PELATIHAN TARI BAGI ANAK-ANAK SEKOLAH DASAR DI SANGGAR DEDE NONO RUKMANA KABUPATEN KUNINGAN.

(1)

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... PERNYATAAN ...

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Asumsi Penelitian ... 11

F. Metode Penelitian ... 12

G. Subjek Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN TEORETIS ... 14

A. Pelatihan ... 14

B. Seni Tradisi ... 15

C. Seni Tari... ... 20

D. Tari dalam Fungsi Pendidikan ... 25

E. Seni Pertunjukan Masyarakat ... 25

F. Fungsi Seni Pertunjukan Masyarakat... 29

G. Pengelolaan Sanggar ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Metode Penelitian ... 33

B. Definisi Operasional ... 38

C. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 39

D. Prosedur Penelitian ... 39


(2)

A. Latar Belakang Terbentuknya Sanggar Dede Nono Rukmana ... 49

1. Piagam dan Penghargaan Sanggar ... 55

2. Daftar prestasi di bidang kesenian ... 56

3. Pengalaman-pengalaman pentas ... 57

B. Proses Pelatihan Tari Bagi Anak-anak Sekolah Dasar di Sanggar Dede Nono Rukmana Pembahasan Hasil Penelitian ... 63

1. Pelatihan Tari Secara Umun... ... 67

2. Kegiatan Pelatihan Tari ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

A. Kesimpulan………..… .... 83

B. Saran... ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86


(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan zaman yang ditandai dengan munculnya kemajuan teknologi dan informasi yang semakin pesat membuat kehidupan manusia menjadi serba mudah. Salah satunya adalah akses informasi dan komunikasi kini dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone dan internet. Manusia dapat berbagi, bertukar informasi, dan melakukan komunikasi dalam jarak yang jauh sekalipun dengan mudah dan cepat. Inilah salah satu dampak positif dari kemajuan teknologi dan informasi yang dapat kita rasakan bersama.

Kebutuhan akan informasi saat ini memang tidak dapat dielakkan dalam

kehidupan manusia. Informasi saat ini menjadi “barang” yang sangat penting bagi

kebutuhan hidup manusia. Betapa tidak, orang yang ingin mendapatkan suatu pekerjaan atau melakukan transaksi bisnis dengan cepat dan mudah, salah satunya adalah dengan kemudahan akses informasi dan komunikasi yang sangat diperlukan. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan rasanya untuk dikatakan bahwa manusia sekarang ini telah memasuki era teknologi informasi.

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang kita rasakan sekarang ini, nampaknya tidak bisa dipungkiri terdapat dampak negatifnya bagi manusia. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat memanjakan manusia, membuat segala sesuatunya dapat dilakukan serba cepat dan instan. Namun, hal


(4)

tersebut justru berdampak negatif pada hubungan interpersonal manusia. Kini, dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi cenderung membuat manusia malas berkomunikasi atau berinteraksi tatap muka secara langsung. Orang lebih menyukai menggunakan fasilitas SMS (Short Message Service), chatting, dan sebagainya, ketimbang melakukan komunikasi dan interaksi tatap muka secara

langsung. Walaupun hal tersebut bukanlah sesuatu yang “haram” dilakukan, tetapi hubungan interpersonal secara langsung memiliki manfaat yang baik bagi kehidupan manusia.

Komunikasi atau interaksi face to face (tatap muka) langsung memiliki manfaat bagi yang melakukannya. Manfaat itu, di antaranya adalah keakraban dan kedekatan hubungan di antara orang yang melakukannya akan terasa lebih intim jika dibandingkan dengan interaksi atau komunikasi melalui handphone, internet, dan alat teknologi lainnya yang tidak dilakukan langsung secara tatap muka. Selain itu, secara sosial, orang yang sering melakukan interaksi tatap muka secara langsung atau silaturahmi, memiliki rasa empati yang lebih, kasih sayang, dan pengertian terhadap orang lain.

Itulah mengapa Rasulullah Saw menekankan pentingnya silaturahmi sebagai bentuk interaksi dan komunikasi tatap muka secara langsung. Selain memanjangkan umur, silaturahmi atau interaksi secara langsung yang ditekankan oleh Rasulullah Saw dapat menimbulkan rasa kasih sayang di antara sesama manusia.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang kian pesat seperti sekarang ini, ternyata berdampak pula pada banyak sendi kehidupan manusia.


(5)

Selain berdampak negatif seperti pada hubungan interpersonal yang telah disebutkan di atas, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memiliki pengaruh negatif, misalnya pada bidang seni tradisi dan budaya Indonesia. Pada bidang seni tradisi, khususnya, generasi muda bangsa kurang memiliki perhatian yang lebih pada kesenian-kesenian tradisi sebagai warisan budaya bangsa yang telah tertanam sejak lama. Hal tersebut dikarenakan generasi muda seolah-olah teralihkan kepada perkembangan teknologi yang serba canggih.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah arus modernisasi dan masuknya budaya-budaya Barat yang kian gencar menghantam negeri ini. Dapat kita saksikan di televisi, koran maupun internet, musik-musik dan cara berpakaian ala Barat dengan mudahnya ditiru oleh generasi kalangan muda Indonesia. Hal itu tentunya sangat memprihatinkan kita semua. Kekayaan seni dan budaya sendiri seharusnya lebih dicintai dan dijadikan sebagai identitas yang membedakannya dengan kebudayaan negara lain, khususnya oleh kalangan muda sebagai generasi penerus bangsa.

“Segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri”. (Herskovits dan Malinowski dalam Mujianto et.all, 2010:1-2). Pengertian mengenai budaya tersebut, yakni menekankan bahwa budaya di dalam suatu masyarakat akan memiliki ketahanan jika masyarakat dengan kebudayaannya tersebut mau mempertahankannya sekalipun tantangan zaman menerpanya. Dengan demikian, walaupun perkembangan teknologi yang semakin pesat ditambah dengan modernisasi yang masuk ke dalam negeri, masyarakat pecinta tradisi dan budaya


(6)

Indonesia akan tetap mempertahankan nilai-nilai yang dianutnya sejak lama. Meskipun hal tersebut dilakukan berhadapan dengan tantangan zaman yang berkembang kian pesat.

