POLA KOMUNIKASI IBU TUNGGAL DENGAN ANAK REMAJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola KomunikasiIbu Tunggal Dengan Anak Remaja di Surabaya).

POLA KOMUNIKASI IBU TUNGGAL DENGAN ANAK
REMAJ A
(Studi Deskr iptif Kualitatif Pola KomunikasiIbu Tunggal Dengan Anak
Remaja di Surabaya)

SKRIPSI

Oleh:
DIAN RACHMAWATI
0843010232

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


Pola Komunikasi Ibu Tunggal Dengan Anak Remaja
(Studi Deskr iptif Kualitatif Pola Komunikasi Ibu Tunggal Dengan
Anak Remaja di Sur abaya)

Disusun Oleh:
DIAN RACHMAWATI
NPM. 0843010232

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Ir.H.Didiek Tranggono,Msi
NIP. 19581225199001001

Mengetahui
DEK AN


Dr a. Hj. Supar wati, M.Si
NIP. 19550718 198302 2001

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

POLA KOMUNIKASI IBU TUNGGAL DENGAN ANAK REMAJ A
(Studi Deskr iptif Kualitatif Pola Komunikasi Ibu Tunggal Dengan Anak
Remaja di Surabaya)
Oleh :

DIAN RACHMAWATI
NPM. 0843010232
Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi
J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
Pada Tanggal 13 J uni 2012
TIM PENGUJ I:


PEMBIMBING

1. Ketua

Ir. H. Didiek Tranggono, MSi
NIP. 19581225199001001

Ir. H. Didiek Tranggono, MSi
NIP. 19581225199001001

2. Sekretaris

Dr a. Her lina Suksmawati, MSi
NIP. 196412251993092001
3. Anggota

Dra. Diana Amelia, MSi
NIP. 196309071991032001
Mengetahui,

DEKAN

Dra. Hj. Supar wati, MSi
NIP. 195507181983022001

iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
DIAN RACHMAWATI. 0843010232. POLA KOMUNIKASI IBU
TUNGGAL DENGAN ANAK REMAJ A (Studi Deskr iptif Kualitatif Pola
Komunikasi Ibu Tunggal Dengan Anak Remaja Di Surabaya)
Latar belakang penelitian ini didasarkan pada kurang harmonisnya
hubungan antara remaja dengan ibu tunggal akibat perceraian. Karena dasar itulah
penulis meneliti mengenai pola komunikasi ibu tunggal dengan anak remajanya.
Hal ini juga ditujukan untuk memahami kesalahan pola komunikasi seperti apa
yang terjadi. Agar pola komunikasi buruk antara ibu tunggal dan anak remajanya
dapat dihindari. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mendeskripsikan

pola komunikasi ibu tunggal dengan anak remaja di Surabaya.
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi
interpersonal, pola komunikasi, ibu tunggal, remaja. Komunikasi interpersonal
dibandingkan dengan komunikasi lainnya dinilai paling ampuh dalam kegiatan
mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan. Alasannya karena
komunikasi ini berlangsung tatap muka, oleh karena dengan komunikasi itu
terjadilah kontak pribadi (personal contact) yaitu pribadi anda menyentuh pribadi
komunikan. Dan dengan menggunakan pola komunikasi didalam hubungan antara
ibu tunggal dengan anak menurut Yusuf ada tiga Authoritarian (otoriter),
Permissive (bebas), Authoritative (demokrasi).
Metode Penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif
sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan
wawancara mendalam (in-depth interview) pada ibu tunggal yang sudah bercerai
kurang dari sepuluh tahun dengan pasangannya yang mempunyai anak remaja
yang berusia 11-24 tahun yang peneliti fokuskan ibu yang sudah bercerai dengan
ayahnya.
Hasil penelitian ini yaitu dua ibu tunggal dengan anak remaja menganut
pola Authoritarian (otoriter), sedangkan satu keluarga lainnya menganut pola
komunikasi Permissive (bebas) dan satu keluarga sisanya menganut pola
komunikasi Authoritative (demokratis). Sehingga secara garis besar kebanyakan

ibu tunggal dengan anak remajanya menganut pola komunikasi Authoritarian
(otoriter). Dengan menerpakan pola komunikasi otoriter ini membuat anak
merasa tidak nyaman, dan tidak bahagia karena hubungan yang tidak baik akibat
terlalu dikekang,kasar kaku dan keras sehingga berdampak buruk buat anak dalam
penelitian ini ada yang memiliki rasa menyimpang suka terhadap sesama jenis dan
ada juga yang berdampak sering membohongi ibu nya agar bisa dapat ijin keluar.
sehingga menyebabkan hubungan interpersonal tidak baik dan mengakibatkan
kualitas komunikasi interpersonal tidak baik juga dan tidak didukung peranan
seorang ibu yang seharusnya dia lakukan pada anaknya.
Kata Kunci: Pola Komunikasi, Ibu Tunggal, Anak Remaja

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
dan menyebutkan sumber.
x

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan rahmatnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “ Pola
Komunikasi Ibu Tunggal Dengan Anak Remaja”(Studi Dekriptif Kualitatif

Pola Komunikasi Ibu Tunggal dengan Anak Remaja Di Surabaya).
Penulis Menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat
kekurangan-kekurangan, hal ini disebabkan sangat terbatasnya ilmu yang penulis
miliki serta kurangnya pengalaman dalam membuat skripsi. Meskipun demikian
dalam penyusunan skripsi ini telah mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari
Ir. H. Didiek Tranggono.Msi selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing
penulis selama menyelesaikan skripsi.
Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini,antaranya :
1.

Allah SWT, atas segala berkat dan rahmat yang tidak pernah henti selalu
diberikan kepada penulis.

