 54 6 3 0 UPT

P2TP2A

7. 2010 62 48 8 6 - UPT

P2TP2A

8. 2011 47 16 8 3 20 UPT

P2TP2A

9. 2012 17 3 14 - - UPT

P2TP2A Sumber : Dokumen Profil Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) Kota Bandung.

Dari data diatas, diperoleh bahwa hasil data menunjukan tindak kekerasan terhadap perempuan masih sangat mengkhawatirkan. Sekalipun ada tahun-tahun


(9)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dimana jumlah tindak kekerasan perempuan menurun, namun tidak dapat dipredisikan akan terus menurun. Karena dari data yang diperoleh bisa saja kasus tindak kekerasan terhadap perempuan meningkat kembali. Dalam pandangan masyarakat selama ini, perbedaan gender merupakan ketentuan kodrati dari Tuhan. Dimana perempuan kedudukannya jauh lebih rendah dibandingkan dengan kaum laki-laki dan pandangan ini terus menerus menurun dari generasi ke generasi seolah-olah ketentuan ini tidak dapat dirubah lagi dan sifatnya mutlak begitu adanya. Hal ini secara terus menerus turun-temururun ke generasi selanjutnya sehingga terbentuk dalam pikiran mereka bahwa kaum perempuan dalam kodratnya di kondisikan untuk selalu mengikuti perintah atau kemauan dari laki-laki sesuai dengan apa yang diinginkan kaum laki-laki agar apa yang yang menjadi kepentingan kaum laki-laki selalu terpenuhi. Kutipan atas pendapat

Women’s Studies Encyclopedia (dalam Sulaeman & Homzah, 2010,hlm. 2-3),

bahwa :

“Gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat perbedaan (distrinction) dalam peran, perilaku, mentalitas, dan karakter emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Dengan demikian gender merupakan harapan-harapan budaya (cultural expectations

for women and men) terhadap laki-laki dan perempuan. Konsep gender secara

mendasar berbeda dengan jenis kelamin biologis. Jenis kelamin biologis; laki-laki atau perempuan merupakan faktor yang sifatnya kodrati (pemberian dari Tuhan), sedangkan jalan yang menjadikan seorang memilki sifat feminitas dan maskulinitas adalah gabungan antara faktor biologis dan interprestasi biologis oleh kultur sosial”.

Antara budaya patriaki dan kekerasan yang dialami oleh perempuan memiliki kaitan yang sangat erat dimana budaya patriaki yang merupakan ajaran atas pemusatan kekuasaan oleh kaum laki-laki untuk memegang kendali atas kaum perempuan, menjadikan kaum perempuan berada dalam posisi yang rendah. Hal ini mengakibatkan keterbatasan ruang gerak untuk kaum perempuan. Seperti halnya mengutip pernyataan dari Siti Homzah (dalam Sulaeman dan Homzah, 2010, hlm. 4), bahwa :


(10)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“Kekerasan berbasis gender merupakan kepanjangan alamiah dari tata nilai

patriaki yang memandang perempuan sebagai subordinat laki-laki dan memberi hak pada laki-laki untuk mengontrol perempuan”.

Dalam pandangan masyarakat kita selama ini, bahwa tugas perempuan misalnya dalam sektor domestik, perempuan ditempatkan bukanlah sebagai kepala rumah tangga atau rekan dari kepala rumah tangga untuk saling bekerjasama dalam kehidupan rumah tangganya. Namun, perempuan diposisikan sebagai „pembantu‟ dalam artian tugasnya hanyalah mengurusi pekerjaan rumah tangga pada umunya seperti membersihkan rumah, mengurus anak, memasak dan sebagainya. Sebagaimana mengutip pernyataan dari Soeroso (2010, hlm. 15). bahwa :

“Hal ini perlu mendapatkan perhatian semua pihak agar lebih jelas, karena masih terdapat pandangan dalam masyarakat bahwa peran domestik, seperti memasak, mengurus rumah, mendidik anak adalah kodrat perempuan. Namun , juga sangat disayangkan bahwa kadang-kadang perempuan sendiri menerima peran tersebut sebagai “kodratnya”. Pandangan tersebut kiranya perlu diubah, karena bagaimanapun juga potensi kaum perempuan sebagai sumber daya manusia (SDM), tidak dapat diabaikan. Hal ini bisa di buktikan adanya berbagai peran publik yang telah dipeggang oleh kaum perempuan dengan kemampuannya”.

Kekerasan terhadap perempuan ini terkadang di rasa wajar oleh masyarakat, karena masyarakat beranggapan bahwa laki-laki sebagai pemimpin wajar apabila melakukan kekerasan kepada seorang perempuan terutama di dalam sektor domestik antara suami dan isteri. Mc Donald (1980) (dalam Sulaeman dan Homzah, 2010, hlm. 3) menyatakan bahwa:

“Dalam budaya patriaki (budaya yang bersifat phallo-centris), maskulinitas

berperan sebagai norma sentral sekaligus pertanda bagi tatanan simbolis masyarakat, yaitu memeberikan privillage pada jenis kelamin laki-laki untuk mengakses material basic of power daripada mereka yang berjenis kelamin perempuan”.

Fenomena tindak kekerasan terhadap perempuan sungguh sangat memprihatinkan dimana perempuan yang dianggap secara fisik merupakan kaum yang lemah, seharusnya mendapatkan perlindungan dari semua pihak bukanlah


(11)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

semakin menjadi sasaran empuk tindak kekerasan dan sikap dari diskriminatif gender. Tapi mengapa perempuan selalu menjadi korban dari tindak kekerasan? Tentunya pertanyaan ini mungkin bisa jadi yang kita pertanyakan apabila melihat berbagai ungkapan tentang penjungjungan kaum perempuan. Perlakuan ketidakadilan terhadap kaum perempuan hingga saat ini masih terjadi bahkan semakin mengkhawatirkan kondisinya. Orang-orang awam beranggapan bahwa kekerasan terhadap perempuan ini terjadi karena dari si perempuan itu sendiri, dimana ketidak berdayaan kaum perempuan secara psikologis dan sosiologis berada dalam posisi termarjinalkan sehingga menjadikan mereka sebagai sasaran empuk tindak kekerasan dari kaum yang memiliki kekuasaan dan kontrol yang kuat terhadap kaum perempuan.

Mengutip dari hasil survey Straus et. Al tahun 1980 (dalam Sulaeman & Homzah, 2010, hlm. 63) dari buku yang ditulis oleh Ochberg mengemukakan bahwa :

Perempuan diposisikan berpribadi masochis “menawarkan” diri untuk menjadi korban kekerasan), memiliki rasa harga diri yang rendah (low self –

esteem), dihantui sindroma ketidakberdayaan (syndrome helplessness),

sehingga cenderung mudah menjadi korban berulangkali”.

Dalam hal ini, perempuan seakan-akan terjebak dalam jiwa yang lemah yang tidak bisa berbuat apa-apa. Kelemahan yang dimiliki seorang wanita seringkali disalahkan mengapa perempuan begitu lemah sehingga pantas saja apabila perempuan menerima pelakuan kasar dan menjadi korban dari tindak kekerasan. Pernyataan lainnya yang mengutip dari pernyataan pernyataan Mezey Stanko dari buku yang ditulis oleh Abel Kathryn et. al, (1996) (dalam Sulaeman & Homzah, 2010, hlm. 63) mengemukakan :

Kondisi fear of crime pada perempuan sebagai suasana psikologis yang memberi isyarat khusus bagi pelaku tindak kekerasan untuk melakukan aksinya. Fear of crime ini biasanya dicerminkan menjadi fear of rape. Ungkapan ini menunjukkan bahwa perempuan selalu berada pada posisisi suram (dark figure) yang menggambarkan citra bahwa menjadi kesalahan kaum perempuan mengapa ia begitu lemah sehingga “patut” menjadi korban”.


