STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI Strategi Coping Dalam Menghadapi Permasalahan Akademik Pada Remaja Yang Orang Tuanya Mengalami Perceraian.

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN
AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI
PERCERAIAN

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk
Memenuhi Sebagaian Persyaratan Dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Disusun oleh :
BETTY AMALINA RAHMAWATI
F 100 090 104

Kepada
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

i

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN

AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI
PERCERAIAN

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk
Memenuhi Sebagaian Persyaratan Dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Disusun oleh :
BETTY AMALINA RAHMAWATI
F 100 090 104

Kepada
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

ii


STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN
AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI
PERCERAIAN

Betty Amalina Rahmawati
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected]

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi coping remaja yang
orang tuanya mengalami perceraian dalam mengatasi permasalahan akademiknya.
Penelitian ini mewawancarai 5 subyek dengan karakteristik sebagai berikut: a)
remaja yang orang tuanya mengalami perceraian minimal 2 tahun dan tinggal
bersama ayah atau ibu, b) remaja yang orang tuanya mengalami perceraian berusia
15-18 tahun yang duduk di SMA, c) memiliki permasalahan akademik. Teknik
analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif
dengan metode wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek dalam
mengatasi permasalahan akademiknya menggunakan strategi coping yang lebih
memfokuskan pada masalah emosi subyek yakni emotion focus coping. Dilihat dari
pernyataan subyek, yang mampu untuk menghindari permasalahan, tidak terlalu

memikirkan permasalahannya, dapat mengatur emosi, menerima nasib yang
diberikan Allah, dan mendapat dukungan moral, simpati ataupun pengertian dari
orang disekelilingnya.

Kata kunci : Strategi Coping, Remaja, Orang tua bercerai.

1

2

lain shock, tidak percaya, sedih, marah,

PENDAHULUAN
Keluarga

menurut

Lestari

(2012)


memiliki banyak fungsi, seperti melahirkan

kebingungan, kehilangan, pengkhianatan,
penolakan, ditinggalkan dan penghinaan

anak, merawat anak, menyelesaikan suatu

Menurut Sun (Santrock, 2007) remaja

permasalahan, dan saling peduli antar

laki-laki dan perempuan yang orang tua

anggotanya. Keluarga inti menjadi tolak

mereka

ukur seorang anak dalam sebuah pencapaian


menunjukkan masalah akademis, psikologis,

suatu hal yang ingin diraih. Pengaruh

dan perilaku daripada remaja yang orang

keluarga memang sangat penting untuk

tuanya

anak, jika keluarga inti itu terpecah atau

menyatakan remaja yang memiliki prestasi

mengalami sebuah perceraian, maka hal-hal

dalam bidang akademik dipengaruhi oleh

yang menjadi spirit atau dorongan seorang


beberapa faktor, dari faktor internal adalah

anak akan pudar apabila orang tua tidak

intelegensi,

menjaganya.

motivasi siswa, sedangkan faktor eksternal

Perceraian orang tua membawa dampak

adalah

akhirnya

tidak

bercerai.


sikap

dari

bercerai

Winkel

siswa,

bakat

lingkungan

sosial

lebih

(2004)


siswa,

dan

positif dan negatif pada anak. Perceraian

lingkungan non-sosial. Remaja berprestasi

orang tua tidak selalu berdampak negatif,

yang mengalami perceraian orang tua akan

perceraian orang tua bisa berdampak positif

mengalami masalah dari sisi lingkungan

jika menyikapinya dengan hal yang positif

sosial dimana pada faktor ini remaja


juga (Moko, 2013). Menurut hasil penelitian

berprestasi akan menghadapi ketegangan

dari Bojuwoye & Akpan (2009), anak yang

ataupun kecemasan dalam keluarga yang

orang tuanya bercerai memiliki pemikiran

mengganggu proses belajar.

atau reaksi yang berbeda-beda terhadap apa

Menurut

Taylor

(2009)


coping

yang sedang terjadi pada dirinya. Reaksi

didefinisikan sebagai pikiran dan perilaku

emosional dan perilaku sering terjadi antara

yang digunakan untuk mengatur tuntutan

3

internal maupun eksternal dari situasi yang

mengelabuhi

menekan. Coping menjadi bagian dari

memperbaiki akibatnya dengan cara


penyesuaian diri, namun coping merupakan

langsung.

