oAnalisis Itompetensi Ciuru SMK PUSTEI( Serpong

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakafia dan dinyatakan lulus dalam Ujian

Munaqasah padatanggal 18 September 2014 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana 31 (S.Pd) dalam bidang Manajemen Pendidikan.

I akarta, 1 8 Septemb er 2014


(6)

1110018200017 Jumsan lt{anajemen Pendidikan Fakultas Iltnu Tarbiyah dan Kepntan UIN Syarif Hiclayatullal-r Jakarla, telah diuji kebenarannya oleh dosen pembinrbing skripsi pada tanggal"

Jakarta, I2 Septernber 20i4


(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

Lampiran

2

Perattran Pemerintali Republik lndonesia

I-ampiran

3

Angket Untuk Respotrdett (Kepala Sekolah, Y-ayasan, Pengarvas, Siswa)

I-ampiran

4

Pedornan Wawancara Lampiran

5

Berita Warvarrcara

l,ampiran

6

Data UiiKompetensi Gunl Lampiran

7

Surat Birnbingan Skripsi

Lanrpiran

I

Surat Pemrohonan lzin Penelitian Lampiran

9

Surat Keterangan Dari Sekolah Larnpiran

10

Uji Referensi


(15)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.1

Dalam mewujudkan pendidikan berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tersebut, pemerintah menganjurkan pengembangan sebagai sebuah proses terhadap sumber daya manusia baik guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, peserta didik dan lain-lain. Bagi guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, dan lainnya melalui pendidikan lanjutan, seminar, pelatihan, dan lain-lain. Sedangkan bagi peserta didik mulai dari jenjang pendidikan dasar, menengah sampai pendidikan tinggi baik melalui jalur pendidikan formal, nonformal maupun informal.

Untuk mewujudkan sistem pendidikan nasional, pendidikan menengah SMK adalah bagian dari sistem pendidikan nasional. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 66 Tahun 2010 bahwa: Sekolah Menengah Kejuruan, yang selanjutnya disingkat SMK, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang

1

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokusmedia, 2006), h. 2.


(16)

sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP

atau MTs”.2

Pendidikan kejuruan, SMK harus mampu melihat peluang kerja di dunia industri, mengembangkan kemampuan dan mandiri karena dalam pendidikan kejuruan siswa diberikan praktikum kerja langsung ke lapangan dalam rangka mengadaptasikan siswa melihat dunia kerja dan untuk merealisasikan hasil pembelajaran. Pendidikan kejuruan mempunyai tiga program yang di tuangkan dalam kurikulum yaitu program adaptif, normatif dan produktif.

Dari penjelasan di atas, diharapkan bahwa tujuan pendidikan nasional dapat terwujud secara baik dan efektif melalui proses pembelajaran dalam penyelenggaraan pendidikan yang melibatkan berbagai pihak baik itu pemerintah, dinas pendidikan, pengawas, kepala sekolah, pihak yayasan bagi sekolah swasta, stakeholder atau komite sekolah, guru dan lain-lain.

Namun dari pihak yang terlibat di atas, peneliti mengambil pihak guru sebagai salah satu pihak yang ikut menentukan dalam mewujudkan tujuan pendidikan karena di sekolah peserta didik mendapat pembelajaran lebih banyak oleh guru, sehingga guru harus mampu meningkatkan kompetensinya dalam mendidik dan mengajarkan peserta didiknya melalui kompetensi guru secara maksimal agar dapat terealisasi dengan efektif.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 1 tentang guru dan dosen bahwa: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah”.3

2

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 66 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan

Pendidikan.

3

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Pendidikan, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, 2006, h. 83.


(17)

Seperti tugas utama guru yang telah dipaparkan di atas, Guru merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Peranan guru di atas menjadi komponen yang penting dalam performanya. Performa guru bukan hanya dilihat dari kemampuan mengajar tetapi bagaimana kemampuan guru dalam membimbing, mendidik, mengarahkan, melatih, memberikan penilaian, dan mengevaluasi setiap peserta didik. Performa guru dapat membantu mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan menentukan efektifitas dalam proses pendidikan.

Seperti yang telah dijelaskan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003, bahwa “Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional”.4

Berdasarkan Undang-undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 tersebut, kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional sekaligus memiliki kualifikasi akademik.

Penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Rita

Mariyana, yang berjudul ”Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Berbasis Bimbingan di Taman Kanak-Kanak (Studi Deskriptif Terhadap Guru TK di Kota Bandung)”. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil kompetensi

guru secara keseluruhan yaitu “kompetensi pedagogik sebesar 23.31%,

kompetensi profesional sebesar 29.80%, kompetensi kepribadian sebesar

24.61%, dan kompetensi sosial sebesar 22.29%”.5

Penelitian dari konsorsium ilmu pendidikan (2000) yang ditulis oleh Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana yaitu:

“Memperlihatkan bahwa 40% guru SMP dan 33% guru SMA mengajar bidang studi di luar bidang keahliannya. Paparan ini menggambarkan sekilas kualitas guru di Indonesia, bagaimana dapat dikatakan profesional jika penguasaan materi mata pelajaran

4

Perundang-Undangan, op. cit., h. 77.

5

Rita Mariyana, Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Berbasis Bimbingan di Taman Kanak-Kanak (Studi Deskriptif Terhadap Guru TK di Kota Bandung), h. 13.


(18)

yang diampu masih kurang, dan bagaimana dapat dikatakan profesional jika masih ada 33% guru yang mengajar di luar bidang

keahliannya”.6

Sebagaimana ditemukan fakta setelah melakukan Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) selama empat bulan yang dilakukan di SMK PUSTEK Serpong bahwa masih ada beberapa guru yang belum berpendidikan Strata Satu (S1) dan juga masih ada beberapa guru yang mengajar tidak sesuai latar belakang pendidikan. Dengan demikian, keadaan yang seperti ini apabila disesuaikan dengan Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dikatakan masih belum memenuhi syarat sebagai guru mengajar.

Selain itu, disiplin guru dalam melaksanakan tugasnya masih belum dilakukan sepenuhnya dengan baik. guru masih ada yang datang terlambat, malas mengajar sehingga penulis mendapati hampir setiap hari ada beberapa jam kosong yang gurunya tidak hadir untuk mengajar dengan berbagai alasan, serta diskriminasi terhadap kelas sehingga guru memasuki kelas yang Ia sukai saja, ada juga guru yang datang hanya memberikan tugas tanpa memberikan pembelajaran, dan juga ada beberapa guru yang mengajarnya masih terlihat tradisional seperti datang ke kelas lalu meminta siswa membaca dan beliau menjelaskan, tidak disertai dengan media pembelajaran yang bisa menarik konsentrasi dan minat siswa untuk belajar sehingga mengakibatkan peserta didik bosan, mengantuk, berbicara dengan teman sebangkunya atau teman lainnya, izin keluar dengan alasan ingin ke kamar kecil padahal mereka pergi ke kantin, dan lain-lain. Walaupun hanya sebagian kecil, namun keadaan seperti ini akan mengganggu dan mempengaruhi proses belajar mengajar.

Seperti yang telah dituangkan dalam Undang-undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003, bahwa sebagai seorang guru seharusnya berkewajiban:

6

Pupuh Fathurrohman & Aa Suryana, Guru Profesional, ( Bandung: Refika Aditama, 2012) cet. 1, h. 5.


(19)

a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis;

b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan

c. Memberikan teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.7

Mengacu pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, guru yang sebagai agen pembelajaran yang profesional harus mampu menguasai kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik (ilmu mendidik), kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional untuk meningkatkan performa guru sebagai pendidik yang baik.

Untuk menjelaskan ke empat kompetensi di atas, maka peneliti memperoleh data hasil Uji Kompetensi Awal (UKA) yang bertujuan untuk memperbaiki sistem perekrutan guru sebagai tenaga profesi sehingga guru yang dinyatakan memenuhi syarat akan melaksanakan tahap selanjutnya seperti pelatihan dan akan memperoleh sertifikasi. Sedangkan Uji Kompetensi Guru (UKG) merupakan upaya untuk pemetaan kompetensi guru. Ada dua jenis ujian yaitu uji kompetensi profesional dan uji kompetensi pedagogik, yang sifatnya kognitif.8

Secara nasional, nilai rata-rata tertinggi diraih guru-guru di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan nilai 51.03 dan UKA (Uji Kompetensi Awal) tidak jauh beda yaitu 4,2.9 Sedangkan dilihat dari tingkat propinsi, statistik nilai gabungan dari kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik pada mata pelajaran bahasa Indonesia bahwa propinsi Banten memperoleh nilai rata-rata yaitu (42,70), mata pelajaran matematika (44,97), dan mata

7

Perundang-undangan, op. cit., h. 21.