2.

Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, Msi., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


3.

Bapak Juwito, S.Sos., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakiltas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

4.

Ir. H. Didiek Tranggono.Msi. selaku dosen pembimbing magang penulis.
Terima kasih atas waktu yang telah diluangkan selama bimbingan.

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5.

Untuk kedua Orang Tuaku dan Keluarga cemara-ku, kakak, nenek, tante,
dll thanks buat dukungan serta doa yang diberikan untuk kesuksesankuu
dan meraih yang ku inginkan.


7.

Herman Kurniawan, pacarku terima kasih untuk semangat dan bantuannya
dalam mengerjakan skripsi ini, you are my everything.

8.

Andriani Novitasari, always beside me, di kost, di kampus, dimana-mana.
Thanks untuk segalanya, teman sehidup semati banget.

9.

Teman-teman UKM Giri Taruna Pers Mahasiswa yang memberi wawasan
baru di dunia jurnalistik dan wawasan luas lainnya.

10.

Genk riebbedth, Nadya, Ria, dan Andri lagi, terima kasih atas bantuan di
saat-saat susah penulis, setidaknya kalian selalu bersamaku 3 tahun ini.


11.

Genk Ibu-Ibu Arisan Management, thanks buat dukungan setidaknya
kalian selalu memberi tawa dan untuk kesediannya menghapus kejenuhan.

12.

Teman-teman seperjuangan, Bila dan Rya yang sama-sama mengerjakan
skipsi dengan penuh semangat.
Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan. Akhirnya penulis

berharap semoga penyusunan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi penyusunan
skripsi ini.

Surabaya, 13 Juni 2012

Penulis


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
dan menyebutkan sumber.
v

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................

i

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix
ABSTRAKSI ................................................................................................

x

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................

1

1.1. Latar Belakang ...........................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 12
1.3. Tujuan Penelitian ……….. ......................................................... 12
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 13
2.1

Landasan Teori ........................................................................... 13
2.1.1 Pengertian Komunikasi ................................................... 13
2.1.2 Pengertian Komunikasi Interpersonal .............................. 14
2.1.3 Pengertian Pola Komunikasi ............................................ 16
2.1.4 Pengertian Keluarga ........................................................ 18

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
vi
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.4.1 Komunikasi Keluarga ......................................... 19
2.1.5 Kualitas Komunikasi Interpersonal Dalam Keluarga........ 22
2.1.5.1 Aspek-Aspek Kualitas Komunikasi Interpersonal
Dalam Keluarga ................................................. 25
2.1.6 Remaja ............................................................................ 28
2.1.7 Pengertian Orang Tua ...................................................... 31
2.1.7.1 Peran Ibu ............................................................ 31
2.1.7.1 Peran Anak ......................................................... 33
2.1.8 Pengertian Ibu Tunggal ................................................... 34
2.1.9 Kerangka Berpikir ........................................................... 36

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM ................................. 38
3.1

Definisi Operasional Konsep ..................................................... 38

3.2

Operasional Konsep ................................................................... 41
3.2.1 Pola Komunikasi ............................................................. 41
3.2.2 Ibu Tunggal ..................................................................... 43

3.3

Informan Penelitian .................................................................... 43

3.4

Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 45
3.4.1 Wawancara...................................................................... 45
3.4.2 Observasi ........................................................................ 46
3.4.3 Studi Literatur ................................................................. 46

3.5

Teknik Analisis Data .................................................................. 47

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 48

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.1

Definisi Operasional Konsep ..................................................... 48
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ................................. 48
4.1.2 Identitas Informan ........................................................... 50

4.2

Penyajian Data dan Analisis Data .............................................. 53
4.2.1 Pola Komunikasi Authoritarian ....................................... 55
4.2.2 Pola Komunikasi Permissive ........................................... 65
4.2.3 Pola Komunikasi Authoritative ........................................ 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 73
5.1

Kesimpulan ................................................................................ 73

4.1

Saran ......................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 76
LAMPIRAN ................................................................................................. 77

viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
LAMPIRAN 1 : Interview Guide Orang Tua................................................. 77
LAMPIRAN 2 : Interview Guide Anak ......................................................... 79
LAMPIRAN 3 : Hasil Wawancara Orang Tua Dan Kroscek Anak ................ 81
LAMPIRAN 4 : Foto-Foto Hasil Wawancara ................................................ 117

ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan suatu hal yang yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia. Sejak pertama dilahirkan, manusia sudah melakukan kegiatan
komunikasi. Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia itu hidup dengan
manusia lainnya satu dengan yang lain saling membutuhkan. Untuk tetap
melangsungkan kehidupannya, manusia perlu berhubungan dengan manusia
lainnya. Hubungan antar manusia akan tercipta melalui komunikasi, baik
komunikasi verbal (bahasa) maupun nonverbal (simbol, gambar atau media
komunikasi yang lain).
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari
kata latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.
Sama disini maksudnya adalah sama makna mengenai suatu hal (Effendy,
2002:3). Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson mengemukakan bahwa komunikasi
mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup diri sendiri
yang meliputi: keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan
diri kita sendiri pada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk
kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan social
dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat (Dedy Mulyana, 2002:45).
Komunikasi juga sangat penting dalam keluarga. Komunikasi yang baik
perlu dibangun secara harmonis dalam rangka membangun pendidikan yang baik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

