PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM MEMBENTUK KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak ………..

Pernyataan ………

Kata Pengantar ………

Ucapan Terima Kasih ……….

Daftar Isi ……….

Daftar Gambar ………

Daftar Tabel ………..

i ii iii v vii xii xiii

BAB I : PENDAHULUAN ………..

A. Latar Belakang Masalah ………

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ………. C. Tujuan Penelitian ……… D. Manfaat penelitian ………..

1 1 19 22 22

BAB II : PEMBELAJARAN BERRBASIS PROYEK DALAM

MEMBENTUK KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH

KEJURUAN ……….

A.Konsep Dasar Pendidikan Kejuruan ………..

1. Tinjauan Filosofis ………

2. Tinjauan Sosiologis ……….

3. Tinjauan Ekonomi ………

B. Pendidikan Menengah Kejuruan……….………. 1. Dasar Filsafat Pendidikan Menengah Kejuruan ……… 2. Asumsi Tentang Anak Didik ………. 3. Konteks Sosial Pendidikan kejuruan ………. 4. Dimensi Ekonomi Pendidikan Kejuruan ………... 5. Konteks ketenagakerjaan Pendidikan Kejuruan ……… 6. Karakteristik Pendidikan Menengah Kejuruan ………. 7. Prinsip Pendidikan dan Pembelajaran Pada Pendidikan Kejuruan … a. Prinsip Pendidikan Kejuruan ……… b. Karakteristik Implementasi Kurikulum Pendidikan Menengah

26 26 26 27 28 29 29 34 37 41 42 44 53 50


(2)

Kejuruan ……… c. Pelaksanaan Kurikulum SMK ……….. d. Uji Kompetensi dan Sertifikasi ……… e. Mata Pelajaran Program Produktif ……….

C. Model Pembelajaran Pendidikan Menengah Kejuruan ………...

1. Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran ……….. 2. Pembelajaran Pada Pendidikan Kejuruan ………. 3. Model Pembelajaran Pada Pendidikan Kejuruan ………. 4. Model Pembelajaran Berbasis Proyek ………

a. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek ………. b. Proses Pembentukan Model Pembelajaran Berbasis Proyek …. c. Mekanisme Penyusunan Model Pembelajaran Berbasis Proyek .

D. Kerangka Pemikiran ………

55 58 59 63 72 74 77 80 95 95 107 108 110

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ……….

A. Pendekatan Penelitian ……… B. Lokasi dan Subjek Penelitian ………. C. Teknik dan Alat pengumpulan Data ……….. 1. Teknik Pengumpulan Data ………. 2. Instrumen Pengumpulan Data ……….

D. Teknik Analisis Data ……….

126 126 146 148 148 150 151

BAB IV : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ………

A. Temuan Hasil Penelitian Pendahuluan ……… 1. Deskripsi Data Hasil penelitian Pendahuluan ……….. 2. Pembahasan Hasil Penelitian Pendahuluan ……….. B. Pengembangan Komponen Desain Model Pembelajaran Berbasis Proyek … 1. Desain Rencana Pembelajaran Berbasis Proyek ……….. 2. Desain Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek ……… 3. Desain Evaluasi Pembelajaran Berbasis Proyek ……….. C. Penerapan dan Hasil Uji Validasi Model Pembelajaran ………. 1. Uji Coba Desain Model Terbatas………

159 159 159 180 188 190 194 210 214 219


(3)

2. Pelaksanaan Dan Hasil Uji Coba Lebih Luas ……….. 3. Pelaksanaan dan Hasil Uji Validasi ……….. D. Interpretasi Dan Pembahasan Hasil Penelitian ………..

240 255 268

BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……….

A. Kesimpulan Hasil Penelitian Dan Pengembangan ……… B. Implikasi Hasil Penelitian Dan Pengembangan ……….

C. Rekomendasi ………..

285 285 287 293

DAFTAR PUSTAKA ……… 296


(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Basic Instructional Model menurut Glazer ……….. 81 Gambar 2.2. Keterkaitan Teori, Model, Rancangan dan Strategi Pembelajaran …. 82 Gambar 2.3 Kerangka Penelitian ……….. 125 Gambar 3.1. Alur Penelitian Research and Development pengembangan Model

Pembelajaran Berbasis Proyek Program Produktif SMK ………… 130 Gambar 3.2. Prosedur Pengembangan Instrumen ……….. 153 Gambar 4.1. Desain Model Pembelajaran Berbasis Proyek ..………. 189 Gambar 4.2. Deskripsi Model Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Instalasi

Jaringan Komputer Lokal ……… 199

Gambar 4.2. Tahapan persiapan proyek ……… 202 Gambar 4.3. Aktivitas Penentuan Tema proyek ……….. 204 Gambar 4.4. Aktivitas Guru dan Siswa pada tahap Perencanaan Kegiatan Proyek. 206 Gambar 4.4. Aktivitas Guru dan Siswa pada tahap Pengerjaan Kegiatan Proyek. 209


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Perbedaan Pembelajaran Berbasis Proyek Dan Pembelajaran Tradisional. 105

Tabel 3.1. Desain Pretest – Pascatest Satu Kelompok ……….. 142

Tabel 3.2. Desain Prates-Pascates Kelompok Kontrol ……… 143

Tabel 3.3. Tahapan Penelitian ………. 144

Tabel 3.3. Daftar Lokasi & Subjek Studi Pendahuluan ……… 146

Tabel 3.4. Daftar Lokasi dan Subjek Dalam Tahap Pengembangan……….. 147

Tabel 3.5. Daftar Lokasi dan Subjek Dalam Tahap Validasi ……….. 148

Tabel 4.1. Sarana Pendukung Implementasi Kurikulum Program Produktif TKJ.. 175

Tabel 4.2. Deskripsi Pengembangan Desain Model Rencana Pembelajaran Berbasis Proyek ……….. 191

Tabel 4.3. Desain Model Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek ……… 197

Tabel 4.4. Deskripsi Hasil Pengembangan Desain Model Evaluasi Pembelajaran Berbasis Proyek ……… 213

Tabel 4.5. Kerangka Model Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Ujicoba terbatas. 217 Tabel4.6. Deskripsi Hasil Ujicoba Terbatas Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Kompetensi: Jaringan Komputer Lokal……….. 226

Tabel 4.7. Data Deskriptif Hasil PreTes ……….. 231

Tabel 4.8. Data Deskriptif Hasil Postes ……….. 231

Tabel 4.9. Uji Normalitas Pretes dan Postes ……….. 232

Tabel 4.10. Deskripsi Peningkatan Kompetensi Siswa Tentang Pengetahuan dan Pemahaman Teknis Sebelum dan Sesudah Penerapan Desain Model. 233 Tabel 4.11. Deskripsi Peningkatan Kompetensi SiswaSecara Keseluruhan Tentang Pengetahuan dan Pemahaman Sebelum dan Sesudah Penerapan Desain Model ……… 235

Tabel 4.12. Deskripsi Peningkatan Kompetensi Siswa Tentang Keahlian Teknis Sebelum dan Sesudah Penerapan Desain Model ………. 237


(6)

Tabel 4.13. Deskripsi Peningkatan Kompetensi Siswa Tentang Keahlian Teknis Sebelum dan Sesudah Penerapan Desain Model Seluruh Sampel …. 238 Tabel 4.14. Kerangka Model Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Ujicoba Lebih

Luas ……….. 242

Tabel 4.15. Uji Normalitas Pretes dan Postes ………. 248 Tabel 4.16. Deskripsi Peningkatan Kompetensi Siswa Tentang Pengetahuan dan

Pemahaman Teknis Sebelum dan Sesudah Penerapan Desain Model Siswa SMK A, SMKN B, SMKN C dan SMK D Kabupaten Garut… 249 Tabel 4.17. Deskripsi Peningkatan Kompetensi Praktis Siswa Sebelum dan Sesudah

Penerapan Desain Model Siswa SMK A, SMKN B, SMKN C dan SMK D Kabupaten Garut ………..……….…….. 250 Tabel 4.18. Deskripsi Peningkatan Kompetensi Siswa Tentang Kemampuan

Teknis Sebelum dan Sesudah Penerapan Desain Model Siswa SMK A, SMKN B, SMKN C dan SMK D Kabupaten Garut ………... 251 Tabel 4.19. Indikator Keterterapan Model pada Uji Coba Lebih Luas………

253 Tabel 4.20. Deskripsi Masukan Perbaikan terhadap Desain Model Pada Substansi

dan Struktur/Tata Urutan ……….. 260 Tabel 4.21. Deskripsi Kompetensi Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Sebelum Penerapan Model pada Pre tes Pengetahuan dan Pemahaman……….. 262 Tabel 4.22. Deskripsi Kompetensi Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Sebelum Penerapan Model Garut untuk Uji Validasi pada Pengetahuan dan Pemahaman ……… 264 Tabel 4.23. Uji Homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol ………. 266 Tabel 4.24. Uji Anova Kelompok Eksperimen dan Kontrol ……….. 268


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan kejuruan adalah pendidikan khusus yang direncanakan untuk menyiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja yang sesuai dengan bidang keahlian yang dipilih oleh peserta didik serta mengembangkan sikap profesional di bidang-bidang profesi tertentu. Pendidikan kejuruan dirancang untuk mempersiapkan seseorang agar memiliki kemampuan untuk bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau bidang pekerjaan. Secara hakiki pendidikan kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara keseluruhan namun mempunyai karakteristik tertentu yang membedakan dengan subsistem pendidikan yang lain yang tercermin dalam aspek-aspek: orientasi pendidikannya, justifikasi untuk eksistensinya, kurikulumnya, keberhasilannya, kepekaannya terhadap perkembangan masyarakat, perbekalan logistiknya, dan hubungannya dengan masyarakat dunia usaha.