Salah satu budaya yang kini menghadapi tantangan globalisasi adalah seni tari. Seni tari, baik yang tradisional maupun yang telah mengalami perubahan bentuk atau yang disebut tari kreasi baru menghadapi tantangan kemajuan zaman yang begitu pesat. Seni tari tradisi maupun yang sudah mengalami perubahan bentuk (seni tari kreasi baru) yang merupakan warisan budaya leluhur adalah

“segala bentuk seni yang secara kuat dirasakan sebagai terusan atau kelanjutan

dari bentuk yang lalu”. (Mardimin, 1994:145). Kesenian tari yang kini menghadapi ancaman arus globalisasi dan modernisasi, tentunya membutuhkan upaya pelestarian, guna menjaga keberlangsungannya di tengah-tengah masyarakat. Melestarikan kesenian bukan berarti membiarkannya tetap tidak berubah. Seiring perubahan zaman yang begitu pesat, upaya menyesuaikan diri dengan zamannya adalah bentuk dari usaha melestarikan kesenian tari.

Pelestarian kesenian tentunya dilakukan oleh seniman yang mempunyai tekad dan usaha yang gigih untuk terus berusaha mempertahankan seni-seni tradisi yang menghadapi tantangan era teknologi informasi dan komunikasi. Salah satu upaya dalam melestarikan kesenian tradisi adalah melalui pendidikan non formal. Pendidikan non formal dirasakan memberikan ruang dan waktu yang lebih banyak bagi anak didik dalam mengembangkan bakat dan kemampuannya berkesenian.


(7)

Sementara, pendidikan formal terkendala ruang dan waktu, karena banyaknya pelajaran-pelajaran lain yang harus diikuti. Selain itu, seni tari tradisi dalam pendidikan formal di sekolah-sekolah kurang begitu mendapat perhatian. Hal tersebut, disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya guru kurang memberikan ruang apresiasi sebagai pengalaman dasar, dan faktor guru seninya adalah guru kelas yang bukan berlatar belakang guru seni.

Pada akhirnya, pendidikan seni tari di sekolah tidak terlaksana dengan baik, karena sarana dan prasarananya yang kurang memadai untuk proses belajar mengajar seni tari. Sehingga pelestarian serta pengembangan bakat dan potensi anak didik dalam berkesenian melalui jalur pendidikan formal dirasakan kurang efektif dan lambat.

Sebaliknya, pada pendidikan non formal seperti kegiatan kesenian di sanggar-sanggar justru kini dipercaya masyarakat sebagai tempat mengembangkan diri, menggali potensi, menyalurkan hobi di bidang tari. Pada umumnya sanggar-sanggar tari jarang sekali melibatkan anak-anak dalam kegiatan pertunjukan, namun sanggar tari yang peneliti teliti ini terdapat kelas-kelas pembelajaran mulai dari anak-anak hingga remaja. Mereka mendapatkan pengajaran, pengalaman, serta dapat mengembangkan potensinya melalui kurikulum yang telah dirancang.

Sanggar seni tentunya mempunyai program-program kegiatan yang dapat menunjang keberlangsungan dan berkembangnya sebuah sanggar. Kegiatan tersebut dapat dilakukan, misalnya dengan adanya penerapan tari melalui proses latihan yang rutin, mengadakan pertunjukan tari, kegiatan yang bersifat proyek,


(8)

dan lain sebagainya. Dengan demikian peran manajemen sangat penting untuk mengatur sebuah program kegiatan di sanggar.

Dalam pengelolaan sanggar tentu bervariatif, kegiatan tersebut dilakukan untuk mengembangkan daya kreativitas dalam berkarya seni, meningkatkan kemampuan para seniman, serta tempat bertukar ilmu. Pada kenyataannya, sanggar-sanggar tari kurang mendapat perhatian dari pemerintah terkait. Padahal, kehadiran sanggar sangat membantu masyarakat yang ingin mengembangkan bakat dan kemampuannya di bidang seni. Hal itu terbukti dengan tidak adanya pembelajaran tari di sekolah formal, yakni anak-anak usia dini bisa berlatih mengembangkan bakat dan kemampuannya melalui pendidikan non formal di sanggar, dan hasil pembelajaran yang diperoleh bisa untuk melanjutkan kuliah seperti ke Jurusan Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung (STSI) atau Institut Seni Indonesia (ISI).

Pelaksanaan program kegiatan yang dilaksanakan dalam sanggar seni sangat fleksibel, seperti menyangkut prosedur administrasi, pengadaan sertifikat, pembelajaran yang menyangkut metode pembelajaran hingga evaluasi dan sebagainya, sehingga antara sanggar seni satu dengan lainnya memiliki peraturan yang belum tentu sama. Karena didirikan secara mandiri, sanggar seni biasanya berstatus swasta, dan untuk penyetaraan hasil pendidikannya harus melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau Pemerintah Daerah agar bisa setara dengan hasil pendidikan formal.

Upaya pelestarian dan pengembangan seni tari melalui pendidikan non formal dalam konteks penelitian peneliti, yakni dilakukan di Sanggar Dede Nono


(9)

Rukmana (DNR), yang terdapat di Kabupaten Kuningan. Sanggar Dede Nono Rukmana diresmikan pada tanggal 19 September 1996. Dede Nono Rukmana merupakan pendiri sekaligus pemimpin sanggar yang dikenal dengan nama

“DNR”. Adapun kegiatan di Sanggar Seni Dede Nono Rukmana, di antaranya adalah seni tari, seni lukis, puisi, dan workshop perkusi. Dengan demikian, Dede Nono Rukmana tidak hanya membatasi satu jenis kesenian saja, tetapi ia memfasilitasi serta membimbing peserta didiknya dalam mengembangkan bakat dan potensinya dengan beragam jenis kesenian, baik itu yang tradisional maupun modern. Bentuk kepedulian Dede Nono Rukmana terhadap kesenian, khususnya seni tradisi hingga kini masih dirasakan. Sebab, sanggar yang telah berdiri sejak 16 tahun yang lalu, hingga kini masih eksis, dan terus mengadakan aktivitas keseniannya.

Sanggar Dede Nono Rukmana (DNR) dalam kegiatannya memiliki kurikulum yang dikemas dalam program kegiatan di antaranya, pertama, program pengabdian kepada masyarakat dengan cara menyelenggarakan pelatihan tari bagi anak-anak di sanggar maupun kerjasama dengan beberapa sekolah di Kuningan, dan sebagai evaluasi akhir mengadakan festival pertunjukan tari anak-anak. Kedua, pelatihan tari untuk remaja evaluasinya sebuah pertunjukan rutin tiap akhir tahun.

Tujuan mengadakan festival pertunjukan tari anak-anak adalah semata-mata untuk memberikan pengalaman pentas, melatih mental dalam menampilkan kemampuanya yang ditonton orang banyak. Selain itu, mereka dapat mengenal dunia panggung, serta mengembangkan kemampuan dan prestasi anak melalui


(10)

pertunjukan tari. Dengan demikian, antusiasme anak-anak terhadap seni tari diharapkan semakin tinggi, sehingga kehadirannya di tengah-tengah masyarakat semakin dekat dan dicintai.