2

Pola komunikasi yang dibangun akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pola
pikir anak, serta mempengaruhi kondisi kejiwaan anak,secara langsung dan tidak
langsung. Sebuah keluarga akan berfungsi optimal bila didalamnya terdapat pola
komunikasi yang terbuka, ada sikap saling menerima, mendukung, rasa aman dan
dan nyaman serta memiliki kehidupan spiritual yang terjaga (Kriswanto. 2005:9).
Komunikasi interpersonal dalam keluarga yang terjalin antara orang tua dan
anak merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan perkembangan
individu. Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif dapat
menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang
makin baik dan tindakan. Demikian juga dalam lingkungan keluarga diharapkan
terbina komunikasi yang efektif antara orang tua dengan anaknya, sehingga akan
terjadi hubungan yang penuh kasih sayang dan harmonis. Hubungan yang
demikian masih sangat diperlukan karena seorang anak masih banyak
menghabiskan waktunya dalam lingkungan keluarga.
Terdapat dua faktor yang membentuk kepribadian anak, yaitu faktor internal
dan eksternal. Internal berasal dari lingkungan keluarga sendiri, sedangkan faktor
eksternal berasal dari lingkungan luar rumah, yaitu masyarakat. Koherensi
diantara keduanya tidak dapat dipisahkan secara absolut, karena bersifat alami
tidak mungkin seorang anak dapat dipisahkan sama sekali dari lingkungan
keluarganya dan terbebas sama sekali dari pengaruh lingkungannya (Hurlock,
1996:22). Kedua faktor tersebut merupakan tugas orang tua untuk melakukan
pembinaan keluarganya dan menyikapi secara hati-hati masukan-masukan dari
lingkungan masyarakat agar seorang anak yang masih memerlukan pembinaan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

dengan baik dari orang tua tersebut dapat secara signifikan bertingkah laku sesuai
dengan garis-garis keluarga atau dengan kata lain faktor internal didalam keluarga
harus lebih dominan dari pada faktor eksternal yang berasal dari lingkungan
masyarakat. Keluarga atau orang tua merupakan lingkungan sosial pertama bagi
manusia, di mana sebelum mereka mempunyai kemampuan berinteraksi dengan
orang lain terlebih dahulu. Keberadaan orang tua mempunyai arti penting dalam
perkembangan sosial remaja. Keterikatan dengan orang tua pada masa remaja
dapat membantu kompetensi sosial dan kesejahteraan sosialnya, seperti tercermin
dalam ciri-ciri harga diri, penyesuaian emosional dan kesehatan fisik (Desmita,
2005: 218).
Remaja dalam mengambil keputusan juga membutuhkan dukungan dalam
memutuskan sesuatu hal baik itu dari orang tua, keluarga dekat dan temantemannya. Apabila tidak mendapat dukungan dalam keputusannya, kemungkinan
remaja tersebut akan merasa dikucilkan dan dijauhi teman-temannya, karena
remaja yang diterima teman-teman sebayanya akan merasa dirinya dihargai dan
dihormati oleh teman-teman sebayanya. Anak yang mulai tumbuh dalam fase
remaja merupakan segmen perkembangan individu anak yang sangat penting,
dimana pada masa ini remaja memiliki sifat tergantung (dependence) terhadap
orang tua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan
diri dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral (Yusuf,2001:184).
Pada masa remaja adalah suatu usia yang serba labil dan untuk kematangan
berpikir serta mempertimbangkan sesuatu masih campur aduk antara (perasaan)
dan rasio (logika), sifatnya coba-coba atau ekperimen sering muncul dan remaja

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

selalu ingin tahu terhadap hal-hal tanpa melihat apakah itu bersifat negative atau
positif.
Orang tua biasanya mempunyai berbagai cara dan strategi untuk
berkomunikasi dan mendidik ketika anaknya masuk ke dunia remaja agar menjadi
sesuai dengan apa yang diinginkan, karena keluarga merupakan salah satu tempat
pendidikan informal terpenting untuk pendidikan anak, maka pola komunikasi
apapun akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak dalam
segi apapun. Bagi seorang anak, keluarga merupakan tempat pertama dan utama
bagi pertumbuhan dan perkembangannya, fungsi utama keluarga adalah sebagai
wahana untuk berkomunikasi, mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan anak,
mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan
fungsinya di masyarakat dengan baik.
Namun fenomena dilapangan menunjukan tidak semua anak memiliki orang
tua yang lengkap, lebih banyak anak hidup tanpa keberadaan ayah disampingnya.
Ibu tunggal adalah fenomena yang makin dianggap biasa dalam masyarakat
modern. Pilihan menjadi seorang ibu tunggal dapat terjadi karena beberapa alasan
yaitu kematian pasangan, seorang ibu tunggal karena kematian juga mengalami
masalah yang berat. Kematian pasangan yang mendadak membuat ia tidak siap
menerima kenyataan.Namun jika mendaptkan pelayanan pendampingan/konseling
yang tepat, ia dapat dengan mudah melalui masa-masa gelapnya sehingga tidak
berlarut-larut memperlambat pemulihan hati anak-anaknya. Selain itu ibu tunggal
yang ditinggal mati pasangannya mengalami masalah keuangan dan merasa
kesepian. Dibandingkan dengan kematian perceraian memiliki masalah yang lebih