Keberadaan pendidikan kejuruan menurut undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu”. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan kejuruan memiliki memiliki tuntutan terhadap penyiapan sumber daya manusia yang profesional yang diharapkan akan berkontribusi besar terhadap pencapaian tujuan pembangunan nasional sehingga fungsi dari pendidikan kejuruan adalah mempersiapkan siswa peserta didik sebagai individu memiliki keterampilan yang berguna bagi pengembangan dirinya. Pendidikan kejuruan


(8)

juga memiliki hubungan dengan dimensi ekonomi karena secara konseptual pendidikan kejuruan merupakan bagian dari kerangka investasi sumber daya serta nilai balikan (value of return) dari hasil pendidikan kejuruan,sehingga hasil pendidikan kejuruan seharusnya memiliki peluang yang lebih cepat dalam memenuhi tingkat balikan (rate of return) dibandingkan dengan pendidikan umum. Hal ini dikarenakan tujuan dan isi pendidikan kejuruan dirancang sesuai dengan perkembangan masyarakat serta perkembangan kebutuhan tenaga kerja yang menyangkut tugas-tugas pekerjaan yang akan dihadapinya maupun pengembangan karir peserta didik setelah menempuh pendidikan kejuruan.

Pendidikan kejuruan di Indonesia kini sedang menghadapi tantangan dalam menyongsong era perdagangan bebas tahun 2020 dalam mempersiapkan tenaga kerja yang memiliki kompetensi yang mampu bersaing dengan tenaga kerja asing sebagai konsekwensi dari diberlakukannya era Asean Free Labour Association (AFLA) dan liberasasi perdagangan global dan regional sehingga pendidikan kejuruan di Indonesia harus senantiasa meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan yang tertinggi dan terbaik (best practice). Peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan kejuruan salah satunya dapat diupayakan dengan keterlibatan dan dukungan dunia usaha dan industri terutama dalam menetapkan berbagai standar keahlian, pengembangan kurikulum dan pelatihan serta kebijakan pengelolaan sistem pendidikan sebagai upaya peningkatkan kemampuan dan kompetensi sumber daya manusia (SDM), yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar kerja atau dunia kerja oleh karena itu diperlukan hubungan timbal balik antara pihak penyedia SDM dengan dunia industri yang membutuhkannya berupa keterbukaan dan kerja sama dalam menentukan standar kompetensi SDM yang dipersyaratkan melalui perumusan standar kompetensi SDM yang dilakukan pihak industri,


(9)

sedangkan pihak penyedia SDM dapat mengembangkan dan menyelenggarakan program pendidikan untuk memenuhi standar kompetensi yang diinginkan oleh industri.

Menurut penjelasan Pasal 15 UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan, merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Menurut kurikulum tahun 2004, SMK dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan sikap profesional di bidang kejuruan yang diharapkan menjadi individu yang produktif yang mampu bekerja menjadi tenaga kerja menengah dan memiliki kesiapan untuk menghadapi persaingan kerja. Dilihat dari penjelasan pasal 15 UU nomor 20 tahun 2003 dan kurikulum SMK tahun 2004, nilai lebih dari sekolah pendidikan menengah kejuruan dibandingkan dengan sekolah menengah umum adalah lulusan pendidikan kejuruan diharapkan dapat mengisi peluang kerja pada dunia usaha dan industri, karena tujuan khusus dari Sekolah Menengah Kejuruan adalah :

1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga negara yang berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. 3. Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan,

memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia.

4. Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup, dengan secara aktif turut memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan efisien.

(DEPDIKNAS, 2004)

Sebagai perwujudan dari amanat undang-undang tersebut, SMK yang merupakan sub-sistem pendidikan nasional mengalami perubahan, demi perbaikan dan peningkatan kualitas hasil pendidikan. SMK menyiapkan lulusannya untuk bekerja dalam bidang tertentu dengan bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri atau berwirausaha.


(10)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bahwa sebagian besar lulusan SMK kurang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, sulit untuk bisa dilatih kembali, dan kurang bisa mengembangkan diri. (Kurikulum SMK, 2004). Hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa pembelajaran di SMK belum banyak menyentuh atau mengembangkan kemampuan adaptif siswa. Siswa perlu dipersiapkan lebih serius dengan mempertajam kemampuan adaptif, mengedepankan keunggulan lokal sejalan dengan tuntutan standar kompetensi lulusan SMK. Artinya perlu dikembangkan kompetensi siswa menyeluruh dan seimbang dilihat dari aspek-aspek kecakapan hidup lulusan SMK. Sementara itu masih besar permasalahan dan tantangan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan teknologi dan kejuruan di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Suranto (2005) mengungkapkan berbagai tantangan dalam penyelenggaraan pendidikan teknologi dan kejuruan sebagai berikut: 1) masih rendahnya partisipasi masyarakat untuk membiayai pendidikan, terutama di bidang keteknikan, vokasi, okupasi bahkan saat ini terjadi kemerosotan peminat kuliah di bidang keteknikan atau kejuruan, 2) tingginya persentase lulusan bidang keteknikan yang belum mendapat kerja, 3) penyelenggaraan pendidikan program keteknikan membutuhkan biaya yang tinggi dibandingkan dengan pendidikan program ilmu sosial, 4) kurikulum yang selama ini dipakai kurang mempunyai tingkat keluwesan dan terlalu terstruktur sehingga kurang peka terhadap tuntutan kebutuhan lapangan kerja secara luas dan kurang berorientasi ke pasar kerja, dan 5) pendidikan keteknikan dan kejuruan dan pendidikan lainnya di perguruan tinggi mengalami penurunan kualitas dan kuantitas.

Penyempurnaan atau perbaikan pendidikan menengah kejuruan yang bermutu dan utuh untuk menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif di masa yang akan


(11)

datang menurut Direktorat pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) telah dilakukan pemerintah dengan melahirkan tigapilar utama yaitu: “(1) Pemerataan dan perluasan akses pendidikan; (2) Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; dan (3) Penguatan tata kelola,akuntabilitas, dan penciptaan publik”. Konsekuensi atas tuntutan tersebut adalah bahwa sistem pendidikan dan pelatihan (diklat) pada SMK harus mampu menyiapkan lulusannya memiliki kompetensi sesuai dengan standar industri baik secara nasional maupun internasional sehingga standar kompetensi akan menjadi dasar dalam pengembangan kurikulum dan program diklat, bahan pembelajaran, uji kompetensi dan sertifikasi, kompetensi guru dan manajemen diklat (DEPDIKNAS,2008).Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa lingkup Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah meliputi : standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian kependidikan.

Pencapaian standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh industri, dunia usaha, asosiasi profesi, maka substansi diklat di SMK dikemas dalam berbagai pendidikan dan pelatihan diklat yang dikelompokkan dan diorganisasikan menjadi program normatif, adaptif dan produktif.

a. Program Normatif yaitu kelompok pelajaran pendidikan dan pelatihan (diklat) yang berfungsi membentuk peserta didik menjadi pribadi utuh yang memiliki norma-norma kehidupan sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial baik sebagai warga negara Indonesia maupun sebagai warga dunia.

b. Program adaptif adalah kelompok mata pelajaran pendidikan dan pelatihan (diklat) yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja, serta mampu


(12)

mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

c. Program produktif adalah kelompok mata pendidikan dan pelatihan (diklat) yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) serta standar kompetensi yang disepakati oleh forum yang dianggap mewakili dunia usaha/industri atau asosiasi profesi. (DEPDIKNAS,2004)

SMK Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) menurut kurikulum SMK tahun 2004 adalah bagian dari bidang keahlian teknologi dan industri dengan program studi keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi. Tujuan Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan secara umum mengacupada isi Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 tentang Tujuan Pendidikan Nasional penjelasan pasal 15. Secara khusus tujuan Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan adalah membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten:

a. Menginstalasi perangkat komputer personal dan menginstall sistem operasi dan aplikasi.

b. Menginstalasi perangkat jaringan berbasis lokal. c. Menginstalasi perangkat jaringan berbasis luas

d. Merancang bangun dan mengadministrasi jaringan berbasis luas.

Upaya untuk menghasilkan lulusan SMK yang sesuai dengan tuntutan tujuan program keahlian teknik komputer dan jaringan serta dunia kerja, perlu didukung dengan kurikulum yang dirancang dan dikembangkan dengan memperhatikan kebutuhan dunia kerja. Melalui dukungan kurikulum tersebut diharapkan SMK dapat menghasilkan lulusan yang mampu memiliki kompetensi dan memiliki kesiapan untuk menghadapipersaingan


(13)

kerja dengan memiliki kualifikasi keterampilan kerja tertentu sesuai dengan bidang keahlian dibidang teknik komputer dan jaringan.

Standar kompetensi bidang keahlian Teknik Komputer dan Jaringan menurut Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (BNSP, 2008:12) terbagi menjadi :

a. Analisis Jaringan, merupakan pekerjaan untuk menentukan atau membuat spesifikasi dari sistem jaringan yang akan dibuat. Spesifikasi sistem jaraingan akan didapatkan berdasarkan kebutuhan calon pengguna jaringan.

b. Desain Jaringan, merupakan pekerjaan untuk melakukan perancangan konfigurasi jaringan dan menentukan komponen jaringan yang akan dilibatkan. Perancangan dilakukan berdasarkan spesifikasi kebutuhan jaraingan yang telah ditentukan.. c. Fabrikasi (Perakitan) Jaringan, merupakan pekerjaan untuk memilih dan membeli

komponen jaringan yang dibutuhkan, dan melakukan perakitan / instalasi sederhana untuk mensimulasikan konfigurasi yang telah dirancang.

d. Pengujian (Testing) Jaringan, merupakan pekerjaan untuk memeriksa instalasi yang disimulasikan tersebut, apakah dapat bekerja dengan baik sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan, termasuk melakukan menguji jaringan dan simulasi setup jaringan.

Pelaksanaan pembelajaran di SMK bidang teknologi dan industri khususnya pada SMK program keahlian teknik komputer dan jaringan bertujuan untuk mengembangkan potensi akademis dan kepribadian pelajar, menguasai kompetensi terstandar, serta menginternalisasi sikap dan nilai profesional sebagai tenaga kerja yang berkualitas unggul sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dunia kerja dan teknologi terkini, proses kegiatan belajar peserta diklat harus sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan untuk mencapai penguasaan kompetensi. Pembelajaran dapat dilaksanakan di sekolah dan atau di


(14)

dunia kerja. Proses pembelajaran di sekolah bertujuan untuk mengembangkan potensi akademis dan kepribadian pelajar, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dunia kerja dan proses pembelajaran/pelatihan di dunia kerja dimaksudkan agar pelajar menguasai kompetensi terstandar, mengembangkan dan menginternalisasi sikap dan nilai profesional sebagai tenaga kerja yang berkualitas unggul, baik bekerja pada pihak lain maupun sebagai pekerja mandiri.

