Problematika Standarisasi Pendidikan pad. ppt

08

Selama Perkuliahan Berlangsung,
setiap alat telekomunikasi, semisal HP wajib dimatikan.
(amanat kode etik mahasiswa)

mata kuliah : Kapita Selekta Pendidikan (KSP)

PROBLEMATIKA STANDARISASI PENDIDIKAN PADA MADRASAH DAN S
Ali Rohmad – 2015 M - Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

‫دينكم ولي دين‬
‫لكم ل‬
selalu bertoleransi

‫ن الدين عند الله اﻹسلما‬
‫إ ن‬

selalu fanatik berIslam


07Problematika Standarisasi Pendidikan
pada Madrasah dan Sekolah
1. Karakteristik generasi muda penentu masa
depan berbangsa-bernegara.
2. Latar standarisasi pendidikan.
3. Makna standarisasi pendidikan.
4. Cita (tujuan, urgensi) standarisasi
pendidikan.
5. Realita standarisasi pendidikan.
6. Problem standarisasi pendidikan.
7. Implikasi standarisasi pendidikan.
8. Penyebab standarisasi pendidikan.
9. Solusi

Makna Standarisasi
1. Standar : ukuran tertentu yang
dipakai sebagai patokan; ukuran atau
tingkat biaya hidup; sesuatu yang
dianggap tetap nilainya sehingga
dapat dipakai sebagai ukuran nilai

(harga).
2. Standarisasi : penyesuaian bentuk
(ukuran, kualitas, dsb) dengan
pedoman (standar) yang ditetapkan;
pembakuan.
Tim, KBBI, 4th ed, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, h. 961-962.

Makna Standarisasi Pendidikan
Dalam rangka mewujudkan visi dan
menjalankan misi pendidikan nasional,
diperluakan suatu acuan dasar
(benchmark) oleh setiap
penyelenggara dan satuan pendidikan ,
yang meliputi kriteria minimal
berbagai aspek yang terkait dengan
penyelenggaraan pendidikan. … Acuan
dasar tersebut di atas merupakan
standar nasional pendidikan.
Standarisasi Pendidikan adalah … ?
Vide, Penjelasan PP 19-2005, pada 1. Umum paragraf ke tujuh : Keempat : dalam rangka … .


Standarisasi Islamiy
1. Disiplin ilmu Tauhid : sifat Allah swt, … .
2. Disiplin ilmu Fiqh : syarat-rukun
khuthbah Jum’at, … .
3. Disiplin ilmu Akhlaq : karimahmadzmumah.
4. Standar kehidupan musliminmuslimat : sosok anbiyak.
5. Standar kehidupan umat Islam :
aplikasi piagam Madinah.

Dampak Standarisasi terhadap User ?

Materialis

Standarisasi

Kepuasan user
Kesenangan user

Komparasikan !


Islamiy

Kemanfaatan user
Keberkahan user
Bukan kerusakan (‫مفسدة‬

Cermati Standarisasi Pendidikan pada :
1. Pondok Pesantren “Darussalam”
Gontor Ponorogo Jawa Timur.
2. Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an.
3. …

di sana ditegakkan perjuangan yang tidak kenal lelah
demi mewujudkan “sesuatu” yang dibanggakan semua p

Latar Standarisasi dalam Era Globalisasi
Dunia dewasa ini merupakan dunia modern dalam era
globalisasi. Dunia yang mengglobal berarti dunia yang
menghilangkan batas-batas geografinya. Globalisasi

merupakan kompresi dari tempat dan waktu. Bahkan
kini orang berbicara kehidupan cyber yang tidak
mengenal batas-batas ruang dan waktu. Di dalam
dunia yang mengglobal tersebut terjadi arus barang
dan jasa tanpa batas. Sudah tentu di dalam dunia
yang mengglobal demikian muncul berbagai konsep
untuk mengatur lalu lintas barang dan jasa tersebut
agar lebih bermanfaat bagi umat manusia. Barangbarang dan jasa yang dapat dikatakan bebas
memasuki berbagai penjuru planet bumi ini
memerlukan ukuran-ukuran tertentu atau standarstandar tertentu.
H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, 1st ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006, h. 40-41.

Seperti kita lihat standar-standar
tersebut mulai diatur oleh
International Standardization
Organization (ISO) dan perdagangan
dunia diatur oleh World Trade
Organization (WTO) bukan hanya
mengatur perdagangan produkproduk industri tetapi juga produkproduk jasa seperti pendidikan.


