EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN BAYAM (AMARANTHUS TRICOLOR LINN) DIBANDINGKAN POVIDONE-IODINE 10% TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS STRAIN WISTAR)

(1)

EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN BAYAM

(AMARANTHUS

TRICOLOR LINN)

DIBANDINGKAN

POVIDONE-IODINE

10% TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA

TIKUS PUTIH

(RATTUS NORVEGICUS

STRAIN WISTAR)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang

Oleh :

NUR ALFIYAH FAIZAH NIM. 201210420311070

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016


(2)

i

EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN BAYAM

(AMARANTHUS

TRICOLOR LINN)

DIBANDINGKAN

POVIDONE-IODIN

E

10% TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA

TIKUS PUTIH

(RATTUS NORVEGICUS

STRAIN WISTAR)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang

Oleh :

NUR ALFIYAH FAIZAH NIM. 201210420311070

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016


(3)

(4)

(5)

iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nur Alfiyah Faizah

NIM : 201210420311070

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul Skripsi : Efektivitas Ekstrak Daun Bayam (Amaranthus Tricolor) Dibandingkan Povidone-Iodine 10% Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus Strain Wistar)

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar – benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut

Malang, 30 Juli 2016 Yang Membuat Pernyataan

Nur Alfiyah Faizah NIM.201210420311070


(6)

ix

(we are jomblo traveler..^_^)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “Efektifitas Ekstrak Daun Bayam (Amaranthus Tricolor Linn) Dibandingkan Povidone-Iodine 10% Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus Strain Wistar)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Bersamaan dengan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:

1. Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep. Sp.Kom Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Nurul Aini, S.Kep. Ns. M.Kep Selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Faqih Ruhyanuddin, M.Kep, Sp.Kep.MB Selaku Dosen Pembimbing I yang senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan kepada peneliti.

4. Henik Tri Rahayu, S.Kep, Ns, Ms Selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan kepada peneliti.


(7)

x

5. Dosen dan staf TU, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas ilmu dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

6. Ayahanda (Bambang Purwanto) dan Ibunda (R. Yuli Endang H.) dan keluarga, yang selalu mendoakan, memberikan dukungan moril, material, spiritual, motivasi dan kasih sayang bagi peneliti selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammaduyah Malang.

7. dr. Setyo Luhung Raharjo selaku pembimbing dan pemberi saran dalam penyelesaian penelitian ini beserta bude Ngat yang selalu memberikan waktu dan tempatnya untuk melakukan bimbingan.

8. Semua teman teman, Keluarga besar PSIK B UMM 2012 yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan kepada peneliti.

Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan proposal penelitian ini.

Malang, Juli 2016


(8)

(9)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Surat Keaslian Penelitian ... iv

Motto ... v

Lembar Persembahan ... vi

Kata Pengantar ... ix

Abstrak ... xi

Daftar Isi ... xiii

Daftar Gambar ... xvi

Daftar Tabel ... xvii

Daftar Lampiran ... xviii

Daftar Singkatan ... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 TujuanPenelitian ... 6

1.3.1 TujuanUmum ... 6

1.3.2 TujuanKhusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat bagi Peneliti ... 6

1.4.2 Manfaat bagi Institusi Kesehatan ... 7

1.4.3 Manfaat bagi Insitusi Pendidikan ... 7

1.4.4 Manfaat bagi Profesi Keperawatan ... 7

1.5 Keaslian Penelitian. ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Luka ... 10

2.1.1 Kulit ... 11

2.1.2 Fisiologi Penyembuhan Luka... 13

2.1.3 Faktor Penyembuhan Luka ... 17

2.1.4 Komplikasi Penyembuhan Luka ... 18

2.1.5 Kajian Perawatan Luka Insisi... 19

2.2 Bayam (Amaranthus Tricolor linn) ... 23

2.2.1 Klasifikasi Bayam (Amaranthus Tricolor Linn) ... 23

2.2.2 Morfologi Tanaman Bayam (Amaranthus Tricolor Linn) ... 24

2.2.3 Kandungan Daun Bayam (Amaranthus Tricolor Linn) ... 25

2.3 Obat Povidone-Iodine 10% ... 27

2.3.1 Kandungan Obat ... 28


(10)

xiv

2.5 Efek Obat Povidone-Iodin Terhadap Lama Penyembuhan Luka ... 31

2.6 Tikus Putih ... 32

2.6.2 Klasifikasi Tikus Putih ... 32

2.6.2 Morfologi Tikus Putih ... 32

2.7 Konsep Efektifitas Ekstrak Daun Bayam (Amaranthus Tricolor L) Dibandingkan Povidone-Iodine 10% Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus Strain Wistar) ... 33