Peneliti memfokuskan penelitian ini pada pelatihan seni tari yang diperuntukkan bagi anak-anak sekolah dasar di Sanggar Dede Nono Rukmana. Hal tersebut dikarenakan, pelatihan tari bagi anak-anak ada tindak lanjutnya, yakni dengan mengikuti festival pertunjukan tari. Sementara, pelatihan kesenian lainnya tidak ada tindak lanjut untuk mengikuti program festival kesenian.

Pada pelatihan tari anak-anak yang kemudian dilombakan pada festival pertunjukan tari, tentunya harus dilalui dengan latihan keras dan sungguh-sungguh. Selain itu, pelatihan seni tari bagi anak-anak sekolah dasar di Sanggar Dede Nono Rukmana tentunya memiliki program, metode, dan sistem pelatihan yang telah dirancang sedemikian rupa, yang bertujuan untuk menghasilkan anak didik yang berprestasi. Adapun seni tari yang dipelajari di Sanggar Dede Nono Rukmana, yakni tari logay tren, tari Cingcowong, komposisian, dan tari upacara adat.

Atas dasar itu, peneliti ingin mengetahui lebih jauh lagi mengenai pelatihan tari bagi anak-anak, sebagai bagian dari upaya pelestarian kesenian tradisional. Dengan latar belakang tersebut, peneliti menyimpulkan judul skripsi

“Pelatihan Tari Bagi Anak-Anak Sekolah Dasar Di Sanggar Dede Nono Rukmana


(11)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah latar belakang terbentuknya Sanggar Dede Nono Rukmana di Kabupaten Kuningan?

2. Bagaimanakah proses pelatihan tari dan materi apa saja yang diberikan bagi anak-anak sekolah dasar di Sanggar Dede Nono Rukmana Kabupaten Kuningan?

C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum

Memotivasi dan memberi pencerahan dalam pelestarian tari bagi regenerasi penerus seni, merangsang kreativitas seni di kalangan pelajar dan mahasiswa khususnya, serta masyarakat pada umumnya dan mendorong kita semua sebagai calon pendidik agar mau terjun melatih di lembaga formal maupun non formal. Hal ini merupakan bentuk tanggung jawab warga negara untuk turut serta mengembangkan kehidupan berkesenian.

2. Tujuan Khusus

a. Mendekripsikan latar belakang terbentuknya Sanggar Dede Nono Rukmana di Kabupaten Kuningan.

b. Mendeskripsikan proses pelatihan seni tari dan materi tarian yang dipelajari anak-anak sekolah dasar di Sanggar Dede Nono Rukmana di Kabupaten Kuningan.


(12)

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna bagi semua kalangan yang memperhatikan kesenian tradisional. Selain itu penelitian in juga diharapakan dapat memberikan manfaat, baik secara langsung maupun tidak langsung bagi semua pihak yang terkait, antara lain sebagai berikut :

1. Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang proses pelatihan seni tari bagi anak-anak sekolah dasar di Sanggar Dede Nono Rukmana.

2. Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI

Menambah khasanah kepustakaan (literatur) pada jurusan Pendidikan Seni Tari UPI Bandung.

3. Para Pendidik Seni

Sebagai bahan masukan untuk memotivasi para pendidik seni agar lebih giat lagi dalam memberikan pelatihan-pelatihan seni tari, khususnya yang ditujukan kepada anak-anak usia dini yang merupakan usia produktif untuk perkembangan bakat dan potensinya dalam berkesenian.

4. Pemilik Sanggar

Lebih meningkatkan kualitas, baik dari segi pengelolaan, pelayanan, materi dan program pelatihan seni tari, sehingga bisa lebih baik lagi dari sebelumnya.


(13)

5. Masyarakat

Dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat luas mengenai pentingnya pendidikan non formal (sanggar), yang aktivitasnya sangat berguna bagi pelestarian seni tari sebagai warisan budaya bangsa yang harus dipelihara dan dijaga keberadaannya. Dengan demikian, seni-seni tradisi tidak punah ditelan zaman. Bahkan, dengan aktifnya sanggar-sanggar yang menyelenggarakan pelatihan kesenian tari, baik seni tari tradisi maupun tari kreasi baru bersiap menghadapi arus globalisasi dan modernisasi.

E. ASUMSI PENELITIAN

Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Asumsi dapat berifat substantif atau metodologis. Asumsi substantif berhubungan dengan permasalahan penelitian, sedangkan asumsi metodologis berkenaan dengan metodologi penelitian.

Peneliti berasumsi bahwa pelatihan seni tari di Sanggar Dede Nono Rukmana merupakan salah satu bentuk perhatian dan kepedulian Dede DNR dalam upaya mengembangkan dan melestarikan kesenian tari Sunda sebagai budaya bangsa yang harus tetap dipertahankan keberadaannya, dengan memfokuskan kepada generasi muda, dalam hal ini pelatihan yang diperuntukkan bagi anak-anak sekolah dasar (usia dini), diharapkan kesenian tari yang merupakan budaya bangsa dapat terus bertahan, bahkan dalam waktu yang lama. Pelatihan seni tari di Sanggar Dede Nono Rukmana, tidak menekankan kepada proses latihan semata. Tapi, ada tindak lanjut dari proses pelatihan tersebut, yakni


(14)

dengan mengikuti festival atau lomba pertunjukan tari, sehingga nantinya menghasilkan peserta didik yang berprestasi.

F. METODE PENELITIAN

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif adalah “penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu

keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan” (Arikunto:

2005:56). Jadi, metode deskriptif menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi di tempat penelitian atau hal-hal yang berkaitan dengan penelitian, sehingga peneliti tidak boleh merekayasa peristiwa maupun perilaku yang terjadi di lapangan.

Adapun pendekatan kualitatif merupakan “jenis penelitian yang temuan -temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lain”. (Basrowi dan Suwandi, 2010:21).

Secara umum dalam pendekatan kualitatif terdapat hal-hal sebagai berikut: 1. Data disikapi sebagai data verbal atau sebagai sesuatu yang dapat

ditransposisikan sebagai data verbal.

2. Diorientasikan pada pemahaman makna baik itu merujuk pada ciri, hubungan sistematika, konsepsi, nilai, kaidah, dan abstraksi formulasi pemahaman.

3. Mengutamakan hubungan secara langsung antara peneliti dengan hal yang diteliti.

4. Mengutamakan peran peneliti sebagai instrumen kunci. (Basrowi dan Suwandi, 2010:20).


(15)

Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian atau pendekatan kualitatif data yang didapat dari lapangan maupun studi literatur dituangkan dalam bentuk kata-kata deskriptif.

G. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian adalah individu, benda atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Biasanya lebih dikenal dengan sebutan responden atau informan. Adapun subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pelatihan tari bagi anak-anak sekolah dasar di Sanggar Dede Nono Rukmana. Penelitian ini dilakukan di Sanggar Dede Nono Rukmana, yang berada di Jl. RE Martadinata Sebelah Timur Kantor BAPEDA No.1 Kabupaten Kuningan - Jawa Barat. Peneliti memilih sanggar tersebut sebagai sempel sekaligus objek penelitian karena ingin fokus menganalisis bagaimana latar belakang terbentuknya sanggar dan bagaimana proses pelatihan tari bagi anak-anak sekolah dasar di Sanggar Dede Nono Rukmana Kabupaten Kuningan.


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE DAN PENDEKATAN PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan (Nasir 1988:51). Penelitian adalah salah satu kegiatan manusia yang sangat penting untuk dilakukan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan. Seperti yang di

ungkapkan oleh Sugiyono, (2011:2) bahwa: “metode penelitian pada dsarnya

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Penelitian juga merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai beberapa hal yang erat kaitannya dengan metode penelitian, di antaranya adalah metode deskriptif analisis, penelitian kualitatif, definisi operasional, lokasi dan sampel penelitian, prosedur pnelitian dan langkah-langkah penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan seluruh hasil penelitian sesuai dengan keadaan di lapangan, dan dalam pengolahan datanya tidak diperlukan statistik karena tidak mengujicobakan sesuatu. Metode ini juga membantu kita dalam mengetahui bagaimana cara mencapai tujuan yang diinginkan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang lebih mengutamakan kualitas data. Oleh karena


(17)

itu, teknik pengumpulan datanya banyak menggunakan wawancara yang berkesinambungan dan observasi langsung.

Metode deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk mencari fakta dengan interpretasi yang tepat. Metode deskriptif mempelajari masalah-masalah yang ada di dalam masyarakat, baik itu sikap, kegiatan maupun pandangan-pandangannya. Dalam hal ini, metode deskriptif mengkaji masalah peneliti mengenai kegiatan pelatihan tari anak usia dini pada Sanggar Dede Nono Rukmana di Kabupaten Kuningan. Metode deskriptif dijelaskan lebih lanjut oleh Whitney dalam Prastowo (2011:201) sebagai berikut:

Metode deskriptif merupakan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian ini mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta protes-protes yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dalam suatu fenomena.

Nazir dalam Prastowo (2011:201) berpendapat mengenai metode deskpritif, yakni bahwa:

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu

kelas peristiwa pada masa sekarang. Maksud “pada masa sekarang” di sini

merupakan sebuah gambaran bahwa perspektif waktu yang dijangkau dalam penelitian ini adalah waktu sekarang atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang masih terjangkau dalam ingatan responden.

Jadi, menurut pernyataan di atas metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk meneliti sekelompok manusia, suatu objek atau suatu set kondisi yang merupakan bagian dari peristiwa sosial. Selain itu, metode deskriptif


(18)

merupakan gambaran bahwa perspektif waktu yang terjadi di masa sekarang atau masih terjangkau dalam ingatan manusia.

Penelitian peneliti tentang pelatihan tari anak usia dini pada Sanggar Dede Nono Rukmana di Kabupaten Kuningan merupakan suatu objek atau suatu set kondisi yang di dalamnya terdapat sekelompok manusia yang dapat dijadikan kajian penelitian. Adapun mengenai perspektif waktu, penelitian tari anak tersebut sampai saat ini aktivitasnya masih berlangsung. Artinya, sesuai dengan perspektif

waktu “pada masa sekarang”.

Dari uraian di atas, kita dapat pahami bahwa metode penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha mengungkap fakta suatu kejadian, objek, aktivitas, proses, dan manusia secara apa adanya pada waktu sekarang atau jangka waktu yang masih memungkinkan dalam ingatan responden.

Adapun ciri-ciri dari metode deskriptif terdiri atas dua macam. Seperti

yang dijelaskan yakni “memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang

ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis (karena itu

metode ini sering pula disebut metode analitis”. (Prastowo, 2011:205).

Dari pernyataan-pernyataan diatas, jadi dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif berguna untuk mendeskripsikan data-data di lapangan, dan setelah data terkumpul peneliti akan melakukan analisis secara rinci.

Selanjutnya ada beberapa hal yang khas dalam penelitian kualitatif, seperti yang disebutkan oleh Basrowi dan Suwandi (2008:20), yakni di antaranya:

1. Data disikapi sebagai data verbal atau sebagai sesuatu yang ditransposisikan sebagai data verbal.


(19)

2. Diorientasikan pada pemahaman makna baik itu merujuk pada ciri, hubungan sistematika, konsepsi, nilai, kaidah, dan abstraksi formulasi pemahaman.

3. Mengutamakan hubungan secara langsung antara peneliti dengan hal yang diteliti.

4. Mengutamakan peran peneliti sebagai instrument kunci.

Kirk dan Miller dalam Basrowi dan Suwandi (2008:21), mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut:

Bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam persitilahannya.

Pada penelitian kualitatif seperti yang dikatakan Kirk dan Miller, peneliti harus dapat berhubungan secara langsung dengan orang-orang yang diamati. Oleh karena itu, peneliti harus mampu beradaptasi dengan objek maupun subjek penelitian yang diamati, sehingga data yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan akan mudah didapatkan. Dengan kata lain, peneliti kualitatif harus mampu memiliki kepribadian yang baik, pendekatan personal yang baik dengan subjek atau informan penelitian.

“Istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang

temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan

lain”. (Basrowi dan Suwandi, 2008:21). Jadi, penelitian kualitatif tidak

menekankan temuan-temuannya pada data statistik atau hitung-hitungan. Sebaliknya penelitian kualitatif menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Selain itu, pada penelitian kualitatif data yang dikumpulkan bersifat deskriptif. Artinya, data tersebut dapat


(20)

ditulis dengan narasi yang menggambarkan apa adanya kejadian di tempat penelitian. Seperti yang dijelaskan Danim (2002:61) sebagai berikut:

Pada penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan umumnya berbentuk kata-kata, gambar-gambar, dan kebanyakan bukan angka-angka. Kalaupun ada angka-angka, sifatnya hanya sebagai penunjang. Data dimaksud meliputi transkrip wawancara, catatan data lapangan, foto-foto, dokumen pribadi, nota, dan catatan lainnya. Termasuk di dalamnya deskripsi mengenai tata situasi. Deskripsi atau narasi tertulis sangat penting dalam pendekatan kualitatif, baik dalam pencatatan data maupun untuk penyebaran hasil penelitian. Ketika mengumpulkan data deskriptif, peneliti mengadakan pendekatan terhadap situasi kehidupan di tempat penelitian dengan cara sabar (with picking way). Paradigma penelitian kualitatif menganjurkan bahwa masalah-masalah kehidupan ini harus didekati dengan menggunakan asumsi bahwa tidak ada satu hal pun yang sifatnya sepele, melainkan bermakna. Setiap peristiwa atau fenomena mempunyai potensi untuk bisa dijadikan isu-isu kunci yang memungkinkan dapat memberikan pemahaman peneliti atas suatu permasalahan yang lebih menyeluruh tentang apa yang dipelajarinya. Singkatnya, tidak ada sesuatu yang bisa diabaikan dan tidak ada pernyataan yang luput dari penelitian yang cermat.

Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa pada penelitian kualitatif, khususnya ketika mengumpulkan data yang bersifat deskriptif, peneliti yang terjun langsung ke tempat penelitian akan mengalami berbagai situasi yang riil dan menghadapi tantangan, sehingga peneliti harus memiliki kesabaran yang tinggi guna mendapatkan data yang diperlukan. Selain itu, peneliti tidak memandang sepele masalah-masalah di dalam penelitian. Peristiwa atau fenomena mempunyai potensi untuk bisa dijadikan isu-isu kunci yang memungkinkan dapat memberikan pemahaman peneliti atas suatu permasalahan yang lebih menyeluruh tentang apa yang dipelajarinya.

Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus-menerus disesuaikan dengan kenyataan di lapangan. Jadi, tidak menggunakan desain yang telah disusun secara ketat dan kaku sehingga tidak dapat diubah lagi. Hal itu


(21)

disebabkan oleh beberapa hal. Seperti yang dikatakan Moleong (1991:7-8), yakni bahwa:

Pertama, tidak dibayangkan sebelumnya tentang kenyataan-kenyataan ganda di lapangan; kedua, tidak dapat diramalkan sebelumnya apa yang akan berubah karena hal itu akan terjadi dalam interaksi antara peneliti dengan kenyataan; ketiga, bermacam sistem nilai yang terkait berhubungan dengan cara yang tidak dapat diramalkan.

B. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional adalah suatu definisi yang memberikan penjelasan atas suatu variabel dalam bentuk yang dapat diukur. Definisi operasional merupakan suatu definisi yang diberikan peneliti sendiri dan menjelaskan bagaimana peneliti itu mengukur variabel-variabel yang terdapat dalam penelitiannya.

Adapun batasan istilah atau definisi operasional yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pelatihan adalah Kegiatan atau pekerjaan melatih (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

2. Seni Tari merupakan jenis kesenian yang terkait langsung dengan gerak tubuh manusia. Tubuh menjadi alat utama, dan gerak tubuh merupakan media dasar untuk mengungkapkan ekspresi seni tari. Jadi seni tari adalah keindahan yang diperagakan oleh anggota-anggota tubuh, seperti kepala, badan, tangan dan kaki.

3. Sanggar Dede Nono Rukmana (DNR) adalah sebuah wadah yang menampung kreativitas generasi dibidang seni tradisional maupun modern, baik seni tari, musik, teater, dan seni lainnya. Sanggar Dede Nono


(22)

Rukmana merupakan sarana belajar berkesenian yang banyak diminati oleh masyarakat Kabupaten Kuningan. Sanggar ini diketuai oleh Dede Nono Rukmana. Lokasi sanggar tersebut di Jl. RE Martadinata Sebelah Timur Kantor BAPEDA No.1, Kabupaten Kuningan – Jawa Barat.

C. LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Sanggar Dede Nono Rukmana di Jl. R.E. Martadinata sebelah Timur Kantor BAPEDA No.1 Kabupaten Kuningan – Jawa Barat.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah

purposive sampling, yakni pengambilan sampel berdasarkan tujuan. Hal ini

dijelaskan bahwa dalam teknik ini, siapa yang akan diambil sebagai anggota sampel diserahkan pada pertimbangan pengumpul data yang menurut dia sesuai

dengan maksud dan tujuan penelitian. “Jadi, pengumpul data yang telah diberi

penjelasan oleh peneliti akan mengambil siapa saja yang menurut

pertimbangannya sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian”. (Soehartono,

1999:63). Sampel yang dijadikan dalam penelitian ini adalah pelatihan tari anak usia dini pada Sanggar Dede Nono Rukmana di Kabupaten Kuningan.

D. PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur Penelitian yang dilakukan peneliti melalui tahapan-tahapan, mulai dari teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, hingga analisis data. Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut :


(23)

1. Teknik Pengumpulan Data

“Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

strategis dalam penelitian karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan

data”. (Sugiyono dalam Prastowo, 2011:34). Teknik pengumpulan data dibagi

ke dalam dua kelompok. Pertama, teknik pengumpulan data kuantitatif. Kedua, teknik pengumpulan data kualitatif. Sebagaimana yang dijelaskan lebih lanjut oleh Arikunto dalam prastowo (2011:35), bahwa:

Dalam penelitian kuantitatif, teknik pengumpulan datanya meliputi angket, wawancara atau interview, pengamatan, ujian atau tes, dokumentasi, dan lain sebagainya. Sementara itu, instrumen pengumpulan datanya meliputi angket, daftar cocok, pedoman wawancara, lembar pengamatan atau panduan pengamatan, soal tes, inventory, skala, dan lain sebagainya. Sedangkan, dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data utama terdiri atas tiga teknik, yaitu pengamatan partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data lainnya yang digunakan untuk mempertinggi derajat kepercayaan data antara lain adalah teknik triangulasi, catatan lapangan, focus group, penelitian historis dan sejarah hidup (life histories and narrative inquiry), analisis sejarah, dan lain sebagainya.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah teknik pengumpulan data secara kualitatif, yang meliputi teknik pengumpulan data utama yakni observasi, wawancara mendalam, studi dokumentasi, dan studi pustaka. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada seting alamiah, pada laboratorium dengan metode eksperimen, berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi dan lain-lain. Sedangkan apabila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketigannya.


(24)

(Sugiyono, 2010:193). Teknik-teknik pengumpulan data pada penelitian ini

akan dijelaskan secara rinci berikut ini:

a. Observasi

Observasi adalah teknik pungumpulan data yang dilakukan dengan cara terjun ke tempat penelitian, yakni dengan mengamati peristiwa yang terjadi. Sebagaimana yang dijelaskan bahwa observasi adalah

“pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak

mengajukan pertanyaan-pertanyaan”. (Soehartono, 1999:69). Adapun keuntungan melakukan observasi seperti yang dijelaskan Soehartono (1999:69) adalah sebagai berikut:

1. Data yang diperoleh adalah data yang segar dalam arti data yang dikumpulkan diperoleh dari subjek pada saat terjadinya tingkah laku.