8

Kemdikbud.go.id, Sisdiknas, Uji Kompetensi Guru Tetap Dilanjutkan, Friday : 07 Maret 2012.

9

Kemdikbud.go.id, Sisdiknas, Uji Kompetensi Guru Tetap Dilanjutkan, Friday : 08 Maret 2012.


(20)

pelajaran bahasa inggris (38,98).10 Data dari nilai UKA dan UKG akan menjadi bagian lampiran skripsi.

Dari permasalahan di atas, kemungkinan akan menimbulkan banyak sekali pertanyaan, karena untuk peserta didik diberikan standar nilai Ujian Nasional (UN) minimal 6,0 sedangkan data perolehan guru untuk Uji Kompetensi rerata adalah 4. Ini yang menjadikan peneliti tertarik untuk meneliti terkait dengan kompetensi guru. Sehingga untuk mendapatkan kebenaran dan mendapatkan solusi dari permasalah di atas, perlu melakukan penelitian karena kompetensi guru merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kompetensi guru sebagai ujung tombak untuk menghasilkan generasi penerus yang berpotensi.

Berdasarkan asumsi di atas, maka penulis berminat untuk mengangkat “Analisis Kompetensi Guru SMK PUSTEK Serpong”

sebagai judul skripsi.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kurang maksimalnya kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik guru

2. Kurangnya kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar 3. Masih terdapat beberapa guru yang belum S1

4. Masih terdapat beberapa guru mengajar di luar bidang keahliannya

C.

Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi di atas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada kompetensi guru di SMK PUSTEK Serpong. Sedangkan

10

Uji Kompetensi Guru (UKG) online Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 21 November 2012, 19:48 WIB.


(21)

perumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana kompetensi guru di SMK PUSTEK Serpong?”

D.

Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

Mengetahui kompetensi guru SMK PUSTEK Serpong. Kegunaan penelitian ini yaitu;

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan apabila peneliti menjadi guru di masa yang akan datang sehingga mengetahui bagaimana guru meningkatkan kompetensinya agar dapat membantu mewujudkan tujuan pendidikan yang efektif.

2. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif serta membantu guru dalam meningkatkan kompetensi agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang baik pada sekolah itu sendiri dalam rangka memperbaiki kualitas guru pada khususnya dan kualitas sekolah.


(22)

8

A.

Kompetensi Guru

1.

Pengertian Kompetensi Guru

Mengacu pada Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 dan Undang-undang No. 14 tahun 2005 bahwa guru harus mempunyai standar kompetensi sebagai guru profesional. “Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi kompetensi yang harus

dimiliki oleh setiap guru”. 11 “Kompetensi merupakan seperangkat

pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan”.12

Menurut Jamil Suprihatiningrum bahwa “competency (kompetensi) didefinisikan sebagai kebulatan, penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk kerja yang diharapkan dapat

dicapai seseorang setelah menyelesaikan suatu program pendidikan”.13

Menurut Saepul Anwar bahwa “kompetensi merupakan komponen yang tidak bisa dipisahkan dari eksistensi guru dalam melaksanakan profesinya sebagai guru, karena pekerjaan guru itu tidak gampang dan tidak

sembarangan dikerjakan”.14

Sedangkan menurut Suyanto dan Asep Jihad “kompetensi guru sendiri merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban secara bertanggung jawab dan layak di mata pemangku

11

Barnawi & Muhammad Arifin, Kinerja Guru Profesional Instrumen Pembinaan, Peningkatan & Penilaian, ( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), cet. 1, h.14.

12

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Pendidikan, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, 2006, h.84.

13

Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesioanl Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) cet. 1, h 19.

14

Saepul Anwar, Studi Realitas tentang Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas, Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol. 9 No.2, 2011, h. 145


(23)

kepentingan”.15

Dalam bukunya Jamil Suprihatiningrum bahwa “guru wajib memiliki kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional”.16

Dari penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa seorang guru wajib memiliki kompetensi, karena guru yang tidak memiliki serta tidak memahami ke empat kompetensi seperti yang telah tertera dalam undang-undang, belum memenuhi syarat sebagai pendidik yang profesional. Kompetensi dibutuhkan supaya performa sebagai guru mampu memberikan kontribusi untuk meningkatkan penampilan sekolah yang efektif.

2.

Standar Kompetensi Guru

Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional tentang Standar pendidik, bahwa:

a. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional.

b. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

c. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:

1. Kompetensi pedagogik; 2. Kompetensi kepribadian; 3. Kompetensi profesional; dan 4. Kompetensi sosial.17

Dari penjelasan di atas, dijelaskan dalam Undang-undang Republik

Indonesia No. 14 tahun 2005 menyatakan bahwa “kualifikasi akademik

adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru atau dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di

15

Suyanto & Asep Jihad, Guru Profesional Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global, (Jakarta: Erlangga Group, 2013), h. 1.

16

Suprihatiningrum, Op. cid. h. 100.

17

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokusmedia, 2006), h. 77.


(24)

tempat penugasan”.18

Kemudian, dijelaskan dalam Undang-undang bahwa

“sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan

dosen. Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional”.19

Menurut Jamil Suprihatiningrum dalam bukunya bahwa:

“sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu guru yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru”.20

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 bahwa

“program sertifikasi bertujuan untuk memenuhi kualifikasi minimum pendidik yang merupakan bagian dari program pengembangan karier oleh

Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah”.21

Dan yang selanjutnya yaitu kompetensi. “Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan

tugas keprofesionalan”. 22

Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.

a. Kompetensi Pedagogik

Pedagogi berasal dari bahasa yunani yang didefinisikan secara umum sebagai ilmu dan seni mengajar anak-anak.23 Dalam arti sempit, pedagogi mengacu pada berbagai macam proses pendidikan dalam sekolah yang memiliki hubungan yang sifatnya vertikal, antara guru dan murid.

18

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Pendidikan, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, 2006, h. 84.

19

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Pendidikan,op. cid. h.84.

20

Suprihatiningrum, Op. cid. h. 40.

21

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Th.2003, (Jakarta: 2011) cet. 4, h. 69.

22

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Pasal 3 tentang Guru

23

Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung: PT. Imtima 2009), cet. 3, h. 296.


(25)

Sementara, untuk mengacu pada teori-teori tentang pendidikan memakai kata pedagogik.24

Dalam buku yang ditulis oleh Jejen Musfah bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah:

“Kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a)

pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman tentang peserta didik; (c) pengembangan kurikulum/silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya”.25

Menurut Suyanto & Asep Jihad dalam bukunya yaitu “Kompetensi pedagogik yang harus dikuasai guru meliputi pemahaman guru terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya”.26

Lebih lanjut, dalam RPP tentang Guru dikemukakan bahwa:

“Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan

pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan 2. Pemahaman terhadap peserta didik

3. Pengembangan kurikulum/silabus 4. Perancangan pembelajaran

5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis 6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran

7. Evaluasi hasil belajar (EHB)

8. Pengambangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya”.27

Berdasarkan pengertian di atas yang dapat peneliti simpulkan bahwa kompetensi pedagogik merupakan suatu kemampuan guru dalam ilmu mengajar dan mendidik agar guru mampu mengelola baik itu

24

Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter, (Jakarta: PT Grasindo, 2007), h. 138.

25

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru melalui pelatihan dan Sumber belajar teori dan praktik, (Jakarta: Prenada media group, 2012) cet. 2, h. 31.

26

Suyanto & Asep Jihad, Guru Profesional Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global, (Jakarta: Erlangga Group, 2013), h. 41.

27

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) cet. 4, h.75


(26)

mengelola pembelajaran dan pengelolaan terhadap peserta didik serta memahami setiap psikologi peserta didik karena setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda.

b. Kompetensi Kepribadian

“Kompetensi kepribadian, yaitu Kemampuan Kepribadian yang:

(a) berakhlak mulia; (b) mantap, stabil, dan dewasa; (c) arif dan bujaksana; (d) menjadi teladan; (e) mengevaluasi kinerja sendiri; (f) mengembangkan

diri; dan (g) religius”.28

Menurut Fachruddin Saudagar & Ali Idrus bahwa “Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan tingkah laku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpantul dalam perilaku sehari-hari”.29

“Kompetensi personal/kepribadian ini meliputi beberapa aspek,

antara lain sebagai berikut.

1. Bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa; 2. Berakhlak mulia;

3. Memiliki etos kerja yang tinggi; 4. Bersikap terbuka;

5. Memiliki jiwa memimpin;

6. Memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri; 7. Memiliki kemampuan mengembangkan diri; dan 8. Memiliki integritas kepribadian”.30

Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang:

1. Beriman dan bertakwa; 2. Berakhlak mulia;

28

Musfah, Op. cid. h. 42.

29

Fachruddin Saudagar & Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2011) cet. 3, h. 42.

