PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS DAN MOTIVASI INSTRINSIK SISWA PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL : Studi Eksperimen Kuasi terhadap Siswa SDN Kiansantang Kelas V dengan Subbidang Studi Eko

(1)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GRAFIK... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Variabel Penelitian ... 8

F. Definisi Operasional... 9

G. Hipotesis Penelitian... 11

H. Metode Penelitian... 11

BAB II LANDASAN TEORITIS METODE BERBASIS MASALAH, MOTIVASI INTRINSIK DAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR PADA PEMBELAJARAN IPS A. Kajian Teori dan Perkembangan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)... 13

B. Kajian Teoritis Motivasi Intrinsik... 15

C. Kajian Teoritis Berpikir Kritis... 39

D. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan... 47


(2)

vii BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Lokasi dan Sampel Penelitian 54

B. Variabel Penelitian dan Pengukuran 55

C. Instrument Penelitian 58

D. Prosedur Pengembangan Instrument 63

E. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 67

F. Prosedur dan Tahapan Pelaksanaan Penelitian 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian... 76

B. Pembahasan... 106

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 122

B. Rekomendasi... 124

DAFTAR PUSTAKA... 125

DAFTAR LAMPIRAN... 127 RIWAYAT PENULIS


(3)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang dianggap tidak memuaskan baik dipandang dari sudut penilain kognitif maupun perilaku sehari-hari dan stereotif mata pelajaran IPS sebagai bidang studi kelas dua (Juhendi: 2011) yang membosankan dan identik dengan materi hapalan (Rahman B :2009,Permana J: 2010, Takidin: 2010) , dalam pandangan kebanyakan siswa bahkan orang pada umumnya, merupakan indikasi rendahnya kualitas program pendidikan IPS.

Faktor lain yang secara tidak langsung mempengaruhi kualitas hasil pembelajaran IPS dan menjadi penyebab umum rendahnya hasil belajar IPS adalah sebagai berikut : 1. Pembelajaran IPS bersifat teoritis terpisah dari kehidupan nyata (Takidin: 2010) anak hanya diperkenalkan dengan konsep-konsep abstrak yang yang tidak berhubungan langsung dengan pengalaman hidup. 2. Siswa pasif dalam pembelajaran tak diberi kesempatan untuk menemukan konsep sendiri, berpikir kritis, penemuan dan memecahkan masalah (Rahman B: 2009, Takidin: 2010, juhendi; 2011) 3) Setereotif mata pelajaran IPS sebagai mata pelajaran kelas dua (Juhendi: 2011) yang pada awalnya merupakan opini yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat seolah mendapat justifikasi formal dari pemerintah dengan diadakannya Ujian Nasional yang menempatkan tiga mata pelajaran tertentu sebagai mata pelajaran favorit


(4)

Sejalan dengan paparan di atas sebagai hasil temuan peneliti terdahulu, maka berdasarkan pengamatan dilapangan rendahnya hasil belajar tercermin dari hasil ujian akhir dimana nilai-nilai IPS hampir selalu berada dibawah nilai mata pelajaran lainnya bahkan untuk beberapa siswa nilai IPS berada dibawah nilai matematika. Hal tersebut diatas berkaitan erat dengan beberapa faktor yang dapat dirinci sebagai berikut : 1. Adanya keengganan bagi guru untuk mengajarkan materi pembelajaran IPS secara proforsional yang disebabkan oleh isi materi pembelajaran yang begitu banyak dalam jatah waktu yang terbatas. Sebagai penyelesaiannya guru hanya mendiktekan ringkasan dari materi pelajaran untuk dihapal siswa. Pola pengajaran seperti ini yang secara tidak langsung membangun apatisme dalam diri siswa terhadap pembelajaran IPS. 2. Isi materi pembelajaran yang banyak secara kuantitas tidak dibarengi dengan kualitas yang memadai pernyataan ini didasarkan pada guru tidak mengemas materi pembelajaran dalam format yang memberi peluang pada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sesungguhnya dalam arti siswa mengenali masalah yang ada menyangkut kehidupan sosial disekitarnya, menemukan cara dalam menghadapi permasalahan tersebut dan menyesuaikan diri dengan permasalahan sehingga dapat mengakomodasi diri dengan lingkungan, dari sinilah terbentuk kompetensi-kompetensi sosial yang menjadi tuntutan mata pelajaran IPS. 3. Pola komunikasi antara guru dan siswa pun masih berkutat dengan dominasi guru dalam proses pembelajaran, dimana guru menempatkan diri dalam situasi yang mengharuskannya berperan menjadi komponen yang paling aktif berfungsi dalam sistem dan komponen lainnya hanya sebagai pelengkap.


(5)

3

Terkait dengan permasalahan dalam pembelajaran IPS dilihat dari persepektif guru sebagai fasilitator masih banyak hal yang dianggap kurang memadai dan harus segera dibenahi. Seperti dijelaskan dalam paragraf awal tulisan ini bagaimana keengganan guru untuk belajar dan mengajar dengan cara yang tepat pada akhirnya melahirkan proses yang membuat anak tidak belajar tetapi hanya sebagai penerima pasif materi pembelajaran. Guru sudah sangat terbiasa dengan pola pikir bagaimana materi yang begitu banyak bisa disampaikan semuanya pada anak sesuai dengan target waktu yang digariskan dalam kurikulum. Pernyataan senada ditekankan oleh Tinning dan Macdonald “… Teachers in school are not developing a reflective thinking, thus their teaching task is solely run as something routine, without any attempts to facilitate learning with various teaching and strategies and methods.”.(Mahendra dkk : 2008 : 39) artinya adalah guru di sekolah tidak mengembangkan berpikir reflektrif, sehingga tugas mengajarnya hanya sebagai rutinitas, tanpa mencoba memfasilitasi pembelajaran dengan berbagai jenis metode dan strategi pengajaran.

Upaya untuk menjawab permasalahan ini dirasa sangat perlu diadakan modifikasi tingkah laku pembelajaran, salah satu bentuk jawaban yang dianggap dapat mengubah paradigm pembelajaran yang rutin menuju pada pembelajaran yang dinamis dan penuh tantangan adalah dengan mencoba menerapkan beberapa alternatif baik pendekatan, strategi, maupun metode dalam pembelajaran yang memberi kesempatan pada anak untuk berpartisipasi secara penuh dalam proses pembelajaran. Adapun metode-metode dan pendekatan yang merupakan pengembangan dari metode dan pendekatan lama yang dianggap sudah tak


(6)

mampu memberi jawaban terhadap permasalahan yang ada, adalah Individual Study, Problem Solving, Cooperative Learning, Inquiry dan Problem Based Learning.

Problem Based Learning yang dapat diartikan sebagai Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), dari segi konsep metode ini memacu siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran,menekankan pada proses dan pelatihan berulang yang akan bermuara pada penguasaan keahlian menghadapi dan memecahkan masalah..

Through PBL, traditional techers and student roles change. Students assume more resposibility and so are better motivated with more feeling of accomplishment, “ Setting the pattern for them to become successful ;life long learners.” They become better practitioners of their profession” (MCLI,2001) . Learning becomes relevant and authentic, occurs in ways similars to how it will be used in the future, and higher-order thinking is promoted” (H.R.Lang : 2006 : 468).

Diterjemahkan menjadi, melalui pembelajaran berbasis masalah peran tradisional guru dan siswa berubah, siswa diberi tanggung jawab yang lebih banyak dan lebih termotivasi untuk menikmati pencapaian menciptakan pola bagi mereka untuk menjadi pembelajar seumur hidup yang berhasil mereka menjadi praktisi yang lebih baik dalam profesinya, Pembelajaran menjadi relevan dan otentik terjadi dengan cara yang sama saat akan digunakan dimasa yang akan datang, dan meningkatkan tatanan pemikiran tingkat tinggi

Dengan demikian metode ini cukup memadai untuk menjawab permasalahan dalam pembelajaran IPS bahkan lebih jauh, pendekatan ini merupakan pendekatan proses yang digariskan dalam KTSP yaitu pendidikan yang berorientasi pada pembentukan keahlian siswa dalam menghadapi dan


(7)

5

memecahkan masalah. Dengan kata lain siswa diberi kesempaatan mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri dengan bantuan minimal dari guru, seperti yang digariskan oleh konstruktivist.

