KECERDASAN SPIRITUAL DALAM MENGHINDARI PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 Kecerdasan Spiritual Dalam Menghindari Perilaku Menyimpang Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.
KECERDASAN SPIRITUAL DALAM MENGHINDARI PERILAKU
MENYIMPANG PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1
SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Oleh:
MARSINI
NIM: G000110038
NIRM: 11/X/02.2.1/0911
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ABSTRAK
Kecerdasan spiritual dapat menjadikan seorang lebih cerdas secara spiritual
beragama. Apabila seseorang memiliki kecerdasan spiritual maka cenderung
memiliki kemampuan untuk menghindari perilaku menyimpang. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kecerdasan spiritual dalam
menghindari perilaku menyimpang pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Surakarta
Tahun Pelajaran 2014/2015. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis
penelitian kualitatif, teknik pengumpulan datanya dengan dokumentasi dan
wawancara serta teknik analisis datanya adalah menggunakan analisis deskriptif
kualitatif, dilaksanakan secara induktif dimulai dari pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data, serta verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kecerdasan spiritual memberi warna dalam menghindari perilaku menyimpang
terbukti siswa SMP Negeri 1 Surakarta memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi
untuk menghindari perilaku yang menyimpang. Mereka memiliki karakter yang
religius, jujur, toleransi, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratif, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah Air, menghargai prestasi, bersahabat dan
komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan
tanggung jawab. Faktor pendukungnya adalah lingkungan keluarga dan
masyarakat yang baik, sedangkan faktor penghambat yaitu kesadaran siswa untuk
menghindari perilaku menyimpang yaitu faktor ekstern, berasal dari lingkungan
kurang baik dan faktor intern berasal dari dalam diri siswa itu sendiri.
Kata kunci: kecerdasan spiritual, perilaku menyimpang
ABSTRACT
Spiritual intelligence can make a smarter spiritually religious. If a person has a
spiritual intelligence then it is likely to have the ability to avoid deviant behavior.
The purpose of this study was to describe the spiritual intelligence to avoid
aberrant behavior in class VIII SMP Negeri 1 Surakarta in 2014/2015 academic
year. The method used is qualitative research, data collection techniques with
documentation and interviews and data analysis technique is used qualitative
descriptive analysis, inductively implemented starting from data collection, data
reduction, data presentation, and data verification. The results showed that the
spiritual intelligence to give color to avoid misconduct proven to students of SMP
Negeri 1 Surakarta has a high spiritual intelligence to avoid misbehavior. They
have the character of a religious, honest, tolerant, hard working, creative,
independent, democratize, curiosity, the spirit of nationalism, patriotism Air,
cherish the achievements, friendly and communicative, love peace, love reading,
environmental care, social care and responsibility responsibility. Supporting factor
is the family environment and a good community, while the inhibiting factor is the
awareness of students to avoid deviant behavior are external factors, coming from
poor environmental and internal factors coming from within the students
themselves.
Keywords: spiritual intelligence, deviant behavior
Surakarta terkenal sebagai siswa yang
PENDAHULUAN
disiplin dan taat pada peraturan yang
Pendidikan adalah usaha sadar
dan
terencana
suasana
untuk
belajar
ada,
mewujudkan
dan
memiliki sikap disiplin tersebut karena
proses
latar belakang siswa berbeda-beda ada
pembelajaran agar siswa secara aktif
yang berasal dari lingkungan yang
mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki
kekuatan
keagamaan,
membuat
sepiritual
pengendalian
bangsa,
melanggar aturan-aturan yang ada.
dan
Maka penulis sangat tertarik tentang
kecerdasan
tentang Sisdiknas, Pasal 1).1
menghindari
Dilihat dari letak geografisnya
lembaga
pendidikan
pertama,
SMP
N
mengenai kecerdasan spiritual (SQ).
Kecerdasan spiritual di sini diartikan
kecerdasan untuk menghadapi dan
Perlu diketahui bahwa SMP N 1
di
memecahkan persoalan makna dan
tengah-tengah
masyarakat
nilai
yang
peduli
akan
pendidikan
sangat
mendukung
menyimpang
dapat dilengkapi dengan perbincangan
1
Haryono No.4 Banjarsari, Surakarta.
hidup
perilaku
dalam
Gambaran kecerdasan manusia
Surakarta beralamat di Jalan M. T.
Surakarta,
spiritual
yang terjadi di SMP N 1 Surakarta.
yang
merupakan salah satu dari sekolah
menengah
terbiasa
yang lingkunganya bebas dan selalu
negara (UU Nomor 20 Tahun 2003
maka
tersebut
ada pula yang berasal dari keluarga
serta keterampilan yang diperlukan
masyarakat,
siswa
menaati peraturan-peraturan yang ada,
diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
dirinya,
namun tidak semua siswa
yaitu
kecerdasan
yang
menentukan perilaku dan hidup kita
sehingga
dalam konteks makna yang lebih luas,
berlangsungnya
kecerdasaan
penyelenggaraan pendidikan.
untuk
menilai
bahwa
tindakan atau jalan hidup seseorang
Di SMP N 1 Surakarta terdapat
lebih bermakna dibanding dengan yang
24 kelas yang terdiri dari 8 ruang kelas
lain.2
VII, 8 ruang kelas VIII, 8 ruang kelas
IX. Kelas terdiri dari kelas A, B, C, D,
E, F G, dan H. Siswa di SMP N 1
1
UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pasal 1
2
Danah Zohar dan Ian Marshal, SQ (Memanfaatkan
Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Interalistik
dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan) (
Bandung: Mizan, 2001) hlm.3.
Seharusnya anak SMP N 1
memfungsikan Intelektual Quotien IQ
Surakarta yang terkenal sebagai siswa
dan EQ secara efektif, bahkan SQ
teladan bagi sekolah-sekolah lain dan
merupakan kecerdasan tertinggi kita.
terkenal
Pada
sebagai
berprestasi
yang
anak-anak
yang
harus memiliki spiritual
tinggi
sehingga
dapat
dasarnya
makhluk
manusia
spiritual,
terdorong
oleh
adalah
karena
selalu
kebutuhan
untuk
menyimpang.
pertanyaan “mendasar” atau “pokok”
Namun pada kenyataanya tidak semua
mengapa saya dilahirkan? Apakah
siswa
makna
menghindari
perilaku
memiliki
kesadaran
menghindari
perilaku
ada
yang
anak
untuk
menyimpang,
Buat
apa
saya
melanjutkan hidup saat saya lelah,
dalam
depresi atau merasakan terkalahkan?
belajarnya, namun kurang memiliki
Apakah yang dapat membuat semua
kesadaran untuk menghindari perilaku
berharga?
yang menyimpang. Sebenarnya siswa
ditentukan oleh suatu kerinduan yang
SMP N 1 Surakarta merupakan siswa
sangat manusiawi untuk menentukan
yang
selalu
makna nilai dari upaya atau yang
memiliki sifat yang jujur namun tidak
membawa kita melampaui diri kita dan
semua siswa yang memiliki sifat
keadaan
tersebut mampu menghindari perilaku
membuat
yang menyimpang.
bermakna.
pandai,
pandai
hidup?
disiplin
dan
Kecerdasan spiritual diartikan
kita
diarahkan
saat
bahwa
ini,
sesuatu
kita
dan
perilaku
kita
dan
SQ
terpisah
atau
IQ
kecerdasan untuk menghadapi dan
besama-sama
memecahkan persoalan makna dan
menjelaskan keseluruhan kompleksitas
nilai
kecerdasan manusia dan juga kekayaan
yaitu
kecerdasan
yang
menentukan perilaku dan hidup kita
dalam konteks makna yang lebih luas,
kecerdasaan
untuk
menilai
bahwa
tindakan atau jalan hidup seseorang
jiwa
tidak
serta
imajinasinya.
lain. Kecerdasan Spiritual (SQ) adalah
landasan
yang
diperlukan
untuk
untuk
SQ
menjadikan kita makhluk yang benar
utuh secara intelektual, emosional dan
spiritualnya.
SQ
tidak
berhubungan dengan
lebih bermakna dibanding dengan yang
cukup
yang
sebagian
orang
mesti
agama. Bagi
menemukan
cara
pengungkapan melalui agama formal
tetapi tidak menjamin SQ tinggi.
Banyak orang humanis dan atheis
menghindari
memiliki SQ sangat tinggi, sebaliknya
menyimpang?
banyak orang yang
perilaku
aktif beragama
Sebagaimana penelitian yang
memiliki SQ yang rendah. Kecerdasan
lain, penelitian yang peneliti lakukan
spiritual adalah kecerdasan yang dapat
ini
membantu
dan
Adapun penelitian yang berhubungan
mengembangkan diri kita secara utuh.3
dengan permasalahan yang penulis
kita
membangun
Untuk
mempertajam
dan
bukanlah
yang
pertama
kali,
angkat dalam skripsi ini antara lain:
memberikan batasan penelitian yang
1. Lilik Maftukhatul Mukhoyyarah
jelas, maka penulis membuat beberapa
(STAIN Semarang, 2011) dalam
pertanyaan sebagai rumusan masalah
skripsinya
sebagai berikut:
“Hubungan Tingkat Kecerdasan
1. Bagaimana
kecerdasan
spiritual
yang
berjudul
Spiritual (SQ) dengan Kesadaran
memberi warna terhadap siswa
Siswa
dalam
Menyimpang pada Siswa Kelas
menghindari
perilaku
mendukung
kesadaran
apa
dan
saja
yang
menghambat
siswa
menghindari
untuk
perilaku
menyimpang?
Sesuai
Perilaku
VIII MTS Al-Uswah Kecamatan
menyimpang?
2. Faktor-faktor
Menjauhi
Bergas
Kabupaten
Semarang
Tahun 2011” menemukan bahwa
hasil
penelitian
laksanakan
yang
dan
penulis
pembahasan
sebelumnya, penulis mengambil
dengan
rumusan
masalah yang diajukan, maka tujuan
kesimpulan sebagai berikut:
a. Tingkat
kecerdasan spiritual
yang ingin dicapai dalam penelitian ini
(SQ) siswa kelas VIII MTs Al-
adalah:
Uswah
1. Untuk mendiskripsikan kecerdasan
Kabupaten Semarang Tahun
spiritual memberi warna terhadap
2011 berada pada kategori
siswa dalam menghindari perilaku
tingi, hal ini terbukti dari hasil
menyimpang?
penelitian
2. Untuk
mendiskripsikan
Kecamatan
yang
Bergas
menyatakan
faktor-
dari 39 responden terdapat
faktor apa saja yang mendukung
61,5% pada kategori tinggi,
dan menghambat kesadaran untuk
38,5% pada kategori sedang,
dan 0% pada kategori rendah.
3
Ibid., hlm 4
b. Tingkat
kesadaran
siswa
2. Ahmad Nashihun Amin, Jurusan
menjauhi perilaku menyimpang
Bimbingn dan Penyuluhan Islam
pada siswa kelas VIII MTs Al-
Fakultas
Uswah
Bergas
Kalijaga Yogyakarta, 2008 yang
Kabupaten Semarang Tahun
berjudul “Perilaku Menyimpang
2011 berada pada kategori
Pada
tinggi, hal ini terbukti dari hasil
Mu’alimin
Kecamatan
penelitian
yang
menyatakan6
Dakwah
Santri
UIN
Pondok
Sunan
Pesantren
Muhammadiyah
Yogyakarta”.