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

serius lagi. Masalah besar yang ibu tunggal hadapi yaitu masalah emosional,
masalah

hukum

(hak

asuh

dll),

menjalin

hubungan

dengan

mantan

pasangan,masalah keuangan, masalah lingkungan, menghadapi anak.oleh karena
itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana ibu tunggal akibat dari perceraian
dapat membangun pola komunikasi yang baik dengan anaknya karena bagi anak
yang tiba-tiba mendapati orang tuanya tidak lengkap lagi karena orang tuanya
bercerai dapat memberi dampak psikologis yang kurang baik. Bagi anak-anak,
masa-masa pasca berpisahnya kedua orang tua mereka merupakan masa yang
kritis, terutama menyangkut hubungan

dengan orang tua yang tidak tinggal

bersama lagi. Berbagai perasaan berkecamuk dalam batin anak-anak. Pada masa
ini anak juga harus mulai beradaptasi dengan perubahan hidupnya yang baru. Halhal yang biasanya dirasakan oleh anak ketika orang tuanya berpisah adalah tidak
aman, tidak diinginkan atau ditolak oleh orang tuanya yang pergi, sedih dan
kesepian, marah, kehilangan merasa bersalah, menyalahkan dirisendiri sebagai
penyebab orang tua berpisah. Perasaan-perasaan itu, oleh anak dapat terwujud
dalam bentuk perilaku suka mengamuk, menjadi kasar, dan tindakan agresif
lainnya, menjadi pendiam, tidak lagi ceria, tidak suka bergaul, sulit berkonsentrasi
dan tidak berminat pada tugas sekolah sehingga prestasi disekolah cenderung
menurun, suka melamun, terutama mengkhayalkan orang tuanya akan bersatu
lagi. Jika hal tersebut terjadi melewati batas normal maka anak bisa kehilangan
kontrol, tak mampu lagi berpikir sehat. Kondisi terparah bila anak, terutama yang
berusia remaja melampiaskan kekecewaan pada obat-obatan terlarang, atau

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

memilih

jalan

paling

buruk

yaitu

bunuh

diri.

(http://www.indonesia.com/intisari/2001/Jun/warna_ortunggal.htm)
Bagi anak yang gagal beradaptasi, maka ia akan membawa hingga dewasa
perasaan ditolak, tidak berharga dan tidak dicintai. Perasaan-perasaan ini dapat
menyebabkan anak tersebut mengalami stres dan trauma setelah dewasa, seperti
menjadi takut gagal dan takut menjalin hubungan yang dekat dengan lawan jenis.
Menurut Holmes dan Rahe, sebagaimana ditulis e-psikologi.com, perceraian
adalah

salah

satu

penyebab

stres

(http://www.indomedia.com/intisari/2001/Jun/warna_ortunggal.htm)
Pakar ahli jiwa AS, DR Stephen Duncan, dalam tulisannya berjudul The
Unique Strengths of Single-Parents Families mengungkapkan bahwa pangkal
masalah yang sering dihadapi keluarga yang hanya dipimpin orang tua tunggal
adalah masalah anak. Anak, akan merasa dirugikan dengan hilangnya salah satu
orang yang berarti dalam hidupnya. “Hasil riset menunjukkan bahwa anak
dikeluarga yang hanya memiliki orang tua tunggal, rata-rata cenderung kurang
mampu mengerjakan sesuatu dengan baik, dibandingkan dengan anak yang
berasal

dari

keluarga

yang

orang

tuanya

utuh”

(http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=183356&kat_id=311&kat_id1=
&kat_id2=)
Keberadaan orang tua lengkap dengan ibu tunggal akan berbeda, jika orang
tua lengkap menjadi dua figur bagi anak, sedangkan ibu tunggal akan menjadi
satu-satunya figur dalam kehidupan keluarga yang menjadi modeling bagi anak.
Tentunya hal ini akan memberikan dampak yang cukup signifikan jika satu orang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

tua menjalankan dua peran sekaligus yaitu sebagai ayah dan ibu. Dalam proses ini
lah peran komunikasi antara ibu tunggal dengan anak harus berperan secara aktif,
sebagai ibu tunggal tidak hanya memenuhi kebutuhan berupa materiil saja tetapi
juga para orang tua tersebut harus memberikan pendidikan formal, pendidikan
agama, dan memberikan perhatian kasih sayang serta pengarahan yang baik yang
seharusnya dilakukan oleh orang tua tersebut.
Dengan begitu gagal atau berhasilnya sebuah komunikasi antara orang tua
dengan anak terdapat suatu pola komunikasi yang diterapkan antara orang tua
dengan anak menurut Yusuf ( 2001 : 51 -52) : Authoritarian ( cenderung bersikap
bermusuhan) Dalam pola hubungan ini sikap acceptance orang tua rendah, namun
kontrolnya tinggi, suka menghukum secara fisik, bersikap mengkomando
(mengaruskan/ memerintah anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi),
bersikap kaku, cenderung emosional dan bersikap menolak. Sedangkan pihak dari
anak muda itu sendiri sifatnya mudah tersinggung, penakut, pemurung, dan
merasa tidak bahagia, mudah di atur, terpengaruh, mudah stres, tidak mempunyai
arah masa depan yang jelas dan serta tidak bersahabat. Dari segi positifnya, anak
yang cenderung akan menjadi disiplin yakni mentaati peraturan. Akan tetapi bisa
jadi ia hanya mau menunjukkan kedisiplinan dihadapan ibu tunggal, padahal
dalam hatinya berbicara lain,sehingga ketika di belakang ibu tunggal, anak
bersikap dan bertindak lain.
Premissive ( cenderung berperilaku bebas ) ,Dalam hal ini sikap
acceptance orang tua lebih tinggi, namun kontrolnya rendah, memberi kebebasan
kepada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginannya. Sedangkan anak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