H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, 1st ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006, h. 41.

Standar telah merupakan suatu pegangan dari
dunia konsumen begitu pula di dalam servis
memerlukan standar-standar yang memuaskan
pelanggan. Oleh sebab itu para pelaksana di
dalam servis tersebut harus memiliki
kompetensi-kompetensi sesuai dengan standar
yang telah disepakati. Dengan demikian kedua
konsep tersebut saling berkaitan, pada standar
yang dilaksanakan oleh para pelaksana yang
mempunyai kompetensi agar supaya produk
atau servis yang dilaksanakannya dapat
memberikan hasil sesuai dengan kebutuhan
atau memenuhi serta memuaskan kebutuhan
pelanggan.
H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, 1st ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006, h. 41-42.

Keburukan Standarisasi di Era Globalisasi :
kapitalis,reifikasi

Dapat dikatakan dunia dewasa ini sedang kegilaan dalam
standar dan kompetensi. Namun terdapat bahayabahaya yang terselip di dalam gerakan standarisasi dan
kompetensi tersebut. Telah kita lihat di dalam
perkembangannya secara teknologis tidak ada standar
yang obyektif. Standar berkaitan dengan pengetahuan
dan persepsi manusia, persepsi para pelanggan.
Pengetahuan dan persepsi pelanggan secara tidak
sadar dikuasai oleh dunia permodalan. Modal-modal
besar yang membentuk transnasional organization
dalam dunia bisnis ternyata telah menguasai selera
para pelanggan. … Di mana-mana dan di berbagai
aspek kehidupan telah merasuk budaya cepat saji,
efisiensi, sekularisasi sebagai kelanjutan dari proses
modernisme yang muncul sejak abad Aufklärung
(reanaisance-pen.).
H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, 1st ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006, h. 42.

Prinsip efisiensi dan cepat saji juga telah
memasuki dunia pendidikan yang
kehilangan rohnya atau kehilangan

jiwanya. Pendidikan tidak lagi bertumpu
kepada idealisme untuk menguasai dan
mengembangkan ilmu pengetahuan
untuk kemanusiaan, tetapi ilmu
pengetahuan mengikuti perkembangan
yang sesuai dengan selera pasar modal,
transnational corporation, kehidupan
yang dangkal karena kekurangan
pertimbangan moral.
H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, 1st ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006, h. 42.

Progress (kemajuan) ditandai oleh
standar yang terus menerus
meningkat, sayangnya bukan
untuk kepentingan rakyat
banyak, tetapi untuk
kepentingan dunia permodalan
yang kuat alias kapitalisme.

H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, 1st ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006, h. 43.


MATERIALISME
SEKULARISME

.

KAPITALISME

PASAR

dunia vs akhirat
manusia vs Tuhan
akal vs wahyu
negara vs agama
Rasionalisme-Empirisme
Liberalisme-Hedonisme
Pragmatisme-positivisme
all can be measured

SOSIALISME


BIROKRASI

STANDARISASI
SELERA
KONSUMEN/USER

Pendidikan di NKRI
?

Proses pendidikan harus mencakup : (1) penumbuhkembangan keimanan,
qwaan; (2) pengembangan wawasan kebangsaan, kenegaraan, demokrasi,
dan kepribadian; (3) penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi;
(4) pengembangan penghayatan, apresiasi, dan ekspresi seni;
(5) pembentukan manusia yang sehat jasmani dan rohani.
Penjelasan PP 19-2005 1. Umum paragraf ke lima.

.

NEGARA

PEMERINTAH RI
DINAMIKA
INTERNAL RI

PROKLAMASI
PANCASILA
UUDRI-1945

DINAMIKA
GLOBALISASI

STANDARISASI
PENDIDIKAN RI
(pro vs kontra)
FUNGSI PENDIDIKAN
(RESEPTIF-DIREKTIF)

Lulusan IESQ :
Pancasilaistik
Adaptif
Antisipatif … dst

sbg alat
CITA-CITA
BER-NKRI

Standarisasi pendidikan NKRI bukan hanya demi “selera user”, tetapi wajib de
menggapai “cita-cita ber-NKRI” sebagai diamanatkan dalam pembukaan UUD-

