Pengaruh desloratadine terhadap penyembuhan luka insisi pada tikus wistar JURNAL FULL TEXT
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA TIKUS WISTAR PASCA
PEMBERIAN DESLORATADINE
Halim Semihardjo, H.M. Bambang Purwanto, H. Sugeng Budi Santoso
Magister Kedokteran Keluarga Program PASCASARJANA UNS
[email protected]
Abstract
Background : Healing cascade takes place immediately after injury to the skin, and
mast cells plays an important role in the inflammation phase in the wound cascade. As
resident cells, mast cells are capable of producing several pro inflammatory mediator.
Desloratadine is a new generation antihistamine that has mast cells stabilizing effect,
which is beneficial in the healing process by preventing the release of inflammatory
mediators by mast cells.
Purpose : To identify effect of deloratadine in reducing wound area and infiltration of
mast cells after surgical incision.
Methods : This is a randomized post test only control group method. Twenty eight rats
were randomly devided in to three groups. K2, Control group, eight rats with 2 cm skin
incision and were given placebo. K2, eight rats with 2 cm skin incision and oral
paracetamol. K3, eight rats with 2 cm skin incision and oral desloratadine. After six
days, the rats were sacrified and the wound area were measured and the tissue
surounding the wound were taken for toluidine blue stainning and the mast cells
infiltration were counted under microscope.
Result : It was demonstrated in this study that the wound area and the histologic score
of tissue mast cells infiltration count of desloratadine treated group (K3) was
significantly lower than control group (K1) (p=0.000) and paracetamol group (K2)
(p=0.000).
Conclusion : We concluded that oral desloratadine is effective in reducing wound area
and mast cells infiltration in rat with surgical incision.
Keywords : Desloratadine, Mast Cells, Inflammation, Wound Healing, Surgical Incision
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA TIKUS WISTAR PASCA PEMBERIAN
DESLORATADINE
Halim Semihardjo, H.M. Bambang Purwanto, H. Sugeng Budi Santoso
Magister Kedokteran Keluarga Program PASCASARJANA UNS
[email protected]
Abstrak
Latar Belakang : Proses penyembuhan luka terjadi segera setelah terjadinya cedera
pada kulit dan sel mast berperan penting dalam proses inflamasi pada healing cascade,
Sebagai sel residen, sel mast mampu memproduksi beberapa mediator pro inflamasi.
Desloratadine adalah antihistamin generasi baru yang memiliki efek stabilisasi sel mast,
yang mana menguntungkan proses penyembuhan melalui penghambatan pelepasan
mediator pro inflamasi oleh sel mast.
Tujuan : Mengamati efek pemberian desloratadine efektif dalam mengurangi area luka
dan infiltrasi sel mast yang terjadi pasca incisi.
Metode : Penelitian ini merupakan eksperimen dengan desain randomized controlled
trial. 24 ekor tikus wistar dibagi menjadi tiga kelompok. K1 merupakan kelompok
kontrol terdiri dari 8 ekor tikus yang dilakukan incisi sepanjang 2 cm dengan
pemberian placebo, K2 merupakan kelompok yang terdiri dari 8 ekor tikus yang
dilakukan incisi sepanjang 2 cm yang diberikan parasetamol oral dan K3 merupakan
kelompok perlakuan terdiri dari 8 ekor tikus yang dilakukan incisi sepanjang 2 cm yang
diberikan desloratadine oral. Setelah 6 hari tikus dimatikan dan dilakukan pengukuran
area luka dan infiltrasi sel mast dihitung dengan menggunakan mikroskop.
Hasil : Penelitian ini menunjukkan bahwa luas area luka dan infiltrasi sel mast lebih
rendah pada kelompok yang diberikan desloratadine (K3) disbanding kelompok kontrol
(K1) (p=0.000) dan kelompok parasetamol (K2) (p=0.000).
Kesimpulan : Pemberian desloratadine efektif untuk mengurangi area luka dan infiltrasi
sel mast pada luka insisi tikus.
Kata Kunci : Desloratadine , Sel Mast , Inflammation, Penyembuhan luka, Luka incisi
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENDAHULUAN
sebesar
Setiap rudapaksa yang menyebabkan
Timbulnya
kerusakan organ kulit akan direspon
suatu proses kompleks yang melibatkan
oleh
berbagai hal,antara lain : teknik pembe-
tubuh
melalui
serangkain
25
miliar
nyeri
dolar
kronis
amerika.
merupakan
untuk
dahan, faktor psikososial, genetik, pro-
rusak
ses sensitisasi sentral yang diakibatkan
menjadi normal kembali, hal ini kita
oleh pembedahan dan dipertahankan
kenal sebagai "healing cascade". Yang
oleh kondisi perifer terutama inflamasi
terdiri atas : Hemostasis, Inflamasi,
(Katz dan Seltzer, 2009; Wulff et al.,
Proliferasi dan maturasi/ Remodelling.
2012).
mekanisme
yang
mengembalikan
bertujuan
jaringan
yang
Proses
ini bertujuan untuk memper-
cepat
penyembuhan
luka
penggembalian
integritas
Gangguan
proses
pada
dan
kulit.
ini
akan
menimbulkan penyembuhan luka yang
tidak normal yang berkepanjangan dan
bisa berkembang menjadi luka kronis
(Diegelman, 2004; Rajan dan Murray,
2008).
akut
pasca
insisi/operasi
apabila tidak berhasil sembuh dengan
dapat
berlanjut
berkembang
menjadi luka kronis yang menyebabkan
gangguan
karena
yang
bukan
berat
pada
hanya
pasien,
mengganggu
aktifitas pasien, namun juga memiliki
dampak
jaringan
ekonomi
yang
signifikan
berkaitan dengan besarnya biaya yang
perlu dikeluarkan untuk penanganannya, namun
juga akibat penurunan
produktifitas
yang
diakibatkan
oleh
morbiditasnya, terutama nyeri. Menurut
Sen ditahun 2009, jumlah penderita
luka kronis di Amerika Serikat mencapai
perifer
inflamasi setelah
,
proses
insisi bedah
akan
dipertahankan melalui pelepasan mediator inflamasi oleh sel resident, termasuk
sel mast, dan dari banyak mediator
inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast
, histamin dan serotonin telah terbukti
memicu
terjadinya
menimbulkan
Luka
normal
Pada
selama
inflamasi
rangsang
periode
dan
nosisepsi
pasca
operasi
beranggapan
bahwa
(Yasuda,et.al 2013).
Dogma
inflamasi
lama
berperan
penting
dalam
proses homeostasis kulit, namun dalam
dalam dekade terakhir telah diketahui
ada beberapa sel yang berfungsi untuk
mengatur
proses
keradangan,
walaupun
proses
ini
menghilangkan
beberapa
bahwa
patogen,
penelitian
fase
perlu
ini
dan
untuk
namun
menunjukkan
sebenarnya
tidak
berperan terlalu penting pada proses
perbaikan jaringan dan malah mungkin
commit to
user
menimbulkan
gangguan seperti timbul-
6.5 juta pasien dengan biaya tahunan
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nya jaringan parut. Derajat inflamasi
loratadine
diduga berkaitan erat dengan tingkat
memiliki keunggulan karena bersifat
keparahan
non sedatif, sangat selektif terhadap
jaringan parut
yang
ter-
yang
bersifat
aktif,
dan
bentuk, dan bahkan pada beberapa
reseptor
kasus
timbulnya
menunjukkan bahwa obat ini memiliki
kegagalan penutupan luka. Luka kronis
efek stabilisasi terhadap membran sel
juga
mast,
bisa
menyebabkan
dikaitkan
sebagai
faktor
H1,
bukti-bukti
sehingga
terbaru
diharapkan
bisa
predisposisi timbulnya kanker (Eming
mengurangi
et. al. 2007).
inflamasi pada saat terjadi ruda paksa,
Sehingga menarik untuk diketahui
efek dari sel radang, dalam hal ini selmast terhadap penyembuhan luka paska
insisi
kulit
terhadap
mencit,
dan
penyembuhan
efeknya
luka,
mast
bisa
mengurangi
inflamasi,
dengan
mencegah
timbulnya
dikemudian hari.
menunjukkan,
inflamasi,
dan
memperbaiki penyembuhan luka paska
insisi (Eming et. al. 2007; Levi-Schaffer
dan Eliashar, 2009).
RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini termasuk eksperimental
bisa
laboratorik dengan desain Randomized
kronis
Bukti terbaru juga
bahwa
respon
proses
harapan
luka
menurunkan
mediator
dan
apakah pemberian penyetabil membran
sel
pelepasan
stabilisasi
sel
Controlled
Trial
yang
menggunakan
tikus wistar sebagai obyek penelitian
dengan
tujuan
mencari
perbedaan
mast memperkuat efek antinosiseptif
pengaruh
pada
pasca
dibandingkan kontrol terhadap hitung
operasi. Hal ini disebabkan karena nyeri
jenis infiltrasi sel mast dan jumlah sel
pasca operasi memiliki dua komponen,
mast yang terdegranulasi pada luka
yaitu
sekitar
binatang
coba
komponen
model
inflamasi
dan
pemberian
insisi.
desloratadine
Kelompok
penelitian
neuropati, sehingga pemberian obat-
dibagi menjadi tiga, yaitu kelompok
obat yang bersifat stabilisator dinding
kontrol negatif (K1), kontrol positif (K2),
sel-mast akan berperan untuk mencegah
dan
degranulasi sel mast dan mengurangi
sebagai berikut :
pelepasan
kedalam
mediator
lokasi
meningkatkan
luka,
respon
pro-inflamasi
hal
ini
akan
antinosiseptik.
perlakuan
(K3),
penjelasannya
K1 : Kelompok Kontrol, tikus wistar
yang dilakukan insisi sepanjang
1cm, dengan pemberian placebo.