2. Keabsahan alat ukur dapat diketahui secara langsung. Tingkah laku yang diharapkan mungkin akan muncul atau mungkin juga tidak muncul. Karena tingkah laku dapat dilihat, maka kita dapat segera mengatakan bahwa yang diukur memang sesuatu yang dimaksudkan untuk diukur.

Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati aktivitas pelatihan tari anak usia dini pada Sanggar Dede Nono Rukmana di Kabupaten Kuningan.

b. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam”. (Soehartono, 1999:67-68). Keuntungan wawancara seperti yang disebutkan Soehartono (1999:68) adalah:


(25)

1. Wawancara dapat digunakan pada responden yang tidak bisa membaca dan menulis.

2. Jika ada pertanyaan yang belum dipahami, pewawancara dapat segera menjelaskannya.

3. Wawancara dapat mengecek kebenaran jawaban responden dengan mengajukan pertanyaan pembanding, atau dengan melihat wajah atau gerak-gerik responden.

Lebih lanjut dijelaskan mengenai wawancara mendalam oleh Danim (2002:130), yakni:

Pada penelitian kualitatif, wawancara mendalam dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, wawancara sebagai strategi utama dalam mengumpulkan data. Pada konteks ini, catatan data lapangan yang diperoleh berupa transkrip wawancara. Kedua, wawancara sebagai strategi penunjang teknik lain dalam mengumpulkan data, seperti observasi partisipan, analisis dokumen, dan fotografi.

Wawancara dilakukan kepada informan atau narasumber antara lain Dede Nono Rukmana, selaku pemilik sanggar.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat

berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi”. (Soehartono,

1999:70). Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara menyimpan dokumen berupa gambar (foto), maupun video yang berupa suara dan gerak tingkah laku manusia yang terekam dalam video camera. Pendokumentasian dilakukan di Sanggar Dede Nono Rukmana dengan menggunakan alat perekam suara (tape recorder), alat perekam gambar dan suara (video camera). Hal ini dijadikan untuk memperkuat hasil penelitian.


(26)

d. Studi Pustaka

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan menggali dan mengkaji berbagai dokumen, baik itu buku, jurnal, artikel, majalah, internet dan sebagainya. Teknik pengumpulan data dengan studi pustaka bertujuan untuk memperkaya data penelitian dengan menggali sumber-sumber tertulis.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan sehubungan dengan permasalahan penelitian. Melalui instrumen dapat diperoleh data dan jawaban terhadap permasalahan yang diajukan, untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan instrumen penelitian sebagai berikut:

a. Pedoman Observasi

Kegiatan observasi peneliti melakukannya dengan cara pengamatan langsung terhadap lokasi penelitian yaitu sanggar Dede Nono Rukmana Kabupaten Kuningan dengan hasil observasi diperoleh data tentang proses pelatihan tari anak-anak sekolah dasar di sanggar tersebut.

b. Pedoman Wawancara

Dalam penelitian ini, wawancara berisi tentang daftar pertanyaan yang terstruktur untuk memperoleh data di lapangan. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpulan data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa


(27)

yang akan diperoleh. Dalam melakukan wawancara peneliti telah menyiapkan instrumen berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan mengenai pelatihan tari bagi anak-anak Sekolah Dasar di Sanggar Dede Nono Rukmana. Dalam wawancara peneliti berhasil mewawancarai yang pantas menjadi narasumber dalam penelitian ini.

c. Pedoman Dokumentasi

Pedoman dokumentasi, merupakan instrumen untuk teknik menyelesaikan penelitian yaitu dengan mencari dokumen-dokumen penting terkait dengan data penelitian yang ada. Alat dokumentasi baru berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek.

Untuk melengkapi kelengkapan data-data, peneliti mencari dokumen-dokumen penting terkait dengan data yang ada di sanggar Dede Nono Rukmana dalam bentuk arsip, gambar, foto, video dan data lain untuk dijadikan sebagai dokumentasi untuk memperkuat hasil penelitian.

3. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu kegiatan untuk meneliti, memeriksa, mempelajari, membandingkan data yang ada dan membuat interpretasi yang diperlukan. Kegiatan analisis data diawali dari penyusunan data kedalam suatu susunan data, penggolongan data, analisis deskriptif, pengujian kebenaran penelitian, dan diakhiri oleh penyimpulan analisis. Selain itu,


(28)

analisis data dapat digunakan untuk mengidentifikasi ada tidaknya masalah. Apabila ada, masalah tersebut harus dirumuskan dengan jelas dan benar. Teknis analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang memberikan gambaran dengan jelas makna dari indikator-indikator yang ada, membandingkan dan menghubungkan antara indikator yang satu dengan indikator lain.

Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal yang diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga peneliti dapat menangkap permasalahan dan dinamika yang terjadi pada subjek.

E. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN 1. Pra Pelaksanaan Penelitian

a. Persiapan Penelitian

Tahap persiapan yang dilakukan peneliti adalah menyusun rancangan penelitian dan memilih lapangan.

b. Survey

Dalam menyelesaikan laporan penulisan peneliti melakukan survey tempat, meninjau langsung ke lokasi penelitian yakni di Sanggar Dede Nono Rukmana Jl. RE Martadinata Sebelah Timur Kantor BAPEDA No.1, Kabupaten Kuningan – Jawa Barat.


(29)

c. Menentukan Judul dsn Topik Penelitian

Setelah survey tempat dilakukan, selanjutnya menentukan judul penelitian yang sesuai dengan topik dan rumusan masalah penelitian yang telah ditentukan. Pembuatan proposal, kegiatan ini dilakukan melalui bimbingan langsung dengan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II.

d. Menyelesaikan Administrasi Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti diharapkan untuk melakukan dan menyelesaikan masalah administrasi yang berhubungan erat dengan surat perizinan. Surat permohonan izin penelitian ini didapat dari dekan FPBS UPI.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Pengumpulan Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Jadi data yang didapat harus dipertanggungjawabkan kebenarannya, terutama terkait dengan fokus pelatihan tari bagi anak-anak sekolah dasar di sanggar Dede Nono Rukmana Kabupaten Kuningan.

b. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah segala macam pengolahan terhadap data atau kombinasi-kombinasi dari berbagai macam pengolahan terhadap data,


(30)

untuk membuat data itu berguna sesuai dengn hasil yang diinginkan dan dapat segera dipakai. Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan, maka dalam pengolahan data, telah terkumpul diproses dengan menggunakan teknik deskriftif analisis. Pendeskripsian tersebut bertujuan untuk mendapatkan dan menyempurnakan fakta-fakta dengan jelas, teliti, dan lengkap. Uraian yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis untuk dijadikan bahan laporan pelatihan tari bagi anak-anak Sekolah Dasar di Sanggar Dede Nono Rukmana Kabupaten Kuningan.

c. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan berasal dari fakta-fakta atau hubungan yang logis. Pada umumnya kesimpulan terdiri atas kesimpulan utama dan kesimpulan tambahan. Kesimpulan utama adalah yang berhubungan langsung dengan permasalahan, dengan demikian kesimpulan utama harus berkaitan dengan pokok permasalahan yang dilengkapi oleh bukti-bukti.