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep ... 36

3.2 Hipotesis Penelitian ... 38

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 39

4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 40

4.2.1 Populasi ... 40

4.2.2 Sampel ... 40

4.2.3 Besar Sampel ... 41

4.2.4 Teknik Sampling ... 42

4.3 Variabel Penelitian ... 44

4.3.1 Variabel Independen ... 44

4.3.2 Variabel Dependen ... 44

4.3.3 Variabel Kontrol ... 44

4.4 Definisi Operasional ... 45

4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

4.6 Instrumen Penelitian ... 47

4.7 Bahan dan Instrumen Penelitian ... 47

4.7.1 Pemeliharaan Tikus ... 47

4.7.1.1 Alat dan Bahan ... 47

4.7.2 Pembuatan Luka Insisi ... 48

4.7.2.1 SOP Pembuatan Luka Insisi Pada Tikus Putih ... 48

4.7.3 Ekstraksi Daun Bayam (Amaranthus Tricolor L.) ... 49

4.7.3.1 Alat dan Bahan ... 49

4.7.4 SOP Perawatan Luka Insisi ... 50

4.7.5 Observasi Luka ... 51

4.7.5.1 Alat dan Bahan ... 51

4.7.5.2 Lembar Observasi Luka Pada Tikus Putih ... 51

4.8 Prosedur Penelitian... 52

4.8.1 Pembagian Kelompok Tikus ... 52

4.8.2 Proses Adaptasi ... 52

4.8.3 Pembuatan Ekstrak Daun Bayam (Amaranthus Tricolor Linn) ... 52

4.8.4 Proses Pembuatan Luka Insisi ... 54

4.8.5 Proses Perawatan dan Pengamatan Luka Insisi ... 55

4.8.6 Alur Kerja ... 55

4.8.3 Skema Penelitian ... 56


(11)

xv

4.10 Etika Penelitian ... 58

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Sampel ... 59

5.2 Hasil Penelitian dan Analisa Data ... 60

5.2.1 Hasil Penelitian ... 60

5.2.2 Analisa Data ... 64

5.2.2.1 Uji Normalitas ... 64

5.2.2.2 Uji Homogenitas... 65

5.2.2.3 Uji One- Way ANOVA ... 65

5.2.2.4 Uji Beda Rerata (Duncan) ... 66

BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil ... 67

6.1.1 Post-Intervensi Pemberian Ekstrak Daun Bayam (Amaranthus Tricolor L.) Terhadap Lama Penyembuhan Luka Insisi ... 67

6.1.2 Post-Intervensi Pemberian Povidone-Iodine 10% Terhadap Lama Penyembuhan Luka Insisi ... 72

6.1.1 Post-Intervensi Pemberian Ekstrak Daun Bayam (Amaranthus Tricolor L) dan Povidone-Iodine 10% Terhadap Lama Penyembuhan Luka Insisi ... 74

6.2 Keterbatasan Penelitian ... 75

6.3 Implikasi Untuk Keperawatan ... 76

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 77

7.2 Saran ... 77

Daftar pustaka ... 79


(12)

xvi

DAFTAR GAMBAR

2.1 Struktur kulit normal ... 11

2.2 Proses Penyembuhan Luka ... 16

2.3 Penjahitan Luka ... 21

2.4 Pengangkatan Jahitan ... 23

2.5 Bayam (Amaranthus Tricolor Linn) ... 24

2.6 Povidone-Iodine ... 28

2.7 Rattus norvegicus strain wistar ... 32

3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 39

4.1 Rancangan Penelitian ... 37

4.2 Teknik Sampling ... 43


(13)

xvii

DAFTAR TABEL

2.1 Fungsi Kulit ... 12

4.1 SOP Pembuatan Luka Insisi Pada tikus Putih ... 48

4.2 SOP Perawatan Luka Insisi ... 50

4.3 Komposisi Ekstrak Daun Bayam (Amaranthus Tricolor L) ... 54

5.1 Rata-Rata Lama Penyembuhan Luka Insisi (hari) Pada Pengamatan Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus strain wistar) ... 60

5.2 Fase Penyembuhan Luka Insisi (hari) Pada Pengamatan Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus strain wistar) ... 61

5.3 Gambaran Luka Insisi Berdasarkan Fase Penyembuhan Luka Pada Pengamatan Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus strain wistar) ... 62

5.4 Uji Normalitas Lama Sembuh ... 64

5.5 Uji Homogenitas Lama Sembuh ... 65

5.6 Uji One way ANOVA ... 65


(14)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Observasi Luka ... 85

Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Penyewaan dan Penelitian Laboratorium ... 86

