DAMPAK KEBERADAAN PASAR INDUK “PUSPA AGRO” TERHADAP SOSIAL EKONOMI KELUARGA TANI SAYUR DAN BUAH DI DESA JEMUNDO KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO.

(1)

DAMPAK KEBERADAAN PASAR INDUK “PUSPA AGRO”

TERHADAP SOSIAL EKONOMI KELUARGA TANI SAYUR DAN BUAH DI DESA JEMUNDO KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh :

LUSIANA KURNIA MAHEKA NPM : 0724010011

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA


(2)

DAMPAK KEBERADAAN PASAR INDUK “PUSPA AGRO”

TERHADAP SOSIAL EKONOMI KELUARGA TANI SAYUR DAN BUAH DI DESA JEMUNDO KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO

Diajukan oleh :

LUSIANA KURNIA MAHEKA 0724010011

Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal, 03 Maret 2011

Telah disetujui oleh :

Pembimbing : Tim Penguji

1. Pembimbing Utama 1. Ketua

Dr. Ir. Sudiyarto, MM Dr. Ir. Sudiyarto, MM 2. Pembimbing Pendamping 2. Sekretaris

Ir. Sri Widayanti, MP Ir. Mubarokah, MTP 3. Anggota

Ir. Nuriah Yuliati, MP

Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi Agribisnis


(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal dengan judul “Dampak Keberadaan Pasar Induk “Puspa Agro” Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Tani Sayur Dan Buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian (S1) Program Studi Agribisnis, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Penulis berharap semoga dalam penyusunan skripsi ini dapat diterima dan memenuhi persyaratan, serta menyadari sepenuhnya akan segala kerendahan hati dan keterlibatan semua pihak, maka penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Dr. Ir. Sudiyarto, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama dan Ibu Ir. Sri widayanti, MP, selaku Dosen Pembimbing Pendamping atas kepercayaan

dan segala bantuan yang telah diberikan berupa pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran. Selain itu dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Ir. Indra Tjahaja Amir, MP, selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur .


(4)

3. Seluruh dosen dan staf yang ada di Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Keluarga dan someone tercinta, yang selalu memberi do’a, dorongan dan semangat.

5. Rekan-rekan Ormawa Fakultas Pertanian dan teman-teman Se-angkatan’07 dan semua yang telah memberikan dukungan moral dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

Namun demikian penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan pada penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penyusunan Skripsi S1.

Semoga apa yang penulis uraikan dalam skripsi ini dapat berguna bagi pembaca serta bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Surabaya, Maret 2011

Penulis  


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1.4. Pembatasan Masalah ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA... 12

2.1. Penelitian Terdahulu ... 12

2.2. Landasan Teori ... 17

2.3. Kerangka Pemikiran... 27

2.4. Hipotesis... 30

III. METODE PENELITIAN... 31

3.1. Penentuan Lokasi ... 31

3.2. Penentuan Populasi dan Sampel . ... 31

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 32

3.4. Metode Analisis Data ... 33


(6)

IV. KEADAAN UMUM DAERAH ... 40

4.1. Keadaan Geografis ... 40

4.2. Keadaan Penduduk... 42

4.3. Keadaan Soaial Ekonomi . ... 42

4.4. Keadaan Pertanian ... 45

V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 47

5.1. Karakteristik Responden ... 47

5.2. Dampak Pasar Induk “Puspa Agro” Terhadap Penambahan Jenis Pekerjaan Keluarga Tani Sayur dan Buah ... 52

5.3. Dampak Pasar Induk “Puspa Agro” Terhadap Pendapatan Kelurga Tani Sayur dan Buah... 57

5.4. Dampak Pasar Induk “Puspa Agro” TerhadapKeamanan Lingkungan, Kegiatan Sosial, dan Kegiatan Keagamaan Keluarga Tani Sayur dan Buah ... 67

5.5. Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Pasar Induk “Puspa Agro” di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo ... 77

VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 91

6.1. Kesimpulan ... 91

6.2. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman Judul

1. Penggunaan Tanah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten SidoarjoTahun 2009... 41 2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Jemundo

KecamatanTaman Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009... 43 3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Jemundo

KecamatanTaman Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009... 44 4. Luas dan Persentase Areal Tanaman Menurut Jenis Komoditi di Desa

Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo Tahun2009... 45 5. Tingkat Pendidikan Petani Sayur dan Buah di Desa Jemundo

Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009... 48 6. Usia Responden Petani Sayur dan Buah di Desa Jemundo Kecamatan

Taman Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009... 49

7. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sayur dan Buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009... 51 8. Penambahan Jenis Pekerjaan Keluarga Tani Sayur dan Buah Sebelum

dan Setelah Adanya Pasar Induk “PuspaAgro”... 53 9. Perubahan Pendapatan Keluarga Petani Sayur dan Buah di Desa

JemundoKecamatan Taman Kabupaten sidoarjo Tahun 2010 Akibat Adanya Pasar Induk “Puspa Agro”... 60 10. Total Jam Kerja Keluarga Tani Sayur dan Buah Sebelum dan Setelah

Adanya PasarInduk “Puspa Agro”... 65 11. Persepsi Petani Responden terhadap Keamanan Lingkungan Setelah

Adanya Pasar Induk “Puspa Agro”... 68

12. Persepsi Responden Terhadap Keberadaan Pos-pos Keamanan Setelah Adanya Pasar Induk “Puspa Agro”... 69


(8)

13. Persepsi Responden Terhadap Penjadwalan Penjagaan Keamanan

Setelah Adanya Pasar Induk “puspamAgro”... 71 14. Persepsi Petani Responden terhadap Kegiatan Sosial Setelah Adanya

Pasar Induk “Puspa Agro”... 72 15. Persepsi Responden Terhadap Program Pavingisasi Setelah Adanya

Pasar Induk “Puspa Agro”... 74 16. Persepsi Petani Responden terhadap Kegiatan Keagamaan Setelah


(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman Judul

1. Diagram Kerangka Pemikiran ... 29

2. Jalan Masuk Pasar Induk “Puspa Agro”... 79

3. Jalan Raya Menuju Pasar Induk “Puspa Agro”... 80

4. Laboratorium Pasar Induk “Puspa Agro”... 85

5. Rusunami Pasar Induk “Puspa Agro”... 87

6. Taman Bermain Anak-anak Pasar Induk “Puspa Agro”... 88


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman Judul

1. Penambahan Jenis Pekerjaan Keluarga Tani Sayur dan Buah Sebelum dan Setelah Adanya Pasar Induk “PuspaAgro” di Desa Jemundo

Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo... 97 2. Analisis Uji Tanda (Sign Test) untuk Melihat Penambahan Jenis

Pekerjaan Keluarga Tani Sayur dan Buah di Desa Jemundo... 98 3. Biaya Tetap Usahatani Sayur Kangkung dan Buah Jambu Biji

Merah... 100 4. Biaya Variabel Usahatani Sayur dan Buah dSebelum dan Setelah

Adanya Pasar Induk “Puspa Agro” di Desa Jemundo... 103 5. Penerimaan dan Total Biaya Usahatani Kangkung dan Jambu Biji

Sebalum Adanya Pasar Induk “Puspa Agro” di Desa Jemundo………. 107 6. Pendapatan Usahatani Kangkung dan Jambu Biji Sebelum dan Setelah

Adanya Pasar Induk “Puspa Agro” di Desa Jemundo……….. 109 7. Total Pendapatan Keluarga Tani Sayur dan Buah di Desa Jemundo

Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo... 111 8. Data Penolong Uji t (Paired Sample t Test) Perubahan Pendapatan

KeluargaPetani Sayur dan Buah... 113 9. Perhitungan Analisis Uji t (Paired Sample t Test) untuk Melihat

Perubahan Pendapatan Keluarga Petani Sayur dan Buah... 114 10. Analisis Uji Tanda (Sign Test) Untuk Melihat Perubahan Jam Kerja

Keluarga Tani Sayur dan Buah di Desa Jemundo………….………… 116 11. Kuesioner Responden Pasar Induk “Puspa Agro” di Desa Jemundo


(11)

Oleh :

LUSIANA KURNIA MAHEKA

ABSTRACT

Wholesale market "Puspa Agro" is the most comprehensive and largest market in Indonesia. Obviously, a wholesale market "Puspa Agro" bring impact to the surrounding environment. The impact of the existence of a wholesale market "Puspa Agro" against family socioeconomic vegetable and fruit farmers in the village of Sidoarjo Regency Park District Jemundo.

The existence of a wholesale market "Puspa Agro" positive and significant impact on the type of work the family farm vegetables and fruit, this can be seen from calculating the value Z = 4.33; Z table = 3.481 (α = 0.05, df = 1), then the Z count = 4.33> Z table = 3.481 so that Ho refused and H1 accepted.

The existence of a wholesale market "Puspa Agro" bring the impact of additional family income of vegetable farmers and fruit. Farm family income of vegetables and fruits before the main market "Puspa Agro" significantly different from the income of fruit and vegetable farmers 'family after the wholesale market "Puspa Agro', this can be seen from the t value = 5.61 ≥ 0.05 t table = 1.699 Ho accepted and H1 is rejected.

Wholesale market "Puspa Agro" also bring socio-economic impact on the family fruit and vegetable farmers in the village of Jemundo namely environmental security is realized with the construction of security posts after the wholesale market "Puspa Agro", which were no security checkpoints; Social activities which is not much different between social activities prior to the wholesale market "Puspa Agro" by following the wholesale market "Puspa Agro" and still exercise of social activities, even more and more social activities undertaken by farmers of vegetables and fruits though they are busy working ; religious activity before and after the wholesale market "Puspa Agro" not much different from even a positive impact due to the existence of a wholesale market "Puspa Agro ', farmers' income increased by making it easier for fund raising activities are beneficial.


(12)

(13)

besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Sebagian besar lahan di Indonesia dipenuhi dengan tanaman pertanian. Namun identitas tersebut kini mulai luntur, hal tersebut diakibatkan generasi muda berkualitas zaman sekarang mulai enggan untuk mengelola lahan pertanian yang membuat pada akhirnya lahan pertanian tersebut direlokasi sebagai bangunan perumahan, kawasan industri dan mall atau pasar megah. Padahal jika generasi muda ingin dan mau meneruskan mengelola pertanian tersebut, mungkin masalah kelaparan dan kemiskinan di negara ini akan terhapuskan bahkan Indonesia bisa menjadi negara eksportir hasil pertanian, namun kini apa yang terjadi banyak masyarakat Indonesia yang menjadi korban kemiskinan, kelaparan, busung lapar, bahkan gizi buruk. Hal ini tentu ironis sekali dimana sebuah negara yang memiliki potensi besar dalam bidang pertanian mengalami kasus kelaparan bahkan gizi buruk. Itu semua tentu jelas diakibatkan karena kurangnya minat para generasi muda yang berkualitas terhadap pengelolaan pertanian.

Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari pendapatan dunia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.


