PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

(1)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETHINK PAIR SHARE(TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh RINI MUSDIKA

Think Pair Share(TPS) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada siswa dalam memahami konsep matematis me-lalui tahap berfikir secara individu (think), berdiskusi dengan pasangannya (pair) dan berbagi dengan seluruh kelas (share), sehingga siswa dapat lebih mudah me-mahami konsep matematis dari materi yang dipelajari. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013. Sampel diambil secara purposive sampling dan diperoleh kelas VIII 1 sebagai kelas eksperimen dan VIII 3 sebagai kelas kontrol. Desain penelitian ini menggunakanpost-test control design. Data penelitian pemahaman konsep matematis siswa diperoleh melaluipost-test.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh rata-rata nilai pemahaman kon-sep matematis siswa dengan menggunakan model pembelajaran TPS lebih tinggi


(2)

daripada rata-rata siswa dengan pembelajaran konvensional dengan taraf signifi-kansi 5%. Dengan demikian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

Kata kunci: Pengaruh, TPS, Pemahaman Konsep Matematis.


(3)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETHINK PAIR SHARE(TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

(Skripsi)

Oleh RINI MUSDIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETHINK PAIR SHARE(TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

(Skripsi)

Oleh RINI MUSDIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(5)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETHINK

PAIR SHARETERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

SISWA

(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh RINI MUSDIKA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(6)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETHINK

PAIR SHARETERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

SISWA

(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh RINI MUSDIKA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(7)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 8

1. Teori Belajar ... 8

2. Pembelajaran Kooperatif ... 9

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ... 12

4. Pembelajaran Konvensional ... 14

5. Pemahaman Konsep Matematis... 15

B. Kerangka Pikir ... 17


(8)

xv III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... 20

B. Desain Penelitian ... 21

C. Langkah-langkah Penelitian ... 22

D. Data Penelitian ... 24

E. Teknik Pengumpulan Data ... 24

F. Instrumen Penelitian ... 25

1. Validitas... 25

2. Reliabilitas Tes ... 26

G. Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 27

1. Uji Normalitas ... 27

2. Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas) ... 28

3. Uji Hipotesis ... 28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 31

B. Pembahasan ... 32

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 35

B. Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA


(9)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 41

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol... 71

A.3 Lembar Kerja Kelompok (LKK)... 96

B. PERANGKAT TES B.1 Kisi-kisi Soal Tes ... 116

B.2 Soal Tes Materi Prasyarat dan SoalPost-test... 117

B.3 Kunci Jawaban Tes Materi Prasyarat dan SoalPost-test... 119

B.4 Penskoran Indikator Tes Pemahaman Konsep ... 126

B.5 Form Penilaian SoalPost-test... 127

B.6 Surat Keterangan Validasi ... 128

C. ANALISIS DATA C.1 Uji Reliabilitas Tes Uji Coba... 130

C.2 Hasil Tes Materi Prasyarat Kelas 8.1 dan 8.3... 131

C.3 Uji Normalitas Data Tes Materi Prasyarat Kelas 8.1 ... 133

C.4 Uji Normalitas Data Tes Materi Prasyarat Kelas 8.3 ... 136

C.5 Uji Homogenitas Data Tes Materi Prasyarat ... 139


(10)

xviii

C. 7 Analisis Indikator Pemahaman Konsep SkorPost-testKelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol ... 142

C.8 Uji Normalitas DataPost-testKelas Eksperimen... 146

C.9 Uji Normalitas DataPost-testKelas Kontrol ... 149

C.10Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Siswa ... 152

C.11Uji Hipotesis Penelitian ... 153

D. LAIN-LAIN D.1 Kesediaan Membahas Skripsi... 156

D.2 Kesediaan Membimbing Skripsi (Pembimbing I)... 157

D.3 Kesediaan Membimbing Skripsi (Pembimbing II) ... 158

D.4Surat Izin Penelitian Pendahuluan ... 159

D.5 Surat Izin Penelitian ... 160

D.6 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 161

D.7 Daftar Hadir Seminar Proposal ... 162

D.8 Daftar Hadir Seminar Hasil ... 164


(11)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 11

3.2 Distribusi Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran... 20

3.3 Desain Penelitian ... 21


(12)

Motto

Selalu berfikir positif, sabar, dan berserah diri

kepada Allah SWT dalam menghadapi semua

rintangan dan cobaan .

Allah tidak membebani seseorang melainkan

sesuai dengan kesanggupannya .


(13)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Caswita, M.Si. _____________

Sekretaris : Dra. Rini Asnawati, M.Pd. _____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. Nurhanurawati, M.Pd. _____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(14)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Rini Musdika

NPM : 0853021045

Program studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan se-pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Januari 2013 Yang Menyatakan

Rini Musdika NPM 0853021045


(15)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAH SWT, kupersembahkan karya ini dengan kesungguhan hati sebagai

tanda bakti dan cinta kasihku kepada:

Ibu dan Bapak tercinta yang telah membesarkan, mendidik, selalu memberikan doa, semangat serta nasehat, dan yang tak

pernah berhenti mencurahkan kasih

sayangnya dan pengorbanannya dengan tulus ikhlas demi kebahagiaan dan keberhasilanku.

Adik-adikku Nina Ayu Pamuji, Fuad Fadillah dan Husnul Khofifah (Alm) yang selalu memberikan motivasi, semangat dan

dukungannya dalam menyelesaikan studiku. Seseorang yang selalu menyayangiku, yang senantiasa

memberikan doa, semangat dan perhatiannya demi keberhasilanku.

Para guru dan dosen yang dengan tulus ikhlas dan sabar dalam mendidik dan memberikan ilmunya kepadaku.


(16)

Judul Skripsi : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETHINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

Nama Mahasiswa : Rini Musdika Nomor Pokok Mahasiswa : 0853021045

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Caswita, M.Si. Dra. Rini Asnawati, M.Pd.

NIP 19671004 199303 1 004 NIP 19620210 198503 2 003

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 07 Juli 1989. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Suwardi dan Ibu Musinah, S.Pd.SD.

