PENGARUH GAYA KEPEMIMIPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU: survei tehadap sekolah menengah atas di kota bandung.

(1)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah Penelitian ……….. 1

1.2Rumusan Masalah ………..………... 5

1.3Pembatasan Masalah ...………. 6

1.4Tujuan Penelitian ………... 6

1.5Manfaat Penelitian ………. 6

1.6Definisi Operasional ……… 7

1.7Asumsi Dasar……..………... 8

1.8Hipotesis Penelitian ……… 8

1.9Metodologi Penelitian………. 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah………..……. 10

2.1.1 Gaya kepemimpinan direktif……… 13

2.1.2 Gaya kepemimpinan suportif..………. 14

2.1.3 Gaya kepemimpinan partisipatif…. …..……… 15

2.2Motivasi Kerja Guru………... 16

2.2.1 Teori Kebutuhan (Maslow’s Model) ………...………. 17

2.2.2 Teori Penguatan (Reinforcement Theory) ... 21


(2)

2.3 Kinerja Guru……….. 24

2.3.1 Perencanaan pembelajaran………. 27

2.3.2 Pelaksanaan Pembelajaran………. 31

2.3.3 Evaluasi pembelajaran……… 31

2.4 Kerangka Berfikir ... 34

2.5 Kajian Penelitian yang Relevan……… 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ……… 40

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ………... 43

3.3Variabel Penelitian dan Definisi Variabel ………. 43

3.3.1 Gaya kepemimpinan kepala sekolah.……….. 44

3.3.2 Motivasi kerja guru ………. 45

3.3.3 Kinerja guru ……… 46

3.4 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen ……… 46

3.4.1 Metode Pengumpulan data ……… 46

3.4.2 Instrumen Penelitian ………. 47

3.4.3 Metode Analisis ……… 59

3.4.4 Deskripsi Data ……….. 60

3.4.5 Pengujian Prasayarat analisis ……….. 62

3.4.6 Pengujian Hipotesis ………. 64

BAB IV . HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil penelitian ……….. 67

4.1.1 Data Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ………….. 68

4.1.2 Data Motivasi Kerja guru ………. 68

4.1.3 Data Kinerja guru ………. 68

4.2 Pengujian Prasyarat analisis ……….. 68

4.2.1 Pengujian normalitas sebaran data ……… 60

4.2.2 Uji linieritas ……….……….. 68

4.2.3 Uji multi kolinieritas ………. 68

4.2.4 Uji Hesterokedastisitas ……… 79

4.2.5 Uji Autokorelasi ……….. 79


(3)

4.3.1 Gaya kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi

kinerja guru SMA dikota palembang ..……….. . 77

4.3.2 Motivasi kerja guru mempengaruhi kinerja guru SMA di Kota Palembang ………. 78

4.3.3 Secara bersama-sama gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru mempengaruhi kinerja guru SMA di Kota Palembang ……… 78

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ………. 80

4.4.1 Gambaran gaya kepemimpinan kepala Sekolah di Kota Palembang ……… 80

4.4.2 Gambaran Motivasi Kerja Guru SMA di Kota Palembang ……… 81

4.4.3 Gambaran Kinerja Guru SMA di Kota Palembang …. 4.4.4 Pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap 82

kinerja guru SMA di Kota Palembang ……… 83

4.4.5 Pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja guru SMA di Kota Palembang .. ……….. 84

4.4.6 Pengaruh secara bersama-sama Gaya kepemimpina kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru SMA di Kota Palembang ………. 86

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1Kesimpulan ……….………. 87

5.2Rekomendasi ………... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Alur Penelitian ………. 19

Gambar 2.2 Bagan kerangka pikir ...………. 34

Gambar 3.1 : Konstelasi Permasalahan ...……….... 42

Gambar 3.2. Alur Penenelitian………... 43

Gambar 4.1 Histogram gaya Kepemimpinan Kepala sekolah ..……. 69

Gambar 4.2 Histogram Motivasi kerja Guru ... 71


(5)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1 Nilai rata-rata ujian akhir nasional .………. 1

2. Tabel 3.1 Instrumen Penelitian ...……….. 52

3. Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ..……….. 57

4. Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas ..……….. 59

5. Tabel 3.4 Kriteria skor jawaban responden ………...… 62

6. Tabel 4.1 Rangkuman Statistik Deskriptif Variabel Gaya Kepemim-pinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja Guru dan Kinerja Guru ... 69

7. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Skor Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 70

8. Tabel 4.4 Klasifikasi Skor Gaya Kepemimpina Kepala Sekolah… 71 9. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Kerja Guru ... 72

10. Tabel 4.6: Klasifikasi skor motivasi kerja guru ... 73

11. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Skor kinerja guru ... 74

12. Tabel 4.8 klasifikasi skor kinerja guru ... 75

13.Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Pengujian Normalitas Sebaran Data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov. Taraf Signifikansi  = 0,05... 76

14. Tabel 4.10 Uji Linieritas dengan Uji F pada Taraf Signifikansi  = 0,05... 76

15.Tabel 4.11 Matriks Interkorelasi antar Sesama Variabel Bebas ... 78

16.Tabel 4.12 Durbin watson ... 80

17.Tabel 4.13 Ringkasan Hasil Analisis Data Hubungan antar Variabel ... 81

18.Tabel 4.14 Uji Signifikansi dan Kelinieran Regresi Kinerja Guru atas Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 82

19.Tabel 4.15 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru ... 83


(6)

20.Tabel 4.16 Uji Signifikansi dan Kelinieran Regresi Kinerja Guru atas motivasi kerja guru ... 84 21.Tabel 4.17Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Variabel motivasi

kerja guru dengan Kinerja Guru ... 85 22.Tabel 4.18 Uji Signifikansi Persamaan Regresi Kinerja Guru atas


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Instrumen Penelitian

2. Rekapitulasi Hasil Ujicoba Instrumen Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah

3. Rekapitulasi Hasil Ujicoba Instrumen Motivasi Kerja Guru 4. Rekapitulasi Hasil Ujicoba Instrumen Kinerja Guru

5. Hasil Uji Vasiditas Instrumen Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah 6. Hasil Uji Vasiditas Instrumen Motivasi Kerja Guru

7. Hasil Uji Vasiditas Instrumen Kinerja Guru

8. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah 9. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Motivasi Kerja Guru

10.Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kinerja Guru 11.Rekapitulasi Data Kepemimpinan Kepala Sekolah 12.Rekapitulasi Data Rekapitulasi Data Kinerja Guru

13.Perhitungan Deskriptif Gaya kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi kerja Guru, Kinerja guru (SPSS 17)

14.Perhitungan Frekuensi Gaya kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi kerja Guru, Kinerja guru (SPSS 17)

15.Perhitungan Regresi Kinerja guru terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (SPSS 17)

16.Perhitungan Regresi Kinerja guru terhadap Motivasi kerja guru (SPSS 17)

17.Perhitungan Regresi Kinerja guru terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Perhitungan Regresi Kinerja guru terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (SPSS 17)


(8)

18.Surat permohonan izin penelitian dari SPS UPI ………..

19.Surat izin penelitian dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Palembang.


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Mutu guru memegang peranan yang sangat penting di antara komponen yang lainnya. Sebagaimana dikatakan oleh Dantes (2005), bahwa di dalam pendidikan formal, guru menempati posisi yang paling strategis dalam pengelolaan proses belajar mengajar, karena guru tugasnya sebagai perancang, mengarahkan, dan mengelola proses belajar mengajar dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan untuk kesejahteraan subjek anak didik. Aqib (2002:82), mengatakan bahwa peran guru sangat besar dalam pengelolaan kelas, karena guru sebagai penanggung jawab kegiatan belajar-mengajar di kelas.

Pada kenyataannya, rendahnya perolehan nilai Ujian Nasional siswa sering diidentikkan dengan ketidakmampuan guru dalam mengembangkan potensi siswa. Hal tesebut dapat dilihat dari data rata-rata ujian nasional pada tahun 2010/2011.