Skripsi
tersebut
macam
dari 39 responden terdapat
membahas
berbagai
100% pada kategori tinggi, 0%
perilaku
menyimpang
pada kategori sedang, dan 0%
dilakukan oleh santri di Sekolah
pada kategori rendah.
Mu’alimin
c. Setelah diketahui dari hasil
yang
Yogyakarta
punishment yang
dan
diberikan oleh
analisis data product moment
BK
dan dapat diketahui hasilnya
menyimpang tersebut serta upaya
yaitu
selanjutnya
pembinaan. Adapun hukuman dan
dikonsultasikan dengan tabel
pembinaan bersifat edukatif seperti
product moment pada N 39
adzan,
diperoleh batas perolehan untuk
menghafal al-Qur’an.
0,095
dalam
mengatasi
membuat
perilaku
makalah
dan
taraf signifikan 5% sebesar
3. Taufiq Nahar Jami’ah, Jurusan
0,408 dan pada taraf signifikan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas
1% sebesar 0,316 nilai rxy lebih
Tarbiyah
≤ dari tabel.
Yogyakarta, 2008 dengan judul
UIN
Sunan
Kalijaga
d. Dengan hasil peneliatan yang
“Upaya Guru PAI dalam Mengatasi
diperoleh karena tidak ada
Perilaku Menyimpang Siswa Kelas
hubungan
XI di SMA Muhammadiyah 1
yang
positif,
kemungkinan ini disebabkan
Klaten”.
karena
faktor
membahas perilaku menyimpang di
baik,
SMA Muhammadiyah 1 Klaten dan
adanya pergaulan bebas yang
faktor yang mempengaruhi serta
menjadikan seorang melakukan
upaya yang dilakukan oleh guru
perilaku
PAI dalam mengatasinya. Adapun
lingkungan
adanya
kurang
menyimpang
jadi
Skripsi
tersebut
jangan dilihat segi negatifnya
penyimpangan
saja.
dominan adalah cyber crime yang
yang
paling
didominasi oleh korban teknologi
spiritual
yang
kecerdasan.4
mengandung
pornografi.
unsur
Faktor
yang
dan
akhirnya
Berikut
definisi
mempengaruhi ada 2 yaitu ekstern
Spiritual Quotient (SQ) yang
dari lingkungan dan intern dari
ditemukan
para siswa itu sendiri. Upaya yang
psikologi.
dilakukan oleh guru PAI dengan
1) Danah
oleh
para
Zhohar
dan
ahli
Ian
pendekatan personal, metode shock
Marshall
therapy,
Kecerdasan spiritual adalah
metode
praktek
keagamaan, dan metode pedagogis.
kecerdasan
untuk
menghadapi
Tinjauan Teoritik
Untuk menghindari penafsiran
dan
memecahkan
persoalan
yang kurang tepat atas judul penelitian
makna
di atas, perlu ditegaskan kata kunci
Kecerdasan
sebagai berikut:
membuat
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual
menempatkan perilaku dan
dan
nilai.
yang
kita
hidup dalam kontek makna
(SQ)
a. Kecerdasan
Spiritual
(SQ)
yang lebih luas dan kaya,
Perspektif Psikologi
kecerdasan untuk menilai
Psikologi
mulanya
bahwa tindakan atau jalan
mengarahkan persatuanya pada
hidup
dimensi spiritualitas manusia,
bermakna
tepatnya
dengan yang lain5
yakni
dapat
pada
tahun
ketika
1969,
Journal
Transpersonal
of
seseorang
lebih
dibandingkan
2) Marsha Sinetar
Psychology
Kecerdasan spiritual adalah
pertama kali diterbitkan. Dalam
kecerdasan yang mendapat
jurnal
inspirasi,
penelitian
tersebut
banyak
yang
dilakukan
seperti
penghayatan,
ketuhanan,
peak
4
experience, pengalaman mistis,
ekstansi, kesadaran ruhaniah,
kesadaran kosmis, aktualisasi
transpersonal,
dan
efektivitas yang terinspirasi,
untuk memahami gejala-gejala
ruhaniah,
dorongan
pengalaman
Jalaludin Rahmat, Psikologi dan Agama dalam
Danah Zhohar dan Ian Marshall (Bandung: Mizan,
2001), hlm. 27.
5
Danah Zohar dan Ian Marshal, SQ (Memanfaatkan
Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Interalistik
dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan)
(Bandung: Mizan, 2002), hlm. 4.
yang
di
dalamnya
kita
semua menjadi kajian. 6
manusia
seutuhnya,
memiliki
pola
tauhidi
3) Khalil Khayari
berprinsip
bagian dari dimensi non
Allah”.8
materi, roh manusia. Inilah
“hanya
Indikator
Spiritual antara lain:
yang
semua
1) Kemampuan
harus
fleksibel
kita
Kita
mengenalinya seperti apa
adanya,
menggosoknya
yang
besar
menggunakannya
memperoleh
2) Tingkat
dan
5) Keenggenan
menyebabkan
untuk
yang tidak perlu.
tampaknya
6) Kecenderungan
kerugian
untuk
melihat keterkaitan antara
berbagai hal.9
spiritual
untuk
untuk
tetapi,
yang penulis maksud adalah
kemampuan
untuk
rasa sakit.
tidak terbatas.7
Sedangkan
memanfaatkan
menghadapi dan melampaui
dan
ditinggikan
menghadapi
4) Kemampuan
kecerdasan spiritual dapat
kemampuannya
diri
penderitaan.
lainya,
Akan
secara
kesadaran
dan
abadi. Seperti dua bentuk
diturunkan.
(adaptif
3) Kemampuan
kebahagiaan
ditingkatkan
bersikap
yang tinggi.
untuk
kecerdasan
karena
spontan dan aktif).
sehingga berkilap dengan
tekat
serta
Kecerdasan
intan yang belum terasah
memilikinya.
b. Spiritual Quotient Perspektif
memberi
Islam
makna ibadah terhadap setiap
Spiritualitas
merujuk
perilaku dan kegiatan, melalui
pada apa yang berkaitan dengan
langkah-langkah dan pemikiran
dunia ruhani, dekat dengan
yang
tuhan,
bersifat
fitrah,menuju
8
6
pemikiran
(integralistik)
Kecerdasan spiritual adalah
dan
Agus Nggermanto, Cara Praktis Melejitkan IQ,
EQ, dan SQ yang Harmonis (Bandung: Nuansa,
2008), hlm. 117.
7
Mimi Doe dan Marsha Walch, 10 Prinsip Spiritual
Parenting (Bandung: Mizan, 2001), hlm. 27.
yang
batin,
sering
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses
Membangun Kecerdasan Emosidan Spiritual ESQ
Emotional Spiritual Quotient (Jakarta: Arga, 2001),
hlm. 57.
9
Danah Zohar dan Ian Marshal, SQ Memanfaatkan,
hlm. 14.
diidentifikasikan
kenyataan
dengan
yang kekal dan
abadi.10 Dorongan spiritual ini
dan
upaya
itu
berada
pada nilai-nilai
keimanan kepada Illahi.11
tertanam pada pangkal esensi
2) Ary Ginanjar Agustian
sifat dasar manusia yang oleh
Spiritual Quotient adalah
Al-Qur’an disebut ruh.
kemampuan untuk memberi
Berikut
definisi
makna
ibadah
terhadap
Spiritual Quotient dari sudut
setiap perilaku dan kegiatan
pandang
melalui
islam
yang
langkah-langkah
dikemukakan oleh para tokoh
dan pemikiran yang bersifat
muslim.
fitrah,
1) Toto Asmoro
seutuhnya (insan kamil),
Kecerdasan
ruhaniyah
(spiritual)
dan
adalah
menuju
pemikiran
pada
cinta
yang
berprinsip
kepada
Allah
Allah SWT.12
dan seluruh ciptaan-Nya.
Sebuah
keyakinan
serta
hanya
kepada
3) Suharso
Spiritual Quotient adalah
yang
mampu mengatasi seluruh
mampu
perasaan
problem-problem
yang
pola
tauhid
(integralistik),
rasa
manusia
memiliki
kecerdasan yang berpusat
mendalam
bersifat
menyelesaikan
materi, bersifat sementara
kehidupan
dan fana. Kecerdasan ini
memuaskan dan sekaligus
memberi
bentuk
menyelamatkan.
kesempatan
kepada
dengan
berbuat,
kembali
manusia
10
tertinggi
untuk
secara
Artinya
mensistesakan
kecerdasan-
tetapi kebebasanya harus
kecerdasan
disertai dengan rasa cinta
dengan
yang melahirkan tanggung
spiritual, maka kita telah
jawab
dengan
berarti menyelesaikan tugas
menempatkan
mahabbah
manusia dan kemanusiaan
lillah
kebenaran
sebagai
Sayyed Hossein, Islamic Spirituality (New York:
Crossroad, 1991), hlm. 17.
11
yang
ada
kecerdasan
Toto
Asmara,
Kecerdasan
Ruhaniah
(Transendental Intellegence) (Bandung: Gema
Insani Press, 2001), hlm. 10-11.
12
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia , hlm. 57.
itu
dengan
tepat
dan
d. Pemahaman
benar.13
hidupnya:
dapat
tujuan
merasakan
arah nasibnya, melihat berbagai
2. Ciri-ciri Anak yang Mempunyai
kemingkinan, seperti cita-cita
Kecerdasan Spiritual
Pada masa mudanya, orang-
yang
suci
atau
sempurna,
orang yang mempunyai kecerdasan
diantara hal-hal yang biasa,
spiritual memiliki banyak sifat,
e. “Kelaparan yang tidak dapat
secara
dipuaskan” akan hal-hal yang
bersamaan terlihat jelas dalam diri
selektif diminati, sering kali
setiap anak. Lewat pengamatan
membuat mereka menyendiri
terhadap anak-anak mereka, kita
atau memburu tujuan tanpa
belajar
yang
tidak
semuanya
bahwa
kesadaran
ciri-ciri
utama
berfikir lain. Pada umumnya
tinggi
terkait
mementingkan
yang
dengan persepsi tentang kesatuan
orang lain
dan itu meliputi:
untuk
a. Kesadaran diri yang mendalam,
orang lain.
intuisi, kekuatan atau otoritas
kepentingan
atau keinginnan
berkontribusi
kepada
f. Gagasan-gagasan yang segar
bawaan.
dan aneh, rasa humor yang
b. Pandangan luas terhadap dunia:
dewasa. Kita bertanya kepada
melihat diri sendiri dan orang-
anak-anak, “dari mana kamu
orang
terkait,
dapatkan gagasan-gagasan itu?”
menyadari tanpa diajari bahwa
dan ragu apakah mereka bukan
bagaimanapun
jiwa-jiwa
lain
saling
kosmos
ini
hidup dan bersinar, memiliki
tua
yang
tinggal
dalam tubuh yang masih muda?
sesuatu yang disebut “cahaya
g. Pandangan
subjektif”.
pragmatis
dan
efisien tentang realitas, yang
c. Moral tinggi, pendapat yang
sering
(tetapi
kokoh, kecenderungan untuk
menghasilkan
merasa gembira, “pengalaman
yang
puncak”
praktis.14
dan
bakat-bakat
estetis.