yang mempunyai sikap implusif serta agresif, kurang memiliki rasa percaya diri,
suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya dan mempunyai prestasi yang
rendah. Sifat pola komunikasi ini segala aturan dan ketetapan keluarga ditangan
anak. Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan ibu tunggal. Ibu tunggal
menuruti segala kemauan anak. Anak cenderung bertindak semena-mena, tanpa
pengawasan ibu tunggal. Dari segi negatif, anak kurang disiplin dengan aturanaturan sosial yang berlaku. Bila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut
secara tanggung jawab, maka anak akan menjadi seorang yang mandiri,kreatif,
inisiatif dan mampu mewujudkan aktualisasinya.
Authoritatif ( cenderung terhindar dari kegelisahan, kekacauan ), dalam
hal ini sikap acceptance antara orang tua dengan anak kontrolnya sangat tinggi,
bersikap reponsif terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk menyatakan
pendapatnya atau pertanyaanya, memberikan penjelasan tentang dampak
perbuatan yang baik ataupun yang buruk. Sedangkan anak yang bersifat
bersahabat, memiliki rasa percaya diri, mampu mengendalikan diri ( self control),
bersikap sopan, mau bekerja sama, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
mempunyai tujuan dan arah hidup yang jelas dan berorientasi terhadap prestasi.
Kedudukan ibu tunggal dan anak sejajar. Suatu keputusan diambil bersama
dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi kebebasan yang
bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus di bawah
pengawasan ibu tunggal dan dapat dipertanggung jawabkan. Akibat positif dari
pola komunikasi ini anak akan menjadi seorang individu yang mempercayai orang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

lain, bertanggung jawab, tidak munafik, jujur. Namun akibat negatif, anak akan
cenderung sedikit demi sedikit mengurangi kewibawaan otoritas ibu tunggal.
Faktor ekonomi keluarga menyebabkan ibu tunggal sibuk untuk mencari
nafkah demi memenuhi tuntutan kebutuhan dalam keluarga. Sehingga perhatian
ibu tunggal terhadap anaknya berkurang (Yusuf,2001:45). Ibu tunggal dianggap
memiliki keterbatasan dalam proses pembentukan prilaku anak. Tidak adanya
figur ayah dalam keluarga membuat anak kurang disiplin dan kurang memiliki
kepercayaan diri. Ibu tunggal sering tidak konsisten dalam menjalankan
disiplinnya (Frankl, 1972). Di satu sisi diyakini bahwa kedisiplinan dan
kepercayaan diri merupakan dasar terbentuknya sikap dan prilaku anak.
Perlakuan ibu terhadap anak dan faktor lingkungan memberikan pengaruh
yang berbeda terhadap prilaku anak. Mianda (2002) berpendapat bahwa ibu
tunggal cenderung memberikan perlindungan yang berlebihan kepada anak
sehingga anak menjadi kurang percaya diri dan akhirnya menjadikan anak
berprilaku menyimpang.
Perlakuan ibu terhadap anak bisa dilihat dari interaksi dan komunikasi yang
terjalin antara ibu dan anak yang berupa komunikasi antar pribadi. Bentuk
komunikasi ini dinilai paling ampuh untuk mengubah sikap, pendapat dan
perilaku seseorang. Umumnya komunikasi antar pribadi berlangsung secara tatap
muka sehingga memungkinkan terjadinya personal contact. Kasih sayang dan
kehangatan ibu menjadi dasar terbentuknya hubungan yang menyenangkan dalam
komunikasi. Suasana menyenangkan dan hangat menjadi dasar perkembangan
emosi yang stabil dan membentuk kepribadian yang percaya diri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Oleh karena itu, berdasarkan pertimbangan bahwa jumlah ibu tunggal di
Indonesia makin meningkat,banyaknya permasalah besar yang terjadi karena
perceraian dan mengingat komunikasi seorang ibu tunggal bisa diarahkan untuk
mengubah sikap dan perilaku anak remaja, maka fokus pada penelitian ini adalah
ibu tunggal akibat dari perceraian dengan pasangannya kurang dari sepuluh tahun.
Menurut Sarwono (2004:14) Sebagai pedoman umum kita dapat
menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja
Indonesia. Seharusnya pada usia ini, anak harus menjalankan tugas perkembangan
sesuai dengan kualifikasi usianya. Berbeda halnya dengan sebagian anak dalam
asuhan ibu tunggal ini yang kata masyarakat setempat menyatakan bahwa anak
yang di asuh dalam asuhan seorang ibu tunggal pastilah tumbuh dengan
penyimpangan perilaku yang selalu melekat pada diri anak di sebabkan ketidak
mampuan ibu dalam mendidik dan membekali moral pada anak-anaknya,
dikarenakan tidak adanya ayah yang pada hakikatnya adalah penanggung jawab
keluarga.
Jika memang demikian halnya, diperlukan perhatian khusus pada cara
mendidik oleh para ibu tunggal agar anak-anaknya bisa tumbuh sesuai dengan apa
yang diinginkan orang tua pada umumnya, yaitu anak bisa bersikap santun kepada
orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih mudah, membiasakan bergaul
dengan perilaku yang terpuji, juga tumbuh dan berkembang tanpa menyalahi
norma-norma dan aturan yang ada. Maka dari itu, untuk mematahkan argumenargumen masyarakat setempat, sejak dini para ibu tunggal harus mampu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