(Yasuda,et.al 2013).
K2 : Kelompok perlakuan, tikus wistar
Desloratadine
merupakan
suatu
yang dilakukan insisi sepanjang 1
antagonis reseptor H-1 generasi baru
commit to usercm, yang diberikan parasetamol
yang merupakan metabolit utama dari
oral
dengan
dosis
yang
telah
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikonversi yaitu 60 mg/kg BB tiap
8 jam (Shaw, Nihal & Ahmad,
2007)
yang dilakukan insisi sepanjang 1
cm, yang diberikan desloratadine 1
sebelum
insisi
dilanjutkan
tiap 24 jam sampai hari ke-6
setelah insisi. Dosis tiap 24 jam
yang telah dikonversi yaitu 0,6
mg/kg BB (Shaw, Nihal & Ahmad,
2007)
Skema
a. Tikus wistar sakit selama masa
adaptasi 7 hari (gerakan tidak
K3 : Kelompok perlakuan, tikus wistar
jam
2. Kriteria Eksklusi
aktif)
b. Mati
selama
perlakuan
berlangsung
c. Infeksi di sekitar tempat yang
akan dilakukan insisi
3. Besar Sampel
Untuk analisis multivariat, di mana
pada penelitian terdapat dua variabel
bebas yaitu pemberian desloratadine
rancangan
penelitian
adalah
dan pemberian parasetamol dan dua
variabel
sebagai berikut :
terikat
yaitu
hitung
jenis
infiltrasi sel mast dan luas area luka,
maka besar sampel minimal dihitung
dengan
menggunakan
kalkulator
sampsize berdasarkan penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Hsu dan
kawan-kawan,
minimal
Sampel Penelitian
Hewan coba adalah tikus wistar
yang
diperoleh
dari
Laboratorium
Hewan Coba Universitas Sebelas Maret,
berjumlah 24 ekor.
didapatkan
untuk
masing
sampel
masing
kelompok adalah 7.
4. Randomisasi
24 tikus dikelompokkan secara
random menjadi dua kelompok yaitu:
Kelompok K1 : 8 tikus
1. Kriteria Inklusi :
Kelompok K2 : 8 tikus
a. Tikus wistar keturunan murni
Kelompok K3 : 8 tikus
b. Berjenis kelamin betina
c. Belum pernah digunakan untuk
penelitian
Luas area luka dihitung menggunakan
d. Umur dua sampai dua setengah
bulan
e. Berat badan 250 – 300 gram
HASIL PENELITIAN
kamera digital Canon Ixus 135, dan
selanjutnya
gambar
yang
dihasilkan
diukur luas area lukanya menggunakan
program IMAGEJ.
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 1. Data luas area luka
No
1
2
3
4
5
6
7
8
yang
Placebo
(mm2)
Parasetamol
(mm2)
Desloratadine
(mm2)
20.06
49
27.85
29.61
35.21
12.26
47.93
38.81
20.46
38.07
38.62
20.86
46.02
50.38
25.71
45.64
54.54
14.65
26.47
47.31
18.32
40.51
37.42
21.79
signifikan
antara
kelompok
kontrol dan desloratadine, dan antara
kelompok
parasetamol
dan
desloratadine, namun tidak diapatkan
perbedaan signifikan diantara kelompok
placebo dan parasetamol.
Tabel 2. Data rerata hitung jenis
infiltrasi sel - mast jaringan
Gambar 1. Rerata luas area luka
No
Placebo
Parasetamol
Desloratadine
1
315
286
254
2
294
261
241
3
264
333
165
4
382
308
231
5
278
273
220
6
334
290
193
7
307
312
138
Keterangan : Jumlah sel dalam 5 lapang
Gambar 2. Rerata infiltrasi sel mast
pandang pebesaran 400x
Infiltasi sel mast jaringan dari tiap
kelompok
dihitung
pengecatan
khusus
menggunakan
Uji Normalitas
Uji
Normalitas
ditujukan
blue.
mengetahui
Hasilnya dihitung dengan menggunakan
terdistribusi
mikroskop Olympus BW 51, dengan
Pengujian dilakukan dengan uji Shapiro-
pembesaran 400x, pada lima lapang
Wilk.
toluidine
pandang dan dihitung sel yang positif
apakah
normal
data
untuk
laboratoris
atau
tidak.
Dari tabel 3. menunjukkan untuk
data pengukuran area luka, kelompok
pada lapang pandang tersebut.
terhadap luas
placebo, parasetamol dan desloratadine
area luka (tabel 1) dan infiltrasi sel mast
mempunyai varians data normal (p >
(tabel 2) menunjukkan ada perbedaan
0.05).
Hasil pengamatan
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3. luas area luka
Kelompok
Placebo
p
.366
daan luas area luka yang signifikan
antara kelompok kontrol dan deslorata-
Keterangan
dine, dan antara kelompok parasetamol
Normal
dan desloratadine, (p < 0.05). Namun
Parasetamol
Desloratadine
.283
.910
Normal
tidak diapatkan perbedaan signifikan
diantara
Normal
Keterangan : distribusi data dianggal normal
bila p > 0.05
kelompok
parasetamol.
kelompok
tikus
yang
kelompok
parasetamol.
parasetamol
dan
desloratadine mempunyai varians data
normal (p > 0.05).
yang
terlihat
diberikan
lebih
kecil
dibandingkan dengan kelompok tikus
untuk penghitungan infiltrasi sel mast
placebo,
dan
(p > 0.05). Rerata dari
desloratadine
Dari tabel 4 Menunjukkan data
placebo
diberikan
placebo
dan
Tabel 5. Hasil uji beda luas area luka kelompok
placebo, parasetamol dan desloratadine
Kelompok (I)
Kelompok
Pembanding (J)
p
Tabel 4. Infiltrasi sel-mast
Kontrol
Kelompok
p
Placebo
.736
Parasetamol
.959
Normal
Desloratadine
.606
Normal
Normal
paracetamol
desloratadine
Keterangan : distribusi data dianggal normal
bila p > 0.05
Uji
Beda Luas Area Luka dan Hitung
jenis Infiltrasi Sel-Mast Jaringan
Uji beda luas area luka dan hitung
jenis
infiltrasi
parasetamol
.084
desloratadine
.000
kontrol
.084
desloratadine
.000
kontrol
.000
parasetamol
.000
Keterangan
Sel-Mast
jaringan
Keterangan : Perbedaan dianggap signifikan
bila bila p < 0.05
Dari
tabel
perbedaan
6
didapatkan
infiltrasi
sel
adanya
mast
yang
signifikan antara kelompok kontrol dan
dilakukan untuk mengetahui apakah
desloratadine,
ada perbedaan bermakna antara luas
parasetamol dan deslorata-dine, (p <
area luka dan hitung jenis infiltrasi sel-
0.05).
mast jaringan pada kelompok placebo
perbedaan signifikan diantara kelompok
dibandingkan
placebo dan parasetamol. (p > 0.05).
dengan
kelompok
dan
Namun
antara
tidak
kelompok
diapatkan
parasetamol dan desloratadine. Uji beda
Rerata dari kelompok tikus yang
ini dilakukan dengan menggunakan uji
diberikan desloratadine terlihat lebih
statistik ONE WAY ANNOVA karena
kecil dibandingkan dengan kelompok
didapatkan distribusi data yang normal.
tikus yang diberikan
Dari tabel 5 didapatkan adanya perbe-commit to
parasetamol.
Hal ini
user
placebo
dan
menunjukkan
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahwa pemberian desloratadine pada
hari sebagai kontrol positif, dan 8 ekor
hewan coba yang dilakukan luka incisi,
lainnya diberikan placebo. Pada hari ke
secara bermakna akan mengurangi luas
enam, dilakukan pengambilan gambar
area luka dan infiltrasi sel mast jika
dengan kamera digital pada luka dan
dibandingkan dengan hewan coba yang
kemudian diambil jaringan pada seluruh
tanpa pemberian desloratadine.
sampel
dan
dilanjutkan
dengan
pembuatan dan pengecatan preparat
Tabel 6. Hasil hitung infiltrasi sel mast
kelompok placebo, parasetamol dan
desloratadine
Kelompok (I)
Kelompok
Pembanding (J)
Kontrol
paracetamol
sampai pada pembacaan hasil.
