PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN GERAK BENDA MELALUI PENDEKATAN KONSTEKSTUAL.

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA

PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN GERAK

BENDA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Penelitian Tindakan Kelas di SDN Bhakti Winaya Kelas 3 Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013 Kecamatan Regol Kota Bandung

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Rahayati

0908107

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN GERAK BENDA

MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

(Penelitian Tindakan Kelas di SDN Bhakti Winaya Kelas 3 Semester 2 Tahun 2012/2013 Kecamatan Regol Kota Bandung)

Oleh :

R A H A Y A T I

0908107

Di Setujui dan di sah kan oleh : Pembimbing I

Drs. Nana Jumhana, M.Pd

NIP. 195905081984031002

Di Setujui dan di sah kan oleh : Pembimbing II

Dra. Hj. Ani Hendriani, M.Pd

NIP. 196006251986032001

Diketahui

Ketua Jurusan Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. H.Babang Robandi, M.Pd


(3)

Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

================================================================== PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN GERAK BENDA

MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

(Penelitian Tindakan Kelas di SDN Bhakti Winaya Kelas 3 Semester 2 Tahun 2012/2013 Kecamatan Regol Kota Bandung)

Oleh :

R A H A Y A T I

0908107

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© R A H A Y A T I 2013

Universitas Pendidikan Indonesia juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN

GERAK BENDA

MELALUI PENDEKATAN KONSTEKSTUAL

Metode atau cara pengajaran guru yang cenderung konvensional dan tradisional,sehingga membuat rata – rata hasil belajar peserta didik relatif rendah menjadikan salah satu dasar dalam melakukan penelitian ini. Sehingga diperoleh peluang untuk melakukan penelitian penggunaan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran IPA tentag Gerak Benda . salah satu upaya guru untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami setiap mata pelajaran, khususnya mata pelajaran IPA yang membahas masalah Wujud Benda dan gerak benda. Bagi siswa kelas III SDN Bhakti Winaya kota Bandung adalah dengan menggunakan metode penelitian yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam PTK ini dicoba diterapkan pendekatan kontekstual yang merupakan pendekatan pembelajaran secara aplikatif dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang Wujud Benda dan gerak benda, sehingga mereka mampu meningkatkan nilai dan prestasi belajarnya. Hal ini terbukti dengan adanya grafik hasil penilaian tes (pretes dan pro-tes) yang cenderung meningkat secara signifikan. Dalam PTK ini digunaka (tiga) siklus penelitian sebagaimana diuraikan oleh Kemmis dan Taggart tentang penelitian tindakan yang memiliki 4 (empat) tahap penting didalamnya, yaitu tahap perencanaan (planning),tahap pelaksanaan (acting), tahap pengamatan (observing), dan tahap refleksi (reflecting). Pada tahap perencanaan,guru berupaya untuk merencanakan sebuah pembelajaran yang dapat merangsang Peserta didik lebih pro-aktif sebagai subjek pembelajaran bukan sebagai objek pembelajaran dengan berbagai indicator kenerhasilan yang sesuai standar Kompetensi dan kompetensi Dasar mata pelajaran dimaksud. Sementara pada tahap pelaksanaan , guru mencoba menerapkan segala apa yang tertuang dalam RPP sebagai bagian dari tahap perencanaan sebelumnya. Sedangkan pada tahap pengamatan, guru mencoba untuk menganalisa smapai sejauh mana proses pembelajaran dan tujuan pembelajaran sampai ditemukan sesuatu yang harus diperbaiki dalam tahap berikutnya. Kesimpulan yang dibuat dari penelitan ini adalah aktivitas kerja kelompok dan hasil belajar siswa pada materi menjadi meningkat. Sedangkan dari perolehan rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I 77,08,siklus II 85,40. Penlitian ini direkomendasikan pada guru agar menggunakan pendekatan kontestual sebagai salah satu alternatif pendekatan belajar dalam pembelajaran IPA di SD.


(5)

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PERNYATAAN ………. ii

ABSTRAK ……… iii

KATA PEMGAMTAR ………. iv

DAFTAR ISI ………. vi

DAFTAR TABEL ………. viii

DAFTAR GAMBAR ………. ix

DAFTAR GRAFIK ……… x

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ………. 3

C. Tujuan Penelitian ……….. 4

D. Manfaat Penelitian ……… 4

E. Hipotesis Tindakan ……… 5

F. Devinisi Operasional ………. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Kontekstual ……… 1. Pengertian Kontekstual ……… 9

2. Prinsip CTL ……… 9

3. Langkah-langkah CTL ……… 14

4. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan CTL di Sekolah Dasar 16 B. Pembelajran IPA ……….. 18

C. Materi Penelitian ……….. 19

D. Hasil Belajar ………. 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ………. 31

B. Model Penelitian ………... 32


(6)

F. Instrumen Penelitian ……….. 38 G. Pengelolaan data Analisa Data ……….. 38 BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ………. 43

B. Pembahasan ……… 59

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ……… 61

B. Rekomendasi ………. 62

DAFTAR PUSTAKA ……… 64


(7)

4.1

Tabel Ha

sil Siklus 1 ………

48

4.2

Daftar hasil Penel

itian Siklus 1 ………..

58

4.3

Daftar Hasil Penelitian Siklus 2

……….

55

4.4

Pencapaian Aspek

CTL Dalam Pembelajaran …………

56


(8)

DAFAR GAMBAR

2.1. Gambar Gerak Jatuh Benda

20

2.2. Gambar Air Mengalir

21

2.3. Gambar Bola Memantul

21

2.4. Gambar Gerak Menggelinding

22

2.5. Gambar Kincir Angin Merupakan Salah Satu Benda Berputar 22

Gambar Kapal Terapung dipermukaan air (a), Paku Tenggelam

2.6. didalam air (b)

23

3.1. Model PTK Kemis dan MC Taggart

32


(9)

4.1

Pencapaian KKM

49

4.2

Perolehan Nilai Rata-rata

49

4.3

Persentase Pencapaian KKM Siklus 2

56

4.4

Nilai Rata-rata Siklus 1 dan 2

56


(10)

 LAMPIRAN I

- RPP ………... 66

- JARINGAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI . 70

- AMP ………. 71

- KISI-KISI SIKLUS 1 ……….. 72

- LEMBAR OBSERVASI SIKLUS 1 ……… 74

- LEMBAR EVALUASI PRE TEST SIKLUS 1 ……… 76

- LEMBAR EVALUASI SIKLUS 1 ……….. 77

- LEMBAR KERJA SISWA SIKLUS 1 ………... 78

 LAMPIRAN II - LEMBAR EVALUASI PRE TEST SIKLUS II ……… 83

- LEMBAR EVALUASI SIKLUS II ……….. 84

- LEMBAR OBSERVASI SIKLUS 1 ………. 85

- PEDOMAN WAWANCARA ……….. 87

 LAMPIRAN III - DATA HASIL PRE TEST SIKLUS I ……… 88

- DATA HASIL POS TEST SIKLUS I ……… 89

- DATA HASIL PRE TEST SIKLUS II ……… 90

- DATA HASIL POS TEST SIKLUS II ……… 91

- LEMBAR OBSERVASI SIKLUS 1 ……… 92

- LEMBAR OBSERVASI SIKLUS 1I ……… 94

- PEDOMAN WAWANCARA ……….. 96

- LEMBAR HASIL KERJA SISWA ……….. 101

 LAMPIRAN IV

- FOTO-FOTO KEGIATAN


(11)

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalaha

Seorang guru harus dapat mengembangkan ilmu professional, ini berarti guru tidak hanya di tuntut menguasai materi ajar atau mampu menyajikan bahan ajar secara tepat tetapi juga harus mampu menganalisis dan mengembangkan kegiatan mengajarnya. Kemampuan ini berkaitan dengan kegiatan penelitian tindakan kelas serta mampu menafsirkan hasil – hasil penelitian tersebut bagi peningkatan mutu pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas di lakukan oleh seorang guru sebagai upaya untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran dan meningkatkan untuk kerja profesionalnya. ( Arikunto, 2007 : 3 )

SDN Bhakti Winaya berada di kecamatan regol kotamadya Bandung. Siswa kelas III berjumlah 45 orang. 23 orang laki-laki dan 22 orang perempuan. Umur mereka berkisar 8 sampai 9 tahun. Sebagian besar mereka berasal dari keluarga pra sejahtera. Latar belakang pekerjaan orangtua mereka adalah buruh. Motivasi belajar siswa sangat rendah, hal ini dikarenakan kurangnya perhatian orangtua siswa terhadap siswa dirumah karena rata-rata orangtua siswa hanya mengenyam pendidikan di SD.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, ternyata guru kelas di Sekolah Dasar Negeri Bhakti Winaya dalam mengajar cenderung bersifat informatif atau hanya transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa sehingga siswa belum terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Metode yang digunakan masih bersifat tradisional, yaitu seperti metode ceramah dan metode pemberian tugas. Guru tidak menggunakan model dan metode pembelajaran yang lebih variatif untuk meningkatkan minat belajar siswa.