(14)

Negara Indonesia yang dikenal sebagai Negara agraris kini telah luntur, hal tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya: lahan Pertanian yang semakin lama terus menyempit dan infrastruktur yang tidak terawat sehigga banyak yang rusak, selain itu Indonesia mempunyai masalah yang sangat serius dalam sumber daya manusia dalam pertanian contohnya di daerah Jawa Barat 40 persen petani rata-rata berusia diatas 50 tahun (Kompas, 4/8/2008). Dari data tersebut kondisi para petani sangat mengkhwatirkan dan perlu adanya para penerus atau regenerasi agar dapat menjaga dan lebih melestarikan dalam menjalani aktifitas pertanian, yang merupakan sumber utama bagi penghidupan rakyat Indonesia. Tetapi pada saat sekarang ini sudah sangat sedikit para pemuda yang memilih bidang pertanian sebagai sumber mata pencaharian mereka.

Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli yang melayani kegiatan transaksi jual beli. Dalam keseharian, dikenal dua bentuk pasar yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli yang ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung yang kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, dan pakaian. Sementara itu, pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, hanya saja pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode). Selain itu, bangunan fisik pasar modern lebih permanen, besar, dan tertata, yang berbeda dengan pasar tradisional yang biasanya hanya terdiri


(15)

dari lapak-lapak. Di pasar modern, jenis pelayanan yang dilakukan oleh penjual dapat berbentuk pelayanan secara mandiri oleh pembeli (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Di pasar modern, jenis barang yang dijual tidak jauh berbeda dengan pasar tradisional, hanya saja dari sisi kemasan, jumlah dan jenis barang lebih beragam.

Sebelum pasar induk “Puspa Agro” didirikan, petani sayur dan buah di Desa Jemundo Kecamata Taman Kabupaten Sidoarjo menjual hasil panennya pada tengkulak atau pedagang pengumpul yang ada di Desa Jemundo, namun ada juga yang menjual langsung tetapi di pasar yang jauh dengan tempat tinggal mereka, hal ini mengakibatkan petani menjadi kurang diuntungkan karena dengan menjual ke tengkulak atau pedagang pengumpul maka harga jual hasil panennya menjadi rendah dan apabila dijual ke pasar yang jauh dari tempat tinggal petani maka memerlukan biaya yang cukup banyak sehingga pendapatan yang diperoleh petani menjadi semakin rendah.

Situasi dan kondisi yang berbeda dialami oleh petani sayur dan buah setelah adanya pasar induk “Puspa Agro” di Desa Jemundo karena petani dapat menjual langsung hasil panennya ke pasar induk “Puspa Agro”, hal ini mengakibatkan petani dapat menjual hasil penennya dengan harga yang lebih tinggi karena tidak ada perantara antara petani sayur dan buah sebagai produsen dengan pembeli sebagai konsumen atau dengan kata lain, pasar induk “Puspa Agro” dapat memutus rantai penjualan, selain itu dengan adanya pasar induk “Puspa Agro” juga dapat meminimalisasi biaya yang harus dikeluarkan oleh petani sayur dan buah karena hasil penen sayur dan buah dapat langsung


(16)

dipasarkan atau dijual di pasar induk “Puspa Agro” yang dekat dengan tempat tinggal mereka, dengan begitu maka pendapatan petani sayur dan buah menjadi meningkat.

Dewasa ini dan terlebih lagi di masa yang akan datang, orientasi sektor pertanian telah berubah dari orientasi produksi ke orientasi pasar. Dengan berlangsungnya perubahan preferensi konsumen yang makin menuntut atribut produk yang lebih rinci dan lengkap serta adanya prferensi konsumen akan produk olahan, maka motor penggerak sektor pertanian harus berubah dari usahatani kepada industri pengolahan hasil pertanian (agroindustri). Menurut Departemen Pertanian (2002), untuk mengembangkan sektor pertanian yang modern dan berdaya saing, maka agroindustri harus menjadi lokomotif dan sekaligus menjadi penentu kegiatan subsektor usahatani dan selanjutnya akan menentukan subsektor agribisnis hulu.

Pusat perbelanjaan modern saat ini berkembang sangat pesat, khususnya di DKI Jakarta dan kota-kota besar lainnya. pasar - pasar modernterus tumbuh dan berkembang dengan berbagai bentuknya. Menurut riset First Pacific Davies dalam Asia Property Focus (1996), sampai akhir tahun 1996, pasokan total pusat perbelanjaan di Jakarta akan mencapai 1.1 juta meter persegi dan diperkirakan akan terus tumbuh pesat mengingat masih banyak pembangunan pusat perbelanjaan yang belum selesai.

Kehadiran pasar modern, terutama supermarket dan hipermarket, dianggap oleh berbagai kalangan telah menyudutkan keberadaan pasar tradisional di perkotaan. Di Indonesia, terdapat 13.450 pasar tradisional dengan sekitar 12,6


(17)

juta pedagang kecil(Kompas 2006). Berdasarkan hasil studi A.C. Nielsen, pasar modern di Indonesia tumbuh 31,4% per tahun, sedangkan pasar tradisional menyusut 8% per tahun. Jika kondisi ini tetap dibiarkan, ribuan bahkan jutaan pedagang kecil akan kehilangan mata pencahariannya. Pasar tradisional mungkin akan tenggelam seiring dengan tren perkembangan dunia ritel saat ini yang didominasi oleh pasar modern.

Perkembangan pusat perbelanjaan modern tersebut dapat mengancam keberadaan pedagang di pasar tradisional apabila tidak ada penanganan struktur dan kondisi yang lebih baik terhadap pasar tradisional. Hal ini perlu dilakukan mengingat masih banyaknya masyarakat Indonesia yang tergantung kepada keberadaan dan keberlangsungan pasar tradisional. Harga yang relatif lebih murah dan memungkinkan adanya proses tawar menawar, menjadikan pasar tradisional masih menjadi pilihan untuk berbelanja. Namun, beragam masalah yang dihadapi pasar tradisional seperti buruknya infrastruktur, pungutan liar yang memberatkan penjual, dan sistem pengelolaan pasar yang tidak baik menyebabkan keberlangsungan pasar tradisional cukup terancam di tengah-tengah masyarakat.

Nilai buah-buahan dan sayur-sayuran segar meningkat dua kali lipat di Indonesia selama tahun 1994-2004, sehingga menjadi industri yang bernilai sepuluh milyar dolar. Meskipun pengeluaran untuk buah dan sayur segar hanya 50 persen dari pengeluaran untuk beras di Indonesia pada tahun 1994, pengeluaran untuk buah dan sayur meningkat hingga 75 persen dari pengeluaran untuk beras pada tahun 2004 – dan di daerah perkotaan, mencapai 100 persen, di mana penduduk perkotaan yang jumlahnya hampir separuh dari penduduk Indonesia


(18)

mengadakan pengeluaran untuk beras dan untuk buah dan sayur. Hampir semua buah dan sayur segar di pasar berasal dari dalam negeri: meskipun impor buah dan sayur segar meningkat tiga kali lipat selama dekade 1994-2004, tetapi saat ini impor sangat minim, hanya sekitar 3 persen dari konsumsi buah dan sayur segar di Indonesia (sama dengan rata-rata di negara-negara berkembang).

Lonjakan usaha hortikultura dan perkembangan dinamis sektor grosir, petani masih memiliki kesempatan untuk menjual hasil bumi yang dibagi berdasarkan kualitas. Ini berarti petani sedikit atau tidak mendapatkan keuntungan dari produksi yang berkualitas. Tetapi pedagang grosir menjual berdasarkan tingkat kualitas dan meraup keuntungan dari perbedaan kualitas.

Pasar Induk “Puspa Agro” Jawa Timur (Jatim) diharapkan dapat menjadi sumber suplay atau pemasok komoditi pertanian untuk nasional dan internasional. Pasalnya. Indonesia menargetkan tahun ini bisa memasok 10 persen kebutuhan sayur dan buah ke Singapura. Jika tahun ini target 10 persen itu bisa dipenuhi. Bahkan, bertekad pada 2014, Indonesia mampu menyuplai kebutuhan komoditi pertanian ke Singapura sebesar 30 persen. Pasar Induk Puspa Agro Jatim harus bisa menjadi salah satu sumber suplay itu. (Hatta Rajasa 20 Juli 2010).

Petani yang ada di Jawa Timur dapat menjual hasil panennya langsung ke Pasar Induk “Puspa Agro” yang terletak di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo, dengan lokasi pasar yang mudah terjangkau oleh petani di wilayah Sidoarjo diharapkan petani bisa menjual langsung ke pasar supaya petani mendapatkan nilai tambah dari hasil panennya sebelum ada pasar induk “Puspa Agro” petani menjual hasil panennya ke pedagang tengkulak yang ada di desa.


(19)

Dengan demikian petani bisa mendapatkan hargaa jual lebih mahal dan bisa menikmati keuntungan yang lebih besar.(Gubernur Jawa Timur Dr. Soekarwo).

Keberadaan Pasar Induk “Puspa Agro” di Jemundo Sidoarjo menjadikan transaksi produk agro Jawa Timur kompetitif. Harga produk pertanian lebih murah. Sebab, sistem distribusinya langsung dipotong. Yakni dari produsen (petani) langsung didistribusikan ke pasar. Pemotongan mata rantai ini menyebabkan harganya dapat lebih murah.

Menurut Soekarwo (Gubernur Jawa Timur, Juli 2010) Puspa Agro dioperasikan untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah bagi petani Jatim yang rendah. Jumlah penduduk Jatim yang berprofesi sebagai petani sekitar 47 persen dari total penduduk Jatim yang mencapai 37 juta. Dari jumlah itu, yang bisa menikmati hasil pekerjaan hanya 16,39 persen. Padahal, produksi pertanian di Jatim hampir 99 persen mengalami surplus. Hal itu terjadi karena sebagian besar hasil pertanian dijual dalam bentuk on farm bukan off farm. Untuk meningkatkan nilai tambah, harus diciptakan industrialisasi pertanian. Puspa Agro adalah langkah awal untuk menuju ke sana. Ia pun berharap, Puspa Agro dapat meningkatkan perekonomian Jatim. Saat ini, transaksi perdagangan antar provinsi mencapai Rp 44,2 triliun. Potensi Jatim dengan berdirinya Puspa Agro, ditargetkan nilai perdagangan Jatim dengan provinsi lain dapat mencapai Rp 200 triliun hingga akhir 2010.

Erlangga Satriagung mengatakan Pasar Induk Puspa Agro di Jemundo Sidoarjo semakin menggairahkan sektor agrobisnis di Jatim. Sebagai sektor dominan yang menjadi penyerap utama tenaga kerja, peningkatan kinerja sektor


(20)

agrobisnis akan mengerek pertumbuhan ekonomi Jatim. Jatim adalah pemegang terbesar portofolio produk pertanian di Indonesia. Keberadaan pasar induk yang modern akan semakin menguatkan penetrasi produk pertanian Jatim ke berbagai wilayah Indonesia, khususnya di bagian timur. Selama ini salah satu kendala petani adalah soal pemasaran produk. Pasar agro selama ini dikuasai pedagang besar di Jakarta. Mereka sebenarnya hanya bermodalkan modal dan jaringan untuk kembali menjual produk yang dibeli dari para petani dan pedagang di Jatim. Banyak pedagang Jakarta yang membeli produk dari Jatim lalu dijual kembali ke kawasan Indonesia timur.