Pengambilan
.424
desloratadine
.000
kontrol
.424
desloratadine
.000
kontrol
.000
parasetamol
.000
healing
cascade
diperkirakan
sudah
memasuki tahap proliferasi. Penelitian
ini
bertujuan
untuk
membuktikan
adanya perbedaan luas area luka dan
jumlah
desloratadine
jaringan
dilakukan pada hari keenam, dimana
p
parasetamol
biopsi
infiltrasi
sel
mast
disekitar
daerah luka insisi tikus wistar pada
pemberian desloratadine dibandingkan
Keterangan : Perbedaan dianggap signifikan
bila bila p < 0.05
dengan placebo dan parasetamol. Hasil
penelitian
PEMBAHASAN
Proses inflamasi yang berlebihan
menunjukkan
adanya
perbedaan
yang
bermakna
terhadap
luas
luka
diantara
kelompok
area
pada healing cascade dapat menyebab-
kontrol dan desloratadine, dan antara
kan hambatan penyembuhan luka pasca
kelompok
insisi.
diduga
desloratadine, (p < 0.05). Namun tidak
memelihara inflamasi adalah sel mast.
diapatkan perbedaan signifikan diantara
Sehingga perlu diteliti pengaruh pem-
kelompok placebo dan parasetamo,l (p
berian stabilisator sel mast terhadap
>
penyembuhan luka.
menunjukkan kelompok dengan pembe-
Salah
satu
sel
yang
0.05).
parasetamol
Untuk
uji
dan
normalitas
Pada penelitian ini, 24 ekor tikus
rian placebo, parasetamol dan deslorata-
wistar dibuat incisi sepanjang 2 cm
dine mempunyai varians data normal
sedalam subkutan pada punggungnya. 8
dengan p > 0.05.
ekor diantaranya diberikan deslorata-
Untuk
dine oral, yang dilakukan pada satu jam
perbedaan
setelah incisi sampai 6 hari pasca incisi,
infiltrasi sel mast diantara kelompok
dengan waktu pemberian dilakukan tiap
kontrol dan desloratadine, dan antara
24
diberikan
kelompok parasetamol dan deslorata-
parasetamol oral setiap 8 jam selama 6
dine, (p < 0.05). Namun tidak diapatkan
jam.
8
ekor
lainnya
infiltrasi
yang
sel
mast
bermakna
juga
terhadap
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perbedaan signifikan diantara kelompok
meabilitas, dan aktifasi/rekrutmen dari
placebo dan parasetamo,l
sel imunitas dalam darah tepi sebagai
Untuk
uji
normalitas
(p > 0.05).
menunjukkan
akibat
dari
dilepaskannya
kelompok dengan pemberian placebo,
macam
mediator
parasetamol dan desloratadine mem-
inflamasi
punyai varians data normal dengan p >
mediator yang diduga berperan dalam
0.05.
pemeliharaan inflamasi adalah chymase
yang
disamping
Hasil tersebut menunjukkan bahwa
dan tryptase.
pemberian desloratadine dengan dosis
Tryptase
berbagai
bersifat
histamin,
dalam
pro
dua
patofisiologi
0.6 mg/kg BB, dimana dosis tersebut
penyembuhan luka masih belum sepe-
merupakan dosis konversi tikus dengan
nuhnya jelas. Namun, ada beberapa
dosis
temuan
0.08/kgbb
mg
orang
dewasa
dengan berat badan 60 kg,
efektif
eksperimental
yang
menun-
jukkan perannya dalam aktivasi dan
dalam menurunkan luas area luka dan
perekrutan
jenis
infiltrasi sel mast yang terjadi pasca
termasuk
sel-sel
incisi.
mononuklear, sel T dan neutrofil di
Hal
itu
dilihat
dari
adanya
sel
yang
berbeda,
endotel,
sel-sel
perbedaan yang signifikan luas area
darah perifer sedangkan
luka dan infiltrasi antara kelompok
duga berperan dalam perekrutan sel
desloratadine dengan kelompok placebo
inflamasi, Chymase juga dapat mem-
dankelompok
dimana
promosikan peradangan secara tidak
kelompok placebo dan kelompok para-
langsung dengan mengaktifkan pro-IL-
setamol menunjukkan luas area luka
1β menjadi IL-1β, dan pro-IL-18 menjadi
yang lebih lebar dan jumlah sel mast
IL-18, dan menghasilkan 31-amino acid
yang lebih tinggi jika dibandingkan
endothelin-1, suatu kemoatraktan kuat
dengan kelompok desloratadine.
untuk neutrofil dan monosit.
parasetamol,
Sel Mast merupakan salah satu dari
sel
yang
diduga
berperan
dalam
Chymase di-
Dengan menstabilkan dinding sel
mast diharapkan pelepasan mediator
memelihara proses inflamasi, karena
pro
dengan aktivasi dari sel mast, sel mast
membantu dalam mengendalikan proses
residen umumnya mengalami degra-
inflamasi yang terjadi pasca cedera
nulasi setelah terjadinya luka, sehingga
jaringan, yang selanjutnya diharapkan
jarang ditemukan pada awal cedera,
bahwa pada periode inflamasi yang
jumlahnya mulai kembali normal dan
terjadi
meningkat
buhan luka, akan berjalan tanpa respon
setelah
48
jam
setelah
inflamasi
dalam
cedera dan aktivasi dari sel mast akan
inflamasi
berperan dalam proses inflamasi, yang
kepanjangan.
meliputi vasodilatasi, peningkatan per-
bahwa
yang
commit to user
healing
akan
berkurang
tahap-tahap
berlebihan
Akhirnya
cascade
penyem-
dan
ber-
diharapkan
dapat
ber-
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
langsung lebih cepat dan menuju ke
Chen,
L.,
et
al.
(2015).
The
murine
fase proliferas yang pada akhirnya akan
excisional wound model: Contraction
mempercepat penyembuhan dan meng-
revisited. Wound Rep Reg, p.n/a-n/a.
urangi resiko terjadinya komplikasi lanjutan seperti wound dehiscence , atau
timbulnya luka kronis dan jaringan
parut yang berlebihan.
Church,
M.
dan
Church,
Pharmacology
of
D.
(2013).
antihistamines.
Indian J Dermatol, 58(3), p.219.
Collington SJ, et al. (2011) Mechanisms
DAFTAR PUSTAKA
underlying the localisation of mast
cells in tissues. Trends in immunology
Amin, K. (2012). The role of mast cells in
allergic
inflammation.
32: 478–485.
Respiratory
Medicine, 106(1), pp.9-14.
da Silva, E., Jamur, M. and Oliver, C.
(2014). Mast Cell Function: A New
Ansell, D., et al. (2014). A statistical
analysis of murine incisional and
excisional
acute
models. Wound
wound
Repair
Vision of an Old Cell. Journal of
Histochemistry & Cytochemistry,
62(10), pp.698-738.
and
Regeneration, 22(2), pp.281-287.
Dai, H. and Korthuis, R. (2011). Mast cell
proteases and inflammation. Drug
Ashkani-Esfahani,
Silymarin
S.,
et
al.
enhanced
(2013).
fibroblast
Discovery Today: Disease Models, 8(1),
pp.47-55.
proliferation and tissue regeneration
in full thickness skin wounds in rat
Daly,
J.
(2009).
Accelerated
Wound
models; a stereological study. Journal
Closure
of the Saudi Society of Dermatology &
Interleukin-10. Yearbook of Surgery,
Dermatologic Surgery, 17(1), pp.7-12.
2009, p.195.
Bilgin,
M.
dan
Comparison
Güneş,
Ü.
of
(2013).
3
A
Wound
in
Mice
Deficient
for
Das, K. (2013). Wound healing potential of
aqueous
crude
extract
of
Stevia
Measurement Techniques. Journal of
rebaudiana in mice. Revista Brasileira
Wound,
de Farmacognosia, 23(2), pp.351-357.
Ostomy
and
Continence
Nursing, 40(6), pp.590-593.
Demidova-Rice, T., et al. (2012). Acute and
Braiman-Wiksman, L., et al. (2007). Novel
Impaired Wound Healing.Advances in
Insights into Wound Healing Sequence
Skin & Wound Care, 25(8), pp.349-
of
370.
Events. Toxicologic
Path.,
35(6),
pp.767-779.
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Diegelmann, R. (2004). Wound healing: an
overview
of
delayed
acute,
fibrotic
and
healing.Frontiers
in
Galli SJ, Tsai M (2010) Mast cells in allergy
and infection: versatile effector and
Bioscience, 9(1-3), p.283.
regulatory cells in innate and adaptive
Egozi EI, et al. (2003) Mast cells modulate
the
inflammatory
proliferative
wounds.
but
response
Wound
not
in
the
immunity.
European
journal
of
immunology 40: 1843–1851.
healing
repair
and
Galiano RD, et al. (2004) Quantitative and
regeneration : official publication of
reproducible
murine
the Wound Healing Society [and] the
excisional
European Tissue Repair Society 11:
repair and regeneration 12: 485–492.
wound
model
healing.
of
Wound
46–54.
Glaziou, P. (2003). Sampsize. Boston, USA.:
Eming, S., et al. (2007). Inflammation in
Free Software Foundation, Inc.
Wound Repair: Molecular and Cellular
Mechanisms.
J
Investig
Dermatol,
Gordon JR, Galli SJ (1994) Promotion of
mouse
127(3), pp.514-525.
fibroblast
collagen
gene
expression by mast cells stimulated
Epstein, F., et al. (1999). Cutaneous Wound
Healing.
New
England
Journal
of
via the Fc epsilon RI. Role for mast
cellderived
transforming
growth
factor beta and tumor necrosis factor
Medicine, 341(10), pp.738-746.
alpha. The Journal of experimental
Focus Session 10: Skin Inflammation and
medicine 180: 2027–2037.