Penulis mengenyam pendidikan formal mulai dari Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Candiretno Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu dan selesai pada tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Pagelaran Kabupaten Pring-sewu dan selesai pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Pagelaran, Kabupaten Pringsewu dan lulus tahun 2008. Kemudian pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa Pendidikan Matematika Fakultas Kegu-ruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur mandiri.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Pagar Buana Keca-matan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat dan menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Way Kenanga, Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat pada tahun 2011.


(18)

xi

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2012/2013)”.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan beserta jajaran dekanat

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, sekaligus Pembimbing Akademik dan Pembimbing I atas kesediaannya untuk memberikan bimbing-an dengbimbing-an penuh kesabarbimbing-an, memberikbimbing-an kritik dbimbing-an sarbimbing-an kepada penulis baik selama perkuliahan maupun selamapenyusunan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, sekaligus pembahas yang telah memberikan saran, dan kritikselama penyelesaian skripsi ini.


(19)

xii

4. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah bersedia memberikan bimbingan, motivasi, semangat, kritik dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah men-didik, membimbing dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menyelesaikan studi.

6. Bapak Suwardi SY, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Pagelaranyang telah memberikan izin penelitian.

7. Ibu M Sulastri, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak memberikan arah-an darah-an masukarah-an selama penelitiarah-an.

8. Siswa-siswi SMP Negeri 1 Pagelaran atas kerja samanya.

9. Ibu dan Bapakku tercinta, atas doa, semangat, perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini demi kebahagiaan dan keberhasilanku.

10. Adik-adikku tersayang (Nina Ayu Pamuji. Fuad Fadillah, dan Husnul Khofifah (Alm)) yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, sema-ngat.dan perhatian untuk keberhasilanku.

11. Semua keluargaku yang tidak dapat kusebutkan satu persatu. Terimakasih atas doa, motivasi dan dukungannya yang telah diberikan selama ini.

12. Mas Firman yang telah menjadi teman terbaik dalam hidupku, terimakasih atas doa, kasih sayang, perhatian, semangat dan dukungannya selama ini. 13. Umi (ibu kos) yang telah memberi tempat berlindung sampai penulis dapat


(20)

xiii

14. Teman-teman penghuni Kosan Annisa (Liza, Dila, Lena, Linda, Eka, Yuni, Susi, Maya, Winda dan Rina) atas semangat, dukungan dan kebersamaannya, semoga persahabatan kita selalu terjalin.

15. Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2008Mandiri Pendidikan Mate-matika:Dwi, Reza, Fepy, Vitri, Qori, Tutik, Susi, Ratna, Siska, Adi, Andyka, Agita, Nay, Khahepi, Radit, Made, Antoni, Meta, Nia, Yuni, Yeni, Asep, Dila, Anggek, Dedi, Endah, Amel, Ari, Elva, Eka, Persi, Ferni, Lina, Martina, Cici, Helda, Evi, Dewi, Decky, Rico, Riko, Kiki, Eko, Mete, Taufik, Arif, Agung, Alvi, Wahidin, Ayu,dan teman-teman reguler 2008: Ayu, Rovi, Desi, Adi, dan lainnya atas kebersamaan dan semua bantuan yang telah diberikan selama ini.

16. Kakak tingkat angkatan 2004 sampai 2007 dan adik-adikku angkatan 2009sampai 2012atas kebersamaannya selama ini.

17. Teman-teman KKN desa Pagar Buana dan PPL di SMP Negeri 1 Way Kena-nga atas kebersamaanya selama tiga bulan.

18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan senantiasa mendapat berkah dan rahmat serta dibalas oleh Allah SWT dan semoga skripsi ini ber-manfaat. Amin.

Bandar Lampung, Januari 2013 Penulis


(21)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat mengembangkan potensi diri dan kemampuan yang dimiliki sebagai bekal kehidupan bermasyarakat. Hal ini sesu-ai dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 yang menjelaskan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana be-lajar dan proses pembebe-lajaran agar peserta didik secara aktif mengembang-kan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengen-dalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, sehat jasmani dan rohani, berkepri-badian mantap dan mandiri, serta bertanggung jawab. Upaya yang dilakukan un-tuk mencapai tujuan pendidikan nasional adalah melalui pendidikan di sekolah. Dalam pendidikan di sekolah tidak terlepas dari pembelajaran.


(22)

2 Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengubah cara ber-fikir dan tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik. Pembelajaran merupakan kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar siswa. Jika pembelajaran ber-langsung dengan baik maka akan membawa perubahan positif pada peserta didik. Pembelajaran pada umumnya berlangsung di sekolah, salah satunya adalah pem-belajaran matematika. Mata pelajaran matematika berfungsi untuk mengem-bangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan-bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran. Dengan adanya pembelajaran matema-tika di sekolah, anak didik dapat menggunakan matemamatema-tika secara fungsional da-lam kehidupan sehari-hari dan dada-lam menghadapi berbagai macam masalah.

Dalam Kurikulum 2004 (Depdiknas, 2003: 5) disebutkan bahwa ciri utama mate-matika adalah disusun dengan penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan dalam matematika diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran pernyataan sebelumnya. Kaitan antar konsep atau pernyataan tersebut bersifat konsisten. Hal ini berarti dalam mempelajari matematika diperlukan penalaran yang baik agar pemahaman konsep dapat dikuasai dengan baik. Selain itu, dalam Standar Isi Mata Pelajaran Matematika (Depdiknas, 2006: 8), pemahaman konsep merupakan poin pertama pada kecakapan matematika yang menjadi tujuan dalam belajar matematika mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. De-ngan pemahaman konsep yang baik maka siswa memiliki kemampuan penalaran yang baik, koneksi, dan komunikasi matematis, serta aplikasi dalam permasalahan matematika. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran matematika pemahaman konsep sangatlah penting.