Untuk menyesuaikan kompetensi dengan tuntutan pasar kerja, pemerintah telah membuat kebijakan link and match (keterhubungan dan kesesuaian) sebagai solusi untuk memecahkan permasalahan tentang keterkaitan yang nyata antara penyelenggaraan pendidikan dengan kebutuhan masyarakat yakni dunia kerja untuk para lulusannya. Kebijakan tersebut pada dasarnya merupakan sarana untuk membangun kemitraan dengan industri dalam menentukan prioritas serta menyusun bentuk dan materi program-program pendidikan kejuruan. Dengan kemitraan tersebut, secara tidak langsung perencanaan dan penyelenggaraan program pendidikan kejuruan memperhatikan kecenderungan tuntutan kebutuhan pasar kerja, yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas lulusan siswa SMK.

Kurikulum yang diimplementasikan di SMK saat ini menggunakan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berpedoman pada Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta panduan pengembangan kurikulum yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Secara spesifik kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk pendidikan menengah memiliki karakter yang mengarah kepada pembentukan kecakapan lulusan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan tertentu. Kecakapan tersebut telah diakomodasi dalam kurikulum SMK yang meliputi kelompok Normatif, Adaptif dan kelompok Produktif.


(15)

Pembelajaran program produktif merupakan unsur penting dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan (diklat) di SMK. Pembelajaran pada penerapannya ini memiliki 2 ciri pokok berupa pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran berbasis produksi. Pembelajaran berbasis kompetensi yaitu proses pembelajaran berupa perencanaan, pelaksanaan dan penilaian yang mengacu pada penguasaan kompetensi yang telah diprogramkan antara SMK dengan institusi pasangannya, sedangkan pembelajaran berbasis produksi adalah proses pembelajaran keahlian atau keterampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar kerja yang dilakukan pada lapangan kerja sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen.

Biro Pusat Statistik Jawa Barat (2011) menyatakan provinsi Jawa barat memiliki jumlah penduduk 46.497.175 jiwa dihadapkan dengan angkatan kerja yang sangat besar yang seharusnya menjadi modal untuk membangun kesejahteraan bangsa. Data tentang indikator makro jawa barat tahun 2011 Jumlah angkatan kerja pada tahun 2010 adalah 18,89 juta jiwa serta data tentang keadaan tingkat pengangguran terbuka untuk lulusan SMK adalah sebesar 9,83% atau 18.920 siswa (Biro Pusat Statistik Jawa Barat, 2011). Mengacu pada data tersebut sebenarnya peluang kerja untuk lulusan SMK masih terbuka, akan tetapi belum bisa terisi karena kompetensi lulusan SMK masih belum bisa memenuhi tuntutan kerja di dunia usaha dan dunia industri. Besarnya angkatan kerja tersebut menjadi beban pemerintah sebagai pengangguran terselubung sehingga, apabila tidak diimbangi dengan perbaikan kualitas layanan dan hasil pendidikan kebijakan tersebut akan menambah beban dengan bertambahnya jumlah pengangguran angkatan kerja lulusan SMK. Selain terbatasnya lapangan pekerjaan para lulusan juga kurang mampu untuk


(16)

memanfaatkan kompetensi hasil pendidikan dengan memanfaatkan peluang yang ada misalnya dengan melakukan wirausaha.

Lapangan usaha yang paling banyak berpeluang menampung tenaga kerja lulusan SMK di Kabupaten Garut adalah sektor pertanian 39,23% dan industri pengolahan 9,46% disamping sektor lainnya, seperti perdagangan, hotel, restoran 22,23% dan jasa sebesar 14,14%. (BPS Garut, 2011). Kabupaten Garut menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2011) terdapat 55 SMK negeri dan swasta, 30 SMK bergerak pada bidang kelompok keahlian teknologi dan industri dan 26 SMK memiliki bidang keahlian teknologi informasi dan komunikasi serta 19 SMK memiliki program keahlian teknik komputer dan jaringan terdiri dari 6 SMK negeri dan 13 SMK yang dikelola oleh swasta dan yayasan. Jumlah siswa dari 19 SMK program keahlian teknik komputer dan jaringan memiliki jumlah siswa 2361 siswa.

Belum kerkembangnya sektor industri informatika dan telekomunikasi di kabupaten Garut memberikan permasalahan kepada SMK yang membuka program keahlian Teknik Informatika dan Komunikasi khususnya program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan mengenai kesulitan untuk bekerjasama dengan dunia usaha dan industri yang berhubungan dengan teknologi informatika. Data Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan tahun 2009 menunjukkan bahwa 19 SMK program keahlian teknik komputer dan jaringan yang berada di kabupaten Garut dan telah memiliki industri pasangan adalah 3 SMK atau 15,8%, selebihnya 84,2% SMK program kealian TKJ sedang mencari industri pasangan yang sesuai. Belum berkembangnya sektor industri informatika dan telekomunikasi ini menjadikan manajemen SMK beserta guru pembimbing belum berfungsi secara optimal di industri dalam melaksakan Pendidikan Sistem Ganda (PSG).


(17)

Kesulitan menjalin kerjasama dengan institusi pasangan di kota lain yang berdekatan dengan kabupaten Garut menjadi sebuah permasalahan tersendiri bagi semua SMK program keahlian TKJ karena terbentur oleh adanya birokrasi. Meskipun beberapa SMK program keahlian TKJ telah memiliki Memorandum of Understanding (MoU) dengan perusahan besar seperti di kota Bandung dan beberapa kota di jawa barat, tetapi perusahaan tersebut hanya dapat menampung beberapa orang saja untuk dapat melaksanakan praktek industri. Hal ini disebabkan karena industri besar tersebut memiliki kelemahan dalam manajemen pengelolaan pelatihan siswa. Akibatnya masih banyak siswa yang mencari sendiri tempat pelatihan industri yang berimbas pada lamanya pengurusan perijinan dan permohonan pelatihan. Temuan lainnya yang didapat adalah terdapatnya beberapa sekolah melakukan kerjasama dengan industri kecil yang berada di Kabupaten Garut namun dalam pelaksaan instruktur di industri banyak yang tidak memenuhi persyaratan dan berperan secara efektif dalam pelaksanaan praktik industri (prakerin).Menurut data Kamar Dagang dan Industri Daerah (KADINDA) Kabupaten Garut (2010) dikarenakan di kabupaten Garut industri atau perusahaan yang bergerak dibidang teknologi khususnya perusahaan yang bergerak pada jaringan Komputer terdapat kurang dari 5 perusahaan, itupun hanya sebatas konsultan teknik informatika, penyedia layanan internet(Internet Service Provider / ISP) dan perusahaan yang bergerak di bidang pengadaan peralatan Teknologi Informasi dengan nilai proyek skala kecil.

Secara operasional KTSP disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan (tingkat mikro), sedangkan dalam pengembangan dan implementasinya mendapat perhatian yang sama dengan pengembangan pada tingkat makro. Ini sesuai dengan prinsip pengembangan KTSP (DEPDIKNAS, 20068), yakni ”Kepentingan nasional dan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka


(18)

Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan republik Indonesia (NKRI). Sebagai suatu program yang bersifat pembaharuan dan pengembangan, kurikulum SMK memiliki karakteristik dan spesifikasi program sesuai dengan tujuan khusus yang akan dicapai. Sejak diterapkannya Kurikulum SMK edisi 2006 dirancang menggunakan berbagai pendekatan yaitu: ”(1) pendekatan akademik, (2) pendekatan kecakapan hidup (life skills), (3) pendekatan kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum), (4) pendekatan kurikulum berbasis luas dan mendasar (broad-based curriculum)”. Lebih lanjut pendekatan-pendekatan tersebut dikembangkan dalam Kurikulum SMK edisi 2006, sebagaimana yang tertuang dalam prinsip-prinsip pengembangan KTSP, yaitu:

(1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; (2) beragam dan terpadu; (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan; (5) menyeluruh dan berkesinambungan; (6) belajar sepanjang hayat dan; (7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Prinsip-prinsip yang tertuang dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan dalam penerapannya berhubungan dengan berbagai masalah krusial yang dihadapi saat sekarang, yaitu seberapa besar penyelenggaraan pembelajaran di SMK saat ini sejalan dengan kebutuhan masyarakat, terutama kebutuhan dunia kerja, dunia usaha ataupun industri. Demikian juga seberapa besar lulusan memiliki kecakapan (kompetensi) sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

Berdasarkan prinsip penerapan KTSP di SMK maka diperlukan studi secara komprehensif sehingga diharapkan penyelenggaraan pendidikan kejuruan di Indonesia terutama SMK akan memiliki kesesuaian yang tinggi dengan kebutuhan dunia usaha/industri, khususnya dalam penyediaan lulusan sebagai tenaga terampil yang kompeten. Tidak seimbangnya jumlah SMK dan industri pasangannya berdasarkan prinsip pengembangan KTSP, permasalahan tersebut salah satunya dapat diupayakan melalui


(19)

sebuah model pembelajaran yang dapat menghubungkan kompetensi yang terdapat pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan kompetensi keahlian yang dikeluarkan oleh Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Kurikulum berbasis kompetensi yang berorientasi pada kecakapan atau keterampilan hidup menuntut setiap siswa dan guru agar dapat mengembangkan kreativitas maka diperlukan model pembelajaran yang tepat dan dapat memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi dengan hal tersebut.

Menurut Djohar (2008) model pembelajaran berbasis kompetensi teruji dapat meningkatkan kompetensi siswa. Konsekwensi dari model tersebut menuntut kemampuan dalam mengembangkan desain model pembelajaran serta implementasinya pada pembelajaran di kelas maupun diruang praktik. Kompetensi siswa sebagai indikator utama keberhasilan belajar sangat erat hubungannya dengan keberhasilan pembelajaran dalam rangka implementasi kurikulum berbasis kompetensi. Dalam perspektif yang spesifik kondisi tersebut berlaku juga dalam kaitan antara peningkatan kompetensi siswa dengan keberhasilan pembelajaran program produktif SMK, artinya keberhasilan pembelajaran produktif sangat berperan dalam peningkatan kompetensi siswa, sehingga dalam implementasi model kurikulum berbasis kompetensi diperlukan adanya pengembangan model pembelajaran inovatif yaitu pembelajaran yang dikemas oleh pebelajar atas dorongan gagasan barunya yang merupakan produk dari learning how to learn untuk melakukan langkah-langkah belajar, sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar yang sesuai dengan kondisi yang ada di sebuah SMK dan mendukung keberhasilan program produktif.