Tabel 1.1 Nilai rata-rata ujian akhir nasional No Program Nilai Rata-rata Rata-rata

Tertinggi

Rata-rata terendah

1 IPA 6.27 7.24 5.36

2 Bahasa 7.02 7,32 6,04

3 IPS 7.23 7,46 6.17

Data Dikpora kota Palembang Palembang Tahun 2010/2011

Keraguan terhadap kinerja guru tersebut dipandang wajar karena hal itu merupakan suatu kontrol untuk mengoreksi secara terus-menerus, sehingga


(10)

dengan adanya koreksi dari masyarakat dapat memacu guru untuk terus meningkatkan kinerja.

Whitmore (1997:104) menyatakan bahwa kinerja adalah kualitas dan kuantitas hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan padanya. Untuk memperoleh hasil kerja tersebut diperlukan kompetensi guru.

Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dimiliki dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas (Sarimaya,2008:17).

Kompetensi Guru di Kota Palembang berdasarkan hasil tes kompetensi yang dilaksanakan oleh Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Sumsel tahun 2004, yang diuji kompetensinya meliputi kemampuan pembelajaran, wawasan kependidikan, dan penguasaan akademik (Bahasa Ingris, IPS, IPA dan Matematika. Jumlah guru SMA yang diuji kompetensinya 351 orang, hanya 49,5% memperoleh nilai yang ideal, sedangkan 50,5% perlu dimantapkan kompetensinya. Berdasarkan hasil uji kompetensi tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru untuk mewujudkan kuantitas dan kualitas kerja perlu di tingkatkan.

Menurut mulyasa (2006) kinerja guru dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kepemimpinan kepala sekolah, lingkungan kerja, kualitas sarana/prasarana, jaminan sosial, tingkat pendidikan, kecakapan, motivasi kerja dan disiplin kerja. Faktor-faktor ini mempunyai gambaran yang berbeda-beda pada setiap daerah maka dari itu perlu dipelajari gambaran dan pola hubungannya.


(11)

Salah satu faktor yang menarik perhatian yaitu kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan kontribusi seorang kepala sekolah baik secara kualitatif maupun kuantitatif yang terukur secara terukur dalam rangka membantu tercapainya tujuan sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah ditentukan oleh faktor kewibawaan, sifat dan keterampilan, perilaku maupun fleksibilitas pemimpin (Wahjosumidjo, 2002:79)

Menurut Wahjosumidjo (2002:80), agar fungsi kepemimpinan kepala sekolah berhasil memberdayakan segala sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan sesuai dengan situasi, diperlukan seorang kepala sekolah yang memiliki kemampuan profesional yaitu: kepribadian, keahlian dasar, pengalaman, pelatihan dan pengetahuan profesional, serta kompetensi administrasi dan pengawasan. Kemampuan profesional kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yaitu bertanggung jawab dalam menciptakan suatu situasi belajar mengajar yang kondusif, sehingga guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan peserta didik dapat belajar dengan tenang. Di samping itu kepala sekolah dituntut untuk dapat bekerja sama dengan gur sebagai bawahannya.

Akan tetapi kenyataan yang terjadi sekarang ini tidak jarang kepala sekolah membuat suasana sekolah yang kurang kondusif karena model kepemimpinannya yang tidak tepat. Gairah kerja guru terkadang menurun karena motivasi yang kurang, kinerja guru dan staf yang buruk akibat dari model kepemimpinan kepala sekolah yang tidak diterima oleh bawahan. Hal ini menjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang terjadi.


(12)

Selain kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja tak kalah pentingnya untuk mendapat perhatian karena pada dasarnya merupakan dorongan dari dalam dan dari luar diri seseorang untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Dorongan itu terkait dengan kebutuhan, kemampuan dan persepsi seseorang tentang tugas-tugas. Apabila seseorang bekerja dan dari pekerjaan itu akan terpenuhi kebutuhannya dia akan giat bekerja.

Federick Herzberg seperti yang dikutip Masitoh (1998: 20) menyatakan bahwa motivasi dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: (1) motivational factors dan (2) maintenance factors. Motivational factor (satisfiers) adalah meliputi prestasi kerja, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, dan pengembangan potensi individu; sedangkan yang termasuk dalam maintenance factors atau hygeine factors adalah gaji, insentif, peluang untuk tumbuh dan berkembang, hubungan interpersonal dengan bawahan, status, hubungan interpersonal dengan atasan, peluang untuk bertumbuh, hubungan interpersonal dengan sejawat, cara mensupervisi, kebijakan administrasi, hasil kerja yang dicapai secara maksimal, kehidupan pribadi, dan keamanan kerja.

Lebih lanjut dikatakan bahwa jika faktor-faktor motivator atau satisfiers terpenuhi akan menimbulkan kepuasan kerja dan motivasi kerja. Tidak terpenuhinya faktor-faktor tersebut akan menimbulkan ketidakpuasan kerja. Berpijak pada penyataan ini, berarti faktor motivator atau satisfiers mempengaruhi kepuasan kerja seseorang yang selanjutnya berdampak pada kinerja seseorang.


(13)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dorongan yang kuat dan mengarah kepada pencapaian tujuan disertai dengan kemampuan adalah faktor pendorong yang dapat meningkatkan kualitas kerja seseorang, dengan kata lain dapat katakan bahwa secara teoretik motivasi kerja guru berhubungan dengan kinerjanya.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka, kepemimpinan kepala sekolah, dan motivasi kerja merupakan faktor yang diduga sebagai penentu kinerja guru. atas dasar pemikiran tersebut, peneliti merasa tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah

dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru (Survei Terhadap Sekolah Mengah Atas (SMA) di Kota Palembang)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran motivasi kerja guru?

2. Bagaimana gambaran gaya kepemimpinan kepala sekolah? 3. Bagaimana gambaran kinerja guru?

4. Bagaimanakah pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru?

5. Bagaimanakah pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja guru? 6. Bagaimanakah Pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi


(14)

1.3. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah maka masalah dibatasi pada deskripsi dan pola hubungan antar masing-masing variabel kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan kinerja guru.

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah seperti yang diuraikan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Gambaran gaya kepemimpinan kepala sekolah. 2. Gambaran motivasi kerja guru.

3. Gambaran kinerja guru.

4. Pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru. 5. Pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja guru.

6. Pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru.

1.5.Manfaat Penelitian

Manfaat yang dipetik melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk mengkaji kembali sekaligus sebagai refleksi terhadap kinerja, motivasi kerja dan disiplin kerja. Melalui refleksi, guru diharapkan dapat meningkatkan kinerja melalui peningkatan motivasi dan disiplin kerja.


(15)

2. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk mengkaji kembali sekaligus memperbaiki kinerjanya terutama berkaitan dengan penerapan gaya kepemimpinan yang efektif. 3. Bagi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Palembang, hasil

penelitian ini dapat memberi masukan dalam membuat kebijakan khususnya yang berkenaan dengan pengembang profesional guru dan kepala sekolah. Guna meningkatkan mutu pendidikan di Kota Palembang. 4. Bagi pengembangan ilmu pendidikan khususnya penjaminan mutu

pendidikan sebagai bahan kajian dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

1.6. Definisi Operasional

Agar penelitian menjadi lebih ter arah maka dibuat definisi operasional sebagai berikut:

1.6.1. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Gaya kepemimpinan kepala serangkaian kegiatan yang dilakukan kepala sekolah untuk mempengaruhi orang lain dalam situasi tertentu, agar orang lain bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan gaya kepemimpinan tertentu. Variabel gaya kepemimpinan diukur dari tiga dimensi yaitu gaya kepemimpinan direktif, suportif, atau partisipatif.

1.6.2. Motivasi kerja guru

Motivasi kerja guru adalah keseluruhan kondisi intrinsik yang menjadi tenaga penggerak sehingga seseorang guru mau bekerja sesuai dengan harapan.


(16)

1.6.3. Kinerja guru

Kinerja guru adalah suatu proses berupa tindakan seorang guru dalam mengelola dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan pembelajaran.