(23)

3 Pemahaman konsep matematis dapat dipahami dengan baik oleh siswa bila guru menerapkan model pembelajaran yang inovatif dan kreatif pada siswa. Di bebe-rapa sekolah pembelajaran matematika masih berlangsung secara konvensional, sehingga guru lebih sering menyampaikan materi dan mengabaikan siswa selama proses belajar matematika itu sendiri. Pembelajaran hanya berpusat pada guru se-hingga tidak ada aktivitas yang merangsang siswa untuk turut aktif dalam pembe-lajaran. Oleh karena itu, diperlukan suatu pembelajaran yang menarik dan menye-nangkan agar siswa tertarik terhadap pembelajaran matematika sehingga dapat memahami konsep dengan baik, salah satunya dengan model pembelajaran koope-ratif.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang meng-arahkan siswa untuk berperan aktif dalam menyelesaikan masalah yang ada di ke-lompoknya secara bersama-sama. Selain itu pembelajaran kooperatif dapat mem-bantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit serta menumbuhkan ke-mampuan kerjasama dan mengembangkan sikap sosial siswa. Parker (Huda, 2011: 29) mendefinisikan kelompok kecil kooperatif sebagai suasana pembelajar-an di mpembelajar-ana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik dalam mencapai tujuan bersama.

Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif adalah TPS yang dikembang-kan oleh Frank Lyman dariUniversitas of Maryland. Model pembelajaran koope-ratif tipe TPS merupakan tipe model pembelajaran koopekoope-ratif yang menekankan pada kemampuan berfikir siswa. Pembelajaran TPS ini terdiri dari tiga tahap yaitu berpikir (thinking), berpasangan (pairing) dan berbagi (sharing), dengan


(24)

4 adanya ketiga tahap tersebut membantu siswa untuk lebih serius dalam belajar dan saling bekerja sama sehingga siswa dapat lebih mudah dalam menguasai konsep matematis dari materi yang diberikan. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS guru memberi siswa pertanyaan atau suatu permasalahan yang berhubungan dengan materi pelajaran, siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut se-cara mandiri, kemudian didiskusikan dengan pasangan yang dilanjutkan dengan diskuis pleno. TPS membantu siswa menginterpretasikan ide mereka bersama dan membantu siswa dalam pemecahan masalah. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe TPS juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa di-beri kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas, tetapi model pembelajaran TPS belum banyak digunakan dalam proses pembelajaran. SMP Negeri 1 Pagelaran merupakan salah satu sekolah yang belum banyak menggunakan model pembela-jaran dalam proses pembelapembela-jaran matematika.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di SMPN 1 Pagelaran, dalam proses pembelajaran matematika yang berlangsung di dalam kelas masih secara konven-sional, sehingga aktivitas guru masih dominan dan belum banyak melibatkan sis-wa. Guru lebih banyak menyampaikan materi di dalam kelas sedangkan siswanya hanya mendengarkan dan memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Pada proses pembelajaran seperti ini kadang-kadang konsentrasi siswa terpecah de-ngan hal lainnya, akibatnya siswa kurang memahami materi pelajaran, tidak sedi-kit siswa merasa bosan dan jenuh untuk mempelajarinya, siswa hanya sekedar menghafal tanpa memahami konsep dasarnya. Rendahnya penguasaan konsep matematis siswa terlihat pada saat siswa mengerjakan soal latihan maupun soal


(25)

5 ulangan. Sebagian siswa hanya menghafal rumus tanpa mengetahui alur penyele-saian atau rumus awal yang dijadikan dasar dari penyelepenyele-saian soal yang diberikan.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh mo-del pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap pemahaman konsep matematis sis-wa. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS diharapkan siswa dapat tertarik pada pelajaran matematika, sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam peneli-tian ini adalah:

“Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap pema-haman konsep matematis siswa?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembela-jaran kooperatif tipe TPS terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberikan sumbangan terha-dap perkembangan pembelajaran matematika, terutama terkait pemahaman konsep matematis siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.


(26)

6 2. Manfaat Praktis

Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberikan manfaat antara lain :

a. Bagi sekolah, dapat menyumbangkan pemikiran ilmu pengetahuan dalam bidang matematika.

b. Bagi guru, dapat menjadi alternatif dalam menggunakan model pembelajar-an ypembelajar-ang efektif dilihat dari penguasapembelajar-an konsep matematis siswa.

c. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian yang sejenis.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan suatu model pembelajar-an ypembelajar-ang mengutamakpembelajar-an adpembelajar-anya kerjasama pembelajar-antara siswa ypembelajar-ang berpaspembelajar-angpembelajar-an un-tuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa diberi kesempatan unun-tuk berpikir (Think) atas pertanyaan atau masalah yang diberikan guru secara individu, berpasangan (Pair) untuk berdiskusi, dan berbagi (Share) dengan mempre-sentasikan hasil diskusi di depan kelas.

2. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dengan menyampaikan materi melalui ceramah, memberikan lati-han, dan memberikan tugas kepada siswa dengan berpedoman pada buku ce-tak atau LKS.

3. Pemahaman konsep matematis siswa merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsep materi pelajaran matematika yang dapat dilihat dari nilai tes pemahaman konsep. Pemahaman konsep matematis berarti kemampuan


(27)

7 untuk dapat mengerti dan memahami suatu konsep matematis yang relevan dengan ide-ide matematika dan sesuai dengan indikator-indikator pemahaman konsep. Indikator pemahaman konsep tersebut adalah:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.

c. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. d. Menggunakan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

e. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu 4. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran

se-mester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 pada pokok bahasan persamaan garis lurus.


(28)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran Kooperatif

1. Teori Belajar

Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kea-rah yang lebih baik. Menurut Sardiman (1986: 22), secara umum belajar da-pat dikatakan sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia (id-ego-super ego) dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep atau teori. Skinner (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 9) menyatakan bahwa be-lajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang bebe-lajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.

Menurut Bruner (dalam Nasution, 2008: 9), dalam belajar terdapat tiga fase, yakni:

1. Informasi

Dalam setiap pelajaran diperoleh sejumlah informasi. 2. Transformasi

Bantuan guru sangat diperlukan untuk mentransformasikan informasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas.

3. Evaluasi

Dinilai hingga manakah pengetahuan yang diperoleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.


(29)

9 Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dimaknai bahwa belajar meru-pakan suatu perubahan seseorang yang berinteraksi dengan lingkungan untuk memperoleh informasi berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai sikap yang dapat dimanfaatkan untuk memahami hal-hal yang lebih luas.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Lie (2007: 12) pembelajaran kooperatif disebut juga sebagai pembe-lajaran gotong-royong, yaitu merupakan sistem pembepembe-lajaran yang memberi-kan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas yang terstruktur. Rogger dkk (Huda, 2011: 29) menyatakan:

Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.