Pembelajaran pada program produktif SMK ditekankan pada penguasaan dasar dasar keahlian yang luas, kuat, mendasar, serta penguasaan alat dan teknik bekerja yang


(20)

tepat. Selain pembelajarannya dilaksanakan di sekolah, juga dilaksanakan diindustri/bengkel dengan agar siswa dapat mengetahui, mengenal, memahami pekerjaan yang sesungguhnya. Industri/bengkel dapat dilibatkan dalam proses pembelajaran di SMK, terutama untuk meningkatkan penguasaan peserta terhadap dasar-dasar keahlian yang benar serta memberikan wawasan tentang dunia kerja. Kompetensi kerja merupakan bagian dari keseluruhan kompetensi yang harus dimiliki siswa dilihat dari kecakapan hidup yang harus dimiliki oleh lulusan SMK. Lulusan SMK harus memiliki kecakapan hidup baik kecakapan: personal, sosial, akademik dan vokasional dalam menghadapi perkembangan era global. Untuk mencapai kondisi tersebut bagaimana kecakapan hidup dapat dicapai oleh para siswa melalui proses belajar yang dijalaninya di sekolah, sehingga pada pembelajaran peroduktif dibutuhkan inovasi pembelajaran yang mengarah kepada pengembangan kecakapan hidup. Model pembelajaran inovatif berbentuk model pembelajaran terpadu (integrated learning) dan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan model pembelajaran yang mengarah pada pengembangan kecakapan hidup (Blanchard, 2001).

Hasil penelitian Martawijaya (2010) menunjukan bahwa: “siswa-siswa yang melaksanakan praktek industri (prakerin) melalui model pembeajaran kontekstual di sekolah memiliki kompetensi yang jauh lebih baik dibandingkan siswa yang melaksanakan prakerin di industri dan mereka lebih dapat berkembang lebih baik dalam bekerja baik diperusahaan di dalam maupun di luar negeri” . Hal ini berarti bahwa apabila di sekolah dilakukan proses pembelajaran produktif seperti yang dilakukan pada proses industri dengan baik dan memposisikan siswa sebagai mana layaknya bekerja di industri, para siswa mendapatkan pengalaman industri yang dapat dilakukan di sekolah dengan


(21)

mendayagunakan fasilitas praktek yang lengkap dengan sumber daya manusia (guru) yang ada memiliki kompetensi yang baik untuk dapat memberi pengalaman industri di sekolah.

Salah satu model pembelajaran kontekstual yang dapat dipertimbangkan pada program produktif SMK yang dapat menjembatani kurangnya industri pasangan SMK yang sesuai dengan program keahliannya dengan kompetensi standar yang harus dimiliki oleh siswa SMK yang dapat dilakukan di SMK adalah model pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran inovatif yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Fokus pembelajaran terletak pada konsep dan prinsip inti dari suatu disiplin studi, melibatkan peserta didik dalam investigasi pemecahan masalah dan tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan peserta didik bekerja secara otonom membangun pengetahuan siswa dan puncaknya menghasilkan produk nyata. Peran guru pada pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai fasilitator dan pemandu dalam proses pemecahan masalah. Pembelajaran berbasis proyek dapat digunakan untuk mencapai sebuah kompetensi tertentu melalui sebuah proyek dalam jangka waktu tertentu melalui langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan, pembuatan laporan, mengkomunikasikan hasil kegiatan serta evaluasi. (Kamdi, 2008).

Blumenfeld et.al. (1991) mendiskripsikan model belajar berbasis proyek (project-based learning) berpusat pada proses relatif berjangka waktu, berfokus pada masalah, unit pembelajaran bermakna dengan mengitegrasikan konsep-konsep dari sejumlah komponen pengetahuan, atau disiplin, atau lapangan studi. Ketika siswa bekerja di dalam tim, mereka menemukan keterampilan merencanakan, mengorganisasi, negosiasi, dan membuat konsensus tentang isu-isu tugas yang akan dikerjakan, siapa yang bertanggungjawab untuk setiap tugas, dan bagaimana informasi akan dikumpulkan dan disajikan.


(22)

Keterampilan-keterampilan yang telah diidentifikasi oleh siswa ini merupakan Keterampilan-keterampilan yang amat penting untuk keberhasilan hidupnya, dan sebagai tenaga kerja merupakan keterampilan yang amat penting di tempat kerja kelak.

Pembelajaran berbasis proyek menganut prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning). Karena itu, penilaian yang digunakan sebagai bagian integral dari proses tersebut harus konsisten dengan prinsip ketuntasan, dimana peserta didik hanya dinyatakan selesai belajar jika benar-benar telah memenuhi syarat untuk dinyatakan kompeten berdasarkan standar yang berlaku. Pembelajaran berbasis proyek memiliki prinsip yaitu pembelajaran suatu keahlian tertentu dapat dioptimalkan dalam bentuk latihan mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan atau tugas sesungguhnya sesuai dengan program keahliannya, sehingga kompetensi yang yang harus dikuasai benar-benar diraih melalui suatu proses pengalaman langsung menghasilkan (learning by doing) sesuatu yang bermanfaat.

Dengan pembelajaran berbasis proyek diharapkan siswa SMK dapat memiliki kompetensi yang sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan dunia industri sekaligus dapat meningkatkan kualitas kompetensi yang telah dimilikinya untuk meningkatkan kualitas siswa sebagai sumber daya manusia yang siap terlibat dalam kegiatan industri.

Studi yang dilakukan oleh Hugg & Wuldinger (2007) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyekdapat digunakan pada pelatihan didalam kelas dalam bentuk latihan dan tugas yang sesuai untuk berbagai kegiatan profesional, program akademis yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan hidup dan memberikan manfaat dunia nyata bagi masyarakat bagi siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Moore (2003) menjelaskan sebuah bahwa pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kompetensi siswa teknologi. Hasil dari


(23)

penelitian menunjukkan dengan penerapan pembelajaran berbasis proyek yang dirancang secara efektif dan terstruktur dengan baik dari sebuah pekerjaanproyek dapat meningkatkan keterampilan dan pemahaman siswa tentang isi pelajaran. Penelitian juga menunjukkan bahwa informasi yang dipelajari oleh pekerjaan proyek memiliki hasil yang lebih baik dari 80% dibandingkan pengajaran konvensional,

Frank Kurzel dan Michelle Rath (2007:1) dalam penelitian tentang Pembelajaran Berbasis Proyek dan Lingkungan Belajarmenggambarkan karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek pada pembelajaran multimedia yang mengembangkan bahan instruksional serta dokumentasi yang dikembangkan oleh siswa serta menganalisis faktor kekuatan pembelajaran berbasis proyek yang dilakukan oleh siswa.

Yaron Doopelt (2003:1) meneliti tentang hubungan pembelajaran berbasis proyek dengan peningkatan kompetensi menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis proyek (PBL) adalah metode yang dapat menanamkan pemikiran kompetensi dan menciptakan lingkungan belajar yang fleksibel. Metode pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kompetensi siswa yang rendah menjadi siswa yang memiliki kompetensi dan berprestasi. Penelitian bertujuan untuk mencari lingkungan belajar yang berfungsi untuk meningkatkan kompetensi siswa dan untuk meningkatkan kemampuan kognitif serta kematangan emosional murid melalui empat langkah yang diambil yaitu: mendefinisikan tujuan yang signifikan bagi murid maupun guru, perubahan lingkungan belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek secara ilmiah dapat meningkatkan motivasi siswa dan kompetensimelalui sebuah pembelajaran efektif signifikan. Hasil penelitian juga menunjukkan peningkatan jumlah kelulusan siswa yang berprestasi rendah berhasil memiliki kompetensi standar yang ditetapkan.


(24)

Musthak AL-Atabi (2007:1) meneliti tentang studi kasus pembelajaran berbasis proyek dengan menggunakan aliran visualisasi pada modul pembelajaran mata kuliah teknik di fakultas teknik universitas Taylor, Subang jaya, Malaysia. Pembelajaran Berbasis Proyek untuk jurusan teknik mesin dapat berfungsi sebagai pengembangan profesional lulusan yang dapat digunakan pada dunia kerja serta keterampilan komunikasi yang efektif. Penggunaan model Pembelajaran berbasis proyek mahasiswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan proses desain, termasuk konsep desain dan kendala dari pembuatan desain yang menunjukkan penggabungan desain lintas disiplin ilmu lainnya, bekerja secara tim, memiliki teknik komunikasi yang tepat untuk mengkomunikasikan konsep dan ide serta melakukan mempresentasi dari proyek yang telah dikerjakan secara efektif.

Sebagai indikator utama hasil belajar siswa, pencapaian kompetensi siswa menjadi tolok ukur keberhasilan pembelajaran dalam rangka implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan. Dilihat dari perspektif imlementasi KTSP secara spesifik, tolak ukur keberhasilan pembelajaran juga berlaku dalam kaitan antara peningkatan kompetensi siswa dengan keberhasilan pembelajaran pada program produktif SMK. Artinya, keberhasilan pembelajaran dalam program produktif sangat berperan dalam peningkatan kompetensi siswa.

Pembelajaran program produktif SMK memiliki dua ciri pokok berupa pembelajaran berbasis kompetensi dan berbasis produksi. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah proses pembelajaran dengan perencanaan, pelaksanaan dan penilaiannya mengacu kepada penguasaan kompetensi yang telah diprogramkan antara SMK dengan institusi pasangannya.Sedangkan pembelajaran berbasis produksi mengandung arti proses pembelajarankeahlian atau keterampilan yang dirancang dan


(25)

dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya (real job), untuk menghasilkanbarang atau jasa sesuai tuntutan pasar atau konsumen.