1.7. Asumsi Dasar

Penelitian ini didasarkan atas asumsi dasar sebagai berikut:

1. Gaya kepemimpinan yang baik adalah gaya kepemimpinan yang dapat menyesuaikan dengan situasi dan kondisi kondisi bawahan.

2. Guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pembelajaran di kelas perlu memiliki motivasi untuk memberdayakan semua fasilitas yang ada di sekolah guna meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

1.8. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan terdahulu, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi kinerja guru 2. Motivasi kerja guru mempengaruhi kinerja guru.

3. Kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru mempengaruhi kinerja guru.

1.8 Metodologi Penelitian 1.8.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif kuantitatif. Penggunaan metode dalam penelitian ini didasarkan kepada


(17)

permasalahan, rumusan masalah, dan tujuan yang hendak di capai. Data yang terkumpul dalam penelitian ini terlebih dahulu akan dideskripsikan dan dianalisis dengan menggunakan rumus-rumus statistik yang relevan. Oleh karena itu penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara statistik.

2 Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan variabel yang terkait dalam penelitian ini, maka data-data yang diperlukan berkaitan dengan Pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru, maka pengumpulan data dengan menggunakan instrumen penelitian berupa angket yang berisikan pernyataan-pernyataan yang dipilih oleh responden.

3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMA negeri dan swasta di Kota Palembang sebanyak 128 SMA. Sedangkan sampel dalam penelitian adalah sebanyak 33 SMA di Kota Palembang.


(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam rancangan ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Penelitian ini bersifat determinasi karena menyelidiki hubungan antara beberapa variabel penelitian yaitu variabel kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru dengan kinerja guru.

Penelitian ini menggunakan analisis korelasi dan regresi. Teknik korelasional digunakan untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, sedangkan analisis regresi digunakan untuk mengetahui: (1) hubungan pasangan skor variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah (X1) dengan skor kinerja guru (Y), (2) hubungan pasangan skor variabel motivasi kerja guru (X2) dengan skor kinerja guru (Y), (3) hubungan pasangan skor variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah (X1), skor variabel motivasi kerja guru (X2) terhadap skor kinerja guru (Y).

Dalam penelitian ini, secara umum dicari determinasi gaya kepemimpinan kepala sekolah (X1) danmotivasi kerja (X2), dengan kinerja guru sekolah dasar (Y), baik secara terpisah maupun simultan. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hubungan antara variabel bebas dengan varaibel terikat, dapat digambarkan dalam konstalasi variabel sebagai berikut:


(19)

Gambar 3.1 : Bagan paradigma penelitian Keterangan:

X1 : Gaya kepemimpinan kepala sekolah X2 : Motivasi kerja guru

Y : Kinerja Guru. : Arah Korelasi

Langkah-langkah penelitian dilakukan bertahap diawali studi pendahuluan terhadap kondisi yang ditemukan di lapangan melalui bertukar pendapat dengan beberapa guru dan kepala sekolah mengenai berbagai kondisi yang berkaitan dengan kinerja guru dan kepemimpinan kepala sekolah. Sehingga peneliti dapat menginventarisir berbagai masalah yang menjadi yang berkaitan dengan kinerja guru di Kota Palembang. Adapun tahap-tahap penelitian disajikan dalam alur penelitian yang di tunjukkan pada gambar 3.1 sebagai berikut:

X

1

X

2

Y

r

1

r

2

R


(20)

Gambar3.2: Alur Penelitian Studi Pendahuluan

Identifikasi masalah

Pembatasan Masalah penelitian

Studi literatur tentang kinerja Guru, Motivasi Kerja Guru,dan kepemimpinan

Penyusunan instrumen penelitian

Uji Coba dan Validasi instrumen

Pengumpulan data

Analisis Data


(21)

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti. Populasi dapat berupa barang atau orang. Menurut Nana Sudjana (1992:6) bahwa:

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil perhitungan atau pengukuran, kuantitatif, mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.

Populasi dalam penelitian ini adalah 128 SMA di Kota Palembang.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi, atau wakil populasi yang dipandang representative dari objek yang diteliti. Untuk lebih jelasnya Sugiyono (2006:116) mengatakan sampel sebagai sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah 33 SMA di Kota Palembang.

3.2.3 Teknik penentuan sampel

Dalam menentukan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simpel random sampling. Sampel diambil secara acak yaitu 33 sekolah dari 128 SMA di Kota Palembang. Masing-masing sekolah di ambil empat orang guru sebagai responden.

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel Penelitian

Ada dua macam variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas terdiri atas tiga variabel yaitu: (1) gaya


(22)

kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan motivasi kerja guru (X2). Sedangkan variabel terikat yaitu kinerja guru (Y).

3.3.2 Definisi operasional Variabel Penelitian

Untuk memudahkan pengukuran suatu variabel penelitian maka definisi variabel dilakukan. Variabel supaya dapat diukur harus dioperasionalkan. Oleh krena itu, dibawah ini disajikan definisi konsep dan definisi opersional masing-masing variabel.

1. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah a) Definisi Konsep

Mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Arief (1993:661), maka yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah norma perilaku yang digunakan kepala sekolah dalam mempengaruhi perilaku bawahannya. Berdasarkan konsep ini, ada tiga dasar gaya kepemimpinan yaitu: gaya kepemimpinan direktif, gaya kepemimpinan suportif, dan gaya kepemimpinan partisipati.

b) Definisi Operasional

Gaya kepemimpinan kepala sekolah serangkaian kegiatan yang dilakukan kepala sekolah untuk mempengaruhi orang lain dalam situasi tertentu, agar orang lain bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan gaya kepemimpinan tertentu. Variabel gaya kepemimpinan diukur dari tiga dimensi yaitu gaya kepemimpinan direktif, suportif, atau partisipatif dengan menggunakan kuesioner dengan


(23)

model skala Lickert. Skor variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah dinyatakan dalam bentuk angka (interval).

2. Motivasi Kerja Guru a) Definisi Konsep

Motivasi kerja guru adalah keseluruhan kondisi instrinsik dan ekstrinsik yang menjadi tenaga penggerak sehingga seseorang guru mau bekerja sesuai dengan harapan. Konsep motivasi guru didasari oleh teori motivasi dari Herzberg (dalam Masithoh, 1998: 20).

a. Definisi Operasional

Motivasi kerja guru adalah keseluruhan kondisi instrinsik dan ekstrinsik yang menjadi tenaga penggerak sehingga seseorang guru mau bekerja sesuai dengan harapan, dan data yang diperoleh berskala interval. Indikator untuk mengukur motivasi kerja guru adalah faktor-faktor pendorong (satisfiers), yang terdiri atas: (1) prestasi kerja (achievement), (2) pengakuan yang diterima (recognition), (3) pekerjaan itu sendiri (work it self), (4) tanggung jawab (responsibility), dan (5) pengembangan potensi individu (advancement). Sedangkan faktor ekstrinsik, meliputi: (1) kompensasi, (2) keamanan dan keselamatan kerja, (3) kondisi kerja, (4) status, (5) prosedur perusahaan, dan (6) mutu dari supervisi teknis dari hubungan interpersonal di antara teman sejawat, dengan atasan, dan dengan bawahan.


(24)

3. Kinerja Guru a) Definisi Konsep

Mengacup pada pendapat Prawirosentono (1999) secara konseptual yang dimaksud dengan kinerja guru adalah suatu proses berupa tindakan seorang guru dalam mengelola dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan pembelajaran.

a. Definisi Operasional

Kinerja guru adalah suatu hasil yang dicapai dalam melaksanakan proses belajar mengajar oleh guru tersebut dalam kurun waktu yang telah ditetapkan, berdasarkan kemampuan yang dimiliki yang ditunjukkan oleh skor yang dicapai guru dalam menjawab kuesioner kinerja guru. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja guru adalah: (1) merencanakan pembelajaran, (2) melaksanakan pembelajaran, (3) melaksanakan hasil evaluasi belajar siswa, (4) komitmen terhadap tugas, (5) kepribadian sosial. Untuk mendapatkan data tersebut dijaring melalui kuesioner dengan model skala Lickert dan data yang diperoleh berskala interval.