Hasil penelitian Lespereance M.M (2008) menemukan bahwa Siswa dalam kelompok PBM mengatakan mereka menikmati kesempatan untuk belajar dengan mandiri, dan PBM tidak hanya memotivasi mereka untuk belajar tetapi juga meningkatkan sikap mereka yang terkait dengan belajar. Persepsi mereka terhadap kemampuan mencari informasi yang akurat juga meningkat. Meskipun dari hasil penelitiannya Lesperance M.M (2008) menemukan bahwa tak ada pengaruh signifikan problem based learning terhadap berpikir kritis siswa Kinesiology dengan menggunakan alat ukur California Critical Thinking Skill Test .

Dasar teori yang lain yang digunakan bahwa PBM adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa yang mendukung fleksibilitas dan kreativitas dalam perubahan pengetahuan dan mempertimbangkan perbedaan individu. Metoda ini juga memberikan pengalaman pembelajaran yang nyata terhadap problem-problem yang dihadapi dalam kehidupan sehingga mereka peduli bahwa ini merupakan hal penting yang didasarkan atas keterampilan memecahkan masalah yang tinggi. Fokus pada aktivitas siswa dan tergantung pada ketuntasan serta memuaskan ( Nuriye : 2006)

Hasil penelitian Serma (2006) mengatakan bahwa Siswa yang diajarkan melalui metode PBM memiliki tingkatan yang lebih tinggi dalam orientasi tujuan intrinsik, nilai pengerjaan tugas, penggunaan pembelajaran yang elaboratif,


(8)

pengaturan diri metakognitif , pengaturan usaha, dan pembelajaran kelompok dibandingkan siswa dalam kelompok kontrol yang diberikan metode tradisional (S Serma : 2006)

Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini difokuskan pada ”Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Peningkatan Motivasi Instrinsik dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial”.

.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Rumusan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dituangkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah profil motivasi instrinsik siswa kelas V SD Kiansantang pada pembelajaran IPS tahun ajaran 2010-2011?

2. Bagaimanakah profil berpikir kritis siswa kelas V SD Kiansantang pada pembelajaran IPS tahun ajaran 2010-2011 ?

3. Apakah ada pengaruh signifikan penerapan metode pembelajaran berbasis masalah terhadap peningkatan motivasi instrinsik siswa kelas V SD Kiansantang pada pembelajaran IPS tahun ajaran 2010-2011?

4. Apakah ada pengaruh signifikan penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap peningkatan berpikir kritis siswa kelas V SD Kiansantang pada pembelajaran IPS ajaran 2010-2011?


(9)

7

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini diarahkan untuk mengetahui dan memahami signifikansi penerapan metode pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis dan motivasi instrinsik siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dapat dirinci dalam kalimat sebagai berikut :

1. Mengetahui profil motivasi instrinsik siswa kelas V SD Kiansantang pada pembelajaran IPS tahun ajaran 2010-2011.

2. Mengetahui profil berpikir kritis siswa kelas V SD Kiansantang pada pembelajaran IPS tahun ajaran 2010-2011

3. Mengetahui signifikansi penerapan metode pembelajaran berbasis masalah terhadap peningkatan Motivasi instrinsik siswa kelas V SD Kiansantang tahun ajaran 2010-2011

4. Mengetahui signifikansi penerapan metode pembelajaran berbasis masalah terhadap siswa kelas V SD Kiansantang tahun ajaran 2010-2011

D. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan ada manfaat baik secara teoritis maupun praktis :

1. Manfaat secara teoritis

a. Penelitian ini mampu memberikan dukungan empiris terhadap khasanah teori dan konsep pembelajaran terutama bagi konsep pembelajaran berbasis masalah, yang mendorong pengkajian lebih dalam.


(10)

b. Penelitian ini memberi acuan alternatif bagi praktisi pendidikan dalam mengembangkan proses pembelajaran yang sesuai dengan teori-teori dan konsep baru yang didasarkan pada dinamika dan tuntutan zaman.

2. Manfaat secara praktis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar oleh guru untuk menerapkan pembelajaran berbasis masalah dalam proses pembelajaran dikelasnya terutama untuk pembelajaran IPS.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi guru untuk melakukan classroom action research demi perbaikan dan pengembangan proses pembelajaran di dalam kelas.

E. Varibel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga komponen yaitu Metode Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai variabel bebas (X) dan Motivasi Instrinsik sebagai variabel terikat (Y1) serta Berpikir Kritis sebagai variabel terikat yang kedua (Y2). Diagram di bawah ini akan membantu menggambarkan keterkaitan antar variable dalam penelitian ini

Keterangan:

= Pengaruh

Metode Pembelajaran Berbasis Masalah Variabel Bebas (X)

Motivasi Instrinsik Variabel terikat 1 (Y1)

Kemampuan Berpikir Kritis Variabel terikat 2 (Y2)


(11)

9

F. Definisi Operasional

Ketiga variable diatas merupakan konsep-konsep yang memerlukan penterjemahan lebih lanjut sesuai dengan kepentingan dalam penelitian sehingga menghasilkan konstruk yang jelas dan tidak menimbulkan kesalahpahaman.

Pembelajaran Berbasis Masalah dalam penelitian ini didefinisikan sebagai metode pembelajaran yang menjadikan permasalahan yang berkaitan dengan topik-topik dalam kurikulum sebagai titik tolak dalam proses pembelajaran mandiri dan kolaboratif .

Tahapan yang dipakai dalam proses PBM dalam penelitian ini , terdiri dari tujuh langkah yaitu sebagai berikut; a. Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas b. Mengorganisasi siswa untuk belajar c. formulasi tujuan d.Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok e. Menata gagasan /penjelasan yang berkaitan dengan masalah f. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya g. Mengevaluasi keseluruhan proses belajar.

Motivasi Instrinsik dalam penelitian ini didefinisikan sebagai gambaran minat dan kesenangan siswa dalam pembelajaran (accademic self concept) sebagai hasil pengukuran instrumen adaftasi dari Motivated Strategies for Learning Questionnaire

Definisi diatas mengandung pernyataan yang dapat ditarik beberapa indikator sebagai dasar yang dapat dijadikan kriteria pengukuran yaitu sebagai berikut : a. Konsep diri terhadap kemampuan diri sendiri b. Konsep diri terhadap materi pembelajaran c. Konsep diri terhadap cara belajar d. Konsep diri terhadap tes d. Konsep diri terhadap perbandingan diri dengan teman


(12)

Berpikir Kritis yang dimaksud dalam kajian ini adalah berpikir kritis yang didefinisikan sebagai Kemampuan siswa menganalisis, mengevaluasi dan menyimpulkan baik secara induktif maupun deduktif yang tercermin dari hasil pengukuran instrument berpikir kritis .

Komponen-komponen di atas melahirkan indikator-indikator yang dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini

Tabel 1.1. Indikator Berpikir Kritis

Komponen Berpikir Kritis Indikator

Analisis

1. Menetapkan hubungan sebab akibat

2. Memberi alasan terhadap suatu pernyataan

3. Mengelompokkan data berdasarkan karakteristi tertentu

4. Mencari persamaan dan perbedaan 5. Mencari kesesuaian dan ketidak

sesuaian.

Evaluasi

1. Menilai argument yang dinyatakan 2. Menetapkan kriteria berdasarkan

asumsi

3. Menyeleksi kriteria untuk membuat solusi

4. Memutuskan hal yang akan dilakukan secara tentatif

5. Menilai kredibilitas suatu sumber

Inferensi (membuat kesimpulan)

1. Induksi

a. Meringkas data

b. Membuat kesimpulan dari datayang ada

c. Menilai kelogisan suatu kesimpulan

3. Deduksi

a. Membuat Kesimpulan

b. Mencari bukti yang mendukung c. Menilai kelogisan bukti


(13)

11

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan konsep-konsep di atas maka hipotesis yang dapat diajukan dari penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh signifikan penerapan metode pembelajaran berbasis masalah terhadap peningkatan motivasi intrinsik siswa kelas V SDN Kiansantang pada pembelajaran IPS.

