STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI Strategi Coping Dalam Menghadapi Permasalahan Akademik Pada Remaja Yang Orang Tuanya Mengalami Perceraian.
STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN
AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI
PERCERAIAN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk
Memenuhi Sebagaian Persyaratan Dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Disusun oleh :
BETTY AMALINA RAHMAWATI
F 100 090 104
Kepada
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
i
STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN
AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI
PERCERAIAN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk
Memenuhi Sebagaian Persyaratan Dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Disusun oleh :
BETTY AMALINA RAHMAWATI
F 100 090 104
Kepada
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii
STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN
AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI
PERCERAIAN
Betty Amalina Rahmawati
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected]
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi coping remaja yang
orang tuanya mengalami perceraian dalam mengatasi permasalahan akademiknya.
Penelitian ini mewawancarai 5 subyek dengan karakteristik sebagai berikut: a)
remaja yang orang tuanya mengalami perceraian minimal 2 tahun dan tinggal
bersama ayah atau ibu, b) remaja yang orang tuanya mengalami perceraian berusia
15-18 tahun yang duduk di SMA, c) memiliki permasalahan akademik. Teknik
analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif
dengan metode wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek dalam
mengatasi permasalahan akademiknya menggunakan strategi coping yang lebih
memfokuskan pada masalah emosi subyek yakni emotion focus coping. Dilihat dari
pernyataan subyek, yang mampu untuk menghindari permasalahan, tidak terlalu
memikirkan permasalahannya, dapat mengatur emosi, menerima nasib yang
diberikan Allah, dan mendapat dukungan moral, simpati ataupun pengertian dari
orang disekelilingnya.
Kata kunci : Strategi Coping, Remaja, Orang tua bercerai.
1
2
lain shock, tidak percaya, sedih, marah,
PENDAHULUAN
Keluarga
menurut
Lestari
(2012)
memiliki banyak fungsi, seperti melahirkan
kebingungan, kehilangan, pengkhianatan,
penolakan, ditinggalkan dan penghinaan
anak, merawat anak, menyelesaikan suatu
Menurut Sun (Santrock, 2007) remaja
permasalahan, dan saling peduli antar
laki-laki dan perempuan yang orang tua
anggotanya. Keluarga inti menjadi tolak
mereka
ukur seorang anak dalam sebuah pencapaian
menunjukkan masalah akademis, psikologis,
suatu hal yang ingin diraih. Pengaruh
dan perilaku daripada remaja yang orang
keluarga memang sangat penting untuk
tuanya
anak, jika keluarga inti itu terpecah atau
menyatakan remaja yang memiliki prestasi
mengalami sebuah perceraian, maka hal-hal
dalam bidang akademik dipengaruhi oleh
yang menjadi spirit atau dorongan seorang
beberapa faktor, dari faktor internal adalah
anak akan pudar apabila orang tua tidak
intelegensi,
menjaganya.
motivasi siswa, sedangkan faktor eksternal
Perceraian orang tua membawa dampak
adalah
akhirnya
tidak
bercerai.
sikap
dari
bercerai
Winkel
siswa,
bakat
lingkungan
sosial
lebih
(2004)
siswa,
dan
positif dan negatif pada anak. Perceraian
lingkungan non-sosial. Remaja berprestasi
orang tua tidak selalu berdampak negatif,
yang mengalami perceraian orang tua akan
perceraian orang tua bisa berdampak positif
mengalami masalah dari sisi lingkungan
jika menyikapinya dengan hal yang positif
sosial dimana pada faktor ini remaja
juga (Moko, 2013). Menurut hasil penelitian
berprestasi akan menghadapi ketegangan
dari Bojuwoye & Akpan (2009), anak yang
ataupun kecemasan dalam keluarga yang
orang tuanya bercerai memiliki pemikiran
mengganggu proses belajar.
atau reaksi yang berbeda-beda terhadap apa
Menurut
Taylor
(2009)
coping
yang sedang terjadi pada dirinya. Reaksi
didefinisikan sebagai pikiran dan perilaku
emosional dan perilaku sering terjadi antara
yang digunakan untuk mengatur tuntutan
3
internal maupun eksternal dari situasi yang
mengelabuhi
menekan. Coping menjadi bagian dari
memperbaiki akibatnya dengan cara
penyesuaian diri, namun coping merupakan
langsung.