(12)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kekerasan terhadap perempuan banyak dilatar belakangi oleh beberapa faktor bukan hanya di latar belakangi secara psikologis dan sosiologisnya yang lemah, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan kaum perempuan selalu mendapatkan tindak kekerasan misalnya seperti faktor gender, antropologi, hukum, politik, ekonomi, komunikasi dan agama dan beberapa faktor lainnya. Seperti halnya mengutip pernyataan Sherr dan Lawrence (2000) yang diungkapkan oleh Sumintapradja (dalam Sulaeman dan Homzah, 2010, hlm. 63-64), bahwa :

“Terlepas dari sisi kepribadian perempuan yang lemah yang dianggap sebagai faktor resiko seperti yang digambarkan diatas, faktor determinan yang menyebabkan terjadinya tindak kekerasan terhadap perempuan sangatlah kompleks”.

Kelemahan yang dimiliki oleh perempuan juga menjadi salah satu faktor yang melatar belakangi sulitnya kasus tindak kekerasan terhadap perempuaan ini untuk diselesaikan secara tuntas. Salah satu yang menjadi faktor sulitnya kasus ini dapat terselesaikan karena sikap dari perempuan itu sendiri. Seringkali perempuan merasakan adanya perasaaan ketakutan baik dari si korban itu sendiri maupun lingkungan di sekitarnya untuk menyelesaikan atau melaporkan kasus kekerasan yang dialaminya ini. Korban merasa takut ketika akan melaporkan kekerasan yang dialaminya kepadada pihak berwenang, karena si korban takut akan menerima tindakan kekerasan selanjutnya dari pelaku apabila dia menceritakan atau melaporkan kekerasan yang dialaminya ini kepada orang lain atau kepada pihak berwajib. Sedangkan untuk lingkungan sekitar korban seringkali merasa bahwa tindakan kekerasan yang dilakukan pelaku kepada korban merupakan hal yang dianggap wilayah pribadi yang membuat orang-orang di sekitarnya merasa tidak pantas untuk campur tangan, untuk membantu menyelesaikan kasus kekerasan yang dialami perempuan atau si korban, terlebih lagi apabila kasus kekerasan terhadap perempuan ini terjadi di dalam ruang lingkup rumah tangga seseorang. Mengutip pernyataan Browne (1993) dalam buku yang ditulis oleh Paludi (1998) (dalam Sulaeman & Homzah, 2010, hlm. 63-64), bahwa lebih jauh menemukan bahwa ada beberapa alasan lain mengapa perempuan selalu berada dalam relasi yang rawan kekerasan utamanya dalam rumah tangga, antara lain karena:


(13)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Ancaman yang akan dihadapi olehnya dan anak-anak bila ia meninggalkan rumah.

2. Takut tidak mendapat hak pengasuhan anak. 3. Ketergantungan nafkah

4. Tanggung jawab mempertahankan perkawinan/rumah tangga. 5. Sangat mencintai pasangan.

6. Pasangan tidak selalu bertindak kasar/mengancam

Hal ini diperparah dengan perilaku korban yang terus menutupi tindak kekerasan yang mereka alami bahkan banyak diantara mereka yang tidak sadar telah menjadi korban dari tindak kekerasan terhadap perempuan. Maka dari itu kekerasan yang dialami oleh kaum perempuan akan sulit diselesaikan selama pandangan masyarakat tidak berubah, dimana pola pikirnya masih beranggapan bahwa perempuan tidak mempunyai peran penting dalam lingkungan masyarakat baik dalam sektor publik ataupun sektor domestik. Sebagaimana mengutip pernyataan dari Ambaretnani (dalam Sulaeman dan Homzah, 2010, hlm. 54), bahwa :

“Salah satu faktor lainnya yang ikut melatar belakangi tindak kekerasan terhadap perempuan ini semakin memprihatinkan karena pola pikir atau

mindset masyarakat yang sulit untuk dirubah yang masih setia menganut

sistem patriaki hingga pada saat ini”.

Akibat dari kekerasan dan bentuk-bentuk diskriminatif yang diterima oleh perempuan ini, tentunya menimbulkan berbagai dampak yang merugikan untuk kaum perempuan. Penderitaan yang dialami oleh kaum perempuan ini seringkali tidak mendapatkan perhatian dari masyarakat atau dari pihak yang berwajib. Akibat dari sikap diskriminatif dan kekerasan gender tidak jarang perempuan mengalami kerugian baik secara materil maupun secara imateril. Menurut Soeroso (2010, hlm. 123-124) penderitaan yang dialami oleh perempuan dapat dibagai ke dalam 2 (dua) macam, yaitu :

“Penderitaan jangka pendek dan penderitaan jangka panjang. Penderitaan jangka pendek, artinya suatu penderitaan yang dapat segera hilang dalam jangka waktu yang singkat. Korban segera bisa melupakan peristiwa yang dialaminya. Hal ini berbeda dengan penderitaan jangka panjang, penderitaan korban berlangsung berkepanjangan bahkan sampai menggangu segala aktivitas dan kesehatannya, baik kesehatan fisik maupun kesehatan psikis”.


(14)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tidak jarang dari akibat tindak kekerasan terhadap perempuan ini, kaum perempuan seringkali tidak dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki karena masih adanya sikap diskriminatif gender dan keterbatasan ruang dan gerak untuk melakuakan sesuatu. Menurut Calhoun & Atkeson (1991) (dalam Sulaeman dan Homzah, 2010, hlm. 66), bahwa :

“Dampak Kekerasan terhadap perempuan pada umumnya sangat berpengaruh pada kehidupan korban untuk selanjutnya. Variasi reaksi bergantung pada jenis tindak kekerasan yang dialami serta reaksi pribadi yang unik dari korban. Oleh karena itu tidak ada ukuran yang obyektif sebagai kriteria baku reaksi perempuan yang mengalami tindak kekerasan. Reaksi ini selalu subyektif dan menjadi ciri khas korban yang tidak dapat dipadankan begitu saja antar satu korban dengan korban lainnya. Namun demikian para dokter ahli jiwa dan ahli psikologi membuat klasifikasi gangguan dari yang berkadar ringan sampai berat bila terjadi tindak kekerasan. Reaksi ini bersifat umum,artinya tidak hanya terjadi pada perempuan yang mengalami tindak kekerasan, tetapi pada setiap orang yang menngalami tindak kekrasan. Beberapa penelitian mencatat bahwa reaksi terburuk pada perempuan bila mengalami tindak kekerasan berupa perkosaan adalah timbulnya kondisi depresi dan gangguan patologis seperti

Post-Traumatic Stress Disorder atau PTSD”.