2. Ada pengaruh signifikan penerapan metode pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SDN Kiansantang pada pembelajaran IPS.

H. Metode Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen kuasi, yang mana subjek penelitian dibagi dalam dua kelompok besar yaitu kelompok yang tidak mendapat perlakuan dalam arti masih menggunakan metode pembelajaran tradisional (metode yang biasa dipakai ceramah dan kombinasinya) sebagai kelompok kontrol dan kelompok yang mendapat perlakuan dalam arti menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah (PBM) dalam pembelajarannya sebagai kelompok eksperimen. Pada awal dan akhir eksperimen suatu tes yang mengukur tingkat berpikir kritis dan motivasi instrinsik siswa diujikan pada kedua kelompok tersebut.

Berdasarkan sampel yang memiliki karakter yang tak memungkinkan mengadakan sistem sampling, desain penelitian ini adalah menggunakan nonequivalent control group design yang digambarkan dalam bentuk diagram, sebagai berikut ;


(14)

Keterangan:

O1dan O3 = Tingkat Motivasi Instrisik dan Berpikir Kritis Siswa Sebelum ada Perlakuan

O2 = Tingkat Motivasi Instrinsik dan Berpikir Kritis siswa setelah adanya perlakuan

O4 = Tingkat Motivasi Instrinsik dan Berpikir Kritis siswa yang tidak diberi perlakuan

X = Bentuk perlakuan yaitu Penerapan Metode Berbasis Masalah O1 X O2

... O3 O4


(15)

54 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Lokasi dan Sampel Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen, yang mana subjek penelitian dibagi dalam dua kelompok besar yaitu kelompok yang tidak mendapat perlakuan dalam arti masih menggunakan metode pembelajaran tradisional (metode yang biasa dipakai ceramah dan kombinasinya) sebagai kelompok kontrol dan kelompok yang mendapat perlakuan dalam arti menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah dalam proses belajarnya sebagai kelompok ekperimen. Pada awal dan akhir eksperimen suatu tes yang mengukur tingkat motivasi instrinsik dan berpikir kritis siswa diterapkan pada kedua kelompok tersebut.

Berdasarkan sampel yang memiliki karakter yang tak memungkinkan mengadakan sistem sampling, maka penelitian ini menggunakan nonequivalent control group design hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh D Gall dkk (2003) “In This design, research participants are not randomly assigned to the experimental and cotrol groups, and both groups take pretest and posttest .”. Bila diterjemahkan akan mengandung makna bahwa pada desain ini partisipan dalam penelitian ini tidak diacak kedalam kelas kontrol dan kelas eksperimen dan kedua kelompok tersebut diberi tes awal dan tes akhir.

Untuk lebih jelasnya desain penelitian ini digambarkan dalam diagram sebagai berikut :


(16)

O1 X O2 ... O3 O4

Keterangan:

O1dan O3 = Tingkat Motivasi Instrisik dan Berpikir Kritis Siswa Sebelum ada Perlakuan

O2 = Tingkat Motivasi Instrinsik dan Berpikir Kritis siswa setelah adanya perlakuan

O4 = Tingkat Motivasi Instrinsik dan Berpikir Kritis siswa yang tidak diberi perlakuan

X = Bentuk perlakuan yaitu Penerapan Metode Berbasis Masalah

Penelitian ini dilaksanakan di SDN KIANSANTANG ( Regol XIII) yang beralamat di Jalan Siliwangi Kecamatan Regol Kabupaten Garut, dengan siswa siswi kelas V tahun ajaran 2010/2011 sebagai sampel yang berjumlah 59 siswa terbagi ke dalam dua kelas yaitu kelas A (30 orang) sebagai kelas Eksperimen dan kelas B (29 orang) sebagai kelas kontrol

B. Variabel Penelitian dan Pengukuran

Penelitian diarahkan untuk mengukur pengaruh metode pembelajaran berbasis masalah terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis dan motivasi instrinsik siswa pada pembelajaran IPS, untuk lebih jelasnya akan diuraikan


(17)

56

setiap variabel dalam penelitian ini dan bagaimana variabel tersebut itu diukur sebagai berikut:

1. Berpikir Kritis

Berpikir Kritis yang dimaksud dalam kajian ini adalah berpikir kritis yang didefinisikan sebagai kemampuan siswa menganalisis, mengevaluasi dan mengambil kesimpulan baik secara induktif maupun deduktif yang tercermin dalam instrument berpikir kritis.

Komponen-komponen di atas melahirkan indikator-indikator yang dapat diuraikan sebagai berikut; a. Kemampuan Analisis terdiri dari menetapkan hubungan sebab akibat, memberi alasan terhadap suatu pernyataan, mengelompokkan data berdasarkan karakteristik tertentu, mencari persamaan dan perbedaan dan mencari kesesuaian dan ketidaksesuaian. b. Kemampuan Evaluasi terdiri dari menilai argument yang dinyatakan, menetapkan kriteria berdasarkan asumsi, menyeleksi kriteria untuk membuat solusi, memutuskan hal yang akan dilakukan secara tentatif, menilai kredibilitas suatu sumber c. Kemampuan inferensi yang terdiri dari dua cara membuat kesimpulan, pertama secara induksi yaitu meringkas data, membuat kesimpulan dari data yang ada, menilai kelogisan suatu kesimpulan, kedua deduksi yaitu membuat kesimpulan, mencari bukti yang mendukung dan menilai kelogisan bukti.

Berdasarkan indikator-indikator di atas maka dikembangkan instrument untuk mengukur kemampuan berpikir kritis yang terdiri dari 19 butir soal pertanyaan terbuka dengan penilaian menggunakan The Holistic Critical Thinking Scoring Rubric (Faccione P dkk: 2009 ) dengan rentang penilaian dimulai dari kuat


(18)

(strong), dapat diterima(acceptable), tidak dapat diterima(unacceptable) sampai pada lemah(weak).

2. Motivasi Instrinsik

Motivasi Instrinsik dalam penelitian ini dalam penelitian ini didefinisikan sebagai gambaran minat dan kesenangan siswa dalam pembelajaran (accademic self concept) sebagai hasil pengukuran instrumen adaftasi dari Motivated Strategies for Learning Questionnaire.

Definisi diatas mengandung pernyataan yang dapat ditarik beberapa indikator sebagai dasar yang dapat dijadikan kriteria pengukuran yaitu sebagai berikut : 1). Persepsi terhadap kemampuan diri sendiri 2). Persepsi diri terhadap materi pembelajaran 3). Persepsi diri terhadap cara belajar 4). Persepsi diri terhadap tes 5). Persepsi diri terhadap perbandingan diri dengan teman

Alat ukur yang digunakan dalam mengkaji motivasi instrinsik dalam penelitian ini adalah instrument yang merupakan interpretasi dari Motivated Strategies for Learning Questionaire (MLSQ) yang dikembangkan oleh Pintrich, R.R & DeGroot,E.v. (1990) dengan beberapa penyesuaian baik struktur kalimat maupun rentang skala dengan kondisi siswa sekolah dasar. Instrument pengukuran ini terdiri dari 40 butir soal yaitu: lima butir soal untuk konsep diri berkenaan dengan keyakinan, lima butir soal konsep diri berkaitan dengan materi pembelajaran,dua puluh satu soal konsep diri berkaitan dengan cara belajar, lima soal konsep diri berkaitan dengan tes, dan empat soal konsep diri berkaitan dengan perbandingan dengan teman.


(19)

58

C. Instrumen Penelitian

Seperti telah dipaparkan di atas bahwasannya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi pengaruh penerapan metode pembelajaran berbasis masalah terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis dan motivasi instrinsik siswa pada pembelajaran IPS. Untuk itu perlu dikembangkan beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan.