(13)

Cara belajar siswa sangat tergantung kepada guru. Guru merupakan satu-satunya sumber belajar. Siswa sangat pasif dalam kegiatan belajar mengajar, pada saat diminta untuk menyampaikan pikiran, gagasan, atau persaan secara lisan siswa tidak bisa menjawab. Hal ini disebabkan karena kurang adanya sarana dan prasarana belajar yang menunjang seperti buku perpustakaan yang kurang lengkap dan laboratorium yang tidak tersedia menjadi faktor yang mempengaruhi minat siswa maupun hasil belajar yang diperoleh siswa. Ruang kelas yang terlalu sempit dan tidak sesuai dengan jumlah siswa juga sangat berpengaruh pada proses pembelajaran.

Banyak guru yang mengeluhkan prestasi siswa yang tidak mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Hal ini dikarenakan guru tidak mau melakukan refleksi terhadap cara mengajar dan melakukan perubahan yang lebih baik untuk meningkatkan prestasi siswa. Banyak sekali masalah yang dihadapi guru pada saat pembelajaran berlangsung. Masalah tersebut sangat beragam untuk setiap mata pelajaran. Pada pelajaran Bahasa Indonesia, siswa sangat pasif, ketika diminta untuk menyampaikan gagasan, fikiran dan pendapat. Pada mata pelajaran Matematika banyak siswa yang belum bisa mengerjakan penjumlahan, perkalian dan pembagian. Sedangkan pada pelajaran IPS dan PKn beberapa siswa tidak malas untuk mengerjakan tugas. Dan untuk pelajaran Sains, minat belajar siswa sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh kurang adanya sarana dan prasarana belajar yang menunjang seperti buku perpustakaan maupun laboratorium yang dapat mempengaruhi minat siswa maupun hasil belajara siswa.

Dari masalah-masalah yang dihadapi disekolah peneliti menemui hambatan dalam pembelajaran sains. Pada saat proses pembelajaran Sains, siswa ribut, siswa tidak memperhatikan ketika guru menjelaskan materi, ketika di adakan evaluasi siswa tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dari hasil pengamatan peneliti dapat mengidentifikasi beberapa factor yang menjadi penyebab ketidakberhasilan dalam proses pembelajaran, yaitu guru tidak


(14)

misalnya dengan menggunakan alat peraga. Metode pembelajaran yang digunakan monoton sehingga membuat anak bosan, siswa tidak memiliki motivasi belajar dan ruang kelas terlalu sempit dan tidak sesuai dengan jumlah siswa, ini sangat berpengaruh pada proses pembelajaran.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, diperlukan strategi pembelajaran yang berguna untuk meningkatkan minat siswa secara optimal yaitu dengan menggunakan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and

Learning (CTL). Dengan strategi ini, diharapkan proses pembelajaran

berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa (Nurhadi, 2002: 1).

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pendekatan kontekstual dalam peningkatan pemahaman peserta didik pada pembelajaran gerak benda cair. Hal ini mengacu kepada indek prestasi kelas 3 pada mata pelajaran IPA harus mencapai KKM 70, sedangkan rata-rata nilai pada mata mata pelajaran tersebut dibawah KKM dengan rincian < KKM dengan demikian penulis ingin mengetahui upaya mengatasi masalah tersebut dengan memberikan judul penelitian "Peningkatan Hasil Belajar Peserta didik pada Pembelajaran IPA tentang Pokok Bahasan Gerak Benda melalui Pendekatan Kontekstual". (Penelitian Tindakan kelas di SDN Bhakti Winaya Kelas III Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013, Kecamatan Regol, Kota Bandung).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya permasalahan yang akan di teliti adalah " Bagaimana meningkatkan pemahaman peserta didik pada pembelajaran gerak benda cair melalui metode konstektual di SDN Bhakti Winaya 1 Kelas III Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013 Kecamatan Regol, Kota Bandung"


(15)

Masalah tersebut diuraikan dalam rumusan yang lebih khusus yaitu :

I. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPA tentang pokok bahasan gerak benda cair melalui penggunaan pendekatan kontekstual?

2. Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran IPA pada pokok bahasan gerak benda cair melalui penggunaan pendekatan kontekstual?

3. Bagaimana hasil belajar peserta didik pada pembelajaran gerak benda cair melalui penggunaan pendekatan kontekstual?

C. Tujuan Penelitian

Prosedur pembelajaran tidak hanya di tekankan pada kegiatan peserta didik saja, melainkan pada kegiatan guru, untuk membuat prosedur dalam pelaksanaan pembelajaran harus teliti dan cermat dalam memilih bahan pembelajaran, dan menentukan kegiatan siswa. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang :

a. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran gerak benda cair melalui pendekatan kontesktual.

b. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran gerak benda cair melalui pendekatan kontekstual di kelas III.

c. Mendeskripsikan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran gerak benda cair melalui pendekatan kontekstual di kelas III SDN Bhakti Winaya kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

1. Guru :

a. Memberi masukan kepada guru agar senantiasa menggunakan pembelajaran yang relevan dengan materi pembelajaran, dengan cara mempersiapkan untuk pembuatan lembar observasi, lembar test dan evaluasi;

b. Menciptakan pembelajaran lebih aktif kreatif dan menyenangkan dengan pendekatan kontekstual pada pokok bahasan pembelajaran gerak benda cair melalui penggunaan pendekatan kontekstual;


(16)

c. Pembelajaran lebih bermakna, khususnya pada mata pelajaran IPA pada pokok bahasan pembelajaran gerak benda cair melalui penggunaan pendekatan kontekstual;

d. Memberi kesempatan kepada guru untuk mengembangkan pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran. khususnya pada mata pelajaran IPA pada pokok bahasan pembelajaran gerak benda cair melalui penggunaan pendekatan kontekstual.

2. Peneliti :

a. Mengetahui masalah dan cara penyelesaiannya terhadap permasalahan yang diteliti;

b. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang penelitian ilmiah;

c. Menambah pengalaman menulis karya tulis ilmiah yang berbentuk penelitian tindakan kelas

3. Sekolah:

a. Meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, pengajar dan pelatih; dan

b. Meningkatkan mutu pendidikan, khususnya di lingkungan Sekolah Dasar Negeri Bhakti Winaya Bandung.

E. Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis tindakan yang dapat penulis rumuskan sebagai berikut, dengan menggunakan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran IPA tentang gerak mengalir pada air dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

F. Definisi Operasional

Pembelajaran kontekstual pada pelajaran IPA di kelas 3 memiliki beberapa definisi operasional yang saling berhubungan, hal tersebut seperti terlihat pada definisi berikut ini;

1) Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan. Siswa memperoleh informasi dan perbuatan dari segi afektif, kognitif, dan


(17)

psikomotor dari pembelajaran yang dilakukan. Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar yang ditampilkan dalam beberapa bentuk hasil belajar. Proses belajar mengajar yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula.

Menurut Wardhani, A. A (2007: 85)” bahwa hasil belajar adalah

merupakan kerjasama antara guru dan siswa. Namun demikian metode atau teknik mengajar hanyalah salah satu komponen penting di dalam keseluruhan interaksi belajar mengajar atau interaksi edukatif”.

Untuk mengumpulkan informasi tentang kemampuan belajar siswa dapat beragam teknik, baik berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik untuk mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar siswa terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetansi dasar. Ada tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan fortopolio dan penilaian diri (Pedoman Model Penilaian Kelas, 2006: 41).

2) Gerak mengalir pada Air

Air mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah (Priyono, 2008:113). Pada dasarnya, air di seluruh permukaan Bumi ini bergerak (mengalir). Di alam sekitar kita, kita mengetahui bahwa air memiliki siklus. Dimana air menguap, kemudian terkondensasi menjadi awan. Air akan jatuh sebagai hujan setelah ia memiliki massa yang cukup. Air yang jatuh di dataran tinggi akan terakumulasi menjadi aliran sungai. Aliran sungai ini menuju ke laut.

Ilmu pengetahuan alam dan ilmu sosial meskipun memiliki sifat pembelajaran yang berbeda akan tetapi memiliki ruang lingkup pembelajaran yang sama. Sebagaimana dikemukakan oleh Mursid Iskandar (1984:11) “ apa yang menjadi ruang lingkup ilmu sosial, juga menjadi ruang lingkup yang


(18)

mengalir deras merupakan bentuk energi yang sangat besar. Energi yang sangat besar tersebut dapat dimanfaatkan manusia untuk membuat Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Jadi gerak mengalir pada air adalah suatu proses perpindahan posisi air yang bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah.

3) Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyatasiswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pnerapannya dalam kehidupan mereka sebagai keluarga dan masyarakat (Hanafiah, 2010: 154). Pembelajaran kontekstual melibatkannya tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Contructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assesment). (Nurhadi, 2003: 71). Program pembelajaran dalam pendekatan kontekstual, lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang direncanakan guru, berisikan skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama peserta didiknya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya.

Secara umum, tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Perbedaannya hanya terletak pada penekanannya, di mana program perogram pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.

Pendekatan kontekstual merupakan paradigma baru dalam proses pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik, kegiatan yang bervariasi, berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik, strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil, mendorong


(19)

berkembangnya kemampuan baru, menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah, rumah dan lingkungan masyarakat.

Jadi pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara meteri yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna.


(20)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran memberikan fasilitas kegiatan belajar peserta didik untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas peserta didik dalam mencoba, melakukan dan mengalami sendiri.