Suharso, Mencerdaskan Anak (Jakarta: Inisiasi
Press, 2001), hlm. 198-199.
sehat
tidak
selalu)
pilihan-pilihan
dan
hasil-hasil
3. Perilaku Menyimpang
14
13
tentang
Marsha Sinetar, Belajar dari Anak Yang
Mempunyai Kesadaran Diri (Jakarta: PT
Gramedia, 2001) hlm. 7-8.
a. Pengertian Perilaku
remaja, dapat digolongkan
Menyimpang
sebagai berikut:
Salah satu upaya untuk
a) Rational choice: teori
mendefinisikan penyimpangan
ini
mengutamakan
perilaku
faktor
individu
remaja
kenakalan
dalam
anak
arti
(juvenile
pada faktor lingkungan.
delinquency) dilakukan oleh M.
Kenakalan
Gold dan J. Petrono (Weiner,
dilakukannya
adalah
1980:
atas
interes,
497),
yaitu
sebagai
yang
pilihan,
berikut:
motivasi
1) Menurut M. Gold dan J.
kemauannya sendiri. Di
Petrono
adalah
tindakan
seseorang
dewasa
atau
Indonesia banyak yang
Kenakalan
yang
yang
anak
percaya pada teori ini,
oleh
misalnya
kenakalan
belum
remaja diangap sebagai
sengaja
kurang iman sehingga
melanggar hukum dan yang
anak
diketahui oleh itu sendiri
pesantren
bahwa
perbuatanya
dimasukkan ke sekolah
sempat
diketahui
oleh
petugas
hukum
bisa
ia
itu
dikenai hukuman.15
Menurut
ke
kilat
atau
agama.
b) Social disorganization:
kaum
Jensen
dikirim
positivis
umumnya
mengutamakan
sekali
budaya
faktor
yang
kenakalan
menyebabkan
kenakalan
perilaku
adalah
pada
faktor
yang
remaja maupun kelainan
remaja
pada
lebih
dalam kenyataan, banyak
menyebabkan
remaja
berkurangnya
umumnya. Berbagai teori
atau
yang mencoba menjelaskan
pranata-pranata
penyebab
masyarakat yang selama
kenakalan
menghilangnya
ini
15
dari
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Agama (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011) hlm. 252.
keseimbangan
harmoni
menjaga
atau
dalam
masyarakat.
Orang
bergaul dengan teman-
tuayang sibuk dan guru
teman yang dianggap
yang kelebihan beban
nakal, dan
merupakan
anak-anaknya
dari
penyebab
berkurangnya
fungsi
keluarga
menyuruh
untuk
berkawan
dan
dengan
teman-teman
yang
pandai dan raji belajar.16
sekolah sebagai pranata
kontrol.
2) Menurut Dr. Kusumanto
c) Strain:
Teori
dikemukakan
Merton
ini
Kenakalan
oleh
adalah
remaja
tingkah
laku
yang
sudah
individu yang bertentangan
di
bab
dengan syarat-syarat dan
diuraikan
terdahulu.
Intinya
pendapat
adalah bahwa tekanan
dianggap
yang
acceptable dan baik oleh
besar
masyarakat,
dalam
misalnya
suatu
umum
yang
sebagai
lingkungan
atau
kemiskinan,
hukum yang berlaku di
menyebabkan sebagian
suatu
dari anggota masyarakat
berkebudayaan.
yang
memilih
melakukan
jalan
kejahatan
Kenakalan anak dan
remaja
d) Differential association:
teori
kenakalan
adalah
pergaulan.
bersumber
moral
ini,
dari
yang
sudah
berbahaya atau beresiko.
remaja
akibat
yang
3) Menurut Hurlock (1978)
atau kenakalan remaja.
menurut
masyarakat
Menurutnya,
salah
kerusakan
moral katanya bersumber
Anak-anak
dari:
1)
keluarga
yang
nakal karena bergaulnya
sibuk, keluarga retak, dan
dengan anak-anak yang
keluarga
nakal juga. Paham ini
parent dimana anak hanya
banyak dianut orang tua
diasuh
di
menurunya
Indonesia,
sering
kali
anak-anaknya
yang
singgle
dengan
oleh
ibu.
kewibawaan
melarang
untuk
16
2)
Sarlito W. Sarwono, Psikologi, hlm. 255.
sekolah dalam mengawasi
b) Faktor
anak.17
fasilitas
pendidikan.
b. Sebab-sebab Kenakalan
c) Norma-norma
Remaja
pendidikan
1) Faktor-faktor di dalam diri
kekompakan guru
dan
d) Kekurangan Guru.18
anak itu sendiri
a) Lemahnya
pertahanan
c. Penanganan terhadap Perilaku
diri.
Menyimpang Remaja
b) Kurang
kemampuan
Menurut Rogers (Adam
penyesuaian diri.
& Gullotta, 1983: 56-57) ada
c) Kurangnya dasar-dasar
tiga
ketentuan
keimanan di dalam diri
dipenuhi
remaja.
remaja.
yang
untuk
harus
membantu
a) Kepercayaan
2) Penyebab kenakalan yang
berasal
dari
Remaja
lingkungan
harus
percaya
kepada orang yang mau
keluarga
membantunya (orang tua,
a) Anak kurang mendapat
guru, psikolog, ulama, dan
kasih
sayang
dan
sebagainya). Ia harus yakin
perhatian orang tua.
b) Lemahnya
bahwa penolong ini tidak
keadaan
akan membohonginya dan
ekonomi orang tua di
bahwa kata-kata penolong
desa-desa,
telah
ini memang benar adanya.
menyebabkan
tidak
mampu
kebutuhan
b) Kejujuran
mencukupi
Remaja
anak-
penolongnya
anaknya.
c) Kehidupan
mengharapkan
menyampaikan apa adanya
keluarga
saja, termasuk hal-hal yang
yang tidak harmonis.
kurang menyenangkan. Apa
3) Penyebab kenakalan yang
yang salah dikatakan salah,
bersumber dari sekolah
apa yang benar dikatakan
a) Faktor guru.
benar.
Yang
tidak
17
Sofyan S. Willis, Remaja dan Masalahnya
(Bandung: Alfabeta, 2012) hlm.89.
18
Sofyan S. Wills, Remaja, hlm. 92-118.
bisa
diterimanya adalah jika ada
melakukan
hal-hal
dia
metode penelitian yang tersusun secara
pada
sistematis, dengan tujuan agar data yang
orang lain atau pada orang
diperoleh valid, sehingga peneliti ini layak
tuanya
untuk diuji kebenaranya
yang
disalahkan,
pada
tetapi
sendiri
dianggap
benar.
penelitian
Penelitian
c) Kemampuan mengerti dan
menghayati
(empaty)
ini
merupakan
penelitian lapangan (field research)
dengan
pendekatan
kualitatif.
Penelitian kualitatif yaitu penelitian
Dalam posisi yang berbeda
yang prosedurnya menghasilkan data
antara
orang
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
usia,
lisan dari orang-orang dan perilaku
perbedaan status, perbedaan
yang diamati dengan data berupa hasil
cara
pengamatan, hasil wawancara, hasil
anak
dan
(perbedaan
berpikir
dan
sebagainya) sulit bagi orang
pemotretan,
dewasa (khususnya orang
dokumen,
tua) untuk berempati pada
dituangkan dalam bentuk dan bilangan
remaja karena setiap orang
statistik.
(khususnya
yang tidak
cenderung
cuplikan
catatan
akan
untuk
melihat
segala
Suatu
persoalan
dari
sudut
memerlukan
pandangnya
sendiri
dan
reaksinya
mendukung
digunakan peneliti untuk meneliti.20 Untuk
Sarlito W. Sarwono, Psikologi, hlm.232-234
Pupuh Fathurahman,
Metode Penelitian
Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm.
97.
penelitian
tempat
penelitian
memperoleh
data
tercapainya
guna
tujuan
penelitian. Peneliti dilakukan di
SMP
Metode penelitian adalah cara yang
tidak
yang akan dijadikan sebagai lokasi
untuk
METODOLOGI PENELITIAN
lapangan,
dari
1. Tempat Penelitian
mendasarkan penilaian dan
pada
tertulis
A. Tempat dan Waktu Penelitian
terlatih)
pandanganya itu sendiri. 19
20
diperlukan
perasaan remaja
dewasa
19
ini
N
1
Surakarta
dengan
pertimbangan terletak di tempat
yang sangat strategis sehingga
peneliti
mudah
untuk
menjangkaunya.
Penentuan subjek penelitian
tersebut menggunakan teknik snow
ball sampling. Teknik snow ball
sampling dilakukan dengan cara
survey. Populasi target adalah seluruh
“mengumpulkan data dari beberapa
unit
orang
survey adalah sub unit dari populasi
yang memenuhi
kriteria
populasi,
sedangkan
populasi
untuk dijadikan anggota sampel,
penelitian.23
kemudian
informasi
menggunakan populasi survey, yang
mengenai orang lain yang akan
dijadikan subjek penelitian adalah
dijadikan sampel berikutnya”.21
SMP N 1 Surakarta.
menjadi
2. Waktu Penelitian
Dalam
penelitian
ini
C. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilaksanakan
Metode-metode
yang
dengan perincian sebagai berikut.
digunakan dalam pengumpulan data
Pengajuan Judul
dalam penelitian ini adalah:
:
Bulan
Januari
1. Wawancara
Pengajuan Proposal
:
Wawancara adalah “teknik
Bulan
Januari
BAB I, II, dan III
:
Bulan
Januari - Maret
Pengumpulan Data
:Bulan
:
Bulan
mengajukan
data
dengan
mengajukan
pertanyaan
kepada
dan
mencatat
atau
jawaban-jawaban
responden yang dapat dilakukan
April- Juni
secara langsung maupun tidak
BAB IV dan V
langsung”.24 Dalam penelitian ini
: Bulan Juni
: Bulan September
penulis
Populasi adalah keseluruhan
penelitian.22
mengumpulkan
data
dengan cara berdialog langsung
B. Metode Penentuan Subjek Populasi
merupakan
dengan
merekam
Analisis Data
subjek
data
responden
Maret-April
BAB VI
pengumpulan
dengan
Populasi
Guru
mengembangkan
PAI
dalam
kecerdasan
universal yang dapat
spiritual. Dialog juga dilakukan
berupa orang, benda, atau wilayah
dengan peserta didik dan guru Non
yang ingin diketahui oleh peneliti.
PAI hubungan tingkat kecerdasan
Populasi dapat dibedakan menjadi dua
spiritual dengan kesadaran siswa
yaitu populasi target dan populasi
menjauhi perilaku menyimpang.
21
Pupuh
Fathurahman, Metode Penelitian
Pendidikan, hlm.164.
22
Arikunto (1992: 102 ) dalam Zainal, Saifuddin,
2009. Desentralisasi Pendidikan di Era Otonomi
Daerah. Surakarta: Fakultas Agama Islam UMS.
hlm. 13.
23
Sudarman, Damin, 2000. Metode Penelitian
Untuk Ilmu-ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Bumi
Aksara, hlm. 87.