3.4 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 3.4.1 Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data secara empiris mengenai variabel yang diteliti dalam penelitian ini dipergunakan metode dokumentasi dan kuesioner. Metode dokumentasi digunakan utuk mencari informasi tentang jumlah guru dari Dinas Pendidikan Kota Palembang, dan sekolah setelah mendapat ijin dari Dinas Pendidikan Kota Palembang. Metode kuesioner digunakan untuk mengumpulkan


(25)

data tentang: kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja guru, dan kinerja guru SMA Kota Palembang. Instrumen dalam penelitian menggunakan kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti yang merupakan pengembangan dari indikator variabel yang ada.

3.4.2 Instrumen Penelitan

Dalam penelitian ini perolehan data dijaring melalui kuesioner dengan model skala Likert. Ada lima kuesioner yang dikembangkan dalam penelitian ini, yaitu: kuesioner gaya kepemimpinan kepala sekolah, kuesioner motivasi kerja guru dan kuesioner kinerja yang diisi oleh guru. Dan dua yaitu kuesioner motivasi kerja guru dan kuesioner kinerja guru yang diisi kepala sekolah.

1) Kuesioner Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah

Instrumen gaya kepemimpinan kepala sekolah dikembangkan dari tiga dimensi, yaitu: kepemimpinan direktif, kepemimpinan suportif dan kepemimpinan partisipatif. Item-item instrumen gaya kepemimpinan kepala sekolah tersebut sebanyak 27 item. Instrumen variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah kumpulan pernyataan yang berisi tentang persepsi, pendapat atau perasaan yang dialami oleh guru terhadap suatu situasi, keadaan dalam hubungannya dengan gaya kepemimpinan direktif dengan indikator: Instruksi dan petunjuk yang jelas, Pengambilan keputusan terpusat pada pimpinan, Pengawasan yang ketat gaya kepemimpinan suportif dengan indikator: Mengutamakan kepentingan bawahan, Pengambilan keputusan berdasarkan keluhan dan aspirasi bawahan, Memotivasi dengan penghargaan dan gaya kepemimpinan partisipatif dengan indikator: Sebagian pengambilan keputusan dipercayakan pada bawahan, Ikut berpartisipasi


(26)

pada pekerjaan bawahan, Komunikasi berjalan ke segala arah. Selanjutnya, alat ukur atau instrumen penelitian ini disebut kuisioner gaya kepemimpinan kepala sekolah.

Kuesioner gaya kepemimpinan kepala sekolah, disusun menggunakan alternatif jawaban yang bersifat majemuk, dan pilihan jawaban terdiri atas lima pilihan. Penskoran terhadap hasil kuisioner gaya kepemimpinan kepala sekolah, menggunakan model skala Lickert. Dalam model skala Lickert, bentuk gradasinya mulai dari Selalu (SL), Sering (S), Kadang-Kadang (KK), Jarang (J), dan Tidak Pernah (TP). Pernyataan-pernyataan yang digunakan sebagai item di dalam kuesioner gaya kepemimpinan kepala sekolah menunjukkan indikasi yang mendukung terhadap indikator dari variabel yang akan diungkap apabila responden menjawab sangat sering sampai tidak pernah. Sehingga jumlah skor jawaban untuk masing-masing item bergerak dari 5 sampai dengan 1.

2) Kuesioner Motivasi Kerja Guru

Motivasi kerja guru diukur dengan kuesioner. Kuesioner motivasi kerja guru didasarkan pada teori Herzberg. Berdasarkan teori tersebut, motivasi kerja guru diukur dengan menggunakan dua dimensi. Yang pertama adalah Dimensi intrinsik dengan indikator: (1) prestasi kerja (achievement); (2) pengakuan yang diterima (recognition), (3) kerja itu sendiri (work it self), (4) tanggung jawab (responsibility) , dan (5) pengembangan potensi individu (advancement). Berikutnya dimensi ekstrinsik dengan indikator: (1) kompensasi, (2) keamanan dan keselamatan kerja, (3) kondisi kerja, (4) status, (5) prosedur perusahaan, dan (6) mutu dari supervisi teknis dari hubungan interpersonal di antara teman


(27)

sejawat, dengan atasan, dan dengan bawahan. Masing indikator terwakili oleh tiga butir penyataan dalam instrumen penelitian sehingga jumlah butir dalam instrumen ini adalah 33.

Cara penyekoran terhadap jawaban responden adalah sebagai berikut. Jika butir pernyataan positif, jawaban selalu (SL) diberi skor 5, sering (SR) di beri skor 4, kadang-kadang (KK) diberi skor 3, Jarang (J) diberi skor 2, dan tidak pernah (TP) diberi skor 1. Sebaliknya, jika butir pertanyaannya negatif, jawaban selalu (SL) diberi skor 1, sering (SR) diberi skor 2, kadang-kadang (KK) diberi skor 3, jarang (J) diberi skor 4 dan tidak pernah (TP) diberi skor 5.

3) Kuesioner Kinerja Guru

Pengukuran kinerja guru didasarkan pada teori oleh Prawirosentono (1999) yang menyatakan bahwa kinerja guru diartikan sebagai suatu proses berupa tindakan seorang guru dalam mengelola dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk dapat mengetahui kinerja guru dapat dilihat dari perbandingan hasil yang dicapai yang bersifat aktual dengan standar hasil dan waktu yang telah ditentukan.

Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel kinerja guru, antara lain: (1) merencanakan pembelajaran, yang dikembangkan menjadi 6 butir pernyataan, (2) melaksanakan pembelajaran, dikembangkan menjadi 8 butir pernyataan, (3) melaksanakan hasil evaluasi belajar siswa, dikembangkan menjadi 7 butir pernyataan, (4) komitmen terhadap tugas, dikembangkan menjadi 4 butir pernyataan, dan (5) kepribadian sosial dikembangkan menjadi 5 butir


(28)

pernyataan. Dengan demikian, banyaknya butir pernyataan dalam kuesioner kinerja guru adalah 30 butir.

Ketiga instrumen sebagaimana diuraikan diatas dapat dilihat pada lampiran 1.

3.4.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Tabel 3.1: Kisi-Instrumen Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Butir

Item  Gaya

Kepe-mimpinan

Direktif Instruksi dan petunjuk yang jelas 1-3 3 Pengambilan keputusan terpusat

pada pimpinan

4-6 3

Pengawasan yang ketat 7-9 3

Suportif Mengutamakan kepentingan bawahan

10-12 3 Pengambilan keputusan

berdasarkan keluhan dan aspirasi bawahan

13-15 3

Memotivasi dengan penghargaan 16-18 3 Partispasif Sebagian pengambilan keputusan

dipercayakan pada bawahan

19-21 3 Ikut berpartisipasi pada pekerjaan

bawahan

22-24 3 Komunikasi berjalan ke segala

arah

25-27 3 Total

27 27 Motivasi

Kerja Guru

Instrinsik Motivasi terhadap prestasi 1-3 3 Motivasi terhadap pengakuan 4-6 3 Motivasi terhadap pekerjaan 7-9 3 Motivasi terhadap tanggung jawab 10-12 3 Motivasi terhadap Pengembangan

potensi diri

13-15 5 Ekstrinsik Motivasi terhadap kompensasi 16-18 3

Motivasi terhadap keamanan dan keselamatan kerja aman

19-21 3 Motivasi terhadap lingkungan

kerja

22-24 3 Motivasi terhadap status 25-27 3 Motivasi terhadap prosedur 28-30 3 Motivasi terhadap supervisi 31-33 3


(29)

Variabel Dimensi Indikator Butir Item 

Total 33 33

Kinerja guru

Perencanaan pembelajaran

Merumuskan tujuan pembelajaran 1-3 3 Memilih dan mengembangkan

bahan ajar

4-6 3 Mengembangkan kegiatan belajar 7-9 3

Merencanakan penilaian 10-12 3

Pelaksanaan pembelajaran

Memulai pembelajaran 13-15 3

Melaksanakan kegiatan belajar 16-18 3 Mengakhiri pembelajaran 19-21 3 Evaluasi

pembelajaran

Melakukan evaluasi awal 22-24 3 Melakukan penilaian selama

proses pembelajaran

25-27 3 Melakukan penilaian di akhir

pembelajaran

28-30 3

Total 30 30

3.5 Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen

Syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel adalah digunakan instrumen penelitian yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data. Oleh karena itu instrumen harus dapat mengukur apa semestinya diukur. Untuk itu instrumen perlu divalidasi. Proses validasi dilakukan dengan menganalisis instrumen tersebut terutama validitas dan reliabilitas instrumen dari masing-masing variabel.