istilah
khusus
stres
untuk
individu
ketika
bagaimana mengatasi penyebab stres
menghadapi tekanan atau stress. Coping
antara lain dengan membuat strategi
yang
untuk bertindak, memikirkan
reaksi
negatif
mungkin
memunculkan
berbagai gangguan pada diri individu yang
bersangkutan.
positif
menjadikan
matang,
coping
Sebaliknya
dewasa
individu
dan
bahagia
yang
semakin
dalam
b. Perencanaan,
memikirkan
atau
digunakan
menunjukkan
yang
penyebab
tentang
tentang
langkah upaya yang perlu diambil
dalam menangani suatu masalah.
diri,
individu
membatasi
keterlibatannya
dalam
aktifitas
c. Kontrol
menjalani kehidupannya (Kartono, 2000).
kompetisi atau persaingan dan tidak
Dengan demikian, strategi coping pada
bertindak terburu - buru.
remaja
yang orang tuanya mengalami
d. Mencari
dukungan
sosial
yang
perceraian, dilihat dari tingkat akademinya
bersifat instrumental, yaitu sebagai
remaja dituntut untuk menghadapi masalah-
nasihat, bantuan atau informasi.
masalah yang ada dan mampu mengontrol
mengenai
masalah
yang
berhubungan
dengan sekolah atau lingkungan.
e. Mencari
dukungan
bersifat
emosional
dukungan
moral,
sosial
yaitu
yang
melalui
simpati
atau
sesuatu
yang
penuh
dan
keadaan
yang
pengertian.
f. Penerimaan,
Strategi coping
Carver, dkk (1989) menyebutkan aspek-
dengan
stres
aspek strategi coping antara lain:
memaksanya untuk mengatasi masalah
a. Keaktifan diri, suatu tindakan untuk
tersebut.
mencoba
menghilangkan
atau
4
sikap
g. Religiusitas,
menenangkan
dan
individu
dan perilaku belajar yang salah, dan
menyelesaikan
siswa tidak memiliki kemampuan dan
masalah secara keagamaan.
ketrampilan dasar yang diperlukan.
Penyebab kesulitan belajar menurut
b. Faktor Eksternal
Irham & Wiyani (2013) ditentukan dari
Faktor eksternal penyebab kesulitan
faktor yang ada pada siswa itu sendiri
belajar berupa faktor lingkungan sosial
(faktor internal) maupun faktor-faktor di
dan lingkungan alam. Faktor eksternal
luar siswa (faktor eksternal).
lainnya meliputi guru yang kurang
a. Faktor Internal
mendukung
Faktor internal penyebab kesulitan
proses
belajar
serta
perangkat lunak dan perangkat keras
belajar siswa dapat berupa faktor fisik
dalam
dan psikologis. Faktor fisik berkaitan
tersebut akan berpengaruh pada nilai
dengan kondisi dan kesehatan tubuh
siswa atau prestasi akademik siswa.
seperti cacat tubuh serta penyakit yang
Beberapa jenis faktor-faktor eksternal
mengganggu
Faktor
yang
tingkat
belajar, antara lain kurikulum yang tidak
kecerdasan, bakat dan minat, kemauan,
sesuai dengan tingkat kematangan siswa,
perhatian, motivasi, tingkat konsentrasi,
beban belajar siswa yang terlalu berat,
ketekunan, dan sebagainya.
populasi siswa di kelas yang terlalu
psikologis
belajarnya.
berkaitan
dengan
Faktor internal yang dapat menjadi
pembelajaran.
dapat
Faktor-faktor
menyebabkan
kesulitan
besar dan banyak sehingga proses
penyebab munculnya kesulitan belajar
pembelajaran
dapat berupa kelemahan siswa secara
kelemahan
fisik, kelemahan siswa secara mental,
tingkat
kelemahan
emosional,
kelemahan karena ada masalah dengan
kebiasaan-kebiasaan belajar atau sikap
kondisi dalam rumah tangga, terlalu
siswa
secara
yang
sistem
kurang
efektif,
pembelajaran
pendidikan
di
sebelumnya,
5
banyak kegiatan diluar jam pelajaran dan
1. Organisasi data
kegiatan ekstrakulikuler, dan sebagainya
2. Koding
yang harus diikuti oleh siswa.