Pada kesimpulan tambahan, peneliti tidak mengaitkan pada kesimpulan utama, tetapi tetap menunjukan fakta-fakta yang mendasarinya, karena penulis tidak dibenarkan menarik kesimpulan yng merupakan hal-hal baru, lebih-lebih jika dilakukan pada kesimpulan utama. Jika peneliti bermaksud menyertakan data atau informasi baru maka hendaknya dikonsentrasikan pada bab-bab uraian dan bukan pada kesimpulan.


(31)

d. Penyusunan Laporan

Tahap ini merupakan langkah akhir dari penelitian, yaitu menyusun laporan. Laporan penelitian disusun setelah dilakukan pengolahn dan analisis terhadap data yang telah berhsil dihimpun. Proses penyusunan laporan dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek lalu dibaca berulang kali sehingga peneliti mengerti benar permaslahannya, kemudian di analisis, sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya mencakup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Sanggar Dede Nono Rukmana (DNR) merupakan sebuah wadah atau sarana bagi generasi muda untuk menyalurkan minat, bakat dan potensinya dalam berkesenian, khususnya dalam seni tari. Dede DNR begitu panggilan akrabnya, merupakan penggagas sanggar seni ini. Tatkala perkembangan zaman semakin pesat, ditandai dengan berkembangnya teknologi dan informasi, ditambah pula dengan budaya-budaya Barat yang masuk ke dalam negeri, Sanggar Dede Nono Rukmana (DNR) lahir di tengah-tengah itu semua sebagai wadah yang berusaha untuk mempertahankan jati diri dan identitas bangsa Indonesia agar terhindar dari pengaruh-pengaruh negatif yang datang dari Barat.

Generasi muda merupakan harapan bangsa Indonesia untuk memajukan negeri dari segala keterpurukan dan menangkal pengaruh-pengaruh negatif yang datang dari negeri asing. Atas dasar itu, Sanggar Dede Nono Rukmana (DNR) lewat generasi mudanya berusaha mengembangkan dan melestarikan seni tari hasil ciptaannya, yang diharapkan dapat bertahan lama, dan diwariskan kepada generasi berikutnya.

Dengan Sanggar Dede Nono Rukmana yang sampai sekarang masih ada, para generasi muda, mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa berlatih menari dengan antusias. Adapun proses yang dilaluinya mulai dari tahapan persiapan, proses pelatihan dan tahap evaluasi. Langkah konkrit dengan berlatih menari di


(33)

Sanggar DNR adalah mengikuti festival atau event tari, yang secara langsung mengasah kemampuan menari di atas pentas. Sehingga dapat dikatakan bahwa berlatih menari di Sanggar Dede DNR tidak sebatas berlatih menari saja, tapi ada tindak lanjutnya dengan mengikuti event tari yang menghasilkan pengalaman sekaligus prestasi bagi para peserta didik.

B. SARAN

Atas dasar pemaparan kesimpulan di atas, penulis memberikan saran kepada berbagai pihak, di antaranya:

1. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kuningan

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kuningan atau pemerintah setempat harus senantiasa mendukung keberadaan Sanggar Seni Dede Nono Rukmana, baik secara moril maupun materil. Selain itu, diharapkan pemerintah setempat atau Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kuningan mensosialisasikan sanggar seni kepada masyarakat luas, dan menekankan bahwa sanggar seni merupakan wadah yang tepat guna membina bakat dan potensi generasi muda dalam berkesenian, khususnya seni tari.

2. Mahasiswa Jurusan Seni Tari

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan mahasiswa Jurusan Seni Tari dapat lebih giat mendukung dan mengapresiasi keberadaan sanggar-sanggar seni sebagai wadah dalam pengembangan minat, bakat, dan potensi generasi muda, mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa dalam berkesenian. Selain itu, diharapkan setelah lulus kuliah, mahasiswa Jurusan Seni Tari dapat mendirikan sanggar seni seperti yang dilakukan Dede Nono Rukmana. Sehingga ilmu yang


(34)

didapat dari bangku kuliah dapat disalurkan melalui pembelajaran di sanggar-sanggar. Dengan mendirikan dan menghidupkan sanggar-sanggar seni berarti mengembangkan dan mempertahankan seni-seni asli Indonesia, sekaligus menangkal pengaruh buruk budaya Barat yang masuk ke dalam negeri.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Atmadibrata, Enoch et.all. 2006. Khasanah Seni Pertunjukan Seni Jawa Barat Bandung : Disbudpar.

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Caturwati, Endang. 2007. Tari Di Tatar Sunda. Bandung: Sunan Ambu Press. ________________2008. Tradisi Sebagai Tumpuan Kreativitas Seni. Bandung:

Sunan Ambu Press.

Dagun, Save M. 1997. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara.

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. Depdikbud. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi II. Jakarta: Balai Pustaka. Dibia, I Wayan et.all. 2006. Tari Komunal. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni

Nusantara.

Jazuli, M. 2001. Paradigma Seni Pertunjukan. Yogyakarta: Yayasan Lentera Budaya.

Mardimin, Johanes. 1994. Jangan Tangisi Tradisi. Yogyakarta: Kanisius.

Moleong, Lexy. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mujianto, Yan et.all. Pengantar Ilmu Budaya. Yogyakarta: Pelangi Publishing. Nalan, Arthur S, dan Sarjono Agus R. 1996. Catatan Seni. Bandung: STSI.

Nuryani, Sri. 2007. Studi Tentang Pembinaan Aktifitas Dan Kreatifitas Generasi

Muda Dalam Upaya Melestarikan Nilai-Nilai Budaya Sunda.

Bandung: Skripsi Sarjana Pendidikan Sekolah Tinggi Seni Indonesia. Oktina, Yeni. 2005. Sanggar Dinika (Sesuatu Tinjauan Terhadap Produk


(36)

Prastowo, Andi. 2011. Memahami Metode-Metode Penelitian Suatu Tinjauan

Teoritis & Praksis. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan. Soedarsono, RM. 1998. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Jakarta:

Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud.