I.2. Perumusan Masalah

Petani Indonesia yang mencoba menjual hasil bumi ke pasar swalayan menghadapi rintangan dan hambatan yang besar oleh rantai penawaran yang sangat buruk – menelusuri jalan yang rusak, marak dengan korupsi, dan kurang mendapatkan sarana penyimpanan dan pelayanan logistik. Pedagang ritel mempunyai potensi yang besar untuk produk-produk lokal di pasar swalayan jika masalah rantai penawaran tersebut dapat teratasi. Agar petani dapat memperoleh keuntungan yang lebih tinggi dari penjualan ke saluran modern dalam negeri, apalagi ekspor, maka perlu dilakukan perbaikan yang signifikan terhadap rantai-rantai penawaran domestik.

Pasar induk puspa agro terletak diantara pemukiman dan pertanian yang masih cukup luas, petani yang ada disekitar pasar induk puspa agro kebanyakan berusahatani padi,sayur – sayuran dan buah – buahan, dengan demikian petani sekitar dapat menjual hasil pertaniannya bisa lebih muda dan memungkinkan


(21)

mendapatkan harga jual yang lebih mahal dibandingkan sebelum adanya pasar induk puspa agro karena pasar tersebut adalah salah satu pasar grosir agribisnis terbesar di Indonesia. Sejak pasar tersebut diresmikan oleh pemerintah, warga dan petani disekitar diduga mengalami perubahan pola hidup khususnya pekerjaan dan pendapatan warga sekitar.

Pemasaran buah dan sayur segar melalui pasar swalayan di Indonesia belum lama dikembangkan, rantai-rantai utama telah beralih sejak dini (dengan standar internasional) ke penggunaan saluran-saluran penawaran sebagai alternatif pasar grosir tradisional. Meskipun masih mendapatkan buah dari importir, grosir dan pedagang antar pulau berskala besar, rantai ritel utama semakin banyak mendapatkan sayuran local melalui:

(a) Pedagang grosir generasi baru yang berspesialisasi, bermodal dan berdedikasi terhadap segmen-segmen industri pangan modern seperti pasar swalayan, rantai makanan cepat saji, restoran dan hotel; dan

(b) Untuk beberapa jenis produk, petani/pengemas/pengirim dengan menggunakan skema pertumbuhan lebih cepat dan lebih besar.

Pasar khusus perdagangan hasil-hasil bumi dan perikanan ini disiapkan menjadi salah satu pasar agribisnis kelas dunia. Karena ini pasar induk terbesar di Indonesia dan terbesar kedua di Asia Tenggara ( Erlangga 2010). Pasar induk “Puspa Agro” juga dilengkapi dengan sarana prasarana penunjang yang cukup memadai. Dilihat dari potensi yang dimiliki oleh pasar induk “Puspa Agro” ini mempunyai peluang yang sangat besar untuk dikunjungi oleh berbagai lapisan masyarakat. Hal tersebut secara tidak langsung berdampak pada perekonomian


(22)

masyarakat sekitar yang bermata pencaharian sebagai petani sayur dan buah untuk membuka lapangan kerja baru. Sehubungan dengan adanya dampak perekonomian pasar induk “Puspa Agro” terhadap perekonomian petani sayur dan buah maka peneliti dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat dampak pasar induk “Puspa Agro” terhadap perubahan jenis pekerjaan petani sayur dan buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo ?

2. Apakah terdapat dampak pasar induk “Puspa Agro” terhadap perubahan pendapatan petani sayur dan buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo ?

3. Bagaimana dampak keberadaan pasar induk “Puspa Agro” terhadap keamanan lingkungan, kegiatan sosial, kegiatan keagamaan petani sayur dan buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo ?

I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis dampak pasar induk “Puspa Agro” terhadap penrubahan jenis pekerjaan petani sayur dan buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis dampak pasar induk “Puspa Agro” terhadap perubahan pendapatan petani sayur dan buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo..


(23)

3. Untuk mengetahui dampak keberadaan pasar induk “Puspa Agro” terhadap keamanan lingkungan, kegiatan sosial, kegiatan keagamaan petani sayur dan buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak pengelola pasar induk “Puspa Agro” dan pemerintah Kabupaten Sidoarjo dalam merumuskan kebijakan tentang kegiatan pasar induk “Puspa Agro”.

3. Sebagai bahan kajian bagi rumah tangga tani sayur dan buah dalam rangka mengatur dan meningkatkan perekonomiannya.

1.4. Pembatasan Masalah

Penelitian ini merupakan studi kasus pada petani sayur dan buah yang terkena dampak keberadaan pasar induk “Puspa Agro” di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo. Pada penelitian ini hanya terbatas pada ruang lingkup yaitu : petani sayur kangkung dan buah jambu biji merah yang hasil panennya didistribusikan ke pasar induk “Puspa Agro” dan memberi dampak jenis pekerjaan dan pendapatan serta dampak sosial adanya pasar induk “Puspa Agro”.


(24)

pengembangan bisnis harmoni pada tahun 2003 – 2004, masyarakat Jakarta sebanyak 43,75% konsumen memilih hypermarket sebagai tempat berbelanja, 27,88% memilih minimarket, dan 28,37% memilih pasar tradisional. Selain itu sebanyak 78% pemilik warung merasa terganggu dengan adanya kehadiran mini market dan 60% terganggu dengan kehadiran hypermarket ( data diperoleh dari 100 responden pemilik warung di lima wilayah Jakarta, Depok, dan Tangerang ).

Data lain menyebutkan bahwa di Negara-negara Asia Pasifik (kecuali Jepang), pada tahun 1999-2004 rasio keinginan masyarakat berbelanja di pasar tradisional sebesar 65% (1999), 63% (2000), 60% (2001), 52% (2002), 56% (2003), dan 53% (2004). Sedangkan pasar modern 35% (1999), 37% (2000), 40% (2001), 43% (2002), 44% (2003), dan 47% (2004). Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan keinginan masyarakat untuk berbelanja di pasar tradisionaal sedikit menurun, diduga masyarakat yang berbelanja di pasar modern sedikit meningkat. Di pasar tradisional menurun dengan tingkat kenaikan atau penurunan rata-rata 2% per tahun (AC Nielson Asia Pasific Retail and Shoper Trend, 2005). Memang tidak dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern dewasa ini sudah menjadi tuntunan dan konsenkuensi dari gaya hidup modern yang berkembang di masyarakat kita. Tidak hanya di metropolitan tetapi sudah merambah sampai kota kecil di tanah air. Sangat menjumpai Minimarket, Supermarket, bahkan


(25)

menjanjikan tempat belanja yang nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya. Namun dibalik kesenangan tersebut ternyata membuat para peritel kelas menengah dari teri mengeluh, ( Esther dan dikdik, 2003 ).

Kendati persaingan antar pasar modern secara teoritis menguntungkan konsumen, dan mungkin perekonomian secara keseluruhan, relatif sedikit yang diketahui mengenai dampaknya pada pasar tradisional. Mengukur dampak amat penting mengingat Supermarket saat ini secara langsung bersaing dengan pasar tradisional, tidak hanya melayani segmen pasar tertentu, ( Harmanto, 2007).

Populasi Indonesia diperkirakan akan meningkat sebesar rata-rata 1,3% per tahun dalam kurun waktu 10 tahun yang akan datang dan akan mencapai jumlah penduduk sebesar 250 juta jiwa pada tahun 2015. Hal ini membuat Indonesia menjadi pasar yang besar untuk produk sayuran dan buah-buahan. Mayoritas populasi hidup di Pulau Jawa (58%), dan di Pulau Sumatera (22%). Populasi yang terjadi dikeempat provinsi yang dicakup oleh Program Smallholder Agribusiness Development Initiative (SADI), yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, NTT, dan NTB adalah sebesar 19,1 jiwa (hampir sebesar populasi Australia) yang merupakan 8,7% populasi Indonesia. Urbanisasi menjadi salah satu yang umum di Indonesia, dimana orang berpindah ke wilayah perkotaan untuk memperoleh pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik. Populasi di wilayah adalah sekitar 45% total populasi penduduk Indonesia pada tahun 2005 dan diperkirakan akan meningkat menjadi 52% dalam kurun waktu 10 tahun yang akan datang. Hal ini menjadi basis populasi yang besar bagi sektor eceran modern dan memiliki dampak positif terhadap para pemasok sayuran lokal. Indonesia


(26)

merupakan negara Islam terbesar di dunia.lebih dari 88% populasi di Indonesia menganut agama Islam. Protestan dan katolik merupakan kelompok agama terbesar berikutnya dengan jumlah 9% dari populasi, dan diikuti Hindu 2% dan Budha 1%.oleh karena konsumen muslim hanya mengkonsumsi makanan yang memenuhi persyaratan kehalalan yang ketat. Hal ini membuat Indonesia menjadi pasar makanan halal terbesar di dunia, ( Austin Nick, 2009).

Pasar basah tradisional masih mendominasi perdagangan makanan segar, akan tetapi terdapat trend untuk berbelanja di pasar modern (AC Nielsen, 2003). Pada masa sekarang, jam kerja orang Indonesia menjadi lebih panjanag dari pada masa sebelumnya, dan semakin banyak perempuan yang menikah serta memiliki anak yang bekerja dan menginginkan hidup yang lebih nyaman. Para pembelanja kelas menengah Indonesia (kurang lebih 30 juta jiwa dari total populasi sebesar 220 juta jiwa) telah menjadi semakin sadar dan peka terhadap merk serta trend. Gaya hidup mereka pada saat ini mengalami perubahan, dan bagian dari perubahan tersebut adalah kecenderungan untuk bebbelenja di pasar modern daripada di pasar basah (tradisional). Akan tetapi, terdapat lebih dari 95% pembelanja rumah tangga yang memilih untuk membeli produk pertanian di pasar traisional, sementara 21% pembelanja memilih untuk membeli produk pertanian di pasar modern yag disebabkan oleh sistem penetaan dan penyimpanan yang menarik dan lebih baik serta akses yang leboh baik ke produk buah impor (AC Nielsen, 2003).

Pendapatan dapat juga di uraikan sebagai keseluruhan penerimaan yang diterima pekerja, buruh atau rumah tangga, baik berupa fisik maupun non fisik


(27)

selama melakukan pekerjaan pada suatu perusahaan instansi atau pendapatan selama bekerja atau berusaha. Setiap orang yang kerja akan berusahauntuk memperoleh pendapatan dengan jumlah maksimumagar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Maksud utama para pekerja yang bersedia melakukan berbagai pekerjaan adalah untuk mendapatkan hasil pendapatan yang cukup baginya, sehingga kebutuhan hidupnya ataupun rumah tangganya akan tercapai.