istilah

khusus

stres

untuk

individu

ketika

bagaimana mengatasi penyebab stres

menghadapi tekanan atau stress. Coping

antara lain dengan membuat strategi

yang

untuk bertindak, memikirkan

reaksi

negatif

mungkin

memunculkan

berbagai gangguan pada diri individu yang
bersangkutan.
positif

menjadikan

matang,

coping

Sebaliknya

dewasa

individu

dan

bahagia

yang

semakin
dalam

b. Perencanaan,

memikirkan

atau

digunakan

menunjukkan

yang

penyebab

tentang

tentang

langkah upaya yang perlu diambil
dalam menangani suatu masalah.
diri,

individu

membatasi

keterlibatannya

dalam

aktifitas

c. Kontrol

menjalani kehidupannya (Kartono, 2000).

kompetisi atau persaingan dan tidak

Dengan demikian, strategi coping pada

bertindak terburu - buru.

remaja

yang orang tuanya mengalami

d. Mencari

dukungan

sosial

yang

perceraian, dilihat dari tingkat akademinya

bersifat instrumental, yaitu sebagai

remaja dituntut untuk menghadapi masalah-

nasihat, bantuan atau informasi.

masalah yang ada dan mampu mengontrol
mengenai

masalah

yang

berhubungan

dengan sekolah atau lingkungan.

e. Mencari

dukungan

bersifat

emosional

dukungan

moral,

sosial
yaitu

yang
melalui

simpati

atau

sesuatu

yang

penuh

dan

keadaan

yang

pengertian.
f. Penerimaan,

Strategi coping
Carver, dkk (1989) menyebutkan aspek-

dengan

stres

aspek strategi coping antara lain:

memaksanya untuk mengatasi masalah

a. Keaktifan diri, suatu tindakan untuk

tersebut.

mencoba

menghilangkan

atau

4

sikap

g. Religiusitas,
menenangkan

dan

individu

dan perilaku belajar yang salah, dan

menyelesaikan

siswa tidak memiliki kemampuan dan

masalah secara keagamaan.

ketrampilan dasar yang diperlukan.

Penyebab kesulitan belajar menurut

b. Faktor Eksternal

Irham & Wiyani (2013) ditentukan dari

Faktor eksternal penyebab kesulitan

faktor yang ada pada siswa itu sendiri

belajar berupa faktor lingkungan sosial

(faktor internal) maupun faktor-faktor di

dan lingkungan alam. Faktor eksternal

luar siswa (faktor eksternal).

lainnya meliputi guru yang kurang

a. Faktor Internal

mendukung

Faktor internal penyebab kesulitan

proses

belajar

serta

perangkat lunak dan perangkat keras

belajar siswa dapat berupa faktor fisik

dalam

dan psikologis. Faktor fisik berkaitan

tersebut akan berpengaruh pada nilai

dengan kondisi dan kesehatan tubuh

siswa atau prestasi akademik siswa.

seperti cacat tubuh serta penyakit yang

Beberapa jenis faktor-faktor eksternal

mengganggu

Faktor

yang

tingkat

belajar, antara lain kurikulum yang tidak

kecerdasan, bakat dan minat, kemauan,

sesuai dengan tingkat kematangan siswa,

perhatian, motivasi, tingkat konsentrasi,

beban belajar siswa yang terlalu berat,

ketekunan, dan sebagainya.

populasi siswa di kelas yang terlalu

psikologis

belajarnya.

berkaitan

dengan

Faktor internal yang dapat menjadi

pembelajaran.

dapat

Faktor-faktor

menyebabkan

kesulitan

besar dan banyak sehingga proses

penyebab munculnya kesulitan belajar

pembelajaran

dapat berupa kelemahan siswa secara

kelemahan

fisik, kelemahan siswa secara mental,

tingkat

kelemahan

emosional,

kelemahan karena ada masalah dengan

kebiasaan-kebiasaan belajar atau sikap

kondisi dalam rumah tangga, terlalu

siswa

secara

yang
sistem

kurang

efektif,

pembelajaran

pendidikan

di

sebelumnya,

5

banyak kegiatan diluar jam pelajaran dan

1. Organisasi data

kegiatan ekstrakulikuler, dan sebagainya

2. Koding

yang harus diikuti oleh siswa.