1) Pengertian Kontektual

Konsektual adalah kata sifat, adjektif, untuk kata benda “konteks”. Konteks

artinya kondisi lingkungan, yaitu keadaan atau kejadian yang membentuk lingkungan dari sebuah hal (Dharma, 2010: 5). Contextual Teaching and Learning adalah mengajar dan belajar yang berhubungan dengan isi pelajaran dengan lingkungan.

Menurut Sagala (2008: 87) metode kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang diambilnya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

2) Prinsip CTL

Melalui pendekatan kontekstual, peserta didik diarahkan untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan


(21)

kehidupan mereka sebagai anggota kelompok dan masyarakat, sehingga menumbuh kembangkan sikap belajar peserta didik .

Terdapat lima karakteristik penting dalam poses pembelajaran yang menggunakan model ciri, menurut Hemawan (2007:156), diantaranya:

(1) Pembelajaran dengan model CTL merupkan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada. Artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari.

(2) Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru.

(3) Pemahaman pengetahuan artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini.

(4) Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut, artinya pengetahuan dan pengalaman yang dieroleh hams diaplikasikan dalam kehidupan peserta didik .

(5) Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Strategi pembelajaran melalui pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and

Learning) merupakan konsep belajar yang bisa membantu guru

menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan realitas dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat interaksi antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam kaitan ini peserta didik dapat menyadari sepenuhnya apa makna belajar, manfaatnya, bagairnana upaya untuk mencapainya dan dapat memahami bahwa yang mereka pelajari bermanfaat bagi hidupnya nanti. Sehingga mereka akan memposisikan diri sebagai diri


(22)

mereka sendiri yang membutuhkan bekal hidupnya dan berupaya keras untuk meraihnya.

Dari kelima karakteristik Pembelajaran Berbasis Kontekstual (CTL) tersebut terlihat beberapa karakter kuat yang dapat terus dikembangkan menjadi sebuah pembelajaran yang dibutuhkan peserta didik. Karakter tersebut bisa meliputi kerjasama, saling menunjang, menyenangkan, tidak membosankan, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, siswa kritis dan guru kreatif.

Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dalam kelas guru bepean membantu siswa mencapai tujuannya. Pembelajaran Berbasis Kontekstual (CTL) memiliki tujuh komponen utama pembelajaran efektif.

Tujuh asas pendekatan pembelajaran kontekstual tersebut menurut Hermawan (2007:CTL) berikut ini:

a)Konstruktivisme (Constructivisme)

Menekankan bahwa pembelajaran tidak semata sekedar menghafal, mengingat pengetahuan. Akan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana peserta didik sendiri aktif secara mental Membangun pengetahuannya, yang didasari oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya.

b)Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari aktivitas pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik bukan dari hasil mengingat fakta-fakta melainkan dari hasil menemukan sendiri. Suasana demokratis


(23)

dalam pembelajaran dengan memberi kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk melakukan observasi, mendorong keberanian untuk bertanya, mengajukan dugaan, mencari dan mengolah data serta kebiasaan untuk membuat kesimpulan sendiri dari apa yang telah dipelajarinya merupakan persyaratan utama yang haras dikembangkan oleh guru.

c. Bertanya (Questioning)

Bertanya adalah strategi utama pembelajaran berbasis kontekstual. Oleh karena itu cukup beralasan jika dengan pengembangan bertanya produktivitas pembelajaran akan lebih tinggi, karena dengan bertanya, maka dapat:

1.Menggali informasi

2.Mengecek pemahaman peserta didik 3.Membangkitkan respon peserta didik

4.Mengetahui sampai sejauh mana keingintahuan dan minat peserta didik . 5.Mengetahui hal-hal yang diketahui peserta didik

6.Memfokuskan perhatian perhatian peserta didik

7.Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari peserta didik, dan 8.Menyegarkan kembali pengetahuan yang dimiliki peserta didik.

Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran didapat dari hasil kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari "sharing" antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar akan berjalan baik jika terjadi komunikasi dua arab, dua kelompok atau lebih yang terlibat aktif dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.


(24)

konsep masyarakat belajar dalam kontekstual menyarankan agar hasil pembelajaran di peroleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerjasama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentukbaik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah ( Wina dalam Ellyana, Y. 2009 ). Hasil belajar dapat di peroleh dari hasil Sharing dengan orang lain, antar teman, antar kelompok, yang sudah tahu, yang punya pengalaman berbagi pengalaman dengan orang lain. Masyarakat belajar adalah masyarakat yang saling membagi.

Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain bias menjadi sumber belajar, dan berarti setiaporang akan sangat kaya dengan pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran dengan teknik learning

community ini sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Prakteknya dalam

pembelajaran di jelaskan dalam Depdiknas (2002:16) adalah pembentukan kelompok kecil, pembentuk kelompok besar, mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, perawat, petani, pengurus organisasi, polisi, tukang kayu, dsb) bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan kelompok kelas di atasnya, bekerja dengan masyarakat.

e. Pemodelan (Modeling)

Membahasakan yang ada dalam pemikiran adalah salah satu bentuk dari pemodelan. Jelasnya pemodelan adalah membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menghendaki peserta didik nya untuk belajar dan melakukan sesuatu. Dalam pembelajaran kontekstual, Guru bukan satu-satunya model. Model bisa dirancang dengan melibatkan peserta didik atau bisa juga mendatangkan dari luar.


(25)

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan cara berpikir atau merespon tentang apa yang baru dipelajari. berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Kemudian dalam pembelajaran adalah guru menyiapkan waktu sejenak agar peserta didik dapat melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang sudah diperoleh pada hari itu.

g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar peserta didik . Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar peserta didik perlu diketahui guru, agar peserta didik dapat memastikan bahwa peserta didik mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual. Evaluasi dilakukan terhadap proses maupun hasil.

3) Langkah- Langkah CTL

Keberhasilan proses pembelajaran sangat bergantung pada kreativitas guru meramu beberapa metode pembelajaran menjadi model yang sesuai dan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, menyenangkan dan bermakna. Menurut Dharma (2010) beberapa langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran CTL, tidak lepas dari ketujuh asas CTL yang meliputi;

 Konstruktivisme, belajar yang berpusat pada siswa untuk mengkonstruksi bukan menerima;

 Inquiry, pengetahuan diperoleh dengan menemukan, menyatukan rasa, karsa dan karya;


(26)

 Bertanya, belajar merupakan kegiatan produktif dan menggali informasi sebanyak-banyaknya;

 Masyarakat belajar, saling membantu;

 Permodelan, pembelajaran yang terus berupaya untuk mencoba hal-hal yang baru;

 Reflektif, pembelajaran yang komprehensif evaluasi diri internal dan eksternal;

 Penilaian otentik, penilaian proses dan hasil,pengalaman belajar, tes dan non tes multi aspek.

Berikut ini disajikan salah satu contoh metode langsung pembelajaran IPA di kelas 3 berbasis kontekstual, langkah-langkahnya diuraikan sebagai berikut;

(1) Guru menjelaskan tujuan, menginformasikan latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar;

(2) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok sekitar 7 sampai 9 kelompok; (3) Siswa mengamati lingkungan sekitar yang mengalami perubahan posisi/

bergerak, mulai dari lingkungan kelas sampai sekitar sekolah;

(4) Guru menjelaskan melalui media alat peraga tentang beberapa benda yang dapat bergerak;

(5) Siswa membahas beberapa pertanyaan yang diberikan guru;

(6) Siswa terus bereksplorasi dalam mencari informasi yang sebanyak-banyaknya tentang beberapa benda yang dapat bergerak;


(27)

(8) Siswa dan guru mengkonfirmasi beberapa fakta tentang konsep benda yang dapat bergerak, khususnya pada benda cair, dan

(9) Siswa dan guru menyimpulkan materi yang dipelajarinya bersama.

Pemilihan model pembelajaran yang digunakan guru sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai siswa. Oleh karena itu guru perlu menguasai dan menerapkan berbagai model pembelajaran.

4) . Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan CTL di Sekolah Dasar

Setiap pendekatan yang kita pergunakan dalam pembelajaran memiliki keunggulan dan kelemahan, hal tersebut terurai sebagai berikut;

a) Keunggulan Pendekatan CTL di SD

(1) Model pembelajaran dengan pendekatan CTL di SD, pada hakikatnya merupakan belajar yang membantu guru dengan cara mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa.

(2) Mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran dengan pendekatan CTL.

(3) real word Learning, mengutamakan pengalaman nyata, berpikir tingkat

tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, dan kreatif, pengetahuan bermakna, dan kegiatannya bukan mengajar tetapi belajar.

(4) kegiatannya lebih kepada pendidikan bukan pembelajaran, sebagai pembentukan manusia, memecahkan masalah, siswa acting guru mengarahkan, dan hasil belajar diukur dengan berbagai alat ukur tidak hanya


(28)

tes saja. Imformasi ,akan tetapi sebagai tempatuntuk menguji data hasil temuan mereka dilapangan.

(5) Pembelajran menjadi lebih bermakna dan riil,artinya siswa dituntut untuk dapat menangkaphubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata.

(6) Kontestual adalah meodel pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswasecara penuh, baik fisik maupun mental.