24
Sutama,
Metode
Penelitian
Pendidikan
Kuantitatif dan Kualitatif, hlm. 64.
penting dalam proses penelitan,
a. Metode Dokumentasi
karena dengan analisis inilah
Merupakan
pengumpulan
data
data
dengan
terkumpul
akan
menghimpun data menganalisis
tampak manfaatnya, terutama
dokumen-dokumen
baik
dalam memecahkan masalah
maupun
penelitian dan mencapai tujuan
tertulis,
gambaran,
elektronik.25
ini
akhir penelitian. Penelitian ini
untuk
menggunakan analisis deduktif
mengumpulkan data-data yang
yaitu menjabarkan dari hal
berhubungan
umum kepada hal-hal khusus.27
Metode
digunakan
geografis
dengan
SMP
letak
Negeri
Setelah data terkumpul, peneliti
1
Surakarta, sejarah berdirinya,
menyajikannya
visi
struktur
menggunakan
keadaan
yang
dan
organisasi
misi,
sekolah,
dengan
analisis
data
bersifat
deskriptif
mencakup
guru, karyawan, siswa, dan
kualitatif
yang
sarana prasarana.
masalah
deskripsi
murni
tentang
program
atau
b. Metode Observasi
pengalaman
Observasi adalah teknik
pengumpulan data dengan cara
lingkungan
mengadakan
Deskripsi
pengamatan
seseorang
di
penelitian.
ini
ditulis
dalam
terhadap objek., baik secara
bentuk narasi untuk melengkapi
langsung
tidak
gambaran menyeluruh tentang
ini
apa yang terjadi dalam aktivitas
maupun
langsung.
26
Metode
digunakan untuk mengetahui
atau
hubungan kecerdasan spiritual
dilaporkan.28
siswa
dalam
menghindari
Metode analisis data
Analisis
data
peristiwa
yang
ANALISIS DATA
perilaku yang menyimpang.
c.
yang
Pada sub bab ini data yang berhasil
dikumpulkan dianalisis dengan mendasar
dalam
penelitian merupakan bagian
pada variabel-variabel yang dikaji sesuai
dengan
rumusan
masalah
selanjutnya
dikaitkan dengan teori yang ada, yaitu:
25
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian
Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006) hlm. 220.
26
Pupuh
Fathurahman, Metode Penelitian
Pendidikan , hlm.183.
27
Pupuh Fathurahman, Metode Penelitian
Pendidikan,hlm.166.
28
Emir, Metodologi Penelitian Pendidikan (
Jakarta: Rajawali,2010),hlm.175)
bahwa perilaku menyimpang adalah
A. Kecerdasan Spiritual
Berdasarkan
data
yang
perilaku
seseoang
yang
belum
diperoleh dari penelitian di lapangan
mengerti dan masih belum dewasa
yang
yang
tercantum
menjelaskan
spiritual
dalam
bahwa
menurut
SMP
bab
4
sengaja
melanggar
hukum.
kecerdasan
Penyimpangan yang terjadi di SMP
Negeri 1
Negeri
1
Surakarta
hanya
Surakarta adalah sikap dan perilaku
penyimpangan
yang patuh dalam melaksanakan ajaran
tidak
agama yang dianutnya, jujur, toleransi,
terlambat, membuli teman tetapi tidak
kerja
sampai
keras,
kreatif,
mandiri,
ringan seperti atribut
lengkap,
datang
menciderai
kesekolah
teman
dan
demokratis, rasa ingin tahu, semangat
menyontek saat ulangan. Berdasarkan
kebangsaan,
air,
data di atas menunjukkan kesesuaian
menghargai prestasi, bersahabat dan
antara hasil penelitan yang berda di
komunikatif,
bab IV dan teori yang berada di bab II.
cinta
cinta
tanah
damai,
gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial dan tanggung jawab. Seperti
C. Pengukuran Kecerdasan Spiritual
yang sudah dijelaskan di bab 2 bahwa
dalam
Kecerdasan
Menyimpang pada Siswa Kelas VIII
Spiritual
adalah
kecerdasan untuk menghadapi dan
Menghindari
Perilaku
SMP Negeri 1 Surakarta
Cara
memecahkan persoalan makna dan
mengukur
kecerdasan
nilai. Kecerdasan yang dapat membuat
spiritual dalam menghindari perilaku
kita menempatkan perilaku dan hidup
menyimpang
dengan
menggunakan
dalam kontek makna yang lebih luas
pernyataan-pernyataan
yang
dan kaya, kecerdasan untuk menilai
berhubungan dengan keagamaan dan
bahwa tindakan
kecerdasan
atau jalan hidup
seseorang
lebih
dibandingkan
dengan
bermakna
yang
lain.
spiritual
menghindari
Dari
dalam
perilaku
menyimpang.
pengukuran
tersebut
Berdasarkan data tersebut terdapat
menunjukkan bahwa siswa memiliki
kesesuaian antara data yang diperoleh
kesadaran untuk menghindari perilaku
dari penelitian dengan teori yang ada.
menyimpang yang tinggi. Berdasarkan
data di atas menunjukkan kesesuaian
B. Perilaku Menyimpang
Berdasarkan
data
yang
diperoleh dari penelitian di lapangan
yang tercantum di bab 4 menjelaskan
antara hasil penelitan yang berda di
bab IV dan teori yang berada di bab II.
D. Keterkaitan Kecerdasan Spiritual
dalam
Menghindari
Perilaku
menyimpang.
Yang
kedua
adalah
lingkungan sekitar rumah yang selalu
diajarkan pendidikan keagamaan serta
Menyimpang
Berdasarkan
yang
sopan santun kepada semua orang.
diperoleh dari penelitian di lapangan
Faktor yang ketiga yaitu teman, apabila
yang tercantum di bab 4 menjelaskan
siswa hidup dalam lingkungan teman-
bahwa
dengan
teman yang baik dan tidak pernah
kecerdasan spiritual di SMP Negeri 1
melakukan penyimpangan maka siswa
Surakarta
yang
tersebut juga akan tumbuh menjadi
yang
siswa
Jika
data
dikaitkan
banyak
menghindari
siswa
perilaku
menyimpang,
mereka
sudah
di
yang
perilaku
mampu
yang
menghindari
menyimpang.
biasakan untuk menghindari perilaku
Berdasarkan data di atas menunjukkan
menyimpang sehingga jika ada siswa
kesesuaian antara hasil penelitan yang
yang tidak bisa menghindari perilaku
berda di bab IV dan teori yang berada
yang menyimpang maka siswa tersebut
di bab II.
akan
siap
menerima
hukuman.
F. Faktor
Penghambat
Kesadaran
Berdasarkan data di atas menunjukkan
Siswa dalam Menghindari Perilaku
kesesuaian antara hasil penelitan yang
Menyimpang
berda di bab IV dan teori yang berada
di bab II.
data
yang
diperoleh dari penelitian di lapangan
E. Faktor Pendukung Kesadaran Siswa
dalam
Berdasarkan
Menghindari
Perilaku
yang tercantum di bab 4 menjelaskan
bahwa
faktor
yang
menghambat
kesadaran siswa dalam menghindari
Menyimpang
Berdasarkan
data
yang
perilaku
yang
menyimpang
yang
diperoleh dari penelitian di lapangan
pertama, faktor ekstren dari lingkungan
yang tercantum di bab 4 menjelaskan
yang kurang baik dan yang kedua yaitu
bahwa
mendukung
faktor interen dari para siswa itu
kesadaran siswa untuk menghindari
sendiri. Berdasarkan data di atas
perilaku menyimpang yang pertama,
menunjukkan kesesuaian antara hasil
dipengaruhi oleh lingkungan keluarga
penelitan yang berda di bab IV dan
yang setiap harinya ada pendidikan
teori yang berada di bab II.
agama
faktor
dan
yang
rutinitas
siswa
yang
dibiasakan oleh keluarganya untuk
menghindari
perilaku-perilaku
KESIMPULAN
Berdasarkan
analisis
data
dan
pembahasan yang telah dilakukan penulis
dalam
penelitiannya,
maka
dapat
Surakarta banyak yang menghindari
dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:
perilaku yang menyimpang, namun
1. Kecerdasan spiritual memberi warna
masih
dalam
menghindari
perilaku
ada
rutin
SMP Negeri 1 Surakarta memiliki
menghindari
kecerdasan spiritual yang tinggi untuk
menyimpang.
perilaku
menyimpang.
yang
Mereka
memiliki
siswa
yang
melaksanakan kegiatan agama secara
menyimpang, itu terbukti bahwa siswa
menghindari
beberapa
namun
belum
bisa
untuk
perilaku
yang
4. Faktor-faktor yang mendukung dan
menghambat kesadaran
siswa untuk
karakter yang religius, jujur, toleransi,
menghindari perilaku menyimpang
kerja
a. Faktor pendukung
keras,
kreatif,
mandiri,
demokratif, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan,
cinta
tanah
1) Lingkungan keluarga yang
Air,
pendidikan agamanya baik.
menghargai prestasi, bersahabat dan
komunikatif,
cinta
damai,
2) Tinggal di lingkungan rumah
gemar
yang baik.
membaca, peduli lingkungan, peduli
3) Teman, yang selalu mengajak
sosial dan tanggung jawab.
2. Program
sekolah
yang
dalam kebaikan.
disajikan
b. Faktor penghambat
sehingga siswa dapat menghindari
1) Faktor ekstern, berasal dari
perilaku menyimpang
lingkungan kurang baik
a. Diadakan shalat dhuha setiap
2) Faktor intern, berasal dari
istirahat pertama bagi yang muslim
dalam diri siswa itu sendiri.
dan bagi non muslim diajakan
sembahyang .
DAFTAR PUSTAKA
diadakan bimbingan untuk siswa.
c. Pembinaan rutin setiap hari sabtu
yaitu
pembinaan
Budaya
dan
Karakter.
3. Keterkaitan kecerdasan spiritual dalam
menghindari
perilaku
menyimpang
Jika
dikaitkan
dengan
Nggermanto. 2008. Quantum
Quetient: Cara Praktis Melejitkan
IQ, EQ, dan SQ yang Harmonis.
Bandung: Nuansa.
Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia
Sukses Membangun Kecerdasan
Emosidan Spiritual ESQ Emotional
Spiritual Quotient. Jakarta: Arga.
Asmara,
Toto.
2001.
Kecerdasan
Ruhaniah
(Transendental
Intelegence). Jakarta: Gema Insani
Press.
Damin,
Sudarman.
2000.
Metode
Penelitian
untuk
Ilmu-Ilmu
Agus,
b. Setiap hari jumat selesai KBM
kecerdasan
spiritual siswa di SMP Negeri 1
Perilaku. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Departemen Agama RI. 2007.Al-Qur’an
dan
Terjemahannya.
Bandung:Syamil Qur’an.
Emir, 2010. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Fathurahman, Pupuh. 2011. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung:
Pustaka Setia.
Marsha Walch, Mimi Doe. 2001. 10
Prinsip
Spiritual
Parenting.
Bandung: Mizan.
Rahmat, Jalaludin. 2001. SQ: Psikologi
dan Agama, dalam Danah Zhohar
dan
Ian
Marshal,
SQ:
Memanfaatkan
Kecerdasan
Spiritual
dalam
Berfikir
Integralistik dan Holistik Untuk
Memaknai Kehidupan. Bandung:
Mizan.
Saifudin, Zainal. 2009. Desentralisasi
Pendidikan
di Era Otonomi
Daerah.
Surakarta:
Fakultas
Agama Islam UMS.
Sarwono, Sarlito W. 2011. Psikologi
Agama. Jakarta: Rajawali Pers.
Sofyan S, Willis. 2012. Mengungkapkan
Berbagai
Bentuk
Kenakalan
Remaja Seperti Narkoba, Free Sex
dan
Pemecahanya.
Bandung:
Alfabeta.
Suharso. 2001. Mencerdaskan Anak.
Jakarta: Inisiasi Press.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006.
Metodologi Penelitian Pendidikan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sutama,
2010.
Metode
Penelitian
Pendidikan
Kuantitatif
dan
Kualitatif. Surakarta: Duta Permata
Ilmu.
