Peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui pendekatan realistik pada pokok bahasan pecahan

(1)

BAHASAN PECAHAN

(Penelitian Tindakan Kelas MI.” AL IKHLAS Tangerang) SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

SITI KHAERONI NIM 809018300689

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Pecahan Melalui Pendekatan Realistik. Skripsi Jurusan PGMI, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013

Kata Kunci : Hasil Belajar Matematika , Pendekatan Realistik

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1) meningkatkan hasil belajar matematika siswa, dan meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar di kelas V MI Al Ikhlas, pada pokok bahasan pecahan, dengan metode pendekatan realistik. 2) Meningkatkan aktifitas belajar matematika siswa dengan metode pendekatan realistik sehingga tercipta lingkungan belajar yang aktif dan kondusif.Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas terhadap siswa kelas V

MI. “Al-Ikhlas Larangan Tangerang dengan jumlah siswa sebanyak 27 siswa.

Adapun instrumen yang digunakan adalah lembar kerja siswa tiap siklus, tes formatif tiap siklus, tes akhir, lembar observasi aktifitas belajar siswa, serta wawancara. Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini menunjukan bahwa : hasil belajar matematika siswa dengan pendekatan realistik dalam pembelajaran mengalami peningkatan dalam setiap siklusnya. Pada siklus I ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 12 siswa atau 44,44% mengalami peningkatan di siklus II mencapai 22 siswa atau 81,48% secara klasikal telah memenuhi belajar tuntas. Sedangkan dalam aktivitas siswa pun mengalami peningkatan dari siklus I: 84,72% ke siklus II: 86,73 %. Pembelajaran matematika dengan diterapkan pendekatan realistik sebagian besar memberikan respon positif. Respon positif itu meliputi siswa merasa senang 75 % ketika pembelajaran, belajar menjadi lebih bersemangat, dan 20 % sebagian siswa memberikan respon negatif, karena merasa bingung karena harus berusaha mengerti secara umum dan mencari pemerolehan sendiri, sedangkan 5 % sebagian kecil siswa yang merasa bahwa pembelajaran yang diterapkan pendekatan realistik biasa biasa saja.


(6)

ii

SWT yang senantiasa memberikan rahmat dengan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Pendekatan Realistik Pada Pokok Bahasan Pecahan “.

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V MI.” Al-Ikhlas “Cipadu Larangan

Tangerang. Shalawat serta salam mudah-mudahan selalu tercurahkan kepada Nabi Besar kita Muhamad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya, para tabi’in dan semoga kita termasuk umat yang senantiasa berpegang teguh pada risalah sucinya. Penulis menyadari dengan kerendahan hati bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik dalam proses penulisan maupun pelaksanaan penelitian kelapangan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Ibu Nurlena Rifa’I, MA, Ph.D Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakatra.

2. Bapak Dr. Fauzan, MA , Selaku Ketua Jurusan PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd, Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Lia Kurniawati, M.Pd, sebagai Dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan semangat dalam membimbing penulis selama ini. Terlepas dari segala perbaikan dan kebaikan yang diberikan semoga Ibu selalu berada dalam KemulianNya.

5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program DUAL MODE PGMI yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan Keberkahan dari Allah SWT.


(7)

iii surat-surat serta sertifikat.

7. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literatur yang dibutuhkan. 8. Bapak Mulyadi Zarly, S.Pd, Kepala MI AL IKHLAS Larangan Tangerang

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan observasi dan penelitian disekolah ini.

9. Seluruh Dewan Guru MI AL IKHLAS yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini, serta siswa siswi MI AL IKHLAS, khususnya kelas V yang telah Kooperatif dalam penelitian ini.

10.Teristimewa untuk suamiku tercinta Muhammad Yusuf yang tak henti hentinya mendo’akan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan baik moriil maupun materiil kepada penulis.

11.Bapak Muhammad Syarif, S.PdI , selaku keponakan Yayasan Lembaga Pendidikan Al Ikhlas, yang selalu mendorong memberikan motivasi dan semangat agar segera menyelesaikan skripsi ini kepada penulis.

12.Dan anakku tercinta, Aditya Putra Perdana Yusuf, Zahra Dwi Putri Yusuf dan Muhammad Lutfi yang telah memberikan perhatian dan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Jakarta, April 2014 Penulis


(8)

iv HALAMAN JUDUL

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 3

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 4

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti ... 7

1. Hakikat Hasil Belajar ... 7

2. Pengertian Pendekatan Realistik ... 13

3. Prinsip dan karakteristik PMRI ... 15

B. Penelitian yang Relevan ... 19

C. Hipotesis Tindakan ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian ... 20

C. Subjek Penelitian ... 23


(9)

v

G. Data dan Sumber Data ... 27

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 27

I. Teknik Pengumpulan Data ... 28

J. Teknik Keterpercayaan (Trustworthiness) Studi Pemeriksaan ... 29

K. Analisis Data dan Interprestasi Hasil Analisis ... 29

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 32

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data` ... 33

1. Penelitian Pendahuluan ... 33

2. Pelaksanaan Pembelajaran Pada Siklus I ... 54

B. Analisis Data ... 51

C. Pembahasan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61

B. Saran-saran ... 62


(10)

vi

Tabel 3.2 Interprestasi Jurnal Harian ... 31 Tabel 4.1 Frekwensi Hasil Belajar Matematika Sebelum Penelitian ... 34 Tabel 4.2 Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Sisswa Sebelum

Penelitian ... 34 Tabel 4.3 Deskriftif Nilai Hasil Belajar Matematika Siswa Sebelum

Penelitian ... 35 Tabel 4.4 Distribusi Frekwensi Tes Hasil Belajar Matematika Siklus I 41 Tabel 4.6 Ketuntasan Tes Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Siklus I 42 Tabel 4.7 Deskriptif Nilai Hasil Belajar Matematika Siswa Sebelum

Penelitian ... 43 Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran ... 50 Tabel 4.9 Hasil Poin Kelompok Pada Turnamen Siklus II ... 51 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Matematika Siklus II 51 Tabel 4.11 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran ... 52 Tabel 4.12 Statistik Desktiptif Peningkatan Hasil Belajar Matematika ... 54 Tabel 4.13 Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus I dan

Siklus II ... 54 Tabel 4.14 Presentase Aktivitas Belajar Matematika Siswa Siklus I dan


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan mata pelajaran yang diberikan disetiap jenjang pendidikan di Indonesaia. Sasaran pembelajaran matematika diantaranya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam berfikir matematis, seperti yang dikatakan Reys dkk, matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Oleh karena itu melalui pembelajaran matematika di harapkan dapat membentuk sumber daya manusia yang memiliki kemampuan bernalar yang logis, kritis, sistematis, rasional dan cermat.

Kalau diamati secara seksama, model-model pembelajaran yang di terapkan dibeberapa sekolah dalam pembelajaran matematika masih berpusat pada guru, terutama di daerah yang belum terfasilitasi secara lengkap, yaitu guru tugasnya hanya sebagai penyampai materi. Akibatnya ada kecenderungan guru bersifat otoriter, instruktif serta komunikasi satu arah. Guru yang berperan aktif, sementara siswa hanya diam dan menerima apa yang di sampaikan oleh guru. Dengan kata lain, peran guru di sini kurang memberi peluang dan memberi kebebasan pada siswa untuk mengungkapkan pendapat sehingga siswa menjadi pasif. Hasil belajarpun di bawah KKM.

Perubahan dan perbaikan dalam pembelajaran perlu dibangun dan dikembangkan guna menciptakan suasana belajar yang kondusif dan konstruktif, demokratis dan kolaboratif sehingga siswa dapat tumbuh dan berkembang. Upaya guru melakukan proses demi mendapatkan hasil belajar yang sesuai dengan apa yang diharapkan sering mengalami beberapa kesulitan, diantaranya mencari dan menemukan metode mengajar yang tepat.

Merujuk pada berbagai pendapat para ahli matematika SD dalam mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa, maka guru hendaknya dapat menyajikan pembelajran yang efektif dan efisien, sesuai dengan


(12)

kurikulum dan pola pikir siswa. Dalam mengajarkan matematika, guru harus memahami bahwa kemampuan setiap siswa berbeda-beda, serta tidak semua siswa menyenangi mata pelajaran matematika. 1

Hasil belajar matematika siswa di MI AL IKHLAS masih terbilang rendah, dari jumlah siswa keseluruhan yang masih mendapat nilai <70 sebanyak 48,15 % sedangkan siswa yang mendapat nilai >70 sebanyak 51,85% . Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis, metode yang di terapkan guru kelas V MI.”Al-Ikhlas “adalah metode ceramah, diskusi dan pemberian tugas, yang di laksanakan setiap harinya menggunakan metode pembelajaran biasa. Sehingga ketika di lakukan pembelajaran tersebut guru sering menemukan kenyataan bahwa hanya sebagian kecil saja siswa yang aktif melakukan diskusi, sebagian kecil ini merupakan siswa-siswi yang berani sedangkan sebagian besar hanya menjadi pendengar dan penonton.

Oleh karena itu di harapkan adanya perubahan dalam proses pembelajaran matematika. Menurut Freudhental dalam Ariyadi, proses belajar akan terjadi jika pengetahuan yang di pelajari bermakna bagi pembelajar, yaitu melalui penyampaian konsep-konsep melalui konteks bermakna dan berguna bagi siswa maupun kehidupan manusia pada umumnya. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Karena pada dasarnya siswa telah memiliki satu set ide pengalaman yang membentuk struktur kognitifnya melalui interaksi mereka dalam lingkungan. Maka, di perlukan pembelajaran yang dapat membantu siswa agar dapat mengkonstruksi pengetahuannya sesuai dengan situasi konkret.

Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran matematika yang memungkinkan siswa dapat berkembang secara optimum adalah dengan menerapkan pendekatan yang memiliki karakteristik. Diantaranya adalah pembelajaran dengan pendekatan realistik. Pada tahap itu siswa diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan dunia nyata dengan bimbingan

1


(13)

guru dan secara bertahap dan berkembang menuju kepemahaman matematika. Sejalan dengan hal tersebut, pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia atau disingkat dengan pendekatan PMRI sangat layak untuk dijadikan suatu alternative pendekatan yang dapat menumbuh kembangkan peningkatan hasil belajar matematika siswa.

Salah satu ciri dari pendekatan PMRI ( Pendekatan Matematika Realistik Indonesia) adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah kontektual sebagai pangkal tolak pembelajaran. Hal ini juga sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Guru berperan sebagai fasilitator, tidak cenderung menyajikan sesuatu yang sudah jadi kepada siswa. Siswa mengalami sendiri dan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga mereka dapat mengkonstruksi/membangun pengetahuannya sendiri.

Selain itu, Gravemeijer dalam I Gusti Putu Suharta mengatakan bahwa pendekatan realistik sangat berkaitan dengan pandangan konstruktivis social. Dalam konstruktivis sosial, siswa di berikan kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalama interaksi sosial. Oleh karena itu, pembelajaran dengan acuan Konstruktivisme dapat melatih kemampuan bernalar siswa, karena kesempatan yang di berikan kepada siswa untuk mengamati beberapa informasi dalam pembelajaran relevan dengan kegiatan yang dapat meningkatkan kamampuan bernalar induktif. Seperti yang di ungkapkan oleh Utari Soemarno mengenai kegiatan yang melatih kemampuan penalaran induktif di antaranya meliputi conjecture / dugaan, model matematika, analogi dan generalisasi, melalui pengamatan terhadap sejumlah data.

Fadjar dan Widyaiswara mengatakan bahwa “pendekatan yang beracuan

konstruktivisme pada awalnya akan lebih menggunakan proses berfikir/penalaran induktif daripada deduktif”. Karena proses pembelajaran beracuan kontruktifisme dilakukan melalui pengamatan berdasarkan sejumlah data yang kemudian menarik kesimpulan umum. Selanjutnya, mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman konkert. Kegiatan ini, sesuai dengan titik tolak dari


(14)

kemampuan bernalar induktif yaitu pengetahuan yang konkert atau masalah nyata yang di alami atau pernah difikirkan siswa.

Berdasarkan uraian diatas, maka proses pembelajaran yang terjadi sekarang ini diharapkan dapat dilakukan dengan pengajuan masalah realistik yang kemudian memberikan kesempatan siswa untuk berfikir dan mengamati permasalahan yang diberikan kemudian membimbing siswa dalam menyimpulkan ataupun memecahkan suatu masalah.Melalui pemberian kesempatan kepada siswa untuk berfikir, khususnya untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa dapat terlatih. Peningkatan hasil belajar yang optimum dalam matematika merupakan hal penting yang harus dicapai dalam kegiatan pembelajaran matematika melalui pendekatan realistik. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai :“Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Pendekatan Realistik Pada

Pokok Bahasan Pecahan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :

1. Fenomena umum menunjukkan bahwa proses pembelajaran matematika diajarkan secara mekanistik, dimana guru mendiktekan rumus dan prosedur ke siswa.

2. Rendahnya hasil belajar matematika siswa MI Al Ikhlas

3. Belum adanya model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa MI Al Ikhlas.

4. Siswa cenderung bersikap pasif, tidak aktif dalam proses pembelajaran matematika.


(15)

C. Pembatasan Fokus Penelitian

1. Untuk menjaga agar masalah lebih terarah dan jelas sehingga tidak terjadi kekeliruan dan kesalahpahaman, maka peneliti membatasi masalah hanya pada upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa MI AL IKHLAS Tangerang kelas V melalui pembelajaran realistik.

2. Pembelajaran matematika realistik adalah pembelajaran matematika yang dilaksanakan dengan menempatkan masalah masalah realistik dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran yang digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika / pengetahuan matematika formal. Matematika realistik menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran, oleh karena itu situasi masalah diusahakan benar-benar kontekstual / sesuai dengan pengalaman siswa.

3. Hasil belajar yang akan diamati pada siswa adalah : - Hasil belajar kognitif C1, C2, C3

- Pengenalan bilangan pecahan yang berupa pecahan senilai, bilangan pecahan pada operasi penjumlahan dan operasi pengurangan

- Pembelajaran matematika ini menggunakan pembelajaran realistik 4. Objek penelitian adalah kelas V MI AL IKHLAS Tangerang.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Secara umum, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan, yaitu “Apakah Pendekatan Pembelajaran Realistik dapat meningkatkan belajar matematika siswa ?”

Selanjutnya perumusan masalah yang umum tersebut dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian berikut :

1. Bagaimana peningkatan hasil belajar matemaika siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan pendekatan realistik ?

2. Bagaimana peningkatan aktifitas belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan pendekatan realistik ?

3. Bagaimana respon siswa terhadap proses pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik ?


(16)

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah : Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan hasil belajar matematika siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan pendekatan realistik

Untuk mengetahui dan mendeskripsikan respon siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistik

F. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian sebagai berikut :

1. Bagi siswa

Dapat mewujudkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna. Dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

2. Bagi guru : dapat mengetahui penerapan pendekatan PMRI dalam proses pembelajaran matematika pada materi pecahan

3. Bagi peneliti : sebagai pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan PMRI.

4. Bagi pembaca : dapat di jadikan acuan referensi mengenai penggunaan pendekatan pembelajaran dalam proses pembelajaran.


(17)

7

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar

a. Definisi Belajar

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seorang guru sebagai pengajar.

Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam suatu kegiatan. Diantara keduanya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar.

Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Menurut Muhibbinsyah, belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Jadi belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.1

Senada dengan hal tersebut, Ngalim Purwanto berpendapat bahwa belajar adalah merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih

1

Muhibbinsyah, Psicologi Pendidikan dengan pendekatan baru, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010 ) hal. 90


(18)

baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk .2

Sementara Masitoh mengemukakan bahwa : 1). Belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses atau aktifitas, siswa dikatakan belajar kalau terdapat aktifitas pada dirinya, baiksecara fisik, manual (pikiran), maupun emotional (perasaan), 2). Hasil belajar yang diharapkan berupa perubahan-perubahan prilaku siswa (behavioral changes), baik aspek pengetahuannya, sikapnya, maupun keterampilannya.3

Menurut Djamarah yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai berikut : 1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai

prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.

2. Prilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran / instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.4

Oleh karena itu hasil yang ingin dicapai dalam belajar adalah perubahan tingkah laku ataupun perubahan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima perlakuan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana, “ Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Howart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita5.

2

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007 ) h. 85

3

Masitoh dan Laksi Dewi, Strategi Pembelajaran ( Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam DepartemenAgama RI, 2009 ) h. 127

4

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta: Rineka Cipta, 2010 ) h. 106

5

Slameto, , Belajar dan faktor faktor yang mempengaruhinya( Jakarta,: Rineka cipta Algensindo Offset, 2010 ) h. 3


(19)

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi aspek perubahan yang satu berhubungan erat dengan aspek yang lainnya, dengan kata lain ciri ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah :

- Perubahan terjadi secara sadar

- Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional - Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

- Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara - Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah - Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Telah dijelaskan diatas bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan suatu perubahan tingkah laku. Maka dalam proses tersebut ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar tersebut.

Ngalim Purwanto menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua, yaitu : “1). Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri ( faktor individual ), 2). Faktor yang ada diluar individu ( faktor sosial ).6

Sedangkan pendapat lain menyebutkan bakwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar ada dua, yaitu faktor internal siswa dan faktor eksternal siswa.7

6

Ngalim Purwanto, Op.Cit, h. 102

7

Http://suratanmakna.blogspot.com/2012/11/faktorfaktor-yang-mempengaruhi-belajar.html


(20)

1. Faktor Internal Siswa

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.

a) Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam : Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktifitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat mempengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani. Kedua, keadaan fungsi jasmani / fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktifitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehingga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktifitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik, mengkonsumsi makanan bergizi, dan lain sebagainya.


(21)

b) Psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.

2. Faktor Eksternal Siswa

Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non-sosial.

a) Faktor lingkungan sosial, antara lain: lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial keluarga, dan lingkungan sosial masyarakat

b) Faktor lingkungan non sosial, antara lain: lingkungan alamiah, sarana dan prasarana belajar, materi pelajaran.

c. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu proses Atau aktifitas pada dirinya, baik secara fisik, manual ( fikiran ), Maupun emosional (perasaan). Hasil belajar yang diharapkan

berupa perubahan perubahan tingkah laku baik kognitifnya, afektifnya, dan psikomotornya

Hasil belajar pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan proses para peserta didik. Informasi tentang hasil belajar dan mengajar yaitu berupa penguasaan indikator indikator dari kompetensi dasar yang telah di tetapkan. Informasi hasil belajar dapat di gunakan sebagai sarana untuk memotivasi peserta didik dalam pencapaian kompetensi dasar.