(7) Kelas dalam pembelajaran konstekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh

b) Kelemahan Pendekatan CTL di SD

Beberapa kelemahan yang ada pada pembelajaran CTL di SD adalah;

(1) Guru harus memiliki kemampuan untuk memahami secara mendalam dan komprehensif tentang konsep pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL itu sendiri;

(2) potensi perbedaan individual siswa di kelas;

(3) beberapa pendekatan dalam pembelajaran yang berorientasi kepada aktivitas siswa, (4) sarana, media, alat bantu serta kelengkapan pembelajaran yang menunjang aktivitas

siswa dalam belajar, dan

(5) kemampuan siswa yang berbeda dalam inisiatif dan kreativitas, wawasan pengetahuan yang memadai dari setiap mata pelajaran, perubahan sikap dalam menghadapi persoalan, dan perbedaan tanggung jawab pribadi yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas.


(29)

Beberapa keunggulan dan kelemahan tersebut masih bisa ditolerir jika saja hasil belajar yang ditunjukan sangat baik dan terus meningkat.

B. Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk menemukan dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu


(30)

pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.

C. Materi Gerak Mengalir Pada Air

a. Gerak benda

Secara sederhana gerak bisa diartikan sebagai perpindahan posisi, sebuah benda dapat bergerak karena ada pengaruh dari luar. Gerak benda dapat dibedakan menjadi gerak memantul, gerak mengalir, gerak jatuh, gerak berputar, dan gerak menggelinding, sedangkan faktor yang mempengaruhi gerak benda diantaranya adalah bentuk benda, luas area, kecepatan benda, berat benda, dan kondisi permukaan yang dilalui

Gerak benda dapat terjadi dengan beberapa cara, ada yang bergerak dengan berjalan, ada yang bergerak dengan terbang, ada yang bergerak di atas air, ada yang bergerak dengan cepat, ada yang bergerak dengan lambat, dan sebagainya.

Berikut ini adalah macam-macam gerak benda antara lain : 1. Jatuh


(31)

Umumnya benda yang berada diatas tanah (tidak tersangga) akan jatuh ke tanah karena ditarik oleh gaya gravitasi, contohnya adalah pensil yang jatuh dari atas meja. Jadi benda dikatakan jatuh apabila kedudukan atau letaknya berubah dari atas ke bawah.

2.1. Gambar Gerak Jatuh Benda 2. Mengalir

Air sungai beraasal dari mats air dipegunungan, atau berasal dari air hujan, air sungai kemudian mengalir kelaut yang letaknya lebih rendah, adanya perbedaan ketinggian antara pegunungan atau sungai dengan laut menyebabkan air dapat mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Air yang mengalir deras merupakan bentuk energi yang sangat besar. Energi yang sangat besar tersebut dapat dimanfaatkan manusia untuk membuat pembangkit listrik tenaga air (PLTA).


(32)

3. Memantul

Gerakan memantul pada benda temyata menimbulkan gagasan pada manusia. Berdasarkan gagasan tersebut terbentuklah berbagai benda atau kegiatan yang memiliki dasar gerak pemantulan, kegiatan yang terbentuk antara lain olah raga basket, voli, permainan bola bekel, tenis dan sebagainya.

2.3. Gambar Bola Memantul 4. Menggelinding

Gerak menggelinding menyebabkan kedudukan benda berubah, contoh benda yang bergerak dengan cara menggelinding antara lain bola dan klereng, maka bola akan bergerak kearah tertentu.


(33)

2.4. Gambar Gerak Menggelinding 5. Berputar

Benda umumnya berputar pada as atau poros nya, benda yang berputar cepat dapat menimbulkan energi yang besar, misalnya putaran yang cepat pada turbin pembangkit listrik dapat menghasilkan enegi listrik, listrik tersebut digunakan untuk membantu aktivitas manusia sehari-hari.

6. Tenggelam

Peristiwa tenggelam dan terapung dialami oleh anak-anak yang sedang berenang dan menyelam, suatu saat anak-anak terssebut dapat menyelam sampai ke dasar kolam (tenggelam), kemudian mereka naik keatas permukaan air (melayang dan mengapung)

2.5. Gambar Kincir Anggin Merupakan Salah Satu Contoh Benda Berputar


(34)

b. Sifat Benda cair

1. Bentuk benda cair mengikuti bentuk wadahnya

Bentuk minyak goreng dalam botol berubah jika dituang ke penggorengan, demikian pula dengan air yang dituang ke botol, bentuk air seperti bentuk botol. Hal itu berarti bahwa bentuk benda cair mengikuti bentuk wadahnya.

2. Bentuk Permukaan benda cair yang tenang selalu datar

Bentuk permukaan benda cair yang tenang berbeda dengan bentuk cair yang bergejolak, hal itu terlihat pada wadah yang tembus pandang walaupun wadahnya dimiringkan, permukaan benda cair yang tenang tetap datar.

3. Benda cair mengalir ketempat yang lebih rendah

Hal ini dapat dilihat pada aliran air atau selokan yang ada dirumah atau bahkan air terjun yang mengalir deras dan jatuh melalui tebing yang curam.

4. Benda cair menekan ke segala arah

Air mempunyai tekanan semakin rendah air pada tempat itu maka semakin besar. Hal itu dapat dibuktikan dengan membuat air menjadi memancar, pancaran air 2.6. Gambar Kapal Terapung di Permukaan Air(a), Paku Tenggelam di dalam air (b)


(35)

dari tempat lebih rendah tampak lebih jauh, itulah sebabnya tembok dalam bendungan dibuat makin ke bawah makin tebal, hal ini untuk menahan tekanan air yang makin besar di bagian bawah.

5. Benda cair meresap melalui celah

Berbagai peristiwa meresapnya benda cair melalui celah-celah kecil terjadi dalam kehidupan sehari- hari itu disebut kapilaritas, misalnya minyak tanah meresap pada sumbu kompor atau sumbu lampu tempel.

D. Hasil Belajar

1) Pengertian hasil belajar

Gagne (Mudjiono, 2006: 10) mengemukakan belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.

Menurut Wardhani, A. A (2007: 85)” bahwa hasil belajar adalah merupakan kerjasama antara guru dan siswa. Namun demikian metode atau teknik mengajar hanyalah salah satu komponen penting di dalam keseluruhan interaksi

belajar mengajar atau interaksi edukatif”. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengajaran berkenaan dengan hasil belajar. Oleh sebab itu isi tujuan harus mengandung berbagai hasil belajar. Hasil belajar dibedakan menjadi tiga kategori yakni kognitif,


(36)

Benyamin Bloom (Nana Sudjana , 2010: 22-31) mengemukakan secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

a). Ranah kognitif, Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah: 1) Pengetahuan, 2) Pemahaman, 3) Aplikasi, 4) Analisis, 5) Sintesis, dan 6) Evaluasi.

b. Ranah Afektif, Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek. Kelima aspek dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks sebagai berikut; 1) Reciving/ attending (penerimaan), 2)

Responding (jawaban), 3) Valuing (penilaian), 4) Organisasi, 5) Karaakteristik

nilai atau internalisasi nilai

c. Ranah Psikomotor, hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni: 1) gerakan refleks yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar, 2) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar; 3) kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain; 4) kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan; 5) gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks; 6) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.


(37)

Hasil belajar kognitif berkenaan dengan aspek intelektual, seperti pengenalan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Hasil belajar afektif berkenaan dengan sikap, nilai, minat, perhatian dan lain-lain. Sedangkan hasil belajar psikomotor berkenaan dengan keterampilan motorik. Hasil belajar ini pada umumnya menyangkut kegiatan praktek. Pengalaman menunjukkan, bahwa hasil belajar yang dapat dicapai disekolah pada umumnya terbatas pada aspek yang pertama (kognitif) sekalipun belum semua aspek kognitif dikembangkan guru. Diakui bahwa merumuskan tujuan instruksional khusus yang berkenaan dengan bidang afektif sulit dibuat. Untuk itu digunakan asumsi bahwa hasil belajar afektif diharapkan timbul setelah dikuasainya hasil belajar kognitif. Atas dasar itu tidak mutlak adanya tujuan khusus yang berisikan hasil belajar afektif dibuat dalam perencanaan mengajar.

Mengenai hasil belajar psikomotor, pada umumnya digunakan pengajaran yang sifatnya praktek seperti olah raga, keterampilan, kerja laboratorinm, praktek mengajar dan lain-lain.

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan. Siswa memperoleh informasi dan perbuatan dari segi afektif, kognitif, dan psikomotor dari pembelajaran yang dilakukan. Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar yang ditampilkan dalam beberapa bentuk hasil belajar. Proses belajar mengajar yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula.

Untuk mengumpulkan informasi tentang kemampuan belajar siswa dapat beragam teknik, baik berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar.


(38)

Teknik untuk mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar siswa terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetansi dasar. Ada tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan fortopolio dan penilaian diri (Pedoman Model Penilaian Kelas, 2006: 41).

Sedangkan Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002:19). Prestasi belajar adalah keluaran dari penguasaan kemampuan para peserta didik sebagaimana yang telah dipelajari oleh suatu pelajaran tertentu. Peran sekolah sebagai salah satu pelaksanaan pendidikan yang ada di masyarakat merupakan penumbuh kembang minat bakat peserta didik. Salah satu indikator keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar dapat ditandai dengan prestasi belajar yang memuaskan.