Wound Healing. (2003). Inflamm. Res.,
52(S2), pp.S105-S108.
Gurtner GC, et al. (2008) Wound repair
and regeneration. Nature 453: 314–
Foley TT, et al. (2011) Rat mast cells
321.
enhance fibroblast proliferation and
fibroblast-populated collagen lattice
Harvima, IT., Nilsson, G. (2011). Mast cells
contraction through gap junctional
as regulators of skin inflammation
intercellular communications. Plastic
and immunity. Acta Derm Venereol,
and reconstructive surgery 127: 1478–
91: 644–650
1486
Henz, B. (2001). The pharmacologic profile
Gomes A., et al. (2008). Comparative
analysis of the mast cell density in
of desloratadine: a review. Allergy,
56(s65), pp.7-13.
normal oral mucosa, actinic cheilitis
and lip squamous cell carcinoma.
Brazilian Dental Journal, 19(3).
Hsu, I., et al. (2014). Serpina3n accelerates
commit to user
tissue repair in a diabetic mouse
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
model of delayed wound healing. Cell
Death Dis, 5(10), p.e1458.
Iba Y, et al. (2004) Possible involvement of
Kohyama
T,
et
al.
(2010)
Histamine
lung
fibroblast
stimulates
human
migration.
Molecular
and
cellular
biochemistry 337: 77–81.
mast cells in collagen remodeling in
the late phase of cutaneous wound
healing
in
mice.
International
immunopharmacology 4: 1873–1880.
Kreutner, W, et al. (2000). Preclinical
Pharmacology
of
Desloratadine,
Selective and Nonsedating Histamine
Ishida Y, et. al. (2008) Chemokine receptor
H1
Receptor
Antagonist.
CX3CR1 mediates skin wound healing
Arzneimittelforschung,
by
pp.345-352.
promoting
macrophage
a
and
50(04),
fibroblast accumulation and function.
Journal of immunology 180: 569–579.
Kulka M, et al. (2009) Human mast cells
synthesize and release angiogenin, a
New
member of the ribonuclease A (RNase
developments in mast cell biology.
A) superfamily. Journal of leukocyte
Nature
biology 86: 1217–1226.
Kalesnikoff
J,
Galli
SJ
(2008)
immunology 9: 1215–1223.
Levi-Schaffer, F. dan Eliashar, R. (2009).
Katz, J. dan Seltzer, Z. (2009). Transition
from acute to chronic postsurgical
pain:
risk
factors
factors.
Expert
and
protective
Review
of
Neurotherapeutics, 9(5), pp.723-744.
Kim,
S.
(2011).
Ripe
fruit
of
Rubus
inflammation.International
Journal of Molecular Medicine.
Kimura, T., Sugaya, M., Blauvelt, A.,
Okochi, H. and Sato, S. (2013).
Delayed wound healing due to
increased interleukin-10 expression
in mice with lymphatic dysfunction.
Journal of Leukocyte Biology, 94(1),
pp.137-145.
Antihistamines. J Investig Dermatol,
129(11), pp.2549-2551.
Lin, Q., et al. (2011). Impaired Wound
Healing with Defective Expression of
coreanus inhibits mast cell-mediated
allergic
Mast Cell Stabilizing Properties of
Chemokines
Myeloid
Mice. The
and
Cells
Recruitment
in
Journal
of
TLR3-Deficient
of
Immunology,
186(6), pp.3710-3717.
Nauta, A., et al. (2013). Evidence That Mast
Cells Are Not Required for Healing of
Splinted
Cutaneous
Excisional
Wounds in Mice. PLoS ONE, 8(3),
p.e59167.
Neil, M. dan Macrae, W. (2009). Post
Surgical Pain- The Transition from
Acute to Chronic Pain. British Journal
commit to user
of Pain, 3(2), pp.6-9.
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Noli C, Miolo A (2001) The mast cell in
wound
healing.
Veterinary
dermatology 12: 303–313.
Sabol, F. et al. (2012) Immunohistological
changes in skin wounds during the
early periods of healing in a rat
model. Veterinarni Medicina, 57 (2):
Oberyszyn, T. (2007). Inflammation and
77–82
wound healing. Frontiers in Bioscience,
12(8-12), p.2993.
Sen, C., et al. (2009). Human skin wounds:
A major and snowballing threat to
Patil, R. dan Makwana, A. (2015). Antihyperbilirubinemic
and
wound
healing activity of aqueous extract of
public
health
economy.J Wound
and
the
Repair
and
Regeneration, 17(6), pp.763-771.
Calotropis procera leaves in Wistar
rats. Indian Journal of Pharmacology,
47(4), p.398.
Scheller, J., et al. (2011). The pro- and antiinflammatory
properties
of
the
cytokine interleukin-6. Biochimica et
Pubchem.ncbi.nlm.nih.gov,
Desloratadine
PubChem.
|
(2005).
C19H19ClN2
[online]
Available
-
Biophysica Acta (BBA) - Molecular Cell
Research, 1813(5), pp.878-888.
at:
Serena, T. (2004). 128 Wound Healing
http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/co
mpound/Desloratadine
Morphology
in
an
Acute
#section=Synthesis-References
Healing
[Accessed 24 May 2015].
Regeneration, 12(2), pp.A33-A33.
Study. Wound
Wound
Repair
and
Rajan, V. dan Murray, R. (2008). The
Shaw, T. dan Martin, P. (2009). Wound
duplicitous nature of inflammation in
repair at a glance. Journal of Cell
wound repair. wound practice and
Science, 122(18), pp.3209-3213.
research, 16(3), pp.122-129.
Shih B, et al. (2010) Molecular dissection
Rasband,
W.
Maryland,
(1997). ImageJ.
USA:
U.
S.
Bethesda,
of abnormal wound healing processes
National
resulting in keloid disease. Wound
repair and regeneration 18: 139–153.
Institutes of Health.
Reagan-Shaw, S., Nihal, M. and Ahmad, N.
Shiota N, et al. (2010) Pathophysiological
(2007). Dose translation from animal
role of skin mast cells in wound
to human studies revisited. The
healing after scald injury: study with
FASEB Journal, 22(3), pp.659-661.
mast
cell-deficient
W/W(V)
mice.
International archives of allergy and
Ring, J. dan Behrendt, H. (2002). New
immunology 151: 80–88.
trends in allergy V. Berlin: Springer.
commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Simons, F. (2004). Advances in H 1 -
players
at
each
stage
of
repair.
Antihistamines. New England Journal
Journal of the Italian Pharmacological
of Medicine, 351(21), pp.2203-2217.
Society 58: 112–116.
Wong VW, et al. (2011) Mechanical force
Theoharides, T. and Kalogeromitros, D.
(2006). The Critical Role of Mast Cells
prolongs acute inflammation via T-
in Allergy and Inflammation. Annals
cell-dependent pathways during scar
of the New York Academy of Sciences,
formation. FASEB journal 25: 4498–
1088(1), pp.78-99.
4510.
Turabelidze, A. dan Dipietro, L. (2011).
Inflammation
and
healing. Endodontic
wound
Topics,
24(1),
Wulff,
B.,
et
al.
(2012).
Mast
Cells
Contribute to Scar Formation during
Fetal
Wound
Healing.
J
Investig
Dermatol, 132(2), pp.458-465.
pp.26-38.
van der Veer WM, et al. (2009) Potential
Wulff, B. dan Wilgus, T. (2013). Mast cell
of
activity in the healing wound: more
hypertrophic scar formation. Burns :
than meets the eye?. Exp Dermatol,
journal of the International Society for
22(8), pp.507-510.
cellular
and
molecular
causes
Burn Injuries 35: 15–29.
Yamashita, M. dan Nakayama, T. (2008).
Wang, Y., et al. (2005). Desloratadine
Progress in Allergy Signal Research on
48/80-induced
Mast Cells: Regulation of Allergic
mast cell degranulation: visualization
Airway Inflammation Through Toll-
using
Like
prevents
a
compound
vital
fluorescent
dye
technique. Allergy, 60(1), pp.117-124.
Receptor
4–Mediated
Modification of Mast Cell Function. J
Pharmacol Sci, 106(3), pp.332-335.
Weller, K., et al. (2006). Mast cells are
required for normal healing of skin
Yasuda,
M.,
et
al.
(2013).
Mast
cell
wounds in mice. The FASEB Journal,
stabilization
20(13), pp.2366-2368.
antinociceptive effects in a mouse
promotes
model of postoperative pain. Journal
Weller,
K.
dan
Maurer,
M.
(2009).
of Pain Research, p.161
Desloratadine Inhibits Human Skin
Mast Cell Activation and Histamine
Younan GJ, et al. (2011) Mast cells are
Release. J Investig Dermatol, 129(11),
required
pp.2723-2726.
remodeling
in
the
proliferation
phases
and
of
microdeformational wound therapy. J
Wilgus TA (2008) Immune cells in the
healing
skin
wound:
Plastic and reconstructive surgery 128:
commit to user
influential
649e–658e
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Younan G, et al. (2010) The inflammatory
response after an epidermal burn
depends on the activities of mouse
mast cell proteases 4 and 5. J of
immunology 185: 7681–7690.
commit to user
15
digilib.uns.ac.id
PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA TIKUS WISTAR PASCA
PEMBERIAN DESLORATADINE
Halim Semihardjo, H.M. Bambang Purwanto, H. Sugeng Budi Santoso
Magister Kedokteran Keluarga Program PASCASARJANA UNS
[email protected]
Abstract
Background : Healing cascade takes place immediately after injury to the skin, and
mast cells plays an important role in the inflammation phase in the wound cascade. As
resident cells, mast cells are capable of producing several pro inflammatory mediator.