Memang pada kenyataannya, kekerasan terhadap perempuan di Indonesia masih terus meningkat serta kondisinya yang masih sangat memprihatinkan. Penegakan hukum dan perlindungan Hak Asasi Manusia yanng kita harapkan dapat menyelesaikan permasalahan ini ternyata belum bisa sesuai dengan harapan bangsa Indonesia ini. Pelaksanaan penghormatan, perlindungan dan peneggakan HAM di Indonesia belum terlaksanakan dengan baik dan masih jauh dari memuaskan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sumitapradja (dalam Sulaeman dan Homzah, 2010, hlm. 69), bahwa :

“Dengan semakin memprihatinkannya kondisi kekerasan yang dialami oleh perempuan pada saat ini tentunya kita sebagai manusia yang menjungjung tinggi keadilan dalam hukum dan keadilan dalam Hak Asasi Manusia, hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Tentunya hal ini memerlukan penanganan yang serius, karena telah kita ketahui bahwa tindak kekerasan dapat berakibat fatal bagi korban, sehingga penanganan yang tepat merupakan solusi yang harus dilakukan pada korban agar reaksi fatal tersebut tidak berlarut-larut dan dapat menimbulkan gangguan fungsional yang lebih parah, baik dari segi fisik, mental, personal, maupun sosial. Selama ini penanganan dititik beratkan pada korban. Sedangkan pelaku pada umunya diselesaikasn melalui jalur hukum (bila memungkinkan).


(15)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penanganan korban melibatkan pula penanganan pada keluarga korban, karena pada umumnya mereka menjadi apa yang disebut dengan second

victims. Penanganan ini tidak dapat hanya dilakukan oleh satu pihak, namun

sebaiknya terkait dalam hubungan kerjasama antara beberapa pihak”.

Tidak dapat dipungkiri memang bahwa suatu tindak kejahatan tidak dapat diberantas secara habis, karena pola-pola kejahatan terutama kekerasan terhadap perempuan akan terus bermunculan tentunya dengan motif dan latar belakang yang berbeda. Namun, hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja. Walaupun penerapan hukum dirasa belum maksimal tapi dapat diupayakan berbagai hal untuk meminimalisir atau bahkan menuntaskan kekerasan terhadap perempuan atau dengan memperbaiki sistem hukum yang ada agar berjalan dengan baik dan benar dalam menuntaskan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan. Menurut Sapardjadja dan Sulistiani (dalam Sulaeman dan Homzah, 2010, hlm. 77), bahwa ; “Sepanjang sejarah manusia, kejahatan tidak akan pernah lenyap dari muka bumi. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa kejahatan sangat mustahil untuk dapat diberantas habis. Dengan begitu apakah hukum menjadi sia-sia dan kehilangan fungsinnya, terlebih jika fenomena kejahatan, khususnya kekerasan perempuan terus-menerus terjadi di masyarakat. Untuk dapat disebut sebagai perbuatan yang melangggar hukum, maka kekerasan terhadap perempuan terlebih dahulu harus dirumuskan dalam undang-undang sebagai perbuatan yang dihukum”. Dengan adanya permasalahan dalam pembagian peran gender, karena masih dirasakannya ketidakadilan antara hak yang dimiliki kaum perempuan dan laki-laki, maka menimbulkan berbagai upaya yang dilakukan untuk menyetarakan keadilan gender antara kaum perempuan dan laki-laki yang dinilai sangat diskriminatif terutama yang dirasakan oleh kaum perempuan. Bukan hanya di negara kita, Indonesia. Dibelahan dunia manapun seluruh warga dunia yang peduli akan keadilan gender ini terus bergerak memperjuangkan keadilan gender agar perempuan memiliki hak yang sama dengan kaum laki-laki. Sebagai wujud nyata dalam meniadakan diskriminasi dalam gender antara kaum perempuan dan kaum laki-laki dibuktikan dengan adanya hak-hak yang mengacu pada beberapa perangkat hukum internasional yang pernah disepakati dalam forum PBB sebelumnya, dalam Deklarasi Umum Hak-Hak Asasi Manusia, konvensi


(16)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

internasional tentang hak sipil dan politik, konvensi internasional tentang hak ekonomi, sosial dan budaya serta konvensi, “menentang penyiksaan dan perlakuan atau hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat manusia.” (dalam Sulaeman dan Homzah, 2010, hlm 72).

Di Indonesia sendiri upaya penghapusan kejahatan kekerasan gender terutama yang dialami oleh kaum perempuan, telah diatur dalam perundang-undangan. Meskipun belum secara jelas adanya pasal khusus yang mengatur tentang tindak kekerasan terhadap perempuan. Sementara ini kasus kekerasan terhadap perempuan diatur dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga dan Undang-Undang No.21 Tahun 2007 tentang Perdangangan Orang. Maka dengan adanya pasal-pasal yang mengatur tentang kekerasan, sekalipun tidak secara eksplisit mengatur tindak kekerasan terhadap perempuan. Setidaknya melalui perangkat hukum yang telah dibuat diharapkan negara dapat mengupayakan berbagai hal untuk menghapuskan tindak kekerasan terhadap perempuan.

Semakin meningkatnya dan semakin kompleksnya persoalan kekerasan terhadap perempuan memunculkan berbagai upaya penanganan tindak kekerasan terhadap perempuan, baik masih berupa penanganan hingga ke penanggulangan tindak kekerasan perempuaan. Hal ini sudah seharusnya mendapatkan respon yang sangat cepat dari berbagai kalangan untuk ikut serta dalam melakukan penuntasan tindak kekerasan perempuan. Maka dari itu, untuk memaksimalkan upaya penuntasan tindak kekerasan terhadap perempuan ini, khusunya di Kota Bandung. Pemerintah Kota Bandung membentuk lembaga perlindungan terhadap perempuan yaitu Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak atau di singkat dengan sebutan UPT P2TP2A. Latar belakang pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) itu sendiri karena semakin maraknya kekerasan yang dialami oleh perempuan yang mana hal itu tidak lepas dari latar belakang sosial dan budaya yang ada di kota Bandung. Faktor kemiskinan, masalah ekonomi, rendahnya pendidikan, pergeseran nilai moral, masalah sosial budaya, gaya hidup dan makin besarnya jumlah penduduk yang


(17)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mempersempit lapangan pekerjaan, membuat perempuan rentan terhadap permasalahan kekerasan. Berdasarkan permasalahan tersebut pemerintah Jawa Barat membentuk lemabaga perlindungan terhadap perempuan dari segala bentuk tindak kekerasan yaitu dengan membentuk Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak merupakan jawaban yang diharapkan untuk dapat memberi jalan keluar dalam pemberdayaan perempuan melakukan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan di kota Bandung. Lembaga ini lahir diperkuat oleh peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 15 tahun 2010 tentang kesetaraan gender dan perlindungan anak sebagai bagian dari upaya perlindungan Hak Azasi Manusia khususnya perempuan dan anak. Dengan Visi mengoptimalisasi kualitas SDM melalui perlindungan dan pemberdayaan perempuan dan anak dari tindak kekerasan sesuai dengan prinsip Hak Asasi Manusia berlandaskan keimanan dan ketakwaan. Kemudian dengan dibuatnya Surat Keputusan dari walikota Bandung pada tahun 2002 Dengan SK Walikota Bandung No. 260/Kep-1499/Huk.2002 maka lembaga Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) lahir untuk melakukan penanganan tindak kekerasan perempuan dan anak di sektor Kota Bandung. Dalam melaksanakan tugasnya, tentunya Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) Kota Bandung sebagai pendamping atau sebagai relawan banyak sekali menemukan kendala-kendala atau hambatan dalam membantu korban yang mengalami tindak kekerasan kepada perempuan sehingga hasil yang diharapkan belum bisa dirasakan secara maksimal oleh semua pihak. Maka dari permasalahan yang muncul tersebut, penulis tertarik untuk meneliti dalam skripsi yang berjudul: “PERANANAN UPT P2TP2A (UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK) DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG. Alasan dipilihnya judul tersebut secara rinci adalah sebagai berikut:


(18)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Fenomena kekerasan terhadap perempuan yang terus menerus meprihatinkan kondisinya ini, merupakan masalah sosial yang sudah semestinya harus ditangani secara optimal melalui berbagai upaya baik secara preventif ataupun represif.

2. Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) Kota Bandung sebagai wadah perlindungan perempuan korban kekerasan sudah sepatutnya mememberikan dan mengupayakan segala kemampuan dalam tugasnya sebagai relawan pendamping untuk membantu menyelesaikan persoalan-persoalan yang menyangkut tentang kekerasan terhadap perempuan.

Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) sebagai pendamping korban kekerasan terhadap perempuan tentunya harus segera ditangani dan di tanggulangi secara optimal. Tentunya sudah sepatutnya Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) kota Bandung dalam menangani kasus kekerasan terhadap perempuan melibatkan berbagai pihak dengan menjalin kerja sama dengan Aparat Penegak Hukum (Polisi, Jaksa, Hakim), Rumah Sakit dan masyarakat luas dalam memberikan informasi atau masukan yang bermanfaat bagi kemajuan dalam menangani kasus kekerasan terhadap perempuan di Kota Bandung.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Fenomena kekerasan terhadap perempuan saat ini sudah menjadi masalah yang sangat krusial dimana semakin hari keadan serta kondisinya yang semakin meningkat dan memprihatinkan. Maka dari itu kaum perempuan membutuhkan perlindungan yang dapat membantu memecahkan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh kaum perempuan ini. Untuk membantu memecahkan dan menyelesaikan masalah kekerasan yang dihadapinya ini, kaum perempuan memerlukan seorang pendamping yang dianggap mampu serta memahami betul keadaan serta kondisi dari perempuan yang mengalami tindak kekerasan. Namun sayangnya, fakta yang terjadi kaum perempuan yang menjadi korban dari tindak


(19)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kekerasan belum mendapatkan bantuan dari para relawan pendamping secara maksimal dan memuaskan, ini dikarenakan hambatan atau kendala yang dihadapi oleh para relawan pendamping.

Dari pembahasan sebelumnya mengenai masalah kurang memuaskannya upaya penaganan dan penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan oleh lembaga-lembaga sosial perlindungan perempuan. Maka sangat menarik untuk dilakukan penelitian dan dikaji jauh lebih dalam bagaimana penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan di Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A). Kendala-kendala yang dihadapi oleh Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) Kota Bandung, diantaranya :

1. Kurangnya fasilitas yang memadai seperti sarana dan prasarana.

2. Kurangnya tenaga ahli profesional petugas pengelola Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) yang berstatus pegawai negeri.

3. Masih kurangya kesadaran dari pihak luar untuk ikut serta berpartisipasi menangani dan menanggulangi tindak kekerasan terhadap perempuan di Kota Bandung

Tidak dapat dipungkiri kasus kekerasan yang terjadi terhadap perempuan dari tahun ke tahun masih terus meningkat dan kondisinya masih sangat memprihatinkan. Maka dari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya diatas, dalam Penelitian ini secara khusus peneliti ingin melakukan penelitian untuk menjawab permasalahan kekerasan terhadap perempuan, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan yang di tangani oleh UPT P2TP2A Kota Bandung?

2. Bagaimana proses penanganan kasus tindak kekerasan terhadap perempuan oleh UPT P2TP2A Kota Bandung?


(20)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Apa kendala dan hambatan yang di alami UPT P2TP2A dalam penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan di Kota Bandung?

4. Bagaimana upaya yang dilakukan UPT P2TP2A dalam penanggulangan kasus tindak kekerasan terhadap perempuan di Kota Bandung?

Namun demikian, peneliti hanya membatasi pada upaya-upaya yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) Kota Bandung dalam memberikan pendampingan kepada kaum perempuan korban tindak kekerasan serta hambatan atau kendala-kendala apa saja yang menghambat dalam upaya serta proses penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan di Kota Bandung.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan yang ingin di capai dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan yang ditangani oleh UPT P2TP2A Kota Bandung.

2. Untuk mengidentifikasi proses penanganan dan penanggulangan yang dilakukan oleh UPT P2TP2A terhadap kasus tindak kekerasan perempuan di Kota Bandung.

3. Untuk memperoleh gambaran empiris kendala-kendala yang dihadapi oleh Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak UPT P2TP2A Kota Bandung dalam menangani kasus tindak kekerasan terhadap perempuan.

4. Untuk mendiskripsikan upaya yang dilakukan Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) Kota Bandung dalam usahanya menangani kasus tindak kekerasan terhadap perempuan.


(21)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini diharapkan akan mempunyai manfaat yang antara lain: 1. Dari Segi Teori

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi awal bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian yang sejenis. Memberikan sumbangan pemikiran dalam usaha mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang sosial, khususnya mengenai berbagai bentuk-bentuk tindak kekerasan yang selama ini ditangani oleh Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak kota Bandung. Mengetahui bagaimana proses penanganan korban tindak kekerasan terhadap perempuan oleh Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) di kota Bandung. Untuk memberikan gambaran kendala-kendala yang dihadapi oleh Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) kota Bandung dalam menangani kasus tindak kekerasan terhadap perempuan. Diperoleh gambaran tentang peran dan upaya yang telah dilakukan Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) kota Bandung dalam usahanya menanggulangi kasus tindak kekerasan terhadap perempuan di kota Bandung sehingga kasus tindak kekerasan terhadap perempuan tidak semakin memprihatinkan.

2. Dari Segi Kebijakan

Angka kekerasan terhadap perempuan semakin hari kian meningkat pada tahun 2010 saja, menurut data Komnas Perempuan mencatat 105.103 kasus kekerasan terhadap perempuan. Harus diakui hingga saat ini masih ada kebijakan-kebijakan yang ikut melanggengkan praktik tindak kekerasan terhadap perempuan ini, sebagai contoh Undang-Undang Perkawinaan yang masih memperbolehkan kaum laki-laki untuk melakukan Poligami. Bahkan Komnas Perempuan mencatat terdapat 207 kebijakan yang masih mendiskriminasikan kaum Perempuan. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, penulis berharap setiap elemen masyarkat sadar dan menaati peraturan hukum yang berlaku agar kekerasan terhadap perempuan ini kondisinya tidak semakin memprihatinkan. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa semakin memperbaiki kebijakan-kebijakan yang dibuat agar kebijakan yang dibuat lebih peduli terhadap tindak kekerasan


(22)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terhadap perempuan, yaitu melalui adanya pasal yang mengatur khusus mengenai tindak kekerasan perempuan yang selama ini masih menggunakan Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapuan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Undang-Undang No.21 Tahun 2007 Tentang Perdagangan orang sebagai acuan dasar hukum kekerasan terhadap Perempuan.