Kedua ciri pokok pembelajaran produktif SMK berimplikasi terhadap perencanaan,pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran dalam program produktif. Pada perencanaan pembelajaran program produktif, pembelajaran berbasis kompetensi dan produksi perlu disusunsesuai dengan standar internal (standar kompetensi lulusan) dan tuntutaneksternal (kebutuhan keahlian/kecakapan di dunia usaha/industri). Dalam konteksoperasional, rencana pembelajaran yang telah melalui tahap penyesuaian (matching) dan siap diimplementasikan harus sudah mencerminkan isi kompetensiyang harus dicapai (what) dan bagaimana cara/strategi untuk mencapainya (how). Dalam hal implementasi, pembelajaran dalam program produktif perlu diterapkan berdasarkan prinsip: fokus terhadap penguasaan kompetensi, kesesuaiandengan prosedur dan standar bekerja sesungguhnya (real job); dan pembelajaran di dunia kerja (learning by doing).

Dari permasalahan yang terungkap maka untuk menjawab permasalahan tersebut memerlukan studi secara komprehensif untuk kemudian diupayakan rumusan dan langkah pemecahan masalah. Dengan diperoleh sebuah rumusan permasalahan beserta langkah - langkah pemecahan masalah diharapkan penyelengaraan pendidikan kejuruan di Indonesia terutama di SMK akan memiliki kesesuaian yang tinggi dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri, khususnya dalam penyediaan tenaga kerja yang memiliki kompetensi yang terampil dan profesional.

B. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

Penelitian pengembangan model pembelajaran berbasis proyek bertolak dari adanya kesenjangan antarakompetensi peserta didik yang belum optimal dicapai dengan


(26)

kompetensi standar sesuai dengan standar kompetensi lulusan atau tuntutan dunia usaha dan industri. Banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian kompetensi siswa tersebut baikyang berkenaan dengan aspek raw input, yaitu siswa dengan potensi yang dimilikinya, instrument input seperti kurikulum (aspek proses: model pembelajaran, metode, dan pendekatan pembelajaran, media pembelajaran) yang dikembangkan oleh pendidik (guru) dan tenaga kependidikan lainnya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah berkenaan dengan aspek environmental input, seperti lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, sarana prasarana dan lain sebagainya.

Salah satu aspek yang diduga sangat dominan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa dalam pelaksanaan kurikulum mata pelajaran produktif adalah model pembelajaran yang spesifik. Efektifitas model pembelajaran yang digunakan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hasil pembelajaran.

Sebagai salah satu penentu keberhasilan siswa dalam pembelajaran produktif di SMK, guru produktif SMK diharapkan memiliki kemampuan dan kreativitas untuk mengembangkan berbagai pendekatan dalam proses pembelajaran. Peningkatan pencapaian standar kompetensi lulusan siswa tidak hanya ditentukan oleh faktor guru saja, tetapi perlu dukungan dan interaksi yang baik dengan faktor dari dalam diri siswa. Interaksi keduanya akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik sehingga tercapai standar kompetensi lulusan yang baik. Hal ini merupakan harapan dan cita-cita bagi guru maupun siswa itu sendiri.

Penelitian pengembangan model pembelajaran ini bertolak dari adanya kesenjangan antara jumlah SMK yang membuka program keahlian teknik komputer dan jaringan dengan industri pasangan yang sesuai dengan program keahlian, sehingga kompetensi


(27)

peserta didik belum optimal dalam dicapai dengan kompetensi yang standar sesuai dengan standar kompetensi lulusan atau tuntutan dunia usaha dan industri.

Sebagai salah satu penentu keberhasilan siswa dalam pembelajaran produktif di SMK, guru diharapkan memiliki kemampuan dan kreativitas untuk mengembangkan berbagai pendekatan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut perlu dilakukan agar lebih memberi motivasi kepada diri siswa sehingga diharapkan adanya peningkatan pencapaian standar kompetensi lulusan. Peningkatan pencapaian standar kompetensi lulusan siswa tidak hanya ditentukan oleh faktor guru saja, tetapi perlu dukungan dan interaksi yang baik dengan faktor dari dalam diri siswa. Interaksi keduanya akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik. Oleh karena itu, tercapainya standar kompetensi lulusan yang baik harus merupakan harapan dan cita-cita bagi guru maupun siswa itu sendiri. Motivasi siswa sangat penting dalam proses pembelajaran ini.

Dari identifikasi di atas dapat ditarik benang merah bahwa diperlukan suatu model pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi siswa, terhadap penyelenggaraan pembelajaran dalam program produktif dalam rangka implementasi kurikulum SMK yang diperlukan untuk memperbaiki proses penyelenggaraan pembelajaran agar diperoleh hasil yang diharapkan. Model dan pendekatan tertentu perlu dirancang dan dikembangkan secara optimal agar hasilnya dapat dijadikan landasan baik secara konseptual maupun operasional. Berdasarkan pemaparan masalah tersebut penulis bermaksud melakukan studi dengan masalah pokok yaitu: “Model pembelajaran program produktif seperti apakah yang sesuai diterapkan pada SMK program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan dalam meningkatkan kompetensi siswa?”.


(28)

Untuk menjawab permasalahan di atas dikembangkan pertanyaan – pertanyaan penelitian. Berdasarkan masalah pokok penelitian yang telah dirumuskan, maka pertanyaan-pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kondisi pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Produktif program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan? Yang mencakup tentang a) bentuk rencana pembelajaran; b) bentuk pelaksanaan pembelajaran; c) bentuk pelaksanaan evaluasi hasil belajar; d) pelaksanaan tugas guru (Ka Prodi, guru program produktif dan pembimbing lapangan); e) bentuk dukungan stakeholders (Du/Di, Asosiasi Profesi, dan Komite Sekolah) terhadap penyelenggaraan pembelajaran dalam program produktif

2. Desain model pembelajaran bagaimanakah yang cocok diterapkan oleh guru program produktif pada program keahlian Teknik komputer dan Jaringan ? mencakup: a) desain model rencana pembelajaran; b) desain model pelaksanaan pembelajaran; dan c) desain model evaluasi hasil pembelajaran.

3. Bagaimanakah desain model program pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi siswa, dengan memberikan pengalaman dan suasana pekerjaan di sekolah dalam mata pelajaran Produktif, program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan?

4. Bagaimanakah dampak penerapan model pembelajaran yang dihasilkan terhadap aspek peningkatan kompetensi siswa, dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru khususnya dalam menyusun rencana pembelajaran, pelaksaan pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.


(29)

Berdasarkan rumusan masalah penelitian pengembangan model pembelajaran berbasis proyek untuk siswa sekolah menengah kejuruan program keahlian Teknik komputer dan Jaringan maka tujuan umum yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah menghasilkan suatu model pembelajaranyang mampu meningkatkan kompetensi siswa dalam mata pelajaran Produktif, Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan di SMK. Berdasarkan pada tujuan umum, tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menemukan gambaran tentang model pembelajaran yang sedang dilaksanakan oleh SMK pada saat ini

2. Menemukan desain pembelajaran yang dapat memberikan siswa pengalaman langsung dalam suasana pekerjaan yang dilakukan industri di sekolah sebagai alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi siswa SMK dalam mata pelajaran jaringan komputer lokal program keahliah Teknik Komputer dan Jaringan.

3. Menemukan gambaran tentang tingkat penerapan model pembelajaran yang dihasilkan dilihat dari aspek:

a. Peningkatan kompetensi siswa hasil pembelajaran berbasis proyek b. struktur model pembelajaran berbasis proyek

c. Keselarasan dengan dukungan alat dan bahan d. Potensi dukungan Stakeholders

F. MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan tujuan penelitian yang dikembangkan diharapkan penelitian inibermanfaat baik teoritis maupun praktis sebagai berikut:


(30)

1. Penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat menghasilkan beberapa prinsip-prinsip dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran diklat produktif di SMK yang memungkinkan dikembangkan lebih lanjut menjadi sebuah teori untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan terutama di bidang pendidikan teknologi dan kejuruan.

2. Penelitian ini diharapkan menghasilkan prinsip-prinsip ataudalil-dalil dalam pengembangan model pembelajaran yang dapat memberikan siswa pengalaman langsung dalam suasana industri di sekolah untuk meningkatkan kompetensi siswa khusunya dalam mata pelajaran produktif, Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan di SMK.

b. Manfaat paktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sumbangan suatu model pembelajaran yang disusun berdasarkan standar kompetensi SMK Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan dengan titik berat pada aspek profesional dan yang berorientasi pada tuntutan kebutuhan lapangan kerja.

2. Model Desain Pembelajaran yang dibuat dapat menjadi contoh untuk dikembangkan pada program pembelajaran bidang studi lain baik dengan beberapa penyesuaian.

3. Bagi bidang pengembang , hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu alternatif pilihan model pengelolaan pembelajaran

4. Masukan bagi dinas pendidikan nasional dalam menentukan kebijakan dalam rangka mengembangkan metode pembelajaran yang cocok bagi sekolah menengah


(31)

kejuruan untuk memiliki kompetensi profesional yang berorientasi pada sertifikasi kompetensi tenaga kerja profesional.


(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menghasilkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam mata pelajaran Produktif di SMK. Untuk menemukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi siswa, perlu dipelajari model-model pembelajaran yang selama ini dilakukan di SMK termasuk konsep-konsep pembelajaran, khususnya yang berkaitan erat dengan pembelajaran dalam pembelajaran produktif . Hasil pengkajian terhadap model-model dan konsep pembelajaran tersebut, menjadi landasan untuk mencari alternatif model pembelajaran yang dipandang lebih baik sehingga memungkinkan dengan model yang baru tersebut dapat meningkatkan kompetensi siswa. Perancangan model tersebut perlu ditempuh langkah-langkah dan prosedur penelitian yang dapat dihasilkan model pembelajaran yang tepat dan dapat dilaksanakan secara efektif di SMK.

Penelitian disertasi ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (Research and Development). Pemilihan metode berkaitan dengan tujuan umum penelitian yaitu mengembangkan sebuah model pembelajaran produktif SMK program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan untuk mencapai kompetensi yang sesuai dengan yang diharapkan. Penelitian ini juga berupaya menghasilkan sebuah komponen dalam sistem pendidikan melalui pengembangan model pembelajaran dan validasi. Menurut Borg & Gall (1989:624) “Educational research and development (R & D) is process used to

develop and validate educational products”. Penggunaan istilah produk pendidikan memiliki makna bahwa penelitian tidak hanya mencakup wujud material seperti buku teks


(33)

proses dan prosedur pembelajaran seperti pengembangan metode pengajaran atau metode untuk mengorganisasi pembelajaran, sehingga pendekatan penelitian dan pengembangan dipandang memiliki relevansi yang tinggi untuk mengembangkan model pembelajaran program produktif dalam rangka implementasi kurikulum SMK.