Urgensi standarisasi pendidikan :
1. Tuntutan politik : NKRI mengharuskan setiap warga
negara memiliki visi kenegaraan dan patriotik yang
sama untuk kohesi sosial mempertahankan negara.
2. Tuntutan kamajuan : setiap negara bercita-cita
memiliki martabat sebagai negara maju, tidak
tertinggal dari yang lain. Maka harus tersedia SDM
yang berkualitas tinggi.
3. Tuntutan globalisasi : setiap warga dunia harus
saling bekerja-sama sekaligus bersaing antara
bangsa, sehingga masing-masing harus secara
terus-menerus meningkatkan kemampuan diri.
4. Standarisasi pendidikan : berfungsi pemetaan
masalah dan strategi pengembangan.

H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, 1st ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006, h. 76-77.

Maksud Standarisasi Nasional
Pendidikan :
Standar nasional pendidikan memuat
kriteria minimal tentang komponen
pendidikan yang memungkinkan
setiap jenjang dan jalur pendidikan
untuk mengembangkan pendidikan
secara optimal sesuai dengan
karakteristik dan kekhasan
programnya.
Vide, Penjelasan PP 19-2005, pada 1. Umum paragraf ke sembilan.

Mengapa standar minimal ?

MII

3. INNOVATE

2. IMPROVE

1. MAINTAIN

H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, 1st ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006, h. 39.
International Standardization Organization (ISO 9000)

Komponen besar penentu standar
pendidikan :
1. Standarisasi kurikulum (Standar
Isi)
2. Standarisasi performance
(standar proses)
3. Kesempatan belajar

H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, 1st ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006, h. 79-80.

Karakteristik generasi muda penentu masa
depan masyarakat-bangsa-negara Indonesia
harus dipersiapkan melalui pendidikan
nasional (madrasah dan sekolah).
Pendidikan Islamiy di NKRI harus
mengembangkan potensi peserta-didik
Indonesia agar menjadi generasi masa
depan yang menguasai multi-kecerdasan
dan berkepribadian Islamiy-Pancasilaistik
serta beretos-kerja untuk mendinamisasikan
kebudayaan (iptek, politik, ekonomi, sosial,
seni, …).

Ketika masyarakat Indonesia dilanda gelombang
globalisasi di dalam dunia yang terbuka dan rata
(flat) maka orang mulai berbincang dan
membandingkan kualitas kehidupan masyarakat
dengan bangsa-bangsa lain. Membandingkannya
dengan bangsa yang lain tidak terlepas dari
ukuran atau standar yang digunakan dalam
perbandingan itu. … Dunia pendidikan tidak
terlepas dari goncangan arus standarisasi
tersebut. Kualitas pendidikan Indonesia dianggap
berada di bawah standar dengan menggunakan
standar dengan epistema ekonomi sebagai
patokan h. x.

H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, 1st ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006.

Namun kualitas pendidikan tidak dapat
semata-mata diukur dari epistema
ekonomi tetapi juga dari epistema
politik -kesatuan nasional, epistema
sosial budaya -kohesi sosial dari
suatu masyarakat, dan khususnya
epistema pedagogis yaitu mengenai
kepentingan peserta didik h. x.

H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, 1st ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006.

Standar dan kompetensi
pendidikan, termasuk Ujian
Nasional, ternyata mempunyai
akar yang mendasar dalam
filsafat pendidikan, politik dan
ideologi di dalam kehidupan
bermasyarakat h. x.

H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, 1st ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006.

Era reformasi menuntut pelaksanaan demokrasi dalam
kehidupan bermasyarakar, menggantikan cara
hidup (ala orde baru, pen.) yang didasarkan kepada
stabilitas keamanan, dan pemerataan diganti
dengan kebebasan individu. Peralihan kehidupan
bermasyarakat dari masyarakat yang otoriter
kepada masyarakat yang bebas, sayang sekali
akhir-akhir ini berada di dalam kondisi kebablasan,
sehingga tidak jarang terjadi hal-hal yang positif
yang telah tercapai sebelumnya turut menjadi
korban dari keinginan untuk membebaskan diri. …,
kehidupan demokrasi bukan hanya menuntut
pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi juga harga
diri dan kemampuan manusia Indonesia yang tidak
kalah dengan kemajuan bangsa-bangsa yang lain h.
11.
H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, 1st ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006.

