PEDAGANG BUAH DI PASAR INDUK “PUSPA AGRO” JEMUNDO SIDOARJO.

PEDAGANG BUAH DI PASAR INDUK “PUSPA AGRO”
J EMUNDO SIDOARJ O

SKRIPSI

Oleh :
MOH.BASYRONI RIZAL
0824010003

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
SURABAYA
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PEDAGANG BUAH DI PASAR INDUK “PUSPA AGRO “
J EMUNDO SIDOARJ O
SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
dalam memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Program Studi : Agribisnis

Diajukan Oleh :
MOH. BASYRONI RIZAL
NPM : 0824010003

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
SURABAYA

2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI


Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... vii
I.

PENDAHULUAN
1.1 .Latar Belakang...................................................................................................... 1
1.2 .Permasalahan ........................................................................................................ 8
1.3 .Tujuan Penelitian .................................................................................................. 10
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 10
1.5. Pembatasan Masalah ............................................................................................ 10

II. TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Telaah Penelitian Terdahulu ............................................................................... 12
2.2. Pengertian Jenis Dan Struktur Pasar ................................................................... 15
2.3. Definisi Jenis Dan Fungsi Pasar .......................................................................... 21
2.4. Kebijakan Provinsi Jatim Dalam Pengembangan Pasar.................................... 24
2.5. Peranan Pedagang Pasar ...................................................................................... 26

2.6. Kerangka Pemikiran .......................................................................................... 30
III. METODE PENELITIAN
3.1.

Penentuan Lokasi Penelitian .......................................................................... 31

3.2.

Pengambilan Sampling .................................................................................. 31

3.3.

Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 32

3.4.

Metode Analisis Data ..................................................................................... 33
iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.5.

Definisi Dan Pengukuran Variabel................................................................. 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.

Keadaan Umum Pasar Induk “Puspa Agro” .................................................. 37

4.2.

Sarana dan Prasarana Yang Tersedia di “Puspa Agro”................................. 39

4.3.

Struktur Organisasi .......................................................................................... 52

4.4.


Karakteristik Responden ................................................................................. 56
4.4.1. Jumlah Pedagang Berdasarkan Jenis Kelamin ................................... 56
4.4.2. Jumlah Pedagang Berdasarkan Usia ................................................... 57
4.4.3. Jumlah Pedagang Berdasar Pendidikan .............................................. 58

4.5.

Karakteristik Sosial dan Ekonomi Pedagang Buah di Pasar Induk
“Puspa Agro” ................................................................................................... 59

4.6.

Kendala Pedagang Di “Puspa Agro”.............................................................. 68

4.7.

Harapan Pedagang Di “Puspa Agro” ............................................................. 72

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan ...................................................................................................... 76

5.2.

Saran ................................................................................................................. 77

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PEDAGANG BUAH DI PASAR INDUK “PUSPA AGRO”
JEMUNDO SIDOARJO
ABSTRAK
Pasar induk “Puspa Agro” merupakan pasar induk modern terbesar di

Jawa Timur selain itu “Puspa Agro” sebagai penyalur barang – barang ke pasar
tradisional dikawasan sekitar dan di luar Jawa Timur, selain itu juga menjadi
distribusi hasil pertanian keberbagai daerah di Jawa Timur maupun diluar Jawa
Timur, saat ini “Puspa Agro” telah mulai menjadi gerbang untuk pemasaran
produk pertanian keberbagai wilayah di Indonesia, bahkan menjadi gerbang ekpor
keberbagai negara di dunia.
Tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mengetahui karakteristik sosial
dan ekonomi pedagang buah, untuk mengetahui kendala pedagang buah, dan
untuk mengetahui harapan pedagang di pasar induk “Puspa Agro”.
Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu
di Jemundo Sidoarjo Jawa Timur. Di daerah tersebut terdapat pasar induk “Puspa
Agro” sebagai pusat perdagangan Agribisnis di Jawa Timur yang kondisinya saat
ini mengalami perkembangan atau mengalami penurunan, sehingga dengan
adanya kondisi tersebut layak untuk dipakai sebagai lokasi penelitian. Penelitian
ini menggunakan analisis deskriptif.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah : karakteristik sosial dan ekonomi
pedagang buah adalah rata – rata pedagang buah di puspa agro mempunyai
pengalaman berdagang cukup lama serta pedagang buah di puspa agro
mempunyai luasan lapak lebih dari 2 lapak, hal tersebut berpengaruh terhadap
penerimaan pedagang buah selama berdagang mengalami peningkatan setelah

berdagang di “Puspa Agro”. Pedagang buah merasa sudah cukup nyaman, aman,
bersih dan tertib selama berdagang di pasar induk “Puspa Agro”. Hambatan yang
dihadapi pedagang buah adalah transportasi menuju pasar, keberatan dengan biaya
kebersihan, dan situasi pengunjung yang relatif kurang ramai. Harapan pedagang
buah di puspa agro antara lain penenurunan biaya kebersihan dan ramai
pengunjung.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Name: MOH. Basyroni Rizal, Npm: 0824010003, Program Study: Agribisnis,
Fakultas: Pertanian, Judul Penelitian: Fruit Traders In "Puspa Agro" Market
Jemundo Sidoarjo, Dosen pembimbing utama : Dr. Ir. Sumartono, SU, dan Dosen
pembimbing pendamping : Ir. Mubarokah, MTP.