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian... 87

Lampiran 4 Surat Determinasi Tanaman Bayam ... 88

Lampiran 5 Surat Keterangan Ekstrak Tanaman Bayam ... 89

Lampiran 6 Surat Etika Penelitian ... 90

Lampiran 7 Tabulasi Data ... 91

Lampiran 8 Hasil Analisa Data (SPSS) ... 107

Lampiran 9 Lembar Konsultasi ... 109

Lampiran 10 Dokumentasi ... 112


(15)

xix

DAFTAR SINGKATAN

µg : Mikrogram

µg/cc : Mikrogram/ Centimeter Cubic 0

C : Derajat Celcius

ACU-dyne : Acme Corporation United-dyne BB : Berat Badan

BR1 : Pakan Tikus cc : Cubic Centimeter cm : Centi Meter

dpl : Dibawah Permukaan Laut FVII : Faktor Plasma VII

HA : Hyaluronic Acid IL-6 : Interleukin 6 IL-8 : Interleukin 8 Kg : Kilogram

Kg/ BB : Kilogram/ Berat Badan m : Meter

mg : Miligram ml : Mili Liter

mm/Hg : Mili Meter Merkuri NS : Normal Saline

PVP/SiO2 : Poly Vinylpyrrolidone-Silicon Dioxide PVP-1 : Poly Vinylpyrrolidone–Iodine

rpm : rotasi per menit


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka merupakan kerusakan secara seluler maupun anatomis pada fungsi kontinuitas jaringan hidup (Nalwaya ,et al. 2009). Luka disebabkan oleh trauma fisik atau proses penyakit yang terjadi pada lapisan epithelium pada kulit atau lapisan yang lebih dalam seperti jaringan subcutan, tendon, otot, pembuluh darah dan tulang (Velnar, Bailey & Smrkolj, 2009). Luka berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi dua yaitu, luka tertutup yang ditandai dengan perdarahan internal seperti luka contusio dan luka terbuka yang ditandai dengan adanya laserasi atau robekan pada kulit dengan perdarahan eksternal seperti pada luka insisi (Stashak & Theoret, 2009).

Luka insisi adalah luka yang dibuat menggunakan pisau bedah untuk membuka jaringan atau organ yang lebih dalam dengan memperhatikan ukuran, lokasi dan tujuan dari pembuatan luka (Dougherty & Lister, 2015). Luka insisi dengan ukuran ± 2cm dengan kedalaman subcutis dapat sembuh secara spontan pada hari ke-10 (Hubrecht & Kirkwood, 2010). Pada area luka insisi harus selalu dilakukan pengkajian untuk mengetahui proses penyembuhan luka berdasarkan lokasi, ukuran atau dimensi, ada atau tidaknya eksudat, penampakan luka, karakteristik luka, nyeri pada luka, tanda dan gejala dari infeksi (Christensen & Kockrow, 2013). Sebagai seorang perawat, luka tidak hanya dirawat secara intensif tetapi juga dikaji dari berbagai aspek penyembuhan luka karena sangat rentan terjadi infeksi diarea luka insisi.


(17)

2

Menurut WHO (2008) sekitar 234 juta orang setiap tahunnya telah melakukan operasi diseluruh dunia dengan perbandingan 1 diantara 25 orang tetap hidup. Selain itu, angka komplikasi karena luka bedah terjadi sekitar 6-16% di Negara berkembang. Angka kejadian infeksi luka operasi di Indonesia cukuplah tinggi yaitu sekitar 18,9 % dari 1,4 juta pasien dengan infeksi nasokomial yang terjadi di Rumah Sakit (DINKES RI, 2009)

Proses penyembuhan luka merupakan proses fisiologi yang kompleks dari respon terjadinya luka yang melibatkan hormon, agen hemostatis, agen inflamasi dan faktor angiogenesis yang dapat disembuhkan dengan formulasi obat topikal dan penggunaan dressing (Piraino & Selimovic, 2015). Proses penyembuhan luka terjadi jika kordinasi antara system imunologi dan biologis berjalan dengan baik. Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu: (1) fase koagulasi dan haemostatis, (2) fase inflamasi (3) fase proliferasi, (4) fase maturasi (Velnar, Bailey & Smrkolj, 2009).

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka dibagi menjadi dua macam yaitu faktor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor ekstrinsik dari penyembuhan luka adalah lingkungan, gaya hidup, pemilihan dressing, pengetahuan dalam perawatan luka, nutrisi dan status sosial-ekonomi. Sedangkan, Faktor Intrinsik penyembuhan luka adalah umur, jenis kelamin, alergi, pengobatan, tipe kulit, bekas luka dan imobilisasi (Peate & Glencross, 2015).