Zohar, Danah dan Ian Marshal. 2001. SQ
(Memanfaatkan
Kecerdasan
Spiritual dalam Berfikir Interalistik
dan Holistik untuk Memaknai
Kehidupan). Bandung: Mizan.
MENYIMPANG PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1
SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Oleh:
MARSINI
NIM: G000110038
NIRM: 11/X/02.2.1/0911
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ABSTRAK
Kecerdasan spiritual dapat menjadikan seorang lebih cerdas secara spiritual
beragama. Apabila seseorang memiliki kecerdasan spiritual maka cenderung
memiliki kemampuan untuk menghindari perilaku menyimpang. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kecerdasan spiritual dalam
menghindari perilaku menyimpang pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Surakarta
Tahun Pelajaran 2014/2015. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis
penelitian kualitatif, teknik pengumpulan datanya dengan dokumentasi dan
wawancara serta teknik analisis datanya adalah menggunakan analisis deskriptif
kualitatif, dilaksanakan secara induktif dimulai dari pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data, serta verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kecerdasan spiritual memberi warna dalam menghindari perilaku menyimpang
terbukti siswa SMP Negeri 1 Surakarta memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi
untuk menghindari perilaku yang menyimpang. Mereka memiliki karakter yang
religius, jujur, toleransi, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratif, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah Air, menghargai prestasi, bersahabat dan
komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan
tanggung jawab. Faktor pendukungnya adalah lingkungan keluarga dan
masyarakat yang baik, sedangkan faktor penghambat yaitu kesadaran siswa untuk
menghindari perilaku menyimpang yaitu faktor ekstern, berasal dari lingkungan
kurang baik dan faktor intern berasal dari dalam diri siswa itu sendiri.
Kata kunci: kecerdasan spiritual, perilaku menyimpang
ABSTRACT
Spiritual intelligence can make a smarter spiritually religious. If a person has a
spiritual intelligence then it is likely to have the ability to avoid deviant behavior.
The purpose of this study was to describe the spiritual intelligence to avoid
aberrant behavior in class VIII SMP Negeri 1 Surakarta in 2014/2015 academic
year. The method used is qualitative research, data collection techniques with
documentation and interviews and data analysis technique is used qualitative
descriptive analysis, inductively implemented starting from data collection, data
reduction, data presentation, and data verification. The results showed that the
spiritual intelligence to give color to avoid misconduct proven to students of SMP
Negeri 1 Surakarta has a high spiritual intelligence to avoid misbehavior. They
have the character of a religious, honest, tolerant, hard working, creative,
independent, democratize, curiosity, the spirit of nationalism, patriotism Air,
cherish the achievements, friendly and communicative, love peace, love reading,
environmental care, social care and responsibility responsibility. Supporting factor
is the family environment and a good community, while the inhibiting factor is the
awareness of students to avoid deviant behavior are external factors, coming from
poor environmental and internal factors coming from within the students
themselves.
Keywords: spiritual intelligence, deviant behavior
Surakarta terkenal sebagai siswa yang
PENDAHULUAN
disiplin dan taat pada peraturan yang
Pendidikan adalah usaha sadar
dan
terencana
suasana
untuk
belajar
ada,
mewujudkan
dan
memiliki sikap disiplin tersebut karena
proses
latar belakang siswa berbeda-beda ada
pembelajaran agar siswa secara aktif
yang berasal dari lingkungan yang
mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki
kekuatan
keagamaan,
membuat
sepiritual
pengendalian
bangsa,
melanggar aturan-aturan yang ada.
dan
Maka penulis sangat tertarik tentang
kecerdasan
tentang Sisdiknas, Pasal 1).1
menghindari
Dilihat dari letak geografisnya
lembaga
pendidikan
pertama,
SMP
N
mengenai kecerdasan spiritual (SQ).
Kecerdasan spiritual di sini diartikan
kecerdasan untuk menghadapi dan
Perlu diketahui bahwa SMP N 1
di
memecahkan persoalan makna dan
tengah-tengah
masyarakat
nilai
yang
peduli
akan
pendidikan
sangat
mendukung
menyimpang
dapat dilengkapi dengan perbincangan
1
Haryono No.4 Banjarsari, Surakarta.
hidup
perilaku
dalam
Gambaran kecerdasan manusia
Surakarta beralamat di Jalan M. T.
Surakarta,
spiritual
yang terjadi di SMP N 1 Surakarta.
yang
merupakan salah satu dari sekolah
menengah
terbiasa
yang lingkunganya bebas dan selalu
negara (UU Nomor 20 Tahun 2003
maka
tersebut
ada pula yang berasal dari keluarga
serta keterampilan yang diperlukan
masyarakat,
siswa
menaati peraturan-peraturan yang ada,
diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
dirinya,
namun tidak semua siswa
yaitu
kecerdasan
yang
menentukan perilaku dan hidup kita
sehingga
dalam konteks makna yang lebih luas,
berlangsungnya
kecerdasaan
penyelenggaraan pendidikan.
untuk
menilai
bahwa
tindakan atau jalan hidup seseorang
Di SMP N 1 Surakarta terdapat
lebih bermakna dibanding dengan yang
24 kelas yang terdiri dari 8 ruang kelas
lain.2
VII, 8 ruang kelas VIII, 8 ruang kelas
IX. Kelas terdiri dari kelas A, B, C, D,
E, F G, dan H. Siswa di SMP N 1
1
UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pasal 1
2
Danah Zohar dan Ian Marshal, SQ (Memanfaatkan
Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Interalistik
dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan) (
Bandung: Mizan, 2001) hlm.3.
Seharusnya anak SMP N 1
memfungsikan Intelektual Quotien IQ
Surakarta yang terkenal sebagai siswa
dan EQ secara efektif, bahkan SQ
teladan bagi sekolah-sekolah lain dan
merupakan kecerdasan tertinggi kita.
terkenal
Pada
sebagai
berprestasi
yang
anak-anak
yang
harus memiliki spiritual
tinggi
sehingga
dapat
dasarnya
makhluk
manusia
spiritual,
terdorong
oleh
adalah
karena
selalu
kebutuhan
untuk
menyimpang.
pertanyaan “mendasar” atau “pokok”
Namun pada kenyataanya tidak semua
mengapa saya dilahirkan? Apakah
siswa
makna
menghindari
perilaku
memiliki
kesadaran
menghindari
perilaku
ada
yang
anak
untuk
menyimpang,
Buat
apa
saya
melanjutkan hidup saat saya lelah,
dalam
depresi atau merasakan terkalahkan?
belajarnya, namun kurang memiliki
Apakah yang dapat membuat semua
kesadaran untuk menghindari perilaku
berharga?
yang menyimpang. Sebenarnya siswa
ditentukan oleh suatu kerinduan yang
SMP N 1 Surakarta merupakan siswa
sangat manusiawi untuk menentukan
yang
selalu
makna nilai dari upaya atau yang
memiliki sifat yang jujur namun tidak
membawa kita melampaui diri kita dan
semua siswa yang memiliki sifat
keadaan
tersebut mampu menghindari perilaku
membuat
yang menyimpang.
bermakna.
pandai,
pandai
hidup?
disiplin
dan
Kecerdasan spiritual diartikan
kita
diarahkan
saat
bahwa
ini,
sesuatu
kita
dan
perilaku
kita
dan
SQ
terpisah
atau
IQ
kecerdasan untuk menghadapi dan
besama-sama
memecahkan persoalan makna dan
menjelaskan keseluruhan kompleksitas
nilai
kecerdasan manusia dan juga kekayaan
yaitu
kecerdasan
yang
menentukan perilaku dan hidup kita
dalam konteks makna yang lebih luas,
kecerdasaan
untuk
menilai
bahwa
tindakan atau jalan hidup seseorang
jiwa
tidak
serta
imajinasinya.
lain. Kecerdasan Spiritual (SQ) adalah
landasan
yang
diperlukan
untuk
untuk
SQ
menjadikan kita makhluk yang benar
utuh secara intelektual, emosional dan
spiritualnya.
SQ
tidak
berhubungan dengan
lebih bermakna dibanding dengan yang
cukup
yang
sebagian
orang
mesti
agama. Bagi
menemukan
cara
pengungkapan melalui agama formal
tetapi tidak menjamin SQ tinggi.
Banyak orang humanis dan atheis
menghindari
memiliki SQ sangat tinggi, sebaliknya
menyimpang?
banyak orang yang
perilaku
aktif beragama
Sebagaimana penelitian yang
memiliki SQ yang rendah. Kecerdasan
lain, penelitian yang peneliti lakukan
spiritual adalah kecerdasan yang dapat
ini
membantu
dan
Adapun penelitian yang berhubungan
mengembangkan diri kita secara utuh.3
dengan permasalahan yang penulis
kita
membangun
Untuk
mempertajam
dan
bukanlah
yang
pertama
kali,
angkat dalam skripsi ini antara lain:
memberikan batasan penelitian yang
1. Lilik Maftukhatul Mukhoyyarah
jelas, maka penulis membuat beberapa
(STAIN Semarang, 2011) dalam
pertanyaan sebagai rumusan masalah
skripsinya
sebagai berikut:
“Hubungan Tingkat Kecerdasan
1. Bagaimana
kecerdasan
spiritual
yang
berjudul
Spiritual (SQ) dengan Kesadaran
memberi warna terhadap siswa
Siswa
dalam
Menyimpang pada Siswa Kelas
menghindari
perilaku
mendukung
kesadaran
apa
dan
saja
yang
menghambat
siswa
menghindari
untuk
perilaku
menyimpang?
Sesuai
Perilaku
VIII MTS Al-Uswah Kecamatan
menyimpang?
2. Faktor-faktor
Menjauhi
Bergas
Kabupaten
Semarang
Tahun 2011” menemukan bahwa
hasil
penelitian
laksanakan
yang
dan
penulis
pembahasan
sebelumnya, penulis mengambil
dengan
rumusan
masalah yang diajukan, maka tujuan
kesimpulan sebagai berikut:
a. Tingkat
kecerdasan spiritual
yang ingin dicapai dalam penelitian ini
(SQ) siswa kelas VIII MTs Al-
adalah:
Uswah
1. Untuk mendiskripsikan kecerdasan
Kabupaten Semarang Tahun
spiritual memberi warna terhadap
2011 berada pada kategori
siswa dalam menghindari perilaku
tingi, hal ini terbukti dari hasil
menyimpang?
penelitian
2. Untuk
mendiskripsikan
Kecamatan
yang
Bergas
menyatakan
faktor-
dari 39 responden terdapat
faktor apa saja yang mendukung
61,5% pada kategori tinggi,
dan menghambat kesadaran untuk
38,5% pada kategori sedang,
dan 0% pada kategori rendah.
3
Ibid., hlm 4
b. Tingkat
kesadaran
siswa
2. Ahmad Nashihun Amin, Jurusan
menjauhi perilaku menyimpang
Bimbingn dan Penyuluhan Islam
pada siswa kelas VIII MTs Al-
Fakultas
Uswah
Bergas
Kalijaga Yogyakarta, 2008 yang
Kabupaten Semarang Tahun
berjudul “Perilaku Menyimpang
2011 berada pada kategori
Pada
tinggi, hal ini terbukti dari hasil
Mu’alimin
Kecamatan
penelitian
yang
menyatakan6
Dakwah
Santri
UIN
Pondok
Sunan
Pesantren
Muhammadiyah
Yogyakarta”.
Skripsi
tersebut
macam
dari 39 responden terdapat
membahas
berbagai
100% pada kategori tinggi, 0%
perilaku
menyimpang
pada kategori sedang, dan 0%
dilakukan oleh santri di Sekolah
pada kategori rendah.