3. Menentukan tema
4. Mencari kategori
5. Mendiskripsikan kategori

METODE
Subjek

Penelitian

Informan

yang

6. Pembahasan hasil penelitian

digunakan adalah remaja yang orang tuanya
mengalami perceraian. Yang berjumlah 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

orang. Secara khusus karakteristik informan

Menurut

Sarwono

(2012)

peneliti adalah:

mengungkapkan guru adalah salah satu

1. Remaja yang orang tuanya mengalami

faktor yang paling besar menurut siswa

perceraian minimal sudah 2 tahun dan

adalah cara mengajar guru. Dari kesimpulan

tinggal bersama bapak atau ibu.

diatas keaktifan diri dalam hal ini dikaitkan

2. Remaja berusia 15-18 tahun yang duduk

dengan akademik subyek yaitu kreatifitas

di SMA, yang orang tuanya mengalami

guru dalam mengajar dapat mempengaruhi

perceraian.

subyek

pengumpulan

data.

hal

akademik,

subyek

mempunyai keinginan untuk belajar baik di

3. Memiliki permasalahan akademik
Alat

dalam

Berupa

dalam kelas maupun diluar kelas dan

dan

mempunyai dorongan untuk bertanya pada

pendukung,

teman ataupun guru mengenai pelajaran

sehingga data-data yang diperoleh berupa

yang kurang dimengerti, hal-hal tersebut

narasi dan diskripsi dari hasil wawancara

adalah suatau tindakan subyek untuk

yang telah dilaksanakan. Langkah-langkah

meminimalisasi nilai pelajaran yang rendah.

wawancara

untuk

subjek

kuesioner

untuk

subjek

utama

dalam analisis data penelitian ini sebagai
berikut:

Menurut Rola (2006) salah satu faktor
yang mempengaruhi prestasi akademik yaitu

6

konsep diri dimana individu berpikir tentang

dengan alasan yang berbeda-beda namun

dirinya sendiri. Individu percaya bahwa

mendapatkan hal positif yang sama yaitu

dirinya mampu untuk melakukan sesuatu

untuk meningkatkan akademik.

hal

Dari hasil penelitian subyek mendapat

tersebut

dukungan terbesar dari teman, hal ini dapat

mengungkapkan bahwa dengan mengatur

dilihat bahwa kelompok teman sebaya

jam belajarnya, menandakan subyek sudah

adalah kumpulan dua individu atau lebih

termotifasi untuk meningkatkan prestasi

yang berinteraksi tatap muka, yang masing-

akademiknya.

masing menyadari keanggotaannya dalam

dan

termotivasi

tersebut.

untuk

Dari

melakukan

pernyataan

Menurut Tanumidjojo (2004) faktor-

kelompok dana masing-masing menyadari

faktor yang mempengaruhi coping stress

saling

antara lain perkembangan kognitif, yaitu

tujuan bersama (Sarwono, 2012) .

bagaimana subyek berpikir dan memahami

ketergantungan

Menurut

Fatimah

dalam

mencapai

(2010)

Remaja

adalah

menyadari bila prestasi atau hasil yang di

kematangan usia yaitu bagaimana subyek

capai disekolah baik, maka masa depannya

mengelola emosi, pikiran, dan perilakunya

akan baik. Sebaliknya, apabila prestasi atau

saat menghadapi masalah. Hal tersebut

hasil prestasi kurang baik maka hasilnya

sependapat

kondisinya.

Faktor

dengan

mengungkapkan

selanjutnya

BK

yang

kurang baik untuk masa depannya. Dari

subyek

yang

pernyataan

guru

bahwa

diatas

dapat

disimpulkan

mengikuti ekstrakulikuler sudah mampu

walaupun sebagian besar subyek merasakan

berfikir dan memahami kondisinya sehingga

berat dalam menghadapi pelajaran, subyek

subyek menyalurkannya ke hal-hal yang

mampu

mengatasinya

positif untuk menutupi kekurangannya. Dan

dengan

maksimal

untuk

dikukung juga dari pernyataan subyek,

prestasi

akademiik

yang

sebagian besar mengikuti ekstrakulikuler

kepentingan masa depannya.

dengan

berusaha

mendapatkan
bagus

untuk

7

Subyek

dalam

hal

religiustasnya

Faktor yang dapat meningkatkan

mengungkapkan bahwa ketika dekat dengan

kondisi stres pada remaja dimana orang

Allah selain membuat hati tenang juga

tuanya mengalami perceraian yaitu kurang

diberikan petunjuk oleh Allah. Dalam Q.S.