Suherman dkk (2003: 260) berpendapat bahwa cooperative learning menca-kupi suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk me-nyelesaikan masalah, meme-nyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya serta menekankan pada kehadiran teman se-baya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim.

Estiti (dalam Gunawan, 2010), menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam tim (team) untuk menuntaskan tujuan belajar, 2. Tim terdiri dari siswa-siswa yang mempunyai tingkat keberhasilan tinggi,


(30)

10 3. Bila memungkinkan tim merupakan campuran suku, budaya dan jenis

ke-lamin.

Konsep utama dari pembelajaran kooperatif menurut Slavin (dalam Trianto, 2010: 61) sebagai berikut :

1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.

2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok ter-gantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memas-tikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.

3. Kesempatan yang sama untuk sukses bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.

Menurut Roger dan Jhonson (dalam Lie,2007: 31), dalam pembelajaran ko-operatif ada lima unsur yang harus diterapkan, yakni: (1) saling ketergantung-an positif, (2) tketergantung-anggung jawab perseorketergantung-angketergantung-an, (3) tatap muka, (4) komunikasi antaranggota, (5) evaluasi proses kelompok.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dalam pembelajaran kooperatif para siswa bertanggung jawab untuk saling bekerjasama dalam kelompok. Siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan kontribusi semua anggota kelompok sa-ngat bernilai.

Tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu mau-pun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan


(31)

11 sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah. (dalam Trianto, 2010: 57).

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa langkah-langkah. Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif menurut Huda (2011: 162), yaitu:

a. Memilih metode, teknik, dan struktur pembelajaran kooperatif; b. Menata ruang kelas untuk pembelajaran kooperatif;

c. Merangking siswa;

d. Menentukan jumlah kelompok; e. Membentuk kelompok-kelompok;

1. Pengelompokkan permanen 2. Pengelompokkan non-permanen

f. Merancang“Team Bulding”untuk setiap kelompok; 1. Kesamaan kelompok

2. Identitas kelompok

3. Yel-yel/sapaan/sorai-sorai kelompok g. Mempresentasikan materi pembelajaran; h. Membagikan lembar kerja siswa;

i. Menugaskan siswa mengerjakan kuis secara mandiri; j. Menilai dan menskor kuis siswa;

k. Memberi penghargaan pada kelompok;

l. Mengevaluasi perilaku-perilaku (anggota) kelompok;

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (2000: 10) dapat dilihat melalui tabel berikut:

Tabel 2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Indikator Aktivitas Guru

1 Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pem-belajaran yang ingin dicapai pada pembe-lajaran tersebut dan memotivasi siswa. 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa

dengan jalan demonstrasi atau lewat ba-han bacaan.


(32)

12 3 Mengorganisasikan siswa

kedalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagai-mana caranya membentuk kelompok be-lajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi efisien.

4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas. 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan ha-sil kerjanya.

6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar siswa baik indi-vidu maupun kelompok.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ko-operatif adalah suatu bentuk model pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda.

B. Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Share(TPS)

TPS dikembangkan oleh Frank Lyman dari University of Maryland. Lie (2007: 57) mengemukakan bahwa TPS adalah pembelajaran yang memberi siswa kesem-patan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Menurut Nurhadi (2004: 23), TPS merupakan struktur pembelajaran yang dirancang untuk mempe-ngaruhi pola interaksi siswa agar tercipta suatu pembelajaran kooperatif yang da-pat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa. Menurut Huda (2011: 132) TPS merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana namun sangat bermanfaat. Setiap siswa diminta untuk berpikir sendiri-sendiri,


(33)

13 kemudian berdiskusi dengan pasangan dan menjelaskan hasil jawaban yang telah disepakati pada siswa-siswa lain di depan kelas. Dengan pembelajaran TPS siswa dilatih untuk banyak berfikir dan saling tukar pendapat baik dengan teman se-bangku ataupun dengan teman sekelas, sehingga dapat membantu memahami pe-mahaman konsep matematis siswa karena siswa dituntut untuk mengikuti proses pembelajaran agar dapat menjawab setiap pertanyaan dan berdiskusi.

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara siswa satu dengan yang lain, ser-ta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. Underwood (2000: 87) ber-pendapat bahwa jumlah latihan melalui kerja berpasangan dan kelompok yang di-dapat setiap siswa akan meningkat. Dalam hal ini, guru sangat berperan penting untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana bela-jar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dengan demikian jelas bahwa melalui model pembelajaran TPS, siswa secara langsung dapat meme-cahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling bantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mem-presentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegia-tan pembelajaran yang telah dilakukan.

Sebagai suatu tipe pembelajaran koopertaif TPS memiliki langkah-langkah ter-stentu. Menurut Ibrahim (2000: 26-27) langkah-langkah TPS ada tiga tahap yaitu:

Tahap 1 : Thinking (berpikir)

Kegiatan pertama dalam TPS yakni guru mengajukan pertanyaan yang berhu-bungan dengan topik pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara individu untuk beberapa saat. Dalam tahap ini sis-wa dituntut lebih mandiri dalam mengolah informasi yang dia dapat.


(34)

14 Tahap 2 : Pairing (berpasangan)

Pada tahap ini guru meminta siswa duduk berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah difikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat membagi jawaban dengan pasangannya. Bia-sanya guru memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

Tahap 3 : Sharing (berbagi)

Pada tahap akhir guru meminta kepada pasangan untuk berbagi jawaban de-ngan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Ini efektif dila-kukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan TPS merupakan suatu tipe model pembelajaran kooperatif yang memproses informasi dengan mengembangkan cara berpikir dan komunikasi siswa. Siswa diberi kesempatan untuk berpikir (think) atas pertanyaan atau masalah yang diberikan guru secara individu, berpasangan (pair) untuk berdiskusi, dan berbagi (share) dengan mempresentasikan hasil dis-kusi di depan kelas.

C. Pembelajaran Konvensional

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Dekdikbud: 1998), pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar, sedangkan vensional adalah berdasarkan kebiasaan atau tradisional. Jadi pembelajaran kon-vensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Pada umumnya pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lebih berpusat pada guru. Dalam hal ini, guru memberi materi melalui ceramah, latihan soal dan pemberian tugas.