30

Dadi Permadi & Daeng Arifin, Panduan Menjadi Guru Profesional, (Bandung, Nuansa Aulia), Cet. 1,h. 28.


(27)

3. dan bijaksana; 4. Demokrasi; 5. Mantap; 6. Berwibawa; 7. Stabil; 8. Dewasa; 9. Jujur; 10.Sportif;

Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. Dengan demikian, peneliti menyimpulkan bahwa kompetensi kepribadian merupakan sesuatu yang sudah melekat pada dirinya yang berkaitan dengan karakter, berkaitan dengan kedewasaan seorang guru dan guru harus mampu menjadi panutan yang baik bagi peserta didiknya karena kompetensi kepribadian tidak bisa diajarkan di ruang kelas tetapi bagaimana guru mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari di semua lingkungan.

c. Kompetensi Sosial

“Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai

bagian dari masyarakat untuk: (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun

dengan masyarakat sekitar”.31

Dari buku yang ditulis oleh Fachruddin Saudagar & Ali Idrus

mengungkapkan “kompetensi sosial mencakup kemampuan untuk

menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru”.32

31

Musfah, Op. cid. h. 52-53.

32


(28)

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk: 1. Berkomunikasi lisan, tulis, dan/ atau isyarat secara santun;

2. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; 3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik.

4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku; dan

5. Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan. Dengan demikian, peneliti setuju bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat. Karena guru yang baik adalah guru yang mampu berkomunikasi dengan baik. Komunikasi dapat mempengaruhi interaksi dalam pembelajaran, mampu memotivasi peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran, serta menarik minat siswa untuk menyimak penjelasan guru. Selain itu, kemampuan seorang guru harus mampu membedakan bagaimana berkomunikasi dengan sesama guru, pimpinan, tenaga kependidikan, peserta didik, orang tua dan masyarakat. Karena guru adalah makhluk sosial yang harus memberikan pengaruh positif bagi masyarakat baik masyarakat sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.

d. Kompetensi Profesional

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.33

“Kompetensi profesional adalah: Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep; struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren

33


(29)

dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional”.34

Menurut Martinis Yamin bahwa “kemampuan profesional mencakup:

1. Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkan;

2. Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan;

3. Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan, dan pembelajaran

siswa”.35

Menurut Sudarwan Danim, kompetensi profesional terdiri dari dua ranah subkompetensi:

1. Menguasai substansi keilmuan terkait dengan bidang studi, memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum;

2. Menguasai struktur dan metode keilmuan untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.36

Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/ atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:

1. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/ atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan

2. Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan

34

Musfah, Op. cid. h. 54.

35

Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2006) cet. 2, h. 22.

36

Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, ( Bandung: CV Alfabeta, 2013) cet. 3, h. 24.


(30)

program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/ atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.37

Dari penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kompetensi profesional terkait dengan bagaimana penguasaan materi yang dimiliki oleh guru, apabila guru tidak mampu menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan berarti guru tersebut tidak bisa dikatakan profesional. Kompetensi profesional sangat erat kaitannya dengan profesi yang dalam pelaksanaannya memerlukan syarat tertentu.

Maka dari itu, guru mempunyai kedudukan profesional yang salah satu bentuk kompetensinya diukur melalui Uji Kompetensi Awal (UKA) dan Uji Kompetensi Guru (UKG).

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2012 bahwa “Uji kompetensi awal adalah uji kompetensi untuk menguji penguasaan guru terhadap kompetensi profesional dan pedagogik, dan diperuntukkan bagi guru yang akan mengikuti sertifikasi guru dalam jabatan melalui pola pendidikan dan

latihan profesi guru”. Pendidikan dan latihan profesi guru selanjutnya

disebut PLPG adalah salah satu pola sertifikasi guru dalam jabatan yang penilaiannya melalui pengamatan, uji kinerja, dan ujian lisan.38

Uji kompetensi awal dimaksudkan untuk meningkatkan dan memastikan kesiapan guru dalam mengikuti pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG). Pelaksanaan uji kompetensi awal melibatkan berbagai instansi antara lain BPSDMP dan PMP, LPTK, LPMP, dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.39

Sedangkan Uji Kompetensi Guru menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 tahun 2012

bahwa “Uji kompetensi guru yang selanjutnya disebut UKG adalah

37

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Pasal 3 tentang Guru

38

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2012 pasal 1 tentang Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan

39

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Pedoman Pelaksanaan Uji Kompetensi Awal, 2012.


(31)

pengujian terhadap penguasaan kompetensi profesional dan pedagogik dalam ranah kognitif sebagai dasar penetapan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan dan bagian dari penilaian kinerja guru.

UKG dilakukan untuk pemetaan kompetensi dan sebagai dasar kegiatan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang dilakukan secara periodik. Aspek yang diujikan dalam UKG adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional dalam ranah kognitif.

Kompetensi pedagogik yang dimaksud adalah: 1. Mengenal karakterstik dan potensi peserta didik;

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif; 3. Menguasai perencanaan dan pengembangan kurikulum;

4. Menguasai langkah-langkah pembelajaran yang efektif; dan 5. Menguasai sistem, mekanisme, dan prosedur penilaian.

Kompetensi profesional sebagaimana dimaksud adalah;

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu guru;

2. Menguasai metodologi keilmuan sesuai bidang tugas yang dibebankan kepada guru; dan

3. Menguasai hakikat profesi guru.40

UKG dilaksanakan melalui 2 (dua) cara yaitu: 1. Sistem online, atau

2. Sistem manual.

Persyaratan Uji Kompetensi Guru yaitu sebagai berikut: 1. Memiliki sertifikat pendidik;

2. Belum memasuki pensiun pada tahun 2012; 3. Masih aktif menjadi guru; dan

4. Yang belum bersertifikat pendidik, dengan syarat berstatus PNS atau guru tetap yayasan serta memiliki NUPTK.41

40

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 tahun 2012 tentang Uji Kompetensi Guru.

41

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 tahun 2012 tentang Uji Kompetensi Guru


(32)

3.

Performa Guru

Istilah kinerja terjemahan dari Performance. Karena istilah kinerja juga sama dengan istilah performansi.42 Selanjutnya kata performance berasal dari kata to perform yang berarti menampilkan atau melaksanakan. Performance berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, unjuk kerja atau penampilan kerja. 43

Menurut Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana mendefinisikan

bahwa “kinerja terbentuk bilamana masing-masing struktur memiliki tanggung jawab dan memahami akan tugas dan kewajiban masing-masing”.44Menurut Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo, “kinerja adalah perilaku seseorang yang membuahkan hasil kerja tertentu setelah memenuhi sejumlah persyaratan”.45

Sementara itu, Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 pasal 1 Sistem Pendidikan Nasional tentang Guru dan Dosen

bahwa: “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah”.46

Dari pengertian di atas bahwa guru mempunyai tugas mendidik, mengajar, membimbing dan melatih dengan memberikan penilaian dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Untuk itu, guru harus melaksanakan proses pembelajaran yang baik, mengikuti perkembangan zaman baik itu ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, dalam membimbing guru tidak boleh mempunyai sikap yang diskriminatif terhadap peserta didik, serta harus selalu menjunjung tinggi Undang-undang sebagai pedoman karena

42

Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo, Teori Kinerja dan Pengukurannya, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012) cet. 1, h. 62.

43

Barnawi & Mohammad Arifin, Kinerja Guru Profesional Instrumen Pembinaan, Peningkatan & Penilaian, ( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), cet. 1, h. 11.

44

Pupuh Fathurrohman & Aa Suryana, Guru Profesional, ( Bandung: Refika Aditama, 2012) cet. 1, h. 30.

45

Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo, Op, Cid. h. 63.

46

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Pendidikan, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan,2006, h. 83.


(33)

guru tidak boleh sembarangan dalam mengajar, guru harus menjadi bibit unggul sehingga perlu mengembangkan kualifikasinya serta kompetensinya.

Oleh karena itu, “kinerja guru dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai dengan tanggung jawab dan wewenangnya berdasarkan standar kinerja yang telah ditetapkan selama periode tertentu dalam kerangka mencapai tujuan pendidikan”. 47

Dalam bukunya Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana,

“menyatakan bahwa kinerja guru erat kaitannya dengan peningkatan

pemberdayaan guru tersebut di mana guru harus dapat mengkritisi kurikulum secara mandiri, dapat mengelola kelas dan ajarnya serta dapat

meningkatkan cara mengajarnya secara efisien”.48

Menurut Jamil Suprihatiningrum bahwa “kinerja guru merupakan

faktor yang paling penting menentukan kualitas pembelajaran. Dengan demikian, peningkatan mutu pendidikan, kualitas kinerja guru perlu mendapatkan perhatian utama dalam penetapan kebijakan”.49

Dari beberapa pendapat ahli di atas, saya setuju bahwa performa guru merupakan penampilan guru di sekolah dalam rangka memberikan pembelajaran agar guru memiliki prestasi yang baik sehingga guru perlu meningkatkan kompetensi dan kualifikasi akademiknya agar dapat memberikan penampilan terbaiknya kepada peserta didik.