Desloratadine is a new generation antihistamine that has mast cells stabilizing effect,
which is beneficial in the healing process by preventing the release of inflammatory
mediators by mast cells.
Purpose : To identify effect of deloratadine in reducing wound area and infiltration of
mast cells after surgical incision.
Methods : This is a randomized post test only control group method. Twenty eight rats
were randomly devided in to three groups. K2, Control group, eight rats with 2 cm skin
incision and were given placebo. K2, eight rats with 2 cm skin incision and oral
paracetamol. K3, eight rats with 2 cm skin incision and oral desloratadine. After six
days, the rats were sacrified and the wound area were measured and the tissue
surounding the wound were taken for toluidine blue stainning and the mast cells
infiltration were counted under microscope.
Result : It was demonstrated in this study that the wound area and the histologic score
of tissue mast cells infiltration count of desloratadine treated group (K3) was
significantly lower than control group (K1) (p=0.000) and paracetamol group (K2)
(p=0.000).
Conclusion : We concluded that oral desloratadine is effective in reducing wound area
and mast cells infiltration in rat with surgical incision.
Keywords : Desloratadine, Mast Cells, Inflammation, Wound Healing, Surgical Incision
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA TIKUS WISTAR PASCA PEMBERIAN
DESLORATADINE
Halim Semihardjo, H.M. Bambang Purwanto, H. Sugeng Budi Santoso
Magister Kedokteran Keluarga Program PASCASARJANA UNS
[email protected]
Abstrak
Latar Belakang : Proses penyembuhan luka terjadi segera setelah terjadinya cedera
pada kulit dan sel mast berperan penting dalam proses inflamasi pada healing cascade,
Sebagai sel residen, sel mast mampu memproduksi beberapa mediator pro inflamasi.
Desloratadine adalah antihistamin generasi baru yang memiliki efek stabilisasi sel mast,
yang mana menguntungkan proses penyembuhan melalui penghambatan pelepasan
mediator pro inflamasi oleh sel mast.
Tujuan : Mengamati efek pemberian desloratadine efektif dalam mengurangi area luka
dan infiltrasi sel mast yang terjadi pasca incisi.
Metode : Penelitian ini merupakan eksperimen dengan desain randomized controlled
trial. 24 ekor tikus wistar dibagi menjadi tiga kelompok. K1 merupakan kelompok
kontrol terdiri dari 8 ekor tikus yang dilakukan incisi sepanjang 2 cm dengan
pemberian placebo, K2 merupakan kelompok yang terdiri dari 8 ekor tikus yang
dilakukan incisi sepanjang 2 cm yang diberikan parasetamol oral dan K3 merupakan
kelompok perlakuan terdiri dari 8 ekor tikus yang dilakukan incisi sepanjang 2 cm yang
diberikan desloratadine oral. Setelah 6 hari tikus dimatikan dan dilakukan pengukuran
area luka dan infiltrasi sel mast dihitung dengan menggunakan mikroskop.
Hasil : Penelitian ini menunjukkan bahwa luas area luka dan infiltrasi sel mast lebih
rendah pada kelompok yang diberikan desloratadine (K3) disbanding kelompok kontrol
(K1) (p=0.000) dan kelompok parasetamol (K2) (p=0.000).
Kesimpulan : Pemberian desloratadine efektif untuk mengurangi area luka dan infiltrasi
sel mast pada luka insisi tikus.
Kata Kunci : Desloratadine , Sel Mast , Inflammation, Penyembuhan luka, Luka incisi
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENDAHULUAN
sebesar
Setiap rudapaksa yang menyebabkan
Timbulnya
kerusakan organ kulit akan direspon
suatu proses kompleks yang melibatkan
oleh
berbagai hal,antara lain : teknik pembe-
tubuh
melalui
serangkain
25
miliar
nyeri
dolar
kronis
amerika.
merupakan
untuk
dahan, faktor psikososial, genetik, pro-
rusak
ses sensitisasi sentral yang diakibatkan
menjadi normal kembali, hal ini kita
oleh pembedahan dan dipertahankan
kenal sebagai "healing cascade". Yang
oleh kondisi perifer terutama inflamasi
terdiri atas : Hemostasis, Inflamasi,
(Katz dan Seltzer, 2009; Wulff et al.,
Proliferasi dan maturasi/ Remodelling.
2012).
mekanisme
yang
mengembalikan
bertujuan
jaringan
yang
Proses
ini bertujuan untuk memper-
cepat
penyembuhan
luka
penggembalian
integritas
Gangguan
proses
pada
dan
kulit.
ini
akan
menimbulkan penyembuhan luka yang
tidak normal yang berkepanjangan dan
bisa berkembang menjadi luka kronis
(Diegelman, 2004; Rajan dan Murray,
2008).
akut
pasca
insisi/operasi
apabila tidak berhasil sembuh dengan
dapat
berlanjut
berkembang
menjadi luka kronis yang menyebabkan
gangguan
karena
yang
bukan
berat
pada
hanya
pasien,
mengganggu
aktifitas pasien, namun juga memiliki
dampak
jaringan
ekonomi
yang
signifikan
berkaitan dengan besarnya biaya yang
perlu dikeluarkan untuk penanganannya, namun
juga akibat penurunan
produktifitas
yang
diakibatkan
oleh
morbiditasnya, terutama nyeri. Menurut
Sen ditahun 2009, jumlah penderita
luka kronis di Amerika Serikat mencapai
perifer
inflamasi setelah
,
proses
insisi bedah
akan
dipertahankan melalui pelepasan mediator inflamasi oleh sel resident, termasuk
sel mast, dan dari banyak mediator
inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast
, histamin dan serotonin telah terbukti
memicu
terjadinya
menimbulkan
Luka
normal
Pada
selama
inflamasi
rangsang
periode
dan
nosisepsi
pasca
operasi
beranggapan
bahwa
(Yasuda,et.al 2013).
Dogma
inflamasi
lama
berperan
penting
dalam
proses homeostasis kulit, namun dalam
dalam dekade terakhir telah diketahui
ada beberapa sel yang berfungsi untuk
mengatur
proses
keradangan,
walaupun
proses
ini
menghilangkan
beberapa
bahwa
patogen,
penelitian
fase
perlu
ini
dan
untuk
namun
menunjukkan
sebenarnya
tidak
berperan terlalu penting pada proses
perbaikan jaringan dan malah mungkin
commit to
user
menimbulkan
gangguan seperti timbul-
6.5 juta pasien dengan biaya tahunan
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nya jaringan parut. Derajat inflamasi
loratadine
diduga berkaitan erat dengan tingkat
memiliki keunggulan karena bersifat
keparahan
non sedatif, sangat selektif terhadap
jaringan parut
yang
ter-
yang
bersifat
aktif,
dan
bentuk, dan bahkan pada beberapa
reseptor
kasus
timbulnya
menunjukkan bahwa obat ini memiliki
kegagalan penutupan luka. Luka kronis
efek stabilisasi terhadap membran sel
juga
mast,
bisa
menyebabkan
dikaitkan
sebagai
faktor
H1,
bukti-bukti
sehingga
terbaru
diharapkan
bisa
predisposisi timbulnya kanker (Eming
mengurangi
et. al. 2007).
inflamasi pada saat terjadi ruda paksa,
Sehingga menarik untuk diketahui
efek dari sel radang, dalam hal ini selmast terhadap penyembuhan luka paska
insisi
kulit
terhadap
mencit,
dan
penyembuhan
efeknya
luka,
mast
bisa
mengurangi
inflamasi,
dengan
mencegah
timbulnya
dikemudian hari.
menunjukkan,
inflamasi,
dan
memperbaiki penyembuhan luka paska
insisi (Eming et. al. 2007; Levi-Schaffer
dan Eliashar, 2009).
RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini termasuk eksperimental
bisa
laboratorik dengan desain Randomized
kronis
Bukti terbaru juga
bahwa
respon
proses
harapan
luka
menurunkan
mediator
dan
apakah pemberian penyetabil membran
sel
pelepasan
stabilisasi
sel
Controlled
Trial
yang
menggunakan
tikus wistar sebagai obyek penelitian
dengan
tujuan
mencari
perbedaan
mast memperkuat efek antinosiseptif
pengaruh
pada
pasca
dibandingkan kontrol terhadap hitung
operasi. Hal ini disebabkan karena nyeri
jenis infiltrasi sel mast dan jumlah sel
pasca operasi memiliki dua komponen,
mast yang terdegranulasi pada luka
yaitu
sekitar
binatang
coba
komponen
model
inflamasi
dan
pemberian
insisi.
desloratadine
Kelompok
penelitian
neuropati, sehingga pemberian obat-
dibagi menjadi tiga, yaitu kelompok
obat yang bersifat stabilisator dinding
kontrol negatif (K1), kontrol positif (K2),
sel-mast akan berperan untuk mencegah
dan
degranulasi sel mast dan mengurangi
sebagai berikut :
pelepasan
kedalam
mediator
lokasi
meningkatkan
luka,
respon
pro-inflamasi
hal
ini
akan
antinosiseptik.
perlakuan
(K3),
penjelasannya
K1 : Kelompok Kontrol, tikus wistar
yang dilakukan insisi sepanjang
1cm, dengan pemberian placebo.