Menurut Djamarah (2008: 97), metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru


(35)

de-15 ngan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran se-jarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penje-lasan, serta pembagian tugas dan latihan. Institute of Computer Technology (dalam Sunartombs: 2009) menyebutnya dengan istilah “Pengajaran tradisional”. Dijelaskannya bahwa pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru adalah perilaku pembelajaran yang paling umum yang diterapkan di sekolah-sekolah di seluruh dunia.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konven-sional adalah model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru yang masih berpusat pada guru. Dalam hal ini, pembelajaran yang dimaksud yaitu memberi materi melalui ceramah, pemberian latihan soal, kemudian pemberian tugas.

D. Pemahaman Konsep Matematis

James (dalam Suherman, 2003: 16). mengemukakan bahwa matematika adalah il-mu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Menurut pendapat Soedjadi (2000: 11) terdapat beberapa definisi tentang matematika yaitu:

1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.

2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.

4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masa-lah tentang ruang dan bentuk.

5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur yang logik. 6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.


(36)

16 Matematika memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Soedjadi (2000: 13) mengemukakan karakteristik matematika, yakni memiliki objek kajian abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan, dan konsisten dalam sistemnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Dekdikbud: 1998), pemahaman berasal dari kata dasar paham, yang berarti mengerti benar, sedangkan konsep berarti ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret. Sedangkan dalam ma-tematika, konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian. Seseorang dapat dikatakan paham ter-hadap suatu hal apabila orang tersebut mengerti benar dan mampu menjelaskan suatu hal yang dipahaminya. Jadi pemahaman konsep adalah kemampuan untuk dapat mengerti dan memahami suatu konsep dengan benar tentang suatu ranca-ngan atau ide abstrak dalam matematika.

Menurut Soedjadi (2000: 14), konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan obyek. Nasution (2006) juga mengungkapkan bahwa:

Konsep sangat penting bagi manusia, karena digunakan dalam komunikasi dengan orang lain, dalam berpikir, dalam belajar, membaca, dan lain-lain. Tanpa konsep, belajar akan sangat terhambat. Hanya dengan bantuan konsep dapat dijalankan pendidikan formal.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matema-tis siswa merupakan kemampuan siswa dalam menggolongkan atau mengklasifi-kasikan suatu konsep matematika.


(37)

17 Pemahaman konsep matematis adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajar-an, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bu-kan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu. Dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharap-kan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hudoyo (dalam Herdian, 2010) yang menya-takan tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan dapat dipahami peserta didik.

Dalam penelitian ini, hasil belajar diperoleh siswa berdasarkan hasil tes pemaham-an konsep. Menurut Depdiknas (Jpemaham-annah, 2007: 18) untuk menilai pemahampemaham-an konsep matematika dapat dilakukan dengan memperhatikan indikator-indikator dari pemahaman konsep matematika yang meliputi:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.

c. Memberikan contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.

e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu

g. Mengaplikasikan konsep atau pemecahan masalah.

E. Kerangka Pikir

Penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS untuk me-ningkatkan pemahaman konsep matematis siswa SMP ini terdiri dari satu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas penelitian ini adalah model pembela-jaran kooperatif tipe TPS sedangkan variabel terikatnya adalah pemahaman kon-sep matematis siswa SMP.


(38)

18 Pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru, yaitu pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Pada pembelajaran konvensional, guru memberikan materi melalui ceramah, memberikan beberapa latihan soal kemudian memberikan tugas. Selama proses pembelajaran guru ber-peran aktif sebagai pemberi informasi dan siswa hanya menerima informasi de-ngan cara mendengarkan, mencatat, dan menghafal informasi yang diberikan gu-ru. Hal ini menyebabkan siswa menjadi pasif dan sulit untuk memahami konsep matematika.

Pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika merupakan hal utama yang perlu digali dan dikembangkan. Untuk meningkatkan pemahaman konsep mate-matis siswa guru harus mengembangkan minat dan aktifitas belajar siswa. Salah satunya dengan memilih strategi atau model pembelajaran yang evektif dan me-nyenangkan. Untuk dapat menguasai pemahaman konsep secara maksimal lebih mudah dilakukan dengan cara bekerjasama (berdiskusi) dibandingkan bekerja sen-diri. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat menjadi salah satu solusi un-tuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.

Model pemebelajaran kooperatif tipe TPS merupakan model pembelajaran yang menekankan pada kemampuan berpikir siswa. Ada tiga tahapan yang dilalui sis-wa dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Pada tahap pertama, sissis-wa dituntut berpikir secara mandiri (think) dalam menyelesaikan masalah atau soal yang diberikan oleh guru. Pada tahapthinksiswa akan berusaha memahami terle-bih dahulu tentang permasalahan yang diberikan. Selanjutnya, pada tahap kedua siswa dipasangkan dengan siswa lain (pair)untuk mendiskusikan hasil pemikiran


(39)

19 permasalahan pada tahap pertama. Tahap ini mempunyai peranan penting karena dengan adanya diskusi siswa akan lebih mudah bertukar ide atau pendapat masing-masing kepada pasangannya . Dan pada tahap akhir pada model ini mela-tih keberanian siswa untuk berbagi informasi(share),bertanya, atau mengungkap-kan pendapatnya dengan seluruh kelas tentang apa yang telah didiskusimengungkap-kan dengan kelompoknya.

Pemahaman konsep matematis siswa dapat dikuasai dengan baik dengan pembela-jaran TPS, karena pada tahapan pembelapembela-jaran TPS mengarahkan aktifitas siswa selama proses pembelajaran yaitu mencari pengalaman dan pengetahuan sendiri lalu berdiskusi memecahkan masalah, bertukar pikiran dan informasi, baik dengan teman dalam pasangan maupun dengan kelompok lain, sehingga mempermudah siswa dalam memahami konsep materi yang dipelajari. Dengan demikian terlihat bahwa pemahaman matematis siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS akan lebih baik dari pemahaman konsep matematis siswa de-ngan menggunakan pembelajaran konvensional.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Shareberpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa SMP Negeri 1 Pagelaran.