ABSTRACT

Wholesale market "Puspa Agro" is the biggest modern wholesale market
in East Java otherwise "Puspa Agro" as a supplier of merchandises to traditional
markets and outside the region around East Java, but it is also a distribution

control every aspect of agricultural areas in East Java and outside East Java,
currently "Puspa Agro" has started to be a gateway to control every aspect of the
agricultural marketing products in the Indonesian, even it is into the gates of
export control every aspect of the world.
The purpose of this study was : to know the social and economic
characteristics of the fruit traders, to know the fruit traders, and constraints to
determine the expectations of traders in the "Puspa Agro" market.
The determination the location of the research was done deliberately
(purposive) in Sidoarjo, East Java Jemundo. In the area there is a "Puspa Agro"
market as a trading center in East Java which Agribusiness conditions are
currently experiencing growth or decline, so that the existence of such conditions
deserve to be used as a location for research. This research uses descriptive
analysis.
The conclusions of this research was: social and economic characteristics
of the fruit are flattened averages in fruit traders have experience trading for quite
while as well as a fruit traders in puspa agro has more than 2 stands, the effect on
fruit traders income has increased after trade in the "Puspa Agro". Fruit traders
felt it was quite comfortable, safe, clean and orderly during trading in the market
"Puspa Agro". The obstacles facing traders is transport to fruit market, objected to
the cost of cleanliness, and the situation is relatively less visitors. Traders hope

puspa agro has reduction in costs of hygiene and more visitors comes.
Keyword : Fruit Traders, In "Puspa Agro" Market, social and economic, constrain

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara agraris yaitu negara yang sebagian
besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Sebagian besar lahan di
Indonesia dipenuhi dengan tanaman pertanian. Namun identitas tersebut kini
mulai luntur hal tersebut diakibatkan generasi muda berkualitas zaman sekarang
mulai enggan untuk mengelola lahan pertanian. Akhirnya lahan pertanian tersebut
direlokasi sebagai bangunan perumahan, kawasan industri dan mall atau pasar
megah. Padahal jika generasi muda ingin dan mau meneruskan mengelola
pertanian tersebut, mungkin masalah kelaparan dan kemiskinan di negara ini akan
terhapuskan bahkan Indonesia bisa menjadi negara eksportir hasil pertanian.
Namun kini apa yang terjadi banyak masyarakat Indonesia yang menjadi korban
kemiskinan, kelaparan, busung lapar, bahkan gizi buruk. Hal ini tentu ironis sekali
dimana sebuah negara yang memiliki potensi besar dalam bidang pertanian

mengalami kasus kelaparan bahkan gizi buruk. Itu semua tentu jelas diakibatkan
karena kurangnya minat para generasi muda yang berkualitas terhadap
pengelolaan pertanian.
Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli yang melayani
kegiatan transaksi jual beli. Dalam keseharian, dikenal dua bentuk pasar yaitu
pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional merupakan tempat
bertemunya penjual dan pembeli yang ditandai dengan adanya transaksi penjual
dan pembeli secara langsung yang kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari
seperti bahan-bahan makanan berupah ikan, daging, buah, sayur-sayuran, telur,
kain dan pakain. Sementara itu, pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar

1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

tradisional, hanya saja pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi
secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam
besar, dan tertata, yang berbeda dengan pasar tradisional yang biasanya hanya
berdiri hanya terdiridari lapak-lapak. Di pasar modern, jenis pelayanan yang
dilakukan oleh penjual dapat terbentuk pelayanan secara mandiri oleh pembeli
(swalayan) atau di layani oleh pramuniaga. Di pasar modern, jenis barang yang
dijual tidak jauh berbeda dengan pasar tradisonal, hanya saja dari sisi kemasan,
jumlah dan jenis barang lebih beragam.
Dewasa ini dan terlebih lagi di masa yang akan datang, orientasi
sektor pertanian telah berubah dari orientasi produksi ke orientasi pasar. Dengan
berlangsungnya perubahan preferensi konsumen yang makin menuntut atribut
produk yang lebih rinci dan lengkap serta adanya prferensi konsumen akan produk
olahan, maka motor penggerak sektor pertanian harus berubah dari usahatani
kepada industri pengolahan hasil pertanian (agroindustri). Menurut Departemen
Pertanian (2002), untuk mengembangkan sektor pertanian yang modern dan
berdaya saing, maka agroindustri harus menjadi lokomotif dan sekaligus menjadi
penentu kegiatan subsektor usahatani dan selanjutnya akan menentukan subsektor
agribisnis hulu.
Kehadiran pasar modern, terutama supermarket dan hipermarket, oleh
berbagai kalangan dianggap menyudutkan keberadaan pasar tradisional di
perkotaan. Di Indonesia, terdapat 13.450 pasar tradisional dengan sekitar 12,6 juta
pedagang kecil (Kompas 2006). Berdasarkan hasil studi A.C. Nielsen, pasar
modern di Indonesia tumbuh 31,4% per tahun, sedangkan pasar tradisional
menyusut 8% per tahun. Jika kondisi ini tetap dibiarkan, ribuan bahkan jutaan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

pedagang kecil akan kehilangan mata pencahariannya. Pasar tradisional mungkin
akan tenggelam seiring dengan tren perkembangan dunia ritel saat ini yang
didominasi oleh pasar modern. Perkembangan pusat perbelanjaan modern tersebut
dapat mengancam keberadaan pedagang di pasar tradisional apabila tidak ada
penanganan struktur dan kondisi yang lebih baik terhadap pasar tradisional. Hal
ini perlu dilakukan mengingat masih banyaknya masyarakat

Indonesia yang

tergantung kepada keberadaan dan keberlangsungan pasar tradisional. Harga yang
relatif lebih murah dan memungkinkan adanya proses tawar menawar, menjadikan
pasar tradisional masih menjadi pilihan untuk berbelanja. Namun, beragam
masalah yang dihadapi pasar tradisional seperti buruknya infrastruktur, pungutan
liar yang memberatkan penjual, dan sistem pengelolaan pasar yang tidak baik
menyebabkan keberlangsungan pasar tradisional cukup terancam di tengah-tengah
masyarakat.
Pasar modern mengalami perkembangan sejak tahun 2000 dan
investorasing yang berinvestasi dalam industri ritel tersebut semakin banyak,
sehingga hampir setiap tahun terdapat penambahan jumlah gerai. Perkembangan
industri ritel pada tahun 2006

menunjukkan semakin banyak

peritel asing yang

membuka pasar modern di Indonesia. Kondisi tersebut jelas merugikan para
pedagang pasar tradisional, karena menyebabkan konversi pelanggan dari pasar

tradisional ke pasar modern. Setiap tahun pasar tradisional mengalami penurunan
proporsi ritel dan hal tersebut berarti keputusan pembelian konsumen di pasar
tradisional semakin berkurang.