Ada dua syarat pokok instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian yakni validitas dan reliabilitas (Hamzah dkk, 2001: 63). Validitas berhubungan dengan ketepatan terhadap apa yang mesti diukur oleh instrumen dan berhubungan dengan ketepatan terhadap apa yang mesti diukur oleh instrumen den seberapa cermat instrumen melakukan pengukurannya, atau dengan kata lain validitas tes berhubungan dengan ketepatan tes tersebut terhadap konsep


(30)

yang akan diukur sehingga betul-betul bisa mengukur apa yang seharusnya diukur (Arikunto, 2001: 65).

Sebelum instrumen digunakan maka kualitasnya harus diteliti terlebih dahulu. Menurut Arikunto (2001: 66) menyatakan agar dapat memperoleh data yang valid instrumen atau alat untuk mengevaluasinya harus valid. Menurut Dantes (2001: 24) yang dimaksud dengan validitas atau kesahihan suatu perangkat tes adalah taraf sejauh mana perangkat tes itu mengukur apa yang seharusnya diukur. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Untuk memenuhi validitas isi (conten validity) instrumen ini dilaksanakan expert judgment oleh ahli dibidangnya. Instrumen yang divalidasi dalam penelitian ini adalah instrumen variabel konteks, input dan hasil khsusnya kemampuan apektif siswa. Instrumen yang lainnya telah diakui oleh Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia sehingga tidak perlu diuji lagi.

3.5.1 Uji Validitas

Validitas butir dilakukan dengan mengujicobakan dan kemudian dianalisis sesuai dengan karakteristik datanya. Untuk menguji validitas butir digunakan korelasi product moment, yaitu dengan mencari korelasi antara skor butir dengan skor totalnya.

Untuk validitas butir digunakan korelasi product moment dengan rumus :

rxy =

2 2



2 2

Y) ( Y N X) ( X N Y X XY N          


(31)

Keterangan : X = skor butir Y = skor total

N = banyaknya responden (Arikunto, 2001: 72)

Kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan harga rxy dengan harga tabel kritik r product moment, dengan ketentuan rxy dikatakan valid apabila rxy > rtabel pada  = 0,05. Untuk mengitung validitas butir digunakan program excel.

Hasil uji coba dari tiga instrumen yang dilaksanakan pada tanggal 18 juni 2011 32 orang guru di delapan Sekolah Menengah Atas di kota Palembang (Rekapitulasi data ujicoba instrumen lebih lebih lengkapnya terdapat pada lampiran 3,4 dan 5) diperoleh bahwa; untuk instrumen gaya kepemimpinan kepala sekolah terdapat dua butir peryataan yang tidak valid dari 27 butir pernyataan yaitu nomer 4 dan 21 sehingga. Sementara untuk instrumen motivasi kerja guru terdapat enam butir peryataan yang tidak valid dari 33 butir pernyataan yaitu nomer 7,8,9,23,26 dan 31. sedangkan untuk instrumen kinerja guru terdapat empat butir peryataan yang tidak valid dari 30 butir pernyataan yaitu nomer 10,12,24, dan 30. Dengan demikian berarti jumlah butir yang masuk ke dalam data yang akan di analisis adalah 25 lima butir pernyataan untuk instrumen gaya kepemimpinan kepala sekolah, 27 butir pernyataan untuk instrumen motivasi kerja guru, dan 26 butir pernyataan untuk instrumen kinerja guru. Data dan hasil


(32)

analisis SPSS 17 mengenai validitas ini lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.2: Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

Butir

Gaya Kepemimpinan (r hitung = 0,381)

Motivasi Kerja (r hitung = 0,344)

Kinerja Guru (r hitung = 0,361) Person

Correlation Kesimpulan

Person

Correlation Kesimpulan

Person

Correlation Kesimpulan

1. .934 Valid .621 Valid .360 Valid

2. .968 Valid .369 Valid .278 Valid

3. .934 Valid .569 Valid .583 Valid

4. -.268 Tidak Valid .342 Valid .560 Valid

5. .968 Valid .388 Valid .582 Valid

6. .968 Valid .338 Valid .411 Valid

7. .968 Valid .238 Tidak Valid .484 Valid 8. .968 Valid .239 Tidak Valid .515 Valid 9. .968 Valid .278 Tidak Valid .353 Valid 10. .934 Valid .335 Valid .231 Tidak Valid

11. .968 Valid .346 Valid .360 Valid

12. .934 Valid .275 Valid .121 Tidak Valid

13. .934 Valid .476 Valid .368 Valid

14. .968 Valid .391 Valid .583 Valid

15. .934 Valid .543 Valid .344 Valid

16. .968 Valid .465 Valid .360 Valid

17. .934 Valid .474 Valid .560 Valid

18. .934 Valid .344 Valid .353 Valid

19. .968 Valid .569 Valid .360 Valid

20. .968 Valid .344 Valid .560 Valid

21. -.237 Tidak Valid .543 Valid .614 Valid

22. .968 Valid .543 Valid .655 Valid

23. .417 Valid .266 Tidak Valid .617 Valid 24. .298 Valid .411 Valid .121 Tidak Valid

25. .934 Valid .715 Valid .614 Valid

26. .968 Valid .199 Tidak Valid .655 Valid

27. .722 Valid .349 Valid .420 Valid

28. .543 Valid .614 Valid

29. .658 Valid .655 Valid

30. .349 Valid .115 Tidak Valid

31. .226 Tidak Valid

32. .621 Valid

33. .408 Valid

Jumlah yang valid

25 Jumlah

yang valid

27 Jumlah

yang valid


(33)

(perhitungan SPSS 17 dapat dilihat pad lampiran 2,3 dan 4)

3.5.2. Uji Realibilitas

Reliabilitas merujuk pada ketepatan/keajegan alat pengukur tersebut dalam menilai apa yang diinginkan, artinya kapan pun alat tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama (Hamzah et.al. 2001: 142). Untuk mencari reliabilitas kuesioner kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja guru, disiplin kerja guru, dan kinerja guru, dicari konsistensi internalnya (internal consistency) dengan teknik koefisien alpha dengan rumus adalah sebagai berikut.

 =          2 2 1 1 k k t i  

(Fernandes, 1984: 34).

Keterangan :

 = koefisien keterandalan alpha

t2 = varian total (varian responden)

i2 = varian Butir k = banyaknya butir

Untuk menghitung reliabilitas instrumen digunakan program SPSS 17 didasarkan atas rumus koefisien alpha dari Fernandes (1984: 34). Keputusan keterandalan instrumen, berpedoman pada klasifikasi Guilford (1959: 142), yakni:

  0,20 derajat reliabilitas sangat rendah

0,20 <  0,40 derajat reliabilitas rendah 0,40 <  0,60 derajat reliabilitas sedang 0,60 <  0,80 derajat reliabilitas tinggi


(34)

0,80 <  1,00 derajat reliabilitas sangat tinggi.