Pendekatan penelitian dan pengembangan secara konseptual diuraikan oleh Borg & Gall (1983:626) mencakup 10 langkah umum yaitu:

1. Research and information collecting, yaitu penelitian awal dan pengumpulan informasi dimana pada langkah ini dilakukan studi literatur tentang hal yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji, observasi dan merumuskan kerangka kerja penelitian.

2. Planning, yaitu perencanaan penelitian. Pada langkah ini dilakukan perumusan kecakapan dan keahlian yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan yang akan dicapai pada setiap tahapan dan jika diperlukan dilaksanakan studi kelayakan secara terbatas.

3. Develop prelimintary form of product, yaitu mengembangkan bentuk permulaan dari produk yang akan dihasilkan. Langkah yang ditempuh pada tahapan ini adalah persiapan komponen pendukung pembelajaran, menyiapkan pedoman dan buku petunjuk dan melakukan evaluasi terhadap kelayakan alat-alat pendukung.

4. Prelimenary field testing, yaitu melakukan uji coba lapangan awal dalam skala terbatas dengan melibatkan 1 sampai 3 sekolah dengan jumlah subyek 6 sampai 12 orang. Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data dan analisis data yang dapat dilakukan dengan cara wawancara, observasi atau angket.

5. Main Product Revision, yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal yang dihasilkan berdasarkan hasil uji coba awal. Perbaikan ini sangat mungkin dilakukan


(34)

lebih dari 1 kali, sesuai dengan hasil yang ditunjukkan dalam uji coba terbatas, sehingga diperoleh produk draft berupa model utama yang siap diujicobakan secara lebih luas.

6. Main field testing, yaitu uji coba yang melibatkan subjek penelitian yang lebih luas yaitu 5 sampai 15 sekolah dengan jumlah sampel penelitian 30 sampai 100 sampel. Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif, terutama dilakukan terhadap kinerja sebelum dan sesudah penerapan uji coba. Pada pelaksanaan penelitian uji coba lebih luas adalah sama dengan ujicoba terbatas hanya pelaksanaannya dilakukan dengan empat kelas. Penilaian pada tahap ini diperluas pada aspek hasil dan dilakukan pretest dan posttest. Selama pelaksanaan uji coba di lapangan, peneliti mengadakan pengamatan secara intensif dan mencatat kejadian penting yang dilakukan oleh responden yang akan dijadikan bahan untuk penyempurnaan produk awal berupa model pembelajaran.

7. Operational product revision, yaitu melakukan perbaikan atau penyempurnaan terhadap hasil uji coba yang lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan sudah merupakan desain model operasional yang siap divalidasi.

8. Operational Field Testing, yaitu langkah uji validasi terhadap model operasional yang telah dihasilkan. Tujuan langkah ini adalah untuk menentukan apakah sebuah model yang dikembangkan benar-benar siap dipakai di sekolah tanpa harus dilakukan pengarahan atau pendampingan oleh peneliti atau pengembang model. Khalayak yang terlibat dalam langkah ini berkisar 10 sampai 30 sekolah, mencakup 30 sampai 150 subjek. Pengumpulan dan analisis data dalam langkah ini dapat dilakukan dengan wawancara, observasi atau angket.


(35)

10. Dissemination and Implementation, yaitu langkah menyebarluaskan produk/model yang telah dikembangkan kepada masyarakat terutama di bidang pendidikan. Langkah pokok dalam tahap ini adalah mengkomunikasikan dan mensosialkan temuan atau model, baik dalam bentuk seminar hasil penelitian, publikasi pada jurnal maupun pemaparan pada stakeholder yang terkait dengan temuan penelitian.

Pada konteks pembelajaran di kelas maupun di lingkungan sekolah, disadari terdapat berbagai kendala dan lingkungan yang kadang kurang mendukung diterapkannya prinsip Borg and Gall secara utuh; misalnya jumlah sekolah sampel yang cukup banyak, lokasi sekolah yang berjauhan, jumlah guru yang banyak, kondisi sarana sekolah yang beragam, lingkungan yang kadang kurang mendukung, serta kemampuan finansial peneliti yang terbatas, terbatasnya waktu penelitian dan sebagainya. Atas dasar alasan tersebut, dalam penelitian dan pengembangan ini,peneliti melakukan beberapa penyederhanaan langkah-langkah penelitian dan pengembangan seperti yang dirumuskan oleh Sukmadinata (2006:184), menjadi tiga tahap yaitu sebagai berikut: ”tahap studi pendahuluan, tahap pengembangan dan tahap akhir pengujian dan validasi”. Penerapan ketiga langkah tersebut dalam pelaksanaannya pada dasarnya mencakup keseluruhan (sepuluh) langkah yang dikembangkan oleh Borg & Gall (1989:784-785). Berdasarkan kesepuluh langkah-langkah yang dikembangkan oleh Borg and Gall di atas dan mengkaji model-model pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan kompetensi siswa SMK, maka rancangan penelitian ini dilakukan dengan tahap tahap dan langkah pengembangan seperti digambarkan pada bagan di bawah ini:


(36)

RANCANGAN PENELITIAN PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TAHAP PERTAMA STUDI PENDAHULUAN STUDI LAPANGAN DOKUMEN PENDUKUNG TEORI PENDUKUNG HASIL STUDI PENDAHULUAN TAHAP KEDUA TAHAP PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TAHAP UJICOBA MODEL PEMBELAJARAN DISKUSI MODEL PEMBELA JARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) UJICOBA TERBATAS UJICOBA LEBIH LUAS PENYUSUNAN KERANGKA MODEL PEMBELAJARAN PENGEMBANG AN MODEL PEMBELAJAR AN UJICOBA TERBATAS UJICOBA LEBIH LUAS KERANGKA MODEL PEMBELAJARAN DRAFT MODEL PEMBELAJA RAN HASIL UJI COBA TERBATAS & REVISI MODEL HASIL UJICOBA LEBIH LUAS & MODEL AKHIR

TAHAP KETIGA

VALIDASI

EKSPERIMEN · KELOMPOK

EKSPERIMEN · KELOMPOK

KONTROL

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

Gambar 3.1. Alur Penelitian Research and Development pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Program Produktif SMK

Dari gambar di atas langkah langkah penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu; tahap pertama studi pendahuluan; tahap kedua studi pengembangan terdiri dari penyusunan konstruk model dan pengembangan model pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan uji coba terdiri dari uji coba terbatas dan uji coba lebih luas dan tahap ketiga adalah validasi model dengan membentuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Secara teknis tahapan atau langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan ini dilakukan penyederhanaan dalam 5 (lima) bagian yaitu a) Pelaksanaan .


(37)

penelitian b). menguraikan temuan hasil penelitian dari studi pendahuluan. c) pelaksanaan dan hasil pengembangan desain model. d) pelaksanaan dan hasil uji validasi Model dan e) interpretasi dan pembahasan hasil penelitian, yang memaparkan tentang kajian kritis terhadap hasil penelitian berdasarkan rujukan teoretis dan empiris, untuk berikutnya menjadi dasar dalam pengambilan kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian.

1. Tahap Studi Pendahuluan

Tahapan penelitian pendahuluan terdapat 4 langkah yang ditempuh meliputi:

a. Persiapan Teknis dan Administatif Persiapan teknis dan administratif untuk melaksanakan penelitian pengembangan model pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan kompetensi siswa SMK ini ditempuh dengan disetujuinya desain penelitian melalui seminar disertasi dan telah ditetapkannya Tim Komisi Pembimbing berdasarkan Surat Keputusan Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia No.0234/H40.7/KP/2011 tertanggal 31 Januari 2011. Setelah mendapatkan SK, penulis melakukan persiapan antara lain:

1) Melakukan kunjungan ke kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Garut untuk mengetahui tentang gambaran SMK yang membuka program keahlian Teknik komputer dan Jaringan di Kabupaten Garut. Data yang didapat dari Dinas Pendidikan Kabupaten Garut tahun 2011 menyatakan bahwa di Kabupaten Garut terdapat 18 SMK berstatus negeri dan swasta yang membuka program dengan perincian 7 SMK negeri dan 11 SMK swasta. Akreditasi yang dimiliki yaitu : 1 SMK program keahlian TKJ memperoleh


(38)

akreditasi A, 6 SMK memperoleh akreditasi B dan 11 SMK belum terakreditasi.

2) Melakukan survey ke Biro Statistik Kabupaten Garut tentang gambaran perkembangan jumlah SMK program keahlian teknik komputer dan jaringan dengan industri yang bergerak di bidang informatika khususnya industri/perusahaan yang bergerak di bidang teknik komputer dan jaringan di kabupaten Garut

3) Melakukan penelusuran rinci tentang data pokok SMK melalui website Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah kejuruan, kementrian pendidikan Nasional melalui alamat http://datapokok.ditpsmk.net/ sebagai bahan untuk melengkapi SMK yang akan dipertimbangkan untuk menjadi sampel penelitian.

4) Melakukan penelusuran awal terhadap SMK yang akan dipertimbangkan untuk menjadi sampel dengan mendatangi dan melakukan penjajagan. 5) Mengurus izin penelitian hingga dikeluarkannya izin penelitian dengan

nomor 0803/UN.40.7/PL/2011 tertanggal 12 Juni 2011, yang ditandatangani oleh Asisten Direktur I, atas nama Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

b. Studi lapangan yang bertujuan untuk melihat kondisi nyata tentang kesiapan subjek dan objek untuk penerapan model. Kegiatan ini meliputi survei di 4 SMK Negeri dan swasta di Kota Garut . Subjeknya adalah beberapa orang guru mata pelajaran Produktif, Kompetensi keahlian Teknik Komputer dan Jaringan berkaitan dengan perencanaan pembelajaran, proses, dan evaluasi


(39)

difokuskan pada SMK kompetensi keahlian TKJ yang meliputi penggunaan sarana dan prasarana, sumber belajar, keadaan siswa, serta iklim sekolah secara umum;

c. Pengembangan ujicoba instrumen studi Pendahuluan.