Jaringan atau organ yang terbuka ditambah dengan adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh merupakan salah satu pemicu timbulnya infeksi pada luka. Luka insisi atau disebut juga luka bedah memiliki resiko infeksi yang cukup besar. Infeksi pada luka insisi yang steril dapat terjadi karena kesalahan teknik aseptik


(18)

3

yang digunakan saat penyembuhan dan perawatan luka (Baradero, Dayrit & Siswandi, 2008). Kontaminasi bakteri paling banyak terjadi pada luka insisi adalah saat proses pembedahan berlangsung dan hal ini tergantung dari jenis operasi, rentang waktu operasi, teknis operasi dan lokasi luka operasi (Darmadi, 2008). Resiko infeksi pada area luka insisi dapat dikurangi bila seorang perawat dapat membuat suatu inovasi seperti obat topical berbahan dasar herbal untuk mempercepat proses penyembuhan luka.

Penggunaan obat secara topikal sudah dikenal lama oleh masyarakat untuk menyembuhkan luka pada kulit (Kulkarni, 2010). Di Indonesia pemberian obat topical Povidone-Iodine 10% masih sering dijumpai yaitu sekitar 68,9% dari seluruh perawatan luka yang pernah dilakukan (RISKESDAS, 2013). Povidone-Iodine 10% merupakan obat antiseptik dan desinfektan yang membantu mencegah adanya bakteri pada luka dan bekerja pada fase inflamasi saat proses penyembuhan luka sehingga dapat membersihkan kulit secara efektif. Masyarakat secara umum sudah menggunakan Povidone-Iodine 10% sebagai obat penyembuh luka tanpa mengetahui efeksamping dari penggunaan obat ini secara terus menerus yaitu timbulnya iritasi dan bekas luka yang sulit hilang (Preedy, Burrow & Watson, 2009). Sehingga, sebagai seorang perawat harus memberikan alternatif pengobatan untuk mengurangi adanya efeksamping yang berlebihan dengan cara penggunaan obat berbahan herbal yang ekonomis dan mudah diperoleh oleh masyarakat.

Selain penggunaan obat antiseptic, perawatan luka menggunakan obat tradisional yang berbahan alami juga sangat berkhasiat dalam penyembuhan luka. Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan untuk menyembuhkan luka adalah bayam (Amaranthus Tricolor L.) yang mengandung banyak zat yang sangat bermanfaat bagi


(19)

4

tubuh. Pemanfaatan bayam (Amaranthus Tricolor L.) untuk luka dapat dilakukan dengan cara menggiling daun bayam segar sampai halus, kemudian ditempelkan pada area yang sakit. Bagian dari bayam yang dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah daun, batang dan akar. Bayam sangat mudah didapatkan dan sangat ekonomis sehingga semua orang dapat membeli dan memanfaatkannya (Suwarto, 2010). Selain itu, masyarakat dapat lebih memanfaatkan daun bayam secara maksimal selain untuk bahan makanan bergizi juga sebagai bahan obat topikal dalam mempercepat penyembuhan luka karena kandungannya yang banyak khasiatnya.

Daun Bayam (Amaranthus Tricolor L.) mengandung beberapa zat yang sangat berguna untuk proses penyembuhan luka seperti: vitamin A, vitamin B12, vitamin K, riboflavin, asam folat, asam amino, mangan, magnesium, zat besi, kalsium, kalium dan jenis alkaloid seperti flovanoid, saponin, tanin (Santiago ,et al. 2014). Kandungan flovanoid, saponin dan tanin merupakan zat antioksidan pada bayam berguna untuk melawan bakteri, virus dan radikal bebas pada luka saat fase inflamasi. Karoten dalam daun bayam akan diubah menjadi vitamin A didalam tubuh yang berfungsi sebagai pembentukan sel kulit baru, zat ini sangatlah berperan penting fase proliferasi penyembuhan luka (Rao ,et al. 2010). Asam amino yang terdapat pada daun bayam sangat berpengaruh dalam pembentukan sel baru dan mempercepat fase proliferasi (Colaco & Desai, 2011).

Pengolahan daun bayam (Amaranthus Tricolor L.) sebagai obat harus melalui tahap ekstraksi yang dapat dibentuk dalam sediaan kapsul, pil, cair, krim dan bubuk. Sediaan cair paling banyak digunakan karena memiliki efektifitas yang lebih besar dibandingkan sediaan lainnya (Raharjdo, 2008). Ekstraksi dalam sediaan cair dapat menggunakan pengencer berupa methanol, etanol, petroleum eter, chloroform dan


(20)

5

etil asetat. Penelitian yang dilakukan Venkatapura ,et al. (2011), menunjukkan bahwa eksrak daun bayam dengan pengencer etanol memiliki antioksidan yang tertinggi dibandingkan dengan pengencer lainnya dengan dosis standart 200 mg/kg BB.