1. Rencana Program Pembelajaran Berbasis Masalah

Berkaitan dengan penerapan metode pembelajaran berbasis masalah disusun rencana program pembelajaran yang memuat kerangka pembelajaran dengan masalah sebagai titik tolak pembelajaran. Rencana ini akan dipakai dikelas eksperimen sebagai treatment.(terlampir)

2. Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis seperti tercantum dalam Tabel 3.1


(20)

Tabel 3.1.Kisi-kisi Instrumen Berpikir Kritis

no Komponen Indikator No Butir

soal 1. Analisis a. Menetapkan hubungan sebab akibat 1,2

b. Mencari persaamaan dan perbedaan 3,4 c. Memberi alasan terhadap suatu

pernyataan

5,6

d. Mengelompokkan data berdasarkan suatu karakteristik

7

2. Evaluasi a. Menilai argumen yang dinyatakan 8 b. Menetapkan kriteria berdasarkan asumsi 9 c. Menyeleksi kriteria untuk membuat solusi 10 d. Memutuskan hal yang akan dilakukan

secara tentatif

12

e. Menilai kredibilitas suatu sumber 13 3. Inferensi

Induksi

a. Meringkas data atau bukti 14

b. Membuat kesimpulan dari bukti yang ada 15 c. Menilai kelogisan kesimpulan 16

Deduksi a. Membuat kesimpulan 17

b. Mencari bukti yang mendukung 18


(21)

60

Penilaian bagi tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis adalah The Holistic Critical Thinking Scoring Rubric (Faccione P dkk: 2009 ) dengan rentang penilaian dimulai dari kuat (strong), dapat diterima (acceptable), tidak dapat diterima (unacceptable) sampai pada lemah(weak). Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan sebagai berikut:

1. Kuat

Kategori ini diterapkan bagi siswa yang dalam menjawab pertanyaan secara konsisten melakukan hal-hal di bawah ini:

• Menafsirkan secara akurat,wacana, pertanyaan, bukti, dan grafik. • Mengenali hal yang paling penting dari sebuah argument atau

pernyataan

• Menganalisa dan menilai sudut pandang alternatif • Mengkaji bukti penting

• Memberi kesimpulan yang tepat 2. Dapat Diterima

Kategori ini diterapkan bagi siswa yang dalam menjawab pertanyaan banyak melakukan hal-hal di bawah ini:

• Menafsirkan wacana. Pertanyaan bukti dan grafik kurang akurat • Mengenali hal yang relevant dari sebuah argument atau pernyataan • Hanya menganalisa dan menilai sudut pandang alternatif yang jelas 3. Tidak Bisa Diterima

Kategori ini diterapkan bagi siswa yang dalam menjawab pertanyaan banyak melakukan hal dibawah ini yaitu:


(22)

• Keliru menafsirkan wacana, bukti pertanyaan dan grafik

• Gagal mengenali hal yang relevan dari sebuah argument atau pernyataan

• Mengabaikan sudut pandang lain • Membenarkan prosedur tanpa alasan

• Mengabaikan bukti dan bertahan pada pemahaman sendiri 4. Lemah

Kategori ini diterapkan bagi siswa yang dalam menjawab pertanyaan secara konsisten melakukan hal-hal dibawah ini:

• Bias dalam menafsirkan wacana pertanyaan bukti dan grafik • Gagal mengenali argumen

• Mengabaikan sudut pandang

• Tidak membenarkan prosedur juga tidak memberi penjelasan • Mengabaikan bukti

• Menunjukkan pikiran yang tertutup terhadap alasan

3.Instrument Pengukuran Motivasi Intrinsik

Sedangkan untuk mengukur motivasi intrinsik siswa instrumen yang digunakan seperti yang dipaparkan dalam Tabel 3.2.


(23)

62

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Motivasi Instrinsik

No Sub Variabel No Butir Soal

1 Konsep Diri terhadap Keyakinan 1 - 5 2. Konsep Diri terhadap Materi Pembelajaran 6 - 10 3. Konsep Diri terhadap Cara Belajar 11 - 31 4. Konsep Diri terhadap Test 31 - 36 5. Konsep Diri Dibanding Teman 36 - 40

Petunjuk Pengisian

1. Bacalah tiap pernyataan kemudian berilah tanda silang (X) pada kolom yang sesuai dengan pikiran dan perasaanmu tentang diri sendiri

2. Singkatan dalam tiap kolom memiliki arti sebagai berikut ; • Ssds artinya sangat sesuai dengan saya

• Sds artinya sesuai dengan saya

• Ksds artinya kadang sesuai dengan saya • Tsds artinya Tidak sesuai dengan saya • Stsds artinya sangat tidak sesuai dengan saya

3. Tidak ada jawaban yang salah atau yang benar jadi isilah sesuai dengan apa yang benar-benar kamu rasakan


(24)

Untuk pengukuran motivasi instrinsik maka digunakan skala Likert dengan rentang penilaian sebagai berikut; Sangat sesuai denga saya = 5, sesuai dengan saya = 4, kadang sesuai dengan saya = 3, tidak sesuai dengan saya = 2, sangat tidak sesuai dengan saya = 1 berlaku untuk pernyataan positif sedang untuk pernyataan negatif berlaku sebaliknya.

D. Prosedur Pengembangan Instrumen

Dalam proses pengembangan instrument ditempuh beberapa prosedur sebagai bedrikut:

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas instrumen menurut Sugiyono (2002 : 271) terdiri dari validitas konstruk (permukaan ), validitas isi (content Validity), dan validitas eksternal. Untuk menguji validitas konstruk maka dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment expert). Para ahli diminta pendapatnya tentang instrument yang telah disusun. Mungkin para ahli akan memberi pendapat instrument dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, atau dirombak total. Adapun jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka yang bergelar doctor sesuai dengan lingkup yang diteliti. (Sugiyono : 2002).

Validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Untuk instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan isi rancangan yang telah ditetapkan.


(25)

64

Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai validitas eksternal yang tinggi.

Setelah langkah di atas ditempuh maka proses selanjutnya adalah mengadakan uji coba pada sampel, hasilnya data ditabulasikan. Pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor yaitu dengan cara mengkorelasikan jumlah skor faktor dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan konstruk yang kuat.

Adapun untuk menghitung koefisisen korelasi digunakan Pearson Product-Moment ( Pearson r)

r

= ∑ . ∑ ∑

∑ ² ∑ ∑ ² ∑ ²

keterangan:

∑XY : merupakan jumlah skor X dikali Skor Y

∑X : merupakan jumlah skor X

∑Y : merupakan jumlah skor Y

∑ : merupakan jumlah kuadrat skor X ∑ : merupakan jumlah kuadrat skor Y


(26)

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini digunakan uji internal consistency yaitu dilkakukan dengan mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan SPSS ver19.

Berkenaan dengan hal tersebut di atas dibawah ini disajikan tabel hasil uji validitas dan reliabilitas isntrumen baik variabel berpikir kritis tabel 3.3 maupun variabel motivasi instrinsik tabel 3.4

Tabel 3.3 Validitas dan Reliabilitas Variabel Berpikir kritis

BUTIRSTAL Korelasi t hitung t (20, 95%) Keterangan Var Item ΣVAR ITEM

1 0.505 2.927 2.056 Vld 1.179 20.70

2 0.181 0.919 Tdk 1.000

3 0.469 2.658 Vld 0.746 ΣVAR TTTAL

4 0.545 3.250 Vld 1.311 68.79

5 0.391 2.123 Vld 0.721

6 0.388 2.102 Vld 1.037

RELIABILITA S

7 0.305 1.602 Tdk 1.231 0.74

8 0.556 3.344 Vld 0.934

9 0.475 2.697 Vld 1.097

10 0.376 2.027 Tdk 1.564 Jumlah Valid

11 0.464 2.620 Vld 1.285 15

12 0.501 2.898 Vld 1.037

13 0.070 0.348 Tdk 0.538

14 0.440 2.452 Vld 1.154

15 0.473 2.684 Vld 1.276

16 0.465 2.629 Vld 0.969

17 0.384 2.077 Vld 1.353

18 0.427 2.363 Vld 1.026


(27)

66

Tabel 3.4 Validitas dan Reliabilitas Variabel Motivasi Intrinsik KETERANGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS MOTIVASI INTRINSIK