(40)

20

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pagelaran. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 yang terdistribusi dalam sepuluh kelas (VIII.1-VIII.10) dengan jumlah siswa sebanyak 316, dengan distribusi kelas sebagai berikut : Tabel 3.1 Distribusi Peserta Didik kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran

Sumber : SMP Negeri 1 Pagelaran tahun pelajaran 2012/2013 NO. Kelas Peserta didik Jumlah Tes Materi Prasyarat Rata-rata Nilai Hasil

1 VIII 1 31 15,32

2 VIII 2 33 25,75

3 VIII 3 30 15,83

4 VIII 4 31 1,29

5 VIII 5 31 12,3

6 VIII 6 31 18,16

7 VIII 7 33 3,38

8 VIII 8 31 13,1

9 VIII 9 33 10,8

10 VIII 10 32 29,6


(41)

21

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sam-pling, yaitu mengambil sampel berdasarkan pertimbangan peneliti dan guru kelas VIII SMPN 1 Pagelaran, berarti setiap sampel yang diambil dari populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan pertimbangan perorangan. Pada tabel 3.1 terlihat bahwa kelas yang memiliki kemampuan kognitif yang hampir sama adalah kelas

VIII.1 dan VIII.3. Setelah itu ditentukan kelas VIII.1 sebagai kelas eksperimen

dan kelas VIII 3 sebagai kelas kontrol. B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang menggunakan desain post-test

control design, dengan kelompok pengendali yang tidak diacak sebagaimana dike-mukakan Furchan (1982: 368) sebagai berikut :

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Post-test

E X Y

K C Y

Keterangan :

E : kelompok eksperimen K : kelompok kontrol

X : Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS C : Pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional Y : Pemahaman konsep matematis siswa

Pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran kooperatif TPS sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional, kemudian dilakukan tes

akhir. Tes akhir adalah tes pemahaman konsep matematis yang dilakukan pada


(42)

22

diberi tes awal (pret-test) karena sebelumnya siswa sudah diberikan tes materi

prasyarat, dari hasil tes tersebut diambil siswa yang kemampuan kognitifnya ham-pir sama.

C. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Prapenelitian

Pada tahapan prapenelitian penelitian ini, hal-hal yang dilakukan peneliti an-tara lain adalah:

1) Melakukan observasi pendahuluan ke sekolah untuk melihat kondisi

seko-lah, seperti jumlah kelas yang ada, jumlah siswanya, serta cara mengajar guru matematika selama pembelajaran.

2) Menetapkan kelas yang akan diteliti.

3) Mengambil data nilai hasil tes pokok bahasan sebelumnya yang digunakan

sebagai acuan pembagian pasangan.

2. Tahap Perencanaan

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas

eksperi-men dengan eksperi-menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan untuk kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

b. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan diberikan kepada siswa

pada saat diskusi dengan pasangan.

c. Membagi siswa dalam pasangan-pasangannya berdasarkan hasil tes

po-kok bahasan sebelumnya.


(43)

23

3. Tahap Pelaksanaan

Sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, langkah-langkah yang akan di-lakukan adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan

Pembela-jaran (RPP) yang telah disusun. Urutan pembelaPembela-jaran yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1) Kegiatan Awal

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Memberikan motivasi dan apersepsi yaitu melakukan tanya jawab untuk menggali kemampuan prasyarat siswa mengenai materi yang akan dibahas.

c. Memberikan arahan kepada siswa tentang langkah-langkah stra-tegi pembelajaran TPS.

2) Kegiatan Inti

1. Guru menyajikan materi yang akan dibahas secara garis besar.

2. Guru membagikan LKS kepada setiap siswa, siswa diminta untuk

mengerjakan LKS secara mandiri. Guru memperhatikan, memo-tivasi, dan memberikan bantuan apabila siswa mengalami kesuli-tan.

3. Setelah memecahkan soal secara mandiri, siswa diminta untuk

berpasangan dan mendiskusikan hasil pemikirannya bersama pa-sangannya.

4. Mengadakan diskusi kelas tentang materi yang telah dipelajari,


(44)

24 dengan seluruh kelas tentang apa yang telah didiskusikan. Siswa bersama pasangannya yang lain diminta menanggapi hasil diskusi pasangan yang telah menyajikan hasil diskusinya di depan kelas.

5. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam

ben-tuk lisan, tulisan maupun isyarat terhadap keberhasilan kelom-pok.

3) Kegiatan Penutup

b. Siswa dan guru bersama-sama membuat kesimpulan dari materi

yang telah dipelajari.

c. Siswa menerima tugas membaca dan mempersiapkan materi yang

akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

d. Guru memberikan tugas PR.

b. Mengadakan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

D. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang diperoleh dari hasil post-test

pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan pembelajaran konvensional.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Tes yang diberikan berupa tes pada pokok bahasan persamaan garis lurus. Tes


(45)

25 F. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman konsep ma-tematis siswa. Untuk mendapatkan instrumen tes yang baik, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus bersifat valid dan bersifat reliabel. a. Uji Validitas Instrumen

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang ditinjau dari kesesuaian isi tes dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Untuk mendapatkan perangkat tes yang mempunyai validi-tas isi yang baik dilakukan langkah-langkah berikut:

a. Membuat kisi-kisi dengan indikator yang telah ditentukan.

b. Membuat soal berdasarkan kisi-kisi.

c. Meminta pertimbangan kepada guru mitra dan dosen pembimbing yang

di-pandang ahli mengenai kesesuaian antara kisi-kisi dengan soal.

Dengan asumsi bahwa guru pelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Page-laran mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka validitas tes dilakukan oleh guru matematika dan dosen pembimbing. Penilaian guru matematika dan dosen pembimbing menyatakan bahwa kesesuaian isi tes dengan isi kisi-kisi tes yang di-ukur dan kesesuaian bahasa yang digunakan telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sehingga validitas isi dari tes tersebut dikategori-kan valid (Lampiran B.5). Langkah selanjutnya adalah melakudikategori-kan uji coba pe-rangkat tes dan mengukur besarnya reliabilitas soal.