Perawatan luka insisi sangatlah tergantung pada teknik aseptik dan keterampilan seorang perawat dalam melakukan rawat luka. Peran perawat dalam perawatan luka insisi adalah membersihkan luka, mengangkat jahitan, pemberian obat pada luka, menutup luka, dan mengkaji perubah keadaan luka (Jain, Stoker & Tanwar, 2013). Sehingga seorang perawat juga berhak untuk menentukan pemilihan obat topikal yang tepat untuk luka insisi pasien agar proses penyembuhan luka dapat lebih cepat dari perawatan biasanya.

Masalah yang timbul dalam metode perawatan luka insisi adalah belum adanya bukti lebih efektif mana penggunaan ekstrak daun bayam (Amaranthus Tricolor linn) dalam bentuk sediaan cair yang telah diencerkan dengan etanol dibandingkan dengan obat Povidone-Iodine 10% dalam mempercepat penyembuhan pada luka insisi. Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Efektivitas Ekstrak Daun Bayam (Amaranthus Tricolor Linn) Dibandingkan Povidone-Iodine 10% Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus Strain Wistar).


(21)

6

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ekstrak daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn) lebih efektif dibandingkan Povidone-Iodine 10% dalam mempercepat proses penyembuhan luka insisi pada tikus putih (Rattus Norvegicus Strain Wistar) ?

1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

mengetahui efektivitas ekstrak daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn) dibandingkan Povidone-Iodine 10% terhadap penyembuhan luka insisi pada tikus putih (Rattus Norvegicus Strain Wistar)”.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengindentifikasi penyembuhan luka insisi pada tikus putih (Rattus Norvegicus Strain Wistar) sesudah diberikan ekstrak daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn). 2. Mengindentifikasi penyembuhan luka insisi pada tikus putih (Rattus Norvegicus

Strain Wistar) setelah diberikan Povidone-Iodine 10%.

3. Menganalisis efektivitas ekstrak daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn) dibandingkan Povidone-Iodine 10% terhadap penyembuhan luka insisi pada tikus putih (Rattus Norvegicus Strain Wistar).

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman dalam proses belajar dalam melakukan penelitian, serta untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan. Penelitian ini sangat berguna dalam penyusunan Tugas Akhir dan menambah


(22)

7

pengetahuan tentang Efektivitas Ekstrak Daun Bayam (Amaranthus Tricolor Linn) Dibandingkan Povidone-Iodine 10% Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus Strain Wistar).

1.4.2 Bagi Institusi pendidikan kesehatan

Sebagai masukan bagi pengembangan pengetahuan institusi dan mahasiswa keperawatan, meningkatkan keilmuan tentang “Efektivitas Ekstrak Daun Bayam (Amaranthus Tricolor Linn) Dibandingkan Povidone-Iodine 10% Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus Strain Wistar)” dan sebagai bagian dari pembelajaran keperawatan dasar terutama tentang rawat luka. Selain itu, juga sebagai ilmu baru dalam memberikan inovasi kesehatan dengan melakukan eksperimen langsung pada tikus putih yang berguna untuk pengembangan bahan obat untuk manusia.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan informasi bahwa ekstrak daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn) dapat menjadi obat alternatif dalam penyembuhan luka insisi dan diharapkan masyarakat dapat menggunakannya sebagai obat alami tanpa efeksamping, lebih ekonomis dan terjangkau dalam melakukan rawat luka khususnya luka insisi.

1.4.4 Bagi Profesi keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya dalam memberikan intervensi dalam perawatan luka insisi dan menambah keterampilan seorang perawat dalam melakukan tindakan medis khususnya saat rawat luka.


(23)

8

1.5 Keaslian Penelitian

1. Penelitian yang penah dilakukan terkait dengan efektivitas ekstrak daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn) dibandingkan Povidone-Iodine 10% terhadap luka insisi pada tikus putih (Rattus Norvegicus Strain Wistar) adalah penelitian Venkatapura , et al. (2011) yang meneliti tentang antisekret lambung dan efek citoprotektif ekstrak daun Amaranthus Tricolor Linn dengan sample 36 tikus putih yang dimasukkan dalam kriteria inklusi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ekstrak etanol dan ethyl acetat pada daun bayam secara signifikan mengurangi index ulcer pada lambung. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada variabel terikatnya, pada penelitian sebelumnya variabel terikatnya adalah penyembuhan ulcer pada lambung sedangkan pada penelitian ini variabel terikatnya adalah penyembuhan luka insisi.