Untuk memperoleh informasi yang akurat tentang kondisi obejektif pelaksanaan pembelajaran program produktif yang sedang dilaksanakan di SMK melalui instrumen pengumpulan data. Sebagai persiapan, penulis melakukan pembuatan instrumen penelitian pendahuan yang dikembangkan bersama promotor dan tim pembimbing. Instrumen yang dibuat terdiri dari 2 macam yaitu:

1) Angket untuk Ka Prodi, Guru Program produktif

2) Daftar centang (checklist) untuk mengamati dan mengidentifikasi kondisi yang dijelaskan dalam angket.

Pembuatan instrumen melibatkan penilaian para pakar (expert judgement) dan uji keterbacaan baik untuk daftar angket maupun daftar checklist. Penilaian pakar dilakukan untuk menilai struktur dan isi pada tiap-tiap pertanyaan yang dimuat dalam angket, sedangkan uji keterbacaan dilakukan untuk menilai redaksi dan rumusan kalimat yang terdapat pada instrumen pendahuluan agar dapat difahami oleh responden. Dengan demikian instrumen pendahuluan ini berdasar pada validitas isi (content validity) dan validitasnya menggunakan expert judgement .

Berdasarkan pengembangan pembuatan instrumen studi pendahuluan terdapat koreksi terhadap beberapa hal yaitu:


(40)

- Penataan sistematika angket

- Fokus angket lebih mengarah pada strategi pembelajaran produktif - Penegasan pelaksana kurikulum produktif beserta penanggung jawabnya

d. Pengumpulan Data studi pendahuluan.

Setelah dilakukan beberapa koreksi dan perbaikan terhadap angket studi pendahuluan, maka angket telah siap untuk diujicobakan. Pendekatan yang diterapkan pada studi pendahuluan bersifat deskriptif, yaitu mendeskripsikan bentuk penyelenggaraan pembelajaran program produktif khususnya pada program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan beserta aspek – aspek pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran program produktif. Pengumpulan data dalam studi pendahuluan secara kronologis dilakukan dengan memberikan angket kepada responden yaitu ketua program studi, guru program produktif, instruktur dan siswa. Setelah jawaban dikumpulkan, penulis berikutnya melakukan pengamatan terhadap kondisi/lingkungan laboratorium komputer, bengkel komputer dan laboratorium jaringan komputer sebagai langkah pengecekan silang (cross check) terhadap apa yang telah diinformasikan responden melalui jawaban angket. Jawaban hasil angket dan temuan hasil pengamatan (observasi) selanjutnya menjadi sumber utama dalam melakukan analisis terhadap aspek-aspek yang menjadi fokus pada studi pendahuluan. Hasil analisis temuan tersebut digunakan sebagai dasar acuan untuk langkah penelitian selanjutnya yaitu pengembangan desain model pembelajaran berbasis proyek sebagai implementasi kurikulum program produktif.


(41)

Tahap studi pendahuluan, penelitian dan pengembangan direncanakan menempuh tahap – tahap: studi literatur, studi pengumpulan data lapangan dan deskripsi analisis temuan lapangan (model faktual).

Studi kepustakaan dilakukan peneliti untuk mengumpulkan bahan-bahan pendukung khususnya berkaitan dengan konsep-konsep atau teori-teori yang berkenaan dengan kurikulum dan pembelajaran di SMK yang akan dikembangkan, meliputi; konsep dasar pendidikan kejuruan dan pendidikan menengah kejuruan, Prinsip Pendidikan dan Pembelajaran Pada Pendidikan Kejuruan, Model Pembelajaran Pendidikan Menengah Kejuruan, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), Tuntutan DU/DI, Mengkaji beberapa konsep atau teori terutama teori belajar model konstruktivisme, teori model mengajar, teori pendekatan dan strategi pembelajaran, serta mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan pengembangan model pembelajaran mata pelajaran produktif. Hasil kajian tersebut disiapkan salah satunya untuk membuat instrumen pelaksanaan studi pendahuluan mengenai penyelenggaraan diklat program produktif di SMK pada Kompetensi Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan.

Instrumen pengumpulan data dikembangkan untuk memperoleh data awal sebagai langkah studi pendahuluan. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian studi pendahuluan ini ada dua macam, yaitu: (a) angket untuk Ketua Prodi, Guru/Instruktur program produktif, Instruktur lapangan/industri, Asesor eksternal, dan untuk siswa; (b) daftar centang (check list) untuk mengamati dan mengidentifikasi kondisi yang dijelaskan dalam angket.

Sebelum melakukan ujicoba instrumen penelitian pendahuluan terdapat dua tahap dalam melakukan ujicoba instrumen, yaitu penilaian para pakar (expert judgement), dan uji


(42)

keterbacaan, baik untuk angket maupun daftar centang. Penilaian pakar dilakukan untuk menilai struktur dan isi (content) pada tiap-tiap sub pertanyaan/observasi. Sedangkan uji keterbacaan dilakukan untuk menilai apakah redaksi dan rumusan kalimat dalam instrumen dapat dipahami oleh responden. Dengan demikian instrumen ini mendasarkan kepada kesahihan isi (content validity), dan validasinya menggunakan penilaian para pakar. Expert Judgement juga dilakukan pada saat pengembangan desain model pembelajaran.

Data yang dikumpulkan pada studi pendahuluan meliputi; desain kurikulum program produktif SMK Kompetensi Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan, proses penyesuian isi kurikulum produktif dengan tuntutan DU/DI, pelaksanaan pembelajaran, penerapan sistem evaluasi pembelajaran, ketersediaan sarana-prasarana pendukung pembelajaran, dukungan industri/masyarakat, dan data-data lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Data-data tersebut diperoleh dari responden Ketua program studi, guru-guru mata pelajaran program produktif, siswa, institusi pasangan, dan stakeholder lainnya yang relevan dengan konteks penelitian ini. Data-data tersebut dibutuhkan untuk menemukan desain faktual kurikulum dan implementasi kurikulum pogram produktif di SMK yang saat ini dilaksanakan, serta menemukan apakah yang menjadi faktor keunggulan dan kelemahan dari desain faktual tersebut berdasarkan kajian konseptual kurikulum dan implementasi model pembelajaran program produktif yang telah dirumuskan dalam penelitian ini.

Data dari studi pendahuluan ini pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengungkap tujuan penelitian yaitu memperoleh gambaran tentang potensi sebuah SMK dalam mengembangkan model pembelajaran program produktif yang saat ini sedang dilaksanakan oleh SMK program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan. Yang


(43)

a. Penyusunan rencana pembelajaran program produktif b. Pelaksanaan Pembelajaran

c. Evaluasi hasil pembelajaran

d. Pelaksanaan tugas guru (program produktif dan instruktur lapangan)

e. Bentuk dukungan dari stakeholder (DU/DI, Asosiasi profesi dan komite sekolah) dalam penyelenggaraan pembelajaran program produktif.

f. Hasil pembelajaran program produktif dalam bentuk deskripsi kompetensi lulusan berdasarkan hasil uji kompetensi.

2. Tahap Pengembangan Model Pembelajaran dan Uji Coba

Inti dari kegiatan penelitian ini adalah pengembangan model pembelajaran dalam program produktif dalam rangka implementasi kurikulum yang berlaku, mencakup kegiatan pengembangan draft desain model, uji coba terbatas, uji coba lebih luas, serta uji validasi.

a. Pengembangan Desain Model

Secara bertahap pengembangan draft desain model dilakukan berdasarkan analisis dan kesimpulan hasil studi pendahuluan, khususnya berkaitan dengan bentuk penyelenggaraan pembelajaran dalam program produktif. Fokus pengembangan desain model ini berkaitan dengan model pembelajaran pada program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan. Oleh karena itu analisis temuan juga secara spesifik dilakukan terhadap penyelenggaraan pembelajaran produktif pada program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan. Pengembangan desain model ini bersifat mikro dalam lingkup pembelajaran, sehingga dipilih satu mata pelajaran yaitu Perancangan Jaringan Komputer Lokal (Local Area Network) yang diselenggarakan pada kelas dua SMK. Tahap-tahap pengembangan


(1)

Dhami Johar Damiri, 2012

DAFTAR PUSTAKA

Al-Atabi, Mushtak. Chin S.B., 2007, A Case Study in Project Based Learning Using FLOW Visualization. Journal of Engineering Science and Technology Vol. 2, No. 3 (2007) 290 –297 © School of Engineering, Taylor’s University College.

Ali, Mihammad. Ibrahim,R. Sukmadinata, Nana Syaodih. Sudjana, Djuju. Rasyidin, Waini. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Pedagogiana Press. Bandung

Arifin, Jaenal. 2005. Langkah Mudah Membangun Jaringan Komputer. Penerbit Andi. Jogyakarta

Arikunto, S. 2005. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Atkinson, Jean. Developing Teams Through Project – Based Learning. 2001. Gower Publishing Limited. Humpshire, England

Badan Nasional Sertifikasi Profesi (2008) Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi Sub Sektor Jaringan Komputer dan Sistem Administrasi ( Versi Elektronik). Badan Nasional Sertifikasi Profesi. Jakarta

Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut. (2012) Garut Dalam Angka tahun 2011. (Versi Elektronik). Badan Pusat Statistik. Garut

Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Garut (2011) Indikator Makro Kabupaten Garut Tahun 2010 (Versi Elektronik) Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut. 2011

Badan Standar Nasional Pendidikan (2006). Standar Kerja Nasional (SKN) Jaringan Komputer dan Sistem Administrasi . (Versi Elektronik). BNSP Jakarta

Barbazette Jean, 2005 The Trainer’s Journey To Competence Tools, Assessment and Model. Wiley. 989 Market Street, San Francisco, CA 94103-1741 www.pfeiffer.com

Blank. (1982). Handbook for Developing Competency-Based Training Programs. New Jersey: Prentice-Hall Inc

Borg dan Gall, M.D. (1989). Educational Research: An Introduction (5th Ed). New York & London: Longman, Inc.

Boss, Suzie. Krauss, Jane. 2007. Reinventing Project-Based Learning : Your Field Guide to Real World Project in the Digital Age. International Society for Technology in Education (ISTE)


(2)

Dhami Johar Damiri, 2012

Buck Institutute for Education. 1999. Project-Based Learning. http://www.bgsu.edu/organizations/etl/proj.html.