Mu’alimin
c. Setelah diketahui dari hasil
yang
Yogyakarta
punishment yang
dan
diberikan oleh
analisis data product moment
BK
dan dapat diketahui hasilnya
menyimpang tersebut serta upaya
yaitu
selanjutnya
pembinaan. Adapun hukuman dan
dikonsultasikan dengan tabel
pembinaan bersifat edukatif seperti
product moment pada N 39
adzan,
diperoleh batas perolehan untuk
menghafal al-Qur’an.
0,095
dalam
mengatasi
membuat
perilaku
makalah
dan
taraf signifikan 5% sebesar
3. Taufiq Nahar Jami’ah, Jurusan
0,408 dan pada taraf signifikan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas
1% sebesar 0,316 nilai rxy lebih
Tarbiyah
≤ dari tabel.
Yogyakarta, 2008 dengan judul
UIN
Sunan
Kalijaga
d. Dengan hasil peneliatan yang
“Upaya Guru PAI dalam Mengatasi
diperoleh karena tidak ada
Perilaku Menyimpang Siswa Kelas
hubungan
XI di SMA Muhammadiyah 1
yang
positif,
kemungkinan ini disebabkan
Klaten”.
karena
faktor
membahas perilaku menyimpang di
baik,
SMA Muhammadiyah 1 Klaten dan
adanya pergaulan bebas yang
faktor yang mempengaruhi serta
menjadikan seorang melakukan
upaya yang dilakukan oleh guru
perilaku
PAI dalam mengatasinya. Adapun
lingkungan
adanya
kurang
menyimpang
jadi
Skripsi
tersebut
jangan dilihat segi negatifnya
penyimpangan
saja.
dominan adalah cyber crime yang
yang
paling
didominasi oleh korban teknologi
spiritual
yang
kecerdasan.4
mengandung
pornografi.
unsur
Faktor
yang
dan
akhirnya
Berikut
definisi
mempengaruhi ada 2 yaitu ekstern
Spiritual Quotient (SQ) yang
dari lingkungan dan intern dari
ditemukan
para siswa itu sendiri. Upaya yang
psikologi.
dilakukan oleh guru PAI dengan
1) Danah
oleh
para
Zhohar
dan
ahli
Ian
pendekatan personal, metode shock
Marshall
therapy,
Kecerdasan spiritual adalah
metode
praktek
keagamaan, dan metode pedagogis.
kecerdasan
untuk
menghadapi
Tinjauan Teoritik
Untuk menghindari penafsiran
dan
memecahkan
persoalan
yang kurang tepat atas judul penelitian
makna
di atas, perlu ditegaskan kata kunci
Kecerdasan
sebagai berikut:
membuat
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual
menempatkan perilaku dan
dan
nilai.
yang
kita
hidup dalam kontek makna
(SQ)
a. Kecerdasan
Spiritual
(SQ)
yang lebih luas dan kaya,
Perspektif Psikologi
kecerdasan untuk menilai
Psikologi
mulanya
bahwa tindakan atau jalan
mengarahkan persatuanya pada
hidup
dimensi spiritualitas manusia,
bermakna
tepatnya
dengan yang lain5
yakni
dapat
pada
tahun
ketika
1969,
Journal
Transpersonal
of
seseorang
lebih
dibandingkan
2) Marsha Sinetar
Psychology
Kecerdasan spiritual adalah
pertama kali diterbitkan. Dalam
kecerdasan yang mendapat
jurnal
inspirasi,
penelitian
tersebut
banyak
yang
dilakukan
seperti
penghayatan,
ketuhanan,
peak
4
experience, pengalaman mistis,
ekstansi, kesadaran ruhaniah,
kesadaran kosmis, aktualisasi
transpersonal,
dan
efektivitas yang terinspirasi,
untuk memahami gejala-gejala
ruhaniah,
dorongan
pengalaman
Jalaludin Rahmat, Psikologi dan Agama dalam
Danah Zhohar dan Ian Marshall (Bandung: Mizan,
2001), hlm. 27.
5
Danah Zohar dan Ian Marshal, SQ (Memanfaatkan
Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Interalistik
dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan)
(Bandung: Mizan, 2002), hlm. 4.
yang
di
dalamnya
kita
semua menjadi kajian. 6
manusia
seutuhnya,
memiliki
pola
tauhidi
3) Khalil Khayari
berprinsip
bagian dari dimensi non
Allah”.8
materi, roh manusia. Inilah
“hanya
Indikator
Spiritual antara lain:
yang
semua
1) Kemampuan
harus
fleksibel
kita
Kita
mengenalinya seperti apa
adanya,
menggosoknya
yang
besar
menggunakannya
memperoleh
2) Tingkat
dan
5) Keenggenan
menyebabkan
untuk
yang tidak perlu.
tampaknya
6) Kecenderungan
kerugian
untuk
melihat keterkaitan antara
berbagai hal.9
spiritual
untuk
untuk
tetapi,
yang penulis maksud adalah
kemampuan
untuk
rasa sakit.
tidak terbatas.7
Sedangkan
memanfaatkan
menghadapi dan melampaui
dan
ditinggikan
menghadapi
4) Kemampuan
kecerdasan spiritual dapat
kemampuannya
diri
penderitaan.
lainya,
Akan
secara
kesadaran
dan
abadi. Seperti dua bentuk
diturunkan.
(adaptif
3) Kemampuan
kebahagiaan
ditingkatkan
bersikap
yang tinggi.
untuk
kecerdasan
karena
spontan dan aktif).
sehingga berkilap dengan
tekat
serta
Kecerdasan
intan yang belum terasah
memilikinya.
b. Spiritual Quotient Perspektif
memberi
Islam
makna ibadah terhadap setiap
Spiritualitas
merujuk
perilaku dan kegiatan, melalui
pada apa yang berkaitan dengan
langkah-langkah dan pemikiran
dunia ruhani, dekat dengan
yang
tuhan,
bersifat
fitrah,menuju
8
6
pemikiran
(integralistik)
Kecerdasan spiritual adalah
dan
Agus Nggermanto, Cara Praktis Melejitkan IQ,
EQ, dan SQ yang Harmonis (Bandung: Nuansa,
2008), hlm. 117.
7
Mimi Doe dan Marsha Walch, 10 Prinsip Spiritual
Parenting (Bandung: Mizan, 2001), hlm. 27.
yang
batin,
sering
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses
Membangun Kecerdasan Emosidan Spiritual ESQ
Emotional Spiritual Quotient (Jakarta: Arga, 2001),
hlm. 57.
9
Danah Zohar dan Ian Marshal, SQ Memanfaatkan,
hlm. 14.
diidentifikasikan
kenyataan
dengan
yang kekal dan
abadi.10 Dorongan spiritual ini
dan
upaya
itu
berada
pada nilai-nilai
keimanan kepada Illahi.11
tertanam pada pangkal esensi
2) Ary Ginanjar Agustian
sifat dasar manusia yang oleh
Spiritual Quotient adalah
Al-Qur’an disebut ruh.
kemampuan untuk memberi
Berikut
definisi
makna
ibadah
terhadap
Spiritual Quotient dari sudut
setiap perilaku dan kegiatan
pandang
melalui
islam
yang
langkah-langkah
dikemukakan oleh para tokoh
dan pemikiran yang bersifat
muslim.
fitrah,
1) Toto Asmoro
seutuhnya (insan kamil),
Kecerdasan
ruhaniyah
(spiritual)
dan
adalah
menuju
pemikiran
pada
cinta
yang
berprinsip
kepada
Allah
Allah SWT.12
dan seluruh ciptaan-Nya.
Sebuah
keyakinan
serta
hanya
kepada
3) Suharso
Spiritual Quotient adalah
yang
mampu mengatasi seluruh
mampu
perasaan
problem-problem
yang
pola
tauhid
(integralistik),
rasa
manusia
memiliki
kecerdasan yang berpusat
mendalam
bersifat
menyelesaikan
materi, bersifat sementara
kehidupan
dan fana. Kecerdasan ini
memuaskan dan sekaligus
memberi
bentuk
menyelamatkan.
kesempatan
kepada
dengan
berbuat,
kembali
manusia
10
tertinggi
untuk
secara
Artinya
mensistesakan
kecerdasan-
tetapi kebebasanya harus
kecerdasan
disertai dengan rasa cinta
dengan
yang melahirkan tanggung
spiritual, maka kita telah
jawab
dengan
berarti menyelesaikan tugas
menempatkan
mahabbah
manusia dan kemanusiaan
lillah
kebenaran
sebagai
Sayyed Hossein, Islamic Spirituality (New York:
Crossroad, 1991), hlm. 17.
11
yang
ada
kecerdasan
Toto
Asmara,
Kecerdasan
Ruhaniah
(Transendental Intellegence) (Bandung: Gema
Insani Press, 2001), hlm. 10-11.
12
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia , hlm. 57.
itu
dengan
tepat
dan
d. Pemahaman
benar.13
hidupnya:
dapat
tujuan
merasakan
arah nasibnya, melihat berbagai
2. Ciri-ciri Anak yang Mempunyai
kemingkinan, seperti cita-cita
Kecerdasan Spiritual
Pada masa mudanya, orang-
yang
suci
atau
sempurna,
orang yang mempunyai kecerdasan
diantara hal-hal yang biasa,
spiritual memiliki banyak sifat,
e. “Kelaparan yang tidak dapat
secara
dipuaskan” akan hal-hal yang
bersamaan terlihat jelas dalam diri
selektif diminati, sering kali
setiap anak. Lewat pengamatan
membuat mereka menyendiri
terhadap anak-anak mereka, kita
atau memburu tujuan tanpa
belajar
yang
tidak
semuanya
bahwa
kesadaran
ciri-ciri
utama
berfikir lain. Pada umumnya
tinggi
terkait
mementingkan
yang
dengan persepsi tentang kesatuan
orang lain
dan itu meliputi:
untuk
a. Kesadaran diri yang mendalam,
orang lain.
intuisi, kekuatan atau otoritas
kepentingan
atau keinginnan
berkontribusi
kepada
f. Gagasan-gagasan yang segar
bawaan.
dan aneh, rasa humor yang
b. Pandangan luas terhadap dunia:
dewasa. Kita bertanya kepada
melihat diri sendiri dan orang-
anak-anak, “dari mana kamu
orang
terkait,
dapatkan gagasan-gagasan itu?”
menyadari tanpa diajari bahwa
dan ragu apakah mereka bukan
bagaimanapun
jiwa-jiwa
lain
saling
kosmos
ini
hidup dan bersinar, memiliki
tua
yang
tinggal
dalam tubuh yang masih muda?
sesuatu yang disebut “cahaya
g. Pandangan
subjektif”.
pragmatis
dan
efisien tentang realitas, yang
c. Moral tinggi, pendapat yang
sering
(tetapi
kokoh, kecenderungan untuk
menghasilkan
merasa gembira, “pengalaman
yang
puncak”
praktis.14
dan
bakat-bakat
estetis.
Suharso, Mencerdaskan Anak (Jakarta: Inisiasi
Press, 2001), hlm. 198-199.
sehat
tidak
selalu)
pilihan-pilihan
dan
hasil-hasil
3. Perilaku Menyimpang
14
13
tentang
Marsha Sinetar, Belajar dari Anak Yang
Mempunyai Kesadaran Diri (Jakarta: PT
Gramedia, 2001) hlm. 7-8.
a. Pengertian Perilaku
remaja, dapat digolongkan
Menyimpang
sebagai berikut:
Salah satu upaya untuk
a) Rational choice: teori
mendefinisikan penyimpangan
ini
mengutamakan
perilaku
faktor
individu
remaja
kenakalan
dalam
anak
arti
(juvenile
pada faktor lingkungan.
delinquency) dilakukan oleh M.