(22)

d. Pengertian Matematika Realistik

Kata “matematika” berasal dari bahasa Yunani Kuno mathema, yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu yang ruang lingkupnya

menyempit, dan arti teknisnya menjadi “pengkajian matematika”,

bahkan demikian juga pada zaman kuno. Kata sifatnya adalah

mathematikos, berkaitan dengan pengkajian, atau tekun belajar, yang

lebih jauhnya berarti matematis. Secara khusus, mathematike

tekhne,didalam bahasa Latin ars mathematica, berarti seni

matematika.8

Bentuk jamak sering dipakai di dalam bahasa Inggris, seperti juga di dalam bahasa Perancis les mathematiques ( dan jarang digunakan sebagai turunan bentuk tunggal la mathematique ), merujuk pada bentuk jamak bahasa Latin yang cenderung netral mathematica ( Cicero ), berdasarkan bentuk jamak bahasa Yunani ta mathematika,

yang dipakai Aristoteles, yang terjemahan kasarnya berarti “segala hal yang matematis”. Tetapi di dalam bahasa Inggris, kata benda

mathematics mengambil bentuk tunggal bila dipakai sebagai kata

kerja. Di dalam ragam percakapan, matematika kerap kali disingkat sebagai math di Amerika Utara dan maths di tempat lain.

Dalam Ensiklopedia Islam istilah matematika yaitu ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah-masalah bilangan.9

Matematika adalahilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan pada observasi (induktif) tetapi diterima generalisasi yang didasarkan kepada pembuktian secara deduktif 10,

ini berarti proses pengerjaan matematika harus bersifat deduktif. Meskipun demikian untuk membantu pemikiran, pada tahap permulaan seringkali kita memerlukan bantuan contoh-contoh khusus atau ilustrasi geometris.

8

http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika

9

Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve, 1994) h. 202

10

H.M. Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014) h. 48


(23)

Senada dengan pengertian diatas, ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep bersifat konsisten.11

2. Pengertian Pendekatan Realistik

Istilah Pendidikan Matematika Realistik (PMR) diterjemahkan dari kata Realistic Mathematics Education (RME). PMR merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika yang diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini berorientasi pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus dikmerupakan aktivitas manusiaaitakan dengan realita dan matematika dan matematika merupakan aktivitas manusis, ini berarti matematika harus dekat dengan anak didik dan relevan dengan kehidupan nyata setiap hari. Ada dua jenis matematisasi yang diformulasikan oleh Treffers (1987) yaitu matematisasi horisontal dan vertikal, pendekatan dalam pendidikan matematika dapat dibedakan menjadi empat12yaitumechanistic, structuralistic, empiristsic dan realistic.

Menurut filosofis mekanistik bahwa manusia ibarat komputer, sehingga dapat diprogram dengan cara drill untuk mengerjakan hitungan atau algoritma tertentu dan menampilkan aljabar pada level yang paling sederhana atau bahkan mungkin dalam penyelesaian geometri serta berbagai masalah, membedakan dengan mengenali pola- pola dan froses yang berulang- ulang.

Dalam filosofi strukturalistik yang secara historis berakar pada pengajaran geometri tradisional, bahwa matematika dan sistemnyaterstruktur secara baik.

11

Departemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, kurikulum 2004 Standar Kompetensi Madrasah Aliyah, (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2004) h. 259

12

Esti Yuli Widayanti dkk, Pembelajaran Matematika MI, ( Surabaya : LAPIS-PGMI,2009) 15a, 318 hal. 3-7


(24)

Menurut filosofis empiristik bahwa dunia adalah kenyataan. Dalam pandangan ini, kepada siswa disediakan berbagai material yang sesuai dengan dunia kehidupan para siswa. Para siswa memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pengalaman yang berguna, namun sayangnya para siswa tidak dengan segera mensistemasikan dan merasionalkan pengalaman.

Dalam filosofis realistik kepada siswa diberikan tugas- tugas yang mendekati kenyataan, yaitu yang dari dalam siswa akan memperluas dunia kehidupannya. Kemajuan individu maupun kelompok dalam proses belajar- seberapa jauh dan seberapa cepat- akan menentukan spektrum perbedaan dari hasil belajar dan posisi individu

Istilah matematika Realistik semula muncul dalam pembelajaran di Negeri Belanda, yang dikenal dengan nama Realistik Mathematic

Education( RME ). Pendekatan ini dikembangkan di Belanda sejak kurang

lebih 30 tahun yang lalu, memberikan peluang untuk mengembangkan pembelajaran matematika melalui aktivitas siswa. Pada pembelajaran matematika Realistik, siswa dikondisikan untuk aktif bermatematika seperti dikatakan Traffers (sabandar,2001:1) sebagai doing match. De lange mengemukakan melalui proses matematisasi yang dilakukan, akan mendorong siswa untuk mengeksplorasi situasi, mencari dan mengidentifikasi matematika yang relevan. Untuk menemukan keteraturan dan mengembangkan model yang sesuai dengan konsep matematika. Kemudian dengan merefleksikan dan menggeneralisasikan, siswa dapat mengembangkan konsep yang lebih lengkap.

Dalam pembelajaran matematika realistik, persoalan konstektual memegang peranan penting, seperti yang dilakukan Treffes dan Boffree (Sabandar, 2001: 2)13 bahwa “konteks memainkan peranan utama dalam semua aspek pendidikan dalam pembentukan konssep, pembentukan model aplikasi dan dalam mempraktekkan keterampilaan-keterampilan

tertentu”. Dalam pembelajaran matematika yang banyak terjadi di sekolah,

13


(25)

soal-soal kontekstual dijumpai pada akhir kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai soal aplikasi, sering kali soal kontekstual dipandang sebagai tambahan atau pengayaan dari materi yang telah dipelajari. Dalam kaitannya dengan matematika realistic, soal konstektual ditempatkan pada awal pembelajaran dan berperan sebagai pemicu terjadinya penemuan kembali (reinvention) matematika siswa. Selanjutnya Guided Reinvention merupakan hal yang menjembatani pengetahuan informal siswa dengan pengetahuan formal siswa.

Permasaahan konstektual merupakan titik tolak pembelajaran matematika realistik, maka dalam pembelajaran ini selalu dimulai dengan menyajikan maslah yang konteks. Konteks ini memfasilitasi siswa untuk

“menemukan kembali” konsep matematika yang telah ditemukan terlebih

dahulu oleh para ahliberdasarkan strategi-strategi yang dibuat siswa dan diskusi sebagai prosespengembangan pola berfikir matematika siswa.

Dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan realistic, peran guru matematika telah berganti dari seorang penyampai informasi menjadi seorang fasilitator dan moderator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep. Dalam kegiatan ini aspek proses merupakan salah satu faktor utama, bukan aspek produk sebagaimana yang dijumpai dalam pembelajaran matematika tradisional, artinya ketika siswa belajar matematika ada proses reinvention (menemukan kembali). Guru tidak memberikan dann mengajarkan prosedur, algoritma dan aturan-aturan yang telah ada, tetapi siswa difasilitasi untuk berusaha menemukannya.

3. Prinsip dan Karakteristik PMRI

PMRI dikembangkan dari tiga prinsip dasar yang mengawali RME, 1). Guided Reinvention dan Progressive Mathematization, 2). Didactical

Phenomonology, dan 3). Self-developed Model14

14

Suryanto, dkk.Sejarah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia ( PMRI ), (Yogyakarta, 2010 ), h. 42


(26)

1. Guided Reinvention dan Progessive Mathematization

a. Prinsip Guided Reinvention dan Progessive Mathematization ( Penemuan kembali secara terbimbing )

Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa dengan bantuan dari guru. Siswa didorong atau ditantang untuk aktif bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya. Pembelajaran tidak diawali dengan pemberitahuan tentang pengertian siswa diharapkan dap[at ditemukan sifat, definisi atau nama objek matamatis ( definisi ) atau aturan yang diikuti contoh contoh serta penerapannya, tetapi justru dimulai dengan masalah kontekstual yang realistic yang selanjutnya melalui aktifitas siswa diharapkan dapat ditemukan sifat, definisi ataupun oleh siswa sendiri, meskipun pengungkapannya masih dalam bahasa informatikal.

b. Progressive Mathematization ( Matematika Progressif )

Dikatakan progressif karena terdiri atas dua langkah yang berurutan yaitu : 1). Matematika Horizontal, berawal dari masalah kontekstual yang diberikan dan berakhir pada matematika formal, dan kemudian 2). Matematika vertical, dari matematika formal kemudian di transfer kembali ke penyelesaiain dalam masalah kontekstual tersebut. Matematika dapat diartikan sebagai upaya yang mengarah kepemikiran matematis15. Dengan kata lain, pada matematika horizontal, siswa dibimbing dalam mengidentifikasi soal kotekstual sehingga mampu mentransfer ke dalam bentuk matematika yakni berupa model untuk lebih difahami, kemudian berlanjut ke matematika vertical, pada tahap ini siswa menyelesaikan bentuk matematika formal dari soal kontekstual dengan menggunakan konsep, operasi, rumus atau prosedur matematika yang berlaku.