adanya dukungan dari keluarga terdekat dan

Luqman ayat 22, Allah berfirman : “Dan

lingkungan sosial. Sedangkan kondisi stres

barang siapa yang menyerahkan dirinya

pada remaja yang orang tuanya bercerai

kepada Allah, sedang dia orang yang

dapat menurun apabila ada dukungan sosial

berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia

dan

telah berpegang teguh kepada buhul tali

ataupun

yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah

analisis copingnya sendiri terdapat faktor

kesudahan segala urusan”.

yang

kemampuan

individu

memecahkan

mempengaruhi

menghadapi

masalah.

subjek

Hasil

untuk

melakukan coping yaitu mampu mengelola
kognitif, keyakinan atau pandangan positif,

KESIMPULAN
Awal proses perkembangan stres

dan yang terakhir dukungan sosial.
Proses coping yang terus menerus

terjadi setelah perceraian orang tua, subyek
dihadapkan

pada

pemecahan

masalah

mengenai

dilakukan subyek hingga sekarang mampu

kondisi

meminimalisir kondisi stres, sehingga tidak

stresnya. Coping dilakukan subyek untuk

mengganggu akademik maupun kehidupan

meminimalisir kondisi stres yang muncul

sehari-harinya. Kondisi subyek yang kurang

tersebut

stabil setelah perceraian orang tuanya, kini

dilakukan

pilihan
terhadap

dengan

beberapa

misalnya, seperti dengan cara pengalihan

sudah

perhatian pada permasalahannya, banyaknya

menstabilkan kondisinya.

teratasi

dan

subyek

mampu

dukungan yang subjek rasakan dari keluarga

Dalam menghadapi permasalahan

dan teman-temannya, dan meyakinan diri

yang terjadi pada dirinya tersebut, subjek

pada nasib yang diberikan Allah.

lebih condong menggunakan strategi coping

8

yang lebih memfokuskan pada masalah
emosi subjek yakni emotion focused coping,

Kartono, K. 2000. Hygiene
Bandung: Mandar Maju.

Mental.

dapat dilihat dari pernyataan subjek antara

Lestari, S. 2012. Psikologi Kelurga. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.

lain

Moko, C. 2013. Broken Home ≠ Broken
Dreams. Jakarta: Mediakita.

subjek

lebih

memilih

untuk

menghindari permasalahan, mencoba untuk

Santrock, J. W. 2007. Remaja. Jilid 2, Edisi
kesebelas. Jakarta : Erlangga.

tidak terlalu memikirkan permasalahannya,

Sarwono, S. W. 2012. Psikologi Remaja.
Edisi kelimabelas. Jakarta : Rajawali
Pers.

mengatur emosi dan tindakannya dalam
menghadapi

permasalahannya,

bersikap

pasrah, menerima dan yakin akan nasib yang
telah diberikan Allah kepada subjek dan
lebih mengarah kepada dukungan moral
yang diperoleh subjek, simpati ataupun
pengertian dari orang lain terhadap masalah
yang sedang dihadapinya.
DAFTAR PUSTAKA

Bojuwoye, O. & Akpan, O. 2009.
Children’s Reactions to Divorce of
Parents. The Open Family Studies
Journal 2, 75-81. South Africa.
Carver, C. S., Scheier, M. F., dan
Weintraub, J. K. 1989. Assessing
coping strategies: A theoretically
based
approach.
Journal
of
Personality and Social Psychology,
56, 267 – 283.
Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan
(Perkembangan
Peserta
Didik).
Bandung: CV Pustaka Setia.
Irham, M. & Wiyani, N. A. 2013. Psikologi
Pendidikan: Teori dan aplikasi dalam
proses pembelajaran. Jogjakarta: Arruzz Media.

Taylor, S. E. 2009. Health Psychology. 7th
edition. New York : McGraw-Hill,
International Edition.
Tanumidjojo, Y., Basoeki, L., & Yudiarso,
A. 2004. Stres dan Perilaku Coping
pada Remaja Penyandang Diabetes
Millitus Tipe 1. Jurnal Anima, 19 (4),
399-406.
Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran
(edisi revisi). Yogyakarta: Media
Abadi.