Dunia modern dewasa ini dikuasai oleh
pandangan dunia yang materialistik
yaitu didominasi oleh kehidupan
ekonomi. Makna kehidupan
ditentukan oleh nilai ekonomi yang
dapat dinikmati atau diperoleh para
anggotanya. Demikian pula berbgai
sektor kehidupan diukur dengan
nilai-nilai ekonomis. Pemikiran
ekonomi materialistis juga memasuki
dunia pendidikan nasional h. 12.
H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, 1st ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006.

Standarisasi pendidikan = reifikasi
Standarisasi pendidikan sebagai
proses reifikasi pendidikan :
membendakan segala sesuatu dan
dijadikan objek yang dapat diukur
untuk dapat memenuhi tuntutantuntutan tertentu, yaitu kompetensikompetensi yang dapat diukur demi
peningkatan efisiensi dan
produktivitas yang semakin tinggi
sesuai dengan selera konsumen.

Vide, H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, 1st ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006, h. 19-

Gerakan standarisasi pendidikan, disertai dengan
berbagai jenis kompetensi untuk memenuhi
tuntutan berbagai standar tersebut telah
memasuki proses pendidikan seperti yang kita
lihat dewasa ini dalam dunia pendidikan nasional.
BSNP kini menampakkan wajahnya sebagai suatu
organisasi industri pendidikan yang menentukan
standar seperti standar isi, standar kelulusan,
standar kurikulum dari berbagai jenis dan jenjang
pendidikan. Pendidikan telah dijadikan sebagai
suatu industri h. 21.

H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, 1st ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006.

Standarisasi, penguasaan berbagai jenis
kompetensi demi untuk mencapai kualitas dari
hasil produksi industri pendidikan merupakan
buah pemikiran organistik dari pengembangan
ilmu pengetahuan dalam era modernisasi. Tetapi
sebenarnya prediksi-prediksi yang optimis dari
kemajuan ilmu pengetahuan rasio manusia hanya
menghasilkan suatu dunia yang tidak menentu
atau penuh resiko yang berakibat kehancuran
dari kebudayaan … (jika mengesampingkan suara
hati nurani, pe.) h. 24

H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, 1st ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006.

Pendidikan nasional Indonesia kehilangan rohnya h. 14.
Kebutuhan yang esensial adalah perlunya
dikembangkan rasa persatuan dari setiap insan
Indonesia, ialah adanya “kohesi sosial” yang perlu
dikembangkan sejak dini dari setiap generasi muda
Indonesia. Dewasa ini kohesi sosial mulai retak
sehingga masing-masing memikirkan kepentingan
diri sendiri, kelompok sendiri, etnis sendiri dan tidak
lagi memikirkan mengenai kesatuan nasional yang
merupakan modal di dalam kehidupan bersama
bangsa Indonesia seterusnya h. 15.
Paradigma politik praktis, paradigma teknologi,
paradigma ekonomi materialistik telah
mempersempit tujuan pendidikan .
H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, 1st ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006.

Kekuasaan politik dikuasai oleh
sekularisme yaitu bagaimana
mengumpulkan kekuasaan atas nama
rakyat untuk menjamin kelanggengan
struktur kekuasaan yang
menguntungkan kelompok yang
berkuasa. … Bahkan juga ilmu
pengetahuan yang obyektif sebenarnya
tidak ada lagi karena ilmu pengetahuan
itu sendiri terjebak dengan kepentingan
kekuasaan yang berlaku di dalam suatu
masyarakat h. 32.
H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, 1st ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006.

Jadi berbicara mengenai standar
pendidikan nasional Indonesia
barangkalai baru dapat dilaksanakan
dalam jangka waktu 5-10 tahun yang
akan datang.

Benarkah ???, Mengapa !!!
H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, 1st ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006, h. 81.

Di samping pendapat yang optimis
tentang manfaat standarisasi tidak
kurang pula pendapat-pendapat
yang menentang standarisasi
pendidikan atau setidak-tidaknya
memberikan aba-aba untuk berhatihati mengenai konsekuensi
standarisasi di dalam proses
pendidikan.

H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, 1st ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006, h. 131.