3. Menentukan tema
4. Mencari kategori
5. Mendiskripsikan kategori
METODE
Subjek
Penelitian
Informan
yang
6. Pembahasan hasil penelitian
digunakan adalah remaja yang orang tuanya
mengalami perceraian. Yang berjumlah 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
orang. Secara khusus karakteristik informan
Menurut
Sarwono
(2012)
peneliti adalah:
mengungkapkan guru adalah salah satu
1. Remaja yang orang tuanya mengalami
faktor yang paling besar menurut siswa
perceraian minimal sudah 2 tahun dan
adalah cara mengajar guru. Dari kesimpulan
tinggal bersama bapak atau ibu.
diatas keaktifan diri dalam hal ini dikaitkan
2. Remaja berusia 15-18 tahun yang duduk
dengan akademik subyek yaitu kreatifitas
di SMA, yang orang tuanya mengalami
guru dalam mengajar dapat mempengaruhi
perceraian.
subyek
pengumpulan
data.
hal
akademik,
subyek
mempunyai keinginan untuk belajar baik di
3. Memiliki permasalahan akademik
Alat
dalam
Berupa
dalam kelas maupun diluar kelas dan
dan
mempunyai dorongan untuk bertanya pada
pendukung,
teman ataupun guru mengenai pelajaran
sehingga data-data yang diperoleh berupa
yang kurang dimengerti, hal-hal tersebut
narasi dan diskripsi dari hasil wawancara
adalah suatau tindakan subyek untuk
yang telah dilaksanakan. Langkah-langkah
meminimalisasi nilai pelajaran yang rendah.
wawancara
untuk
subjek
kuesioner
untuk
subjek
utama
dalam analisis data penelitian ini sebagai
berikut:
Menurut Rola (2006) salah satu faktor
yang mempengaruhi prestasi akademik yaitu
6
konsep diri dimana individu berpikir tentang
dengan alasan yang berbeda-beda namun
dirinya sendiri. Individu percaya bahwa
mendapatkan hal positif yang sama yaitu
dirinya mampu untuk melakukan sesuatu
untuk meningkatkan akademik.
hal
Dari hasil penelitian subyek mendapat
tersebut
dukungan terbesar dari teman, hal ini dapat
mengungkapkan bahwa dengan mengatur
dilihat bahwa kelompok teman sebaya
jam belajarnya, menandakan subyek sudah
adalah kumpulan dua individu atau lebih
termotifasi untuk meningkatkan prestasi
yang berinteraksi tatap muka, yang masing-
akademiknya.
masing menyadari keanggotaannya dalam
dan
termotivasi
tersebut.
untuk
Dari
melakukan
pernyataan
Menurut Tanumidjojo (2004) faktor-
kelompok dana masing-masing menyadari
faktor yang mempengaruhi coping stress
saling
antara lain perkembangan kognitif, yaitu
tujuan bersama (Sarwono, 2012) .
bagaimana subyek berpikir dan memahami
ketergantungan
Menurut
Fatimah
dalam
mencapai
(2010)
Remaja
adalah
menyadari bila prestasi atau hasil yang di
kematangan usia yaitu bagaimana subyek
capai disekolah baik, maka masa depannya
mengelola emosi, pikiran, dan perilakunya
akan baik. Sebaliknya, apabila prestasi atau
saat menghadapi masalah. Hal tersebut
hasil prestasi kurang baik maka hasilnya
sependapat
kondisinya.
Faktor
dengan
mengungkapkan
selanjutnya
BK
yang
kurang baik untuk masa depannya. Dari
subyek
yang
pernyataan
guru
bahwa
diatas
dapat
disimpulkan
mengikuti ekstrakulikuler sudah mampu
walaupun sebagian besar subyek merasakan
berfikir dan memahami kondisinya sehingga
berat dalam menghadapi pelajaran, subyek
subyek menyalurkannya ke hal-hal yang
mampu
mengatasinya
positif untuk menutupi kekurangannya. Dan
dengan
maksimal
untuk
dikukung juga dari pernyataan subyek,
prestasi
akademiik
yang
sebagian besar mengikuti ekstrakulikuler
kepentingan masa depannya.