Pasar induk “ Puspa Agro” merupakan pasar induk modern terbesar di
Jawa Timur selain itu Puspa Agro sebagai penyalur barang – barang ke pasar
tradisional dikawasan sekitar dan di luar Jawa Timur, selain itu juga menjadi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

distribusi hasil pertanian keberbagai daerah di Jawa Timur maupun diluar Jawa
Timur, saat ini puspa agro telah mulai menjadi gerbang untuk pemasaran produk
pertanian keberbagai wilayah di indonesia, bahkan menjadi gerbang ekpor
keberbagai negara didunia. Jatim adalah pemegang terbesar portofolio produkproduk pertanian di Indonesia. Keberadaan pasar induk yang modern akan
semakin menguatkan penetrasi produk pertanian Jatim ke berbagai wilayah
Indonesia, khususnya di bagian timur. "Sehingga, Jatim benar-benar bisa jadi
provinsi agro yang ideal, (Kompas 2010).
Pasar Induk puspa agro Jawa Timur (Jatim) diharapkan dapat menjadi
sumber suplay atau pemasok komoditi pertanian untuk nasional dan internasional.
Pasalnya. Indonesia menargetkan tahun ini bisa memasok 10 persen kebutuhan
sayur dan buah ke Singapura. Jika tahun ini target 10 persen itu bisa dipenuhi.
Bahkan, bertekad pada 2014, Indonesia mampu menyuplai kebutuhan komoditi
pertanian ke Singapura sebesar 30 persen. Pasar Induk Puspa Agro Jatim harus
bisa menjadi salah satu sumber suplay itu. (Hatta Rajasa 2010). Hal tersebut
dapat dilihat dengan jelas dalam table 1.1 tentang perkembangan proporsi pasar
di Indonesia.
TABEL 1 Proporsi Pasar Di Indonesia Tahun 2007-2011
Tipe Pasar

Tahun
Proporsi (%)
2007
25.8
2008
27.1
Tradisional
2009
26.1
2010
25.1
2011
21.3
2007
69.1
2008
71.8
Modern
2009
75.7
2010
77.7
2011
89.1
Sumber : Aprindo, Majalah Marketing, 12/V/Desember 2007

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Data Tabel 1 menunjukkan adanya permasalahan pada proses keputusan
pembelian konsumen pasar tradisional. Semakin lama terlihat peningkatan
proporsi ritel di pasar modern dan menyebabkan penurunan proporsi ritel di pasar
tradisional. Hal tersebut disebabkan keputusan pembelian konsumen pasar
tradisional semakin banyak yang beralih ke pasar modern. Peritel asing mulai
masuk ke Indonesia pada tahun 2005 dan terus mengalami perkembangan hingga
saat ini yang berdampak pada penurunan proporsi ritel pasar tradisional
yang terjadi secara simultan sejak tahun 2007 hingga saaat ini. Omset penjualan
yang diperoleh pedagang pasar tradisional pada tahun 2010 semakin menurun dan
rata-rata pedagang mengeluh bahwa penghasilannya berkurang hingga 50% sejak
ritel modern semakin banyak dibuka di Indonesia. (Kompas 2006).
Data

mengenai

pedagang pasar

penurunan

tradisional

akibat

omset

penjualan

berkurangnya

yang

dialami

keputusan

para

pembelian

konsumen di ritel tradisional tersebut berbanding terbalik dengan data
peningkatan penjualan barang ritel di Indonesia yang diperoleh dari hasil
survei. Hasil survei menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan barang ritel
di Indonesia seperti penjualan barang kebutuhan rumah tangga meningkat
sebesar 18% pada tahun 2007 dan Indonesia merupakan negara dengan
tingkat pertumbuhan penjualan barang eceran tertinggi di Asia Tenggara
(Media Indonesia, Kamis 31 Agustus, hal.3). Di tahun terakhir ini pedagang di
puspa agro semakin berkurang di karenakan konsumen lebih memilih ke pasar
tradisional, penyebab nya pasar induk “Puspa Agro” memiliki harga yang lebih
tinggi di bandingkan dengan pasar tradisional dan serta tempat yang jauh dengan
keramaian.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Hasil penelitian juga menyatakan bahwa tingkat konsumsi masyarakat
Indonesia meningkat dan orang-orang Indonesia senang berbelanja. Hasil survei
terhadap 51 jenis produk kebutuhan sehari-hari yang cepat jual (Fast Moving
Consummer Goods/FMCG) menunjukkan, bahwa pada tahun 2008 hasil
penjualan FMCG meningkat sebesar 18% dibandingkan hasil pada tahun
2010, sehingga pada tahun 2007 nilai penjualan FMCG sebesar 57,244 triliun.
Pada pertengahan tahun 2008, hasil penjualan meningkat lagi sebesar 27,1%
sehingga diperoleh hasil penjualan sebesar 30,890 triliun dalam kurun waktu
setengah tahun (Kompas, dalam artikel Bisnis dan Keuangan, Kamis 31
Agustus

2006, hal.21). Keseluruhan

data

hasil

penelitian

tersebut

menunjukkan pertumbuhan penjualan barang eceran hingga tahun 2007, tetapi
para pedagang di pasar tradisional justru mengeluh dengan penghasilannya yang
semakin menurun hingga 50%, sedangkan ritel modern pada tahun 2008
jumlahnya terus bertambah sebesar 27% (Media Indonesia, Kamis 31 Agustus
2006, hal.3). Keadaan tersebut menunjukkan