2. Penelitian terkait efektifitas daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn) adalah penelitian Colaco dan Desai (2011) tentang evaluasi Hematologi, hipoglikemi, hipolipidemi dan jumlah antioxidant pada ekstrak daun Amaranthus Tricolor pada tikus diabetes. Hasil penelitian didapatkan tikus dengan pemberian ekstrak daun bayam dengan dosis 200 mg/kg dan 400 mg/kg mengalami penurunan kadar glukosa darah pada 3 jam setelah pemberian, kadar kolestrol relatif menurun, meningkatnya kadar hemoglobin didalam darah dan meningkatnya aktivitas antioksidan dibandingkan dengan kelompok kontrol.

3. Penelitian terkait efektivitas daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn) di teliti oleh Pulipati ,et al. (2015). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi zat antibakteri pada ekstrak daun bayam untuk mengurangi resiko infeksi pada sistem perkemihan. Penelitian ini merupakan penelitian true experiment dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn)


(24)

9

mengandung karbohidrat, protein, asam amino, steroid, glikosidin jantung, flavonoids, alkaloids, tannins yang sangat efektif dalam membunuh bakteri. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini akan mengkaji efektivitas daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn) dibandingkan dengan Povidone-Iodine 10% terhadap penyembuhan luka insisi sedangkan penelitian sebelumnya mengkaji tentang aktivitas antibakteri daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn) pada infeksi sistem perkemihan.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Singh ,et al. (2015) dengan judul penelitiannya adalah Formulation and Evaluation of Herbal Cream Containing Extract of Amaranthus Tricolor Linn. Penelitian ini mengevaluasi formulasi krim daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn) dan didapatkan hasil bahwa krim daun bayam yang dapat digunakan untuk obat antibakteri terutama untuk krim perawatan infeksi bakteri secara topikal.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Alam ,et al. (2013) dengan judul penelitiannya adalah Evaluation of in vitro antioxidant activity of Amaranthus Tricolor Linn bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan pada ekstrak yang berbeda pada daun Amaranthus Tricolor Linn. Hasil dari penelitian ini adalah pada ekstrak daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn) ditemukan kandungan alkailoid, karbohidrat, protein, saponins, flavonoids, tannins dan glikoserida. Penelitian hanya mengevaluasi nilai dari kandungan antioksidan dalam daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn).


(1)

tubuh. Pemanfaatan bayam (Amaranthus Tricolor L.) untuk luka dapat dilakukan

dengan cara menggiling daun bayam segar sampai halus, kemudian ditempelkan pada area yang sakit. Bagian dari bayam yang dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah daun, batang dan akar. Bayam sangat mudah didapatkan dan sangat ekonomis sehingga semua orang dapat membeli dan memanfaatkannya (Suwarto, 2010). Selain itu, masyarakat dapat lebih memanfaatkan daun bayam secara maksimal selain untuk bahan makanan bergizi juga sebagai bahan obat topikal dalam mempercepat penyembuhan luka karena kandungannya yang banyak khasiatnya.

Daun Bayam (Amaranthus Tricolor L.) mengandung beberapa zat yang sangat

berguna untuk proses penyembuhan luka seperti: vitamin A, vitamin B12, vitamin K, riboflavin, asam folat, asam amino, mangan, magnesium, zat besi, kalsium, kalium dan jenis alkaloid seperti flovanoid, saponin, tanin (Santiago ,et al. 2014). Kandungan flovanoid, saponin dan tanin merupakan zat antioksidan pada bayam berguna untuk melawan bakteri, virus dan radikal bebas pada luka saat fase inflamasi. Karoten dalam daun bayam akan diubah menjadi vitamin A didalam tubuh yang berfungsi sebagai pembentukan sel kulit baru, zat ini sangatlah berperan penting fase proliferasi penyembuhan luka (Rao ,et al. 2010). Asam amino yang terdapat pada daun bayam sangat berpengaruh dalam pembentukan sel baru dan mempercepat fase proliferasi (Colaco & Desai, 2011).

Pengolahan daun bayam (Amaranthus Tricolor L.) sebagai obat harus melalui

tahap ekstraksi yang dapat dibentuk dalam sediaan kapsul, pil, cair, krim dan bubuk. Sediaan cair paling banyak digunakan karena memiliki efektifitas yang lebih besar dibandingkan sediaan lainnya (Raharjdo, 2008). Ekstraksi dalam sediaan cair dapat menggunakan pengencer berupa methanol, etanol, petroleum eter, chloroform dan


(2)

etil asetat. Penelitian yang dilakukan Venkatapura ,et al. (2011), menunjukkan bahwa eksrak daun bayam dengan pengencer etanol memiliki antioksidan yang tertinggi dibandingkan dengan pengencer lainnya dengan dosis standart 200 mg/kg BB.