15


(27)

2. Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktis

Pembelajaran dikelas perlu menggunakan situasi berupa fenomena fenomena yang mengandung konsep matematika. Situasi masalah yang diberikan kepada siswa agar dapat dibayangkan oleh siswa (realistik), pengaruh proses dari matematisasi progresif. Identifikasi fenomena didaktik dilakukan untuk mendapatkan situasi masalah sehingga dapat menggeneralisasi cara cara informal atau memumnculkan prosedur pemecahan yang dapat digunakan sebagai dasar matematisasi vertical. Cara cara informal yang diberikan oleh siswa tentunya sangat berfariasi dan tidak tertutup kemungklinan berbeda dengan cara yang dimiliki guru. Semua cara cara pemecahan informal siswa perlu diakomodasi oleh guru dan digunakan sebagai alat untuk menunuju pengetahuan matematika formal.

3. Self-developed Models atau Model dibangun sendiri oleh siswa

Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual, siswa mengembangkan suatu model. Model diharapkan dibangun sendiri oleh siswa baik dalam proses matematisasi horizontal ataupun vertical. Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan masalah secara sendiri atau kelompok, dengan sendirinya akan memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah buatan siswa.

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia adalah pendekatan pembelajaran yang memiliki Karakteristik sebagai berikut 16

1. Penggunaan Konteks 2. Menggunakan Model

3. Menggunakan hasil kontruksi siswa sendiri 4. Interaktivitas

5. Keterkaitan

Agar pendekatan PMRI dapat diterapkan maka proses pembelajaran harus memunculkan prinsip dan karakteristik PMRI itu sendiri. Berlatar belakang dari prinsip dan karakteristik tersebut, dapat disusun sintak yang menunjukkan penerapan PMRI.

16


(28)

4. Kelebihan dan kerumitan dalam Implementasi PMRI

Terlihat pada karakteristik PMRI, maka PMRI memberikan kelebihan sekaligus kerumitan-kerumitan di bandingkan dengan pendekatan lain kelebihan-kelebihan penerapan pendekatan PMRI adalah sebagai berikut : 1. Memberikan pengertian yang jelas dan operasional mengenai keterkaitan

antara matematika dengankehidupan sehari-hari.

2. Memberikan pengertian yang jelas dan operasional bahwa matematika merupakan suatu bidang kajian yang dapat di kontruksi dan di kembangkan sendiri oleh siswa.

3. Memberikan pengertian yang jelas dan operasional bahwa pemecahan suatu masalah matematika tidak perlu tunggal dan boleh berbeda antara siswa yang satu dengan yang lain.

4. Memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan suatu yang utama, dan untuk mempelajari matematika orang harus belajar sendiri proses itu, serta berusaha untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika.

5. Memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai pendekatan, pemecahan masalah, konstruktivisme, penemuan, dan pendekatan yang berbasis lingkungan.

Sedangkan kerumitan-kerumitan penerapan PMRI adalah sebagai berikut 1. Pemahaman tentang PMRI dan upaya mengimplementasikannya di dalam

kelas membutuhkan adanya perubahan paradikma yang tidak mudah pada guru,siswa,dan orang tua.

2. Pencarian soal-soal yang kontekstual yang memenuhi syarat yang di tuntut oleh PMRI tidak selalu mudah untuk setiap topik matematika yang di pelajari siswa.

3. Proses penemuan kembali secara terbimbing pada diri siswa memerlukan kecermatan guru.

4. Penilaian pada PMRI lebih rumit daripada dalam pembelajaran yang konvensional, penilaian PMRI sangat menekankan pada proses.


(29)

5. Tingkat kepadatan materi kurikulum dan adanya Ujian Nasional cenderung membatasi kebebasan guru dan siswa untuk mengajar dan belajar sesuai dengan ketentuan dari PMRI.

B. Penelitian yang Relevan

1. Rizma Amalia (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMR ) Terhadap Kemampuan Penalaran Induktif Siswa Pada Pembelajaran Matematika” berkesimpulan bahwa peningkatan kemampuan penalaran induktif yang signifikan yang pembelajarannya menggunakan pendekatan PMRI

6. Nandan Supratman (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Pendekatan Realistik”, dari hasil penelitiannya didapat bahwa terdapat hasil belajar yang meningkat dengan menggunakan pendekatan realistik

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan deskripsi teoritik hasil penelitian yang relevan, kerangka berfikir diperoleh Hipotesis bahwa “Dengan penerapan pendekatan realistik maka hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan pecahan kelas V MI Al Ikhlas Tangerang Meningkat”.


(30)

20 A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Al Ikhlas, Jl.MasjidAl Ikhlas No. 1 Rt. 1/ 6 Kelurahan Cipadu, KecamatanLarangan, Kota Tangerang. Penelitian ini dilakukan siswa kelas V pada tahun pelajaran 2012/2013 semester genap, jadwal penelitian yang dilaksanakan dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 3.1

JadwalAktivitasPenelitian

Aktivitas Februari Maret April Mei Juni Persiapan dan Perencanaan 

Observasi 

Aktivitas Penelitian  

Analisis Data 

Laporan Penelitian  

B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian 1. Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitia Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas sebagai salah satu cara pengembangan professional guru dengan cara memberdayakan mereka untuk memahami kinerjanya sendiri dan menyusun rencana untuk melakukan perbaikan secara terus menerus.1

Pembelajaran dan khususnya untuk meningkatkan hasil belajar sesuai dengan yang sedang dilakukan oleh peneliti.Selain untuk meningkatkan keprofesional seorang guru, pemahaman dan penerapn PTK juga akan membantu memfasilitasi guru untuk mengembangkan kompetensi lainnya seperti kompetensi pedagogik, kepribadian dan sosial (UURI Nomor 14 Tahun2005).2

1

Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara , 2006) hal2

2

MaifalindaFatradanAbdurRojak, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: FITK UIN Syarief Hidayatullah, 2010) hal.4


(31)

2. Rancangan Siklus Penelitian

Adapun langkah-langkah PenelitianTindakan Kelas (PTK) pada umumnya ada empat tahapan yaitu3: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Adapun deskripsi keempat tahapan tersebut adalah sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan Tindakan ( Planning )

Dalam perencanaan ini yang harus dipersiapkan adalah seperangkat pembelajaran yang meliputi materi ajar, metode / tehnik mengajar serta instrument penilaian yang valid, semuanya itu terdapat dalam RPP yang dibuat.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan ( Acting )

Dalam tahap pelaksanaan ini aktivitas penelitian dilaksanakan didalam kelas Pelaksanaan lanjutan dari perencanaan, jadi apa yang telah direncanakan harus dilaksanakan didalam tahapan ini, dan hasil yang diharapkan berupa peningkatan efektivitas keterlibatan kolabrorasi untuk membantu peneliti dan peningkatan hasil belajar matematika siswa.

c. Tahap Pengamatan Tindakan ( Observing )

Dalam pengamatan ini diperlukan kerjasama antara peneliti dengan guru kelas sebagai observer, yang akhirnya penelitian yang dilakukan bersifat kolaboratif. Pengamatan dilakukan dalam pelaksanaan penelitian sebagai realisasi dari perencanaan dan pelaksanaan harus sesuai, hal ini diketahui ketika tahap pengamatan berlangsung.

d. Tahap Refleksi Tindakan ( Reflecsing )

Data yang di dapat kemudian dianalisis bersama observer sehingga akan diketahui ketercapaian setiap siklus. Hasil yang diperoleh dikumpulkan dan dianalisis bersama peneliti dan observer sehingga dapat diketahui apakah sudah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan atau masih perlu diadakan perbaikan.

3


(32)

Secara umum prosedur penelitian tindakan kelas tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1

Desain Intervensi Tindakan Evaluasi dan Analisis

Siklus II Refleksi

Siklus II

Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Refleksi Siklus I

Evaluasi dan Analisis Siklus I

Perencanaan Tindakan Siklus II

Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Identifikasi Masalah

Perencanaan Tindakan Siklus I

Observasi

Pe

r

b

aik


(33)

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MI Al Ikhlas Tangerang. Jumlah siswa 27 orang yang terdiridari 17 laki-lakidan 10 perempuan. Guru kelas terlibat dalam penelitian ini sebagai pengamatj alannya penelitian (Observer) dan Kolaborator.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti adalah perencana dan pelaksana tindakan dan pengamat. Peneliti membuat perencanaan kegiatan, melaksanakan, mengamati, mengumpulkan data, menganalisis dan melaporkan hasil penelitian. Dalam melakukan pengamatan, penelit idibantu oleh guru kelas sebagai observer dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

E. Tahapan Intervensi Tindakan yang diharapkan

Penelitiantindakankelas yang sedang diteliti ini bertujuan untuk melihat bagaimana hasil belajar siswa setelah diberi tindakan berupa pendekatan realistik pada pembelajaran matematika. Penelitian ini akan berlangsung dalam dua siklus. Pada setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Tahap peneltian akan dimulai dengan siklus I dan penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Tahapan-tahapan dalam penelitian melalui dua siklus akan diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Penelitian Siklus I a. Tahap Perencanaan

 Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )

 Mempersiapkan instrument-instrument penelitian, yaitu soal-soal tes sebagai hasil belajar matematika siswa

b. Tahap Pelaksanaan

 Penelitian dilaksanakan dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan realistik pada materi konsep bilangan pecahan


(34)

 Pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I ini terdiri dari 4 kali pertemuan, 3 kali pertemuan pembelajarandanpertemuanke 4 dilaksanakan terakhirsiklus I

 Peneliti mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok  Siswa diberikan stimulus berupa situasi dalam kehidupan

sehari-hari yang berhubungan dengan materi pecahan

 Peneliti membagikan LembarKerjaSiswa (LKS) pada tiap kelompok

 Siswa mendiskusikan situasi yang disajikan dalam LKS untuk membangun pemahaman awal siswa mengenai Pecahan