BUTIR_SOAL Korelasi t hitung t (20, 95%) Keterangan Var Item VAR ITEM 1 0.563 2.889 2.056 Vld 0.601 45.19 2 0.693 4.078 Vld 0.704

3 0.495 2.416 Vld 0.641 VAR TOTAL 4 0.473 2.276 Vld 0.858 392.67 5 0.442 2.089 Vld 0.969

6 0.707 4.247 Vld 0.593 RELIABILITAS 7 0.613 3.289 Vld 0.541 0.91 8 0.547 2.770 Vld 0.738

9 0.594 3.131 Vld 0.601

10 0.489 2.381 Vld 1.308 Jumlah Valid 11 0.451 2.142 Vld 0.872 35 12 0.549 2.787 Vld 1.251

13 0.473 2.280 Vld 0.969 14 0.477 2.301 Vld 1.000 15 0.441 2.086 Vld 0.729 16 0.000 0.000 Tdk 1.308 17 0.535 2.688 Vld 1.285 18 0.600 3.185 Vld 0.481 19 0.515 2.550 Vld 2.165 20 0.500 2.447 Vld 1.781 21 0.504 2.475 Vld 1.105 22 0.529 2.647 Vld 1.077 23 0.456 2.176 Vld 1.410 24 0.643 3.559 Vld 1.524 25 0.537 2.700 Vld 1.251 26 0.631 3.448 Vld 1.256 27 0.087 0.370 Tdk 0.832 28 0.548 2.781 Vld 1.234 29 0.457 2.179 Vld 1.541 30 0.150 0.642 Tdk 1.311 31 0.623 3.381 Vld 0.986 32 0.192 0.832 Tdk 1.063 33 0.502 2.465 Vld 1.179 34 -0.016 -0.067 Tdk 1.302 35 0.452 2.151 Vld 1.413 36 0.521 2.590 Vld 1.661


(28)

37 0.629 3.437 Vld 0.846 38 0.535 2.685 Vld 1.718 39 0.499 2.441 Vld 1.538 40 0.515 2.551 Vld 1.550

E. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Teknik pengumpulan dan pengolahan data dijalankan dalam beberapa tahapan proses seperti yang akan diuraikan di bawah ini, yaitu sebagai berikut:

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuessioner, dengan perincian sebagai berikut: a. Data kemampuan berpikir kritis dikumpulkan dengan menggunakan kuessioner yang berupa pernyataan dan pertanyaan terbuka yang harus dijawab siswa. b. Data motivasi Instrinsik dikumpulkan dengan menggunakan kuessioner yang merupakan pertanyaaan dan pernyataan tertutup dengan skala jawaban yang telah disediakan.

2. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

Dalam pengolahan dan analisis data ada beberapa langkah yang dilkukan yaitu sebagai berikut:

a. Tabulasi Data

Tabulasi data merupakan proses menyusun dan mengubah data yang telah berhasil dikumpulkan ke dalam bentuk tabel-tabel kuantitas yang akan menjadi bahan utama dalam proses pengolahan data berikutnya.


(29)

68

b. Mencari nilai rata-rata dari setiap kelompok data dengan rumus : =

Arti tanda-tanda rumus di atas adalah : = nilai rata-rata yang dicari

X = skor mentah n = jumlah sampel

∑ = jumlah dari

c. Mencari simpangan baku dari setiap kelompok dengan rumus :

S = ∑ ̅ ²

Arti tanda-tanda rumus di atas : S = simpangan baku yang dicari

∑ = jumlah dari X = nilai data mentah = nilai rata-rata

n = jumlah sampel

d. Pengujian Normalitas Data

Pengujian Normalitas Data dalam penelitian ini dengan chi kuadrat dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1). Merangkum seluruh data variabel yang akan diuji normalitasnya 2). Menentukan jumlah kelas interval 3). Menentukan panjang kelas interval yaitu data terbesar dikurangi data terkecil dibagi jumlah kelas interval 4). Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi yang sekaligus


(30)

merupakan tabel penolong untuk menghitung harga chi kuadrat. 5) Menghitung frekuensi yang diharapkan ( ) dengan cara mengalikan presentase ( didapat dengan membagi luas kurva normal dengan jumlah kelas interval) luas tiap bidang kurva normal dengan jumlah anggota sampel. 6). Memasukkan harga-harga ke dalam tabel kolom , sekaligus menghitung harga-harga ( - ) dan ( ) dan menjumlahkannya. Harga ( ) merupakan harga chi kuadrat ( ) hitung. 7). Membandingkan Chi kuadrat hitung dengan chi kuadrat tabel. Bila chi kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan harga chi kuadrat tabel ( ≤ ) maka distribusi data dinyatakan normal, dan bila lebih besar (>) dinyatakan tidak normal.

e. Pengujian Homogenitas Data

Langkah berikutnya adalah menguji homogenitas variansi antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan menggunakan uji F. Adapun proses perhitungan menggunakan Uji F adalah sebagai berikut:

Fhitung =

2 !"#!$%"

2 !"&!'(). Kemudian dikonsultasikan dengan hasil interpolasi

tabel diperoleh angka Ftabel = F(0,05)(n-1/n-1). Dengan pertimbangan jika Fhitung < Ftabel pada taraf taraf kepercayaan 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data mempunyai variansi yang homogen.

f. Pengujian Kesamaan Dua Rata-rata

Setelah pengujian normalitas dan homogenitas data, langkah selanjutnya dilakukan uji dua rata-rata. Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk menguji


(31)

70

kesamaan antara dua rata-rata, dalam hal ini antara data kelas eksperimen dengan kelas kontrol dengan rumus berikut :

g. H0 : e = k h. H1 : e ≠ k

F. Prosedur dan Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian

Proses penelitian pada umumnya mencakup tiga tahapan yaitu tahap perencanaan penelitian , pelaksanaan penelitian dan pengolahan data hasil penelitian. Untuk lebih jelasnya ketiga tahapan tersebut digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Bagan 3.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian Identifikasi Masalah

Uji Coba Instrument Observasi Awal

Kelas kontrol Kelas Eksperiment

Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran Berbasis Masalah

Post Test

Analisis Data


(32)

Berdasarkan bagan diatas proses tahapan pelaksanaan penelitian dapat dideskripsikan dalam kalimat-kalimat sebagai berikut :

1. Tahapan Perencanaan Penelitian

Kegiatan pada tahapan perencanaan penelitian mencakup hal-hal sebagai berikut :

a. Studi pendahuluan; Observasi awal pembelajaran IPS di kelas, melakukan studi literatur tentang model dan metode pembelajaran serta melakukan kajian pustaka terhadap konsep atau konstruk yang dijadikan variable penelitian. b. Pengembangan Instrumen; penentuan materi dan subjek penelitian, menyusun

rencana pembelajaran di kelas untuk kelas eksperimen, membuat instrumen untuk mengukur motivasi instrinsik dan berpikir krtitis dengan mengadaptasi instrumen terstandar, melakukan uji validitas instrumen, baik dengan konsultasi para ahli maupun melakukan uji coba pada sekolah yang dianggap memilki karakter yang sama dengan sekolah yang akan dijadikan subjek penelitian, penyusunan soal untuk pretest dan postest.

2.Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Pada tahapan pelaksanaan penelitian akan dilakukan kegiatan yang meliputi hal-hal dibawah ini, yaitu sebagai berikut :

a. Melakukan pembicaraan dengan guru yang bersangkutan tentang peran masing-masing yaitu guru yang akan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah sedangkan peneliti sebagai observer dan merekam kegiatan pembelajaran dengan tujuan untuk


(33)

72

mendapat efek alamiah proses pembelajaran dan mengkontrol hal yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

b. Skenario perlakuan yang akan diterapkan dijelaskan sebagai berikut; hal pertama yang penting dan mendasar sebelum perlakuan diterapkan adalah dengan mengkomunikasikan pemahaman guru dan peneliti mengenai essensi dari metode pembelajaran berbasis masalah dan bagaimana metode tersebut diterapkan dalam lingkungan pembelajaran di kelas.