bahwa

keputusan

pembelian

konsumen untuk mengkonsum barang eceran, seperti barang kebutuhan
sehari-hari lebih dominan dilakukan di pasar modern, sehingga semakin
banyak investor yang memanfaatkan peluang bisnis di ritel modern yang
berdampak pada penurunan penghasilan para pedagang pasar tradisional.
Pasar Induk Agrobis (PIA) Jawa Timur saat ini lebih dikenal dengan nama
Puspa Agro. PIA Jatim dirancang sebagai bagian infrastruktur untuk mewujudkan
visi pembangunan Jawa Timur sebagai pusat agrobisnis. Peran yang direncanakan
bagi PIA dalam pola pembangunan jangka menengah panjang adalah sebagai
pelopor bagi terbentuknya industri agrobisnis sebagai tumpuan ekonomi Jawa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Timur. Umumnya pasar induk di Indonesia menghadapi berbagai masalah seperti
terbatasnya ruang pada lapak yang sempit, tidak teratur dan lemahnya
pengelolaan. Kelemahan sistem pengelolaan tersebut menjadi salah satu penyebab
penting gagalnya fungsi sebuah pasar, sehingga tidak dapat memenuhi tujuan awal
sebagai promotor perekonomian daerah. Rancangan pengelolaan pasar harus
cocok denganciri produk atau jasa yang akan difasilitasi, sehingga akan
memberikan dampak efisiensi yang besar. Berdasarkan informasi tersebut, timbul
permasalahan dalam proses penyusunan konsep pengelolaan PIA Jawa Timur
yaitu diperlukan strategi dalam pengelolaan pasar dengan memperhatikan kriteriakriteria dan sub kriteria apa saja yang menjadi prioritas pengelolaan PIA Jawa
Timur di Jemundo. peran yang diemban oleh Pasar Induk Agrobis antara lain
adalah:
1. Pemusatan(konsentrasi) beragam produk dari berbagai tempat dikumpulkan
pada satu tempat dalam jumlah yang efisien untuk diperdagangkan.
2. Pembentukan harga yang transparan, wajar, menggambarkan kekuatan
permintaan dan penawaran dan ditentukan secara cepat melalui lelang.
3. Pendistribusian

dari

produsen/importer

secara

cepat

dan

efisien

kepengecer/eksportir.
4. Penyelesaian transaksi melalui berbagai mekanisme pembayaran serta
dukungan berbagai pelayanan seperti perijinan, perbankan, dan sebagainya.
5. mengurangi biaya bongkar muat dan penanganan produk dalam jumlah yang
efisien.
6. Pengumpulan dan penyebaran berbagai informasi perdagangan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

7. Berbagai bentuk penunjang seperti proses sertifikasi, pemeriksaan higienis,
penyimpanan, bea cukai dan sebagainya.
Aspek operasional (pengelolaan) adalah point penting terkait usaha untuk
menata kegiatan sehingga diperoleh suatu kualitas kegiatan yang tertentu.
Umumnya tujuan penataan kegiatan/ pengelolaan adalah untuk mendapatkan
kegiatan/operasional yang lancar, efisien, hemat untuk dapat secara efektif
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
1.2.

Per masalahan
Pasar induk puspa agro terletak diantara pemukiman masyarakat yang

masih cukup luas. Masyarakat yang ada disekitar puspa agro kebanyakan
berusahatani, berwirausaha maupun berdagang dengan demikian masyarakat
sekitar dapat menjual usaha dan hasil pertaniannya bisa lebih mudah dan
memungkinkan mendapatkan harga jual yang lebih mahal dibandingkan sebelum
adanya pasar induk karena pasar tersebut adalah salah satu pasar grosir agribisnis
terbesar di Indonesia. Sejak pasar tersebut diresmikan oleh pemerintah, warga
dan petani disekitar diduga mengalami perubahan pola hidup khususnya pekerjaan
dan pendapatan warga sekitar.
Provinsi Jatim digadang-gadang menjadi Provinsi Agro dengan berbagai
komoditas andalannya pada 2025. Untuk menggapai ambisi itu, Jatim harus
mempunyai sarana perdagangan komoditas pertanian yang integral keberadaan
Pusat Perdagangan Agrobis (Puspa Agro) Jatim dimaksudkan untuk menjawab
kebutuhan terhadap sarana perdagangan tersebut.
Erlangga menuturkan, sarana perdagangan komoditas pertanian yang
integral harus mencakup perdagangan komoditas pertanian dan subsektornya,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

seperti perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Di pasar ini itu
lengkap, mulai dari beras, gula, hingga daging dan ikan segar, cita-cita untuk
menjadikan Jatim sebagai Provinsi Agro harus dibarengi dengan penataan sektor
pertanian dari hulu ke hilir. Di sektor hulu, perlu pengembangan teknologi
produksi. Adapun di sektor hilir perlu pengembangan nilai tambah produk dan
pemasaran yang efisien. Konsep Puspa Agro, sambung dia, dimaksudkan untuk
menjawab hal tersebut. Di pasar ini akan ada sarana penelitian berupa
laboratorium untuk mengembangkan teknologi produksi. "Selain itu, akan ada
pusat pendidikan bagi petani dan pedagang untuk memahami strategi pemasaran
yang efektif dan modern.
Dengan berjalannya waktu, Pasar yang diharapkan akan menjadi pasar
agrobisnis terbesar tidak sesuai kenyataan. Pasar juga mengalami perkembangan
dan perubahan apakah itu sesuai yang diharapkan / justru tidak sesuai dengan apa
yang diharapkan Hal ini perlu dikaji ulang keberadaan manajeman operasional
“Puspa Agro” yang telah berjalan beberapa bulan. Pasalnya, konsep yang
diinginkan saat awal pembangunan pasar induk, kini kenyataannya tidak sesuai
dengan harapan.
Puspa Agro diharapkan akan menjadi pasar yang banyak dikunjungi
konsumen, akan tetapi tidak sesuai dengan kenyataanya pasar tersebut sepi
dikunjungi pembeli Ini yang disesalkan oleh para pedagang ,minat para konsumen
yang datang ke pasar sangatlah sedikit akibatnya para pedagang merugi dengan
dagangannya yang tidak laku terjual. Banya juga pedagang yang sudah meninggal
kan pasar di karenakan sepi nya pengunjung, banyak pedagang kembali ke pasar
tradisional karena di puspa agro sangat tidak menguntungkan bagi para pedagang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Dari uraian diatas dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut :
a) Bagaimana karakteristik sosial dan ekonomi pedagang buah di pasar induk
“Puspa Agro” ?
b) Apa saja yang menjadi kendala pedagang buah di pasar induk “Puspa
Agro” ?
c) Apa yang menjadi harapan pedagang buah di pasar induk “Puspa Agro” ?
1.3. Tujuan Penelitian
a) Untuk mengetahui karakteristik sosial dan ekonomi pedagang buah di pasar
induk “Puspa Agro”.
b) Untuk mengetahui kendala pedagang buah di pasar induk “Puspa Agro”.
c) Untuk mengetahui harapan pedagang buah di pasar induk “Puspa Agro”
1.4. Manfaat Penelitian
a) Sebagai

bahan

acuan

untuk

pengelola

dalam

mengelola

dan

mengembangkan Pasar induk “Puspa Agro”.
b) Sebagai masukan terhadap pedagang buah Pasar induk “Puspa Agro” dalam
melaksanakan aktivitas ekonomi.
c) Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya, yang sifatnya lebih
mendalam
1.5. Pembatasan Masalah
Penelitian ini merupakan studi kasus pada pasar induk “Puspa Agro” di
Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo. Waktu penelitian awal
bulan september sampai pertengahan bulan oktober. Pada penelitian ini hanya
terbatas pada ruang lingkup yaitu :
- Pedagang buah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

Dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk mendeskripsikan hasil, manfaat dan
kendala yang dihadapi oleh pedagang buah di pasar induk “Puspa Agro”, dan
untuk mengetahui pencapaian sasaran dan tujuan, sebab keberhasilan atau
kegagalannya, serta berbagai jenis manfaat yang ditimbulkannya. Selanjutnya
dengan mengetahui kekurangan, ketidak berhasilan dapat sebagai acuan untuk
memberikan

rekomendasi

perbaikan

perumusan

kembali

(reformulation) atau penyesuaian (adjusment) yang akan datang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

kebijakan

II. TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Rina Indiastuti, Fiti Hastuti, dan Yudi Azis, (2008), Analisis
Keberlanjutan Pasar tradisional Dalam iklim persaingan usaha yang
dinamis di kota bandung. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pasar
tradisional masih memiliki peluang berkembang berdampingan dengan
pasar modern (co-exist), karena harga jual masih bersaing relatif
dibandingkan harga pasar modern dan masih dimilikinya segmen
pembeli yang mempetimbangkan ketersediaan anggaran belanja untuk
memperoleh

kepuasan

maksimum.

Kelompok

pembeli

tersebut

merupakan segmen cukup besar meliputi pembeli berpendapatan
rendah, pedagang keliling, usaha olahan makanan, dan warung. Peranan
pemerintah

daerah

sebagai

pemilik,

baru

memposisikan

pasar

tradisional sebagai potensi sumber pendapatan asli daerah (PAD),
namun belum menyertainya dengan pengelolaan pasar yang profesional,
sehingga

daya

saing

pasar

tradisional

dipersepsikan

menurun

menghadapi ancaman meningkatnya daya tarik pasar modern.
Lusiana Kurnia Maheka (2010), Meneliti tentang Dampak keberadaan
pasar induk “puspa Agro” terhadap sosial ekonomi keluarga tani sayur dan buah
di desa jemundo kecamatan taman kabupaten sidoarjo.

Grosir pasar juga

membawa dampak sosial-ekonomi pada keluarga petani buah dan sayuran di desa
Jemundo yaitu keamanan lingkungan diwujudkan dengan pembangunan pos
keamanan setelah grosir pasar, yang ada pos-pos pemeriksaan keamanan; Sosial
kegiatan yang tidak jauh berbeda antara kegiatan sosial sebelum grosir pasar

12

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

dengan mengikuti pasar grosir dan masih melaksanakan kegiatan sosial, bahkan
kegiatan yang lebih dan lebih social dilakukan oleh petani sayuran dan buahbuahan meskipun mereka sibuk bekerja, agama aktivitas sebelum dan setelah
pasar grosir puspa agro tidak banyak berbeda bahkan dampak positif karena
adanya pasar grosir Puspa Agro, pendapatan petani meningkat sehingga
memudahkan penggalangan dana.
Dian Agustina (2009), meneliti tentang analisis factor-faktor yang
mempengaruhi peningkatan jumlah pasar modern di kota dan kabupaten bogor.
Muncul nya konsep ritel modern baru seperti hypermart, supermart, dan
minimarket, yang termasuk ke dalam jenis ritel modern (pasar modern)
merupakan peluang pasar baru yang dinilai cukup potensial oleh para pembisnis
ritel, namun dilain sisi dapat mengancam keberadaan pasar tradisional yang belum
dapat bersaing dengan pasar modern terutama dalam hal manajemen usaha dan
permodalan.
Dari waktu ke waktu jumlah pasar modern cenderung mengalami
pertumbuhan

positif sedangkan

pasar

tradisional

cenderung

mengalami

pertumbuhan negatif sebesar delapan persen pertahun selama periode 2003-2005.
Kota dan kabupaten bogor sebagai kawasan pemungkiman penduduk yang
merupakan daerah penyangga Jakarta, menjadi salah satu daerah yang memiliki
tingkat pertumbuhan pasar modern yang cukup pesat selama periode tahun 19972008. Dengan populasi penduduk terbesar di provinsi jawa barat, kabupaten bogor
yang pada tahun 2007 jumlah penduduknya mencapai 4.316.216 jiwa, menjadi
kawasan yang menjanjikan dalam perkembangan bisnis ritel. Begitupun dengan
kota bogor yang pada tahun 2007 jumlah penduduknya mencapai 866.034 jiwa.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Hasil penelitian menunjuk bahwa pertumbuhan pasar modern di kota
bogor pada periode tahun 1998-2003 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
pasar modern di kabupaten bogor. Sedangkan pada periode tahun 2003-2008,
dimana era booming pasar modern mulai berlansung, pertumbuhan pasar modern
di kota bogor lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pasar modern di kabupaten
bogor. Jumlah pasar tradisional di kota bogor pada periode tahun 1998-2003
mengalami pertumbuhan positif sedangkan di kabupaten bogor mengalami
pertumbuhan yang stagnan atau tidak terjadi pertumbuhan pada periode tersebut.
Namun pada periode tahun 2003-2008 pertumbuhan pasar tradisional di kota
bogor mengalami pertumbuhan yang negative. Sedangkan pertumbuhan pasar
tradisonal di kabupaten bogor pada periode tahun 2003-2008 mengalami
pertumbuhan yang positif, dimana jumlah pasar tradisional bertambah sebanyak
satu unit pada periode tersebut.
Kesimpulan