Setelah divalidasi dari segi validasi isi, kemudian semua kuesioner diujicobakan terhadap 33 orang guru dari delapan Sekolah Menegah Atas di Kota Palembang yang tidak dijadikan sampel penelitian. Setelah dianalisis diperoleh hasil adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3: Hasil uji Relibilitas

No. Variabel Cronbach’s

Alpha

N of Items

Kesimpulan

1 Gaya Kepemimpinan Kepala

Sekolah 0,982 27 Sangat reliabel

2 Motivasi Kerja guru 0,888 33 Sangat reliabel

3 Kinerja guru

0,896 30 Sangat reliabel (Perhitungan lebih rincinya dapat dilihat pada lampiran 5, 6 dan 7)

Dari hasil uji analisis diatas dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel peneliatian yang telah di ujicoba tersebut sangat reliabel. Hal ini disebabkan karena nilai dari masing-masing variabel tersebut (0,982 untuk variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah, 0,888 untuk variabel motivasi kerja guru dan 0,896

untuk disiplin kerja guru) mendekati nilai maksimal dari skala Cronbach’s Alpha

yaitu 1. Berdasarkan hasil uji validitas maupun reliabilitas maka instrumen dari ketiga variabel ini dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Informasi yang dicari dalam penelitian ini adalah: (1) gambaran umum kinerja guru SMA Kota Palembang, kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi


(35)

kerja guru. Gambaran umum tersebut berupa skor rata-rata, simpangan baku, skor terendah, skor tertinggi, modus dan median; (2) model regresi antara tiga variabel bebas dan variabel terikat baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama; dan (3) koefisien regresi dari masing-masing model regresi, digunakan untuk meramal atau menaksir besarnya variansi nilai Y (variabel terikat), dan (4) korelasi parsial digunakan untuk menentukan hubungan murni antara satu variabel bebas dengan variabel terikat dengan mengendalikan variabel bebas lainnya .

Kegiatan analisis data terdiri atas kegiatan pengolahan data dan analisis statistik. Kegiatan analisis data meliputi: (1) menyunting data secara manual. Penyuntingan dilakukan karena kemungkinan ada data yang tidak jelas atau kesalahan dalam pengisian instrumen sehingga tidak memenuhi syarat untuk dianalisis, (2) mentabulasi data, dan (3) mengolah data dalam bentuk sesuai kebutuhan.

Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan seperti terdapat pada bab II, terlebih dahulu dilakukan analisis data yang telah dikumpulkan. Dalam melakukan analisis data untuk penelitian ini ada tiga tahapan yang dilalui yakni: (1) tahap deskripsi data, (2) tahap pengujian persyaratan analisis, dan (3) tahap pengujian hipotesis.

3.6. Deskripsi Data

Data yang telah diperoleh dari penelitian dideskripsikan menurut masing-masing variabel, yaitu kinerja guru guru SMA Kota Palembang, gaya kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja guru dan disiplin kerja guru. Karena tujuannya demikian, maka akan dicari harga rerata (M), standar deviasi (SD),


(36)

Modus (Mo) dan Median (Me) setiap variabel yang diteliti. Untuk tujuan tersebut, sebelum dicari harga-harga yang diperlukan akan dibuat terlebih dahulu tabel distribusi frekuensi dan histogram untuk setiap variabel penelitian. Tabel tersebut dibuat dengan cara membuat kelas interval dengan aturan Sturges (Sudjana, 1996:47).

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah semantic diffrential scale, yang artinya skor yang dihasilkan adalah berskala interval. Setiap pertanyaan dalam penelitian ini memiliki rentang nilai 1 hingga 5, dimana dalam pernyataan posotif, skor 1 merepresentasikan persepsi yang sangat positi.

Untuk kemudahan dalam melakukan analisis, skor hasil pengukuran di kelompokkan ke dalam katagori penilaian, yaitu:

Tabel 3.3 Katagori Penilaian

Skala Interval Katagori

4,21 – 5 Sangat Tinggi

3,41 – 4,2 Tinggi

2,61 – 3,4 Sedang

1,81 – 2,6 Rendah

1 – 1,8 Sangat Rendah

Nilai yang diperoleh sekolah pada variabel yang diteliti menggunakan nilai rata-rata jawaban responden dengan menjumlahkan seluruh nilai yang diberikan oleh responden di sekolah tersebut, dan kemudian dibagi dengan jumlah responden disekolah tersebut dikali jumlah butir pernyataan yang membangun variabel dalam penelitian ini


(37)

3.6.1. Pengujian Persyaratan Analisis

Statistik yang digunakan dalam analisis data dalam penelitian ini adalah teknik regresi sederhana, regresi ganda, korelasi parsial dan analisis determinasi. Persyaratan yang berkaitan dengan teknik analisis tersebut harus dibuktikan secara statistik. Adapun uji prasyarat analisisnya adalah sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran data dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran frekuensi skor pada setiap variabel berdistribusi normal atau tidak. Untuk itu, digunakan uji chi square, dengan kriteria: Jika p > 0,05 sebaran datanya berdistribusi normal, sebaliknya jika p< 0,05 sebaran datanya tidak normal. Perhitungan dilakukan dengan bantuan komputer melalui program SPSS 17.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel terikat dengan masing-masing variabel bebas. Pedoman untuk melihat kelinieran adalah dengan mengkaji lajur Dev. from linierity dari modul MEANS, sedangkan untuk melihat keberartian arah regresinya berpedoman pada lajur linierity. Statistik yang dihasilkan dari modul tersebut adalah statistik F. Bila F Dev. from linierity dengan p>0,05 maka bentuk regresinya linier, dan sebaliknya jika p<0,05 maka regresinya tidak linier. Bila F linierity dengan p<0,05 maka koefisien regresi yang diperoleh signifikan dan bila p >0,05 maka koefisien regresi yang diperoleh tidak signifikan. Untuk menguji linieritas dan keberartian koefsien regresi digunakan program SPSS 17.


(38)

c. Uji Multikolinieritas

Uji Mulikolineritas dikenakan pada variabel bebas. Multikolinieritas maksud-nya adalah antara sesama variabel bebas tidak terdapat muatan faktor bersama yang terlalu tinggi (Sutrisno Hadi, 2001: 5). Untuk memeriksa apakah multikolinieritas itu terjadi, dapat dihitung interkorelasi antar variabel bebas dan menyajikannya dalam matriks interkorelasi (Azwar, 2001: 16). Selanjutnya dikatakan bahwa koefisien korelasi yang besar dalam matriks selalu merupakan pertanda adanya multi-kolinieritas. Untuk menghitung koefisien korelasi antara sesama varibel bebas digunakan korelasi product moment dengan rumus :

rxy =

) Y) ( Y )(N X) ( X (N Y X XY N 2 2 2

2     

   

(Sudjana, 1996 : 369)

Karena korelasi sesama x (rxx) rumusnya dapat dirubah menjadi :

rxixj = ) ) X ( X )(N ) X ( X (N X X X X N 2 j 2 j 2 i 2 i j i j i          

Jika rxx 0,800 maka antara sesama variabel bebas adalah kolinier. Jika rxx

 0,800 maka antara sesama variabel bebas tidak kolinier (Sutrisno Hadi, 1997: 135). Untuk keperluan analisis digunakan program SPSS 17

d. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas terjadi dalam regresi apabila error (3i) untuk beberapa nilai X tidak konstan atau berubah-ubah. Pendeteksian konstan atau tidaknya varian error konstan dapat dilakukan dengan menggambarkan grafik antara Yˆ dengan residu (Y – Yˆ ). Apabila garis yang membatasi sebaran titik-titik relatif paralel maka varian error dikatakan konstan.


(39)

e. Uji Autokorelasi

Autokorelasi terjadi dalam regresi apabila dua error εt1 dan εt tidak independent atau C(εt1t) 0. Hubungan antara εt1dan εt dapat dinyatakan seperti berikut.

t v

ε ρ εt  t1 

ρ menyatakan koefisien autokorelasi populasi. Apabila ρ0, maka autokorelasi

tidak terjadi. Apabila autokorelasi terjadi, maka ρ akan mendekati +1 atau -1.