Perawatan luka insisi sangatlah tergantung pada teknik aseptik dan keterampilan seorang perawat dalam melakukan rawat luka. Peran perawat dalam perawatan luka insisi adalah membersihkan luka, mengangkat jahitan, pemberian obat pada luka, menutup luka, dan mengkaji perubah keadaan luka (Jain, Stoker & Tanwar, 2013). Sehingga seorang perawat juga berhak untuk menentukan pemilihan obat topikal yang tepat untuk luka insisi pasien agar proses penyembuhan luka dapat lebih cepat dari perawatan biasanya.

Masalah yang timbul dalam metode perawatan luka insisi adalah belum

adanya bukti lebih efektif mana penggunaan ekstrak daun bayam (Amaranthus Tricolor

linn) dalam bentuk sediaan cair yang telah diencerkan dengan etanol dibandingkan

dengan obat Povidone-Iodine 10% dalam mempercepat penyembuhan pada luka insisi.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

Efektivitas Ekstrak Daun Bayam (Amaranthus Tricolor Linn) Dibandingkan

Povidone-Iodine 10% Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus Strain Wistar).


(3)

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ekstrak daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn) lebih efektif

dibandingkan Povidone-Iodine 10% dalam mempercepat proses penyembuhan luka

insisi pada tikus putih (Rattus Norvegicus Strain Wistar) ?

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

mengetahui efektivitas ekstrak daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn)

dibandingkan Povidone-Iodine 10% terhadap penyembuhan luka insisi pada tikus putih

(Rattus Norvegicus Strain Wistar)”.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengindentifikasi penyembuhan luka insisi pada tikus putih (Rattus Norvegicus

Strain Wistar) sesudah diberikan ekstrak daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn).

2. Mengindentifikasi penyembuhan luka insisi pada tikus putih (Rattus Norvegicus

Strain Wistar) setelah diberikan Povidone-Iodine 10%.

3. Menganalisis efektivitas ekstrak daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn)

dibandingkan Povidone-Iodine 10% terhadap penyembuhan luka insisi pada tikus

putih (Rattus Norvegicus Strain Wistar).

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman dalam proses belajar dalam melakukan penelitian, serta untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan. Penelitian ini sangat berguna dalam penyusunan Tugas Akhir dan menambah


(4)

pengetahuan tentang Efektivitas Ekstrak Daun Bayam (Amaranthus Tricolor Linn)

Dibandingkan Povidone-Iodine 10% Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Tikus

Putih (Rattus Norvegicus Strain Wistar).

1.4.2 Bagi Institusi pendidikan kesehatan

Sebagai masukan bagi pengembangan pengetahuan institusi dan mahasiswa

keperawatan, meningkatkan keilmuan tentang “Efektivitas Ekstrak Daun Bayam

(Amaranthus Tricolor Linn) Dibandingkan Povidone-Iodine 10% Terhadap Penyembuhan

Luka Insisi Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus Strain Wistar)” dan sebagai bagian dari

pembelajaran keperawatan dasar terutama tentang rawat luka. Selain itu, juga sebagai ilmu baru dalam memberikan inovasi kesehatan dengan melakukan eksperimen langsung pada tikus putih yang berguna untuk pengembangan bahan obat untuk manusia.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan informasi bahwa

ekstrak daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn) dapat menjadi obat alternatif dalam

penyembuhan luka insisi dan diharapkan masyarakat dapat menggunakannya sebagai obat alami tanpa efeksamping, lebih ekonomis dan terjangkau dalam melakukan rawat luka khususnya luka insisi.

1.4.4 Bagi Profesi keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya dalam memberikan intervensi dalam perawatan luka insisi dan menambah keterampilan seorang perawat dalam melakukan tindakan medis khususnya saat rawat luka.


(5)

1.5 Keaslian Penelitian

1. Penelitian yang penah dilakukan terkait dengan efektivitas ekstrak daun bayam

(Amaranthus Tricolor Linn) dibandingkan Povidone-Iodine 10% terhadap luka insisi

pada tikus putih (Rattus Norvegicus Strain Wistar) adalah penelitian Venkatapura , et

al. (2011) yang meneliti tentang antisekret lambung dan efek citoprotektif ekstrak

daun Amaranthus Tricolor Linn dengan sample 36 tikus putih yang dimasukkan

dalam kriteria inklusi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ekstrak etanol dan ethyl acetat pada daun bayam secara signifikan mengurangi index ulcer pada

lambung. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada

variabel terikatnya, pada penelitian sebelumnya variabel terikatnya adalah penyembuhan ulcer pada lambung sedangkan pada penelitian ini variabel terikatnya adalah penyembuhan luka insisi.