Penduduk perkotaan umumnya dan golongan keluarga berpenghasilan rendah khususnya mempunyai berbagai sumber pendapatan. Pendapatan yang dimaksud dalam hal ini adalah pendapatan uang yang diterima dan diberikan kepda subjek ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi yang diserahkan, yang berupa pendapatan dari pekerjaan, pendapatan dari profesi yang diterima sendiri, usaha perorangan dan pendapatan dari kekayaan, serta dari sektor subsisten, yaitu untuk bertahan hidup secara wajar dan didapatkannya suatu jaminan kebutuhan primer, (Mubyarto, 1973;39)

Pertumbuhan pasar modern di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) dalam beberapa tahun terakhir cukup tinggi. Pada 1999– 2004, terjadi peningkatan pangsa pasar supermarket terhadap total pangsa pasar industri makanan yang cukup tajam dari 11% menjadi 30%. Penjualan supermarket pun tumbuh rata-rata 15% per tahun, sedangkan penjualan pedagang tradisional turun 2% per tahunnya (Natawidjadja 2006). Memprediksi bahwa penjualan supermarket akan meningkat sebesar 50% dari periode 2004 hingga 2007, sedangkan penjualan hipermarket akan meningkat sebesar 70% untuk periode yang sama. Salah satu penyebab meningkatnya jumlah dan penjualan


(28)

pasar modern adalah urbanisasi yang mendorong percepatan pertumbuhan penduduk di perkotaan serta meningkatnya pendapatan per kapita. Dari 1998 hingga 2003, hipermarket di seluruh Indonesia tumbuh 27% per tahun, dari delapan menjadi 49 gerai. Meskipun demikian, pertumbuhan hipermarket terkonsentrasi di wilayah Jabodetabek dengan proporsi 58% dari keseluruhan hipermarket, (Pricewaterhouse Coopers ,2005)

Pada daerah di Jawa Barat, petani hortikultura kecil mulai berpartisipasi dalam penjualan kepada saluran pasar swalayan, terutama melalui pedagang grosir khusus/resmi tetapi ada juga yang melalui beberapa pedagang grosir besar dan beberapa kelompok secara langsung. Namun, jumlah petani yang ada dalam saluran baru ini masih sedikit – bervariasi antara 11 dan 15 persen bergantung pada daerahnya. Petani yang ikut dalam saluran baru ini adalah petani kecil – tetapi mereka adalah golongan atas dari petani kecil dalam hal kepemilikan tahan dan modal seperti bak penampung irigasi dan pendidikan. Tingkat keuntungan mereka juga 10-30 persen lebih tinggi daripada petani-petani pada saluran tradisional. (Temuan ini serupa dengan temuan baru di Amerika Tengah di mana petani kecil menguasai hortikultura (di luar daerah-daerah kantong ekspor), dan golongan atas petani kecil adalah pelaku yang ikut dalam skema penanaman cepat dan pemasok yang lebih diutamakan masuk dalam saluran domestik modern, seperti di Jawa Barat, (Shetty Shobba. 2007).


(29)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Pasar

Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan lainnya (Peppres RI No. 112, 2007).Wikipedia, 2007

Pasar modern adalah pasar yang dikelola oleh manajemen modern,umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Barang yang dijual memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang-barang local, pasar modern juga menyediakan barang-barang impor. Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan di gudang yang terukur. Pasar modern juga memberikan pelayanan yang baik yaitu berupa suasana yang nyaman dan besih, display barang per kategori mudah dicapai dan relative lengkap (Anonymous, 2005).

Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar modern antara lain mall, supermarket, departement store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang-barang impor. Barang yang dijual


(30)

mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang rijek/tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti (tercantum harga sebelum dan setelah dikenakan pajak).

Perkembangan bisnis ritel di Indonesia berkembang pesat, terutama ditandai masuknya retailer asing berskala besar. Hal ini dipacu oleh Keppres 96/2000 yang kemudian diperbaharui dengan Keppres118/2000 : mengeluarkan bisnisi retail dari negative list bagi PMA. Hal ini sekaligus mendorong perubahan dimensi persaingan retail bisnis. Ada empat kelompok pelaku bisnis retail : (1) kelompok grosir dan hypermarket, (2) kelompok supermarket, (3) kelompok minimarket modern, dan (4) retailer kecil tradisional.

2.2.2. Pengertian Pertanian

Pertanian adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan. Usaha pertanian memiliki dua ciri penting: (1) selalu melibatkan barang dalam volume besar dan (2) proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponika) telah dapat mengurangkan ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.


(31)

Terkait dengan pertanian, usaha tani adalah sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budi daya (tumbuhan maupun hewan). Petani adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan". Khusus untuk pembudidaya hewan ternak disebut sebagai peternak. Ilmuwan serta pihak-pihak lain yang terlibat dalam perbaikan metode pertanian dan aplikasinya juga dianggap terlibat dalam pertanian.

Usahatani adalah bagian dari permukaan bumi dimana seorang petani, sebuah keluarga petani atau badan usaha tani lainnya yang bercocok tanam dan berternak. Usahatani pada dasarnya adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang dapat digunakan untuk produksi pertanian (A. T. Mosher, 1984).

2.2.3. Teori Rumah Tangga Tani

Model rumah tangga dibangun berdasarkan model Neo-klasik pada rumahtangga tani yang melihat bahwa keputusan petani kecil dalam melakukan kegiatan produksi dan konsumsi merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan (non-separable). Oleh karena itu, model non-separable merupakan model yang tepat untuk menganalisis perilaku ekonomi rumahtangga tani pada situasi pasar tidak sempurna. Indikasi ini banyak dijumpai pada negara-negara sedang berkembang yang sebagian besar petaninya merupakan petani subsistenyang kegiatan produksi dan konsumsinya saling bergantung serta tidak dapat dipisahkan. Asumsi ini mengindikasikan bahwa alokasi sumberdaya rumahtangga seperti permintaan tenaga untuk pekerjaan on-farm dan suplai tenaga kerja untuk kegiatan off-farm atau non-farm terbagi secara simultan (Heltberg et.al., 2000).


(32)

Tujuan yang ingin dicapai oleh rumahtangga tani adalah memaksimumkan kepuasan melalui alokasi tenaga kerja yang dimilikinya kedalam beberapa aktivitas on-farm, off-farm dan non-farm dengan pembatas teknologi dalam kegiatan produksi, waktu yang tersedia, dan modal (budget) yan dimiliki. Model ini dapat diaplikasikan dalam semua jenis pasar tetapi hasilnya akan berbeda tergantung pada kondisi pasar tenaga kerjanya (Glauben, et.al., 2004).

Peningkatan biaya tersebut diasosiasikan dengan pekerjaan off-farm atau non-farm yang mungkin diakibatkan oleh peningkatan heterogenitas antara pekerjaan on-farm dan off-farm atau non-farm. Dengan bermigrasi maka anggota keluarga akan berpindah pada pekerjaan yang lebih baik yang akan diikuti oleh pekerjaan-pekerjaan lainnya yang lebih baik (Kahn dan Low, 1982; Low, 1986). Untuk memaksimumkan kepuasan rumahtangga tani, maka partisipasi rumahtangga dalam pasar tenaga kerja memungkinkan dilakukan dengan pilihan antara mensuplai tenaga kerja keluarga pada pekerjaan on-farm dan off-farm atau non-farm, serta menggunakan tenaga kerja sewa. Terdapat empat kemungkinan dalam keputusan penggunaan tenaga kerja pertanian yang melibatkan tenaga kerja keluarga pada pekerjaan off-farm atau non-farm dan tenaga kerja sewa, yaitu : a. Sepenuhnya menggunakan tenaga kerja sewa.

b. Hanya mensuplai tenaga kerja keluarga pada pekerjaan off-farm atau non-farm.

c. Menggunakan tenaga kerja swa dan mensuplai tenaga kerja keluarga pada pekerjaan off-farm atau non-farm.


(33)

d. Tidak menggunakan tenaga kerja sewa dan tidak mensuplai tenaga kerja keluarga pada pekerjaan off-farm atau non-farm.

Model rumah tangga juga dikembangkan oleh Becker (1965) dan Lancaster (1966) yang dasarkan pada hasil observasinya bahwa kepuasan rumah tangga diturunkan dari kegiatan produksi barang dan jasa yang telah dilakukan dengan mempertimbangkan besarnya barang yang dibayar dari pasar dan tenaga kerja rumahtangga yang digunakan. Oleh karena itu, dalam mengambil keputusan rumahtangga tani mempertimbangkan aspek produksi, konsumsi, serta alokasi waktu kerja pada kegiatan masing-masing termasuk alokasi waktu untuk tidak bekerja, misalnya untuk kegiatan social, santai dan istirahat (Adhikari, 2003).

Hal-hal yang menjadikan pertimbangan rumah tangga tani dalam mengambil keputusan, meliputi :

 Keputusan menjual tenaga kerja keluar usahataninya sendiri (on-farm) pada pekerjaan non-farm atau menggunakan tenaga kerja sendiri untuk melakukan produksi.

 Jenis pasar yang dihadapi (pasar persaingan sempurna atau pasar tidak sempurna)

 Penentuan waktu optimum untuk bekerja yang menghasilkan kepuasan yang maksimum.

1. Model Rumahtangga Tani Chayanov

 Tujuan rumahtangga tani adalah dicapainya kepuasan maksimum,

 Menjalankan pasar produk tetapi tidak pada pasar tenaga kerja, sehingga dalam menghitung upah dengan cara :


(34)

Implikasi upah = marginal rate of substitution antara pendapatan dan waktu luang.

 Factor demografi mendominasi pendapatan rumahtangga. 2. Model Separasi

Model rumahtangga pertanian merupakan model interaksi antara usaha petani dengan pasar dan sumber implikasi lainnya. Implikasi yang paling penting adalah jika pasar yang dihadapi merupakan pasar persaingan sempurna dan efisien maka harga di pasar menjadi pendukung keputusan rumahtangga tani dalam memisahkan antara kegiatan produksi dan konsumsi (Benjamin, 1992).

Dalam model Neoklasik diabaikan perbedaan antara penawaran dan permintaan yang dalam model rumahtangga pertanian dianalisis secara terpisah (separasi). Dengan memperhatikan variabel harga, maka penawaran tenaga kerja pada rumahtangga pertanian tidak berpengaruh terhadap permintaan tenaga kerja dan sebaliknya.

Dalam model ini dijelaskan dua kegiatan, yaitu kegiatan konsumsi yang digambarkan sebagai fungsi kepuasan dan kegiatan produksi yang digambarkan sebagai fungsi produksi. Fungsi kepuasan rumahtangga ditentukan oleh konsumsi (c) dan leisure (l) yang diformulasikan sebagai:

Uh = u(c, l; a)

Sedangkan a merupakan faktor eksogen yang dalam hal ini adalah karakteristik rumahtangga petani, misalnya jumlah anggota dalam rumahtangga tani per katagori umur dan jenis kelamin.


(35)

Fungsi produksi dalam rumahtangga tani diformulasikan sebagai: q = F(L; A)

Keterangan: q = fungsi produksi

L = jumlah tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja sewa (LF + LH)

A = faktor eksogen yang dalam hal ini adalah lahan.

Petani mengalokasikan waktu kerja yang tersedia untuk aktivitas bekerja on-farm (LF), off-farm (LO) dan leisure (l), selain itu petani juga memerlukan tenaga kerja sewa untuk menghasilkan produksi usahataninya.Dengan demikian persoalan rumahtangga tani adalah bagaimana memaksimumkan kepuasan tetapi dengan dibatasi konsumsi, waktu kerja yang tersedia, dan tenaga kerja yang dibutuhkan.