4.

Tujuan Penilaian/Evaluasi Performa Guru

Penilaian kinerja guru adalah proses pengukuran setiap butir kegiatan tugas utama guru yang dilakukan melalui uji kompetensi dan

47

Barnawi & Mohammad, Op. cid. h. 14

48

Pupuh Fathurrohman & Aa Suryana, Op. Cid. h. 32.

49

Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesioanl Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) cet. 1, h. 39.


(34)

observasi.50 Penilaian kinerja guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir kepangkatan dan jabatannya.51 Setiap penilaian mempunyai alat ukur yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang ingin dicapai.

Untuk mengetahui bagaimana hasil dari performansi maka diperlukan evaluasi. Dari buku Hamzah B. Uno bahwa “ evaluasi kinerja (appraisal of performance) adalah proses yang mengukur kinerja

seseorang”. 52

Dalam kegiatan/proses pengukuran, tentunya sudah mempertimbangkan sasaran, standar, dan kriteria/indikator yang telah ditetapkan.

Menurut Hamzah B.Uno & Nina Lamatenggo bahwa “ tujuan evaluasi kinerja adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat dan valid mengenai kinerja seseorang dalam kurun waktu tertentu, pada suatu

lembaga demi peningkatan nasib atau kesejahteraan mereka”.53

Dari buku Barnawi & Mohammad Arifin “menyebutkan bahwa tujuan penilaian kinerja adalah.

1. Pengembangan profesi dan karier guru; 2. Pengambilan kebijaksanaan per sekolah; 3. Cara meningkatkan kinerja guru;

4. Penugasan yang lebih sesuai dengan karier guru;

5. Mengidentifikasi potensi guru untuk program in-service training; 6. Jasa bimbingan dan penyuluhan terhadap kinerja guru yang

mempunyai masalah kinerja;

7. Penyempurnaan manajemen sekolah;

8. Penyediaan informasi untuk sekolah serta penugasan-penugasan”.54 Penilaian kinerja banyak digunakan di Great Britian adalah untuk: 1. Meningkatkan kinerja;

2. Menetapkan tujuan organisasi;

3. Mengidentifikasi pelatihan dan kebutuhan pengembangan.55

50

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 tahun 2012 tentang Uji Kompetensi Guru

51

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Pedoman Uji Kompetensi Guru, 2012.

52

Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo, Op, Cid. h. 87.

53

Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo, Op, Cid. h. 89.

54


(35)

Dari pendapat di atas, ada asumsi peneliti bahwa penelitian ini melakukan penilaian agar mendapatkan kebenaran dari apa yang diasumsikan. Karena kita tidak bisa menilai sesuatu tanpa ada bukti kebenaran. Sedangkan kebenaran itu diperoleh melalui penilaian dari observasi atau penelitian berdasarkan data yang diperoleh.

5.

Manfaat Penilaian Performa Guru

Dalam buku yang ditulis oleh Hamzah B.Uno & Nina Lamatenggo, bahwa:

“Manfaat kinerja ialah untuk meningkatkan pelaksanaan individu

dan unit kerja, komunikasi yang lebih baik, hubungan yang lebih efektif, identifikasi kekuatan-kekuatan dan kelemahan, penemuan masalah yang ada dan potensial, identifikasi kebutuhan akan pelatihan dan pengembangan, penjernihan kerja, peran, dan meningkatkan kesempatan untuk mengungkapkan pandangan”.56

Manfaat penilaian kerja bagi semua pihak adalah agar mereka mengetahui manfaat yang dapat mereka harapkan. Seperti untuk pengembangan perencanaan untuk meningkatkan kinerja dengan membangun kekuatan dan mengurangi kelemahan semaksimal mungkin.57 Selain itu, dalam buku Barnawi & mohammad Arifin

mengemukakan bahwa “ manfaat dari adanya penilaian kinerja guru

sebagai berikut.

1. Pengembangan staf melalui in-service training; 2. Pengembangan karier melalui in service training; 3. Hubungan yang semakin baik antara staf dan pemimpin; 4. Pengetahuan lebih mendalam tentang sekolah dan pribadi;

5. Hubungan produktif antara penilaian dengan perencanaan dengan pengembangan sekolah;

6. Kesempatan belajar yang lebih baik bagi siswa;

55

Veithzal Rivai, dkk. Performance Aprraisal Sistem yang Tepat untuk Menilai Kinerja dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), cet. 4, h. 50.

56

Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo, Op, Cid. h. 89.

57


(36)

7. Peningkatan moral dan efisiensi sekolah”.58

Dengan demikian, peneliti mengambil kesimpulan bahwa penilaian digunakan sebagai pedoman untuk guru supaya mampu melihat sejauh mana kemampuannya. Penilaian dimaksudkan agar guru memahami apakah implikasi dari penilaian supaya guru menerima apa saja kekurangannya sehingga perlu diperhatikan dan perlu melakukan perbaikan, sedangkan kelebihan yang sudah ada perlu dikembangkan terus menerus supaya mampu menghasilkan pembelajaran yang efektif, siswa belajar dengan tenang karena guru telah menguasai kompetensi-kompetensi yang wajib guru miliki.

B.

Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Rita

Mariyana, yang berjudul ”Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Berbasis Bimbingan di Taman Kanak-Kanak (Studi Deskriptif Terhadap Guru TK di Kota Bandung)”. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil kompetensi guru secara

keseluruhan yaitu “kompetensi pedagogik sebesar 23.31%, kompetensi

profesional sebesar 29.80%, kompetensi kepribadian sebesar 24.61%, dan kompetensi sosial sebesar 22.29%”.59

Selain itu, penelitian dari Syamsul Bahri dengan judul penelitian Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru SD di Dataran Tinggi Moncong Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan disimpulkan bahwa “kinerja guru SD di Dataran Tinggi Moncong Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan termasuk dalam kategori baik (rerata = 100,93 dari skor maksimum 124). Kemampuan mengajar guru dalam kategori kurang (rerata = 86,11 dari skor maksimum 144); persepsi tentang lingkungan kerja dalam kategori baik (rerata = 71,18 dari skor maksimum 108); dan

58

Barnawi & Muhammad, Op. cid. h. 41.

59

Rita Mariyana, Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Berbasis Bimbingan di Taman Kanak-Kanak (Studi Deskriptif Terhadap Guru TK di Kota Bandung), h. 13.


(37)

motivasi kerja dalam kategori sangat baik (rerata 78,05 dari skor maksimum 96).60

C.

Kerangka Berpikir

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Peneliti berasumsi bahwa guru harus mempunyai tingkat kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi untuk mewujudkan makna pendidikan di atas, apabila guru tidak memiliki kesadaran dan tanggung jawab sebagai guru sebagaimana mestinya, bagaimana tujuan pendidikan akan tercapai. Sedangkan peserta didik membutuhkan guru yang profesional yang mampu mencetak output atau lulusan yang berkualitas.

Guru juga merupakan seseorang yang harusnya mempunyai panggilan jiwa, tidak semata-mata memandang profesi sebuah tempat untuk mencari penghasilan tetapi bagaimana guru mampu menyayangi peserta didiknya agar semua peserta didik mendapatkan perlakuan yang sama, dibimbing, dididik, agar mereka memiliki karakter baik sebagai generasi penerus yang dicetak dari sekolah sehingga kebaikan guru akan menjadikan mereka (Guru) sebagai suri tauladan dan mampu memperbaiki nilai pendidikan menjadi berkualitas.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

60

Syamsul Bahri, Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru SD di Dataran Tinggi Moncong Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan, Jurnal Meditek Vol. 3, 2011, h. 9.


(38)

Sebagai guru profesional, Undang-undang Sisdiknas telah mewajibkan guru untuk memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional. Idealnya bahwa keempat kompetensi tersebut mampu meningkatkan performa guru dalam dunia pendidikan.

Saya sangat setuju bahwa memang seorag guru harus memiliki ke empat kompetensi tersebut. Karena pertama, kompetensi profesional terkait dengan bagaimana guru mempunyai kemampuan dalam bidang keilmuan yang sudah jelas diukur dengan hasil akhir adalah nilai kuantitatif yang bersifat kognitif. Sedangkan ketiga kompetensi seperti pedagogik, sosial, dan kepribadian adalah kompetensi yang bersifat nonkognitif atau bisa disebut sebagai kemampuan yang berbasis pada karakter. Ketiga kompetensi ini yang memang sulit sekali dimiliki oleh seorang guru, karena pada dasarnya pendidikan kita sudah membiasakan pada sebuah hasil yang diukur dengan Ujian Nasional (UN) yang mana guru terlena hanya memberikan pengajaran yang berbasis pada hasil yang bersifat kuantitatif sehingga tidak sadar bahwa proses lah yang sebenarnya penting untuk ditanamkan oleh peserta didik.