Kenakalan
Gold dan J. Petrono (Weiner,
dilakukannya
adalah
1980:
atas
interes,
497),
yaitu
sebagai
yang
pilihan,
berikut:
motivasi
1) Menurut M. Gold dan J.
kemauannya sendiri. Di
Petrono
adalah
tindakan
seseorang
dewasa
atau
Indonesia banyak yang
Kenakalan
yang
yang
anak
percaya pada teori ini,
oleh
misalnya
kenakalan
belum
remaja diangap sebagai
sengaja
kurang iman sehingga
melanggar hukum dan yang
anak
diketahui oleh itu sendiri
pesantren
bahwa
perbuatanya
dimasukkan ke sekolah
sempat
diketahui
oleh
petugas
hukum
bisa
ia
itu
dikenai hukuman.15
Menurut
ke
kilat
atau
agama.
b) Social disorganization:
kaum
Jensen
dikirim
positivis
umumnya
mengutamakan
sekali
budaya
faktor
yang
kenakalan
menyebabkan
kenakalan
perilaku
adalah
pada
faktor
yang
remaja maupun kelainan
remaja
pada
lebih
dalam kenyataan, banyak
menyebabkan
remaja
berkurangnya
umumnya. Berbagai teori
atau
yang mencoba menjelaskan
pranata-pranata
penyebab
masyarakat yang selama
kenakalan
menghilangnya
ini
15
dari
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Agama (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011) hlm. 252.
keseimbangan
harmoni
menjaga
atau
dalam
masyarakat.
Orang
bergaul dengan teman-
tuayang sibuk dan guru
teman yang dianggap
yang kelebihan beban
nakal, dan
merupakan
anak-anaknya
dari
penyebab
berkurangnya
fungsi
keluarga
menyuruh
untuk
berkawan
dan
dengan
teman-teman
yang
pandai dan raji belajar.16
sekolah sebagai pranata
kontrol.
2) Menurut Dr. Kusumanto
c) Strain:
Teori
dikemukakan
Merton
ini
Kenakalan
oleh
adalah
remaja
tingkah
laku
yang
sudah
individu yang bertentangan
di
bab
dengan syarat-syarat dan
diuraikan
terdahulu.
Intinya
pendapat
adalah bahwa tekanan
dianggap
yang
acceptable dan baik oleh
besar
masyarakat,
dalam
misalnya
suatu
umum
yang
sebagai
lingkungan
atau
kemiskinan,
hukum yang berlaku di
menyebabkan sebagian
suatu
dari anggota masyarakat
berkebudayaan.
yang
memilih
melakukan
jalan
kejahatan
Kenakalan anak dan
remaja
d) Differential association:
teori
kenakalan
adalah
pergaulan.
bersumber
moral
ini,
dari
yang
sudah
berbahaya atau beresiko.
remaja
akibat
yang
3) Menurut Hurlock (1978)
atau kenakalan remaja.
menurut
masyarakat
Menurutnya,
salah
kerusakan
moral katanya bersumber
Anak-anak
dari:
1)
keluarga
yang
nakal karena bergaulnya
sibuk, keluarga retak, dan
dengan anak-anak yang
keluarga
nakal juga. Paham ini
parent dimana anak hanya
banyak dianut orang tua
diasuh
di
menurunya
Indonesia,
sering
kali
anak-anaknya
yang
singgle
dengan
oleh
ibu.
kewibawaan
melarang
untuk
16
2)
Sarlito W. Sarwono, Psikologi, hlm. 255.
sekolah dalam mengawasi
b) Faktor
anak.17
fasilitas
pendidikan.
b. Sebab-sebab Kenakalan
c) Norma-norma
Remaja
pendidikan
1) Faktor-faktor di dalam diri
kekompakan guru
dan
d) Kekurangan Guru.18
anak itu sendiri
a) Lemahnya
pertahanan
c. Penanganan terhadap Perilaku
diri.
Menyimpang Remaja
b) Kurang
kemampuan
Menurut Rogers (Adam
penyesuaian diri.
& Gullotta, 1983: 56-57) ada
c) Kurangnya dasar-dasar
tiga
ketentuan
keimanan di dalam diri
dipenuhi
remaja.
remaja.
yang
untuk
harus
membantu
a) Kepercayaan
2) Penyebab kenakalan yang
berasal
dari
Remaja
lingkungan
harus
percaya
kepada orang yang mau
keluarga
membantunya (orang tua,
a) Anak kurang mendapat
guru, psikolog, ulama, dan
kasih
sayang
dan
sebagainya). Ia harus yakin
perhatian orang tua.
b) Lemahnya
bahwa penolong ini tidak
keadaan
akan membohonginya dan
ekonomi orang tua di
bahwa kata-kata penolong
desa-desa,
telah
ini memang benar adanya.
menyebabkan
tidak
mampu
kebutuhan
b) Kejujuran
mencukupi
Remaja
anak-
penolongnya
anaknya.
c) Kehidupan
mengharapkan
menyampaikan apa adanya
keluarga
saja, termasuk hal-hal yang
yang tidak harmonis.
kurang menyenangkan. Apa
3) Penyebab kenakalan yang
yang salah dikatakan salah,
bersumber dari sekolah
apa yang benar dikatakan
a) Faktor guru.
benar.
Yang
tidak
17
Sofyan S. Willis, Remaja dan Masalahnya
(Bandung: Alfabeta, 2012) hlm.89.
18
Sofyan S. Wills, Remaja, hlm. 92-118.
bisa
diterimanya adalah jika ada
melakukan
hal-hal
dia
metode penelitian yang tersusun secara
pada
sistematis, dengan tujuan agar data yang
orang lain atau pada orang
diperoleh valid, sehingga peneliti ini layak
tuanya
untuk diuji kebenaranya
yang
disalahkan,
pada
tetapi
sendiri
dianggap
benar.
penelitian
Penelitian
c) Kemampuan mengerti dan
menghayati
(empaty)
ini
merupakan
penelitian lapangan (field research)
dengan
pendekatan
kualitatif.
Penelitian kualitatif yaitu penelitian
Dalam posisi yang berbeda
yang prosedurnya menghasilkan data
antara
orang
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
usia,
lisan dari orang-orang dan perilaku
perbedaan status, perbedaan
yang diamati dengan data berupa hasil
cara
pengamatan, hasil wawancara, hasil
anak
dan
(perbedaan
berpikir
dan
sebagainya) sulit bagi orang
pemotretan,
dewasa (khususnya orang
dokumen,
tua) untuk berempati pada
dituangkan dalam bentuk dan bilangan
remaja karena setiap orang
statistik.
(khususnya
yang tidak
cenderung
cuplikan
catatan
akan
untuk
melihat
segala
Suatu
persoalan
dari
sudut
memerlukan
pandangnya
sendiri
dan
reaksinya
mendukung
digunakan peneliti untuk meneliti.20 Untuk
Sarlito W. Sarwono, Psikologi, hlm.232-234
Pupuh Fathurahman,
Metode Penelitian
Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm.
97.
penelitian
tempat
penelitian
memperoleh
data
tercapainya
guna
tujuan
penelitian. Peneliti dilakukan di
SMP
Metode penelitian adalah cara yang
tidak
yang akan dijadikan sebagai lokasi
untuk
METODOLOGI PENELITIAN
lapangan,
dari
1. Tempat Penelitian
mendasarkan penilaian dan
pada
tertulis
A. Tempat dan Waktu Penelitian
terlatih)
pandanganya itu sendiri. 19
20
diperlukan
perasaan remaja
dewasa
19
ini
N
1
Surakarta
dengan
pertimbangan terletak di tempat
yang sangat strategis sehingga
peneliti
mudah
untuk
menjangkaunya.
Penentuan subjek penelitian
tersebut menggunakan teknik snow
ball sampling. Teknik snow ball
sampling dilakukan dengan cara
survey. Populasi target adalah seluruh
“mengumpulkan data dari beberapa
unit
orang
survey adalah sub unit dari populasi
yang memenuhi
kriteria
populasi,
sedangkan
populasi
untuk dijadikan anggota sampel,
penelitian.23
kemudian
informasi
menggunakan populasi survey, yang
mengenai orang lain yang akan
dijadikan subjek penelitian adalah
dijadikan sampel berikutnya”.21
SMP N 1 Surakarta.
menjadi
2. Waktu Penelitian
Dalam
penelitian
ini
C. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilaksanakan
Metode-metode
yang
dengan perincian sebagai berikut.
digunakan dalam pengumpulan data
Pengajuan Judul
dalam penelitian ini adalah:
:
Bulan
Januari
1. Wawancara
Pengajuan Proposal
:
Wawancara adalah “teknik
Bulan
Januari
BAB I, II, dan III
:
Bulan
Januari - Maret
Pengumpulan Data
:Bulan
:
Bulan
mengajukan
data
dengan
mengajukan
pertanyaan
kepada
dan
mencatat
atau
jawaban-jawaban
responden yang dapat dilakukan
April- Juni
secara langsung maupun tidak
BAB IV dan V
langsung”.24 Dalam penelitian ini
: Bulan Juni
: Bulan September
penulis
Populasi adalah keseluruhan
penelitian.22
mengumpulkan
data
dengan cara berdialog langsung
B. Metode Penentuan Subjek Populasi
merupakan
dengan
merekam
Analisis Data
subjek
data
responden
Maret-April
BAB VI
pengumpulan
dengan
Populasi
Guru
mengembangkan
PAI
dalam
kecerdasan
universal yang dapat
spiritual. Dialog juga dilakukan
berupa orang, benda, atau wilayah
dengan peserta didik dan guru Non
yang ingin diketahui oleh peneliti.
PAI hubungan tingkat kecerdasan
Populasi dapat dibedakan menjadi dua
spiritual dengan kesadaran siswa
yaitu populasi target dan populasi
menjauhi perilaku menyimpang.
21
Pupuh
Fathurahman, Metode Penelitian
Pendidikan, hlm.164.
22
Arikunto (1992: 102 ) dalam Zainal, Saifuddin,
2009. Desentralisasi Pendidikan di Era Otonomi
Daerah. Surakarta: Fakultas Agama Islam UMS.
hlm. 13.
23
Sudarman, Damin, 2000. Metode Penelitian
Untuk Ilmu-ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Bumi
Aksara, hlm. 87.
24
Sutama,
Metode
Penelitian
Pendidikan
Kuantitatif dan Kualitatif, hlm. 64.
penting dalam proses penelitan,
a. Metode Dokumentasi
karena dengan analisis inilah
Merupakan
pengumpulan
data
data
dengan
terkumpul
akan
menghimpun data menganalisis
tampak manfaatnya, terutama
dokumen-dokumen
baik
dalam memecahkan masalah
maupun
penelitian dan mencapai tujuan
tertulis,
gambaran,
elektronik.25
ini
akhir penelitian. Penelitian ini
untuk
menggunakan analisis deduktif
mengumpulkan data-data yang
yaitu menjabarkan dari hal
berhubungan
umum kepada hal-hal khusus.27
Metode
digunakan
geografis
dengan
SMP
letak
Negeri
Setelah data terkumpul, peneliti
1
Surakarta, sejarah berdirinya,
menyajikannya
visi
struktur
menggunakan
keadaan
yang
dan
organisasi
misi,
sekolah,
dengan
analisis
data
bersifat
deskriptif
mencakup
guru, karyawan, siswa, dan
kualitatif
yang
sarana prasarana.
masalah
deskripsi
murni
tentang
program
atau
b. Metode Observasi
pengalaman
Observasi adalah teknik
pengumpulan data dengan cara
lingkungan
mengadakan
Deskripsi
pengamatan
seseorang
di
penelitian.
ini
ditulis
dalam
terhadap objek., baik secara
bentuk narasi untuk melengkapi
langsung
tidak
gambaran menyeluruh tentang
ini
apa yang terjadi dalam aktivitas
maupun
langsung.