(Yasuda,et.al 2013).
K2 : Kelompok perlakuan, tikus wistar
Desloratadine
merupakan
suatu
yang dilakukan insisi sepanjang 1
antagonis reseptor H-1 generasi baru
commit to usercm, yang diberikan parasetamol
yang merupakan metabolit utama dari
oral
dengan
dosis
yang
telah
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikonversi yaitu 60 mg/kg BB tiap
8 jam (Shaw, Nihal & Ahmad,
2007)
yang dilakukan insisi sepanjang 1
cm, yang diberikan desloratadine 1
sebelum
insisi
dilanjutkan
tiap 24 jam sampai hari ke-6
setelah insisi. Dosis tiap 24 jam
yang telah dikonversi yaitu 0,6
mg/kg BB (Shaw, Nihal & Ahmad,
2007)
Skema
a. Tikus wistar sakit selama masa
adaptasi 7 hari (gerakan tidak
K3 : Kelompok perlakuan, tikus wistar
jam
2. Kriteria Eksklusi
aktif)
b. Mati
selama
perlakuan
berlangsung
c. Infeksi di sekitar tempat yang
akan dilakukan insisi
3. Besar Sampel
Untuk analisis multivariat, di mana
pada penelitian terdapat dua variabel
bebas yaitu pemberian desloratadine
rancangan
penelitian
adalah
dan pemberian parasetamol dan dua
variabel
sebagai berikut :
terikat
yaitu
hitung
jenis
infiltrasi sel mast dan luas area luka,
maka besar sampel minimal dihitung
dengan
menggunakan
kalkulator
sampsize berdasarkan penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Hsu dan
kawan-kawan,
minimal
Sampel Penelitian
Hewan coba adalah tikus wistar
yang
diperoleh
dari
Laboratorium
Hewan Coba Universitas Sebelas Maret,
berjumlah 24 ekor.
didapatkan
untuk
masing
sampel
masing
kelompok adalah 7.
4. Randomisasi
24 tikus dikelompokkan secara
random menjadi dua kelompok yaitu:
Kelompok K1 : 8 tikus
1. Kriteria Inklusi :
Kelompok K2 : 8 tikus
a. Tikus wistar keturunan murni
Kelompok K3 : 8 tikus
b. Berjenis kelamin betina
c. Belum pernah digunakan untuk
penelitian
Luas area luka dihitung menggunakan
d. Umur dua sampai dua setengah
bulan
e. Berat badan 250 – 300 gram
HASIL PENELITIAN
kamera digital Canon Ixus 135, dan
selanjutnya
gambar
yang
dihasilkan
diukur luas area lukanya menggunakan
program IMAGEJ.
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 1. Data luas area luka
No
1
2
3
4
5
6
7
8
yang
Placebo
(mm2)
Parasetamol
(mm2)
Desloratadine
(mm2)
20.06
49
27.85
29.61
35.21
12.26
47.93
38.81
20.46
38.07
38.62
20.86
46.02
50.38
25.71
45.64
54.54
14.65
26.47
47.31
18.32
40.51
37.42
21.79
signifikan
antara
kelompok
kontrol dan desloratadine, dan antara
kelompok
parasetamol
dan
desloratadine, namun tidak diapatkan
perbedaan signifikan diantara kelompok
placebo dan parasetamol.
Tabel 2. Data rerata hitung jenis
infiltrasi sel - mast jaringan
Gambar 1. Rerata luas area luka
No
Placebo
Parasetamol
Desloratadine
1
315
286
254
2
294
261
241
3
264
333
165
4
382
308
231
5
278
273
220
6
334
290
193
7
307
312
138
Keterangan : Jumlah sel dalam 5 lapang
Gambar 2. Rerata infiltrasi sel mast
pandang pebesaran 400x
Infiltasi sel mast jaringan dari tiap
kelompok
dihitung
pengecatan
khusus
menggunakan
Uji Normalitas
Uji
Normalitas
ditujukan
blue.
mengetahui
Hasilnya dihitung dengan menggunakan
terdistribusi
mikroskop Olympus BW 51, dengan
Pengujian dilakukan dengan uji Shapiro-
pembesaran 400x, pada lima lapang
Wilk.
toluidine
pandang dan dihitung sel yang positif
apakah
normal
data
untuk
laboratoris
atau
tidak.
Dari tabel 3. menunjukkan untuk
data pengukuran area luka, kelompok
pada lapang pandang tersebut.
terhadap luas
placebo, parasetamol dan desloratadine
area luka (tabel 1) dan infiltrasi sel mast
mempunyai varians data normal (p >
(tabel 2) menunjukkan ada perbedaan
0.05).
Hasil pengamatan
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3. luas area luka
Kelompok
Placebo
p
.366
daan luas area luka yang signifikan
antara kelompok kontrol dan deslorata-
Keterangan
dine, dan antara kelompok parasetamol
Normal
dan desloratadine, (p < 0.05). Namun
Parasetamol
Desloratadine
.283
.910
Normal
tidak diapatkan perbedaan signifikan
diantara
Normal
Keterangan : distribusi data dianggal normal
bila p > 0.05
kelompok
parasetamol.
kelompok
tikus
yang
kelompok
parasetamol.
parasetamol
dan
desloratadine mempunyai varians data
normal (p > 0.05).
yang
terlihat
diberikan
lebih
kecil
dibandingkan dengan kelompok tikus
untuk penghitungan infiltrasi sel mast
placebo,
dan
(p > 0.05). Rerata dari
desloratadine
Dari tabel 4 Menunjukkan data
placebo
diberikan
placebo
dan
Tabel 5. Hasil uji beda luas area luka kelompok
placebo, parasetamol dan desloratadine
Kelompok (I)
Kelompok
Pembanding (J)
p
Tabel 4. Infiltrasi sel-mast
Kontrol
Kelompok
p
Placebo
.736
Parasetamol
.959
Normal
Desloratadine
.606
Normal
Normal
paracetamol
desloratadine
Keterangan : distribusi data dianggal normal
bila p > 0.05
Uji
Beda Luas Area Luka dan Hitung
jenis Infiltrasi Sel-Mast Jaringan
Uji beda luas area luka dan hitung
jenis
infiltrasi
parasetamol
.084
desloratadine
.000
kontrol
.084
desloratadine
.000
kontrol
.000
parasetamol
.000
Keterangan
Sel-Mast
jaringan
Keterangan : Perbedaan dianggap signifikan
bila bila p < 0.05
Dari
tabel
perbedaan
6
didapatkan
infiltrasi
sel
adanya
mast
yang
signifikan antara kelompok kontrol dan
dilakukan untuk mengetahui apakah
desloratadine,
ada perbedaan bermakna antara luas
parasetamol dan deslorata-dine, (p <
area luka dan hitung jenis infiltrasi sel-
0.05).
mast jaringan pada kelompok placebo
perbedaan signifikan diantara kelompok
dibandingkan
placebo dan parasetamol. (p > 0.05).
dengan
kelompok
dan
Namun
antara
tidak
kelompok
diapatkan
parasetamol dan desloratadine. Uji beda
Rerata dari kelompok tikus yang
ini dilakukan dengan menggunakan uji
diberikan desloratadine terlihat lebih
statistik ONE WAY ANNOVA karena
kecil dibandingkan dengan kelompok
didapatkan distribusi data yang normal.
tikus yang diberikan
Dari tabel 5 didapatkan adanya perbe-commit to
parasetamol.
Hal ini
user
placebo
dan
menunjukkan
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahwa pemberian desloratadine pada
hari sebagai kontrol positif, dan 8 ekor
hewan coba yang dilakukan luka incisi,
lainnya diberikan placebo. Pada hari ke
secara bermakna akan mengurangi luas
enam, dilakukan pengambilan gambar
area luka dan infiltrasi sel mast jika
dengan kamera digital pada luka dan
dibandingkan dengan hewan coba yang
kemudian diambil jaringan pada seluruh
tanpa pemberian desloratadine.
sampel
dan
dilanjutkan
dengan
pembuatan dan pengecatan preparat
Tabel 6. Hasil hitung infiltrasi sel mast
kelompok placebo, parasetamol dan
desloratadine
Kelompok (I)
Kelompok
Pembanding (J)
Kontrol
paracetamol
sampai pada pembacaan hasil.