3. Dari Segi Praktik

a. Dapat dijadikan sebagai bahan kajian dalam meningkatkan dan memperbaiki kinerja UPT P2TP2A kota Bandung dalam penanganan dan penanggulangan kasus tindak kekerasan terhadap perempuan.

b. Manfaat bagi UPT P2TP2A, agar pihak lebih aktif untuk mensosialisasikan peranannya kepada masyarakat, agar masyarakat mengetahui jenis-jenis kekerasan maupun akibat kekerasan serta proses penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

c. Bagi peneliti, sebagai dorongan kepada masyarakat untuk membangun rasa kepedulian melakukan pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan sejak dini kepada masyarakat guna meminimalisir tindak kekerasan terhadap perempuan.

4. Dari Segi Isu Serta Aksi Sosial

Dalam penelitian ini, penulis menemukan berbagai upaya penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan. Penulis berharap dengan adanya berbagai temuan mengenai berbagai upaya penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan ini akan semakin memeberikan penyadaran untuk masyarakat luas agar ikut serta dan mendukung setiap upaya penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan perempuan demi menghapuskan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan didalam penyusunan skripsi ini meliputi lima bab, dan dibagi kedalam tiga bagian:


(23)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Judul, Halaman pengesahan, Pernyataan tentang keaslian Skripsi dan bebas Plagiarisme, Ucapan Terima Kasih, Abstrak, Daftar Isi, Daftar Gambar, Daftar Lampiran.

2. Bagian Pokok terdidiri dari : BAB I :Pendahuluan

Bab I Skripsi berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari skripsi. Pendahuluan berisi latar belakang penelitian mengenai Peranan dari Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Penanganan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Kota Bandung. Fenomena kekerasan terhadap perempuan yang pada saat ini sudah kian meningkat dan memprihatinkan tentunya hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Maka dari itu peneliti mencoba meneliti bagaimana lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat perlindungan perempuan khusunya Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan (UPT P2TP2A) dalam upaya penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan ini. Di dalam Bab 1 ini, peneliti mencoba mengkaji setiap permasalahan yang dihadapi oleh Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan (UPT P2TP2A) dalam proses penaganan dan penanggulangan tindak kekerasan perempuan di Kota Bandung, dengan cara merumuskan masalah apa saja sekiranya yang dihadapi oleh Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan (UPT P2TP2A). Di dalam Bab 1 ini dijelaskan tujuan dari penelitian ini, hal ini dimaksudkan agar mengetahui manfaat yang bisa didapat dari hasil penelitian ini.

BAB II : Kajian Pustaka, Kerangka pemikiran, dan Hipotesis Penelitian Bab II Skripsi berisi mengenai berbagai teori yang mendukung pada saat penulis melakukan penelitian untuk dapat mengidentifikasi informasi-informasi yang penting yang relvan dengan setiap rumusan masalah penelitian. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian tentang “Peranan UPT P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) dalam Penanganan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan di Kota


(24)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bandung” ini, menggunakan teori tentang definisi dasar Kekerasan dan Kekerasan Terhadap Perempuan baik dalam prespektif bahasa, definisi dalam prespektif Yuridis, definisi dari sudut pandang Kriminologi dan juga dari sudut pandang para ahli. Dengan mengetahui dari definisi dasar kekerasan dan kekerasan perempuan, bisa diketahui tentang faktor penyebab tindak kekerasan, pola-pola kekerasan, bentuk-bentuk kekerasan dan teori kekerasan terhadap perempuan yang disesuaikan dengan penelitian di lapangan apakah teori tersebut mendukung kajian yang sedang diteliti atau tidak. Dari latar belakang tindak kekerasan terhadap perempuan yang telah di dapat, penulis dengan berbagai teori mengenai penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan tentunya bisa memberikan hipotesis atau jawaban sementara tentang bagaimana seharusnya upaya penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan.

BAB III : Metode Penelitian

Bab III berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen lainnya. Lokasi peneliti melakukan penelitian yaitu Jalan Ibrahim Adjie No. 84 Bandung, yaitu kantor dari Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) Kota Bandung. Seluruh pegawai Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) disini menjadi subjek populasi sasaran. Sebagai sampel penelitian disini yaitu Kepala UPT P2TP2A, konselor dan juga korban yang melakukan pengaduan ke Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) Pemilihan sampel menggunakan teknik Probability Sampling atau Random

Sampling yaitu pengambilan secara acak yang memungkinkan setiap staf atau

korban yang datang ke Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sample. Alasan penulis memilih Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) sebagai subjek penelitian dirasa sangat pas karena Lembaga Swadaya Masyarakat yang dibawahi langsung oleh pemerintah Kota Bandung ini


(25)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merupakan LSM yang menangani kasus tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak terbaik dalam Predikat Kepatuhan menurut versi Ombudsman pada tahun 2014, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian berbagai upaya-upaya yang dilakukan Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) dalam penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan perempuan langsung kepada para staf, konselor dan korban yang berada disana. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan menggunakan Wawancara dan Dokumentasi. Wawancara dilakukan untuk menanyakan setiap pertanyaan langsung kepada objek yang bersangkutan untuk mendapatkan jawaban yang sesuai dengan kondisi di lapangan langsung. Serta menggunakan dokumentasi dengan tujuan untuk melihat data-data tertulis mengenai kasus-kasus tindak kekerasan dan kesesuaiannya dengan hasil wawancara.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam Bab IV ini, berisi mengenai hasil-hasil temuan peneliti pada saat dilapangan. Hasil penelitian yang telah di dapat ketika dilapangan, kemudian akan diolah atau di analisis dengan tujuan apakah hasil penelitian ketika dilapangan sesuai dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, serta tujuan penelitian. Dari teori-teori yang sebelumnya telah di paparkan di Bab Dua penulis melakukan analisis teori-teori yang mendukung hasil penelitian di lapangan. Dalam bab ini penulis menganalisis hasil temuan data tentang teori-teori yang berkaitan dengan tindak kekerasan terhadap perempuan dalam menjawab permasalahan berkembangnya dan terus meningkatnya kasus tindak kekerasan terhadap perempuan. Menguraikan dan mendeskripsikan segala bentuk, jenis, akibat dari tindak kekerasan terhadap perempuan.

BAB V : Simpulan dan Saran

Bab Simpulan dan Saran menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analsis temuan penelitian. Simpulan yang dapat diberikan dari penulis mengenai penelitian tentang “Peranan UPT P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) dalam


(26)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penanganan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan di Kota Bandung” menagani segala bentuk upaya penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan perempuan oleh Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) di Kota Bandung dan berbagai kendala-kendala yang dihadapi pada saat mengupayakan penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan perempuan di Kota Bandung. Saran atau rekomendasi yang ditulis setelah simpulan dapat ditujukan kepada pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, kepada peneliti berikutnya yang berniat untuk melakukan penelitian selanjutnya, dan kepada pemecahan masalah di lapangan atau follow up dari hasil penelitian. 3. Bagian Akhir Skripsi

Dalam Bab ini beriskan daftar pustaka dan lampiran yang disertakan dalam skripsi sebagai acuan untuk penelitian. Daftar pustaka memuat semua sumber tertulis, seperti buku, artikel jurnal, dokumen resmi, atau sumber-sumber lain dari internet atau sumber dari media lainnya yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Lampiran-lampiran yang disertakan dalam skripsi, berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian.