dengan
berusaha
mendapatkan
bagus
untuk
7
Subyek
dalam
hal
religiustasnya
Faktor yang dapat meningkatkan
mengungkapkan bahwa ketika dekat dengan
kondisi stres pada remaja dimana orang
Allah selain membuat hati tenang juga
tuanya mengalami perceraian yaitu kurang
diberikan petunjuk oleh Allah. Dalam Q.S.
adanya dukungan dari keluarga terdekat dan
Luqman ayat 22, Allah berfirman : “Dan
lingkungan sosial. Sedangkan kondisi stres
barang siapa yang menyerahkan dirinya
pada remaja yang orang tuanya bercerai
kepada Allah, sedang dia orang yang
dapat menurun apabila ada dukungan sosial
berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia
dan
telah berpegang teguh kepada buhul tali
ataupun
yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah
analisis copingnya sendiri terdapat faktor
kesudahan segala urusan”.
yang
kemampuan
individu
memecahkan
mempengaruhi
menghadapi
masalah.
subjek
Hasil
untuk
melakukan coping yaitu mampu mengelola
kognitif, keyakinan atau pandangan positif,
KESIMPULAN
Awal proses perkembangan stres
dan yang terakhir dukungan sosial.
Proses coping yang terus menerus
terjadi setelah perceraian orang tua, subyek
dihadapkan
pada
pemecahan
masalah
mengenai
dilakukan subyek hingga sekarang mampu
kondisi
meminimalisir kondisi stres, sehingga tidak
stresnya. Coping dilakukan subyek untuk
mengganggu akademik maupun kehidupan
meminimalisir kondisi stres yang muncul
sehari-harinya. Kondisi subyek yang kurang
tersebut
stabil setelah perceraian orang tuanya, kini
dilakukan
pilihan
terhadap
dengan
beberapa
misalnya, seperti dengan cara pengalihan
sudah
perhatian pada permasalahannya, banyaknya
menstabilkan kondisinya.
teratasi
dan
subyek
mampu
dukungan yang subjek rasakan dari keluarga
Dalam menghadapi permasalahan
dan teman-temannya, dan meyakinan diri
yang terjadi pada dirinya tersebut, subjek
pada nasib yang diberikan Allah.
lebih condong menggunakan strategi coping
8
yang lebih memfokuskan pada masalah
emosi subjek yakni emotion focused coping,
Kartono, K. 2000. Hygiene
Bandung: Mandar Maju.
Mental.
dapat dilihat dari pernyataan subjek antara
Lestari, S. 2012. Psikologi Kelurga. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
lain
Moko, C. 2013. Broken Home ≠ Broken
Dreams. Jakarta: Mediakita.
subjek
lebih
memilih
untuk
menghindari permasalahan, mencoba untuk
Santrock, J. W. 2007. Remaja. Jilid 2, Edisi
kesebelas. Jakarta : Erlangga.
tidak terlalu memikirkan permasalahannya,
Sarwono, S. W. 2012. Psikologi Remaja.
Edisi kelimabelas. Jakarta : Rajawali
Pers.
mengatur emosi dan tindakannya dalam
menghadapi
permasalahannya,
bersikap
pasrah, menerima dan yakin akan nasib yang
telah diberikan Allah kepada subjek dan
lebih mengarah kepada dukungan moral
yang diperoleh subjek, simpati ataupun
pengertian dari orang lain terhadap masalah
yang sedang dihadapinya.
DAFTAR PUSTAKA
Bojuwoye, O. & Akpan, O. 2009.
Children’s Reactions to Divorce of
Parents. The Open Family Studies
Journal 2, 75-81. South Africa.
Carver, C. S., Scheier, M. F., dan
Weintraub, J. K. 1989. Assessing
coping strategies: A theoretically
based
approach.
Journal
of
Personality and Social Psychology,
56, 267 – 283.
Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan
(Perkembangan
Peserta
Didik).
Bandung: CV Pustaka Setia.
Irham, M. & Wiyani, N. A. 2013. Psikologi
Pendidikan: Teori dan aplikasi dalam
proses pembelajaran. Jogjakarta: Arruzz Media.
Taylor, S. E. 2009. Health Psychology. 7th
edition. New York : McGraw-Hill,
International Edition.
Tanumidjojo, Y., Basoeki, L., & Yudiarso,
A. 2004. Stres dan Perilaku Coping
pada Remaja Penyandang Diabetes
Millitus Tipe 1. Jurnal Anima, 19 (4),
399-406.
Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran
(edisi revisi). Yogyakarta: Media
Abadi.
AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI
PERCERAIAN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk
Memenuhi Sebagaian Persyaratan Dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Disusun oleh :
BETTY AMALINA RAHMAWATI
F 100 090 104
Kepada
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
i
STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN
AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI
PERCERAIAN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk
Memenuhi Sebagaian Persyaratan Dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Disusun oleh :
BETTY AMALINA RAHMAWATI
F 100 090 104
Kepada
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii
STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN
AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI
PERCERAIAN
Betty Amalina Rahmawati
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected]
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi coping remaja yang
orang tuanya mengalami perceraian dalam mengatasi permasalahan akademiknya.
Penelitian ini mewawancarai 5 subyek dengan karakteristik sebagai berikut: a)
remaja yang orang tuanya mengalami perceraian minimal 2 tahun dan tinggal
bersama ayah atau ibu, b) remaja yang orang tuanya mengalami perceraian berusia
15-18 tahun yang duduk di SMA, c) memiliki permasalahan akademik. Teknik
analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif
dengan metode wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek dalam
mengatasi permasalahan akademiknya menggunakan strategi coping yang lebih
memfokuskan pada masalah emosi subyek yakni emotion focus coping. Dilihat dari
pernyataan subyek, yang mampu untuk menghindari permasalahan, tidak terlalu
memikirkan permasalahannya, dapat mengatur emosi, menerima nasib yang
diberikan Allah, dan mendapat dukungan moral, simpati ataupun pengertian dari
orang disekelilingnya.
Kata kunci : Strategi Coping, Remaja, Orang tua bercerai.
1
2
lain shock, tidak percaya, sedih, marah,
PENDAHULUAN
Keluarga
menurut
Lestari
(2012)
memiliki banyak fungsi, seperti melahirkan
kebingungan, kehilangan, pengkhianatan,
penolakan, ditinggalkan dan penghinaan
anak, merawat anak, menyelesaikan suatu
Menurut Sun (Santrock, 2007) remaja
permasalahan, dan saling peduli antar
laki-laki dan perempuan yang orang tua
anggotanya. Keluarga inti menjadi tolak
mereka
ukur seorang anak dalam sebuah pencapaian
menunjukkan masalah akademis, psikologis,
suatu hal yang ingin diraih. Pengaruh
dan perilaku daripada remaja yang orang
keluarga memang sangat penting untuk
tuanya
anak, jika keluarga inti itu terpecah atau
menyatakan remaja yang memiliki prestasi
mengalami sebuah perceraian, maka hal-hal
dalam bidang akademik dipengaruhi oleh
yang menjadi spirit atau dorongan seorang
beberapa faktor, dari faktor internal adalah
anak akan pudar apabila orang tua tidak
intelegensi,
menjaganya.
motivasi siswa, sedangkan faktor eksternal
Perceraian orang tua membawa dampak
adalah
akhirnya
tidak
bercerai.
sikap
dari
bercerai
Winkel
siswa,
bakat
lingkungan
sosial
lebih
(2004)
siswa,
dan
positif dan negatif pada anak. Perceraian
lingkungan non-sosial. Remaja berprestasi
orang tua tidak selalu berdampak negatif,
yang mengalami perceraian orang tua akan
perceraian orang tua bisa berdampak positif
mengalami masalah dari sisi lingkungan
jika menyikapinya dengan hal yang positif
sosial dimana pada faktor ini remaja
juga (Moko, 2013). Menurut hasil penelitian
berprestasi akan menghadapi ketegangan
dari Bojuwoye & Akpan (2009), anak yang
ataupun kecemasan dalam keluarga yang
orang tuanya bercerai memiliki pemikiran
mengganggu proses belajar.
atau reaksi yang berbeda-beda terhadap apa
Menurut
Taylor
(2009)
coping
yang sedang terjadi pada dirinya. Reaksi
didefinisikan sebagai pikiran dan perilaku
emosional dan perilaku sering terjadi antara
yang digunakan untuk mengatur tuntutan
3
internal maupun eksternal dari situasi yang
mengelabuhi
menekan. Coping menjadi bagian dari
memperbaiki akibatnya dengan cara
penyesuaian diri, namun coping merupakan
langsung.