2) F aktor-faktor yang mendorong Hasil Belajar

Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa (Sudjana dalam Anonim, 2001) adalah :

a. Faktor internal

(1) Kondisi fisiologi Kondisi fisiologi pada umumnya berpengaruh terhadap belajar seseorang, jika seseorang belajar dalam keadaan jasmani yang segar akan berbeda dengan seseorang yang belajar dalam keadaan sakit. (2) Kondisi psikologis Beberapa faktor psikologis antara lain : a) Kecerdasan

Kecerdasan seseorang besar pengaruhnya dalam keberhasilan siswa dalam mempelajari sesuatu, b) Bakat Selain kecerdasan, bakat juga besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar siswa, c) Minat Jika


(39)

seseorang mempelajari sesuatu dengan minat yang besar,d) Motivasi adalah dorongan anak atau seseorang untuk melakukan sesuatu, jadi motivasi adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk belajar.

Pada dasarnya hubungan motivasi dengan belajar adalah bagaimana cara mengatur motivasi yang dapat ditingkatkan supaya hasil belajar dapat optimal sesuai dengan kemampuan individu. e) Kemampuan Kognitif Kemampuan kognitif atau kemampuan penalaran yang tinggi akan membantu siswa dapat belajar lebih baik dari pada siswa yang memiliki kemampuan kognitif sedang.

b. Faktor Eksternal

Yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa faktor luar antara lain:

(1) Faktor Lingkungan, a) Lingkunga alam, yaitu kondisi alam yang dapat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, b) Lingkungan social, baik yang berwujud manusia atau yang lain yang langusng dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar;

(2) Faktor Instrumen, adalah faktor-faktor yang ada dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini meliputi: a) Kurikulum, Kurikulum yang belum mantap dan sering adanya perubahan dapat mengganggu proses belajar, b) Program Program yang jelas tujuannya, sasarannya, waktunya mudah dilaksanakan, akan dapat membantuproses belajar, c) Sarana dan Fasilitas, keadaan gedung dan tempat


(40)

belajar, penerangan, ventilasi, tempat duduk dapat mempengaruhi keberhasilan belajar. Sarana yang memadai akan membuat iklim yang kondusif untuk belajar. d) Guru dan Tenaga Pengajar, kelengkapan jumlah guru, cara mengajar, kemampuan, kedisiplinan yang dimiliki oleh setiap guru dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

Guru yang professional akan mengembangkan kemampuannya melalui pendekatan. Pendekatan akan mampu menciptakan suasana aktif sehingga tujuan yang direncanakan dapat tercapai.

3) . Penelitian yang Relevan

1. Permana, tahun 2001, “ Analisis Tingkat Penguasaan Siswa dalam Menyelesaikan Persoalan Kontekstual pada Pembelajaran Matematika. FPMIPA. Pembelajaran matematika yang telah dilaksanakan menggunakan model kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari hasil observasi pada saat pembelajaran.

2. Rendi Agus Triono, tahun 2009, “Penerapan metode CTL untuk meningkatkan hasil dan aktivitas belajar IPA siswa kelas VI SDN sidorejo 02 kecamatan Jabung kabupaten Malang. PGSD. Pembelajaran IPA yang telah dilaksanakan dengan metode CTL terbukti dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil observasi pada saat pembelajaran dan tes.


(41)

3. Nurhadi Dan Senduk, A.G, tahun 2003, “Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Pembelajaran KBK yang telah dilaksanakan dengan metode CTL terbukti dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil observasi pada saat pembelajaran dan tes.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Peneltian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research, yang merupakan salah satu upaya guru dalam bentuk kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelasnya. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat diartikan sebagai penelitian (Action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik (Mulyasa, 2009:10).

Sebagai jabatan profesional sudah seharusnya guru bersikap professional yang mengupayakan berbagai strategi dalam pembelajaran dalam upaya perbaikan. Berbagai faktor seperti materi, alat peraga, metode, sumber belajar, sarana penunjang, dan lain-lain perlu diperhatikan agar terjadi peningkatan. Tahap - tahap metode penelitian kelas yang akan dilaksanakan adalah:

a) Tahap perencanaan;

b) Tahap pelaksanaan tindakan; c) Tahap observasi;

d) Tahap refleksi, dan


(43)

B. Model Penelitian

Penelitian tindakan kelas merapakan suatu bentuk penehtian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran dan bertujuan untuk memperbaiki, memahami pembelajaran serta situasi di mana pembelajaran itu dilakukan. Selanjutnya mereka menegaskan bahwa penelitian tindakan juga digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis, dengan keempat aspek, yaitu : perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi harus dipahami bukan sebagai langkah - langkah yang statis terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen - momen dalam bentuk spiral yang menyangkut perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Model yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan Mc. Taggart dalam Kasbolah ( 1998 / 1999 ), dengan menggunakan sistem spiral yang sesuai dengan tahapan penelitian tindakan. Model penelitian tindakan kelas tersebut dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Mc Taggart

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SDN Bhakti Winaya 1 Bandung, yang terletak di Jalan Pasir Jaya 6 no 1, Kecamatan Regol, Kota Bandung.

Perencanaan

Refleksi

Pelaksanaan


(44)

D. Subjek Penelitians

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas II SDN Bhakti Winaya 1 Kelas III Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 Kecamatan Regol, Kota Bandung yang berjumlah 45 peserta didik. Peserta didik kelas III kebanyakan berasal dari lingkungan sekitar sekolah.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran dan bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan model spiral yang terdiri dari 4 tahap meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi dalam setiap siklus.

1) Tahap Perencanaan (planning)

Tahapan yang hendak dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah terlebih dahulu menentukan lokasi yang akan dijadikan subjek penelitian kemudian memilih subjek yang akan diteliti. Setelah tahap pertama dilakukan kemudian peneliti melakukan pendekatan dengan Kepala Sekolah dan rekan sejawat untuk diajak sebagai tim pelaksanaan penelitian.

Langkah - langkah perencanaan dalam penelitian ini adalah dengan cara membuat skenario pembelajaran untuk selanjutnya diterapkan dalam proses pembelajaran. Peneliti terlebih dahulu menganalisis kurikulum sehingga penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dan tujuan pendidikan yang sudah digariskan. Mendesain kelas merupakan salah satu langkah yang penting dalam perencanaan


(45)

sehingga dapat menarik minat dan mendorong peserta didik untuk belajar. Peneliti mempersiapkan sarana dan fasilitas belajar sebagai pendukung dalam penelitian ini. Satu hal lagi dalam membuat langkah perencanaan adalah membuat lembar observasi untuk mengobservasi peserta didik dan guru, serta segala keperluan yang diperlukan untuk melakukan observasi bersama tim yang akan diajak untuk melakukan penelitian.

Untuk memperoleh kondisi awal tentang keadaan kelas dilakukan pengamatan langsung di dalam kelas dengan menggunakan alat pengumpul data untuk melihat kamampuan peserta didik dalam menerima pembelajaran. Aspek lainnya yang harus diperhatikan yaitu keadaan lingkungan peserta didik tentang ketersediaan sumber belajar, media/alat peraga yang mendukung proses pembelajaran, sarana pendukung lainnya yang tersedia di sekolah. Setelah peneliti memperhatikan kondisi awal maka langkah selanjutnya yaitu peneliti bersama - sama tim melakukan pembicaraan tentang rencana penelitian yang hendak dilaksanakan dengan menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan rumusan masalah serta melakukan teknik pemantauan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Pada saat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dilakukan peneliti bersama tim bersepakat untuk merumuskan tindakan pelaksanaan penggunaan media gambar untuk meningkatkan pemahaman peserta didik yang sesuai dengan rumusan rujuan yang sudah tertuang dalam pendahuluan. Adapun kegiatan yang dilakukan peneliti bersama tim adalah:


(46)

(a) Berusaha menelaah tentang kesulitan - kesulitan yang dialami oleh peserta didik pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung juga menelaah tentang kesulitan yang dialami oleh peneliti sehingga peneliti dapat mengatisipasi setiap kesulitan pada saat kegiatan belajar mengajar dilaksanakan.

(b) Peneliti menetapkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pembelajaran IPA yang akan disampaikan pada waktu pelaksanaan kegiatan. (c) Merumuskan rencana pembelajaran dengan menggunakan benda -

benda yang biasa ditemui peserta didik, media gambar dan pada pelaksanaannya akan memanfaatkan sumber belajar yang sudah tersedia di sekolah.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)

Sebelumnya perlu diketahui, bahwa penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan sebanyak dua kali, untuk lebih jelasnya, sebagai gambaran dan pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan untuk siklus pertama adalah sebagai berikut:

a) Siklus Pertama (2x35 Menit)

Pelaksanaan tindakan siklus pertama yaitu pada materi yang mana pada pertemuan ini menjelaskan mengenai macam-macam sifat benda cair, dengan tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut:

a. Melakukan tes awal/pre-test untuk mengetahui pemahaman awal siswa terhadap materi yang akan di pelajari (authentic asessment).