menanamkan perilaku religius pada anak-anaknya sehingga anak mampu
berkembang sesuai apa yang diharapkan oleh para orang tua.
Apabila tidak adanya komunikasi yang bagus antara orang tua dengan
anaknya maka para orang tua sendiri tidak tahu akan keinginan dari anaknya serta
para anak-anak sendiri menginginkan orang tua saling terbuka. Anak yang
terbiasa mengekspresikan dirinya sendiri dengan apa adanya, memiliki freedom to
be and to fail anvironment, akan lebih santai dalam menghadapi berbagai macam
kesulitan dan hambatan karena biasanya membicarakan kepada orang tua, tanpa
dibayang-bayangi rasa ketakutan, rasa malu, ataupun perasaan bersalah karena
tidak mampunya sang remaja untuk memenuhi harapan dari orang tua ( www.epsikologi.com).
Dengan adanya pola komunikasi yang salah antara ibu tunggal dengan anak
maka akan menimbulkan kesalah pahaman dan apabila tidak ingin terjadi kesalah
pahaman dalam pola komunikasi tersebut maka yang sebaiknya dilakukan ibu
tunggal adalah menimbulkan suatu komunikasi yang efekttif antara ibu tunggal
dengan anak. Menurut Effendy ( 2008 : 8 ), komunikasi yang efektif adalah
komunikasi yang menimbulkan suatu pengertian, kesenangan, pengaruh pada
sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan, sehingga setiap nasehat-nasehat
yang dilontarkan oleh ibu tunggal tersebut tidak dianggap angin lalu.
Penelitian ini dilakukan di wilayah Surabaya. Sebab daerah ini mempunyai
komposisi penduduk yang heterogen. Surabaya diasumsikan sebagai daerah yang
memiliki perkembangan yang tinggi. Selain itu surabaya merupakan kota

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

metropolis dan kota terbesar kedua setelah Jakarta dilihat dari padatnya penduduk
dan berbagai permasalahan sosial yang terjadi.
Dalam hal ini peneliti ingin sekali mengungkapkan dan meneliti tentang
bagaimana sebaiknya pola komunikasi yang baik antara ibu tunggal dengan anak
remaja di Surabaya yang peneliti fokuskan karena perceraian.
1.2

Perumusan Masalah
Dari uraian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini yakni

mengenai bagaimanakah pola komunikasi ibu tunggal dengan anak remaja di
Surabaya.

1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mendeskripsikan pola

komunikasi ibu tunggal dengan anak remaja di Surabaya.

1.4

Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Sebagai bahan tambahan pemikiran untuk ilmu komunikasi terutama
topik bahasan yang berhubungan dengan sikap masyarakat terhadap pola
komunikasi ibu tunggal dengan anak remaja di Surabaya
2. Kegunaan Praktis
Diharapkan hasil penelitian ini bisa menambah pengetahuan masyarakat
dan memberi masukan kepada masyarakat luas khususnya ibu tunggal
dalam membangun pola komunikasi dengan anak remaja di Surabaya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teor i

2.1.1. Penger tian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penerimaan pesan atau berita antara dua
orang atau lebih dengan cara yang tepat secara timbal balik sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami oleh kedua belah pihak (Djamarah, 2004:2)
Komunikasi adalah peristiwa sosial yaitu peristiwa yang terjadi ketika
manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Ilmu komunikasi apabila
dipublikasikan secara benar akan mampu mencegah dengan menghilangnya
konflik antar pribadi, antar kelompok, antar suku, antar bangsa dan antar ras
membina kesatuan dan persatuan umat manusia penghuni bumi (Effendy,
2002:27)
Komunikasi terjadi antar satu orang dengan lainnya, mempunyai tujuan
untuk mengubah atau membentuk perilaku orang menjadi sasaran komunikasi.
Disamping

itu

komunikasi

merupakan

proses

yang

penyampaiannya

menggunakan simbol-simbol dalam kata-kata, gambar-gambar dan angka-angka.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa komunikasi memiliki pengertian
yang luas dan beragam walaupun secara singkat komunikasi merupakan suatu
proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang
terjadi dalam diri seseorang atau diantara dua orang atau lebih dengan tujuan
tertentu. Dengan demikian dapat diketahui bahwa komunikasilah yang

13
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

berhubungan dengan manusia itu, dimana tidak mungkin manusia bisa hidup
tanpa berkomunikasi.
2.1.2. Penger tian Komunikasi Inter per sonal
Komunikasi

antar

pribadi

(interpersonal

communication)

adalah

komunikasi antar orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun
nonverbal (Mulyana, 2004:73).
Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah proses
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang atau diantara
sekelompok kecil orang-orang merupakan komunikasi komunikasi di dalam diri
sendiri, di dalam diri manusia terdapat komponen-komponen komunikasi seperti
sumber, pesan, saluran penerima dan balikan. Dalam komunikasi interpersonal
hanya seorang yang terlibat. Pesan mulai dan berakhir dalam diri individu masingmasing. Komunikasi interpersonal mempengaruhi komunikasi dan hubungan
dengan orang lain. Suatu pesan yang dikomunikasikan, bermula dari seseorang
(Muhammad, 1995:158).
Setelah melalui proses interpersonal tersebut,

maka pesan-pesan

disampaikan kepada orang lain. Komunikasi interpersonal merupakan proses
pertukaran informasi antara sesorang dengan seseorang lainnya atau biasanya
diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikkannya. Dengan
bertambahnya orang-orang yang terlibat dalam komunikasi menjadi bertambah
komplekslah komunikasi tersebut (Muhammad, 1995:159).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Komunikasi antar pribadi juga didefinisikan sebagai komunikasi yang
terjadi diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang terlihat jelas diantara
mereka, misalnya percakapan seorang ibu dengan anaknya, sepasang suami-istri,
guru dengan murid dan lain sebagainya. Dalam definisi ini setiap komunikasi baru
dipandang dan dijelaskan sebagai bahan-bahan yang terintegrasi dalam tindakan
komunikasi antar pribadi (Devito, 1997:231).
Pentingnya suatu komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya
memungkinkan berlangsung secara dialogis. Dialog adalah bentuk komunikasi
antar pribadi yang menunjukan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam
komunikasi bentuk ini berfungsi ganda masing-masing menjadi pembicara dan
pendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi dialogis nampaknya
adanya upaya dari perilaku komunikasi untuk terjadinya pergantian bersama
(mutual understanding) dan empati. Dari proses ini terjadi saling menghormati
bukan disebabkan status sosial melainkan didasarkan pada anggapan bahwa
masing-masing adalah manusia yang berhak dan wajib, pantas dan wajar dihargai
dan dihormati sebagai manusia.
Komunikasi interpersonal dibandingkan dengan komunikasi lainnya
dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini dan
perilaku komunikan. Alasannya karena komunikasi ini berlangsung tatap muka,
oleh karena dengan komunikasi itu terjadilah kontak pribadi (personal contact)
yaitu pribadi anda menyentuh pribadi komunikan. Ketika menyampaikan pesan,
umpan balik berlangsung seketika (immediate feedback) mengetahui pada saat itu
tanggapan komunikan terhadap pesan yang dilontarkan pada ekspresi wajah dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