 Siswa diminta mempresentasikan hasil diskusi kelompok didepan kelas, dan siswa lain menanggapi kelompok tersebut

 Peneliti memimpin diskusi kelas, mengklarifikasikan temuan dari setiap kelompok dan bersama siswa menyimpulkan

 Peneliti mencatat hal-hal penting yang terjadi dikelas dan membuat dokumentasi

 Penilaian tes akhir siklus 1 c. Tahap Pengamatan

 Observer melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa berdasarkan lembar observasi siswa dan peneliti melakukan wawancara non formal kepada siswa berdasarkan pedoman wawancara siswa yang telah dibuat

 Peneliti mengumpulkan data hasil observasi untuk dianalisa d. Tahap Refleksi

 Indentifikasi kelebihan dan kekurangan dari hasil pengamatan siklus I untuk menentukan keberhasilan atau ketidakberhasilan dari tindakan tersebut, jika belum berhasil maka dilanjutkan pada siklus II


(35)

2. Tahap Penelitian Siklus II a. Tahap Perencanaan

 Mempersiapkan RPP dan instrument-intrumen penelitian, yaitu soal tes hasil belajar matematika untuk akhir siklus II, lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa, pedoman wawancara dan alat dokumentasi

b. Tahap Pelaksanaan

 Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik pada materi pecahan

 Pembelajaran pada siklus ini terdiri dari 4 pertemuan dengan pertemuan kelima digunakan untuk memberi uji akhir siklus II  Peneliti mengelompokkan siswa menjadi 5 kelompok

 Siswa diberikan stimulus berupa situasi dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi pecahan

 Siswa diminta mempresentasikan kedepan  Peneliti memimpin diskusi kelas

 Peneliti mencatat hal-hal penting  Penilaian akhir siklus II

c. Tahap Pengamatan

 Observer melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa berdasarkan lembar observasi siswa dan penelit imelakukan wawancara non formal kepada siswa berdasarkan pedoman wawancara siswa yang telah dibuat

 Peneliti mengumpulkan data hasil observasi untuk dianalisa

d. Tahap Refleksi

 Identifikasi kelebihan dan kekurangan dari hasil pengamatan dan menganalisa seluruh program dari perencanaan dan tindakan


(36)

F. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan

Hasil intervensi yang diharapkan sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini, mendeskripsikan bagaimana upaya meningkatkan kemampuan hasil belajar matemati kasiswa dengan pendekatan realistik. Hasil tindakan yang diharapkan yaitu:

1. 50% siswa mencapai ketuntasan dalam pembelajaran matematika pada tiap siklus. Hasil belajar matematika mencapai 70.

2. Respon positif dan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada tiap siklus sudah mencapai > 75 %

Indikator tingkat keberhasilan belajar siswa yang diterapkan yaitu ≥75%. Menurut Djamarah panduan penyelenggaraan tingkat keberhasilan belajar mengajar berdasarkan 75%, dengan tingkatan taraf keberhasilan sebagai berikut:4

Tabel 3.5

Tingkat Keberhasilan Belajar Mengajar

No Kategori Deskripsi

1 Maksimal Apabila seruluh bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa.

2 Optimal Apabila sebagian besar ( 76% s.d 99% ) pelajaran dapat dikuasai siswa.

3 Baik Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang atau sama dengan 75% dikuasai siswa.

4 Kurang Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai siswa.

Jika kedua indikator kinerja tersebut telah terpenuhi, maka penelitian tindakan ini berhasil dan tindakan penelitian dihentikan. Sebaliknya, jika salah satu atau kedua indikator keberhasilan kinerja belum terpenuhi, maka tindakan penelitian ini harus dilanjutkan ke siklus berikutnya, dan disertai dengan adanya perbaikan-perbaikan yang menjadi kekurangan dari siklus sebelumnya.

4


(37)

G. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif:

1. Data Kuantitatif : Presentase lembar observasi aktifitas siswa, presentase respon siswa dari jurnal harian, pedoman wawancara guru dan siswa, catatan lapangan, dan dokumentasi.

2. Data Kuantitatif : Tes hasil belajar matematika siswa

Sumber penelitian adalah siswa, guru kelas ( observer ) dan peneliti.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu :

1. Instrumen Pembelajaran

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )

Rencana pelaksanaan pembelajaran dibuat persiklus pembelajaran. RPP ini memuat standar kompetensi, kompetensi dasar indikator, materi pembelajaran, metode pembelajaran, dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran.

b. Bahan Ajar ( LKS )

Bahan ajar sekaligus LKS ini memuat masalah-masalah yang harus diisi oleh siswa. Penyajian materi dalam LKS diawali dengan situasi-situasi yang real dan dilanjutkan dengan memberikan pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk mengstruksi konsep matematika sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa dan menuntut jawaban dalam bentuk tes tertulia

2. Instrumen Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematik siswa. Tes ini diberikan setiap akhir siklus. Bentuk soal tes berupa tes uraian karena dengan tes


(38)

uraian akan terlihat hasil belajar matematika siswa matematik terhadap materi yang diberikan.

3. Instrumen Non Tes a. Jurnal

Tujuan pemberian jurnal adalah untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika realistik pada sitiap siklus. Selain itu, jurnal digunakan sebagai informasi untuk melakukan perbaikan pada tindakan pembelajaran berikutnya. Pengisian jurnal dilakukan setelah pertemuan, setelah berakhir kegiatan pembelajaran.

b. Lembar Observasi

Lembar observasi berupa daftar isian yang diisi oleh pengamat selama proses pembelajaran matematika realistik berlangsung di kelas. Observasi ini digunakan untuk mengamati respon perilaku guru dan siswa yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.

c. Pedoman Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap guru matematika dan siswa. Wawancara terhadap guru sebelum siklus bertujuan untuk memperoleh data mengenai kendala yang terjadi saat pembelajaran dan mengetahui hasil belajar matematik siswa. Sementara itu, wawancara terhadap guru dan siswa setelah siklus dilaksanakan bertujuan untuk memperoleh data mengenai pendapat atau pandangan terhadap pembelajaran matematika realistik.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan tes untuk mengukur hasil belajar matematik siswa. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa saat pembelajaran matematika. Peneliti juga mewawancarai siswa dan guru untuk mendapatkan tanggapan mereka terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik. Untuk mengetahui respon siswa diberikan juga jurnal harian setiap pertemuan. Hasil perolehan data tersebut didiskusikan bersama observer untuk


(39)

melakukan tindakan pada siklus selanjutnya. Dokumentasi juga dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran untuk menunjang data yang dibutuhkan. Jadi, data dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil pengamatan kegiatan selama pembelajaran dan tes hasil belajar matematik siswa setiap akhir siklus.

J. Teknik Keterpercayaan ( Trustworthiness ) Studi Pemeriksaan

Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang baik tentunya diperlukan instrumen yang kualitasnya baik pula. Instrumen yang baik dapat ditinjau dari validitas. Suatu instrumen disebut valid apabila instrumen tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar matematik adalah tes formatif akhir siklus. Validitas yang digunakan untuk instrumen hasil belajar matematik yaitu validitas teoritik atau logik. Validitas teoritik adalah validitas alat evaluasi yang dilakukan berdasarkan pertimbangan (

judgement ) teoritik atau logika.5 Agar hasil pertimbangan tersebut memadai,

maka pertimbangan alat evaluasi dilakukan oleh para ahli atau yang dianggap ahli untuk itu. Orang yang dianggap ahli dalam validitas instrumen penelitian ini adalah dosen pembimbing. Berdasarkan hasil pertimbangan ( judgement ) dari dosen pembimbing yang ditinjau dari validitas ini (content validity) dan validitas muka (face validity), maka instrumen tes sudah layak digunakan.

K. Analisis Data dan Interprestasi Hasil Analisis

Data yang diperoleh dalam penelitian, selanjutnya diinterpretasikan melaui analisis perhitungan. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

5


(40)

1. Data Kuantitif

Data hasil tes siswa dianalisis dari setiap siklus yang telah dilakukan. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dapat terlihat dalam perhitingan skor rata-rata hasil belajar matematika siswa. Selanjutnya hasil belajar matematika siswa dianalisis per indikator yaitu visual, persamaan / ekspresi matematis dan kata-kata / teks tertulis. Presentase tiap indikator dihitung dengan rumus :

2. Data Kualitatif a. Observasi

Data hasil observasi disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis menggunakan nilai persentase. Rumus persentase yang digunakan adalah:6

Keterangan:

p = Angka presentase

f = Frekuensi yang akan dicari presentasenya

N = Number of Cases ( Jumlah frekuensi / Banyaknya individu )

b. Jurnal Harian

Data hasil jurnal harian dianalisis dengan cara merangkum pendapat siswa pada setiap pertemuan, kemudian mengelompokkannya ke dalam sikap positif, netral dan negatif berdasarkan skala Thurstone.7

6

Anas Sudjono,Pengantar Statistik Pendidikan, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003 ) h. 40

7

Sumadi Surya Brata, Pengembangan Alat Ukur Psikologis, ( Yogyakarta: Andi, 2002 ) h. 202


(41)

Sikap positif bisa diartikan sebagai menyukai, menyenangi, menunjang atau memihak terhadap suatu objek. Sedangkan sifat negatif dapat diartikan sebaliknya dan sikap netral antara keduanya.8 Presentase untuk tiap-tiap sifat pernyataan tersebut digunakan rumus, yaitu:

Dari persentasi tiap pernyataan tersebut diinterpretasikan menurut Koenjaraningrat sebagai berikut:9

Tabel 3.2

Interpretasi Jurnal Harian

Besar Presentase Interpretasi

0% Tidak ada

1%-25% Sebagian kecil 26%-49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51%-75% Sebagian besar

76%-99% Pada umumnya

100% Seluruhnya

8

Erman Suuherman, Evaluasi Pembelajaran Matematika, ( Bandung: JICA, 2003 ) h. 187

9

Yuli Widiawati, Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Alat Peraga Manipulatif, http://kelompok18bgr.wordpress.com.2011/06/11. [ 20 Desember 2011 ] 20:35


(42)

c. Wawancara

Dari hasil wawancara dideskripsikan dalam kalimat kemudian disusun dalam bentuk rangkuman hasil wawancara. Data ini dapat memperkuat hasil temuan pengolahan nilai tes dan jurnal harian.