Berkenaan dengan itu dirasa penting untuk menggambarkan bagaimana proses komunikasi tersebut berlangsung dengan mengambil beberapa komponen penting dalam proses pembelajaran sebagai perspektif pembicaraan, yaitu sebagai berikut: 1). Peran guru dalam konteks pembelajaran berbasis masalah merupakan guider and facilitator dalam arti guru harus mampu menciptakan strategi yang memfasilitasi anak belajar secara mandiri baik individual maupun kelompok, seperti masalah dunia nyata yang tidak memiliki jawaban pasti guru tidak membekali siswa dengan jawaban yang baik tetapi membiarkan siswa mencari sendiri cara untuk menemukan jawaban yang baik, disini guru berperan sebagai facilitator. Sebagai Guider guru memberi arahan seperlunya agar siswa tidak keluar dari konteks pembelajaran dan fokus pada permasalahan yang sedang dikaji. Berkaitan dengan sumber guru harus memiliki gambaran yang jelas sumber apa saja yang kiranya dapat dimanfaatkan siswa dalam proses pembelajaran dan diletakan ditempat yang mudah dijangkau siswa bilamana diperlukan. Guru harus memberikan arahan terhadap siswa bagaimana cara


(34)

memanfaatkan sumber secara efektif berkaitan dengan permasalahan yang sedang dikaji. 2). Peran siswa dalam proses pembelajaran berbasis masalah adalah aktif partisipan dalam arti siswa merupakan individu yang yang diarahkan untuk belajar mandiri dan bekerja dalam kelompok. Mereka diarahkan untuk mencari cara yang merupakan ide sendiri untuk memecahkan masalah berdasarkan pada pengetahuan yang telah mereka miliki. Informasi baru diharapkan ditemukan sendiri oleh siswa saat berinteraksi dalam lingkungan sosial pembelajaran. Siswa diarahkan untuk mau dan mampu berekspressi sesuai kemampuan tentang permasalahan berkaitan dengan standar pemikiran masing-masing. 3). Peran Masalah dalam proses pembelajaran berbasis masalah merupakan jiwa dari proses pembelajaran dalam konteks keseluruhan. Dalam arti struktur materi dibuat sedemikian rupa sehingga merupakan gambaran besar sebuah peristiwa yang menyisakan permasalahan yang perlu dikaji oleh siswa secara mendetail. 4. Langkah-langkah proses pembelajaran berbasis masalah digambarakan secara eksplisit dalam scenario pembelajaran yang termuat dalam rencana program pembelajaran (RPP) yang disusun sesuai dengan pagu yang telah ditetapkan namun dilengkapi dengan pengembangan yang sesuai dengan essensi pembelajaran berbasis masalah terutama pada penyajian struktur materi dan scenario pembelajaran. Berkaitan dengan struktur materi pembelajaran disertakan peta masalah sebagai Scafolding atau kerangka yang membantu siswa membangun pengetahuan.


(35)

74

c. Menentukan kelompok kelas yang dijadikan kelas kontrol dan kelompok kelas ekperimen, melakukan pengukuran terhadap motivasi instrinsik dan berpikir kritis terhadap dua kelompok tersebut sebelum dilakukan perlakuan. d. Melaksanakan kegiatan pembelajaran baik di kelas kontrol maupun dikelas

eksperimen.

e. Melakukan pengukuran kembali terhadap kemampuan berpikir kritis dan motivasi instrinsik setelah perlakuan.

2. Tahapan Pengolahan Data Hasil Penelitian

Pada tahapan ketiga ini kegiatan yang dilaksanakan adalah meliputi hal-hal seperti di bawah ini:

a. Tabulasi dan menganalisis data yang telah dikumpulkan berupa hasil pengukuran motivasi instrinsik dan kemampuan berpikir kritis sebelum dan setelah perlakuan dan juga hasil pretes dan posttes sehingga dapat disusun untuk mengadakan pemetaan dan tabulasi.

b. Melakukan kuantifikasi terhadap data yang telah ditabulasi dan dipetakan sehingga memudahkan untuk melakukan inferensi berkenaan dengan hipotesis dan permasalahan dalam penelitian.

c. Menyusun pelaporan dan pendokumentasian.

Berikut ini adalah jadwal pelaksanaan dan frekuensi pertemuan proses penelitian di lokasi yang telah dijadikan subyek penelitian dan uji coba, sebagai berikut :


(36)

Tabel 3.5 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian No Jumlah

Pertemuan

Kegiatan keterangan

1 Satu kali Uji instrumen Dilaksanakan di

SD Lab School 2 Satu kali Mengkomunikasikan dengan guru

kelas mengenai proses pembelajaran dengan metode berbasis masalah

Guru kelas Eksperimen

3 Satu kali Melaksanakan Pre test Kelas

Eksperiment dan kelas kontrol 4 Lima kali

pertemuan

Pelaksanaan pembelajaran dengan metode berbasis masalah dan pembelajaran dengan metode konvensional

Kelas kontrol dengan kelas eksperimen

5 Satu kali Post Test Eksperimen dan


(37)

122

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dari keseluruhan proses penelitian ada beberapa hal yang dapat digaris bawahi sebagai makna yang terkandung dari temuan temuan dilapangan yang dapat dirinci sebagai berikut:

1. Profil motivasi instrinsik siswa yang berada pada kisaran rata-rata merupakan potensi alamiah yang dapat dikembangkan dengan penggunaan dan penerapan metode baru yang memerlukan pengkajian dan penelaahan lapangan yang komprehensif baik dari segi siswa, lingkungan maupun aspek-aspek terkait lainnya tak terkecuali metode pembelajaran berbasis masalah yang mempunyai karakter tersendiri yang memerlukan dukungan sistem, karena metode pembelajaran berbasis masalah mempunyai implikasi penilaian yang lebih menekankan pada proses daripada hasil.

2. Profil kemampuan berpikir kritis yang mayoritas berada pada kemampuan rata-rata, dengan beberapa anak berada pada level kemampuan tinggi dan rendah menunjukkan keberagaman kemampuan yang dapat ditingkatkan dengan menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif bagi adanya pengembangan yang mampu memfasilitasi semua level kemampuan. Dalam hal ini pembelajaran berbasis masalah mempunyai kemampuan untuk memfasilitasi keberagaman kemampuan tersebut.

3. Hasil penelitian ini menunjukkan pada setting penelitian ini metode pembelajaran berbasis masalah tak memberi pengaruh yang signifikan terhadap


(38)

peningkatan motivasi instrinsik (academic self conceipts) pada kelas perlakuan dibandingkan dengan kelas yang masih menggunakan metode lama. Hal ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwasannya metode pembelajaran berbasis masalah merupakan metode yang memerlukan pengkajian dan penelaahan komprehensif berulang-ulang untuk dapat memotivasi siswa.

4. Penerapan metode pembelajaran berbasis masalah telah secara signifikan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SDN Kiansantang dalam pembelajaran IPS, hal ini berarti metode tersebut mempunyai potensi yang kuat untuk melatih dan membimbing siswa sebagai pembelajar yang mandiri, berpijak pada asumsi bahwa metode pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah metode yang memberi ruang besar bagi siswa untuk mengelola dirinya sendiri. Dengan kata lain siswa dilatih untuk menggunakan skema berpikir yang dimilikinya untuk menilai, memilah dan memilih informasi yang bermanfaat bagi pemecahan masalah sehingga tumbuh konsep-konsep baru secara alamiah dalam diri siswa.

Meskipun demikian perlu ditekankan disini bahwasannya hasil penelitian ini sangat kontekstual artinya berkaitan erat dengan kondisi-kondisi real SDN kiansantang yang sedikit banyak memberi kontribusi pada hasil penelitian. Pada dasarnya metode pembelajaran berbasis masalah memiliki hal-hal yang berkaitan erat dengan peningkatan motivasi instrinsik, seperti tantangan, rasa ingin tahu, kerja sama persaingan dan pengakuan.