Max u (c, l; a)

Rumah tangga petani dipedesaan pada kenyataan tidak dapat begitu saja lepas dari keadaan wilayah setempat. Terdapat wilayah- wilayah tertentu yang memiliki potensi alam kurang baik seperti lahan- lahan didaerah pegunungan, lahan kering atau lahan marginal lain yang seringkali sulit untuk dikembangkan, sedangkan penduduk di dalamnya hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup berdasarkan sumber daya wilayah tersebut. Keadaan itu akan memburuk apabila tidak ada upaya pembangunan wilayah yang memadai (Hadiwigeno dan Pakpahan, 1993).

Dalam hubungan ini, kegiatan penyuluhan pertanian perlu untuk selalu memperhatiakn ciri-ciri rumah tangga petani sebagai berikut :


(36)

a. Usahatani adalah bagian salah satu cabang usaha didala keluarga untuk memperoleh pendapatan, sehingga kegiatan penyuluhanpertanian harus dipusatkan untuk menigkatkan pendapat keluarga dan perluasan kesempatankerja bagi keluarganya.

b. Rumah tangga petani umumnya bersifat demokratis, artinya setiap tindakan yang dilakukan oleh anggota keluarga harus memperolehkesepakatan dan persetujuan segenap anggota keluarga. Karena itu kegiatan penyuluhan pertanian harus disampiakan kepada segenap anggota keluarga, tidak hanya kepada petani selaku kepala keluarga saja. Petani sebagai manusia umumnya terikat pula oleh ikatan masyarakat lingkungan. Masyarakat merupakan sumber kesentosaan petani yang menolong dalam menghadapi masalah-masalah kritis dan membantu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan usahatani dan kerumahtanggan yang lain. Untuk itu setiap langkah kegiatan petani diperlukan persetujuan sosial terlebih dahulu, seperti tradisi, adat istiadat, agama, kepercayaan, dan lain-lain. Dalam kegiatan pembinaan dan penyuluhan hal-hal tersebut tidak boleh diabaikan, ( Warsana. 2008).

Eskola (2005) berpendapat bahwa pembangunan fasilitas pasar yang dekat dengan kegiatan pertanian serta kemudahan petani untuk mengakses informasi pasar dapat meningkatkan derajat komersialisasi rumahtangga pertanian. Partisipasi pasar akan terbuka lebar bagi petani, dan dengan cara demikian hambatan penjualan mengecil yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga tani. Argumentasi mereka didasarkan pada analisa empiris yang berbasis pada kerangka kerja ekonomi rumah tangga pertanian.


(37)

Kerangka kerja tersebut telah menjadi benchmark atau model dasar dalam menganalisis ekonomi rumah tangga, (Singh et al., (1986), Taylor dan Adelman (2002).

2.2.4. Teori Pendapatan

Menurut pelopor ilmu ekonomi klasik, Adam smith dan David Ricardo distribusi pendapatan dapat digolongkan menjadi tiga (3) kelas social utama yaitu pekerja, pemilik modal dan tuan tanah. Ketiganya menentukan tiga faktor produksi, yaitu tenaga kerja, modal, dan tanah. Penghasilan yang diterima setiap faktor dianggap dianggap sebagai pendapatan masing-masing keluarga terlatih terhadap pendapatan nasional. Teori meeka meramalkan bahwa begitu masyarakat makin maju, para tuan tanah akan relative lebih baik keadaannya dan para kapitalis (pemilik modal) menjadi relative lebih buruk keadaannya. (Sumitro, 1991).

Pendapatan atau income masyarakat adalah hasil penjualan dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sector produksi dan sector ini membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku di pasar faktor produksi. Harga faktor produksi ditentukan oleh tarik-menarik antara penawaran dan permintaan (Kadariah, 1994).

Pendapatan keluarga petani merupakan suatu hal yang sangat menentukan tingkat hidup keluarga tersebut. Pendapatan dalam banyak hal merupakan penentu terhadap tingkat kebutuhan petani (Cahyono, 2005) sebagian rumah tangga di daerah pedesaan umumnya memperoleh pendapatan tidak hanya dari satu sumber melainkan berasal dari berbagai sumber pendapatan sekto


(38)

pertanian dan sumber pandapatan yang berasal dari sector non pertanian antara lain :

1. sumber pendapatan di sector pertanian

pandapatan dari sector pertanian adalah seluruh pendapatan baik pendapatan dari usaha ternak maupun pendapatan dari buruh tani yang dihasilkan kepala rumah tangga dan seluruh anggota keluarga buruh tani dalam satu tahun. 2. Sumber pandapatan di luar sector pertanian (non pertanian)

Pendapatan dari sector non pertanian adalah seluruh pendapatan dari usaha di luar sector yang dihasilkan dari seluruh anggota rumah tangga buruh tani selama satu tahun. Pendapatan dari sector ini misalnya : pedagang, buruh industry, buruh angkutan, pengrajin, dan buruh pengolah lahan pertanian. Pendapatan dari kegiatan di luar sector pertanian untuk kelompok buruh tani sangat penting, sebagai tambahan pendapatan yang bersumber dari sector pertanian. Rumah tangga buruh tani yang tidak memiliki lahan usaha bidang dagang, jasa, dan kerajinan mempunyai arti yang sangat penting, dengan kata lain semakin endah tingkat pendapatan makin beraneka ragam nafkahnya (Mintoro, 2003)

Menurut Nurmanaf (2006), pendapatan rumah tangga umumnya tidak berasal dari satu sumber, tapi dapat berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan. Ragam sumber pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan itu sendiri, tingkat pendapatan yang rendah mengharuskan anggota rumah tangga untuk bekerja atau berusaha lebih giat untuk memenuhi kebutuhan. Bagi sebagian rumah tangga upaya tersebut tidak hanya


(39)

menambah curahan jam kerja dari kegiatan yang ada tapi juga melakukan kegiatan yamg lain.

Tingkat ekonomi petani sangat ditentukan oleh luas lahan usahatani. Sempitnya pemilikan lahan dan sedikitnya peluang kerja berakibat pada rendahnya investasi yang berakibat pada rendahnya pendapatan tani (Santoso, 2006).

(Syafi’i, 2003), menyatakan bahwa kegaiatan usaha tanidalam memperoleh pendapatan sangat tergantung pada keadaan faktor dektor produktif yang dimiliki petani. Fungsi-fungsi produksi itu meliputi modal, tanah, tanaga kerja dan manajemen. Dari beberapa fungsi produksi tersebut, ternyata tanah mempunyai kedudukan yang terpenting. Hal ditandai dengan besarnya balas jasa oleh tanah dibandingkan dengan fungsi-fungsi produksi lainnya.

Semakin luas usaha tanisemakin besar porsentase penghasilan ruamah tangga petani tapi bagi rumah tangga dan jasa petani yang dimliki sedikit lahan atau tidak mempunyai lahan pertanian memilih bidang usaha dan jasa serta pada bidang-bidang yang lain. Dengan kata lain semakin rendah tingkat pendapatan semakin beraneka ragamsumber nafkahnya. Pendapatan dalam banyak hal merupakan penentu terhadap tingkat kebutuhan petani.

2.3. Kerangka Pemikiran

Masyarakat petani padaumumnya merasakan adanya kekurangpuasan terhadap tingkat perekonomian mereka bila hanya mengandalkan hasil dari pertanian dan perikanan di Indonesia sehingga dewasa ini mereka berfikir untuk memperluas daerah pemasaran dan jenis usaha mereka. Bentuk organisasi pasar


(40)

dapat juga mempengaruhi penggunaan sumber-sumber alam tersebut. Sehingga mungkin akan menimbulkan inovasi dan lebih mengintensifkan penggunaan sumber alam yang tersedia, akan tetapi tetap efektif dalam perolehan hasil (Irawan dan Suparmoko, 1992:122).

Di desa Jemundo Kecamatan Taman kabupaten Sidoarjo merupakan tempat berdirinya pasar induk “Puspa Agro”. Sebelum didirikannya pasar induk “Puspa Agro” kondisi perekonomian masyarakat khususnya petani sayur dan buah sekitar pasar tidak menentu dimana mereka memasarkan hasil pertanian mereka kepada tengkulak-tengkulak yang ingin memperoleh keuntungan banyak dan mereka merasa kesulitan dalam memasarkan hasil produksi pertaniannya sehingga membuat nilai jual hasil pertanian mereka relatif rendah serta tempat untuk menjual hasil produksi pertanian (sayuran dan buah-buahan) yang cukup jauh sehingga berpengaruh terhadap tingginya ongkos pemasaran yang dikeluarkan. Hal ini bertolak belakang dengan setelah didirikannya pasar induk “Puspa Agro” yang membawa angin segar bagi masyarakat sekitar khususnya mereka yang bermata pencaharian sebagai petani sayuran dan buah-buahan, yang dibuktikan dengan tidak sedikit para petani memiliki usaha-usaha baru yang terus mengalami peningkatan. Kemudian memiliki kios atau stan di dalam pasar induk Puspa Agro dapat membantu para petani yang ingin mendapatkan tambahan penghasilan maupun pendapatan dengan berdagang di pasar induk “Puspa Agro”, mereka dapat menjual hasil pertanian (sayuran dan buah-buahan).

Menurut beberapa konsumen, mereka tertarik untuk membeli sayur dan buah di pasar induk “Puspa Agro” dari pada di pasar Sepanjang dan pasar


(41)

Sukodono karena sayuran dan buah-buahan yang dijual beraneka ragam dan terjamin kebersihannya serta harga yang sedikit lebih murah dibandingkan dengan pasar terdekat.

Dalam hal ini peranan pemerintah setempat sangat diperlukan, tidak hanya mengatur kebijakan retribusi pajak tetapi tidak kalah pentingnya yaitu mengadakan penyuluhan-penyuluhan dan pembinaan yang menyangkut kegiatan pertaniandan bantuan modal guna pengembangan usaha mereka. Peraturan-peraturan yang dibuat haruslah berdasarkan prosedur yang ada.

Di bawah ini adalah bagan kerangka pemikiran yang didasarkan atas keterangan di atas :

Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran Petani Sayur dan Buah di

Desa Jemundo

Sebelum ada pasar induk “Puspa Agro”

Setelah ada pasar induk “Puspa Agro”

 Jenis pekerjaan

 Pendapatan

 Aspek Sosial 

 Jenis pekerjaan

 Pendapatan

 Aspek Sosial  

Analisis sign test, paired sample t test, dan Analisis deskriptif Tidak ada pengaruh

terhadap jenis pekerjaan, pendapatan, Aspek sosial

Ada pengaruh

terhadap jenis pekerjaan, pendapatan,


(42)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan dengan perumusan masalah serta tujuan dari penelitian ini maka diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga terdapat dampak pasar induk “Puspa Agro” terhadap perubahan jenis pekerjaan petani sayur dan buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.

2. Diduga terdapat dampak pasar induk “Puspa Agro” terhadap perubahan pendapatan petani sayur dan buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.

3. Diduga terdapat dampak pasar induk “Puspa Agro” terhadap keamanan lingkungan, kegiatan sosial, kegiatan keagamaan petani sayur dan buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo


(43)

yaitu di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur berdasarkan pertimbangan bahwa di daerah tersebut terdapat pasar induk “Puspa Agro”, karena sudah menunjuk Desa Jemundo maka masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani dan karena adanya masalah perekonomian yang mereka alami, serta dampak – dampak yang diberikan oleh pasar induk “Puspa Agro” terhadap pendapatan dan pengeluaran masyarakat petani, sehingga dengan adanya kondisi tersebut layak untuk dipakai sebagai lokasi penelitian.