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Setelah siklus I selesai dan ternyata hasil yang diharapkan belum memenuhi kriteria seperti yang diharapkan, yaitu peningkatan hasil belajar matematika siswa, maka akan ditindak lanjuti untuk melakukan tindakan berikutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran.

Kegiatan penelitian ini akan berakhir bila peneliti menyadari bahwa penelitian ini telah berhasil menguji pendekatan realistik dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Banyak faktor lain yang mempengaruhi kemampuan representasi matematika siswa, untuk itu masih perlu penelitian lebih lanjut untuk menuntukan faktor-faktor lain tersebut.


(43)

33 A. Deskripsi Data

Data penelitian ini diperoleh dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di MI Al Ikhlas kelas V. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2013 sampai dengan tanggal 15 Mei 2013 siklus I,dan tanggal 20 Mei 2013 sampai dengan 22 Mei 2013 siklus II, tanggal 16 Mei 2013 dan tanggal 24 Mei 2013 hasil penelitian siklus I dan II dikumpulkan lalu dianalisis. Hasil data diinterpretasikan untuk mengetahui perkembangan penelitian yang dilaksanakan.

1) Penelitian Pendahuluan

Sebelum dilaksanakan aktivitas pembelajaran matematika realistik terlebih dahulu dilakukan aktivitas pengamatan dalam penelitian pendahuluan. Aktivitas ini merupakan tahap awal yang dilakukan peneliti dengan guru yang mengajar. Dalam Aktivitas ini peneliti melakukan wawancara dengan guru bidang studinya, melakukan observasi dan mensosialisasikan pendekatan realistik kepada guru. Aktivitas pengamatan ini dilakukan untuk melihat dan mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa setelah belajar matematika berlangsung.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada penelitian pendahuluan maka peneliti memperoleh informasi sebagai berikut :

a. Metode yang digunakan dalam pembelajaran monoton metode ceramah, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru.

b. Kondisi kelas masih satu arah. c. Kurang mengaktifkan siswa. d. Media yang kurang mendukung


(44)

f. Permahaman siswa yang relatif yang berbeda dan gaya belajar yang berbeda pula.

Berikut tabel frekwensi nilai tes hasil belajar matematika siswa sebelum penelitian :

Tabel 4.1

Frekwensi Hasil Belajar Matematika Siswa sebelum penelitian Nilai Frekwensi ( f ) Fk > Fk ( % )

40 – 49 4 4 14,81 %

50 – 59 4 8 29,63 %

60 – 69 5 13 48,15 %

70 – 79 9 22 81,48 %

80 – 90 2 24 88,89 %

91 – 100 3 27 100 %

Berdasarkan tabel 4.1 bahwa nilai hasil belajar matematika siswa kelas V MI Al Ikhlas masih dibawah KKM, dan dari jumlah siswa keseluruhan yang masih mendapat nilai dibawah 70 sebanyak 48,15 %, sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas 70 sebanyak 51,85 %. Dengan hasil yang sudah didapat, maka dalam pembelajaran matematika masih dibawah rata-rata KKM yaitu 70. Dengan demikian maka hasil belajar siswapun masih belum tercapai.

Tabel 4.2

Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Sebelum Penelitian

No. Siswa Keterangan

Tuntas Tidak Tuntas Persentase

1. 11  40,74 %

2. 16  59,25 %

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa yang tidak tuntas lebih banyak daripada siswa yang sudah tuntas. Ini dapat dilihat juga dari deskriftif nilai matematika sebelum penelitian.


(45)

Tabel 4.3

Deskriftif Nilai Hasil Belajar Matematika Siswa Sebelum Penelitian No. Nilai Matematika Sebelum Penelitian

1. Nilai Tertinggi 100,00

2. Nilai Terendah 28,00

3. Rata-rata 4,74

Berdasarkan tabel 4.3, maka dapat diperoleh rata-rata hasil belajar siswa mencapai 4,74. Dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 28. Hasil yang diperoleh belum mencapai tujuan yang diinginkan yaitu skor rata rata mencapai 70. Hasil belajar matematika siswa sebelum penelitian ini dapat di lihat dalam bentuk diagram berikut :

2) Pelaksanaan Pembelajaran Pada Siklus I a. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan ini peneliti merumuskan indicator, yang mana indicator ini tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang di buat oleh peneliti. Selain RPP, peneliti juga menyusun bahan ajar, dan instrument penilaian.

0 2 4 6 8 10

40-49 50-59 60-69 70-79 80-90 91-100

Fr

e

k

u

e

n

si


(46)

b. Tahap pelaksanaan dan observasi

Tahap pelaksanaan dan observasi dilakukan secara bersamaan. Observasi/pengamatan dilakukan oleh kolaborator sedangkan tahap pelaksanaan ini peneliti sendiri yang melakukan yaitu berupa pembelajaran yang di sesuaikan dengan RPP yang telah di susun. Seperti yang telah dijelaskan pada bab metodologi penelitian, bahwa pelaksanaan penelitian siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan yaitu tanggal 13, 14 , dan 15 Mei 2013 dengan masing masing alokasi waktu 2 X 35 menit ( 2 jam pelajaran ). Berikut ini adalah penjelasan data hasil intervensi tindakan siklus I setiap pertemuan .

1). Pertemuan ke –I ( Senin, 13 Mei 2013 )

Pada pertemuan pertama ini materi pembelajaran yang di sampaikan adalah tentang mengubah pecahan biasa ke pecahan perseratus.. Siswa yang mengikuti pembelajaran pada pertemuan ke-1 ini ada 27 siswa, dan yang tidak hadir ada 1 siswa.untuk tugas kelompok maka siswa di bagi 7 kelompok dengan anggota 3-4 siswa. Pembelajaran dimulai dengan membaca doa, mengabsen siswa. Selama pembelajaran peneliti ditemani oleh guru sebagai observer/kolaborator untuk mengamati aktivitas siswa dan menilai peneliti selama pembelajaran

Selanjutnya peneliti melakukan aktivitas dengan memperhatikan gambar pecahan yang di buat dari kertas origami atau karton kepada siswa. Dengan di bimbing oleh peneliti, siswa menyebutkan nama-nama pecahan tersebut. Langkah berikutnya, peneliti membagikan bilangan pecahan yang berbeda pada semua siswa. Masing-masing siswa berkelompok mencari teman yang sama-sama memegang pecahan biasa yang sama. Pada tahap ini masih terlihat bingung dalam mengelompokan bilangan pecahan, tapi dengan waktu yang di berikan agak lama maka ini memberi peluang kepada siswa untuk mencari kelompoknya. Setelah pengelompokan selesai, setiap kelompok di minta untuk mencari pecahan yang ada. Dan menyebutkannya sesuai dengan angka yang di pegang oleh kelompok masing-masing. Misalnya: yang memegang bilangan ¾ menyebutkannya.


(47)

Aktivitas selanjutnya peneliti memberikan LKS kepada kelompok yang sudah di bentuk. LKS berupa gambar pecahan yang berpenyebut sama. LKS ini bentuknya mengelompokkan pecahan. Pengelompokkan ini dengan cara menggunting gambar pecahan, lalu di tempel pada kolom yang sesuai dengan pecahan tersebut.Berdasarkan pengamatan, tugas LKS ini dapat di selesaikan dengan mudah, ini karena penggunaan media realistik. Pembelajaran diakhiri dengan penilaian berupa tes tertulis

Gambar : 4.1

Aktivitas siswa saat mengerjakan LKS 2. Pertemuan ke 2 ( Selasa, 14 Mei 2013 )

Pada pertemuan ke dua ini materi yang dipelajari adalah mengubah pecahan ke pecahan persen dan sebaliknya. Siswa yang mengikuti pembelajaran pada pertemuan ke dua ini ada 27 anak. Untuk tugas kelompok maka siswa dibagi menjadi 6 kelompok dengan anggota 4 – 5 siswa. Pembelajaran dimulai dengan membaca do’a, mengabsen siswa, selama pembelajaran peneliti ditemani oleh guru sebagai observer.

Kemudian peneliti menjelaskan dengan contoh cara menyatakan pecahan kebentuk persen dan sebaliknya, peneliti kemudian memberikan


(48)

contoh pecahan biasa yang dapat diubah kebentuk persen atau per seratus, kemudian siswa perkelompok mencoba mengurutkan pecahan yang berpenyebut tersebut dengan cara mengubah kebentuk persen atau perseratus apabila sudah didapatkan pecahan menjadi pecahan yang berpenyebut seratus / persen maka tiap tiap kelompok mengurutkan bilangan yang bisa diubah ke bentuk pecahan berpenyebut seratus/ persen

Setelah siswa dianggap sudah mengerti dan memahami bagaimana bilangan berpenyebut seratus dapat diubah kebentuk persen, maka peneliti membagikan LKS tentang mengubah bilangan pecahan biasa ke bentuk pecahan seratus. Dalam aktivitas ini peneliti mengamati setiap kelompok, ada sebagian siswa yang mengurutkan pecahan biasa dan ada pula yang lainnya mengubah pecahan biasa ke bentuk persen.