Proses pembelajaran memberikan peranan penting bagi guru untuk memberikan pembiasaan diri agar siswa diajarkan bagaimana mempunyai karakter yang baik seperti misalnya bertanggung jawab, peduli dengan lingkungan, menghormati orang lain, sopan santun, rasa ingin tahu, kegigihan dan sebagainya akan mengantarkan mereka (Peserta Didik) pada keberhasilan dalam pendidikan.

Kedua, bahwa ke empat kompetensi guru tersebut dinilai mampu meningkatkan kualitas guru apabila kompetensi profesional, pedagogik, sosial dan kepribadian dikolaborasikan dan ditanamkan dengan baik sehingga hasilnya akan efektif seperti misalnya pengetahuan membutuhkan karakter begitu juga sebaliknya bahwa karakter juga membutuhkan pengetahuan agar mampu mengendalikan diri mana yang baik digunakan dan atau dilakukan sehingga proses pembelajaran berjalan


(39)

dengan nilai edukasi supaya peserta didik memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Di latar belakang masalah dijelaskan bahwa kompetensi guru masih dikatakan belum memenuhi standar karena rerata hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) dan Uji Kompetensi Awal (UKA) adalah 4, sedangkan untuk hasil UKG nilai rerata tertinggi adalah 51,03. Saya berasumsi bahwa hal ini terjadi karena bisa jadi guru tersebut saat mengikuti Uji Kompetensi Awal (UKA) dan Uji Kompetensi Guru (UKG) tidak mempersiapkan diri untuk belajar. Jelas bahwa kebanyakan guru memang sudah memiliki keluarga sehingga mereka sulit untuk membagi waktu antara sekolah dan kehidupan sehari-hari di keluarga.

Selanjutnya, bisa jadi guru malas untuk belajar karena mungkin UKA & UKG memiliki bobot soal yang dianggap mudah untuk dikerjakan atau bisa jadi juga bahwa komputer yang digunakan mengalami hambatan dan atau guru tersebut tidak tahu cara menggunakan komputer.

Dengan demikian, kerangka berpikir ini membutuhkan penelitian yang relevan untuk menjawab asumsi-asumsi di atas, dan mencari tahu apakah guru yang UKA dan UKG nya rendah belum menguasai ke empat kompetensi tersebut. Maka dari itu, keempat kompetensi tersebut penting sekali untuk diterapkan dalam pendidikan supaya penampilan guru menjadi unggul dan mampu menerapkan kepada peserta didik agar mereka (peserta didik) memiliki kemampuan baik kognitif maupun nonkognitif.


(40)

26

Lokasi penelitian adalah SMK PUSTEK Serpong di Jl. Raya Serpong No 17 Kel. Pondok Jagung (samping WTC Matahari) Serpong Utara kota Tangerang Selatan Propinsi Banten.

Waktu penelitian yang dibutuhkan secara keseluruhan dari mulai proses perencanaan hingga pengumpulan data ± 1 bulan yaitu dari bulan agustus sampai dengan September.

B.

Jenis Penelitian

Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan mencapai hasil yang maksimal supaya dapat dipertanggungjawabkan maka dalam penelitian ini digunakan metode penelitian. Metode yang dianggap tepat digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang mengggambarkan keadaan yang sebenarnya dari fenomena objek yang diteliti dan dibandingkan dengan teori yang sesuai dengan masalah penelitian. Ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan.61

Metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan situasi-situasi atau kejadian-kejadian yang secara alami dan nyata terjadi dilingkungan objek penelitian. Peneliti berharap, melalui pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini mampu mencapai tujuannya yakni menjelaskan kompetensi guru.

61

Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 8, h. 94.


(41)

C.

Prosedur Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan prosedur pengumpulan data seperti:

1. Angket

Merupakan sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden.62 Responden dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, pengawas, yayasan dan siswa. Bentuk angket yang diberikan adalah angket langsung yang bersifat tertutup dengan alternatif-alternatif jawaban yang telah tersedia. Jumlah angket yang diberikan kepada responden sebanyak 101 angket dari 583 siswa kelas XII, dan 3 angket untuk masing-masing individu diberikan kepada kepala sekolah, yayasan, dan pengawas sekolah.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap muka dengan guru SMK PUSTEK. Jumlah guru yang diwawancarai yaitu 12 orang guru yang mewakili jumlah guru keseluruhan.

3. Studi Dokumenter

Studi dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.63 Dokumen ini berupa data hasil wawancara dengan guru SMK PUSTEK.

D.

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini digunakan sebagai pedoman wawancara, namun peneliti tidak menentukan urutan pertanyaan yang ketat,

62

Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 8, h. 219.

63


(42)

pertanyaan akan dikembangkan sesuai dengan jawaban yang diberikan subjek peneliti.

Tabel 3.1Kompetensi guru No Ranah Kompetensi

1 Pedagogik 2 Kepribadian 3 Sosial 4 Professional

Total

Tabel 3.2 Standar Kompetensi Guru SMA/SMK

No Kompetensi Inti Guru

Indikator Pertanyaan

Kompetensi Pedagogik

1 Menguasai

karakteristik siswa dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

a. Memahami

karakteristik siswa yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya

b. Mengidentifikasi potensi siswa dalam mata pelajaran yang diampu.

c. Mengidentifikasi bekal-ajar awal siswa dalam mata pelajaran yang diampu

d. Mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran yang diampu.

2 Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang mendidik.

a. Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang mendidik terkait


(43)

dengan mata pelajaran yang diampu

b. Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu.

3 Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu

a. Memahami prinsip-prinsip

pengembangan kurikulum

b. Menentukan tujuan pembelajaran yang diampu

c. Menentukan

pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diampu

d. Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran

e. Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik siswa f. Mengembangkan

indikator dan instrumen penilaian 4 Menyelenggarakan

pembelajaran yang mendidik

a. Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik

b. Mengembangkan komponen-komponen rancangan


(44)

pembelajaran

c. Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan d. Melaksanakan

pembelajaran yang mendidk di kelas, di laboratorium, dan di lapangan dengan memerhatikan

standar keamanan yang dipersyaratkan e. Menggunakan media

pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh

f. Mengambil keputusan

transaksional dalam pembelajaran yang diampu sesuai dengan situasi yang berkembang

5 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran

a. Memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi dalam pmbelajaran yang diampu

6 Memfasilitasi pengembangan potensi siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki

a. Menyediakan

berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong siswa mencapai secara optimal

b. Menyediakan

berbagai kegiatan pembelajaran untuk


(45)

mengaktualisasikan potensi siswa, termasuk

kreativitasnya 7 Menyelenggarakan

penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar

a. Memahami prinsip-prinsip penialain dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu

b. Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu

c. Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar

d. Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar e. Mengidentifikasi

penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrument f. Menganalisis hasil

penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan g. Melakukan evaluasi

proses dan hasil belajar

8 Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan

pembelajaran.

a. Menggunakan

informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan


(46)

b. Menggunakan

informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan.

c. Mengomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku

kepentingan. d. Memanfaatkan

informasi hasil penelitian dan evaluasi

pembelajaran untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran. 9. Melakukan tindakan

reflektif untuk peningkatan

kualitas pembelajaran.

a. Melakukan refleksi terhadap

pembelajaran yang telah dilaksanakan. b. Memanfaatkan hasil

untuk perbaikan dan pengembangan

pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu.

c. Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu.

Kompetensi Kepribadian

10 .

Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan

nasional Indonesia.

a. Menghargai siswa tanpa membedakan keyakinan yang di anut, suku, adat-istiadat, daerah, asal, dan gender.

b. Bersikap sesuai dengan norma agama


(47)

yang di anut, hukum dan sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.

11 .

Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia. Dan teladan bagi

siswa dan

mayarakat.

a. Berprilaku jujur, tegas, dan manusiawi. b. Berprilaku yang

mencerminkan

ketakwaan dan akhlak mulia.

c. Berprilaku yang dapat diteladani oleh siswa dan anggota masyarakat di sekitarnya.

12 .

Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.

a. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil. b. Menampilakan diri

sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.

13 .

Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

a. Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi. b. Bangga menjadi guru

dan percaya pada diri sendiri.

c. Bekerja mandiri secara profesional.

Kompetensi Sosial

14 .

Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tindak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.

a. Bersikap inklusif dan objektif terhadap siswa, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan

pembelajaran.

b. Tidak bersikap diskriminatif

terhadap siswa, teman sejawat, orang tua siswa dan


(48)

lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi.