Pengambilan
.424
desloratadine
.000
kontrol
.424
desloratadine
.000
kontrol
.000
parasetamol
.000
healing
cascade
diperkirakan
sudah
memasuki tahap proliferasi. Penelitian
ini
bertujuan
untuk
membuktikan
adanya perbedaan luas area luka dan
jumlah
desloratadine
jaringan
dilakukan pada hari keenam, dimana
p
parasetamol
biopsi
infiltrasi
sel
mast
disekitar
daerah luka insisi tikus wistar pada
pemberian desloratadine dibandingkan
Keterangan : Perbedaan dianggap signifikan
bila bila p < 0.05
dengan placebo dan parasetamol. Hasil
penelitian
PEMBAHASAN
Proses inflamasi yang berlebihan
menunjukkan
adanya
perbedaan
yang
bermakna
terhadap
luas
luka
diantara
kelompok
area
pada healing cascade dapat menyebab-
kontrol dan desloratadine, dan antara
kan hambatan penyembuhan luka pasca
kelompok
insisi.
diduga
desloratadine, (p < 0.05). Namun tidak
memelihara inflamasi adalah sel mast.
diapatkan perbedaan signifikan diantara
Sehingga perlu diteliti pengaruh pem-
kelompok placebo dan parasetamo,l (p
berian stabilisator sel mast terhadap
>
penyembuhan luka.
menunjukkan kelompok dengan pembe-
Salah
satu
sel
yang
0.05).
parasetamol
Untuk
uji
dan
normalitas
Pada penelitian ini, 24 ekor tikus
rian placebo, parasetamol dan deslorata-
wistar dibuat incisi sepanjang 2 cm
dine mempunyai varians data normal
sedalam subkutan pada punggungnya. 8
dengan p > 0.05.
ekor diantaranya diberikan deslorata-
Untuk
dine oral, yang dilakukan pada satu jam
perbedaan
setelah incisi sampai 6 hari pasca incisi,
infiltrasi sel mast diantara kelompok
dengan waktu pemberian dilakukan tiap
kontrol dan desloratadine, dan antara
24
diberikan
kelompok parasetamol dan deslorata-
parasetamol oral setiap 8 jam selama 6
dine, (p < 0.05). Namun tidak diapatkan
jam.
8
ekor
lainnya
infiltrasi
yang
sel
mast
bermakna
juga
terhadap
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perbedaan signifikan diantara kelompok
meabilitas, dan aktifasi/rekrutmen dari
placebo dan parasetamo,l
sel imunitas dalam darah tepi sebagai
Untuk
uji
normalitas
(p > 0.05).
menunjukkan
akibat
dari
dilepaskannya
kelompok dengan pemberian placebo,
macam
mediator
parasetamol dan desloratadine mem-
inflamasi
punyai varians data normal dengan p >
mediator yang diduga berperan dalam
0.05.
pemeliharaan inflamasi adalah chymase
yang
disamping
Hasil tersebut menunjukkan bahwa
dan tryptase.
pemberian desloratadine dengan dosis
Tryptase
berbagai
bersifat
histamin,
dalam
pro
dua
patofisiologi
0.6 mg/kg BB, dimana dosis tersebut
penyembuhan luka masih belum sepe-
merupakan dosis konversi tikus dengan
nuhnya jelas. Namun, ada beberapa
dosis
temuan
0.08/kgbb
mg
orang
dewasa
dengan berat badan 60 kg,
efektif
eksperimental
yang
menun-
jukkan perannya dalam aktivasi dan
dalam menurunkan luas area luka dan
perekrutan
jenis
infiltrasi sel mast yang terjadi pasca
termasuk
sel-sel
incisi.
mononuklear, sel T dan neutrofil di
Hal
itu
dilihat
dari
adanya
sel
yang
berbeda,
endotel,
sel-sel
perbedaan yang signifikan luas area
darah perifer sedangkan
luka dan infiltrasi antara kelompok
duga berperan dalam perekrutan sel
desloratadine dengan kelompok placebo
inflamasi, Chymase juga dapat mem-
dankelompok
dimana
promosikan peradangan secara tidak
kelompok placebo dan kelompok para-
langsung dengan mengaktifkan pro-IL-
setamol menunjukkan luas area luka
1β menjadi IL-1β, dan pro-IL-18 menjadi
yang lebih lebar dan jumlah sel mast
IL-18, dan menghasilkan 31-amino acid
yang lebih tinggi jika dibandingkan
endothelin-1, suatu kemoatraktan kuat
dengan kelompok desloratadine.
untuk neutrofil dan monosit.
parasetamol,
Sel Mast merupakan salah satu dari
sel
yang
diduga
berperan
dalam
Chymase di-
Dengan menstabilkan dinding sel
mast diharapkan pelepasan mediator
memelihara proses inflamasi, karena
pro
dengan aktivasi dari sel mast, sel mast
membantu dalam mengendalikan proses
residen umumnya mengalami degra-
inflamasi yang terjadi pasca cedera
nulasi setelah terjadinya luka, sehingga
jaringan, yang selanjutnya diharapkan
jarang ditemukan pada awal cedera,
bahwa pada periode inflamasi yang
jumlahnya mulai kembali normal dan
terjadi
meningkat
buhan luka, akan berjalan tanpa respon
setelah
48
jam
setelah
inflamasi
dalam
cedera dan aktivasi dari sel mast akan
inflamasi
berperan dalam proses inflamasi, yang
kepanjangan.
meliputi vasodilatasi, peningkatan per-
bahwa
yang
commit to user
healing
akan
berkurang
tahap-tahap
berlebihan
Akhirnya
cascade
penyem-
dan
ber-
diharapkan
dapat
ber-
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
langsung lebih cepat dan menuju ke
Chen,
L.,
et
al.
(2015).
The
murine
fase proliferas yang pada akhirnya akan
excisional wound model: Contraction
mempercepat penyembuhan dan meng-
revisited. Wound Rep Reg, p.n/a-n/a.
urangi resiko terjadinya komplikasi lanjutan seperti wound dehiscence , atau
timbulnya luka kronis dan jaringan
parut yang berlebihan.
Church,
M.
dan
Church,
Pharmacology
of
D.
(2013).
antihistamines.
Indian J Dermatol, 58(3), p.219.
Collington SJ, et al. (2011) Mechanisms
DAFTAR PUSTAKA
underlying the localisation of mast
cells in tissues. Trends in immunology
Amin, K. (2012). The role of mast cells in
allergic
inflammation.
32: 478–485.
Respiratory
Medicine, 106(1), pp.9-14.
da Silva, E., Jamur, M. and Oliver, C.
(2014). Mast Cell Function: A New
Ansell, D., et al. (2014). A statistical
analysis of murine incisional and
excisional
acute
models. Wound
wound
Repair
Vision of an Old Cell. Journal of
Histochemistry & Cytochemistry,
62(10), pp.698-738.
and
Regeneration, 22(2), pp.281-287.
Dai, H. and Korthuis, R. (2011). Mast cell
proteases and inflammation. Drug
Ashkani-Esfahani,
Silymarin
S.,
et
al.
enhanced
(2013).
fibroblast
Discovery Today: Disease Models, 8(1),
pp.47-55.
proliferation and tissue regeneration
in full thickness skin wounds in rat
Daly,
J.
(2009).
Accelerated
Wound
models; a stereological study. Journal
Closure
of the Saudi Society of Dermatology &
Interleukin-10. Yearbook of Surgery,
Dermatologic Surgery, 17(1), pp.7-12.
2009, p.195.
Bilgin,
M.
dan
Comparison
Güneş,
Ü.
of
(2013).
3
A
Wound
in
Mice
Deficient
for
Das, K. (2013). Wound healing potential of
aqueous
crude
extract
of
Stevia
Measurement Techniques. Journal of
rebaudiana in mice. Revista Brasileira
Wound,
de Farmacognosia, 23(2), pp.351-357.
Ostomy
and
Continence
Nursing, 40(6), pp.590-593.
Demidova-Rice, T., et al. (2012). Acute and
Braiman-Wiksman, L., et al. (2007). Novel
Impaired Wound Healing.Advances in
Insights into Wound Healing Sequence
Skin & Wound Care, 25(8), pp.349-
of
370.
Events. Toxicologic
Path.,
35(6),
pp.767-779.
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Diegelmann, R. (2004). Wound healing: an
overview
of
delayed
acute,
fibrotic
and
healing.Frontiers
in
Galli SJ, Tsai M (2010) Mast cells in allergy
and infection: versatile effector and
Bioscience, 9(1-3), p.283.
regulatory cells in innate and adaptive
Egozi EI, et al. (2003) Mast cells modulate
the
inflammatory
proliferative
wounds.
but
response
Wound
not
in
the
immunity.
European
journal
of
immunology 40: 1843–1851.
healing
repair
and
Galiano RD, et al. (2004) Quantitative and
regeneration : official publication of
reproducible
murine
the Wound Healing Society [and] the
excisional
European Tissue Repair Society 11:
repair and regeneration 12: 485–492.
wound
model
healing.
of
Wound
46–54.
Glaziou, P. (2003). Sampsize. Boston, USA.:
Eming, S., et al. (2007). Inflammation in
Free Software Foundation, Inc.
Wound Repair: Molecular and Cellular
Mechanisms.
J
Investig
Dermatol,
Gordon JR, Galli SJ (1994) Promotion of
mouse
127(3), pp.514-525.
fibroblast
collagen
gene
expression by mast cells stimulated
Epstein, F., et al. (1999). Cutaneous Wound
Healing.
New
England
Journal
of
via the Fc epsilon RI. Role for mast
cellderived
transforming
growth
factor beta and tumor necrosis factor
Medicine, 341(10), pp.738-746.
alpha. The Journal of experimental
Focus Session 10: Skin Inflammation and
medicine 180: 2027–2037.