26
Metode
digunakan untuk mengetahui
atau
hubungan kecerdasan spiritual
dilaporkan.28
siswa
dalam
menghindari
Metode analisis data
Analisis
data
peristiwa
yang
ANALISIS DATA
perilaku yang menyimpang.
c.
yang
Pada sub bab ini data yang berhasil
dikumpulkan dianalisis dengan mendasar
dalam
penelitian merupakan bagian
pada variabel-variabel yang dikaji sesuai
dengan
rumusan
masalah
selanjutnya
dikaitkan dengan teori yang ada, yaitu:
25
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian
Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006) hlm. 220.
26
Pupuh
Fathurahman, Metode Penelitian
Pendidikan , hlm.183.
27
Pupuh Fathurahman, Metode Penelitian
Pendidikan,hlm.166.
28
Emir, Metodologi Penelitian Pendidikan (
Jakarta: Rajawali,2010),hlm.175)
bahwa perilaku menyimpang adalah
A. Kecerdasan Spiritual
Berdasarkan
data
yang
perilaku
seseoang
yang
belum
diperoleh dari penelitian di lapangan
mengerti dan masih belum dewasa
yang
yang
tercantum
menjelaskan
spiritual
dalam
bahwa
menurut
SMP
bab
4
sengaja
melanggar
hukum.
kecerdasan
Penyimpangan yang terjadi di SMP
Negeri 1
Negeri
1
Surakarta
hanya
Surakarta adalah sikap dan perilaku
penyimpangan
yang patuh dalam melaksanakan ajaran
tidak
agama yang dianutnya, jujur, toleransi,
terlambat, membuli teman tetapi tidak
kerja
sampai
keras,
kreatif,
mandiri,
ringan seperti atribut
lengkap,
datang
menciderai
kesekolah
teman
dan
demokratis, rasa ingin tahu, semangat
menyontek saat ulangan. Berdasarkan
kebangsaan,
air,
data di atas menunjukkan kesesuaian
menghargai prestasi, bersahabat dan
antara hasil penelitan yang berda di
komunikatif,
bab IV dan teori yang berada di bab II.
cinta
cinta
tanah
damai,
gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial dan tanggung jawab. Seperti
C. Pengukuran Kecerdasan Spiritual
yang sudah dijelaskan di bab 2 bahwa
dalam
Kecerdasan
Menyimpang pada Siswa Kelas VIII
Spiritual
adalah
kecerdasan untuk menghadapi dan
Menghindari
Perilaku
SMP Negeri 1 Surakarta
Cara
memecahkan persoalan makna dan
mengukur
kecerdasan
nilai. Kecerdasan yang dapat membuat
spiritual dalam menghindari perilaku
kita menempatkan perilaku dan hidup
menyimpang
dengan
menggunakan
dalam kontek makna yang lebih luas
pernyataan-pernyataan
yang
dan kaya, kecerdasan untuk menilai
berhubungan dengan keagamaan dan
bahwa tindakan
kecerdasan
atau jalan hidup
seseorang
lebih
dibandingkan
dengan
bermakna
yang
lain.
spiritual
menghindari
Dari
dalam
perilaku
menyimpang.
pengukuran
tersebut
Berdasarkan data tersebut terdapat
menunjukkan bahwa siswa memiliki
kesesuaian antara data yang diperoleh
kesadaran untuk menghindari perilaku
dari penelitian dengan teori yang ada.
menyimpang yang tinggi. Berdasarkan
data di atas menunjukkan kesesuaian
B. Perilaku Menyimpang
Berdasarkan
data
yang
diperoleh dari penelitian di lapangan
yang tercantum di bab 4 menjelaskan
antara hasil penelitan yang berda di
bab IV dan teori yang berada di bab II.
D. Keterkaitan Kecerdasan Spiritual
dalam
Menghindari
Perilaku
menyimpang.
Yang
kedua
adalah
lingkungan sekitar rumah yang selalu
diajarkan pendidikan keagamaan serta
Menyimpang
Berdasarkan
yang
sopan santun kepada semua orang.
diperoleh dari penelitian di lapangan
Faktor yang ketiga yaitu teman, apabila
yang tercantum di bab 4 menjelaskan
siswa hidup dalam lingkungan teman-
bahwa
dengan
teman yang baik dan tidak pernah
kecerdasan spiritual di SMP Negeri 1
melakukan penyimpangan maka siswa
Surakarta
yang
tersebut juga akan tumbuh menjadi
yang
siswa
Jika
data
dikaitkan
banyak
menghindari
siswa
perilaku
menyimpang,
mereka
sudah
di
yang
perilaku
mampu
yang
menghindari
menyimpang.
biasakan untuk menghindari perilaku
Berdasarkan data di atas menunjukkan
menyimpang sehingga jika ada siswa
kesesuaian antara hasil penelitan yang
yang tidak bisa menghindari perilaku
berda di bab IV dan teori yang berada
yang menyimpang maka siswa tersebut
di bab II.
akan
siap
menerima
hukuman.
F. Faktor
Penghambat
Kesadaran
Berdasarkan data di atas menunjukkan
Siswa dalam Menghindari Perilaku
kesesuaian antara hasil penelitan yang
Menyimpang
berda di bab IV dan teori yang berada
di bab II.
data
yang
diperoleh dari penelitian di lapangan
E. Faktor Pendukung Kesadaran Siswa
dalam
Berdasarkan
Menghindari
Perilaku
yang tercantum di bab 4 menjelaskan
bahwa
faktor
yang
menghambat
kesadaran siswa dalam menghindari
Menyimpang
Berdasarkan
data
yang
perilaku
yang
menyimpang
yang
diperoleh dari penelitian di lapangan
pertama, faktor ekstren dari lingkungan
yang tercantum di bab 4 menjelaskan
yang kurang baik dan yang kedua yaitu
bahwa
mendukung
faktor interen dari para siswa itu
kesadaran siswa untuk menghindari
sendiri. Berdasarkan data di atas
perilaku menyimpang yang pertama,
menunjukkan kesesuaian antara hasil
dipengaruhi oleh lingkungan keluarga
penelitan yang berda di bab IV dan
yang setiap harinya ada pendidikan
teori yang berada di bab II.
agama
faktor
dan
yang
rutinitas
siswa
yang
dibiasakan oleh keluarganya untuk
menghindari
perilaku-perilaku
KESIMPULAN
Berdasarkan
analisis
data
dan
pembahasan yang telah dilakukan penulis
dalam
penelitiannya,
maka
dapat
Surakarta banyak yang menghindari
dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:
perilaku yang menyimpang, namun
1. Kecerdasan spiritual memberi warna
masih
dalam
menghindari
perilaku
ada
rutin
SMP Negeri 1 Surakarta memiliki
menghindari
kecerdasan spiritual yang tinggi untuk
menyimpang.
perilaku
menyimpang.
yang
Mereka
memiliki
siswa
yang
melaksanakan kegiatan agama secara
menyimpang, itu terbukti bahwa siswa
menghindari
beberapa
namun
belum
bisa
untuk
perilaku
yang
4. Faktor-faktor yang mendukung dan
menghambat kesadaran
siswa untuk
karakter yang religius, jujur, toleransi,
menghindari perilaku menyimpang
kerja
a. Faktor pendukung
keras,
kreatif,
mandiri,
demokratif, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan,
cinta
tanah
1) Lingkungan keluarga yang
Air,
pendidikan agamanya baik.
menghargai prestasi, bersahabat dan
komunikatif,
cinta
damai,
2) Tinggal di lingkungan rumah
gemar
yang baik.
membaca, peduli lingkungan, peduli
3) Teman, yang selalu mengajak
sosial dan tanggung jawab.
2. Program
sekolah
yang
dalam kebaikan.
disajikan
b. Faktor penghambat
sehingga siswa dapat menghindari
1) Faktor ekstern, berasal dari
perilaku menyimpang
lingkungan kurang baik
a. Diadakan shalat dhuha setiap
2) Faktor intern, berasal dari
istirahat pertama bagi yang muslim
dalam diri siswa itu sendiri.
dan bagi non muslim diajakan
sembahyang .
DAFTAR PUSTAKA
diadakan bimbingan untuk siswa.
c. Pembinaan rutin setiap hari sabtu
yaitu
pembinaan
Budaya
dan
Karakter.
3. Keterkaitan kecerdasan spiritual dalam
menghindari
perilaku
menyimpang
Jika
dikaitkan
dengan
Nggermanto. 2008. Quantum
Quetient: Cara Praktis Melejitkan
IQ, EQ, dan SQ yang Harmonis.
Bandung: Nuansa.
Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia
Sukses Membangun Kecerdasan
Emosidan Spiritual ESQ Emotional
Spiritual Quotient. Jakarta: Arga.
Asmara,
Toto.
2001.
Kecerdasan
Ruhaniah
(Transendental
Intelegence). Jakarta: Gema Insani
Press.
Damin,
Sudarman.
2000.
Metode
Penelitian
untuk
Ilmu-Ilmu
Agus,
b. Setiap hari jumat selesai KBM
kecerdasan
spiritual siswa di SMP Negeri 1
Perilaku. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Departemen Agama RI. 2007.Al-Qur’an
dan
Terjemahannya.
Bandung:Syamil Qur’an.
Emir, 2010. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Fathurahman, Pupuh. 2011. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung:
Pustaka Setia.
Marsha Walch, Mimi Doe. 2001. 10
Prinsip
Spiritual
Parenting.
Bandung: Mizan.
Rahmat, Jalaludin. 2001. SQ: Psikologi
dan Agama, dalam Danah Zhohar
dan
Ian
Marshal,
SQ:
Memanfaatkan
Kecerdasan
Spiritual
dalam
Berfikir
Integralistik dan Holistik Untuk
Memaknai Kehidupan. Bandung:
Mizan.
Saifudin, Zainal. 2009. Desentralisasi
Pendidikan
di Era Otonomi
Daerah.
Surakarta:
Fakultas
Agama Islam UMS.
Sarwono, Sarlito W. 2011. Psikologi
Agama. Jakarta: Rajawali Pers.
Sofyan S, Willis. 2012. Mengungkapkan
Berbagai
Bentuk
Kenakalan
Remaja Seperti Narkoba, Free Sex
dan
Pemecahanya.
Bandung:
Alfabeta.
Suharso. 2001. Mencerdaskan Anak.
Jakarta: Inisiasi Press.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006.
Metodologi Penelitian Pendidikan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sutama,
2010.
Metode
Penelitian
Pendidikan
Kuantitatif
dan
Kualitatif. Surakarta: Duta Permata
Ilmu.
Zohar, Danah dan Ian Marshal. 2001. SQ
(Memanfaatkan
Kecerdasan
Spiritual dalam Berfikir Interalistik
dan Holistik untuk Memaknai
Kehidupan). Bandung: Mizan.