Pro-Standarisasi Pendidikan ajukan syarat :
1. Standarisasi oleh stakeholders (orang-tua dan
guru) → komite mad-sek dan dewan pendidik, bukan oleh
birokrasi.
2. Penetapan KTSP ikut-sertakan para pakar
kurikulum.
3. KTSP ditindak-lanjuti oleh para pendidik profesional.
4. Kemajuan peserta-didik sebagai proses
berkesinambungan harus ditangani oleh para
pendidik yang menguasai proses evaluasi
pendidikan.
5. Standar memberi kesempatan yang sama untuk
semua peserta didik (tidak diskriminatif) dan harus
menjamin studi lanjut dan atau bekerja.

H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, 1st ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006, h. 132-135.

Kontra-Standarisasi Pendidikan ajukan argumen :
1. Standarisasi pendidikan banyak dipengaruhi
keputusan bisnis dan politik praktis serta birokrasi.
2. Standarisasi pendidikan dapat merupakan suatu
bentuk penipuan terselubung (kualitas pendidikan
hanya sebagai kedok komersilisasi pendidikan).
3. Standarisasi pendidikan harus dimaknai sebagai
pengentasan kemiskinan dan kebodohan.
4. Standarisasi pendidikan harus diikuti oleh kontrol
secara berimbang oleh masyarakat lokal dan negara.
5. Standarisasi pendidikan harus dijadikan pemetaan
masalah pendidikan secara nasional.
6. Standarisasi pendidikan harus menghadirkan evaluasi
pendidikan bersinambungan melalui test dan non-test.

H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, 1st ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006, h. 135-138.

Badan Standar Nasional Pendidikan
PP 19-2005 SNP psl 1.22. BSNP adalah
badan mandiri dan independen yang
bertugas mengembangkan,
memantau pelaksanaan, dan
mengevaluasi standar nasional
pendidikan.

Ini artinya lembaga tersebut terlepas dari campurtangan secara langsung atau tidak dari
pemerintah. Tetapi kenyataannya kita lihat BSNP
merupakan anak kandung dari birokrasi
pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan
Nasional. Di negara-negara maju lainnya lembaga
sejenis BSNP dikenal dalam bentuknya sebagai
komisi nasional atau lembaga-lembaga yang
dibentuk oleh organisasi profesional guru. Para
guru inilah yang mengetahui standar apa yang
dibutuhkan oleh sekolah dan bukan ditentukan
oleh satu badan yang berpretensi sebagai
kumpulan para ahli pendidikan yang mengatur
berbagai aspek dari pendidikan. BSNP telah
merupakan gurita kekuasaan pendidikan.
H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, 1st ed, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006, h. 172.

Banyak kalangan mempertanyakan kemandirian
BSNP karena proses seleksi, pengangkatan,
sampai pemberhentiannya dilakukan oleh
Mendiknas. Dengan demikian, ada semacam
keanehan bahwa badan tersebut sudah terbentuk
sebulan sebelum PP diterbitkan dan Mendiknas
telah menunjuk orang-orangnya yang waktunya
beriringan dengan waktu penyelenggaraan Ujian
Nasional. Tidak heran kalau banyak yang
menuding bahwa kebijakan ini merupakan
konspirasi birokrasi pendidikan karena prosesnya
tidak sesuai dengan yang seharusnya dilakukan
untuk membentuk sebuah badan yang kemudian
membentuk badan yang bersifat independen.
Mustofa Rembangy, Pendidikan Transformatif, 1st ed, Teras, Yogyakarta, 2008, h. 58.

Problematika
Standarisasi Pendidikan

1. Pemahaman filosofis
materialistik

2. Pemahaman sistemik
individualistik

3. Implementasi

lipstik

4. Corporation

ISO cs

Solusi pada satpendasmen :
DEWAN PENDIDIK

KEPALA
SATPENDASMEN

STAKEHOLDERS

KOMITE MAD-SEK

Standarisasi Pendidikan

Standar : isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarpras, pengelolaan, pem
penilaian. UU 20-2003 Sispenas psl 35 (2) snp digunakan sbg acuan pengembangan kurik
tenaga kependidikan, sarpras, pengelolaan, dan pembiayaan.

SILAKAN DIPERTEGAS
01. das Sollen :
02. das Sein :
03. Fenomena :
04. Jenis problem :
05. Kerugian dari problem :
06. Skala problem :
07. Kategori problem :
08. Penyebab dari problem :
09. Alternatif solusi dalam era otoda:
10. Strategi penerapan setiap alternatif solusi :
11. Implikasi dari setiap alternatif solusi :