3.6.2 Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis pertama, kedua, dan ketiga digunakan teknik analisis regeresi sederhana dengan rumus :

Yˆ = a + bX

(Sudjana, 1996: 312)

Untuk menguji signifikansi garis regresi di atas, digunakan rumus:

res reg reg

RJK RJK

F  , dengan derajat kebebasan (dk) = 1 : (n – 2)

(Sutrisno Hadi, 2000: 14) Keterangan :

n = Banyaknya sampel

Freg = Harga bilangan F untuk garis regresi RJKreg = Rerata kuadrat garis regresi

RJKres = Rerata kuadrat residu

Kaidah keputusannya adalah: dengan menggunakan  = 0,05 dan dk = 1: (n – 2), jika F-hitung > F-tabel (p<0,05), maka garis regresi tersebut signifikan,


(40)

sebaliknya jika F-hitung < F-tabel (p>0,05), maka garis regresi tidak signifikan. Untuk keperluan analisis digunakan program SPSS 17

Untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan yang terjadi antara variabel bebas dengan variabel terikat digunakan korelasi product moment dengan rumus:

 

 

} Y) ( Y }{n X) ( X {n

Y) X)( ( XY n

2 2

2 2

xy

r (Sudjana, 1996: 369)

Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi nilai r tersebut, kemudian dikonsultasikan dengan nilai rtabel. Kaidah keputusannya adalah: dengan menggunakan taraf signifikansi 95%, jika rhitung > rtabel, maka Ho ditolak, berarti signifikan, sebaliknya jika rhitung < rtabel, maka Ho diterima, berarti tidak signifikan. Kontribusi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat diperoleh dari analisis determinasi, yang rumusnya sebagai berikut:

D = r2 x 100% (Sudjana, 1996:246) Keterangan :

r = koefisien korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat D = Koefisien determinasi (Kontribusi)


(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis pembahasan pada bab IV, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Kepala sekolah menerapkan gaya kepemimpinan yang fleksibel. Artinya kepala sekolah menerapkan gaya kepemimpinan yang bervariasi di sesuaikan dengan situasi kapan harus berperilaku direktif kapan harus berperilakusuportif dan partisipatif

2. Guru memiliki motivasi intrinsik yang lebih tinggi dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik artinya guru lebih terdorong oleh keinginan yang kuat untuk melakukan pekerjaan secara baik.

3. Guru memiliki kinerja yang tinggi dalam kegiatan evaluasi dan perencanaan sedangkan sedangkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran masih belum optimal. Hal ini juga menunjukkan bahwa motivasi kerja tinggi yg dimiliki guru belum tertuang dalam bukti kerja yang nyata. Hal ini behubungan dengan rendahnya kompetensi yang dimilik guru seperti diurai pada Bab I sub 1.1 Pendahuluan

4. Gaya kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Semakin sesuai gaya kepemimpinan yang diterapkan kepala sekolah maka kinerja guru akan semakin baik.


(42)

5. Motivasi kerja guru berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Semakin tinggi motivasi yang dimiliki guru maka kinerja guru akan semakin baik pula.

6. Gaya kepemimpinan kepala sekolah lebih dominan mempengaruhi kinerja guru dibanding motivasi kerja guru. Hal ini berhubungan dengan butir 3 kesimpulan ini.

5.2 Rekomendasi

1. Guru SMA di Kota Palembang

Guru hendaknya berupaya mewujudkan motivasi yang kuat dari dirinya kedalam bentuk kinerja. Karena hasil penelitian ini ditemukan indikasi bahwa motivasi kerja guru lebih didominasi oleh motivasi yang berasal dari dalam dirinya namun tidak tertuang dalam bukti kerja yang nyata.

2. Kepala SMA di Kota Palembang

Kepala sekolah hendaknya juga berperilaku suportif mengingat

kompetensi guru yang belum optimal dengan memperhatikan faktor ekstrinsik berupa keamanan, kondisi kerja, prosedur kerja, dan supervisi yang baik sehingga mendorong guru untuk mewujudkan motivasinya kedalam bukti kerja yang nyata.

5.4.4 Dinas Dikpora Kota Palembang

Dinas Dikpora hendaknya menyelenggarakan program peningkatan kompetensi guru sehingga guru mempunyai kapasitas yang cukup untuk menuangkan motivasi yang dimilikinya kedalam bukti kerja yang nyata.


(43)

Selain itu hendaknya dalam merancang program dan kebijakan pengembangan kinerja guru hendaknya memperhatikan faktor ekstrinsik yang meliputi: kompensasi, status, prosedur kerja, dan supervisi sehingga mendorong guru untuk mewujudkan motivasinya kedalam bukti kerja yang nyata.

Dinas Dikpora Kota Palembang hendaknya juga merancang diklat bagi kepala sekolah dalam hal kepemimpinan sehingga mampu menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif.

5.4.5 Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya hendaknya melengkapi data dengan kriteria responden serti jenis kelamin, usia, usia kerja, jabatan usia jabatan dan sebagainya untuk digunakan sebagai data pendukung untuk dapat dihubungkan dengan hasil penelitian sehingga pembahasan dan kesimpulan penelitian dapat lebih komprehensif.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2003. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Insan Cendekia Surabaya.

Arief, Mirian Soffyan. 1993. Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Karunika, UT. Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi).

Jakarta : Bumi Aksara

Cahyono, Bambang Tri. 1996. Sumber Daya Manusia,. Jakarta : IPWI.

Dantes, Nyoman. 1983. Penilaian Layanan Bimbingan Konseling. Singaraja: P2LPTK Depdikbud.

Dantes, Nyoman. 2005. “Pendidikan Dasar”. (Makalah Seminar). Denpasar:

Dinas Pendidikan Provinsi Bali

Fattah, Nanang. 2004. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah. Bandung:CV.Pustaka Bani Quraisy.

Handoko, Hani. 1988. Manajemen . Yogyakarta : BPFE.

Hasibuan Malayu, S.P. 2001. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: Gunung Agung.

Hersey, Paul & K.Blanchard. 1982. Manajemen Perilaku Organisasi:

Pendaya-gunaan Sumber daya Manusia. Terjemahan Agus Darma.

Jakarta:Erlangga.

Herzberg, F. Mausner & Band Syderman B.B. 1959. Motivation to Work. New York: John Wiley & Sons Uinc.

John Whitmore. 1997. Coahing Performace : Jakarta Gramedia Pustaka Utama

Lazaruth, Soewardji.1984. Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya. Yogyakarta: Kanisius

Maslow, Abraham. 1954. Motivation and Personality. New York-Evaston-London : Harper &Row. Publisher

Mataheru, F. dan Manca. 1997. “Motivasi Kerja”. Makalah Disampaikan dalam

Penataran Tenaga Peneliti Tingkat Lanjutan Angkatan I, Pusat Penelitian IKIP Malang.


(45)

Mathis dan Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat

Mitchall, Terence. 1978. People in Organizations Undestanding Their Behavior. Kogaksha : McGraw-Hill Book Company.

Moekijat. 1993. Dasar-Dasar Motivasi. Bandung: Sumur.

Mulyasa, E, 2003. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implemen-tasi.Bandung: PT. Rosdakarya.

Nawawi, Hadari. 1994. Administrasi Pendidikan. Jakarta: CV.Haji Masagung. Nitisemito, Alex S.1986. Manajemen Personalia. Kudus; Yudistira.

Nurkolis.2003. Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Owens, James 1973. Organizational Behavior in Education. New Jersey: Prentice-Hall,Inc.,Englewood Gliffs Hosstra University

Purwanto, M.Ngalim. 1993. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya

Robbins, Stephen P. 1996. Organizational Behavior. Concept Controversies, and

Applications. Terjemahan Hadyana Pujaatmaka. Jakarta: PT

Prenhallindo.

Simamora, Henry. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : STIE YPKN.

Soepardi. 1988. Dasar-dasarAdministrasi Pendidikian. Jakarta:P2LPTK. Sudjana. 1996. Metoda Statistika Edisi 6. Bandung : Tarsito

Sugiyono.2007. Statistik untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta.

Surohadiprodjo. 1984. Dasar-Dasar Management. Yogyakarta : BPFE Thoha, Miftah. 1995. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali.