15 .

Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

a. Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya secara santun, empatik dan efektif. b. Berkomunikasi

dengan orang tua siswa dan masyarakat secara santun, empatik, dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan siswa. c. Mengikutsertakan

orang tua siswa dan masyarakat dalam program

pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa.

16 .

Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

a. Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan

efektivitas sebagai pendidik.

b. Melaksanakan

berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan

kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan.

Kompetensi Profesional


(49)

. struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

18 Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

a. Memilih materi pelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat

perkembangan siswa. b. Mengolah materi

pelajaran yang diampu secara kretaif sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

kompetensi di atas, digunakan sebagai kisi-kisi dalam melakukan wawancara. Dengan demikian, transkip hasil wawancara yang diambil dari beberapa indikator di atas, akan menjadi bagian dari lampiran skripsi.

E.

Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data

Data hasil wawancara dan angket akan dilakukan pemeriksaan untuk memperoleh keabsahan data sehingga meminimalisir terjadinya kesalahan.

F.

Analisis Data

Dalam menganalisis data penelitian, penulis menyesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini yakni sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan. Analisis data dimulai dengan pengolahan data mentah dan dimulai dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Melakukan pengecekan terhadap pengisian angket mengenai kelengkapan, kejelasan, dan kebenaran pengisian angket tersebut agar meminimalisir terjadinya kesalahan.


(50)

2. Skoring

Pemberian skor dilakukan dengan memperhatikan data yang ada. Kriteria skor yaitu sebagai berikut.

No Alternatif Jawaban Skor

1 2 3 4

Sangat efektif Efektif Cukup efektif Kurang efektif

4 3 2 1

3. Tabulating

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Data yang dikumpulkan dikualifikasikan ke dalam angka-angka sehingga data berbentuk kuantitatif yang kemudian dapat dideskripsikan. Data dalam penelitian ini menggunakan nilai rata-rata. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.


(51)

37

A.

Deskripsi SMK PUSTEK

1.

Profil SMK PUSTEK

SMK PUSTEK berdiri pada tahun ajaran 1999/2000, berlokasi di Jalan Raya Serpong No.17 Kelurahan Pondok Jagung (Samping WTC Matahari) Kecamatan Serpong Utara Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten. Kepala sekolah pertama yaitu Drs. Sudirman yang bertugas dari tahun 1999 s.d 2002. Kedua yaitu Drs. H. Mathodah S.,M.Si yang bertugas dari tahun 2003 s.d sekarang.

Kompetensi keahlian yang ada di SMK PUSTEK hingga saat ini adalah :

1. Teknik Pemesinan

2. Teknik Kendaraan Ringan/Otomotif 3. Akuntansi

4. Administrasi Perkantoran 5. Teknik Komputer dan Jaringan 6. Multimedia

Tabel 4.1

Data Akreditasi Kompetensi Keahlian

Kompetensi Keahlian Akreditasi Tahun diakreditasi

1. TEKNIK PEMESINAN B 2005

2. TEKNIK KENDARAAN RINGAN /

OTOMOTIF A 2005

3. TEKNIK KOMPUTER JARINGAN A 2009

4. MULTIMEDIA -

5. ADMINISTRASI PERKANTORAN B 2005


(52)

Untuk mencapai akreditasi A diperlukan kurikulum kompetensi keahlian yang sesuai dengan kebutuhan, guru yang profesional dalam mengajar, memiliki kerja keras, tanggung jawab terhadap profesinya dan memiliki inovasi dalam merancang kegiatan belajar-mengajar. Kurikulum yang di terapkan di SMK PUSTEK adalah sebagai berikut.

Tabel 4.2

Kurikulum yang Digunakan Kurikulum yang digunakan

Tk.1 Tk.2 Tk.3

2013 KTSP KTSP

2013 KTSP KTSP

2013 KTSP KTSP

2013 KTSP KTSP

2013 KTSP KTSP

Dilihat dari tabel di atas, kelas X telah menerapkan kurikulum 2013 sebagai pengganti dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sedangkan untuk kelas XI dan XII masih menggunakan kurikulum lama yaitu KTSP. SMK PUSTEK memiliki visi, misi, dan tujuan sekolah. Berikut ini merupakan penjabaran mengenai visi, misi, dan tujuan SMK PUSTEK.

VISI SMK PUSTEK

“Terwujudnya SMK PUSTEK sebagai lembaga diklat kejuaraan yang

berorientasi pada pasar kerja, dengan Standar Nasional menuju Standar

Internasional”.

MISI SMK PUSTEK

1. Mengembangkan sistem pendidikan pada SMK PUSTEK yang fleksibel;


(53)

2. Mengembangkan sistem pendidikan pada SMK PUSTEK yang terintegrasi, berwawasan mutu dan keunggulan sesuai tuntutan pasar kerja;

3. Memberikan pelayanan prima dalam pemberdayaan sekolah dan masyarakat;

4. Mengembangkan iklim belajar yang berwawasan global yang berakar pada norma agama, dan nilai budaya bangsa Indonesia.

TUJUAN SMK PUSTEK

Mempersiapkan tenaga kerja tingkat menengah yang berpotensi untuk mencetak SDM yang berkualitas dengan kompetensi yang handal.

MOTTO SMK PUSTEK

1. Kokoh dalam IMTAQ, sinergi dengan IPTEK 2. 3 S (Salam, Senyum, Sapa).64

Untuk menjadi SMK yang sesuai dengan visi, misi, tujuan, serta motto di atas, diperlukan SDM yang kompeten di bidangnya dalam pengetahuan, sikap yang disiplin, sosialisasi yang baik serta pengelolaan yang sesuai. SDM yang perlu mendapat perhatian adalah guru sebab guru yang memberikan pembelajaran dalam kegiatan belajar-mengajar kepada peserta didik.

Tabel 4. 3

Manajemen Sekolah Menengah Kejuruan PUSTEK Serpong Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten Tahun Pelajaran 2013/2014

No. JABATAN NAMA

1 Kepala Sekolah Drs. H. Mathodah S., M.Si 2 Koordinator Pengendalian Mutu

Pembelajaran Drs. Ade Ma’mun R., M.MPd

64


(54)

3 Wakil Kepala Sekolah Ir. Harmen Latief., M.MPd 4 PKS. Sarana Prasarana H. Rusli, S.Sos

5 PKS. Kurikulum

1. Saiful Andhi, ST 2. Peni Herawati, S.Pd.,

M.MPd

3. Nuraeni, S.Sos 6 Ka. Prog Adaptif & Normatif 1. Drs. Solikhin Rais

2. Drs. Samya Perjana 7 PKS. Kesiswaan Ridwan, SE

8 PKS, BP/BK Danang SN, S.Pd

9 Staf BP/BK dan Piket Nahrawi

10 PKS. Pembina OSIS Herdi Supriyadi, S.Pd 11 PKS HUMAS/HUBIN 1. Endah Nopitasari

2. Dewi Susinawati, S.Pd 12 Ka. Prog Pemesinan Dedi Ediono, S.Pd

13 Ka. Beng Pemesinan Darja H

14 Ka. Prog TKR/Otomotif Achmad Iwa Istiwa, ST 15 Ka. Beng TKR/Otomotif Hermansyah, A.Md 16 MR. TKR/Otomotif Mat Sarifudin

17 Ka. Prog TKJ Sumiyadi, SE

18 Ka. Laboratorium Komputer Indrawan AF, S.Kom 19 Ka. Program MM Drs. H. Karwandi 20 MR. TKJ/Assembling Anita Triana, A.Md 21 MR. MM/Assembling Sahroni

22 Ka. Prog Bisnis dan Menejemen Dra. Titik Asmiati 23 Ka. Lab Bisnis dan Manajemen Sufira Wahyuni 24 Ka. Tata Usaha/Ur. Adm

Keuangan

Masri, SE 25 Staf Ur. Adm Umum Yoyoh Nuryeti 26 Staf Ur. Piket dan Siswa 1. Jaswari

2. Rohani Apriyanty 27 Staf Umum Tata Usaha Erwin Sahreja

Tabel di atas menunjukkan manajemen sekolah dari SMK PUSTEK yang memiliki tugas masing-masing. Tim manajemen sekolah ada yang merangkap sebagai guru kecuali Kepala Sekolah, Koordinator Pengendalian Mutu Pembelajaran, Wakil Kepala Sekolah, PKS Sarana dan Prasarana, Staf Ur. Piket dan Siswa, Staf Ur. Adm Umum, serta Staf Tata Usaha.