3.2. Penentuan Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah keluarga tani sayur dan buah yang ada kaitannya atau yang menjual hasil pertaniannya di pasar induk “Puspa Agro” sejak resmi dibuka tanggal 17 Juli 2010.

Penentuan responden dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu tehnik penentuan sampel yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu, dimana setiap sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan, yaitu keluarga tani sayur dan buah yang terlibat dengan kegiatan sosial ekonomi yang ada kaitannya dengan pasar induk “Puspa Agro” dan telah tinggal di Desa Jemundo dan sekitarnya sebelum dan setelah didirikannya pasar induk “Puspa Agro”.


(44)

Berdasarkan survey pendahuluan diketahui bahwa jumlah populasi petani di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo dalam penelitian ini sebanyak 50 orang. Berdasarkan kriteria tersebut dan keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga maka penentuan jumlah sampel diperoleh 30 orang responden petani sayur dan buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo yang digunakan untuk sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat wirartha, M (2005) yang menyatakan bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data dengan statistik, ukuran sampel paling kecil yang diambil sebanyak 30 respoden. Selain 30 responden petani sayur dan buah di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo, juga terdapat beberapa orang yang berkaitan dengan penelitian ini yang akan diwawancara guna untuk melengkapi hasil penelitian ini, diantaranya adalah Bapak RT Desa Jemundo dan pihak dari pasar induk “Puspa Agro”.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini dibutuhkan beberapa macam data agar penelitian dapat berlangsung dengan sebagaimana mestinya, maka perlu dilakukan identifikasi terhadap jenis dan sumber data yang digunakan. Adapun jenis dan sumber data yang diperlukan meliputi :

1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh/dikumpulkan secara langsung dari responden dengan cara observasi dan wawancara dengan bantuan kuesioner. Data yang dikumpulkan adalah data pendapatan, jenis pekerjaan, dan usahatani rumah tangga tani sayur dan buah sebelum dan setelah didirikannya pasar induk “Puspa


(45)

Agro” selanjutnya ditabulasi dan dianalisis baik secara deskriptif maupun secara statistik.

2. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari literatur dan instansi terkait seperti kantor kelurahan, kecamatan, dinas pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya yang terkait dengan penelitian ini. diantaranya sebagai berikut :

a. Keadaan daerah yang meliputi jumlah penduduk, tingkatan umur, tingkatan pendidikan, keadaan sosial ekonomi, sarana pendukung dan lain sebagainya.

b. Keadaan geografis yang terdiri dari jumlah curah hujan, ketinggian daerah, luas dan batas Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.

3.4. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara, maka data yang telah terkumpul disempurnakan serta dianalisis yang selanjutnya dipindahkan ke dalam bentuk analisis statistik. Dalam penelitian ini dilakukan analisis dengan menggunakan :

a. Analisis statistik adalah suatu pengolahan data yang menggunakan perhitungan angka-angka untuk membuktikan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lain.

b. Analisis Deskriptif adalah suatu pengolahan data yang dilakukan dengan cara menguraikan dalam bentuk kalimat dan menghubungkan dengan teori-teori yang ada guna mendapatkan kesimpulan.


(46)

Untuk menjawab tujuan penelitian, maka analisis data yang dilakukan sebagai berikut :

1. Untuk menjawab tujuan pertama yaitu untuk mengetahui dan menganalisis dampak pasar induk “Puspa Agro”terhadap perubahan jenis pekerjaan keluarga tani sayur dan buah maka digunakan analisis uji tanda (Sign test). Dengan perumusan sebagai berikut :

Ho : 0=1, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap jenis pekerjaan petani sayur dan buah.

H1 : 01, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan yang diberikan oleh pasar induk “Puspa Agro” terhadap jenis pekerjaan petani sayur dan buah.

Uji tanda (Sign test) digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi, bila datanya berbentuk ordinal. Tehnik ini dinamakan uji tanda karena data yang akan dianalisis dinyatakan dalam bentuk tanda-tanda, yaitu tanda positif dan negatif, Sugiyono (2003:126)

Z ² =

[ (n - n ) + 1 ] ²

n + n

 

dimana :

n : banyaknya data positif n : banyaknya data negatif

dengan menggunakan derajat kebebasan (n-1) dan α = 5% serta uji dua sisi (kemungkinan terdapat atau tidak terdapat perbedaan).

Dasar pengambilan keputusan :


(47)

Hipotesis diterima, bila Z hitung > Z tab, artinya Ho ditolak dan Ha diterima.

Hipotesis ditolak, bila Z hitung < Z tab, artinya Ho diterima dan Ha ditolak.

2. Untuk menjawab tujuan kedua yaitu untuk mengetahui dan menganalisis dampak pasar induk “Puspa Agro” terhadap perubahan pendapatan keluarga tani sayur dan buah maka digunakan uji beda paired sample t test. Dengan perumusan sebagai berikut :

Ho : 0=1, artinya pendapatan krluarga tani sayur dan buah sebelum dan setelah dibangunnya pasar tidak berbeda nyata.

H1 : 01, artinya pendapatan keluarga tani sayur dan buah sebelum dan setelah dibangunnya pasar berbeda nyata.

Dengan α = 0,05 ; df = (n + (n-1)) dimana n = 30 ; t tab = t (0,05) (n+ (n-1))

1) Uji beda

Beda rata-rata observasi yang digunakan untuk mengukur pendapatan petani sayur dan buah sebelum dan sesudah dibangunnya pasar induk “Puspa Agro” (Djarwanto, 2000:193)

SD =

keterangan :

SD : Standart Deviasi


(48)

dibangunnya pasar

n : jumlah sampel yang dianalisis 2) Tehnik pengujian hipotesis

Untuk menguji signifikan atau tidak signifikan standart deviasi di atas maka dilakukan uji t sebagai berikut (Djarwanto, 2000:159) t hitung = d

SD / √ n Keterangan

t hitung : nilai t hasil pehitungan

d : nilai rata-rata pendapatan petani sebelum dan setelah dibangunnya pasar

Derajat kebebasan (n-1), α = 5%, dan uji dua sisi (kemungkina terdapat atau tidak terdapat perbedaan). Maka hasil perhitungan t hitung dibandingkan dengan t tab, dimana :

Hipotesis diterima, bila t hitung > t tab, artinya Ho ditolak dan H1 diterima.

Hipotesis ditolak, bila t hitung ≤ t tab, artinya Ho diterima dan H1 ditolak.

3. Untuk menjawab tujuan ketiga yaitu mengetahui dampak keberadaan pasar induk “Puspa Agro”terhadap keamanan lingkungan, kegiatan sosial, dan kegiatan keagamaan petani sayur dan buah dengan menggunakan analisis deskriptif.


(49)

3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Adapun variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini diukur berdasarkan ketentuan – ketentuan sebagai berikut :

1) Dampak adalah setiap perubahan yang terjadi dalam lingkungan akibat adanya aktivitas manusia dan diukur dengan ada tidaknya perubahan dalam bidang sosial ekonomi.

2) Pasar induk “Puspa agro”adalah pasar yang memiliki konsep perdagangan komprehensif, terdapat pasar eceran dan pasar grosir di dalamnya dan kegiatan skala besar yang di dalamnya terdapat produk agribisnis terlengkap dan terbesar di Indonesia.

3) Masyarakat adalah rakyat atau kelompok rakyat yang mendiami suatu wilayah di sekitar pasar induk “Puspa Agro”.

4) Petani adalah seseorang yang tinggal di daerah sekitar pasar induk “Puspa Agro” yang memiliki pekerjaan berhubungan dengan kegiatan budidaya tanaman sayur dan buah.

5) Mata pencaharian adalah pekerjaan dan sebagainya yang menjadi pokok penghidupan dari warga yang ada sebelum dan sesudah dibangunnya pasar induk “Puspa Agro”.

6) Jenis pekerjaan adalah berbagai jenis atau bentuk perbuatan atau kegiatan yang dilakukan dan bertujuan untuk mendapatkan hasil oleh para petani yang ada di sekitar pasar induk “Puspa Agro” untuk mendapatkan penghasilan sebelum dan sesudah dibangunnya pasar induk “Puspa Agro”.


(50)

7) Pendapatan adalah hasil kerja yang diperoleh warga masyarakat di sekitar pasar induk “Puspa Agro” sebelum dan sesudah dibangunnya pasar induk “Puspa Agro”.

8) Pendapatan total keluarga tani sayur kangkung adalah pendapatan total dari seluruh anggota keluarga tani yang bekerja baik dari usaha bercocok tanam kangkung yaitu satu bulan sekali masa panen maupun usaha lain selain bercocok tanam yang diukur dalam satuan Rupiah per bulan.

9) Pendapatan total keluarga tani buah jambu biji merah adalah pendapatan total dari seluruh anggota keluarga tani yang bekerja baik dari usaha bercocok tanam jambu biji merah yaitu empat bulan sekali masa panen namun dalam penelitian ini pendapatan empat bulan dibagi empat sehingga didapatkan pendapatan per bulan, maupun usaha lain selain bercocok tanam yang diukur dalam satuan Rupiah per bulan.

10) Pendapatan kepala keluarga tani adalah pendapatan total kepala keluarga tani yang bekerja selama satu bulan baik dari usaha bercocok tanam maupun usaha lain selain bercocok tanam yang diukur dalam satuan Rupiah per bulan.

11) Pendapatan anggota keluarga tani adalah total dari pendapatan istri dan anak petani yang bekerja selama satu bulan baik dari usaha bercocok tanam maupun usaha lain selain bercocok tanam yang diukur dalam satuan Rupiah per bulan.


(51)

12) Pendapatan usahatani adalah penerimaan usahatani dikurangi dengan total biaya produksi usahatani yang diukur dalam satuan rupiah dalam satu musim panen.

13) Pendapatan dari usaha non pertanian adalah seluruh pendapatan dari luar sektor pertanian yang dihasilkan oleh seluruh anggota keluarga selama satu bulan yang diukur dalam satuan rupiah per bulan.

14) Rumah tangga tani adalah semua orang yang tinggal, makan, dan mengurus keperluan sehari-hari secara bersamaan yang termasuk dalam satu unit anggaran belanja, pada rumah tangga tani dibatasi pada keluarga inti, dimana yang dimaksud dengan keluarga inti adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang masih menjadi tanggungan.

15) Kondisi sosial adalah kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama karena adanya hubungan antara mereka. Hubungan tersebut menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan menjadi suatu kesadaran agar dapat saling tolong menolong.

16) Kondisi ekonomi adalah kondisi manusia yang menyangkut kepentingan petani ke arah peningkatan pendapatan dalam usahatani.