dari

peneliatian

terdahulu

yaitu

Pedagang

dengan

pengetahuan dan pengalaman yang dominan terhadap jiwa entrepreneurship dapat
berkembang status usahanya kearah formal seperti diharapkan oleh pemerintah
kota dalam formalisasi pedagang. Pemahaman pedagang berdasarkan konstruksi
sosial motivasi menjadi pedagang di pasar tradisonal maupun pasar modern
karena Lokasi yang Strategis dan Konsumen yang Sudah Jelas memahami
formalisasi dengan melakukan reproduksi berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman mereka ketika menjadi pedagang pasar, dimana pedagang masih
berperilaku dan mengidentifikasikan dirinya masih menjadi pedagang pasar
dengan tetap menjadi seorang pedagang pasar. Pemahaman pedagang berdasarkan
konstruksi sosial motivasi menjadi pedagang karena Mencari Kehidupan Yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Layak mengkonstruksi pemahaman mereka tentang formalisasi sebagai kemauan
politik (political will) pemerintah kota yang pro kepada masyarakat tanpa
membeda-bedakan daerah asal pedagang
2.2. Pengertian J enis Dan Struktur Pasar
Model

neoklasik

mengandaikan

adanya

pasar

kompetitif

dan

kesempurnaan informasi, sehingga kegiatan ekonomi menempatkan setiap
pelakunya dalam posisi sejajar. Implikasinya, distribusi pendapatan akan terbagi
secara proporsional. Sekedar ilustrasi, jika dalam suatu pasar terdapat ratusan
pedagang beras dengan banyak konsumen, maka setiap kenaikan harga yang
diberlakukan oleh seorang pedagang akan menggiring konsumen pindah ke
pedagang lainnya. Akibatnya, pedagang yang tadinya menaikkan barang, akhirnya
tertekan untuk menurunkannya kembali ke harga semula. Contoh lainnya, jika
permintaan terhadap suatu barang tiba-tiba meningkat (dengan asumsi jumlah
penawaran tetap), maka harga barang tersebut akan naik. Pada situasi seperti ini
pelaku ekonomi lain akan masuk untuk menjual barang tersebut (karena adanya
insentif laba yang besar), sehingga akan menaikkan jumlah penawaran dan yang
kemudian mendorong harga turun pada situasi semula. Lewat simulasi seperti
inilah paham neoklasik percaya kemakmuran bersama akan diperoleh karena
adanya jaminan distribusi pendapatan. Namun dalam dunia nyata, keadaan yang
terjadi sebagian besar tidak sejalan dengan apa yang dilukiskan oleh mazhab
neoklasik tersebut.
Fakta-fakta yang menjelaskan adanya kompleksitas dalam kehidupan
ekonomi diantaranya dapat dijelaskan melalui fenomena kesulitan pelaku usaha
informal dalam memperoleh izin usaha resmi jika dibandingkan dengan pelaku

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

usaha formal yang hanya membutuhkan waktu yang singkat dalam memperoleh
izin usaha. Sehingga fenomena kompleksitas kehidupan ekonomi justru muncul
karena persoalan kelembagaan seperti, tidak adanya kesetaraan kekuatan antar
pelaku ekonomi, ketimpangan kekuatan dalam mempengaruhi kebijakan publik,
dan berbagai fenomena lainnya. Berbagai persoalan tersebut adalah fenomena
kelembagaan yang terjadi di Indonesia, yang pada akhirnya meletakkan pelaku
ekonomi dalam dua posisi berseberangan yaitu sebagai pihak yang diuntungkan
atau pihak yang dirugikan.
Berdasarkan mekanismenya pasar dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
a) Pasar Tradisional
Pasar tradisional merupakan pasar yang bentuk bangunannya relatif
sederhana, dengan suasana yang relatif kurang menyenangkan (ruang usaha
sempit, sarana parkir kurang memadai, kurang menjaga kebersihan pasar dan
penerangan yang kurang baik). Barang yang diperdagangkan adalah kebutuhan
sehari-hari, harga barang relatif murah dengan mutu yang kurang diperhatikan dan
cara pembeliannya dengan tawar menawar (Sukaesih, 1994). Contoh pasar
tradisional yang berada di kawasan kota Bogor adalah Pasar Induk Jambu Dua.
Jika ditinjau dari pendekatan kebudayaan, pasar tradisional merupakan gambaran
sosial, ekonomi, teknologi, politik, agama, struktur sosial, dan kekerabatan
masyarakat yang ada di sekitarnya. Keadaan pasar tradisional pada umumnya
kurang berkembang dan cenderung tetap tanpa banyak mengalami perubahan dari
waktu ke waktu. Kesan kotor, becek, bau, tidak aman, tidak jujur, harga tidak
pasti, pengurangan timbangan, adu tawar, dan barang tidak lengkap merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan pasar tradisional kehilangan pembelinya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Namun pasar tradisional tetap memiliki berbagai keunggulan, diantaranya dari
segi interaksi dan komunikasi sosial dimana terjalin keakraban diantara penjual
dan pembeli, sehingga penjual mengenal konsumen dengan baik.
Pasar tradisional secara umum disamping memiliki kelemahan berupa
kondisi yang kumuh, becek, tidak teratur, panas, tidak aman dan tidak nyaman
tetapi juga memiliki kelebihan di bandingkan pasar modern. Kelebihan itu
diantaranya yaitu: pertama, lokasinya yang strategis karena dekat dengan
pemukiman; kedua, masih buka tawar-menawar yang secara fisikologis
memberikan nilai positif pada proses interaksi penjual dan pembeli dan menjual
barang kebutuhan sehari-sehari dengan harga relatif murah, karena jalur distribusi
lebih lebih pendek, tidak terkena pajak atau pungutan lain yang besar. Oleh karena
itu, pemerintah masih dapat memberdayakan pasar tradisional melalui upayaupaya serius dengan mengoptimalkan fungsi-fungsi pasar tradisional, kelebihankelebihan yang dimiliki pasar tradisional serta meminimalisir kelemahankelemahannya melalui kebijakan daerah (perda) yang menjadikan pasar
tradisional dapat terus eksis dan berkembang, perbaikan fisik dan penataan pasar
serta lingkungannya untuk memberikan kenyamanan terjadinya transaksi tanpa
meninggalkan peran para pedagang itu sendiri (Feryanto,2006).
b) Pasar Modern
Pasar modern merupakan pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta,
atau koperasi dalam bentuk mall, supermarket, minimarket, department store, dan
shopping center dimana pengelolaannya dilaksanakan secara modern dan
mengutamakan pelayanan kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada di
satu tangan, bermodal relatif kuat, dan dilengkapi dengan label harga yang pasti