gaya bicara. Apabila umpan balik positif, artinya tanggapan itu menyenangkan,
kita akan mempertahankan gaya komunikasi sebaliknya jika tanggapan
komunikan negatif, maka harus mengubah gaya komunikasi sampai komunikasi
berhasil.
Oleh karena keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan
perilaku komunikan itulah maka bentuk komunikasi interpersonal seringkali
dipergunakan

untuk

melontarkan

komunikasi

persuasif

(persuasive

communication) yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis manusiawi yang
sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan. Dengan demikian maka
setiap pelaku komunikasi akan melakukan tempat tindakan yaitu membentuk,
menyampaikan, menerima dan mengolah pesan dan keempat tindakan tersebut
lazimnya berlangsung secara beruntun, dimana membentuk pesan diartiakan
sebagai menciptakan ide atau gagasan dengan tujuan tertentu.
2.1.3

Penger tian Pola Komunikasi
Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang

atau lebih dalam proses pengiriman, dan penerimaan cara yang tepat sehingga
pesan yang dimaksud dapat dipahami (Djamarah,2004:1).
Dari pengertian di atas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau
pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses mengkaitkan dua
komponen yaitu gambaran atau rencana yang menjadi langkah-langkah pada suatu
aktifitas dengan komponen-komponen yang merupakan bagian penting atas
terjadinya hubungan antar organisasi ataupun juga manusia.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Terdapat tiga pola komunikasi didalam hubungan orang tua dengan anak
yaitu (Yusuf, 2001:52).
a. Authotarian (Cenderung bersikap bermusushan)
Dalam pola hubungan ini sikap acceptance orang tua rendah, namun
kontrolnya tinggi, suka menghukum secara fisik, bersikap mengkomando
(mengharuskan / memerintah anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi),
bersikap kaku (keras), cenderung emosional dan bersikap menolak.
Sedang di pihak anak muda tersinggung, penakut, pemurung dan merasa
tidak bahagia, mudah terpengaruh, stres, tidak mempunyai arah masa depan
yang jelas tidak bersahabat.
b. Permissive (Cenderung berperilaku bebas)
Dalam hal ini sikap acceptance orang tua tinggi, namun kontrolnya rendah,
memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau
keinginanya. Sedang anak bersikap implusif serta agresif, kurang memiliki
rasa percaya diri, suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya dan prestasinya
rendah.
c. Authoritative (Cenderung terhindar dari kegelisahan dan kekacauan)
Dalam hal ini sikap acceptance orang tua dan kontrolnya tinggi, bersikap
responsif terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk menyatakan
pendapat atau pertanyaan, memberi penjelasan tentang dampak perbuatan yang
baik dan yang buruk. Sedang anak bersikap bersahabat, memiliki rasa percaya
diri, mampu mengendalikan diri (self control) bersikap sopan, mau bekerja

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

sama, memiliki rasa ingin tahunya yang tinggi, mempunyai tujuan / arah hidup
yang jelas dan berorintasi pada prestasi.
Sutu proses komunikasi dapat berjalan dengan baik jika antara komunikator
dan komunikan ada rasa percaya, terbuka dan sportif untuk saling menerima
satu sama lain (Rakhmat, 2002:129). Adapun sikap yang dapat mendukung
kelancaran komunikasi dengan anak-anak adalah:
a. Mau mendengarkan sehingga anak-anak lebih berani membagi perasaan
sering mungkin sampai pada perasaan dan permasalahan yang mendalam
dan mendasar.
b. Menggunkan empati untuk pandangan-pandangan yang berbeda dengan
menunjukkan perhatian melalui isyarat-isyarat verbal dan non verbal saat
komunikasi berlangsung.
c. Memberikan kebebasan dan dorongan sepenuhnya pada anak untuk
mengutarakan pikiran atau perasaannya dan kebebasan untuk menunjukkan
reaksi atau tingkah laku tertentu sehingga anak dapat menanggapi dengan
positif tanpa adanya unsur keterpaksaan.
2.1.4. Penger tian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat
tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertauatan batin
sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling
menyerahkan diri yang dijalin oleh kasuih sayang (Djamarah, 2004:16)
Keluarga merupakan suatu unit terkecil yang bersifat universal, artinya
terdapat pada setiap masyarakat di dunia atau suatu sistem sosial yang terbentuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