Brook, J.G., & Brook, M.G. 1993. The Case for Constructivist Classrooms. Verginia: ASCD.

Burke, John. (2005) Competency Based Education and Training. The Falmer Press (A member of the Taylor & Francis Group). London • New York • Philadelphia Calhoun, C. C., & Finch, A. V. (1980). Vocational and Career Education: Concepts and

Operation. Belmont, Califonia: Wadsworth Publishing, Co.

Calhoun C.C and Finch A.V, 1982, Vocational Education: Concept and Operations, Belmount California .

Curtis R Finch, John R Crunkilton, 1979, Curriculum Development in Vocational and Technical Education, Allyn and Bacon, Inc, Boston.

Capraro, Robert M. Slough, Scott W. 2009. Project-Based Learning An Integrated Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) Approach. Sense Publishers Rotterdam, The Netherlands

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Dokumen 1 Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Edisi 2004. (Versi elektronik). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Dokumen 2 Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan edisi 2004. (Versi elektronik). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Dokumen 3 Kurikulum Sekolah Menengah

Kejuruan edisi 2004. (Versi elektronik). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah . (2004). Kurikulum SMK Edisi 2004

Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi Program Keahlian Teknik komputer dan Jaringan. (Versi Elektronik). Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. (2004). Instalasi Perangkat Jaringan Lokal (Local Area Network). (Versi Elektronik). Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. (2004). Instalasi Sistem Operasi Berbasis TEXT. (Versi Elektronik). Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. (2004). Instalasi Sistem Operasi Berbasis GUI (Graphical User Interface). (Versi Elektronik). Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta


(3)

Dhami Johar Damiri, 2012

Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. (2004). Melakukan Perbaikan dan atau Setting Ulang Koneksi Jaringan. (Versi Elektronik). Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Djohar , As’ari. 2006. Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan . Disampaikan pada seminar terbatas Tim Penyusun Konsep Batang Tubuh Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan

Djohar , As’ari. 2008. Perspektif Pendidikan Menengah Kejuruan dalam Menyiapkan Tenaga Kerja yang Siap Mendukung Proses Pembangunan di Berbagai Bidang. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan-Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan

Doppelt, Yaron. 2003. Implementation and Assessment of Project-Based Learning in a Flexible Environment. International Journal of Technology and Design Education

13, 255272, 2003. Kluwer Academic Publishers.

Gaer, S. 2008. What is Project-Based Learning? [Online] Available at

http://members.aol.com/CulebraMom/pblprt.html. [December 20, 2010]

Gasskov. V. (2000). Managing Vocational Training Systems. Geneva: International Labour Office.

Graff,ED. Smith, GNS. Nieweg, Michael. 2005. Research and Practice of Avtive Learning in Engineering Education. Pallas Publication-Amsterdam University Press

Grolmann, Philipp And Rauner ,Felix. 2007 International Perspectives on Teachers and Lecturers in Technical and Vocational Education. Springer, P.O. Box 17, 3300 AA Dordrecht, The Netherlands

Harriman, Susan, 2003, Project-based learning meets the Internet: students’ experiences of online projects, [Online] Available at www.aare.edu.au/03pap/har03578.pdf [December 20, 2010]

Hammersley, Martyn. 2002 Educational Research, Policymaking and Practice SAGE Publications Inc 2455 Teller Road Thousand Oaks, California

Helic, Denis. Krottmaier. Harald, Maurer, Hermann. Scerbakov, Nick. Implementing Project-Based Learning in WBT Systems. [Online] Available at http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.93...pdf [December 20, 2010]

Heywood, John (2005) Engineering Education Research and Development in Curriculum and Instruction John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey

Hiscocks. Peter D, Project-Based-Learning: Outcomes, Descriptors and Design, [Online] Available at http:// www.ineer.org/Events. /ICEE2000/Proceedings/papers. /TuA2-1.pdf, www.syscompdesign.com/AppNotes/pbl.pdf [December 20, 2010]


(4)

Dhami Johar Damiri, 2012

Hugg,Robert. Wurdinger, Scott,2007, A Practical and Progressive Pedagogy for Project

Based Service Learning, [Online] Available at

www.isetl.org/ijtlhe/articleView.cfm?id=210 [December 20, 2010]

Kamdi, Waras. 2001. Pembelajaran Berbasis Proyek: Model Potensial untuk Peningkatan Mutu Pembelajaran. Jurnal Gentengkali, 3(11-12).

Kuntadi, Iwa. 2011. Pengembangan Model Pembelajaran PRAKSIS Dengan Aplikasi Jobsheet Terpadu Untuk Peningkatan Kompetensi Siswa SMK. Disertasi Doktor pada Program Studi Pengembangan Kurikulum. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan

Kurzel, Frank and Rath, Michelle, 2007, Project Based Learning and Learning

Environments [Online] Available at

,http://ieee.org.ezlibproxy.levels.unisa.edu.au/iel5/8032/22180/01032843.pdf [December 20, 2010]

Martawajaya, Dadang Hidayat. 2011. Pengembangan Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (MODEL TF-6M) Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa Dalam Mata Pelajaran Produktif Sekolah Menengah Kejuruan. Disertasi Doktor pada Program Studi Pengembangan Kurikulum. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Mergendoller, J.R., & Thomas, J.W. 2000. Managing Project Based Learning: Principles from the Field. Novato, CA: Buck Institute for Education.

Moore, Adam 2003, PBLE - Guidelines for Project Based Learning in Engineering, [Online] Available at www.ineer.org/events/icee2003/proceedings/pdf/3604.pdf [December 20, 2010]

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Munthe, Bermawi. 2009 . Desain Pembelajaran. Pustaka Insan Madani. Yogyakarta

Myers, R.J., & Botti, J.A. 2000. Exploring the Environment: Problem-Based Learning in Action [Online] Available at. http: www.cet.edu/research/conference.html

[December 20, 2010]

Nasution, S, 1991, Metode Penelitian Ilmiah, Jemars, Bandung

Oakey, J. 1998. Project-Based and Problem-Based: The Same or Different? [Online] Available athttp://pblmm.k12.us/PBLGuide/PBL&PBL.html[December 20, 2010]

O’Connor. Bridget N, Bronner, Michael & Delaney Chester 2007 Learning at Work How to Support Individual and Organizational Learning , HRD Press 22 Amherst Road Amherst, Massachusetts 01002


(5)

Dhami Johar Damiri, 2012

Oetomo, Budi Sutedjo Darma. 2004. Konsep dan Perancangan Jaringan Komputer Bangunan Satu Lantai, Gedung Bertingkat dan Kawasan. Penerbit Andi Yogyakarta

Organisation For Ecoomic Co-Operation And Development. 2006. Education Policy Analisys: Focus On Higher Education . OECD Publishing

Oshima, Jun. Oshima, Ritsuko, Project-based learning in preservice education: The integration of theories and practices, [Online] Available at www.lessonresearch.net/oshima.pdf [December 20, 2010]

Pangera, Ali Abas. 2008. Menjadi Administrator Jaringan Nirkabel. Penerbit Andi Yogyakarta

Pérez, Jorge E. García, Javier. Muñoz ,Isabel. Sierra, Alonso Almudena. Puche, Pilar López. 2009, Cooperative Learning vs. Project Based Learning, [Online] Available at http://c3po.eui.upm.es/dmae/Publicaciones/PID1110845.pdf [December 20, 2010] Purwana, Bayu Hikmat. 2010. Pengembangan Kurikulum Program Produktif Sekolah

Menengah Kejuruan ( Studi Pada SMK Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan Di Kota Bandung ). Disertasi Doktor pada Program Studi Pengembangan Kurikulum. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan

Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional Pelayanan Profesional Kurikulum (2004) Kurikulum Berbasis Kompetensi,(Versi Elektronik), Balitbang Depdiknas: Jakarta

Raggatt, Peter and Williams, Steve Government. 2004 Markets and Vocational Qualifications An Anatomy of Policy . Taylor & Francis e-Library.

Ravitz, Jason. Mergendoller, John. Markham, Thom, 2004, Online Professional Development for Project Based Learning: Pathways to Systematic Improvement, Association for Educational Communications and Technology, October 21, 2004. Chicago, IL.

Riduwan & Sunarto. 2007. Pengantar Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Alfabeta Bandung

Schelmmer, Phil. Schelmmer, Dori. Teaching Beyond The Test: Differentiated Project Based Learning in Standards Based Age. 2008. Free Spirit Publishing. Inc. Seel, Norbert M and Dijkstra, Sanne. (2008) Curriculum, Plans, and Processes in

Instructional Design: International Perspectives, edited by. Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Smeyers , Paul and Depaepe, Marc (2007) Educational Research: Networks and Technologies . Springer, P.O. Box 17, 3300 AA Dordrecht, The Netherlands.


(6)

Dhami Johar Damiri, 2012

Sofana, Iwan. 2008. Membangun Jaringan Komputer . Informatika Bandung

Somantri, Ating. Muhidin, Sambas Ali. 2006. Aplikasi Statistik Dalam Penelitian. Penerbit Pustaka Setia. Bandung

Sopandi, Dede. 2010. Instalasi dan konfigurasi Jaringan Komputer. Informatika Bandung Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Alfabetika Bandung

Suparno, P. (2002). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Suranto. (2005). Focused Based Education Sebagai Solusi Peningkatan Mutu Sistem

Pendidikan di Indonesia. Makalah Seminar Mahasiswa Teknik Industri UNS, Surakarta.

Thomas, J.W. 2000. A Review od Research on Project-Based Learning. California: The

Autodesk Foundation. [Online] Available at:

http://www.autodesk.com/foundation. [December 20, 2010]

Thomas, J.W., Margendoller, J.R., & Michaelson, A. 1999. Project-Based Learning: A. Handbook for Middle and High School Teachers. [Online] Available at:

http://www.bgsu.edu/organizations/ctl/proj.html. [December 20, 2010]

Thomas John W, 2000 A Review Of Research On Project-Based Learning, [Online] Available at: www.bobpearlman.org/BestPractices/PBL_Research. [December 20, 2010]

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta - Indonesia

Wellington, J. (1993). The Work Related Curriculum : Challenging the Vocational Imperative. London: Kogan Page Limited.