(55)

Tabel 4.4 Data Jumlah Siswa

No Kompetensi Keahlian

Tingkat I Tingkat II Tingkat III

Total Jenis

Kelamin Jum lah

Jenis

Kelamin Jum lah

Jenis

Kelamin Jum lah

L P L P L P

1 T.P 102

102 121 121 96 96 319

2 T.K.R 111 1 112 82 82 95 95 289

3 T.K.J 139 25 164 107 45 152 115 30 145 461 4 Multimedia 90 61 151 57 44 101 46 45 91 343

5 Akuntansi 7 56 63 6 52 58 2 42 44 165

6 A.P 90 90 79 79 112 112 281

449 233 682 373 220 593 354 229 583 1,858

Tabel di atas menunjukkan data siswa dari kelas XII, XI, dan X. tabel di atas menunjukkan peningkatan jumlah siswa yaitu kelas XII berjumlah 583, kelas XI berjumlah 593 dan kelas X berjumlah 682.

Tabel 4.5

Keadaan Ketenagaan SMK PUSTEK

No. Jabatan PNS GBS TKK Jumlah

1. Kepala Sekolah 1

2. Guru 20 85 105

3. Karyawan 35 35

JUMLAH 141

Tabel 4.5 menunjukkan jumlah ketenagaan SMK PUSTEK, dari 105 guru yang ada di sekolah ini terdapat 20 guru yang sudah menjadi PNS. Hal ini menunjukkan bahwa SMK PUSTEK memiliki SDM yang baik, sehingga Kepala Sekolah harus terus memberikan motivasi bagi guru-guru untuk selalu meningkatkan kompetensinya baik melalui pelatihan, pendidikan lanjutan, seminar dan lain-lain.


(56)

Tabel 4.6

Keadaan Sarana dan Prasarana SMK PUSTEK

Komponen Ukuran Luas m2

Tanah

Ruang Kelas @ 51Kelas 2 Shift Ruang Kepala Sekolah

Ruang Gudang Ruang KM/WC Ruang Serba Guna Ruang Lab Komputer Ruang Perpustakaan Ruang Tata Usaha ( TU )

8 x 7 6 x 4 6 x 3 1,5 x 2

6 x 14 8x 7 8 x 7 6 x 7

450065

Tabel di atas menunjukkan keadaan sarana dan prasarana SMK PUSTEK seperti lab. komputer yang digunakan untuk praktek pelajaran yang berkaitan dengan komputer, ruang perpustakaan untuk siswa menambah wawasan, ruang serba guna dan lain-lain.

B.

Deskripsi Dan Analisis Data

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kompetensi guru di SMK PUSTEK Serpong terkait dengan 4 (empat) kompetensi guru yang terdapat dalam undang-undang guru dan dosen yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik terdiri dari sembilan indikator yaitu: a. Menguasai karakteristik siswa dari aspek fisik, moral, spriritual, sosial,

dan intelektual;

b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik;

c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu;

d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik; e. Memanfaatkan teknologi pembelajaran;

65


(57)

f. Memfasilitasi pengembangan potensi siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki;

g. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; h. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan

pembelajaran;

i. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Kompetensi kepribadian terdiri dari empat indikator yaitu:

a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia;

b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi siswa dan masyarakat;

c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa;

d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga, dan rasa percaya diri.

Kompetensi sosial terdiri dari tiga indikator yaitu: a. Bersikap tidak diskriminasi

b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat;

c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

Kompetensi profesional terdiri dari dua indikator yaitu:

a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu;


(58)

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu wawancara, angket dan studi dokumenter. Wawancara dilakukan dengan perwakilan guru sebanyak 12 orang, 1 orang guru merupakan sampel dari uji instrumen yang dikategorikan gagal sebab dari 6 orang guru yang diwawancara hanya 1 orang yang bisa menjawab pertanyaan peneliti. Sehingga dibuat instrumen wawancara yang baru dan wawancara tersebut dilakukan dengan 11 orang guru. Kemudian, teknik pengumpulan data dengan angket digunakan sebagai pendukung data, adapun pengumpulan data menggunakan angket disebarkan kepada 101 siswa yang mewakili 583 siswa kelas XII dan kepala sekolah, pengawas, serta yayasan dari SMK PUSTEK. Angket berisi tentang:

1. Sikap dan motivasi guru;

2. Mengajar dan manajemen kelas; 3. Assesmen berkelanjutan.

Hasil temuan di lapangan akan dijabarkan di bawah ini:

1.

Kompetensi Pedagogik

a. Menguasai Karakteristik Siswa dari Aspek Fisik, Moral, Spriritual, Sosial, dan Intelektual

Dalam indikator menguasai karakteristik siswa, masih ada beberapa guru yang bertanya apa itu karakteristik sehingga ketika melakukan wawancara, peneliti harus menjelaskan terlebih dahulu maksud dari pertanyaan tersebut agar lebih mudah dipahami oleh guru ketika memberikan jawaban.

Berdasarkan hasil wawancara, ada 5 (lima) orang guru menjawab aspek sikap yang paling mudah dikenali. Menurut para guru, aspek sikap mudah untuk dikenali dilihat dari bagaimana sikap peserta didik saat kegiatan belajar-mengajar, selain itu guru juga melakukan pendekatan untuk mengetahui bagaimana sikap dari peserta didik, cara peserta didik


(59)

berbusana dan berpenampilan, dan guru juga melihat bagaimana peserta didik menyambut guru saat masuk kelas.

Empat (4) dari sebelas (11) orang mengatakan bahwa untuk mengetahui karakteristik siswa yang mudah dikenali adalah intelektual. Dengan kemampuan intelektual siswa, guru mudah untuk mengetahui bagaimana karakteristik peserta didik tersebut. Cara yang dilakukan guru yaitu dengan melakukan tes atau melihat perkembangan peserta didik di kelas. Menurut para guru, mereka lebih mudah mengenal peserta didik yang paling pintar dan yang kurang pintar.”66 Selain itu, guru juga mudah

mengenali peserta didik yang rajin dan cepat memahami pelajaran.”67

2 (dua) orang guru mengatakan dari aspek latar belakang, seperti keadaan ekonomi dan keadaan lingkungan keluarga, apakah peserta didik berasal dari keluarga yang broken home atau tidak. Diantara jumlah guru tersebut ada yang menjawab dari segi religius siswa tetapi mereka sudah termasuk orang yang memberikan jawaban di atas. Menurut para guru, aspek religius dan latar belakang peserta didik sulit untuk dikenali karena membutuhkan waktu yang lama.

Menurut pedapat guru di atas, dapat disimpulkan bahwa cara guru mengenali karakteristik siswa yaitu sebagai berikut:

1. Melakukan pendekatan kepada peserta didik;

2. Melakukan tes baik sebelum dan sesudah pembelajaran; 3. Memantau perkembangan peserta didik;

4. Melihat potensi siswa.

Pada kompetensi pedagogik, guru harus memahami karakteristik dari masing-masing peserta didik. Hal ini berkaitan dengan cara siswa yang memiliki perbedaan dalam belajar. Penulis berpendapat bahwa guru harus bisa melayani belajar siswa dengan sebaik-baiknya sesuai pada tingkat kecerdasan peserta didik. Untuk mewujudkan hal itu, perlu adanya instrumen seperti yang telah dituliskan di atas seperti melakukan semacam

66

Guru Teknik, Kompetensi Guru, Tangerang: 2014.

67


(60)

tes, melakukan pendekatan, atau bisa juga dengan membaca wajah peserta didik dengan cara tatap muka sambil melakukan proses pembelajaran sehingga dapat ditentukan pola pembelajaran yang cocok untuk peserta didik tersebut dan dengan mengumpulkan informasi dari masing-masing peserta didik tersebut.

Selain itu, menurut para guru dalam mengenali karakteristik siswa ditemukan kesulitan belajar. Cara guru mengelola kesulitan belajar siswa yaitu dengan cara mengidentifikasi. 4 (empat) orang guru mengidentifikasi di awal sebelum pembelajaran, 5 (lima) orang pada saat proses pembelajaran, dan 2 (dua) orang guru pada akhir pembelajaran. Menurut para guru, identifikasi dilakukan di awal pembelajaran untuk mengetahui bagaimana karakteristik dari masing-masing kelas, melihat sejauh mana mereka mengerti tentang mata pelajaran yang akan dipelajari sehingga kemampuan awal siswa dapat diketahui. Sedangkan pada saat proses dan akhir pembelajaran dilakukan identifikasi, untuk melihat sejauh mana mereka memahami pelajaran yang telah disampaikan, mengetahui hasil dari kegiatan belajar sehingga guru dapat memantau perkembangan belajar peserta didik, melihat pengalaman belajar siswa dan latar belakang budaya siswa di kelas.