(46)

26 b. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas tes digunakan untuk mengetahui tingkat keterandalan suatu tes. Suatu tes dikatakan reliabel jika hasil pengukuran yang dilakukan dengan meng-gunakan tes tersebut berulang kali terhadap subjek yang sama senantiasa me-nunjukkan hasil yang tetap sama atau bersifat ajeg (stabil). Untuk menentukan tingkat reliabilitas instrumen tes digunakan rumus Alpha. Rumus Alpha dalam Arikunto (2006: 195) yaitu :

              

2

2

11 1 1

t b k k r   Keterangan : 11

r : koefisien reliabilitas instrumen (tes)

k : banyaknya item

2

b

 : jumlah varians dari tiap-tiap item tes

2

t

: varians total

Kriteria indeks reliabilitas (r11) menurut Arikunto (2006:195) adalah sebagai

berikut.

” a. Antara 0.800 sampai dengan 1.000: sangat tinggi b.Antara 0.600 sampai dengan 0.800: tinggi

c.Antara 0.400 sampai dengan 0.600: cukup

d.Antara 0.200 sampai dengan 0.400: rendah

e.Antara 0.000 sampai dengan 0.200: sangat rendah.”

Hasil perhitungan reliabilitas tes diperoleh harga r11= 0,608. Berdasarkan

penda-pat Arikunto di atas instrumen tes pemahaman konsep matematis yang digunakan dalam penelitian memiliki kriteria tinggi, sehingga instrumen tes dapat digunakan dalam penelitian.


(47)

27 G. Analisis Data dan Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan diperlukan suatu analisis data sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data pemahaman konsep matematis sampel berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat:

= ( − )

Keterangan:

= harga Chi-kuadrat

= frekuensi observasi = frekuensi harapan = banyaknya kelas interval

Kriteria uji : terima H0 jika ℎ2 ≤ 2 dengan taraf nyata (α) = 5%.

(Sudjana, 2005: 273).

Berdasarkan hasil analisis data untuk kelas eksperimen diperoleh = 2,682,

dengan derajat kebebasan dk = 3 dan taraf nyata (α) 5% diperoleh = 7,81.

Untuk kelas kontrol diperoleh = 2,185, dengan derajat kebebasan dk = 3


(48)

28 berdasarkan kriteria pengujian data pemahaman konsep matematis pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal.

b. Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas)

Uji kesamaan dua varians (homogenitas) digunakan untuk mengetahui apakah da-ta skor tes pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh memiliki varians sama atau sebaliknya. Adapun Hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : σ12 = σ22 (homogen) H1 : σ12 ≠ σ22 (tidak homogen)

Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah:

terkecil Varian

terbesar Varian

Fhitung

Kriteria uji: tolak H0 jika ≥ ( , ), dengan ( , )

dipero-leh dari daftar distribusi F dengan peluang , sedangkan − 1 adalah derajat

kebebasan pembilang, dan − 1 adalah derajat kebebasan penyebut. (Sudjana,

2005 : 250).

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh = 1,303 dan , ( , ) =

1,84. Karena < maka terima hal ini berarti tidak ada perbeda-an variperbeda-ans perbeda-antara kelas eksperimen dengperbeda-an kelas kontrol.

c. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji kesamaan dua varians, diketahui bahwa kedua data berdistribusi normal dan homogen. Oleh sebab itu, langkah


(49)

29

selanjutnya adalah melakukan uji hipotesis, yaitu uji kesamaan rata-rata skor

post-test (skor pemahaman konsep). Analisis data menggunakan uji t, uji satu pihak

yaitu pihak kanan. Hipotesis:

H0 : 1 2 (Rata-rata pemahaman konsep dengan menggunakan pembelajaran

TPS kurang dari atau sama dengan rata-rata pemahaman konsep dengan pembelajaran konvensional)

H1 :1 2 (Rata-rata pemahaman konsep dengan menggunakan pembelajaran

TPS lebih tinggi daripada rata-rata pemahaman konsep dengan pembelajaran konvensional)

Statistik uji: = dengan =( ) ( )

Keterangan :

̅ = skor rata-rata post-test dari kelas eksperimen

̅ = skor rata-rata post-test dari kelas kontrol

n1 = banyaknya subyek kelas eksperimen

n2 = banyaknya subyek kelas kontrol

= varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol = varians gabungan

Kriteria pengujian: terima H0 jika ℎ < , dengan derajat kebebasan dk =

(n1 + n2 – 2), dan taraf nyata α = 0,05. Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak

(Sudjana, 2005: 239).

Setelah dilakukan perhitungan diperoleh = 1,713, dengan α = 5%, dk = 59

dari daftar distribusi t didapat = 1,67. Karena > , maka tolak


(50)

30 matematis siswa dengan model pembelajaran TPS lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.


(51)

35

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS siswa lebih mudah memahami materi pada saat proses pembelajaran di kelas dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS memberi ksempatan kepada siswa untuk berfikir secara individu tentang pemecahan masa-lah matematika, kemudian berdiskusi dengan pasangannya, selanjutnya berbagi dengan seluruh kelas sehingga memudahkan siswa dalam memahami konsep ma-tematis. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap pemahaman konsep ma-tematis siswa SMP Negeri 1 Pagelaran. Hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan model pembe-lajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi daripada nilai rata-rata yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan dari hasil simpulan dan penelitian, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Siswa dapat memahami pemahaman konsep matematis dengan baik apabila selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS


(52)

36 dalam setiap langkah-langkah pembelajaran siswa dapat mengikuti dengan baik. Untuk itu, guru harus selalu memperhatikan dan memberikan arahan kepada siswa selama pembelajaran berlangsung agar terciptakan suasana ke-las yang kondusif dan tidak gaduh.

2. Para pembaca yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan mengenai pe-nerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS hendaknya memperhatikan pembagian waktu dalam setiap tahapan agar proses pembelajaran sesuai de-ngan yang diharapkan.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007.Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Depdiknas.2003.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: CV Eko Jaya

Departemen Pendidikan Nasional. 2008.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan.Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Cetakan Ketiga, februari 2006. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008.Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Erman, Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer

(Common Textbook).Bandung : JICAUniversitas Pendidikan Indonesia. Furchan, Arief. 1982.Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Usaha Nasional.

Surabaya.