Soehartono, Irawan. 1999. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sri Astuti, Neneng. 2009. Manajemen Seni Pertunjukan Pada Sanggar Rigas

Dance Theater. Bandung: Skripsi Program Pendidikan Seni Tari FPBS UPI.

Tumanggor, Rusmin et.all.2010. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: Kencana. Wibowo, Fred. 2000. Transmisi Seni. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Institut

Seni Indonesia.


(1)

d. Penyusunan Laporan

Tahap ini merupakan langkah akhir dari penelitian, yaitu menyusun laporan. Laporan penelitian disusun setelah dilakukan pengolahn dan analisis terhadap data yang telah berhsil dihimpun. Proses penyusunan laporan dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek lalu dibaca berulang kali sehingga peneliti mengerti benar permaslahannya, kemudian di analisis, sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya mencakup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.


(2)

83

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Sanggar Dede Nono Rukmana (DNR) merupakan sebuah wadah atau sarana bagi generasi muda untuk menyalurkan minat, bakat dan potensinya dalam berkesenian, khususnya dalam seni tari. Dede DNR begitu panggilan akrabnya, merupakan penggagas sanggar seni ini. Tatkala perkembangan zaman semakin pesat, ditandai dengan berkembangnya teknologi dan informasi, ditambah pula dengan budaya-budaya Barat yang masuk ke dalam negeri, Sanggar Dede Nono Rukmana (DNR) lahir di tengah-tengah itu semua sebagai wadah yang berusaha untuk mempertahankan jati diri dan identitas bangsa Indonesia agar terhindar dari pengaruh-pengaruh negatif yang datang dari Barat.

Generasi muda merupakan harapan bangsa Indonesia untuk memajukan negeri dari segala keterpurukan dan menangkal pengaruh-pengaruh negatif yang datang dari negeri asing. Atas dasar itu, Sanggar Dede Nono Rukmana (DNR) lewat generasi mudanya berusaha mengembangkan dan melestarikan seni tari hasil ciptaannya, yang diharapkan dapat bertahan lama, dan diwariskan kepada generasi berikutnya.

Dengan Sanggar Dede Nono Rukmana yang sampai sekarang masih ada, para generasi muda, mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa berlatih menari dengan antusias. Adapun proses yang dilaluinya mulai dari tahapan persiapan, proses pelatihan dan tahap evaluasi. Langkah konkrit dengan berlatih menari di


(3)

Sanggar DNR adalah mengikuti festival atau event tari, yang secara langsung mengasah kemampuan menari di atas pentas. Sehingga dapat dikatakan bahwa berlatih menari di Sanggar Dede DNR tidak sebatas berlatih menari saja, tapi ada tindak lanjutnya dengan mengikuti event tari yang menghasilkan pengalaman sekaligus prestasi bagi para peserta didik.

B. SARAN

Atas dasar pemaparan kesimpulan di atas, penulis memberikan saran kepada berbagai pihak, di antaranya:

1. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kuningan

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kuningan atau pemerintah setempat harus senantiasa mendukung keberadaan Sanggar Seni Dede Nono Rukmana, baik secara moril maupun materil. Selain itu, diharapkan pemerintah setempat atau Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kuningan mensosialisasikan sanggar seni kepada masyarakat luas, dan menekankan bahwa sanggar seni merupakan wadah yang tepat guna membina bakat dan potensi generasi muda dalam berkesenian, khususnya seni tari.

2. Mahasiswa Jurusan Seni Tari

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan mahasiswa Jurusan Seni Tari dapat lebih giat mendukung dan mengapresiasi keberadaan sanggar-sanggar seni sebagai wadah dalam pengembangan minat, bakat, dan potensi generasi muda, mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa dalam berkesenian. Selain itu, diharapkan setelah lulus kuliah, mahasiswa Jurusan Seni Tari dapat mendirikan sanggar seni seperti yang dilakukan Dede Nono Rukmana. Sehingga ilmu yang


(4)

85

didapat dari bangku kuliah dapat disalurkan melalui pembelajaran di sanggar-sanggar. Dengan mendirikan dan menghidupkan sanggar-sanggar seni berarti mengembangkan dan mempertahankan seni-seni asli Indonesia, sekaligus menangkal pengaruh buruk budaya Barat yang masuk ke dalam negeri.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Atmadibrata, Enoch et.all. 2006. Khasanah Seni Pertunjukan Seni Jawa Barat Bandung : Disbudpar.

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Caturwati, Endang. 2007. Tari Di Tatar Sunda. Bandung: Sunan Ambu Press. ________________2008. Tradisi Sebagai Tumpuan Kreativitas Seni. Bandung:

Sunan Ambu Press.

Dagun, Save M. 1997. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara.

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. Depdikbud. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi II. Jakarta: Balai Pustaka. Dibia, I Wayan et.all. 2006. Tari Komunal. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni

Nusantara.

Jazuli, M. 2001. Paradigma Seni Pertunjukan. Yogyakarta: Yayasan Lentera Budaya.

Mardimin, Johanes. 1994. Jangan Tangisi Tradisi. Yogyakarta: Kanisius.

Moleong, Lexy. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mujianto, Yan et.all. Pengantar Ilmu Budaya. Yogyakarta: Pelangi Publishing. Nalan, Arthur S, dan Sarjono Agus R. 1996. Catatan Seni. Bandung: STSI.

Nuryani, Sri. 2007. Studi Tentang Pembinaan Aktifitas Dan Kreatifitas Generasi

Muda Dalam Upaya Melestarikan Nilai-Nilai Budaya Sunda.

Bandung: Skripsi Sarjana Pendidikan Sekolah Tinggi Seni Indonesia. Oktina, Yeni. 2005. Sanggar Dinika (Sesuatu Tinjauan Terhadap Produk Kesenian). Bandung: Skripsi Sarjana Seni Sekolah Tinggi Seni Indonesia.


(6)

87

Prastowo, Andi. 2011. Memahami Metode-Metode Penelitian Suatu Tinjauan Teoritis & Praksis. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan. Soedarsono, RM. 1998. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Jakarta:

Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud.

Soehartono, Irawan. 1999. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sri Astuti, Neneng. 2009. Manajemen Seni Pertunjukan Pada Sanggar Rigas Dance Theater. Bandung: Skripsi Program Pendidikan Seni Tari FPBS UPI. Tumanggor, Rusmin et.all.2010. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: Kencana. Wibowo, Fred. 2000. Transmisi Seni. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Institut

Seni Indonesia.