(39)

124

B. Rekomendasi

Berkenaan dengan kesimpulan di atas beberapa hal perlu digarisbawahi sebagai rekomendasi, yaitu sebagai berikut:

pertama, bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat dijadikan titik tolak perlunya diadakan pengkajian empiris yang lebih mendalam dan intensif tentang penerapan metode pembelajaran berbasis masalah berkaitan dengan motivasi instrinsik dan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPS.

Kedua, bagi praktisi pendidikan guru atau kepala sekolah, pembelajaran berbasis masalah akan memberi nuansa baru pada pembelajaran sesuai dengan tuntutan paradigma pembelajaran baru yang berpusat pada siswa sebagai metode alternatif untuk menjawab tantangan zaman.

Ketiga, bagi pengambil kebijakan,hal yang perlu direkomendasikan terkait dengan filosofis pembelajaran, yaitu bahwasannya pendidikan bukan untuk membekali siswa dengan jawaban terbaik untuk menghadapi permasalahan dalam hidupnya, akan tetapi pendidikan harus diarahkan pada bagaimana melatih siswa menemukan cara terbaik menjawab permasalahan, pembelajaran berbasis masalah merupakan wahana untuk mencapai tujuan tersebut.


(40)

125

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed Wondingu & Marjon Bruinsma (2006) A Structural model of Self-concept, Autonomous Motivation and Academic performance in Cross-cultural Perspective Electronic journal of Research in Educational Psychology, No 10, vol 4 (3) 2006

Akdon (2007) Modul Aplikasi Statistika Dalam Pendidikan Program Magister Pendidikan Dasar SPS UPI 2007

Amir.T.M. (2009) Inovasi pendidikan Melalui Problem Based Learning Bagaimana pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan Pen. Kencana

Faccione Peter A & Noreen (2009) The Holistic Critical Thinking Scorring Rubrik- HTCSR- A Tool for Developing and Evaluating Critical thinking www.insightassessment.com

Fisher .A. (2001) Critical Thinking An introduction Press Syndicate of ThenUniversity of Cambridge The Pitt Building, Trumpington Street, Cambridge, United Kingdom

Furqon (2004) Statistika Terapan unutk Penelitian Alfabeta Bandung

Gall Meredith D dkk (2003) Educational Research An Introduction Seventh Edition A&B Boston New York

Guay F dkk (tt) Assesing Academic Motivation among Elementary School Children: The Elementary School motivation Scale (ESMS) Self Research Centre University of Western Sydney, Australia, Simon Laroseuniversite laval, Canada

Joyce.B dkk (2002) Models of Learning- Tools for Teaching Second Edition Open University Press Buckingham Philadelphia

Juhendi (2011) Dampak Model Perubahan Konseptual Melalui Diskusi Kelas untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan kepekaan Sosial Siswa Sekolah Dasar Dalam Pembelajaran IPS UPI tidak diterbitkan

Karadens.S. (tt) The Turkish Adaptation Study Of Motivated Strategy For Learning Questionnare (MSLQ) For 12-18 Years old Children : Result of Confirmatory Factor Analysis http://www.ProQuest

Lang. R.H. and David N. Evans (2006) Models, Strategy and Methods for Effective Teaching Pearson A&B Boston New York San Fransisco


(41)

126

Lesperance.M.M (2008) ”The effect of Problem Based Learning (PBL) on Students Critical Thinking Skills” : http://www.ProQuest

Mahendra. A. dkk (2008) “The Implementation of Movement Problem-Based Learning : A Community-Based Action Research” Journal of Educationist vol II. No 1 januari 2008

McMillan.H. J and Sally Schumacher (2001) Research in Education Fifth Edition Longman New york Boston San Fransisco

Muslich Masnur (2007) KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstekstual Panduan bagi guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah Seri Standar Nasional Pendidikan Bumi Aksara

Nuriye .S. (September 2006)“ The Effect Problem Based Learning On The Critical Thinking of Students in The Intelectual and Etical Development Unit”: http://www.ProQuest

Ochoa. A.T. dan Jennifer Meta Robinson (2005). ” Revisiting Group Consensus: Collaborativre Leaning Dynamics During a Problem-Based Learning Activity in Education “: http://www.ProQuest

Overbaugh Richard C (2005) Problem Based Learning and Fourth Grade Who Really Benefits old Dominion University The Constructivist fall 2005 Vol 16 No 1 ISSN 1091-4072

Permana. J. (2010) Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah Sosial (Social Problem Based Learning Methods) Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan kepekaan Sosial Siswa Sekolah Dasar UPI tidak diterbitkan

Prayitno .E.(1989) Motivasi Dalam Belajar Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan jakarta

Rahman. B (2009) Pengaruh Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Model Games Terhadap Penguatan nilai Dan keterampilan Sosial Siswa UPI tidak diterbitkan

Rau, Dar-Chin dkk (2004) Four Phase to Construct Problem Based Learning instruction Materials International Confrence on Enginering Education October 16-21,2004, Gainessvile Florida

Reis Steven (2004) Mulrifaceted Nature of Instrinsic Motivation: The Theory of 16 Basic Desires The Ohio State of University


(42)

Savin-Baden. M and Claire Howel Major (tt) Foundation of Problem-Based Learning SRHE and Open University Press Imprint

Sudjana (1992) Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono ( 2002) Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Takidin (2010) Dampak Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Peningkatan Penguasaan konsep IPS dan Kemampuan Memecahkan Masalah Sosial Siswa UPI tidak diterbitkan

Thayeb M dkk (2002) IPS TERPADU untuk Sekolah Dasar Kelas V Tim Bina Karya Guru Penerbit Erlangga

Thomas. R.M. (1979) Comparing Theories of Child Developement University of California Santa Barbara

Trianto (2007) Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi konstruktivistik konsep, Landasan Teoritis- Praktis dan implementasinya Prestasi Pustaka Publisher

Van Cleaf .W. David(1991) Action in Elementary Social Studies Washburn university Toppeka, kansas Allyn and Bacon

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (2009) Pedoman Penulisan Karya Ilmiah


(1)

122 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dari keseluruhan proses penelitian ada beberapa hal yang dapat digaris bawahi sebagai makna yang terkandung dari temuan temuan dilapangan yang dapat dirinci sebagai berikut:

1. Profil motivasi instrinsik siswa yang berada pada kisaran rata-rata merupakan potensi alamiah yang dapat dikembangkan dengan penggunaan dan penerapan metode baru yang memerlukan pengkajian dan penelaahan lapangan yang komprehensif baik dari segi siswa, lingkungan maupun aspek-aspek terkait lainnya tak terkecuali metode pembelajaran berbasis masalah yang mempunyai karakter tersendiri yang memerlukan dukungan sistem, karena metode pembelajaran berbasis masalah mempunyai implikasi penilaian yang lebih menekankan pada proses daripada hasil.

2. Profil kemampuan berpikir kritis yang mayoritas berada pada kemampuan rata-rata, dengan beberapa anak berada pada level kemampuan tinggi dan rendah menunjukkan keberagaman kemampuan yang dapat ditingkatkan dengan menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif bagi adanya pengembangan yang mampu memfasilitasi semua level kemampuan. Dalam hal ini pembelajaran berbasis masalah mempunyai kemampuan untuk memfasilitasi keberagaman kemampuan tersebut.

3. Hasil penelitian ini menunjukkan pada setting penelitian ini metode pembelajaran berbasis masalah tak memberi pengaruh yang signifikan terhadap


(2)

peningkatan motivasi instrinsik (academic self conceipts) pada kelas perlakuan dibandingkan dengan kelas yang masih menggunakan metode lama. Hal ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwasannya metode pembelajaran berbasis masalah merupakan metode yang memerlukan pengkajian dan penelaahan komprehensif berulang-ulang untuk dapat memotivasi siswa.

4. Penerapan metode pembelajaran berbasis masalah telah secara signifikan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SDN Kiansantang dalam pembelajaran IPS, hal ini berarti metode tersebut mempunyai potensi yang kuat untuk melatih dan membimbing siswa sebagai pembelajar yang mandiri, berpijak pada asumsi bahwa metode pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah metode yang memberi ruang besar bagi siswa untuk mengelola dirinya sendiri. Dengan kata lain siswa dilatih untuk menggunakan skema berpikir yang dimilikinya untuk menilai, memilah dan memilih informasi yang bermanfaat bagi pemecahan masalah sehingga tumbuh konsep-konsep baru secara alamiah dalam diri siswa.