istilah
khusus
stres
untuk
individu
ketika
bagaimana mengatasi penyebab stres
menghadapi tekanan atau stress. Coping
antara lain dengan membuat strategi
yang
untuk bertindak, memikirkan
reaksi
negatif
mungkin
memunculkan
berbagai gangguan pada diri individu yang
bersangkutan.
positif
menjadikan
matang,
coping
Sebaliknya
dewasa
individu
dan
bahagia
yang
semakin
dalam
b. Perencanaan,
memikirkan
atau
digunakan
menunjukkan
yang
penyebab
tentang
tentang
langkah upaya yang perlu diambil
dalam menangani suatu masalah.
diri,
individu
membatasi
keterlibatannya
dalam
aktifitas
c. Kontrol
menjalani kehidupannya (Kartono, 2000).
kompetisi atau persaingan dan tidak
Dengan demikian, strategi coping pada
bertindak terburu - buru.
remaja
yang orang tuanya mengalami
d. Mencari
dukungan
sosial
yang
perceraian, dilihat dari tingkat akademinya
bersifat instrumental, yaitu sebagai
remaja dituntut untuk menghadapi masalah-
nasihat, bantuan atau informasi.
masalah yang ada dan mampu mengontrol
mengenai
masalah
yang
berhubungan
dengan sekolah atau lingkungan.
e. Mencari
dukungan
bersifat
emosional
dukungan
moral,
sosial
yaitu
yang
melalui
simpati
atau
sesuatu
yang
penuh
dan
keadaan
yang
pengertian.
f. Penerimaan,
Strategi coping
Carver, dkk (1989) menyebutkan aspek-
dengan
stres
aspek strategi coping antara lain:
memaksanya untuk mengatasi masalah
a. Keaktifan diri, suatu tindakan untuk
tersebut.
mencoba
menghilangkan
atau
4
sikap
g. Religiusitas,
menenangkan
dan
individu
dan perilaku belajar yang salah, dan
menyelesaikan
siswa tidak memiliki kemampuan dan
masalah secara keagamaan.
ketrampilan dasar yang diperlukan.
Penyebab kesulitan belajar menurut
b. Faktor Eksternal
Irham & Wiyani (2013) ditentukan dari
Faktor eksternal penyebab kesulitan
faktor yang ada pada siswa itu sendiri
belajar berupa faktor lingkungan sosial
(faktor internal) maupun faktor-faktor di
dan lingkungan alam. Faktor eksternal
luar siswa (faktor eksternal).
lainnya meliputi guru yang kurang
a. Faktor Internal
mendukung
Faktor internal penyebab kesulitan
proses
belajar
serta
perangkat lunak dan perangkat keras
belajar siswa dapat berupa faktor fisik
dalam
dan psikologis. Faktor fisik berkaitan
tersebut akan berpengaruh pada nilai
dengan kondisi dan kesehatan tubuh
siswa atau prestasi akademik siswa.
seperti cacat tubuh serta penyakit yang
Beberapa jenis faktor-faktor eksternal
mengganggu
Faktor
yang
tingkat
belajar, antara lain kurikulum yang tidak
kecerdasan, bakat dan minat, kemauan,
sesuai dengan tingkat kematangan siswa,
perhatian, motivasi, tingkat konsentrasi,
beban belajar siswa yang terlalu berat,
ketekunan, dan sebagainya.
populasi siswa di kelas yang terlalu
psikologis
belajarnya.
berkaitan
dengan
Faktor internal yang dapat menjadi
pembelajaran.
dapat
Faktor-faktor
menyebabkan
kesulitan
besar dan banyak sehingga proses
penyebab munculnya kesulitan belajar
pembelajaran
dapat berupa kelemahan siswa secara
kelemahan
fisik, kelemahan siswa secara mental,
tingkat
kelemahan
emosional,
kelemahan karena ada masalah dengan
kebiasaan-kebiasaan belajar atau sikap
kondisi dalam rumah tangga, terlalu
siswa
secara
yang
sistem
kurang
efektif,
pembelajaran
pendidikan
di
sebelumnya,
5
banyak kegiatan diluar jam pelajaran dan
1. Organisasi data
kegiatan ekstrakulikuler, dan sebagainya
2. Koding
yang harus diikuti oleh siswa.