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Nomor 420/MPP/Kep/10/1997. Untuk dapat lebih memahami mengenai pasar
tradisional dan pasar modern, perlu diketahui perbedaan karaktersitik antara pasar
modern dan pasar tradisional. Pada umumnya pasar modern dilengkapi dengan
sarana hiburan seperti restoran, cafe, bioskop, tempat permainan anak-anak yang
sengaja disediakan agar menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik minat
pengunjung. Pasar modern bermula dari toko serba ada (toserba) yang kemudian
berkembang menjadi supermarket dengan aset dan omzet lebih besar.
Supermarket kemudian berkembang menjadi hipermarket yang merupakan sebuah
toko serba ada dengan skala lebih besar dan pada umumnya ada unsur modal
asing didalamnya. Supermarket atau hipermarket memiliki keungggulan jika
dibandingkan dengan pasar tradisional diantaranya kemasan rapi, jenis barang
lengkap, situasi bersih dan nyaman. Supermarket dan hipermarket tidak saja
memenuhi kebutuhan konsumen tetapi juga menciptakan keinginan karena banyak
barang yang tidak dikenal dan bukan menjadi kebutuhan di display di supermarket
dan atau hipermarket, yang pada akhirnya menimbulkan selera konsumen.
Pada 2008, pertumbuhan pasar modern (minimarket, supermarket, dan
hipermarket) ternyata lebih pesat dibanding pasar tradisional. Jika pasar
tradisional tumbuh 19,6 persen, pasar modern justru bisa tumbuh hingga 23,6
persen. Padahal, pertumbuhan pasar tradisional pada 2008 lalu merupakan capaian
yang cukup tinggi. Pasar modern dan tradisional menopang pertumbuhan bisnis
ritel sebesar 21,1 persen. Pertumbuhan ini mencakup nilai penjualan Rp 95,3
triliun untuk 54 produk atau lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2007 yang hanya
mencapai 15,2 persen. Studi AC Nielsen mencakup 5 kota, yakni Jakarta plus

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Botabek, Bandung, Surabaya, Semarang, dan Medan. Dari sisi frekuensi belanja
untuk pasar modern turun rata-rata dari 31,3 kunjungan menjadi 27,4 kunjungan
per tahun atau turun 13 persen dari 2007 ke 2008. Sedangkan untuk pasar
tradisional hanya mengalami penurunan 1 persen atau dari kunjungan 190,5 kali
menjadi 187,9 kal (Andrian,2009)
Struktur pasar merupakan penggolongan pasar berdasarkan strukturnya.
Dibagi kedalam beberapa bagian yaitu:
a. Pasar Persaingan Sempurna
Jenis pasar persaingan sempurna terjadi ketika jumlah produsen sangat banyak
sekali dengan memproduksi produk yang sejenis dan mirip dengan jumlah
konsumen yang banyak. Contoh produknya adalah seperti beras, gandum,
batubara, kentang, dan lain-lain. Sifat-sifat pasar persaingan sempurna : (a)
Jumlah penjual dan pembeli banyak. (b) Barang yang dijual sejenis, serupa dan
mirip satu sama lain. (c) Penjual bersifat pengambil harga. (d) Harga ditentukan
mekanisme pasar permintaan dan penawaran. (e) Posisi tawar konsumen kuat. (f)
Sulit memperoleh keuntungan di atas rata-rata. (g) Sensitif terhadap perubahan
harga. (h) Mudah untuk masuk dan keluar dari pasar
b. Pasar Monopolistik
Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual
banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk
tersebut berbeda-beda antara produsen yang satu dengan yang lain. Contoh
produknya adalah seperti makanan ringan (snack), nasi goreng, pulpen, buku, dan
sebagainya. Sifat-sifat pasar monopolistik : (a) Untuk unggul diperlukan
keunggulan bersaing yang berbeda. (b) Mirip dengan pasar persaingan sempurna.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

(c) Brand yang menjadi ciri khas produk berbeda-beda. (d) Produsen atau penjual
hanya memiliki sedikit kekuatan merubah harga. (e) Relatif mudah keluar masuk
pasar
c. Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli adalah suatu bentuk persaingan pasar yang didominasi oleh
beberapa produsen atau penjual dalam satu wilayah area. Contoh industri yang
termasuk oligopoli adalah industri semen di Indonesia, industri mobil di Amerika
Serikat, dan sebagainya. Sifat-sifat pasar oligopoli : (a) Harga produk yang dijual
relatif sama.(b) Pembedaan produk yang unggul merupakan kunci sukses.(c) Sulit
masuk ke pasar karena butuh sumber daya yang besar. (d) Perubahan harga akan
diikuti perusahaan lain
d. Pasar Monopoli
Pasar monopoli akan terjadi jika di dalam pasar konsumen hanya terdiri dari satu
produsen atau penjual. Contohnya seperti microsoft windows, perusahaan listrik
negara (PLN), perusahaan kereta api (PT.KAI), dan lain sebagainya. Sifat-sifat
pasar monopoli : (a) Hanya terdapat satu penjual atau produsen. (b) Harga dan
jumlah kuantitas produk yang ditawarkan dikuasai oleh perusahaan monopoli. (c)
Umumnya monopoli dijalankan oleh pemerintah untuk kepentingan hajat hidup
orang banyak. (d) Sangat sulit untuk masuk ke pasar karena peraturan undangundang maupun butuh sumber daya yang sulit didapat. (e) Hanya ada satu jenis
produk tanpa adanya alternatif pilihan. (f) Tidak butuh strategi dan promosi untuk
sukses.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