Berikut adalah dokumen aktivitas siswa dalam mengurutkan bilangan pecahan biasa yang dapat diubah kebentuk persen atau sebaliknya. Secara berkelompok :

Gambar 4.2


(49)

3. Pertemuan ke tiga ( Rabu, 15 Mei 2013 )

Pertemuan ketiga merupakan pertemuan pertemuan terakhir dari pelaksanaan tindakan kelas pada Siklus I. Siswa yang hadir pada pertemuan ketiga ini adalah 27 siwa.

Seperti biasa sebelum pembelajaran dimulai diawali dengan berdo’a dan mengabsen siswa. Untuk memulai materi diadakan appersepsi, dengan tujuan mengulanhg materi yang telah dipelajri lalu sampai dimana daya ingat siswa pada pelajaran yang telah dipelajari sehingga dalam melanjutkan materi siswa memiliki kemampuan yang bisa dilanjutkan pada materi berikutnya. Pembahasan materi di mulai dengan siswa diajak ke koperasi sekolah, yang mana terdapat barang barang alat alat sekolah, seragam sekolah dan beberapa jajanan. Peneliti hanya memperlihatkan bilangan 5%, 10%, 20% ,. 50% , 70% , yang selanjutnya siswa menyebutkan bilangan persen itu :

Gambar : 4.3


(50)

Kemudian siswa bersama-sama menyebutkan bilangan persen tersebut, peneliti menjelaskan bahwa bilangan 20% , 50% , 70% , adalah bilangan yang berpenyebut 100 dengan, kata lain persen, dapat di ubah ke bentuk pecahan desimal Ketika peneliti bertanya, kepada siswa apa yang di sebut dengan bilangan persen ??? salah satu siswa menjawab :”bilangan persen adalah bilangan yang berpenyebut 100,”. Guru membenarkan jawaban siswa.

Dalam pembelajaran selanjutnya, siswa secara berkelompok di berikan LKS untuk di kerjakan dalam setiap kelompok, peneliti dan kolaborator mengamati cara kerja yang di lakukan oleh masing-masing kelompok. Sejauh mana kerja sama yang terjalin dalam kelompok. Ternyata dari masing-masing kelompok ada beberapa siswa yang kurang aktiv tapi ada juga kelompok yang kerjasamanya sudah terlihat kompak dan bagus.

Seperti dalam kelompok berbagi tugas, salah seorang ada yang menulis,ada yang mengubah pecahan biasa menjadi bilangan persen, hal ini mereka lakukan dengan bergantian. Dengan demikian kelompok yang seperti ini mereka terlihat senang dan asik dalam belajar, walaupun hasil pekerjaan mereka belum maksimal rapih tapi pada dasarnya mereka sudah memahami materi yang sedang di pelajarinya.

Kemudian yang terakhir yaitu tahap evaluasi, dimana pada tahap ini siswa bukan lagi berkelompok atau berdiskusi, melainkan tugas masing masing individu, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dalam 3 kali pertemuan tersebut. Siswa akan diberi soal siklus I dengan jumlah soal sebanyak 5 soal

Setelah pelaksanaan tes siklus I selesai, peneliti mencoba untuk melakukan wawancara dengan beberapa siswa untuk mengungkap pendapat mereka tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan metode realistic, serta mengumpulkan dan mendiskusikan hasil lembar observasi yang telah diisi oleh observer ( guru kelas ) yang berisi catatan tentang proses pembelajaran.


(51)

c. Tahap Observasi dan Analisis

Tahap ini dimulai pada saat bersamaan dengan pelaksanaann tindakan. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selaku pelaksana tindakan dan guru kelas sebagai observer untuk mengamati peningkatan hasil pemahaman belajar matematika siswa. Adapun hasil tes pemahaman belajar matematika siswa siklus I dalam penelitian ini terlihat melalui tes pemahaman hasil belajar matematika.

Berikut adalah tabel yang menunjukkan hasil tes pemahaman belajar matematika siswa pada siklus I

Tabel 4.4

Distribusi Frekwensi Tes Hasil Belajar Matematika Siklus I Nilai Frekwensi ( f ) Fk > Fk ( % )

40 – 49 1 1 3,70 %

50 – 59 7 8 29,63 %

60 – 69 7 15 55,56 %

70 – 79 4 19 70,37 %

80 – 89 4 23 85,19 %

90 – 100 4 27 100 ,00%

Berdasarkan tabel 4.4 bahwa nilai hasil belajar matematika siswa kelas V MI Al Ikhlas masih dibawah KKM , dan dari jumlah siswa keseluruhan yang masih mendapat nilai dibawah 70 sebanyak 55,56 %, sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas 70 sebanyak 70,37 %.. Adapun hasil belajar matematika siswa pada siklus I ini disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut :


(52)

Gambar : 4.5

Distribusi Frekwensi Tes Hasil Belajar Matematika Siklus I

Berdasarkan gambar 4.5 dapat dilihat bahwa hasil belajar matematika siswa pada siklus I menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai di bawah rata rata lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang memperoleh nilai diatas rata rata.

Berikut disajikan tabel yang menunjukkan ketuntasan hasil belajar siswa yang didapat dari hasil tes akhir siklus I menunjukkan bahwa siswa yang didapat dari hasil tes akhir siklus I setelah menggunakan metode realistik

Tabel 4.6

Ketuntasan Tes Hasil Belajar Matematika Siswa pada siklus I

No. Jumlah Siswa Keterangan

Tuntas Tidak Tuntas Persentase

1. 12  44,44 %

2. 15  55,56 %

0 1 2 3 4 5 6 7 8

40-49 50-59 60-69 70-79 80-90 91-100

Nilai

Fr

e

k

u

e

n


(53)

Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa siswa yang sudah tuntas belajar adalah 12 siswa atau 44,44 % sedangkan siswa yang belum tuntas berjumlah 15 siswa atau 55,56 % Dengan KKM 70 Berikut disajikan deskriftif nilai matematika siswa pada siklus I

Tabel 4.7

Deskriftif Nilai Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus 1 No. Nilai Matematika Sebelum Penelitian

1. Nilai Tertinggi 100,00

2. Nilai Terendah 40,00

3. Rata-rata 69,89

Berdasarkan tabel 4.7 maka diperoleh rata rata ketuntasan belajar siswa mencapai 69,89 Dengan ini nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 40. Hasil yang diperoleh belum mencapai tujuan KKM yang diinginkan yaitu 70 Disamping menggunakan hasil akhir siklus, peneliti juga menggunakan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran. Pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran dilakukan dengan penilaian langsung oleh observer saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.8

Hasil Observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran Siklus I No. Aspek yang diobservasi Rata-rata

1. Siswa memperhatikan pada saat gurumenjelaskan

pelajaran 90.12 %

2. Siswa dapat memberikan penjelasan pada saatdiskusi 69,13 %

3. Siswa dapat mengajukan pertanyaan 81,48 %

4. Siswa dapat menanggapi penjelasan guru/temanpada


(54)

5. Siswa dapat membuat rangkuman dengan baik 90,12 %

6. Siswa dapat memecahkan masalah yang

diberikanguru dalam Lembar Kerja Siswa 80,25 %

7. Siswa berminat dan antusias pada saat

mengikutipelajaran 90,12 %

8. Siswa merasa senang mengikuti pelajaran

matematika dengan metode Realistik 90,12 %

Rata – rata 84,72 %

Dari rekapitulasi data observasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa persentase aktivitas siswa kelas V pada saat pembelajaran semakin belum menunjukkan hasil serta tujuan yang diharapkan.

Persentase aktivitas belajar siswa baru mencapai 84,72 %. Adapun untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka peneliti akan mengadakan perbaikan pada siklus berikutnya.

Selain menggunakan lembar observasi, peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa untuk memperkuat data observasi. Hasil wawancara yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut:

1. Siswa mulai termotivasi dalam pembelajaran matematika

2. Siswa mulai antusias dalam mengerjakan LKS dengan kemampuan mereka sendiri, namun ada sebagian yang masih perlu bertanya kepada peneliti

3. Dengan menggunakan pendekatan realistik dapat membantu siswa dalam memahami materi yang diberikan

Setelah diketahui hasil belajar pada siklus I, makadapat dibandingkan dengan hasil belajar sebelum diadakan penelitian (sebelum siklus I). hasil belajar pada penilaian terdahulu mencapai rata-rata 64,81, sedangkan hasil belajar pada siklus I setelah menggunakan pendekatan realistik mencapai rata-rata 69,89. Secara umum ketuntasan hasil belajar pada penilaian terdahulu yang belum tuntas ada 15 siswa sedangkan pada penilaian siklus I ada 15 siswa yang belum tuntas. Secara keseluruhan ketuntasan hasil belajar


(55)

antara penilaian terdahulu dengan penilaian hasil siklus I masih belum ada peningkatan, maka akan dilakukan perbaikan di siklus II.

a. Tahap Refleksi

Tahap refleksi ini dilakukan oleh peneliti dan observer setelah melakukan analisis pada siklus I. berdasarkan hasil analisis pada observasi, wawancara dan tes akhir siklus I ditemukan beberapa kekurangan / kendala sebagai berikut:

1. Siswa terlihat masih mengandalkan temannya yang lebih pintar untuk mengerjakan LKS. Dalam menyelesaikan LKS secara individu sebagian siswa masih bertanya kepada peneliti tentang jawabannya. Penyebab kekurangan ini adalah kurangnya pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang diajarkan. Dengan adanya kekurang ini, peneliti harus lebih dapat membimbing dan memastikan siswa memahami konsep matematika agar siswa dapat mengerjakan LKS.

2. Hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Dari hasil tes akhir siklus I diperoleh rata-rata skor hasil belajar matematika kelas V sebesar 69,89. Jumlah ini masih dianggap kurang karena belum mencapai indikator keberhasilan yaitu hasil tes hasil belajar matematika siswa > 70. Penyebab kekurangan ini adalah masih kurangnya siswa menggunakan hasil belajarnya dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan pada proses pembelajaran serta masih adanya siswa yang belum berani memberikan penjelasan pada saat diskusi.

1. Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti menentukan standar kompetensi , kompetensi dasar, indikator yang ingin dicapai pada siklus II dan menyusunnya menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selain itu untuk menunjang pembelajaran disusun juga Lembar Kerja Siswa (LKS) pembelajaran dan instrumen tes siklus II. Dengan guru kolabolator peneliti mendiskusikan RPP, dan merencanakan pelaksanaan yang


(56)

menjadikan perbaikan-perbaikan tindakan untuk siklus II berdasarkan refleksi siklus I. Kemudian membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan / Observasi

Tahap pelaksanaan pada siklus II ini terdiri dari tiga pertemuan. Yaitu pertemuan keenam sampai kedelapan. Pada tiap pertemuan peneliti memberikan pembelajaran dengan menggunakan metode yang sama pada siklus I yaitu pendekatan realistik. Model pembelajaran yang dikenakan kepada subjek penelitian / siswa pada pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan perbaikan-perbaikan berdasarkan refleksi pada siklus I yaitu peneliti lebih banyak membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengerjakan latihan-latihan serta memastikan siswa mampu mengerjakan soal-soal dalam LKS.

Siklus ini terdiri dari tiga kali intervensi tindakan pembelajaran dan satu kali tes diakhir siklus. Pelaksanaan tindakan ini dimulai tanggal 20, 21, dan 23 Mei 2013, dengan alokasi waktu masing-masing tindakan dan tes adalah 2x35 menit (2 jam pembelajaran).

Berikut ini adalah deskripsi data hasil intervensi tindakan siklus II yang merupakan hasil perbaikan metode pembelajaran yang diterapkan pada siklus I:

1. Pertemuan Keempat (Senin, 20 Mei 2013)

Pada pertemuan keempat ini materi yang dipelajari adalah menjelaskan arti pecahan serta urutannya. Siswa yang mengikuti pembelajaran pada pertemun keempat ini ada 27 siswa semuanya hadir.

Sama dengan siklus I tahap pendahuluan dimulai dengan guru mengucapkan salam dengan sedikit menyampaikan tujuan pembelajaran, dilanjutkan dengan


(57)

menjelaskan materi yang akan diajarkan. Selain itu guru membentuk kelompok belajar yang sama seperti pada siklus I, hanya pada siklus II ini dalam permainan dibedakan dengan siklus sebelumnya, dimana sebelumnya permainan menggunakan pertanyaan lisan yang terdapat pada LKS, sedangkan untuk pembelajaran pada siklus II permainan dilakukan dengan guru memberikan kartu yang diisi sebuah pertanyaan kepada setiap kelompok. Dalam permainan ini yang dinilai adalah kecepatan dan jawaban yang benar. Apabila menjawab benar maka diberi poin satu sedangkan yang salah diberi poin nol. Kemudian dilanjutkan siswa diberi LKS, setelah semua kelompok selesai mengerjakan LKS maka peneliti merumuskan jawaban yang benar.

2. Pertemuan Kelima (Selasa, 21 Mei 2013)

Pada pertemuan kelima guru mengadakan turnamen dengan materi yang dipelajari adalah membandingkan dan mengurutkan pecahan berpenyebut tidak sama serta menuliskan bilangan pecahan pada garis bilangan. Sebelum mengadakan turnamen guru menyiapkan meja turnamen, kemudian setiap kelompok dipersilahkan berada pada meja turnamen yang telah ditentukan oleh guru. Pada turnamen ini terdapat enam meja turnamen, masing-masing meja terdiri dari 4-5 orang. Untuk turnamen caranya sama dengan turnamen pada pertemuan keempat, dimana setiap kelompok diberikan kartu permainan. Tetapi untuk pertemuan kelima ini, hasil jawaban setiap kelompok dipresentasikan oleh perwakilan dari setiap kelompok didepan kelas. Kemudian setiap siswa diberikan LKS dan dilanjutkan dengan mengingat kembali pelajaran sebelumnya.


(58)

Setelah proses pembelajaran selesai peneliti memberikan pertanyaan tentang pelajaran sebelumnya untuk mengetahui pemahaman siswa berkaitan pelajaran sebelumnya. 3. Pertemuan Keenam (Kamis, 23 Mei 2013)

Pertemuan keenam merupakan pertemuan terakhir dari pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II. Siswa yang hadir pada saat pertemuan ketiga sebanyak 27 siswa. Materi pertemuan akhir dari pelaksanaan tindakan ini adalah menjumlahkan dan mengurangkan pecahan desimal serta operasi hitung campuran berpenyebut sama dan berpenyebut tidak sama, kemudian seperti biasa guru memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi sebelumnya. Waktu penelitian ini diatur sesingkat mungkin karena pada pertemuan ini peneliti akan mengumumkan poin masing-masing kelompok, poin tertinggi lalu diberikan hadiah. jumlah poin masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.7.

Hasil Poin Kelompok pada Turnamen Siklus II

Kelompok 1 Poin Kelompok 2 Poin

Akhmad Zulfikar 3 Farhan Ramadhan

Esa Zulva Arnawama Kafial Ghani

Jasmine Fajri Dilawati Novi Rosmiati 3

Nurul Harasti Rosyada 1 Ratu Puspa Dewi

Jumlah 4 Jumlah 3

Kelompok 3 Poin Kelompok 4 Poin

Amar Ma’ruf Lapisudin

Husen Nugraha Prayogi Ismail

Najma Firda Saffana Annisa Az-Zahra 2

Septiani 3 Ilham M. Fajri

M. Hanif Rachman


(59)

Kelompok 5 Poin Kelompok 6 Poin

Annargya Saddam. H Shofi Siti Sa’adah 4

Fairuz Farhani Sakti Lazuardi

Januar Nur Jatmiko 1 M. Fikri

Firdaus Fitrah Askari Lintang Samudra. N Nurkamilah Rizkiyah 1 M. Ikhsan Fadilah

Jumlah 2 jumlah 4

Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa kelompok yang menjadi juara 1 yaitu kelompok: 1 dan 6.

Kemudian yang terakhir yaitu tahap evaluasi, dimana pada tahap ini siswa bukan lagi berkelompok atau berdiskusi, melainkan tugas masing-masing individu, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dalam tiga kali pertemuan tersebut. Siswa akan diberi soal siklus II dengan jumlah soal sebanyak 6 soal.

Setelah pelaksanaan tes siklus II selesai, peneliti mencoba untuk melakukan wawancara dengan beberapa siswa untuk mengungkap pendapat mereka tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan realistik. Serta mengumpulkan dan mendiskusikan hasil lembar observasi yang telah diisi oleh observer (guru kelas) yang beri catatan tentang proses pembelajaran.

c. Tahap Observasi dan Analisis

Tahap ini dimulai pada saat bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selaku pelaksana tindakan dan guru kelas sebagai observer untuk mengamati peningkatan hasil pemahaman belajar matematika siswa. Adapun hasil tes pemahaman belajar matematika siswa siklus II dalam penelitian ini terlihat melalui tes pemahaman belajar matematika.

Berikut adalah tabel yang menunjukkan hasil tes pemahaman belajar matematika siswa siklus II:


(1)

64

Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2010 ) h. 107 Traffers (1991) Cara Belajar siswa Aktif dalam Proses belajar Mengajar

Traffers (sabandar,2001:1)Cara Belajar siswa Aktif dalam Proses belajar Mengajar

Trianto, M.Pd, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011) hal. 15

Yuli Widiawati, Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Alat Peraga

Manipulatif.

http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika

Http://suratanmakna.blogspot.com/2012/11/faktorfaktor-yang-mempengaruhi-belajar.html


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan pecahan malalui pendekatan palkam pada siswa SD

1 10 200

PENERAPAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN BILANGAN PECAHAN DI KELAS IV MI GHIDAUL ATHFAL KOTA SUKABUMI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV M

1 40 213

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN DI KELAS V MIN SEI AGUL MEDAN T A 2011/2012.

0 1 24

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA.

0 0 7

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN HUMANISTIS (PTK di SD Karangtalun 02 Tanon).

0 1 12

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN DAN SKALA.

0 0 44

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA TENTANG POKOK BAHASAN PERKALIAN DAN PEMBAGIAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 2 39

PENINGKATAN HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 GRENGGENG.

0 3 179

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA MATERI PENJUMLAHAN PECAHAN SISWA KELAS IV SD 02 BAKALAN KRAPYAK

0 0 23

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN BILANGAN PECAHAN - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 1 23