(47)

b. Mengelompokkan siswa menjadi 9 kelompok dan setiap kelompok terdiri dan 5 orang siswa secara heterogen (learning community).

c. Melakukan kegiatan pembelajaran dengan melibatkan siswa turun secara langsung ke lapangan guna mengetahui macam (inquiri).

d. Melakukan diskusi kelompok antar siswa dan hasil yang telah di dapatkan di lapangan (questioning).

e. Memberikan tes akhir/post-test untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi tentang sifat benda cair (authentic asessment).

f. Mengelola hasil data dari siklus pertama

B) Siklus Ke Dua (2x35 Menit)

Dalam pelaksanaan tindakan siklus kedua yaitu pada materi gerak mengalir pada air, yang mana pada pertemuan ini menjelaskan mengenai gerak mengalir pada air, dengan tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut:

a. Mereview materi pada siklus pertama.

b. Guru memberikan dua buah pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang akan dipelajari (authentic asessment).

c. Mengelompokkan siswa menjadi sembilan kelompok dan tiap kelompok terdiri dari lima orang siswa secara heterogen (learning community).

d. Melakukan kegiatan pembelajaran dengan melibatkan siswa dalam penelitian terhadap gerak mengalir pada air untuk mengetahui gerak air (inquiri). e. Melakukan diskusi kelompok antar siswa dari hasil yang telah di dapatkan


(48)

f. Memberikan tes akhir/post-test untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi tentang gerak mengalir pada air (authentic asessmen).

g. Melakukan wawancara berupa pernyataan dan tanggapan dari peserta didik terhadap pendekatan CTL pada pembelajaran gerak mengalir pada air di pelajaran IPA.

h. Mengelola data hasil pada siklus kedua. 3) Melaksanakan Observasi

Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas peserta didik dan pengamatan terhadap penelitian tindakan kelas ketika pembelajaran berlangsung. Observasi ini meliputi kegiatan memantau setiap aktivitas peserta didik untuk bahan kajian refleksi. Sehingga dapat diambil suatu keputusan mengenai diteruskan tidaknya penelitian tanpa perubahan, diteruskan dengan interaksi atau diganti dengan tindakan lain.

4) Refleksi

Pada kegiatan ini peneliti mengidentifikasikan permasalahan yang ditemukan. Dari hasil refleksi guru merencanakan siklus selanjutnya untuk memperbaiki kekurangan pada pembelajaran siklus sebelumnya. Hasil tindakan ini, peneliti dapat melihat tingkat keberhasilan dan ketercapaian tujuan tindakan yaitu untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar peserta didik.


(49)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah tes dan non tes, sebagai berikut:

1) Lembar tes

Untuk mengetahui hash belajar dari pembelajaran gerak benda cair, maka peeliti mengadakan ulangan harian yang berbentuk uraian karena dalam pengerjaan soal tidak hanya memperhatikan hasil akhir dari pengerjaan tapi juga memperhatikan proses mendapatkan hasil akhir tersebut, penilaian untuk ulangan harian menggunakan nilai 100.

2) Lembar non tes

 Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas peserta didik dan guru selama proses belajar mengajar, apakah sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan dalam RPP Observasi ini dilakukan oleh peneliti untuk mengamati aktivitas peserta dalam pembelajaran Gerak benda cair

 Wawancara

Wawancara dilakukan pada waktu pembelajaran berlangsung berupa pertanyaan, wawancara disesuaikan dengan materi gerak mengalir pada air.

G. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan data

Teknik pengolahan data dilakukan dengan mengumpulkan data- data yang diperoleh melalui instrumen penelitian. Data-data tersebut digunakan sebagai


(50)

dianalisis dari awal sampai akhir kemudian data dikembangkan dalam bentuk kesimpulan dan dibuat laporan.

Data-data yang terkumpul berupa: 1) Data hasil observasi

Teknik pengolahan data hasil observasi guru dan siswa di analisis secara kualitatif dan di lakukan melalui tahapan tahapan sebagai berikut

a.Reduksi data

Reduksi data ialah proses penyederhanaan yang di lakukan melalui seleksi yaitu dengan memilih data yang perlu dan menimbang data yang tidak perlu. b.Klasifikasi data

Klasifikasi data ialah mengelompokan data-data, hasil tes, dan data hasil observasi

c.Interprestasi data

Interprestasi data adalah membandingkan hasil pembelajaran apakah siklus pertama lebih baik dari siklus kedua begitupun selanjutnya.

d.Display data

Display data yaitu mendeskripsikan data/menarasikan data dalam bentuk kata-kata

e.Refleksi

Suatu prosoes untuk memecahkan masalah berdasarkan hasil observasi dan temuan di kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam refleksi ada beberapa kegiatan penting, yaitu :


(51)

(1)merenungkan kembali mengenai kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang telah dilaksanakan

(2)menjawab tentang penyebab dan situasi dan kondisi yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung

(3) memperkirakan solusi atas keluhan yang muncul

(4) mengidentifikasi kendala atau ancaman yang mungkin dihadapi 2) Data hasil Tes

Teknik pengolahan data hasil penilaian dianalisis secara kuantitatif untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa yang sesudah pembelajaran melalui langkah - langkah berikut :

a. Skoring

Pada penskoring soal diberikan terlebih dahulu dan hasil penilaian menggunakan rumus :

N =

b. Menghitung rata-rata

Dalam menghitung rata-rata tes dapat di hitung dengan menggunakan rumus :

X =

Catatan : X = rata-rata hitung x = skor


(52)

c. Menghitung presentase yang mencapai KKM % siswa yang mencapai KKM % siswa yang mencapai KKM = ∑

∑ 3) Wawancara

Wawancara dilakukan untuk melengkapi data dari hasil penerapan instrumen berupa lembar observasi dan lembar tes. Dan untuk mengetahui sejauh mana respon peserta didik terhadap pendekatan CTL, dalam kegiatan pembelajaran IPA di SDN Bhakti Winaya Bandung.

2. Analisa Data

Data yang diperoleh dari penelitian tersebut yaitu berupa data hasil tes, observasi, dan lembar tes Setelah data-data tersebut terkumpul, selanjutnya dianalisis dan dikelompokkan menjadi data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif, ini berupa hasil belajar siswa yang dapat diukur melalui tes formatif. Sedangkan data kuantitatif ini merupakan data yang diperoleh dari aktifitas siswa dan kegiatan pembelajaran. Data kuantitatif dapat diukur melalui observasi dan angket.

a. Analisis Data Kualitatif (Lembar Test)

Data kualitatif dalam penelitian ini berupa tes, yang mana terdiri dari

pre-test dan post-pre-test. Tes ini diberikan diawal dan diakhir kegiatan pembelajaran

pada setiap siklusnya. Tes ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan CTL. Untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam belajar, maka tes tersebut diolah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


(53)

Nilai =

Sedangkan untuk menentukan rata-rata dari nilai siswa, maka digunakan rumus sebagai berikut:

Rata-rata Hitung =

Dikutip dari Nurkancana dan sumartana, (1983) dalam Deni. M (2011:55) b. Analisis Data Kuantitatif (Observasi dan lembar tes)

1) Observasi

Observasi ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap aspek-aspek CTL setelah dilakukannya pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL dan mengetahui keterlaksanaan penerapan aspek-aspek yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran. Observasi ini dilakukan di setiap siklus pmbelajaran mulai dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran oleh observer baik terhadap siswa maupun terhadap guru.

Adapun setelah data dari basil observasi tersebut diperoleh, maka selanjutnya adalah mengolah data tersebut dengan menganalisis dan mendeskripsikannya (analisis deskripsi).

2) Wawancara

Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana respon peserta didik terhadap pendekatan CTL dalam kegiatan pembelajaran. Wawancara ini berisi pernyataan dan tanggapan peserta didik terhadap penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran IPA di SDN Bhakti Winaya Kota Bandung, wawancara dilakukan pada akhir siklus II.


(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setiap tahap pelaksanaan tindakan merupakan tahapan yang dilaksanakan sebagai realisasi dari perencanaan yang telah disusun. Perencanaan yang telah disusun, belum dapat mengungkapkan dan memberikan gambaran sepenuhnya mengenai subjek penelitian secara keseluruhan. Walaupun sudah disusun dan dipersiapkan segala sesuatu yang harus dilaksanakan pada tahap pelaksanaan tindakan setiap siklus, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih memungkinkan terjadi sesuatu hal diluar perencanaan dimana guru dapat melakukan tindakan yang belum dan tidak tercantum dalam rencana pembelajaran sebelumnya.

Pada pelaksanaannya setiap siklus terdiri dari beberapa tindakan penelitian yang menekankan pada penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan metode diskusi dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas 3 semester 2. Pelaksanaan penelitian dilakukan tanpa memberitahu siswa terlebih dahulu, dengan demikian siswa dapat melakukan pembelajaran secara alami dan tidak dibuat-buat. Sehingga peneliti menemukan banyak hal yang cukup penting dan menarik pada saat pelaksanaan penelitian tersebut.