e. Monopsoni
adalah kebalikan dari monopoli, yaitu di mana hanya terdapat satu pembeli saja
yang membeli produk yang dihasilkan. Sedangkan Monopoli adalah sesuatu yang
dilarang di Republik Indonesia yang diperkuat dengan undang-undang anti
monopoli.
2.3. Definisi Pasar Dan Fungsi Pasar
Pasar adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, baik secara
langsung maupun tidak langsung, untuk melakukan kegiatan transaksi jual beli.
Sedangkan Pasar Induk Puspa Agro sendiri yaitu pasar yang menjual hasil panen
dari petani dan didapatkan langsung dari petani sekaligus sebagai pasar pusat
perdagangan produk pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan yang dijual
pedagang secara grosir kepada pembeli. Adapun syarat- syarat terjadinya pasar
meliputi, antara lain: adanya penjual, adanya pembeli, tersedianya barang yang
diperjual belikan, dan terjadinya kesepakatan antara penjual dan pembeli.
Karena ini pasar induk terbesar di Indonesia dan terbesar kedua di Asia
Tenggara. Pasar ini juga dilengkapi dengan sarana prasarana penunjang yang
cukup memadai. Dilihat dari potensi yang dimiliki oleh pasar induk

ini

mempunyai peluang yang sangat besar untuk dikunjungi oleh berbagai lapisan
masyarakat. Hal tersebut secara tidak langsung akan mengalami perubahan pada
perekonomian masyarakat sekitar yang bermata pencaharian sebagai petani,
berwirausaha maupun pedagang untuk membuka lapangan kerja baru. Akan tetapi
masyarakat yang berdagang mengeluhkan kurang berkembangnya pasar. Para
pedagang mengaku pasar ini banyak di kunjungi pengunjung pada hari libur atau
akhir pekan saja. Para pedagang mengeluh pada hari – hari biasa intensitas

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

pengunjung sangat minim. Hal ini mengakibatkan adanya pedagang ingin pindah
berjualan dari Pasar Induk Puspa Agro, bahkan ada pula yang sudah pindah dari
Pasar tersebut. Walaupun demikian, tidak semua pedagang di Pasar

pindah

berjualan.Hanya awal berdirinya pasar ini ada kunjungan dari pemerintah, acaraacara tertentu pasar ini banyak pengunjung yang datang.
Pasar adalah pusat tukar-menukar, perdagangan sebagai kegiatan tukarmenukar yang sebenarnya, dan uang sebagai alat penukar. Pasar adalah pranata
pembangkit sedangkan perdagangan dan uang adalah fungsi-fungsinya. Tukarmenukar, perdagangan, uang dan pasar sebagai suatu sistem yang membentuk
suatu keseluruhan yang tidak terpisahkan. Kerangka konsepnya adalah pasar.
(Mahendra Wijaya, 2007). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pasar berarti
tempat orang berjual-beli. Menurut Clifford Geertz, pasar adalah suatu pranata
ekonomi dan sekaligus cara hidup, maka perdagangan bagi seorang pedagang
merupakan latar belakang yang permanen, dimana hampir segala kegiatan
dilakukannya (Clifford, 1973 : 30 - 31).
Pasar mengatur kehidupan sosial, termasuk ekonomi, secara otomatis.
Karena pencapaian kepentingan pribadi dan kesejahteraan pribadi dan
kesejahteraan individu akan membawa hasil yang terbaik, tidak hanya mereka
sebagai pribadi tetapi juga kepada masyarakat secara keseluruhan. Mekanisme ini
dipandang oleh Adam Smith sebagai “tangan-tangan tersembunyi” (Invisible
Hand). Dengan kata lain, seperti kata Levacic (1991), karakteristik yang penting
dari pasar, dipandang sebagai salah satu mekanisme yang bekerja dalam
kehidupan sosial, adalah pertukaran bebas terhadap barang dan jasa antara dua
partai pada suatu harga yang disepakati. Dalam kenyataannya, kehidupan sosial,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

termasuk ekonomi, tidak hanya diatur oleh mekanisme pasar, tetapi juga oleh
pengaturan Negara dan mekanisme sosial budaya.
Pasar memiliki sejumlah fungsi dalam kegiatan ekonomi, fungsi pasar
dalam kegiatan ekonomi meliputi tiga hal, yaitu pertama fungsi distribusi, yang
dimaksudkan adalah mendekatkan jarak antara konsumen dan produsen dalam
melakukan transaksi. Kedua, fungsi pembentukan harga, yang dimaksudkan
adalah dalam proses tawar menawar, keinginan kedua pihak digabungkan untuk
menentukan harga kesepakatan atau harga pasar. Ketiga, fungsi promosi, yang
dimaksudkan adalah tempat yang paling tepat untuk promosi produk-produk baru
kepada calon pembeli hanyalah pasar, karena pasar setiap hari banyak dikunjungi
oleh pembeli sehingga semua sudut pasar merupakan tempat yang strategis
digunakan untuk kegiatan promosi.
Pasar juga berfungsi sebagai pusat pengetahuan pengenalan metode dan
teknik pemasaran. Dalam setiap kegiatan jual beli dan pertukaran barang dan jasa
baik di kota maupun di pedesaan atau dimana saja proses pertukaran itu terjadi
kita akan mengenal kegiatan pemasaran. Selain pasar sebagai tempat berbelanja,
tempat berjualan, maka pasar berfungsi pula sebagai tempat perputaran modal
usaha. Satu kesempatan yang baik bagi pedagang yang akan mengembangkan
modal usahanya, karena dipasar merupakan tempat berkumpul dan bertemunya
penjual dengan pembeli. Modal usaha pedagang dapat dijalankan secara wajar,
bahkan dari modal uang dagang yang dijalankannya itu, ia akan besar dan
memperoleh laba yang cukup lumayan. Dengan cara menjalankan modal, menjual
belikan barang maka modal usahanya dapat berputar dan memungkinkan
perusahaannya semakin. (Hendra,1990).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

2.4. Kebijakan Provinsi J atim Dalam Pengembangan Pasar
Dalam pengelolaan pasar, pemerintah telah menerbitkan pengaturan
tentang pasar tradisional dan pasar modern, yaitu Peraturan Presiden (Perpes) No.
112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern pada 27 Desember 2007. Perpes itu menerbitkan
regulasi tentang peraturan pasar modern dengan substansi masalah, antara lain
peraturan zonasi, hari dan jam buka, serta program UMKM (Usaha Menengah
Kecil Mikro). Sementara itu, Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor :
53/MDAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, merupakan aplikasi dari
perpres No.112Tahun 2007.
Peraturan tersebut menyebutkan bahwa bentuk toko modern adalah