2. Penelitian terkait efektifitas daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn) adalah

penelitian Colaco dan Desai (2011) tentang evaluasi Hematologi, hipoglikemi,

hipolipidemi dan jumlah antioxidant pada ekstrak daun Amaranthus Tricolor pada

tikus diabetes. Hasil penelitian didapatkan tikus dengan pemberian ekstrak daun bayam dengan dosis 200 mg/kg dan 400 mg/kg mengalami penurunan kadar glukosa darah pada 3 jam setelah pemberian, kadar kolestrol relatif menurun, meningkatnya kadar hemoglobin didalam darah dan meningkatnya aktivitas antioksidan dibandingkan dengan kelompok kontrol.

3. Penelitian terkait efektivitas daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn) di teliti oleh

Pulipati ,et al. (2015). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi zat antibakteri pada ekstrak daun bayam untuk mengurangi resiko infeksi pada sistem perkemihan. Penelitian ini merupakan penelitian true experiment dengan hasil


(6)

mengandung karbohidrat, protein, asam amino, steroid, glikosidin jantung, flavonoids, alkaloids, tannins yang sangat efektif dalam membunuh bakteri. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini akan

mengkaji efektivitas daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn) dibandingkan dengan

Povidone-Iodine 10% terhadap penyembuhan luka insisi sedangkan penelitian

sebelumnya mengkaji tentang aktivitas antibakteri daun bayam (Amaranthus

Tricolor Linn) pada infeksi sistem perkemihan.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Singh ,et al. (2015) dengan judul penelitiannya

adalah Formulation and Evaluation of Herbal Cream Containing Extract of Amaranthus Tricolor Linn. Penelitian ini mengevaluasi formulasi krim daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn) dan didapatkan hasil bahwa krim daun bayam yang dapat digunakan untuk obat antibakteri terutama untuk krim perawatan infeksi bakteri secara topikal.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Alam ,et al. (2013) dengan judul penelitiannya

adalah Evaluation of in vitro antioxidant activity of Amaranthus Tricolor Linn

bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan pada ekstrak yang berbeda

pada daun Amaranthus Tricolor Linn. Hasil dari penelitian ini adalah pada ekstrak

daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn) ditemukan kandungan alkailoid,

karbohidrat, protein, saponins, flavonoids, tannins dan glikoserida. Penelitian hanya mengevaluasi nilai dari kandungan antioksidan dalam daun bayam (Amaranthus Tricolor Linn).


Dokumen yang terkait

Ekstrak Daun Katuk (Sauropus Androgynus Merr.) Sebagai Obat Luka Insisi Kronis Dalam Sediaan Salep Dan Krim

22 140 95

Uji Efek Hipoglikemik Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper cf. fragile Benth.) Terhadap Tikus Putih Jantan

3 45 86

Uji Antimikrobial Ekstrak Metanol Daun Jambu Biji Daging Putih Dan Jambu Biji Daging Merah (Psidium Guajava l.) Terhadap Beberapa Spesies Bakteri Patogen

2 65 55

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Angsana (Pterocarpus indicus wild) Secara In Vitro Dan Efek Penyembuhan Sediaan Salap Terhadap Luka Buatan Kulit Marmut Yang Diinfeksi

0 40 114

EFEKTIFITAS PEMBERIAN EKSTRAK COCOR BEBEK (KALANCHOE PINNATA) TERHADAP KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA PADA TIKUS JANTAN PUTIH (RATTUS NORVEGICUS STRAIN WISTAR)

1 20 25

PENGARUH MADU TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA LASERASI PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus Strain Wistar)

1 60 22

PENGARUH PEMBERIAN GEL EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe Vera Linn) TERHADAP KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT IIA PADA TIKUS PUTIH STRAIN WISTAR (Rattus Norvegicus)

4 35 20

UJI EFEKTIFITAS JUS BAYAM (Amaranthus tricolor L.) DALAM MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

1 20 1

PERBEDAAN KECEPATAN KESEMBUHAN LUKA INSISI ANTARA OLESAN GEL DAUN LAMTORO (Leucaena Leucocephala) DAN POVIDONE IODINE PADA TIKUS PUTIH (Rattus Norvegicus)

0 3 78

Pengaruh Dosis Ekstrak Air Daun Bayam Merah ( Amaranthus Tricolor L.) terhadap Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin pada Tikus Putih ( Rattus Norvegicus)

0 0 13