Meskipun demikian perlu ditekankan disini bahwasannya hasil penelitian ini sangat kontekstual artinya berkaitan erat dengan kondisi-kondisi real SDN kiansantang yang sedikit banyak memberi kontribusi pada hasil penelitian. Pada dasarnya metode pembelajaran berbasis masalah memiliki hal-hal yang berkaitan erat dengan peningkatan motivasi instrinsik, seperti tantangan, rasa ingin tahu, kerja sama persaingan dan pengakuan.


(3)

124

B. Rekomendasi

Berkenaan dengan kesimpulan di atas beberapa hal perlu digarisbawahi sebagai rekomendasi, yaitu sebagai berikut:

pertama, bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat dijadikan titik tolak perlunya diadakan pengkajian empiris yang lebih mendalam dan intensif tentang penerapan metode pembelajaran berbasis masalah berkaitan dengan motivasi instrinsik dan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPS.

Kedua, bagi praktisi pendidikan guru atau kepala sekolah, pembelajaran berbasis masalah akan memberi nuansa baru pada pembelajaran sesuai dengan tuntutan paradigma pembelajaran baru yang berpusat pada siswa sebagai metode alternatif untuk menjawab tantangan zaman.

Ketiga, bagi pengambil kebijakan,hal yang perlu direkomendasikan terkait dengan filosofis pembelajaran, yaitu bahwasannya pendidikan bukan untuk membekali siswa dengan jawaban terbaik untuk menghadapi permasalahan dalam hidupnya, akan tetapi pendidikan harus diarahkan pada bagaimana melatih siswa menemukan cara terbaik menjawab permasalahan, pembelajaran berbasis masalah merupakan wahana untuk mencapai tujuan tersebut.


(4)

125

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed Wondingu & Marjon Bruinsma (2006) A Structural model of Self-concept,

Autonomous Motivation and Academic performance in Cross-cultural Perspective Electronic journal of Research in Educational Psychology, No

10, vol 4 (3) 2006

Akdon (2007) Modul Aplikasi Statistika Dalam Pendidikan Program Magister Pendidikan Dasar SPS UPI 2007

Amir.T.M. (2009) Inovasi pendidikan Melalui Problem Based Learning

Bagaimana pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan Pen.

Kencana

Faccione Peter A & Noreen (2009) The Holistic Critical Thinking Scorring

Rubrik- HTCSR- A Tool for Developing and Evaluating Critical thinking

www.insightassessment.com

Fisher .A. (2001) Critical Thinking An introduction Press Syndicate of ThenUniversity of Cambridge The Pitt Building, Trumpington Street, Cambridge, United Kingdom

Furqon (2004) Statistika Terapan unutk Penelitian Alfabeta Bandung

Gall Meredith D dkk (2003) Educational Research An Introduction Seventh Edition A&B Boston New York

Guay F dkk (tt) Assesing Academic Motivation among Elementary School

Children: The Elementary School motivation Scale (ESMS) Self Research

Centre University of Western Sydney, Australia, Simon Laroseuniversite laval, Canada

Joyce.B dkk (2002) Models of Learning- Tools for Teaching Second Edition Open University Press Buckingham Philadelphia

Juhendi (2011) Dampak Model Perubahan Konseptual Melalui Diskusi Kelas

untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan kepekaan Sosial Siswa Sekolah Dasar Dalam Pembelajaran IPS UPI tidak diterbitkan

Karadens.S. (tt) The Turkish Adaptation Study Of Motivated Strategy For Learning Questionnare (MSLQ) For 12-18 Years old Children : Result of Confirmatory Factor Analysis http://www.ProQuest

Lang. R.H. and David N. Evans (2006) Models, Strategy and Methods for


(5)

126

Lesperance.M.M (2008) ”The effect of Problem Based Learning (PBL) on

Students Critical Thinking Skills” : http://www.ProQuest

Mahendra. A. dkk (2008) “The Implementation of Movement Problem-Based

Learning : A Community-Based Action Research” Journal of Educationist

vol II. No 1 januari 2008

McMillan.H. J and Sally Schumacher (2001) Research in Education Fifth Edition Longman New york Boston San Fransisco

Muslich Masnur (2007) KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan

Konstekstual Panduan bagi guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah Seri

Standar Nasional Pendidikan Bumi Aksara

Nuriye .S. (September 2006)“ The Effect Problem Based Learning On The

Critical Thinking of Students in The Intelectual and Etical Development Unit”: http://www.ProQuest

Ochoa. A.T. dan Jennifer Meta Robinson (2005). ” Revisiting Group Consensus:

Collaborativre Leaning Dynamics During a Problem-Based Learning Activity in Education “: http://www.ProQuest

Overbaugh Richard C (2005) Problem Based Learning and Fourth Grade Who

Really Benefits old Dominion University The Constructivist fall 2005 Vol

16 No 1 ISSN 1091-4072

Permana. J. (2010) Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah Sosial

(Social Problem Based Learning Methods) Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan kepekaan Sosial Siswa Sekolah Dasar UPI

tidak diterbitkan

Prayitno .E.(1989) Motivasi Dalam Belajar Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan jakarta

Rahman. B (2009) Pengaruh Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)

Model Games Terhadap Penguatan nilai Dan keterampilan Sosial Siswa

UPI tidak diterbitkan

Rau, Dar-Chin dkk (2004) Four Phase to Construct Problem Based Learning

instruction Materials International Confrence on Enginering Education

October 16-21,2004, Gainessvile Florida

Reis Steven (2004) Mulrifaceted Nature of Instrinsic Motivation: The Theory of


(6)

Savin-Baden. M and Claire Howel Major (tt) Foundation of Problem-Based

Learning SRHE and Open University Press Imprint

Sudjana (1992) Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono ( 2002) Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Takidin (2010) Dampak Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Peningkatan

Penguasaan konsep IPS dan Kemampuan Memecahkan Masalah Sosial Siswa UPI tidak diterbitkan

Thayeb M dkk (2002) IPS TERPADU untuk Sekolah Dasar Kelas V Tim Bina Karya Guru Penerbit Erlangga

Thomas. R.M. (1979) Comparing Theories of Child Developement University of California Santa Barbara

Trianto (2007) Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi konstruktivistik

konsep, Landasan Teoritis- Praktis dan implementasinya Prestasi Pustaka

Publisher

Van Cleaf .W. David(1991) Action in Elementary Social Studies Washburn university Toppeka, kansas Allyn and Bacon

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (2009) Pedoman Penulisan Karya


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS EKSPOSISI DAN BERPIKIR KRITIS : Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas X SMAN 19 Bandung.

0 4 49

EFEKTIFITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE DEBAT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: Studi Kuasi Eksperimen Siswa Kelas XI SMAN Labschool UPI Bandung.

0 0 30

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA MATERI GAYA MAGNET (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Jatimulya II dan SDN Jatimulya III Kecamatan Kasokandel Kabupaten Majalengka).

0 0 34

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SD PADA MATERI GAYA GESEK (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Parungjaya II dan SDN Ciparay I Kecamatan Leuwimunding Ka

0 0 30

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER MODEL TUTORIAL TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM: Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas V SD Negeri Gegerkalong KPAD Bandung.

0 0 50

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF SISWA :Studi Eksperimen Kuasi di SDN Cijati Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka.

1 13 42

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROSES BERPIKIR REFLEKTIF TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA : Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa salah satu SMP Negeri di Kota Banda Aceh.

0 1 65

PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PROSES BERPIKIR REFLEKTIF TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA :Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa salah satu SMP Negeri di Sungailiat.

0 0 53

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SOSIAL (SOCIAL PROBLEM BASED LEARNING METHODS) DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KEPEKAAN SOSIAL SISWA SEKOLAH DASAR (Studi eksperimen kuasi penerapan pembelajaran berbasis masalah sosial pada p

0 0 59

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

1 1 16