Wound Healing. (2003). Inflamm. Res.,
52(S2), pp.S105-S108.
Gurtner GC, et al. (2008) Wound repair
and regeneration. Nature 453: 314–
Foley TT, et al. (2011) Rat mast cells
321.
enhance fibroblast proliferation and
fibroblast-populated collagen lattice
Harvima, IT., Nilsson, G. (2011). Mast cells
contraction through gap junctional
as regulators of skin inflammation
intercellular communications. Plastic
and immunity. Acta Derm Venereol,
and reconstructive surgery 127: 1478–
91: 644–650
1486
Henz, B. (2001). The pharmacologic profile
Gomes A., et al. (2008). Comparative
analysis of the mast cell density in
of desloratadine: a review. Allergy,
56(s65), pp.7-13.
normal oral mucosa, actinic cheilitis
and lip squamous cell carcinoma.
Brazilian Dental Journal, 19(3).
Hsu, I., et al. (2014). Serpina3n accelerates
commit to user
tissue repair in a diabetic mouse
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
model of delayed wound healing. Cell
Death Dis, 5(10), p.e1458.
Iba Y, et al. (2004) Possible involvement of
Kohyama
T,
et
al.
(2010)
Histamine
lung
fibroblast
stimulates
human
migration.
Molecular
and
cellular
biochemistry 337: 77–81.
mast cells in collagen remodeling in
the late phase of cutaneous wound
healing
in
mice.
International
immunopharmacology 4: 1873–1880.
Kreutner, W, et al. (2000). Preclinical
Pharmacology
of
Desloratadine,
Selective and Nonsedating Histamine
Ishida Y, et. al. (2008) Chemokine receptor
H1
Receptor
Antagonist.
CX3CR1 mediates skin wound healing
Arzneimittelforschung,
by
pp.345-352.
promoting
macrophage
a
and
50(04),
fibroblast accumulation and function.
Journal of immunology 180: 569–579.
Kulka M, et al. (2009) Human mast cells
synthesize and release angiogenin, a
New
member of the ribonuclease A (RNase
developments in mast cell biology.
A) superfamily. Journal of leukocyte
Nature
biology 86: 1217–1226.
Kalesnikoff
J,
Galli
SJ
(2008)
immunology 9: 1215–1223.
Levi-Schaffer, F. dan Eliashar, R. (2009).
Katz, J. dan Seltzer, Z. (2009). Transition
from acute to chronic postsurgical
pain:
risk
factors
factors.
Expert
and
protective
Review
of
Neurotherapeutics, 9(5), pp.723-744.
Kim,
S.
(2011).
Ripe
fruit
of
Rubus
inflammation.International
Journal of Molecular Medicine.
Kimura, T., Sugaya, M., Blauvelt, A.,
Okochi, H. and Sato, S. (2013).
Delayed wound healing due to
increased interleukin-10 expression
in mice with lymphatic dysfunction.
Journal of Leukocyte Biology, 94(1),
pp.137-145.
Antihistamines. J Investig Dermatol,
129(11), pp.2549-2551.
Lin, Q., et al. (2011). Impaired Wound
Healing with Defective Expression of
coreanus inhibits mast cell-mediated
allergic
Mast Cell Stabilizing Properties of
Chemokines
Myeloid
Mice. The
and
Cells
Recruitment
in
Journal
of
TLR3-Deficient
of
Immunology,
186(6), pp.3710-3717.
Nauta, A., et al. (2013). Evidence That Mast
Cells Are Not Required for Healing of
Splinted
Cutaneous
Excisional
Wounds in Mice. PLoS ONE, 8(3),
p.e59167.
Neil, M. dan Macrae, W. (2009). Post
Surgical Pain- The Transition from
Acute to Chronic Pain. British Journal
commit to user
of Pain, 3(2), pp.6-9.
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Noli C, Miolo A (2001) The mast cell in
wound
healing.
Veterinary
dermatology 12: 303–313.
Sabol, F. et al. (2012) Immunohistological
changes in skin wounds during the
early periods of healing in a rat
model. Veterinarni Medicina, 57 (2):
Oberyszyn, T. (2007). Inflammation and
77–82
wound healing. Frontiers in Bioscience,
12(8-12), p.2993.
Sen, C., et al. (2009). Human skin wounds:
A major and snowballing threat to
Patil, R. dan Makwana, A. (2015). Antihyperbilirubinemic
and
wound
healing activity of aqueous extract of
public
health
economy.J Wound
and
the
Repair
and
Regeneration, 17(6), pp.763-771.
Calotropis procera leaves in Wistar
rats. Indian Journal of Pharmacology,
47(4), p.398.
Scheller, J., et al. (2011). The pro- and antiinflammatory
properties
of
the
cytokine interleukin-6. Biochimica et
Pubchem.ncbi.nlm.nih.gov,
Desloratadine
PubChem.
|
(2005).
C19H19ClN2
[online]
Available
-
Biophysica Acta (BBA) - Molecular Cell
Research, 1813(5), pp.878-888.
at:
Serena, T. (2004). 128 Wound Healing
http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/co
mpound/Desloratadine
Morphology
in
an
Acute
#section=Synthesis-References
Healing
[Accessed 24 May 2015].
Regeneration, 12(2), pp.A33-A33.
Study. Wound
Wound
Repair
and
Rajan, V. dan Murray, R. (2008). The
Shaw, T. dan Martin, P. (2009). Wound
duplicitous nature of inflammation in
repair at a glance. Journal of Cell
wound repair. wound practice and
Science, 122(18), pp.3209-3213.
research, 16(3), pp.122-129.
Shih B, et al. (2010) Molecular dissection
Rasband,
W.
Maryland,
(1997). ImageJ.
USA:
U.
S.
Bethesda,
of abnormal wound healing processes
National
resulting in keloid disease. Wound
repair and regeneration 18: 139–153.
Institutes of Health.
Reagan-Shaw, S., Nihal, M. and Ahmad, N.
Shiota N, et al. (2010) Pathophysiological
(2007). Dose translation from animal
role of skin mast cells in wound
to human studies revisited. The
healing after scald injury: study with
FASEB Journal, 22(3), pp.659-661.
mast
cell-deficient
W/W(V)
mice.
International archives of allergy and
Ring, J. dan Behrendt, H. (2002). New
immunology 151: 80–88.
trends in allergy V. Berlin: Springer.
commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Simons, F. (2004). Advances in H 1 -
players
at
each
stage
of
repair.
Antihistamines. New England Journal
Journal of the Italian Pharmacological
of Medicine, 351(21), pp.2203-2217.
Society 58: 112–116.
Wong VW, et al. (2011) Mechanical force
Theoharides, T. and Kalogeromitros, D.
(2006). The Critical Role of Mast Cells
prolongs acute inflammation via T-
in Allergy and Inflammation. Annals
cell-dependent pathways during scar
of the New York Academy of Sciences,
formation. FASEB journal 25: 4498–
1088(1), pp.78-99.
4510.
Turabelidze, A. dan Dipietro, L. (2011).
Inflammation
and
healing. Endodontic
wound
Topics,
24(1),
Wulff,
B.,
et
al.
(2012).
Mast
Cells
Contribute to Scar Formation during
Fetal
Wound
Healing.
J
Investig
Dermatol, 132(2), pp.458-465.
pp.26-38.
van der Veer WM, et al. (2009) Potential
Wulff, B. dan Wilgus, T. (2013). Mast cell
of
activity in the healing wound: more
hypertrophic scar formation. Burns :
than meets the eye?. Exp Dermatol,
journal of the International Society for
22(8), pp.507-510.
cellular
and
molecular
causes
Burn Injuries 35: 15–29.
Yamashita, M. dan Nakayama, T. (2008).
Wang, Y., et al. (2005). Desloratadine
Progress in Allergy Signal Research on
48/80-induced
Mast Cells: Regulation of Allergic
mast cell degranulation: visualization
Airway Inflammation Through Toll-
using
Like
prevents
a
compound
vital
fluorescent
dye
technique. Allergy, 60(1), pp.117-124.
Receptor
4–Mediated
Modification of Mast Cell Function. J
Pharmacol Sci, 106(3), pp.332-335.
Weller, K., et al. (2006). Mast cells are
required for normal healing of skin
Yasuda,
M.,
et
al.
(2013).
Mast
cell
wounds in mice. The FASEB Journal,
stabilization
20(13), pp.2366-2368.
antinociceptive effects in a mouse
promotes
model of postoperative pain. Journal
Weller,
K.
dan
Maurer,
M.
(2009).
of Pain Research, p.161
Desloratadine Inhibits Human Skin
Mast Cell Activation and Histamine
Younan GJ, et al. (2011) Mast cells are
Release. J Investig Dermatol, 129(11),
required
pp.2723-2726.
remodeling
in
the
proliferation
phases
and
of
microdeformational wound therapy. J
Wilgus TA (2008) Immune cells in the
healing
skin
wound:
Plastic and reconstructive surgery 128:
commit to user
influential
649e–658e
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Younan G, et al. (2010) The inflammatory
response after an epidermal burn
depends on the activities of mouse
mast cell proteases 4 and 5. J of
immunology 185: 7681–7690.
commit to user
15