(27)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

54 A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan secara kualitatif, menurut Bodgan dan Taylor “sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif adalah berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati” (dalam Moleong, 2012, hlm. 4). Penelitian tentang Peranan UPT

P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) dalam Penanganan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan di Kota Bandung menyusun data-data alamiah yang didapat sesuai dengan hasil penelitian di lapangan. Maka dari itu, Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yang diharapkan mampu memberikan penggambaran tentang upaya yang dilakukan Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) Kota Bandung dalam melakukan penanganan tindak kekerasan terhadap perempuan secara baik dan profesional. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, maka metode yang akan digunakan penulis untuk mengumpulkan data melalui wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan Penelitian studi kasus, dimana penelitian ini mefokuskan penelitian langsung pada tindakan sosial secara intensif dan lebih rinci terhadap Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) Kota Bandung dalam mengupayakan berbagai penanganan tindak kekerasan terhadap perempuan. Menurut Craswell studi kasus adalah “sebuah eksplorasi dari

“suatu sistem yang terikat” atau “suatu kasus atau beragam kasus” yang dari

waktu ke waktu melalui pengumpulan data yang mendalam serta melibatkan

berbagai sumber informasi yang “kaya” dalam suatu konteks”. (dalam Kusmarni.

Y, hlm 2-3). Dalam penelitian jenis studi kasus yang digunakan merupakan studi kasus observasi dimana peneliti mencoba menguji unit atau individu secara


(28)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendalam, dengan sasaran dalam penelitian ini merupakan staf-staf Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) dan perempuan korban tindak kekerasan serta dokumen-dokumen dan program-program kegiatan yang dilakukan Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) dalam mengupayakan penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan perempuan di Kota Bandung.

B. Partisipan dan Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini, lokasi penelitian adalah di kantor Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) BPPKB Kota Bandung yang beralamatkan di Jalan Ibrahim Adjie No. 84 Bandung. Alasan dipilihnya penelitian di sekretariat Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A), karena kantor Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) menjadi tempat berlangsungnya pelayanan berbagai upaya penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan di Kota Bandung. Sebelum memasuki lapangan untuk melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengadakan studi pendahuluan penelitian ke sekretariat Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) yang dimaksudkan untuk menilai situasi lapangan yaitu dengan tujuan untuk mengenal segala unsur-unsur baik sosial maupun fisik serta situasi dan kondisi latar yang akan dijadikan penelitian. Menurut Moleong (2012, hlm. 130) bahwa :

“Pada tahap ini belum sampai pada titik yang menyingkapkan bagaimana penelitian masuk lapangan dalam arti mulai mengumpulkan data yang sebenarnya. Jadi, tahap ini barulah merupakan orientasi lapangan, namun dalam hal-hal tertentu telah menilai keadaan lapangan. Maksud dan tujuan penjajkan lapangan adalah berusaha mengenal segala unsur-unsur sosial, fisik, situasi pada latar penelitian”.


(29)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alasan peneliti mengkaji Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) karena lembaga yang langsung dibawahi oleh pemerintah bidang dua Kota Bandung ini dianggap menjadi Lembaga Swadaya Masyarakat terbaik dari predikat Kepatuhan versi Ombudsman Republik Indonesia pada Tahun 2014, maka dari itu peneliti semakin tertarik dengan upaya penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan oleh Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A).

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah :

1. Bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan seperti apa saja yang ditangani oleh UPT P2TP2A Kota Bandung.

2. Bagaimana proses yang dilakukan UPT P2TP2A Kota Bandung dalam penanganan tindak kekerasan perempuan

3. Kendala-kendala yang menghambat upaya yang dilakukan UPT P2TP2A Kota Bandung dalam menangani dan menanggulangi kasus tindak kekerasan terhadap perempuan

4. Upaya yang dilakukan oleh UPT P2TP2A Kota Bandung dalam melakukan penanganan dan penanggulangan terhadap kasus tindak kekerasan yang dialami oleh perempuan, dengan indikator :

a. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan oleh UPT P2TP2A Kota Bandung kepada korban dan masyarakat dalam melakukan penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan.

b. Pelayanan unsur hukum, medis, psikosional dan rumah aman yang diberikan oleh UPT P2TP2A kepada korban

c. Upaya-upaya penyadaran masyarakat sebagai upaya penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan di Kota Bandung

d. Berbagai bentuk kerjasama yang dilakukan dengan Aparat Kemananan, LSM dan Ormas.


(30)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Subjek penelitian sebagai sumber penelitian ini, yaitu Staf-staf dan Konselor Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) yang dianggap sebagai orang-orang yang berwenang di Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) dan juga paham betul mengenai latar belakang dan proses penanganan serta penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan. Selain itu perempuan korban tindak kekerasan juga menjadi partisipan dalam pengumpulan data yaitu sebagai seseorang yang menerima tindak kekerasan secara langsung dan seseorang yang menerima pelayanan dari Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) sehingga penulis dapat mengetahui sejauh mana kesesuaian dan ketepatan pelayanan yang diberikan oleh Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A).

C. Penjelasan Istilah

Peneliti ingin meneliti peranan UPT P2TP2A dalam upaya penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan perempuan di Kota Bandung. Setelah melakukan kajian pustaka pada sebelumnya maka penulis menyusun operasional variabel. Dalam penelitian penulis memberikan 4 (empat) rumusan indikator yaitu:

1. Peranan UPT P2TP2A, menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1986, hlm. 667) peran dapat diartikan sebagai

“Seperangkat tingkat yang diterapkan dimiliki oleh orang atau lembaga

yang berkedudukan dalam masyarakat”..

2. Lembaga Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A), merupakan suatu Lembaga Swadaya Masyarakat yang lahir berdasarkan Surat Keputusan Peraturan Walikota Bandung Nomor 265 tanggal 26 Maret 2008 tentang pembentukan dan susunan organisasi pada lembaga teknis daerah dan dinas daerah di lingkungan pemerintah Kota Bandung, yaitu Unit Pelaksana Teknis (UPT)


(31)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TP2A) dan diubah dengan Peraturan Walikota Bandung Nomor 413 Tahun 2010 tanggal 17 Juni 2010 tentang pembentukan dan susunan organisasi Unit Pelaksana Teknis pada lembaga teknis daerah di lingkungan pemerintah Kota Bandung. UPT P2TP2A kota Bandung memiliki peran sebagai lembaga yang menangani dan menanggulangi tindak kekerasan terhadap perempuan dengan memberikan pendampingan kepada korban kekerasan terhadap perempuan serta mengupayakan berbagai penanganan serta penanggulangan untuk meminimalisir bahkan menghapuskan segala bentuk tindak kekerasan terhadap perempuan.

3. Penanganan dan Penanggulangan tindak kekerasan perempuan oleh UPT P2TP2A, Tim penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa (1986, hlm. 33) penanganan “berarti proses, cara, menagani, penggarapan. Contoh penanganan kasus itu terkesan”. Kalimat penanganan kekerasan terhadap perempuan disini dapat diartikan sebagai suatu proses dari UPT P2TP2A untuk menangani segala bentuk tindak kekerasan yang dialami oleh perempuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonseia berasal dari kata

“tanggulang” yaitu “menghadapi; mengatasi, penanggulangan berarti proses cara, perbuatan menanggulangi”. Contoh penanggulangan bahaya narkoba dikalangan remaja (KBBI, 2015). Penanggulangan tindak kekerasan perempuan dapat disimpulkan sebagai suatu proses atau cara untuk memperbaiki tindak kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di Kota Bandung oleh UPT P2TP2A.

4. Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan, definisi tindak kekerasan terhadap perempuan dapat mengacu pada pengertian tindak kekerasan dalam Pasal 1 Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan :

Berdasarkan perbedaan jenis kelamin (gender-based violence) yang berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenag-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi”(Nilawati. dkk, 2013, hlm. 83)


(32)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Pengembangan Instrumen Penelitian

Dalam mengumpulkan data-data penulis membutuhkan alat bantu (instrumen penelitian). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 alat bantu, yaitu :

1. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yaitu tentang kekerasan terhadap perempuan.

2. Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan informasi yang muncul pada saat berlangsungnya wawancara.

3. Alat Perekam

Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tampa harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek. Dalam pengumpulan data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari subjek untuk mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara berlangsung.

4. Studi Dokumentasi

Dokumen digunakan karena data-data yang ada di dalam dokumen lebih stabil dan terdapat banyak data yang diperoleh, hal ini juga sesuai dengan jenis penelitian yang sifatnya alamiah penulis dapat mengetahui bagaimana kondisi awal UPT P2TP2A melalui dokumen-dokumen yang ada. Studi dokumentasi ini dilakukan untuk menjaring data-data mengenai bentuk-bentuk kekerasan apa saja


(33)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang ditangani oleh UPT P2TP2A Kota Bandung serta melihat data-data kasus serta banyaknya korban yang masuk ke UPT P2TP2A Kota Bandung.

E. Pengumpulan Data 1. Wawancara

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Menurut Moleong , menjelaskan bahwa yang dimaksud wawancara adalah “Percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (Interviewer) yang mrengajukan pertanyaan dan terwawancara (Interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu” (Moleong, 2012, hlm. 186). Teknik Wawancara ini, merupakan sumber utama dalam pengumpulan data, tujuan dari wawancara ini yaitu untuk mendapatkan informasi-informasi data secara lebih jelas dan akurat terkait pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan mengenai upaya-upaya Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) dalam penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan, serta kendala-kendala yang dihadapi pada saat proses penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan perempuan di Kota Bandung. Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa pedoman wawancara yaitu berbentuk isntrumen pertanyaan yang mana diajukan langsung kepada informan yaitu diajukan untuk para staf-staf dan konselor Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A). Peneliti juga mewawancarai korban sebagai seseorang yang mengalami tindak kekerasan langsung khusunya perempuan, tujuannya agar informan memberikan informasi kepada peneliti tentang situasi dan kondisi latar penelitian serta mengetahui langsung bagaimana tanggapan dari klien yang menerima pelayanan dari Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) apakah selama ini sudah sesuai dengan Standar Oprasional Pelayanan (SOP). Menurut Lincoln dan Guba


(34)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(dalam Moleong, 2012, hlm. 186), maksud mengadakan wawancara yaitu antara lain:

“Mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekontruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverivikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan memverivikasi, mengubah dan memperluas kontruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekkan anggota”.

Sumber data ini dapat diperoleh langsung dari obyek penelitian yang ada di lapangan yang kemudian akan dianalisis. Dengan narasumber wawancara yaitu pada tanggal 06 Februari 2015 wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Lenny Herlina, M.si. selaku kepala UPT P2TP2A Kota Bandung dan Ibu Yenni Rooswita pada tanggal 19 Januari 2015 di seketariat Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) BPPKB Kota Bandung di jl. Ibrahim Adjie No. 84 Bandung dimana hasil data yang di dapat ini merupakan hasil gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya guna mendapatkan informasi yang jelas dan akurat.

2. Observasi

Dalam penelitian ini penulis selain menggunanakan metode wawancara dalam mengumpulkan data, menggunanakan pula metode observasi. Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2012, hlm. 145) mengemukakan bahwa, observasi

merupakan “suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari

berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”. Teknik ini digunakan oleh penulis untuk melihat proses kerja yang dilakukan oleh UPT P2TP2A dalam upaya penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan langsung di lokasi penelitian yaitu untuk melihat langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan. Observasi yang digunakan termasuk kedalam Participant Observation dimana penulis terlibat langsung dalam setiap kegiatan sehari-hari dalam proses penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan seperti ikut serta dalam


(35)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegiatan memberikan konseling terhadap korban. Dengan melakukan observasi, penulis dapat membuktikan kebenaran teori-teori yang menjadi acuan dengan keadaan langsung dilapangan.

3. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, tidak hanya menggunakan teknik wawancara dan observasi dalam mengumpulkan data, untuk mengumpulkan data penulis juga membutuhkan data-data tertulis hasil dokumentasi dari Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A). Menurut Moleong, “dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.” (2012, hlm. 217). Jenis dokumen yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini yaitu jenis dokumen resmi yaitu data-data kasus tindak kekerasan terhadap perempuan yang pernah ditangani oleh Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) Kota Bandung. Sumber data yang diperoleh dari penelitian secara kepustakaan ini, dengan mempelajari berbagai literatur dan dokumen yang ada kaitannya dengan obyek yang diteliti. Seperti sumber-sumber hukum mengenai kekerasan terhadap perempuan.

Dari data-data ini penulis dapat melihat gambaran awal mengenai keadaan, aturan, disiplin, yang dapat memberikan petunjuk tentang gaya kepemimpinan atau situasi kondisi Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A). Selain data-data dokumen, mengenai gambaran Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) secara umum, dokumen lain seperti majalah, buletin, pernyataan, dan berita yang disiarkan kepada media massa oleh Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) sebagai bentuk upaya-upaya untuk penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan di Kota


(36)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bandung yang dapat dimanfaatkan untuk menelaah konteks sosial, kepemimpinan, dan juga sebagai alat ukur hasil kesesuaian wawancara yang telah dilakukan.

F. Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak penelitian di mulai turun ke lapangan. Teknik analisis data yang digunakan menggunakan teknik analisis data kualitatif Menururt Bodgan dan Biklen (dalam Moleong, 2012, hlm, 248), Analisis Data

Kualitatif adalah :

“Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari , dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain”.

Pada saat melakukan penelitian, penulis mencatat berbagai hal yang di dapat di lapangan, dengan berbagai temuan yang ditemukan di lapangan penulis menemukan berbagai penelitian yang dapat dikaji lebih dalam. Dari setiap data yang didapat, kemudian penulis melakukan pengklasifikasian terhadap masalah penanganan dan penanggulangan yang diupayakan oleh Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) agar setiap penelitian yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan rumusan masalah dalam penelitian yang telah di tentukan.

Data-data yang diperoleh berupa data-data kualitatif yang kemudian diolah menggunakan model interaktif. Langkah-langnkah dalam model analisis interaksi adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data

Menurut Moleong, “data dapat dikumpulkan dengan wawancara,

pengamatan, dari dokumen atau secara gabungan dari padanya.” (2012, hlm. 234). Dari wawancara dan pengamatan yang dilakukan dari dokumen-dokumen yang ada, penulis bisa mengetahui latar belakang, proses dan kendala-kendala yang


(1)

66

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.2

Sumber : Komponen Analsis Data: Model Interaktif (dalam Emzir, 2011, hlm. 134)

G. Validasi atau Keabsahan Hasil Penelitian

Patton (1987, hlm. 331) (dalam Moleong , 2012, hlm. 330-331) triangulasi dengan sumber berarti “membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif”. Hal itu dapat dicapai dengan jalan :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan

apa yang dikatakannya secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini dicapai dengan jalan membandingkan hasil wawancara yang diperoleh dilapangan yang mana melakukan wanwancaea dengan staf-staf dan konselor serta korban di UPT P2TP2A Kota Bandung, dengan isi suatu dokumen yang berkaitan seperti data-data tindak kekerasan yang seperti halnya data-data kekerasan menurut jenisnya atau data kekerasan berdasarkan tempat terjadinya.