Udayana Sosiawan, I Wayan. 2005. “Beberapa Faktor Determinan terhadap

Kinerja Pengawas Sekolah TK/SD/SDLB di Kabupaten Tabanan” Tesis.

Singaraja: Program Pascasarjana IKIP Negeri Singarja

Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya) : Jakarta: Raja Grafindo Persada.


(46)

Winardi. 2002. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rineka Cipta.

Putra, Afdeldi. 2010. Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Mutu Kinerja Mengajar Guru (Studi Deskriptif Analitik pada SMP Negeri di Kabupaten Ogan Ilir Propinsi Sumatera Selatan): Bandung, SPs UPI


(1)

YOCE FIRDAUS, 2011

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis pembahasan pada bab IV, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Kepala sekolah menerapkan gaya kepemimpinan yang fleksibel. Artinya kepala sekolah menerapkan gaya kepemimpinan yang bervariasi di sesuaikan dengan situasi kapan harus berperilaku direktif kapan harus berperilakusuportif dan partisipatif

2. Guru memiliki motivasi intrinsik yang lebih tinggi dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik artinya guru lebih terdorong oleh keinginan yang kuat untuk melakukan pekerjaan secara baik.

3. Guru memiliki kinerja yang tinggi dalam kegiatan evaluasi dan perencanaan sedangkan sedangkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran masih belum optimal. Hal ini juga menunjukkan bahwa motivasi kerja tinggi yg dimiliki guru belum tertuang dalam bukti kerja yang nyata. Hal ini behubungan dengan rendahnya kompetensi yang dimilik guru seperti diurai pada Bab I sub 1.1 Pendahuluan

4. Gaya kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Semakin sesuai gaya kepemimpinan yang diterapkan kepala sekolah maka kinerja guru akan semakin baik.


(2)

YOCE FIRDAUS, 2011

5. Motivasi kerja guru berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Semakin tinggi motivasi yang dimiliki guru maka kinerja guru akan semakin baik pula.

6. Gaya kepemimpinan kepala sekolah lebih dominan mempengaruhi kinerja guru dibanding motivasi kerja guru. Hal ini berhubungan dengan butir 3 kesimpulan ini.

5.2 Rekomendasi

1. Guru SMA di Kota Palembang

Guru hendaknya berupaya mewujudkan motivasi yang kuat dari dirinya kedalam bentuk kinerja. Karena hasil penelitian ini ditemukan indikasi bahwa motivasi kerja guru lebih didominasi oleh motivasi yang berasal dari dalam dirinya namun tidak tertuang dalam bukti kerja yang nyata.

2. Kepala SMA di Kota Palembang

Kepala sekolah hendaknya juga berperilaku suportif mengingat

kompetensi guru yang belum optimal dengan memperhatikan faktor ekstrinsik berupa keamanan, kondisi kerja, prosedur kerja, dan supervisi yang baik sehingga mendorong guru untuk mewujudkan motivasinya kedalam bukti kerja yang nyata.

5.4.4 Dinas Dikpora Kota Palembang

Dinas Dikpora hendaknya menyelenggarakan program peningkatan kompetensi guru sehingga guru mempunyai kapasitas yang cukup untuk menuangkan motivasi yang dimilikinya kedalam bukti kerja yang nyata.


(3)

YOCE FIRDAUS, 2011

Selain itu hendaknya dalam merancang program dan kebijakan pengembangan kinerja guru hendaknya memperhatikan faktor ekstrinsik yang meliputi: kompensasi, status, prosedur kerja, dan supervisi sehingga mendorong guru untuk mewujudkan motivasinya kedalam bukti kerja yang nyata.

Dinas Dikpora Kota Palembang hendaknya juga merancang diklat bagi kepala sekolah dalam hal kepemimpinan sehingga mampu menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif.

5.4.5 Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya hendaknya melengkapi data dengan kriteria responden serti jenis kelamin, usia, usia kerja, jabatan usia jabatan dan sebagainya untuk digunakan sebagai data pendukung untuk dapat dihubungkan dengan hasil penelitian sehingga pembahasan dan kesimpulan penelitian dapat lebih komprehensif.


(4)

YOCE FIRDAUS, 2011

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2003. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Insan Cendekia Surabaya.

Arief, Mirian Soffyan. 1993. Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Karunika, UT. Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi).

Jakarta : Bumi Aksara

Cahyono, Bambang Tri. 1996. Sumber Daya Manusia,. Jakarta : IPWI.

Dantes, Nyoman. 1983. Penilaian Layanan Bimbingan Konseling. Singaraja: P2LPTK Depdikbud.

Dantes, Nyoman. 2005. “Pendidikan Dasar”. (Makalah Seminar). Denpasar:

Dinas Pendidikan Provinsi Bali

Fattah, Nanang. 2004. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah. Bandung:CV.Pustaka Bani Quraisy.

Handoko, Hani. 1988. Manajemen . Yogyakarta : BPFE.

Hasibuan Malayu, S.P. 2001. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: Gunung Agung.

Hersey, Paul & K.Blanchard. 1982. Manajemen Perilaku Organisasi:

Pendaya-gunaan Sumber daya Manusia. Terjemahan Agus Darma.

Jakarta:Erlangga.

Herzberg, F. Mausner & Band Syderman B.B. 1959. Motivation to Work. New York: John Wiley & Sons Uinc.

John Whitmore. 1997. Coahing Performace : Jakarta Gramedia Pustaka Utama

Lazaruth, Soewardji.1984. Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya. Yogyakarta: Kanisius

Maslow, Abraham. 1954. Motivation and Personality. New York-Evaston-London : Harper &Row. Publisher

Mataheru, F. dan Manca. 1997. “Motivasi Kerja”. Makalah Disampaikan dalam

Penataran Tenaga Peneliti Tingkat Lanjutan Angkatan I, Pusat Penelitian IKIP Malang.


(5)

YOCE FIRDAUS, 2011

Mathis dan Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat

Mitchall, Terence. 1978. People in Organizations Undestanding Their Behavior. Kogaksha : McGraw-Hill Book Company.

Moekijat. 1993. Dasar-Dasar Motivasi. Bandung: Sumur.

Mulyasa, E, 2003. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implemen-tasi.Bandung: PT. Rosdakarya.

Nawawi, Hadari. 1994. Administrasi Pendidikan. Jakarta: CV.Haji Masagung. Nitisemito, Alex S.1986. Manajemen Personalia. Kudus; Yudistira.

Nurkolis.2003. Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Owens, James 1973. Organizational Behavior in Education. New Jersey: Prentice-Hall,Inc.,Englewood Gliffs Hosstra University

Purwanto, M.Ngalim. 1993. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya

Robbins, Stephen P. 1996. Organizational Behavior. Concept Controversies, and

Applications. Terjemahan Hadyana Pujaatmaka. Jakarta: PT

Prenhallindo.

Simamora, Henry. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : STIE YPKN.

Soepardi. 1988. Dasar-dasarAdministrasi Pendidikian. Jakarta:P2LPTK. Sudjana. 1996. Metoda Statistika Edisi 6. Bandung : Tarsito

Sugiyono.2007. Statistik untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta.

Surohadiprodjo. 1984. Dasar-Dasar Management. Yogyakarta : BPFE Thoha, Miftah. 1995. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali.

Udayana Sosiawan, I Wayan. 2005. “Beberapa Faktor Determinan terhadap

Kinerja Pengawas Sekolah TK/SD/SDLB di Kabupaten Tabanan” Tesis.

Singaraja: Program Pascasarjana IKIP Negeri Singarja

Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya) : Jakarta: Raja Grafindo Persada.


(6)

YOCE FIRDAUS, 2011

Winardi. 2002. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rineka Cipta.

Putra, Afdeldi. 2010. Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Mutu Kinerja Mengajar Guru (Studi Deskriptif Analitik pada SMP Negeri di Kabupaten Ogan Ilir Propinsi Sumatera Selatan): Bandung, SPs UPI