3. Menentukan tema
4. Mencari kategori
5. Mendiskripsikan kategori
METODE
Subjek
Penelitian
Informan
yang
6. Pembahasan hasil penelitian
digunakan adalah remaja yang orang tuanya
mengalami perceraian. Yang berjumlah 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
orang. Secara khusus karakteristik informan
Menurut
Sarwono
(2012)
peneliti adalah:
mengungkapkan guru adalah salah satu
1. Remaja yang orang tuanya mengalami
faktor yang paling besar menurut siswa
perceraian minimal sudah 2 tahun dan
adalah cara mengajar guru. Dari kesimpulan
tinggal bersama bapak atau ibu.
diatas keaktifan diri dalam hal ini dikaitkan
2. Remaja berusia 15-18 tahun yang duduk
dengan akademik subyek yaitu kreatifitas
di SMA, yang orang tuanya mengalami
guru dalam mengajar dapat mempengaruhi
perceraian.
subyek
pengumpulan
data.
hal
akademik,
subyek
mempunyai keinginan untuk belajar baik di
3. Memiliki permasalahan akademik
Alat
dalam
Berupa
dalam kelas maupun diluar kelas dan
dan
mempunyai dorongan untuk bertanya pada
pendukung,
teman ataupun guru mengenai pelajaran
sehingga data-data yang diperoleh berupa
yang kurang dimengerti, hal-hal tersebut
narasi dan diskripsi dari hasil wawancara
adalah suatau tindakan subyek untuk
yang telah dilaksanakan. Langkah-langkah
meminimalisasi nilai pelajaran yang rendah.
wawancara
untuk
subjek
kuesioner
untuk
subjek
utama
dalam analisis data penelitian ini sebagai
berikut:
Menurut Rola (2006) salah satu faktor
yang mempengaruhi prestasi akademik yaitu
6
konsep diri dimana individu berpikir tentang
dengan alasan yang berbeda-beda namun
dirinya sendiri. Individu percaya bahwa
mendapatkan hal positif yang sama yaitu
dirinya mampu untuk melakukan sesuatu
untuk meningkatkan akademik.
hal
Dari hasil penelitian subyek mendapat
tersebut
dukungan terbesar dari teman, hal ini dapat
mengungkapkan bahwa dengan mengatur
dilihat bahwa kelompok teman sebaya
jam belajarnya, menandakan subyek sudah
adalah kumpulan dua individu atau lebih
termotifasi untuk meningkatkan prestasi
yang berinteraksi tatap muka, yang masing-
akademiknya.
masing menyadari keanggotaannya dalam
dan
termotivasi
tersebut.
untuk
Dari
melakukan
pernyataan
Menurut Tanumidjojo (2004) faktor-
kelompok dana masing-masing menyadari
faktor yang mempengaruhi coping stress
saling
antara lain perkembangan kognitif, yaitu
tujuan bersama (Sarwono, 2012) .
bagaimana subyek berpikir dan memahami
ketergantungan
Menurut
Fatimah
dalam
mencapai
(2010)
Remaja
adalah
menyadari bila prestasi atau hasil yang di
kematangan usia yaitu bagaimana subyek
capai disekolah baik, maka masa depannya
mengelola emosi, pikiran, dan perilakunya
akan baik. Sebaliknya, apabila prestasi atau
saat menghadapi masalah. Hal tersebut
hasil prestasi kurang baik maka hasilnya
sependapat
kondisinya.
Faktor
dengan
mengungkapkan
selanjutnya
BK
yang
kurang baik untuk masa depannya. Dari
subyek
yang
pernyataan
guru
bahwa
diatas
dapat
disimpulkan
mengikuti ekstrakulikuler sudah mampu
walaupun sebagian besar subyek merasakan
berfikir dan memahami kondisinya sehingga
berat dalam menghadapi pelajaran, subyek
subyek menyalurkannya ke hal-hal yang
mampu
mengatasinya
positif untuk menutupi kekurangannya. Dan
dengan
maksimal
untuk
dikukung juga dari pernyataan subyek,
prestasi
akademiik
yang
sebagian besar mengikuti ekstrakulikuler
kepentingan masa depannya.
dengan
berusaha
mendapatkan
bagus
untuk
7
Subyek
dalam
hal
religiustasnya
Faktor yang dapat meningkatkan
mengungkapkan bahwa ketika dekat dengan
kondisi stres pada remaja dimana orang
Allah selain membuat hati tenang juga
tuanya mengalami perceraian yaitu kurang
diberikan petunjuk oleh Allah. Dalam Q.S.