Temuan-temuan yang peneliti peroleh pada pelaksanaan tindakan dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Hasil Penelitian 1. Tindakan Siklus I

Rencana pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya, direalisasikan pada pelaksanaan siklus I. Pelaksanaan pada siklus I mengajarkan materi tentang gerak mengalir pada air melalui pendekatan kontekstual. Pada siklus I ini langkah yang ditempuh disesuaikan dengan rencana yang telah tercantum dalam rencana pembelajaran dan rencana siklus. Secara rinci pelaksanaan tindakan pada siklus I diuraikan sebagai berikut:


(55)

a) Perencanaan Pembelajaran

Pada siklus I ini peneliti melaksanakan pembelajaran tentang gerak mengalir pada air. Tahapan pembelajaran disesuaikan dengan pendekatan yang digunakan yaitu kontekstual. Persiapan-persiapan kegiatan yang dilaksanakan pada perencanaan adalah sebagai berikut;

1) Menelaah kurikulum 2006 (KTSP) yang akan dijadikan acuan bagi penelitian di kelas 3;

2) Mengambil salah Satu Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) yang diperlukan, 4.1 Menyimpulkan hasil pengamatan bahwa gerak benda dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran ;

3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus I yang sesuai dengan model pembelajaran kontekstual di kelas 3 pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Beberapa langkah yang tercantum pada pembelajaran menekankan pada aktivitas siswa yang diamati melalui lembar pengamatan pada observer (authentic asessment);

4) Menyediakan bahan ajar seperti buku penunjang dan bahan ajar media pembelajaran lainnya;

5) Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan tujuan RPP yang mengacu pada 5 fase pembelajaran kontekstual yaitu; penyampaian tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan pengetahuan, membimbing siswa, memberikan umpan balik, dan memberikan kesempatan pada setiap siswa untuk pelatihan lanjutan dan penerapan konsep.

6) Pembuatan lembar kerja siswa sebagai salah satu alat ukur dalam penilaian aktivitas siswa dengan kelompoknya (authentic asessmeri); 7) Membuat lembar pengamatan untuk mengamati kegiatan siswa dan

guru selama proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan metode pembelajaran kontekstual pada pelajaran IPA di kelas 3;

8) Membuat lembar wawancara sebagai bahan untuk memperoleh informasi tentang proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kontekstual pada pelajaran IPA di kelas 3;


(56)

9) Membuat alat evaluasi sebagai bahan alat ukur kemampuan siswa di akhir pembelajaran terhadap konsep yang dipelajarinya (questioning); 10) Membagi 9 kelompok sesuai dengan situasi dan kemampuan siswa

secara merata (learning community).

Perencanaan pembelajaran dan instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian dapat dikatakan cukup baik karena telah dipersiapkan secara matang. Perencanaan dan persiapan yang dilakukan dengan baik adalah upaya memperkecil kemungkinan timbulnya masalah, bukan menghilangkannya sama sekali. Sehingga, apabila dalam pelaksanaan tindakan terjadi hal-hal diluar yang telah direncanakan, merupakan suatu kecenderungan yang wajar.

b) Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan tindakan siklus I pada tanggal 1 Mei 2013 mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 09.00 wib. Pembelajaran Siklus 1 difokuskan pada pembelajaran dengan indikator mengidentifikasi beberapa hal yang berhubungan dengan gerak benda antara lain jatuh, mengalir, memantul, menggelinding, berputar, dan tenggelam.

Penjabaran siklus I diuraikan dengan kegiatan inti sebagai berikut;

1) Setelah siswa berdo'a dan memberi salam kepada guru, guru mengabsen siswa satu persatu. Kegiatan absensi ini dilakukan untuk mengetahui bahwa jumlah siswa yang hadir sudah sesuai dengan jumlah siswa yang tercantum dalam daftar absensi. Dengan kata lain semua siswa hadir pada pertemuan tersebut. (2) Setelah mengabsen siswa, guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mengadakan tanya jawab tentang macam-macam gerak pada benda

.

Siswa diminta mengemukakan apa saja yang mereka ketahui tentang gerak mengalir pada air. (3). Sebelum dilaksanakan pembelajaran inti, siswa yang berjumlah 45 orang, dibentuk menjadi 9 kelompok kecil. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 sampai 6 orang siswa. Pembentukan kelompok diatur oleh guru dan didasarkan atas penyebaran tingkat kemampuan siswa. Penyebaran tersebut dilakukan agar tidak ada kelompok yang terdiri dari siswa yang pandai saja atau kelompok


(57)

yang terdiri dari siswa yang kemampuannya kurang saja. Ini bertujuan agar terjadi interaksi dan diskusi dalam kelompok mereka berjalan (learning

community). (4). Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan

komponen--komponen pendekatan kontekstual. Pada tahap apersepsi, siswa diminta untuk mengemukakan pengalaman dan pengetahuannya mengenai macam-macam gerak pada benda yang mereka ketahui di sekitar sekolah (authentic

asessment). (5). Pada tahap eksplorasi, guru menjelaskan tentang

macam-macam gerak benda yang menuju pada gerak benda cair dengan memperlihatkan beberapa penjelasan pada papan tulis. Pada tahap ini terjadi komunikasi dua arah, yaitu antara guru dan siswa begitu pula sebaliknya. Kemudian siswa diminta untuk duduk secara berkelompok. (6). Guru mengatur pembagian kelompok siswa. Setiap kelompok ditugaskan untuk mendiskusikan dan mendemonstrasikan pernyataan dan pertanyaan yang tercantum dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). Mengenal gerak benda cair dari gambar yang disajikan, kemudian siswa mencoba membuat secara kelompok dari macam-macam gerak benda pada benda cair (authentic

asessment). (7). Pada fase berikutnya pengembangan dan aplikasi, guru

membimbing setiap kelompok yang melaporkan hasil diskusinya kepada kelompok lain secara bergiliran. (8). Kelompok lain menanggapi, dengan cara mengajukan pertanyaan, memberikan masukan bahkan menyetujui hasil pekerjaan kelompok lain. (9). Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang dibahas, sekaligus siswa melakukan refleksi (10). Karena waktu pelaksanaan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sudah habis, guru mengakhiri pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan konsep pada kehidupan sehari-hari pada lingkungan sekitarnya.

c. Observasi Pembelajaran

Kegitan observasi pada dasarnya dilaksanakan berdasarkan RPP yang telah di susun,namun pada saat pelaksanaanya diperoleh temuan sebagai berikut :


(58)

1) Obesrvasi Aktivitas Guru

a) Guru melakukan apresepsi dengan baik

b) Guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, dengan mengadakan Tanya jawab tentang macam macam gerak pada benda

c) Guru kesulitan pada saat pembentukan kelompok karena siswa menjadi gaduh dan sibuk menggeser tempat duduk.

d) Media pembelajaran yang di gunakan sesuai sehingga siswa yang duduk di belakang dapat melihat dengan jelas (modeling)

e) Pada saat refleksi atau kesimpulan guru melibatkan siswa.

2) Hasil Observasi Aktivitas Siswa

a) Beberapa siswa menjawab apresepsi dengan baik.

b) Ketika guru mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari hari sikap siswa terlihat antusias.

c) Siswa mengidentifikasi masalah dengan melakukan Tanya jawab, pertanyaan yang di ajukan siswa sangat relevan dengan materi Gerak Benda Cair yang di ajarkan.

d) Kerja kelompok yang dilakukan oleh siswa di atur oleh guru agar siswa yang mempunyai kelebihan dapat membantu siswa yang kurang mampu dalam pembelajaran.

3) Hasil belajar

Berdasarkan hasil pre tes pada siklus I di peroleh dari hasil tes tertulis secara individu dengan nilai rata – rata sebesar 69.22 di tambah dengan pengisian lembar kerja siswa secara kelompok dengan nilai rata – rata sebesar 88,57. Adapun penilaian kelompok pada siklus I dapat di lihat dari hasil tabel 4.1. di bawah ini


(59)

Tabel .4.1

Hasil penilaian LKS kelompok tindakan siklus I No Nama Kelompok Nilai Siklus I

1 Mawar 95

2 Melati 85

3 Anggrek 95

4 Dahlia 80

5 Anyelir 90

6 Bougenvile 80

7 Cempaka 90

8 Rosmeri 95

9 Rose 90

Rata – rata 88,8

Berdasarkan tabel 4.1. di atas terlihat hampir semua kelompok mampu bekerjasama dalam mengerjakan LKS.

Hasil perhitungan skor Post tes tindakan siklus I ( terlampir ) dan dirangkum dalam tabel 4.3,diperoleh data sebagai berikut :

a. Nilai hasil post tes rata-rata 77.8

b. Siswa yang mendapat nilai ≥ 70 berjumlah 35 Orang

c. Prosentase ketuntasan (≥ 70) sebesar

X 100% = 77%

Tabel 4.2. Data Hasil Penelitian Siklus I

No. Rata-rata Post Tes Persentase siswa yang mencapai KKM Persentase siswa yang belum mencapai KKM

1 77.8 77%

(tuntas)

23% (belum tuntas)


(60)

Grafik 4.1 Pencapaian KKM

Grafik 4.2 Perolehan Nilai rata- rata

Dari table di atas diperoleh nilai hasil pada Mata Pelajaran IPA siklus pertama dari 45 siswa kelas III, rata – rata hasil evaluasi pretest adalah 69,22. Ada peningkatan yang cukup signifikan sebesar 14,45% dari nilai postest yang mempunyai nilai rata – rata 77,08, ini membuktikan adanya peningkatan tentang pemahaman siswa terhadap materi macam macam gerak benda cair.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Pra Siklus Siklus I

siswa yang mencapai KKM

siswa yang belum mendapat KKM

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Pre Test Post Test Siklus I

Nilai rata - rata siswa


(1)

(2)