(52)

dari Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Sidoarjo dan 850 km dari Ibukota Negara Republik Indonesia. Desa Jemundo berada pada ketinggian kurang dari 40 m dari permukaan laut dan termasuk kedalam daratan rendah dengan curah hujan 1000 s/d 2000 mm/tahun serta suhu rata-rata 310C. Desa Jemundo mempunyai luas 196 Ha dan terdiri dari Dusun Sawunggaling dan Dusun Sambikerep. Adapun batas wilayah Desa Jemundo adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Kletek Sebelah Selatan : Desa Sadang Sebelah Barat : Desa Sambibulu Sebelah Timur : Kelurahan Geluran

Desa Jemundo merupakan salah satu Desa yang terkena dampak akibat adanya pasar induk Puspa Agro, mengingat pasar tersebut juga berdiri di Desa Jemundo, hal ini mengakibatkan adanya perubahan mata pencarian dan perekonomian masyarakat di Desa tersebut. Masyarakat di Desa Jemundo yang dahulunya hanya bekerja sebagai petani, sekarang ada yang bekerja sebagai pedagang di pasar induk Puspa Agro, terlihat perubahaan yang sangat menonjol pada penduduk terutama ibu – ibu yang terlihat mempunyai kesibukan lain yaitu berjualan dan berbagai kegiatan lainnya. Oleh karena itu peneliti memilih Desa jemundo sebagai tempat penelitian untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh pasar induk Puspa Agro terhadap perekonomian rumah tangga tani, sehingga 


(53)

diharapkan dengan penelitian ini nantinya bisa dipakai sebagai masukan bagi masyarakat setempat. Sehubungan dengan ini Desa Jemundo merupakan kawasan desa yang strategis untuk mengembangkan produksi atau usaha perdagangan dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat.

Penggunaan tanah di Desa Jemundo dari pemukiman penduduk, pekarangan, sawah irigasi teknis dan irigasi non teknis, dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya penggunaan tanah tersebut dapat dilihat pada tabel 4 :

Tabel 1. Penggunaan Tanah di Desa Jemundo Kecamatan Taman

Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009

Jenis Luas (Ha) Persentase (%)

Tanah Sawah 16,5 10,29

Pemukiman 98 61,18

Jalan 7 4,37

Pekarangan 35 21,84 Pekuburan 2,65 1,65

Lain-lain 1,045 0,67

Jumlah 160,195 100

Sumber : Kantor Desa Jemundo

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa penggunaan tanah di Desa Jemundo sebagian besar untuk pemukiman yaitu 98 Ha atau sekitar 61,18 %. Hal tersebut dikarenakan Desa Jemundo banyak terdapat pabrik-pabrik yang mengakibatkan banyak karyawan yang dibutuhkan, dan para karyawan tersebut sebagian besar bertempat tinggal di Desa Jemundo dengan alasan tempat tinggal dekat atau tidak jauh dari tempat kerja. Pemukiman yang dimaksud adalah kos-kosan. Tanah sawah berada pada urutan ketiga setelah pekarangan yaitu dengan luas lahan sebesar 16,5 Ha dengan persentase 10,29%. Desa Jemundo masih


(54)

buah. Hasil panen padi, sayur dan buah memerlukan pasar yang cukup luas supaya hasil panennya dapat berdaya saing dengan hasil panen petani satu dengan lainnya sehingga peneliti melakukan penelitian di Desa Jemundo.

4.2. Keadaaan Penduduk

Berdasarkan data statistik Kantor Desa Jemundo tercatat pada tahun 2009 jumlah penduduk Desa Jemundo sebanyak 6.187 jiwa yang terdiri dari 3.120 jiwa pria dan 3.067 jiwa wanita.

4.3. Keadaan Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi penduduk perlu diketahui dan dapat dilihat dalam komposisi penduduk menurut mata pencaharian dan tingkat pendidikan. Dari sini akan terlihat pola pikir yang akan dilakukan sebagai pengambilan keputusan usaha.

4.3.1. Tingkat Pendidikan

Dalam usaha peningkatan taraf hidup masyarakat pedesaan, pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting. Tinggi rendahnya pendidikan menentukan pola pikir dan cara mengambil keputusan dari suatu masyarakat. Semakin tinggi pendidikan yang diterima maka semakin tinggi pula pengetahuan yang dimilikinya. Tingkat pendidikan yang diterima oleh masyarakat Desa Jemundo sangat beragam khususnya petani sayur dan buah yang akan mempengaruhi perekonomian petani sayur dan buah yaitu jenis pekerjaan dan pendapatan. Untuk mengetahui tingkat pendidikan penduduk Desa Jemundo dapat dilihat pada tabel 2 :


(55)

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Jemundo Tahun 2009

Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

Tamat Kanak-kanak 128 20,06

Tamat SD 141 22,10

Tamat SMP / SLTP 149 23,35

Tamat SMA / SLTA 163 25,54

Akademi/(D1-D3) 42 6,58

Sarjana/(S1-S3) 15 2,35

Jumlah 638 100

Sumber : Kantor Desa Jemundo

Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Jemundo umumnya tamat SMA / SLTA yaitu sebanyak 163 orang atau sekitar 25,54 %, tamat SMP / SLTP sebesar 149 orang atau sekitar 23,35 %, tamat SD sebanyak 141 orang atau sekitar 22,10 % sedangkan yang sarjana / S1-S3 sebanyak 15 orang atau sekitar 2,35 % dan yang akademi / D1-D3 sebanyak 42 orang atau sekitar 6,58 % dan sisanya tamat Taman Kanak-kanak yaitu sebanyak 128 orang atau sekitar 20,06 %. Kondisi yang mendukung tingginya tingkat pendidikan masyarakat antara lain disebabkan kesadaran masyarakat yang sudah mengenal pentingnya pendidikan, selain itu juga disebabkan lokasi Desa Jemundo dekat dengan Kota Surabaya sehingga banyak terdapat fasilitas pendidikan yang memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mendapat pendidikan yang tinggi. Semakin tinggi ingkat pendidikan yang diterima oleh masyarakat maka semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimilikinya sehingga akan mempengaruhi kemampuan dalam pengambilan keputusan dan mudah


(56)

menerima hal yang baru. Sebaliknya dengan pendidikan yang rendah maka akan berpengaruh pada pola pikir masyarakat yang tidak bisa berpikir inovatif dan tertutup.

4.3.2. Mata Pencaharian

Penduduk Desa Jemundo sebagian besar adalah karyawan yaitu sebanyak 48 orang dengan persentase 30,76%. Meskipun demikian ada beberapa penduduk, yang mempunyai mata pencaharian lain yang beraneka ragam sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing untuk mengetahui jumlah penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 3, sebagai berikut :

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Jemundo Tahun 2009

Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

Tani 26 16,66

Karyawan 48 30,76

Buruh Tani 24 15,38

Pensiunan 26 16,66

Pemulung 19 12,17 Jasa 13 8,33 Jumlah 156 100 Sumber : Kantor Desa Jemundo

Berdasarkan tabel 3. Dapat diketahui bahwa penduduk Desa Jemundo sebagian besar bekerja sebagai karyawan sebanyak 48 orang atau sekitar 30,76%, hal ini disebabkan karena penggunaan lahan di Desa Jemundo sebagian besar digunakan sebagai pemukiman yaitu kos-kosan yang disebabkan karena banyaknya pabrik. Namun masih banyak pula penduduk


(57)

yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian yaitu sebagai tani atau buruh tani masing-masing sebanyak 26 orang dan 24 orang dengan persentase 16,66% dan 15,38%, jika dijumlahkan maka 50 orang atau 32,04% penduduk di Desa Jemundo bekerja di sektor pertanian.

4.4. Keadaan Pertanian

Faktor penting di bidang pertanian secara fisik adalah tersedianya lahan yang dapat dikerjakan oleh petani, dimana lahan tersebut merupakan media proses-proses perubahan organis yang hasilnya dapat dimanfaatkan oleh manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Usahatani di Desa Jemundo dilakukan oleh petani dan buruh tani pendatang yang bercocok tanam padi, sayuran dan buah-buahan. Dari luas lahan sawah 16,5 Ha, hampir seluruhnya ditanami padi dan hanya sebagian yang berusahatani sayur dan buah. untuk mengetahui lebih jelas jenis komoditi yang diusahakan dapat dilihat pada tabel 4. sebagai berikut :

Tabel 4. Luas dan Persentase areal tanaman Menurut Jenis Komoditi di Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo tahun 2009

Jenis Komoditi Luas (Ha) Persentase (%)

Sayur – Sayuran 4 24,2

Padi dan Buah-buahan 12,5 75,7

Jumlah 16,5 100 Sumber : Kantor Desa Jemundo

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa luas pemakaian lahan terbesar adalah pada tanaman padi dan Buah-buahan yaitu sebanyak 12,5 ha atau sekitar


(58)

75,7 %. Hal tersebut disebabkan tanah di Desa Jemundo cocok untuk tanaman padi dan Buah-buahan dan irigasinya juga lancar serta secara geografis Desa tersebut termasuk dataran rendah. Sedangkan areal tanaman sayur - sayuran yaitu 4 ha atau sekitar 24,2 %. Hal ini dikarenakan komoditas sayur - sayuran termasuk tanaman yang kurang diminati oleh petani karena perawatan tanaman sayuran membutuhkan perhatian khusus, seperti menyiram dari pagi hari sebelum matahari terbit terlalu tinggi, siang dan sore hari juga harus menyiram tanaman sayuran tersebut. tanaman sayur - sayuran yang ditanam oleh petani Desa Jemundo yaitu sayur kangkung, sayur bayam, sayur ketela rambat,dan lain – lain. Tetapi yang banyak di tanam oleh petani jemundo yaitu sayuran kangkung, karena dianggap lebih menguntungkan dan permintaan konsumen lebih banyak sayuran kangkung daripada sayuran lainnya.


(59)

latar belakang kemampuan keluarga tani dalam menjalankan usahanya. Selain itu dengan melihat karakteristik responden akan menunjukkan hal-hal yang dapat menunjang atau menghambat dalam suatu pelaksanaan usaha. Adapun karakteristik keluarga tani tersebut meliputi keadaan tingkat pendidikan, usia dan jumlah tanggungan keluarga.

5.1.1. Tingkat Pendidikan

Pengembangan sumber daya manusia yang bertumpu pada pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup manusia secara umum. Pendidikan adalah salah satu syarat mutlak untuk mencapai suatu kehidupan yang layak bagi suatu bangsa. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir seseorang sehingga akan terjadi perubahan sikap serta mendorong seseorang untuk berpikir kritis, trampil dan dewasa serta menumbuhkan rasa percaya diri. Disamping itu, tingkat pendidikan petani secara tidak langsung akan mempengaruhi pengambilan keputusan atau penetapan suatu alternatif yang sesuai guna mendapatkan hasil yang bermanfaat bagi petani itu sendiri.

Tingkat pendidikan responden sangat perlu untuk diketahui karena akan menentukan pola pikir dan cara bertindak para petani terutama yang mempengaruhi kemampuan dalam menerima dan menerapkan teknologi baru yang dapat berguna bagi pengembangan usahatani buah dan sayur.


(60)

Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut :

Tabel 5. Tingkat Pendidikan Petani Sayur dan Buah di Desa Jemundo Tahun 2010.

Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

Tamat SD / Sederajat 10 33,33

Tidak Tamat SD 5 16,67

Tamat SMP / Sederajat 6 20,0

Tamat SMA / Sederajat 9 30,0

Jumlah 30 100

Sumber : Wawancara Dengan Responden di Desa Jemundo

Berdasarkan pada tabel 5, bahwa sebagian besar 33,33 % penduduk berusahatani sayur dan buah di Desa Jemundo berpendidikan SD, kemudian sebanyak 30,0 % berpendidikan SMA dan sebesar 20,0 % berpendidikan SMP, hal tersebut menandakan minimnya kesadaran dalam pendidikan mengingat bahwa pendidikan sangat berpengaruh pada penerapan teknologi baru di dalam pengembangan usahatani sayur dan buah tersebut. Dengan pendidikan maka tingkat kemampuan dan keterampilan dalam mengelola usahatani dapat meningkat ke arah yang lebih baik. Hal ini juga menunjukkan bahwa dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah tidak menghambat petani dalam upaya untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Kemampuan dan pengalaman yang mereka miliki untuk bekerja keras dengan intensifnya penyuluhan-penyuluhan pertanian dan semakin luasnya sarana komunikasi, maka akan semakin menambah pengetahuan dan ketrampilan petani dalam berusahatani sehingga mereka dapat meningkatkan produksi dan pendapatan mereka


(61)

5.1.2. Usia.

Usia merupakan salah satu faktor yang menentukan kemampuan fisik seseorang untuk bekerja dalam usahatani sayur dan buah. Dari perbedaan usia dapat diketahui pengalaman dalam pengambilan keputusan dan penerapan inovasi baru. Selain itu usia juga dapat menentukan usia produktif dan non produktif.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud usia petani adalah usia petani sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab atas pengelolaan usahataninya. Untuk mengetahui usia responden dapat dilihat pada tabel 6 adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Usia Responden Petani Sayur dan Buah di Desa Jemundo Tahun 2010

Usia (tahun)

Jumlah pembuat

(orang) Persentase (%)

21 – 30 5 16,67

31 – 40 11 36,67

41 – 50 12 40,00

51 – 60 2 6,66

Jumlah 30 100,00

Sumber : Wawancara Dengan Responden di Desa Jemundo

Pada tabel diatas, tampak bahwa sebagian besar usia responden petani sayur dan buah di Desa Jemundo adalah berusia antara 41 - 50 tahun. Keadaan tersebut menunjukkan para petani sayur dan buah masih dalam usia produktif dimana tingkat kemampuan dan ketrampilan serta pengalaman dalam mengelola usahataninya lebih besar sehingga diharapkan dengan kemampuan dan ketrampilan serta pengalaman tersebut mampu memperoleh


(1)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang dampak keberadaan pasar induk

“Puspa Agro” terhadap sosial ekonomi keluarga petani sayur dan buah di

Desa Jemundo Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1.

Bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan yang diberikan oleh pasar

induk “Puspa Agro” terhadap jenis pekerjaan keluarga tani sayur dan

buah.

2.

Bahwa dengan adanya pasar induk “Puspa Agro” membawa dampak

terhadap penambahan pendapatan keluarga petani sayur dan buah.

Pendapatan keluarga petani sayur dan buah sebelum adanya pasar induk

“Puspa Agro” berbeda nyata dengan pendapatan keluarga petani sayur dan

buah setelah adanya pasar induk “Puspa Agro”.

3.

Bahwa dengan adanya pasar induk “Puspa Agro” membawa dampak

terhadap sosial ekonomi keluarga petani sayur dan buah di Desa Jemundo.

Dampak sosial yang dimaksud antara lain adalah :

a.

Keamanan lingkungan diwujudkan dengan dibangunnya pos-pos

keamanan setelah adanya pasar induk “Puspa Agro”, yang

sebelumnya tidak ada pos-pos keamanan.

b.

Kegiatan sosial yang tidak jauh berbeda antara kegiatan sosial

sebelum adanya pasar induk “Puspa Agro” dengan setelah adanya

pasar induk “Puspa Agro” dan masih dijalankannya kegiatan-kegiatan


(2)

92

sosial tersebut, bahkan semakin bertambah banyak kegiatan sosial

yang dilakukan oleh petani sayur dan buah meskipun mereka sibuk

bekerja.

c.

Kegiatan keagamaan sebelum dan setelah adanya pasar induk “Puspa

Agro” tidak jauh berbeda bahkan membawa dampak positif karena

dengan adanya pasar induk “Puspa Agro”, pendapatan petani

meningkat sehingga memudahkan pencarian dana untuk

kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.

4.

Sarana prasarana yang ada dipasar induk “Puspa Agro” diantaranya adalah

pelebaran jalan raya untuk akses menuju pasar induk “Puspa Agro”, dan

fasilitas yang disediakan oleh pasar induk “puspa Agro” juga sangat

lengkap guna demi kenyamanan para penjual maupun pembeli di pasar

induk “Puspa Agro”. Diantaranya yaitu : infrastruktur (pelebaran jalan),

rusunami, laboratorium, wahana wisata, taman bermain anak-anak.

6.2.

Saran

Beberapa saran yang dapat diajukan berdasarkan pada hasil penelitian

yang telah dilakukan diantaranya adalah bagi:

a.

Petani maupun masyarakat disekitar pasar induk “Puspa Agro” hendaknya

memanfaatkan lapangan kerja yang tersedia setelah adanya pasar induk

“Puspa Agro” berdiri dan dioperasikan.

b.

Petani hendaknya meningkatkan usahataninya baik dari segi kualitas

maupun kuantitas supaya dapat meningkatkan pendapatan petani dan

bisa memenuhi kebutuhan keluarga petani.


(3)

93

c.

Petani maupun masyarakat umum yang ada di Desa Jemundo

hendaknya menjaga dan melestarikan norma – norma maupun

budaya yang sudah ada sebelum pasar induk “Puspa Agro” berdiri,

supaya tidak punah dan hilang walaupun kondisi Desa Jemundo

setelah adanya pasar induk “Puspa Agro” menjadi lebih ramai dan

banyak pendatang yang tinggal di Desa Jemundo.

d.

Bagi Penelitian Selanjutnya.

Penelitian yang dilakukan pada kesempatan kali ini hanya

menganalisis dampak ekonomi dan sosial terhadap petani sayur dan

buah karena adanya pasar induk “Puspa Agro:di Desa Jemundo

Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo. Peneliti mengharapkan agar

di masa yang akan datang dapat menambah variabel-variabel yang

ada hubungannya dengan dampak adanya pasar induk “Puspa Agro”.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2005. Penelitian Dampak Keberadaan pasar Modern (Supermarket dan Hypermarket) Terhadap Usaha Retail Koperasi atau Waserda dan Pasar Tradisional. Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK. Kementrian Negara koperasi dan UKM. Jakarta.

Austin, Nick. 2009. Rantai Nilai Sayur di Kawasan Timur Indonesia Fokus Cabe. Balai Pekajian Teknologi Pertanian (BPTP). Sulawesi Selatan dan Tenggara.

Basu Swasta, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta: Liberty, 1999), hal 5

Cahyono B.T. 2003. Ekonomi Pertanian.Penerbit Liberty.Jakarta. Chambers. 1987. Jurnal Ilmu Ekonomi, Akuntansi & Manajemen

Emory. 1996. Bussines Research Methods. Richard Dirvin. USA

Eskola, E. 2005. Commercialisation and Poverty in Tanzania: Household- level Analysis. Discusion Paper DepaRTPMent of Economics. University of Copenhagen.

Gandhi et,al. 2001. Jurnal Pembangunan Agroindustri untuk Petani Kecil Pedesaan di India

Holloway et al. 2000. Jurnal Industrialisasi Pertanian Melalui Inovasi Biaya

Transaksi Kelembagaan, Koperasi dan Pengembangan Pasar Susu di Pegunungan Timur. Afrika.

Jurnal. 1996. riset First Pacific Davies dalam Asia Property Focus. Kadariah. 1994. Teori ekonomi mikro. LPFE UI. Jakarta.

Kompas. 2006. Jangan Biarkan Pasar Bersaing dengan Hipermarket’ [online]

http://www.kompas.com/kompas cetak/0606/02/metro/ 2693747.htm> [2

Juni 2006]

Mintoro. 2003. Distribusi Pendapatan Studi Dinamika Pedesaan. Survei Agronomi. Bogor.

Mosher, A. T. 1984. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. CV Jasa Guna. Jakarta.


(5)

Mubyarto. 1973. Pengantar Ekonomi Pertanian.LP3ES. Jakarta.

Natawidjaja, Ronnie S. (2006) Modern Market Growth and the Changing Map of

the Retail Food Sector in Indonesia [Pertumbuhan Pasar Modern dan

Perubahan Peta Sektor Ritel Makanan di Indonesia]. Pacific Food System

Outlook 9th Annual Forecasters [online] www.pecc.org/food/

Nielsen, A. C. 2005. Asia Pacific Retail and Shopper Trends 2005 [Tren Pembeli

dan Ritel Asia Pasifik 2005]. [online]

http://www.acnielsen.de/

pubs/documents/RetailandShopperTrendsAsia2005.pdf

Nielson, C. 2003. Modern Supermarket (Terjemahan AW Mulyana). Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta : Universitas Indonesia

Nurmanaf, F.A. 2006. Struktur dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Pedesaan di Lampung. Bina laksana. Bogor.

Pakphan, Hadiwigeno. 1993.Jurnal Ilmu Ekonomi, Akuntansi & Manajemen.

Jakarta

Papers/2005-2006/Indonesia/indonesia-paper. pdf> [6 July 2006]

Phillip Kotler. Marketing, Cet.III, (Jakarta: Erlangga, 1994), hal 7

Pricewaterhouse Coopers. 2005. Global Retail and Consumer Study From Beijing

to Budapest [Kajian Ritel dan Konsumen dari Beijing sampai ].

PricewaterhouseCoopers [online] www.pwc.com/gx/ eng/about/ind/retail

/growth/indonesia.pdf> [6 July 2006]

Santoso, B. 2006. Ekonomi Pembangunan. PT Graha Indonesia. Jakarta.

Satriagung, Erlangga. 2010. Bali post “Pasar Induk Puspa Agro Transaksi Produk Pertanian Kompetitif.

Sinaga, Pariaman. 2004. Makalah Pasar Modern VS Pasar Tradisional. Kementerian Koperasi dan UKM. Jakarta : Tidak Diterbitkan. Singh, 1, Squire, L, Strauss, J. 1986. Agricultural Household Models:

Extensions,Applications, and Policy, The John Hopkins University Press, Baltimore.

Sheety, Shoob. 2007. Produsen Hortikultura dan Pengembangan Pasar Swalayan Di Indonesia. Jakarta.


(6)

Soekarwo. 2010. Bali post “Pasar Induk Puspa Agro Transaksi Produk Pertanian Kompetitif.

Sumitro. 1991. Ilmu Ekonomi. Jakarta. Rineka Cipta.

Stanton. 2000. Jurnal Tentang Peran Agroindustri Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Pedesaan.Mexico.

Warsana. 2008. Strategi Melakukan Penyuluhan Pertanian untuk Petani “Kecil”.BPTP Jawa Tengah. Tabloid Sinar Tani. Jateng.

Zen, Idrus. 2004. Pengembangan Bisnis Harmoni pada tahun 2003-2004.