(2)

67

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Diagram. 3. 1

Sumber : Sumber Data Penelitian, Diolah oleh Peneliti 2015 Sumber

Data


(3)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku

Emzir. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta :PT Raja Grafindo Persada Pusat.

Hamzah, A. (2006). KUHP & KUHAP : Edisi Revisi 2008. Jakarta : PT Asdi Mahasatya Katjasungkana. Dkk. (2001). Potret Perempuan. Yogyakarta : Kerjasama PSW UMY

dengan Pustaka Pelajar.

Kusumah, M. W. (1990). Analisa Kriminologi tentang Kejahatan Kejahatan

Kekerasan. Jakarta : Ghalia Indonesia

Lener, Gerda, (1986), The Creation of Patriarchy, Oxford, University Press, Oxford and New York.

Marhta, A.E. (2003). Perempuan, Kekerasan dan Hukum. Yogyakarta: UII Press Yogyakarta

Moeljanto. (1996). Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Jakarta : Bumi Aksara

Moleong, Lexy. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif : Edsisi Revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Putranto, S. A. (t.t). Perempuan bangkitlah!!! info yang harus diketahui perempuan. Jakarta Timur : LBH APIK

Soeroso, M. H. (2010). Kekerasan Dalam Rumah Tangga :Dalam Prespektif Yuridis –

Viktimologis. Jakarta : Sinar Grafika

Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kuantitaif, kualitatif, dan R&D. Cetakan ke-17. Bandung : Alfabeta

Sulaeman, M. M. & Homzah, S. (2010). Kekerasan Terhadap Perempuan : Tinjauan

dalam Berbagai Disiplin Ilmu & Kasus Kekerasan. Bandung : PT Refika Aditama

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1986: Jakarta Winarno,. (2009) Kewarganegaraan Indonesia Dari Sosiologis Menuju Yuridis.

Bandung : Alfabeta

Windhu, I. M. (1992) Kekuasaan dan Kekerasan Menurut Johan Galtung. Yogyakarta : Kanisius


(4)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wahab. AA & Sapriya (2011) Teori dan Landasan Pkn. Bandung : Alfabeta

Sumber Skripsi

Purwaningsih, E. (2008). Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Terhadap

Perempuan Dalam Rumah Tangga (Studi di Polres Mataram). (Skripsi). Fakultas

Hukum, Universitas Brawijaya, Malang.

Wicaksono, H. (2006). Peranan Jaringan Perempuan dan Anak (JPPA) Dalam

Penanganan Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan di Kabupaten Kudus.

(Skripsi). Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Sumber Jurnal

Nilawati. dkk. (2013). Penyelesaian tindak kekerasan dalam rumah tangga (kdrt)

menurut adat istiadat Gayo. Jurnal: Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah

Kuala, 2(1), hlm. 80-85

Sumber Internet

KBBI. (2015). Tersedia : [Online]. Diakses dari http://kbbi.web.id/tanggulang (Diakses tanggal 20 Februari 2015)

Kusmarni. Y. (2015). Studi kasus (John W. Creswell). Tersedia : [Online]. Diakses dari http://www.academia.edu/7124060/Laporan_Studi_Kasus_1 (Diakses tanggal 20 Februari 2015)

Masyithoh. (2013). Ketidakadilan Gender. Tersedia: [Online]. Diakses dari http://www.fahmina.or.id/index..php/beritaartikel/artikel/item/994-ketidakadilan-gender (Diakses tanggal 20 Februari 2015)

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberberdayaan Perempuan dan Anak. (2015). Tersedia : [Online]. Diakses dari http://p2tp2ajabar.org/blog/data-kdrt/. (Diakses tanggal 20 Februari 2015)

Sumber Dokumen

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan KDRT Perlindungan Anak (Negara)

Keputusan Walikota Bandung nomor: 265 tanggal 26 Maret 2008. Pembentukan Lembaga P2TP2A ke Arah Pelayanan yang Lebih Profesional menjadi Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak. Bandung.


(5)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dokumen Profil Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) Kota Bandung.

Surat Keputusan Walikota Nomor 260/Kep.1499-Huk/2002 tanggal 29 oktober 2002. Keputusan Walikota Bandung nomor 413 tanggal 17 Juni Tahun 2010. Pembaharuan

Keputusan Walikota Nomor 265. Bandung

Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 15 Tahun 2010 tentang kesetaraan gender dan perlindungan anak sebagi bagian dari upaya perlindungan Hak Azasi Manusia khususnya Perempuan dan Anak.

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan dan Kerja sama Pemulihan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Mekanisme Layanan terpadu bagi saksi dan/atau Korban Tindak Pidana Perdagangan orang

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 01 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Layanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan

Peraturan menteri negara pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2010 tentang panduan pembentukan dan pengembangan pusat pelayanan terpadu

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 22 Tahun 2010 tentang Prosedur Standar Operasional (PSO) Pelayanan Terpadu bagi Saksi dan/atau Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang

Keputusan bersama Ketua Makamah Agung, Jaksa Agung, Kepa Kepolisian Negara, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Sosial, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Sususnan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota Bandung


(6)

Wandari, 2015

PERANAN UPT P2TP2A DALAM PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Surat keputusan Walikota Bandung Nomor : 260/Kep-1499/Huk/2002 yang direvisi dengan Surat Keputusan Walikota Bandung Nomor : 260/Kep.634-Huk/2006 tentang Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Peremuan (P2TP2) Kota Bandung

Surat Keputusan Walikota Bandung Nomor : 260/Kep-1502/Huk/2002 yang direvisi dengan Surat Keputusan Walikota Bandung Nomor : 260/Kep.635-Huk/2006 tentang Sususnan Pengurus P2TP2 Kota Bandung Periode 2006-2008


Dokumen yang terkait

Pelayanan Sosial Bagi Perempuan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (P2tp2a) Kota Tangerang Selatan

1 36 179

PERANAN JARINGAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK (JPPA) DALAM PENANGANAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA MEDAN.

1 3 225

Pemetaan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) di Provinsi Bali.

0 0 4

PERAN PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK (P2TP2A) DALAM MENJAMIN HAK PERLINDUNGAN BAGI ANAK KORBAN PENCABULAN DI KABUPATEN WONOGIRI.

0 0 7

Efektivitas Collaborative Governance Pelayanan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan di Pelayanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak Kota Surakarta (PTPAS).

1 5 14

Pemetaan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Sumatera Barat

0 0 16

PERAN PUSAT PELAYANAN TERPADU PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK (PPTP2A) KOTA SURABAYA DALAM MENURUNKAN ANGKA KORBAN TINDAK KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK Meilinda Nuur Pratiwi

0 0 9

RANCANG BANGUN SISTEM PELAPORAN TINDAK KEKERASAN BAGI PEREMPUAN DAN ANAK PADA PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK KOTA MAKASSAR BERBASIS ANDROID

0 1 103

KINERJA PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK (P2TP2A) DALAM PENANGANAN KASUS KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK DI PROVINSI BANTEN TAHUN 2012 - FISIP Untirta Repository

1 30 209

KINERJA PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK (P2TP2A) KOTA DEPOK DALAM PENANGANAN KASUS KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK TAHUN 2017

1 37 178