Rahayati , 2013

Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Pada

Pembelajaran Ipa Tentang Pokok Bahasan Gerak Benda Melalui Pendekatan Kontekstual Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah di lakukan mengenai, penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam pembelajaran IPA pada Konsep Gerak Benda, di peroleh hasil sebagai berikut :

1. Sitematika penyusunan RPP dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran IPA yang di buat oleh para guru. Namun untuk penerapan pendekatan cirri khusus melalui langkah – langkah pembelajaran yang di mulai dengan merumuskan masalah lalu mengajukan hipotesis. Hipotesis yang sudah di rumuskan kemudian di buktikan dengan menguji hasil hipotesis siswa secara berkelompok. Hasil pembelajaran dipresentasikan di depan kelas dan di bahas bersama – sama, kemudian dengan bimbingan guru menyimpulkan. 2. Dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

pada pembelajaran IPA tentang Gerak Benda ternyata dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing dalam proses pembelajaran. Siswa mampu mengembangkan kemampuannya melalui penjelasan guru, diskusi kelompok dan tingkat perkembangan belajar dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Guru maupun siswa mampu berkolaborasi dalam mempelajari suatu konsep tentang hal-hal yang baru dan penuh menantang. Khususnya pada materi gerak mengalir pada air di kelas 3 semester 2, sehingga konsep siswa menjadi lebih konkret dan tidak verbalistik;

3. Pencapaian yang diraih dari siklus I dari jumlah 45 siswa yang mencapai KKM hanya 35 siswa dengan nilai rata – rata 77.8 dan prosentase 84% meningkat di siklus 2 menjadi 45 siswa yang mencapai KKM dengan nilai rata – rata 88,76 dan prosentase 100%. Hal itu menunjukan bahwa proses


(3)

mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui mampu diterjemahkan dalam setiap pembelajarannya. Siswa dan guru sudah mampu melalui suatu proses penyempurnaan skema yang ada (asimilasi) atau proses pembentukan skema satu (akomodasi) sehingga guru mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi.

Secara keseluruhan proses penelitian mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian sampai pada refleksi dapat berjalan sesuai rencana dan diharapkan mampu berkesinambungan dengan penelitian berikutnya.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan tersebut, ada beberapa yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya meningkatkan kreativitas siswa dalam kelas, diantaranya :

1) Perencanaan (RPP)

 Dalam membuat RPP hendaknya guru memperhatikan prinsip, asas dan aspek lain yang menyangkut kontekstual;

 RPP harus bisa terukur dengan kemampuan siswa dan bersifat kontektual;

 RPP harus benar-benar mampu memunculkan banyak kreativitas siswa dalam mengeksplor kemampuan siswa.

2) Pelaksanaan

 Guru harus mampu memberikan warna dalam setiap pembelajarannya;

 Melakukan berbagai variasi dalam setiap pembelajarannya;

 Guru hendaknya tanggap terhadap sesuatu permasalahan yang terjadi di dalam kelasnya;

 Mengkondisikan kelas pada suasana siap belajar dengan memberikan motivasi dan dorongan secara berkesinambungan.

 Saran pembelajaran atau alat bantu yang harus dipersiapkan dengan baik. 3) Hasil Pembelajaran

 Harus selalu melaksanakan pos tes atau tes akhir. Agar penguasaan siswa terhadap materi dapat diketahui dan memberikan pelajaran rumah untuk melatih kebiasaan kepada siswa agar mau belajar di rumah dan


(4)

Rahayati , 2013

Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Pada

Pembelajaran Ipa Tentang Pokok Bahasan Gerak Benda Melalui Pendekatan Kontekstual Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

 Apabila proses pembelajaran ingin berhasil sesuai dengan apa yang kita harapkan, maka guru harus mempunyai kretivitas dalam setiap persiapan mengajar, pemilihan metode yang tepat serta pandai pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM ) di kelas.

Dari beberapa saran tersebut di atas, hal-hal yang terpenting dalam pembelajaran kontektual ini adalah membentuk siswa untuk mampu menemukan konsepnya sendiri, membangun kreativitas serta mengoptimalkan kemampuan siswa.

1. Bagi siswa, di harapkan dapat menjadi bahan acuan untuk meningkatkan hasil belajar terutama dalam pembelajaran IPA.

2. Bagi guru, penelitian ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Motivasi dan perhatian siswa terhadap pembelajaran. Saran dari peneliti di harapkan agar lebih banyak lagi metode yang di terapkan sehingga tidak selalu metode ceramah atau meminta siswa merangkum pelajaran dari buku yang telah di sediakan sekolah. Disamping itu guru dapat mengembangkan pula dari aspek afektif untuk membentuk karakter siswa sehingga tidak selalu terpaku pada aspek kognitif saja.

3. Bagi sekolah, di harapkan penelitian dengan menggunakan metode inkuiri dapat memberikan manfaat, kontribusi dan sumbangan bagi pendidik di sekolah dasar oleh karena itu pihak sekolah khususnya kepala sekolah dapat memberikan dorongan dan fasilitas pada guru untuk mengembangkan metode tersebut serta yang lainnya agar lebih baik lagi di terapkan dalam pembelajaran IPA. Dapat memotivasi guru meningkatkan kemampuan profesinya dengan memfasilitasi pelatihan atau diklat yang menunjang. 4. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini hanya terbatas pada hasil belajar siswa.

Peniliti menyarankan agar peneliti lainnya di harapkan dapat lebih mengembangkan dalam meneliti aktivitas siswa, dan mengemas lebih menarik lagi metode tersebut agar siswa lebih antusias lagi pada saat pembelajaran.


(5)

Rahayati , 2013

DAFTAR PUSTAKA

Ari Kunto, Suharsimi. (2007). Dasar-dasar evaluasi. Bumi Aksara : Jakarta. Dahar, R.W. (1991). Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002) Pendekatan Contekstual Learning. Jakarta: Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Dasar.

Depdikbud, (2006) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Depdikbud, Jakarta. Depdiknas. (2006). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:

Depdiknas.

Dharma, (2010). Contextual Teaching and Learning. Rayasa Research and Trainning. UPI. Bandung.

Hanafiah, (2010). Konsep Dasar PTK dan Model Pembelajaran. FKIP. UNINUS Bandung.

Hanafiah. (2010). Konsep Dasar PTK dan Model-Model Pembelajaran. FKIP Uninus Bandung.

Hasibuan dan Moedjiono. (1986). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja Karya.

Hermawan, Asep Heri, dkk (2007) Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta Universitas Terbuka.

Huda. M, (2011). Cooperative Learning. Metode, Teknik, Sruktur dan Model Penerapan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Iskandar M (1998). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Depdikbud. Kasbolah, K. (1999). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Malang : Depdikbud.

Moleong, L. J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Muhammad Natsir , (2000). Hakikat IPA dan Pembelajarannya pada Sekolah Dasar: Artikel pada Majalah Bulanan Profesi Guru, Suara Guru, No. 02 TH L/2000.


(6)

Rahayati , 2013

Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Pada

Pembelajaran Ipa Tentang Pokok Bahasan Gerak Benda Melalui Pendekatan Kontekstual Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Mulyasa, (2007). Sebuah Panduan Praktis Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Nurhadi Dan Senduk, A.G. (2003). Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Priyono, (2008). Ilmu Pengetahuan Alam 3 Untuk SD dan MI Kelas III. Jakarta. Priyono, (2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI kelas 3. BNSP.

Jakarta.

Sagala Syaiful (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta Bandung. SB Djamarah (2000:97) Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif . Rineka

Cipta Jakarta.

Sudjana, (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Rosda. Bandung. Trianto, (2009). Pengembangan Model Pembelajaran. Prestasi Pustaka. Bandung. Wardani, et. al. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.


Dokumen yang terkait

Peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui pendekatan realistik pada pokok bahasan pecahan

2 17 79

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATERI GERAK BENDA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE INQUIRY Peningkatan Motivasi Belajar Pada Materi Gerak Benda Dalam Pembelajaran IPA Melalui Metode Inquiry Pada Siswa Kelas III Semester Genap SDN Tambaharjo 01 P

0 3 17

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI STRATEGI MIND MAP PADA PEMBELAJARAN IPA POKOK BAHASAN FOTOSINTESIS KELAS V PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI STRATEGI MIND MAP PADA PEMBELAJARAN IPA POKOK BAHASAN FOTOSINTESIS KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI I K

0 1 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG GAYA DAPAT MENGUBAH GERAK SUATU BENDA MELALUI PENDEKATAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG GAYA DAPAT MENGUBAH GERAK SUATU BENDA MELALUI PENDEKATAN EKSPLORATORY DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI

0 0 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA POKOK BAHASAN KELOMPOK BENDA BERDASARKAN ASALNYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA POKOK BAHASAN KELOMPOK BENDA BERDASARKAN ASALNYA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS - ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) P

0 0 14

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG PERUBAHAN WUJUD BENDA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL.

0 4 24

PENDEKATAN KONTEKTUAL PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG POKOK BAHASAN PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK.

0 0 36

PENGGUNAAN PERTANYAAN PRODUKTIF PADA LKS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN BENDA LANGIT.

0 0 44

PENGGUNAAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG WUJUD BENDA DAN SIFATNYA.

0 0 33

PENGEMBANGAN KOMIK IPA FISIKA SEBAGIAN MEDIA PEMBELAJARAN PESERTA DIDIK POKOK BAHASAN GERAK - Raden Intan Repository

0 1 102