adanya dukungan dari keluarga terdekat dan
Luqman ayat 22, Allah berfirman : “Dan
lingkungan sosial. Sedangkan kondisi stres
barang siapa yang menyerahkan dirinya
pada remaja yang orang tuanya bercerai
kepada Allah, sedang dia orang yang
dapat menurun apabila ada dukungan sosial
berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia
dan
telah berpegang teguh kepada buhul tali
ataupun
yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah
analisis copingnya sendiri terdapat faktor
kesudahan segala urusan”.
yang
kemampuan
individu
memecahkan
mempengaruhi
menghadapi
masalah.
subjek
Hasil
untuk
melakukan coping yaitu mampu mengelola
kognitif, keyakinan atau pandangan positif,
KESIMPULAN
Awal proses perkembangan stres
dan yang terakhir dukungan sosial.
Proses coping yang terus menerus
terjadi setelah perceraian orang tua, subyek
dihadapkan
pada
pemecahan
masalah
mengenai
dilakukan subyek hingga sekarang mampu
kondisi
meminimalisir kondisi stres, sehingga tidak
stresnya. Coping dilakukan subyek untuk
mengganggu akademik maupun kehidupan
meminimalisir kondisi stres yang muncul
sehari-harinya. Kondisi subyek yang kurang
tersebut
stabil setelah perceraian orang tuanya, kini
dilakukan
pilihan
terhadap
dengan
beberapa
misalnya, seperti dengan cara pengalihan
sudah
perhatian pada permasalahannya, banyaknya
menstabilkan kondisinya.
teratasi
dan
subyek
mampu
dukungan yang subjek rasakan dari keluarga
Dalam menghadapi permasalahan
dan teman-temannya, dan meyakinan diri
yang terjadi pada dirinya tersebut, subjek
pada nasib yang diberikan Allah.
lebih condong menggunakan strategi coping
8
yang lebih memfokuskan pada masalah
emosi subjek yakni emotion focused coping,
Kartono, K. 2000. Hygiene
Bandung: Mandar Maju.
Mental.
dapat dilihat dari pernyataan subjek antara
Lestari, S. 2012. Psikologi Kelurga. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
lain
Moko, C. 2013. Broken Home ≠ Broken
Dreams. Jakarta: Mediakita.
subjek
lebih
memilih
untuk
menghindari permasalahan, mencoba untuk
Santrock, J. W. 2007. Remaja. Jilid 2, Edisi
kesebelas. Jakarta : Erlangga.
tidak terlalu memikirkan permasalahannya,
Sarwono, S. W. 2012. Psikologi Remaja.
Edisi kelimabelas. Jakarta : Rajawali
Pers.
mengatur emosi dan tindakannya dalam
menghadapi
permasalahannya,
bersikap
pasrah, menerima dan yakin akan nasib yang
telah diberikan Allah kepada subjek dan
lebih mengarah kepada dukungan moral
yang diperoleh subjek, simpati ataupun
pengertian dari orang lain terhadap masalah
yang sedang dihadapinya.
DAFTAR PUSTAKA
Bojuwoye, O. & Akpan, O. 2009.
Children’s Reactions to Divorce of
Parents. The Open Family Studies
Journal 2, 75-81. South Africa.
Carver, C. S., Scheier, M. F., dan
Weintraub, J. K. 1989. Assessing
coping strategies: A theoretically
based
approach.
Journal
of
Personality and Social Psychology,
56, 267 – 283.
Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan
(Perkembangan
Peserta
Didik).
Bandung: CV Pustaka Setia.
Irham, M. & Wiyani, N. A. 2013. Psikologi
Pendidikan: Teori dan aplikasi dalam
proses pembelajaran. Jogjakarta: Arruzz Media.
Taylor, S. E. 2009. Health Psychology. 7th
edition. New York : McGraw-Hill,
International Edition.
Tanumidjojo, Y., Basoeki, L., & Yudiarso,
A. 2004. Stres dan Perilaku Coping
pada Remaja Penyandang Diabetes
Millitus Tipe 1. Jurnal Anima, 19 (4),
399-406.
Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran
(edisi revisi). Yogyakarta: Media
Abadi.