Gunawan, Imam. (2010).Metode Kooperatif Model Think Pair Share[online]. Tersedia: http://masimamgun.blogspot.com/2010/06/metode-kooperatif-model-think-pair-share.html.(7 April 2012)

Herdian. 2010.Kemampuan Pemahaman Matematika. [on line]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis/. (20 Mei 2012)

Huda, Miftahul. 2011.Cooperative Learning.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hudojo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: JICA.

Ibrahim, Muslimin dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.


(54)

Jannah, Miftahul. 2007. Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Tanjung Brebes Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Realistics Education (RME) Pada Sub Materi Pokok Bahasan Persegi Panjang Dan Persegi Tahun Pelajaran 2006/2007. (Skripsi). [On Line]. Tersedia: digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01d9 /doc.pdf (diakses pada tanggal 3 Desember 2011).

Lie, Anita. 2007.Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.

Nasution. 2008.Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.Jakarta. Bumi Akasara.

Nurhadi. 2004.Kurikulum 2004. (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sardiman.1986.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. PT Raja Gravindo Persada.

Slavin, Robert. (2000). Educational Psycologi: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Soedjadi, R. 2000.Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas. Jakarta.

Sudijono, Anas. 2008.Pengantar Evaluas Pendidikan.Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Sudjana. 2005.Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Sugiyono. 2010.Statistika untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung.

Sunartombs. 2009.Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik Namum Paling Disukai. http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/ Diakses tanggal 03 Januari 2013

Trianto. 2010.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana.

Underwood, Mary. 2000.Pengelolaan Kelas yang Efektif. Jakarta: Arean. Uno, Hamzah B. 2009.Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.


(1)

selanjutnya adalah melakukan uji hipotesis, yaitu uji kesamaan rata-rata skor post-test (skor pemahaman konsep). Analisis data menggunakan uji t, uji satu pihak yaitu pihak kanan.

Hipotesis:

H0 : 1 2 (Rata-rata pemahaman konsep dengan menggunakan pembelajaran TPS kurang dari atau sama dengan rata-rata pemahaman konsep dengan pembelajaran konvensional)

H1 :1 2 (Rata-rata pemahaman konsep dengan menggunakan pembelajaran TPS lebih tinggi daripada rata-rata pemahaman konsep dengan pembelajaran konvensional)

Statistik uji: = dengan =( ) ( )

Keterangan :

̅ = skor rata-rata post-test dari kelas eksperimen ̅ = skor rata-rata post-test dari kelas kontrol n1 = banyaknya subyek kelas eksperimen n2 = banyaknya subyek kelas kontrol

= varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol = varians gabungan

Kriteria pengujian: terima H0 jika ℎ < , dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 – 2), dan taraf nyata α = 0,05. Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak (Sudjana, 2005: 239).

Setelah dilakukan perhitungan diperoleh = 1,713, dengan α = 5%, dk = 59 dari daftar distribusi t didapat = 1,67. Karena > , maka tolak Ho dan terima H1. Hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman konsep


(2)

30 matematis siswa dengan model pembelajaran TPS lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS siswa lebih mudah memahami materi pada saat proses pembelajaran di kelas dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS memberi ksempatan kepada siswa untuk berfikir secara individu tentang pemecahan masa-lah matematika, kemudian berdiskusi dengan pasangannya, selanjutnya berbagi dengan seluruh kelas sehingga memudahkan siswa dalam memahami konsep ma-tematis. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap pemahaman konsep ma-tematis siswa SMP Negeri 1 Pagelaran. Hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan model pembe-lajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi daripada nilai rata-rata yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan dari hasil simpulan dan penelitian, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Siswa dapat memahami pemahaman konsep matematis dengan baik apabila selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS


(4)

36 dalam setiap langkah-langkah pembelajaran siswa dapat mengikuti dengan baik. Untuk itu, guru harus selalu memperhatikan dan memberikan arahan kepada siswa selama pembelajaran berlangsung agar terciptakan suasana ke-las yang kondusif dan tidak gaduh.

2. Para pembaca yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan mengenai pe-nerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS hendaknya memperhatikan pembagian waktu dalam setiap tahapan agar proses pembelajaran sesuai de-ngan yang diharapkan.


(5)

Arikunto, Suharsimi. 2007.Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Depdiknas.2003.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: CV Eko Jaya

Departemen Pendidikan Nasional. 2008.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan.Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Cetakan Ketiga, februari 2006. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008.Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Erman, Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer

(Common Textbook).Bandung : JICAUniversitas Pendidikan Indonesia. Furchan, Arief. 1982.Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Usaha Nasional.

Surabaya.

Gunawan, Imam. (2010).Metode Kooperatif Model Think Pair Share[online]. Tersedia: http://masimamgun.blogspot.com/2010/06/metode-kooperatif-model-think-pair-share.html.(7 April 2012)

Herdian. 2010.Kemampuan Pemahaman Matematika. [on line]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis/. (20 Mei 2012)

Huda, Miftahul. 2011.Cooperative Learning.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hudojo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: JICA.

Ibrahim, Muslimin dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.


(6)

Jannah, Miftahul. 2007. Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Tanjung Brebes Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Realistics Education (RME) Pada Sub Materi Pokok Bahasan Persegi Panjang Dan Persegi Tahun Pelajaran 2006/2007. (Skripsi). [On Line]. Tersedia: digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01d9 /doc.pdf (diakses pada tanggal 3 Desember 2011).

Lie, Anita. 2007.Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.

Nasution. 2008.Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.Jakarta. Bumi Akasara.

Nurhadi. 2004.Kurikulum 2004. (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sardiman.1986.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. PT Raja Gravindo Persada.

Slavin, Robert. (2000). Educational Psycologi: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Soedjadi, R. 2000.Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas. Jakarta.

Sudijono, Anas. 2008.Pengantar Evaluas Pendidikan.Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Sudjana. 2005.Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Sugiyono. 2010.Statistika untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung.

Sunartombs. 2009.Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik Namum Paling Disukai. http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/ Diakses tanggal 03 Januari 2013

Trianto. 2010.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana.

Underwood, Mary. 2000.Pengelolaan Kelas yang Efektif. Jakarta: Arean. Uno, Hamzah B. 2009.Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 12 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 6 60

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 10 52

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Ganjil SMK Muhammadiyah 2 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 63

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sekampung Udik TP 2012/2013)

1 10 43

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 38

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 10 135

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Raman Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 51

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 20 44