Pada saat kegiatan Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) guru mempunyai kegiatan dalam membantu kesulitan belajar siswa, baik itu dilakukan secara kelompok, berpasangan, maupun personal. Kegiatan secara kelompok dilakukan dengan kerja sama. Setiap kelompok dibagi rata dengan siswa yang dianggap memiliki potensi yang baik. Masing-masing tim memiliki ketua kelompok yang bertanggung jawab terhadap tim nya. Bagi siswa yang kurang paham bisa sharing dengan siswa atau kelompok yang lain.

Kegiatan yang lain dalam meminimalisir kesulitan belajar siswa dengan cara berpasangan. Misalnya dua orang siswa diminta saling berhadapan menjelaskan apa yang telah mereka dapatkan pada saat mendengarkan guru menjelaskan materi pelajaran, kemudian juga dengan


(61)

cara memberikan pertanyaan kepada siswa yang lainnya secara berpasang-pasangan, bagi yang berhasil menjawab dengan baik diberikan penghargaan oleh guru. Untuk kegiatan personal, dilakukan dengan cara tes. Tes biasanya dilakukan setelah akhir pembelajaran untuk mengetahui kompetensi apa yang belum dipahami oleh peserta didik. Pada kegiatan ini, didukung dengan data angket pada tabel 4.7 dengan nilai dari responden yaitu 4 yang artinya sangat efektif.

Tabel 4.7

Guru Membantu Siswa dalam Belajar Baik Secara Kelompok, Berpasangan ataupun Personal.

No Responden Skor Total

1 Kepala sekolah 4

2 Pengawas 4

3 Yayasan 4

Total 12

Ringkasan skor (Divide total by 3)

= 4 4

Dalam pengelolaan kelas, guru juga melakukan kerja sama dengan wali kelas, guru bimbingan konseling, kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan orang tua ketika peserta didik menemukan kesulitan belajar atau mempunyai masalah di sekolah. Sehingga dalam hal ini, semua pihak ikut bertanggung jawab terhadap keberhasilan peserta didik.

b. Menguasai Teori Belajar dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Dalam teori belajar, kebanyakan diantara guru-guru masih bingung ketika peneliti bertanya tentang, teori belajar manakah yang paling sering digunakan ketika pengajaran di kelas. Hal yang peneliti lakukan ialah menjelaskan terlebih dahulu apa itu teori behaviorisme, teori kognitivisme, dan teori humanisme. Setelah itu baru diperoleh jawaban dari masing-masing responden. Menurut hasil wawancara, lima (5) dari responden


(62)

menggunakan teori kognitifisme, dua (2) responden menggunakan teori behaviorisme, dua (2) responden menggunakan ketiga-tiganya, satu (1) responden mengunakan teori humanisme dan satu (1) responden menjawab membutuhkan rancangan belajar.

Menurut para guru, mereka lebih sering mentransfer ilmu kepada peserta didik, sehingga pengetahuan peserta didik menjadi bertambah. Para guru menganggap hal tersebut lebih mudah dilakukan dari pada mendidik siswa. Seharusnya, para guru menyeimbangkan antara kegiatan memberikan ilmu pengetahuan dengan mendidik siswa. Mendidik lebih diperlukan sebab siswa yang hanya memiliki kepandaian intelektual tetapi moralnya kurang bagus maka akan berdampak negatif terhadap lingkungan dan pergaulannya. Banyaknya tawuran pelajar bisa jadi tidak adanya keseimbangan antara intelektual dan moral manusia, sehingga manusia tidak mampu membentengi diri dengan baik. inilah salah satu tugas guru yang sulit dan wajib dilakukan yaitu mendidik peserta didik.

Salah satu cara untuk mendidik siswa adalah dengan memulai pembelajaran di kelas secara tepat waktu. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.8 dengan skor responden yaitu 3,6 yang artinya efektif.

Tabel 4.8

Kelas Dimulai Tepat Waktu

No Responden Skor Total

1. Kepala sekolah 4

2. Pengawas 4

3. Yayasan 3

Total 11

Ringkasan skor (Divide total by 3)

= 3,6 3,6

Guru harus memberikan contoh yang baik dalam mendidik siswa, salah satunya yaitu dengan cara membiasakan siswa untuk berperilaku disiplin. Disiplin dalam memulai pembelajaran telah didukung dengan


(63)

adanya cctv (closed Circuit Television) untuk mengontrol kegiatan belajar-mengajar di kelas.

c. Mengembangkan Kurikulum yang Terkait dengan Mata Pelajaran yang Diampu

Dari data wawancara, didapatkan jawaban bahwa sebelum mengajar, guru menata materi sesuai dengan kurikulum yang ada. Kemudian, guru mengembangkannya dengan silabus. Untuk materi pelajaran, guru menggunakan buku, modul, dan memanfaatkan teknologi untuk mencari bahan ajar. Selain itu, ada guru yang mengatakan bahwa materi yang diberikan harus disesuaikan dengan pengalaman belajar peserta didik, sehingga sesuai dengan jenjang pendidikannya. Materi pelajaran yang diberikan bertujuan untuk mencari tahu sejauh mana materi tersebut dialami oleh peserta didik sehingga setelah mendapatkan pembelajaran tersebut peserta didik dapat mengaplikasikannya.68

Dalam mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu, peneliti mengkaitkannya dengan indikator guru memiliki akses yang mudah terhadap silabus dan sarana penunjang proses belajar-mengajar. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9

Guru Memiliki Akses yang Mudah terhadap Silabus dan Sarana Penunjang Proses Belajar-mengajar

No Responden Skor Total

1. Kepala sekolah 4

2. Pengawas 4

3. Yayasan 2

Total 10

Ringkasan skor (Divide total by 3)

= 3,3 3,3

68


(64)

Sarana penunjang yang terdapat di SMK PUSTEK yaitu komputer, internet (wi-fi), LCD Proyektor, ruang kelas yang nyaman, dan lain-lain. Salah satu hal yang dilakukan guru sebelum mengajar adalah merancang tujuan pembelajaran yang efektif agar siswa mengetahui apakah tujuan dari meteri pelajaran yang disampaikan guru sehingga siswa dapat mengaktualisasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Namun, hal ini kurang mendapatkan respon yang maksimal dari responden karena masih banyak peserta didik yang hanya paham dengan apa yang telah dipelajari tetapi belum bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Seharusnya, peserta didik dilatih untuk bisa menerapkan pembelajaran di kelas dengan dunia nyata. Misalnya dalam pembelajaran IPA mereka harus dilatih untuk meneliti terkait dengan ilmu pengetahuan alam. Seperti proses pembuatan kecambah kacang ijo. Di kelas tentu dipelajari tahap-tahap dalam pembuatan kecambah kacang ijo, lalu guru harus bisa menerapkan pembelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari sebagai tugas dan dituangkan dalam laporan ilmiah, sehingga siswa mendapatkan pengalaman yang banyak antara teori dan praktek sekaligus belajar dalam membuat laporan ilmiah. Pembelajaran seperti ini akan lebih bermanfaat, bukan hanya menghapal tetapi juga melakukan penerapan yang baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.10 dengan skor responden 2,6 yang artinya cukup efektif, dengan demikian dalam merancang tujuan pembelajaran yang efektif belum mendapatkan skor yang maksimal.

Tabel 4.10

Guru Merancang Tujuan Pembelajaran yang Efektif

No Responden Skor Total

1. Kepala sekolah 4

2. Pengawas 3

3. Yayasan 1

Total 8

Ringkasan skor


(65)

Selain merancang tujuan pembelajaran, guru juga menggunakan skema kompetensi dasar dalam menyiapkan rencana pembelajaran. Rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pada umumnya, RPP dibuat pada waktu awal tahun ajaran baru dan juga mengikuti perubahan kurikulum. Seharusya rencana pengajaran dibuat setiap pergantian topik materi pelajaran atau kompetensi dasar agar guru bisa memperbaharui metode mengajar yang sesuai dengan pengalaman belajar siswa sehingga metode atau cara pembelajaran tidak selalu sama dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari tabel 4.11 yang hanya mendapatkan skor dari responden yaitu 2,3 artinya cukup efektif. Hal ini perlu diperhatikan oleh para guru agar dapat memaksimalkan dalam menyiapkan rencana pengajaran. Apabila guru memiliki kesiapan yang baik pasti akan menghasilkan pendidikan yang efektif.

Tabel 4.11

Guru Menggunakan Skema Kompetensi Dasar dalam Menyiapkan Rencana Pengajaran.

No Responden Skor Total

1. Kepala sekolah 3

2. Pengawas 2

3. Yayasan 2

Total 7

Ringkasan skor

(Divide total by 3) = 2,3 2,3

Para guru membuat rencana pengajaran untuk satu tahun ke depan dalam bentuk RPP. Kegiatan ini yang lebih banyak dilakukan guru pada umumnya. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwasannya guru membuat RPP setiap awal tahun ajaran baru dan disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.12 dengan skor dari responden yaitu 3 yang artinya efektif.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)