dalam sistem sosial yang lebih besar. Ada dua macam keluarga, yaitu keluarga inti
(nuclear family) dan keluarga besar (extended family). Keluarga ini adalah suatu
keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum dewasa atau belum
kawin, sedangkan keluarga besar adalah suatu satuan keluarga yang meliputi lebih
dari satu generasi dan lingkungan kaum keluarga yang lebih luas daripada
ayah,ibu dan anak-anak (Yusuuf,2007:36).
2.1.4.1. Komunikasi Keluarga
Komunikasi keluarga adalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam
kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari
kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran akan hilang. Akibatnya
kerawanan hubungan antar anggota keluarga sukar dihindari, oleh karena itu
komunikasi antar orang tua dan anak, komunikasi antar suami istri perlu
dibangun secara harmonis dalam rangka membangun hubungan yang baik
dalam keluarga (Djamarah,2004:38).
Komunikasi keluarga adalah pembentukan pola kehidupan keluarga
dimana didalamnya terdapat unsur pendidikan, pembentukan sikap dan
perilaku anak yang berpengaruh terhadap perkembangan anak (Hurlock,
1997:198).
Dalam dunia modern ini menyebabkan perubahan dalam berbagai
aspek kehidupan keluarga, akibatnya pola keluarga telah berubah secara radikal
(drastis). Dari sekian banyak perubahan yang terjadi pada keluarga tersebut
dampaknya dapat terjadi pada seluruh komponen keluarga yang ada yaitu pihak
ayah, ibu, anak maupun keluarga yang ikut didalamnya seperti nenek atau

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

anggota lainnya. Dilihat pada uraian di atas, maka anakpun memikul dampak
dari perubahan yang terjadi pada keluarga.
Ikatan dengan keluarga yang renggang dan kontak keluarga yang
berkurang, berkurangnya pekerjaan yang dilakukan dirumah, anak lebih
banyak menghabiskan waktunya di luar rumah dari pada didalam rumah,
perceraian atau pernikahan kedua atau ketiga semakin meningkat, orang tua
mempunyai ambisi lebih besar bagi anak dan bersedia mengorbankan
kepentingan pribadi mereka demi pendidikan anak dalam mempersiapkan
mereka dimasa depan dan adakalanya lebih banyak interaksi dengan orang luar
dari pada anggota keluarga (Hurlock, 1997:200).
Selanjutnya Hurlock (1997:200) menyatakan bahwa hubungan dengan
anggota keluarga, menjadi landasan sikap terhadap orang dan kehidupan secara
umum. Dengan demikian maka seseorang akan belajar menyesuaikan diri pada
kehidupan atas dasar peraturan didalam keluarga.
Peranan keadaan keluarga sangat penting terhadap perkembangan
sosial anak tidak hanya terbatas pada situasi sosial ekonominya atau keutuhan
struktur dan interaksinya saja. Hal ini mudah diterima apabila kelompok sosial
dengan

tujuan-tujuan,

norma-norama,

dinamika

kelompok

termasuk

kepemimpinannya yang sangat mempengaruhi kehidupan individu yang
menjadi kelompok tersebut diantara anak.
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya
mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang
dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

budaya yang diberikan merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan
anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat (Yusuf,2001:37).
Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
menanamkan nilai-nilai. Bila hubungan yang dikembangkan oleh orangtua
tidak harmonis misalnya ketidak tepatan orang tua dalam memilih pola
komunikasi yang tidak dialogis dan adanya permusuhan serta pertentangan
dalam keluarga maka akan adanya hubungan yang tegang. Komunikasi dalam
keluarga terbentuk bila hubungan timbal balik selalu terjalin antara ibu dan
anak (Gunarsa.2002:205).
Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif, karena
komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh
pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. Demikian juga dapat
lingkungan keluarga diharapkan terbina komunikasi yang efektif antara orang
tua dan anak remaja, sehingga akan terjadi hubungan yang penuh kasih sayang
dan dengan adanya hubungan harmonis antara orang tua dan anak remaja,
diharapkan adanya keterbukaan antara orang tua dan anak remaja dalam
membicarakan masalah dan kesulitan yang dialami oleh remaj (Mulandar,
2003:23). Disinilah diperlukan komunikasi dalam keluarga yang sering disebut
komunikasi keluarga.
Dengan adanya kesamaan pandangan akan timbul pemahaman antar
orang tua dan anak remaja, sehingga antar orang tua dan remaja akan saling
terbuka dan berterus terang dalam membicarakan masalahyang sedang
dihadapi oleh remaja. Keterbukaan komunikasi antar orang tua dan remaja

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

sangat

diperlukan

dalam

proses

sosialisasi

dan

bermanfaat

dalam

menghindarkan konflik yang akan terjadi pada remaja maupun pada hubungan
orang tua dan remaja. Sehingga dengan adanya komunikasi antar orang tua dan
remaja dapat membantu memecahkan masalah remaja (Gunarsa, 2002:206).
Kegiatan komunikasi dalam keluarga biasanya berlangsung secara
tatap muka dan memungkinkan adanya dialog antar anggota-anggota dalam
keluarga pada umumnya bersikap akrab dan terbuka. Namun untuk
mengadakan komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak usia remaja
tidak mudah karena ada faktor-faktor yang menjadi penghambat, yaitu :
1. Orang tua biasanya merasa kedudukannya lebih tinggi dari pada
kedudukan anaknya yang menginjak usia remaja.
2. Orang tua dan remaja tidak mempergunakan bahasa yang sama sehingga
meninggalkan salah tafsir atau salah paham.
3. Orang tua hanya memberikan informasi, akan tetapi tidak ikut serta
memecahkan masalah yang dihadapi remaja.
4. Hubungan antara orang tua dan remaja hanya terjadi secara singkat dan
formal, karena selalu sibuknya orang tua.
5. Remaja tidak diberi kesempatan mengembangkan kreativitasnya serta
memberikan pandangan-pandangannya secara bebas (Soekanto, 2003:5).
2.1.5

Kualitas Komunikasi Inter per sonal Dalam Keluar ga
Komunikasi interpersonal dalam keluarga harus berlangsung secara timbal

balik dan silih berganti, bisa dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua.
Awal terjadinya komunikasi kareana adanya sesuatu pesan yang ingin

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

d

Dokumen yang terkait

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TUNGGAL DAN ANAK REMAJA DALAM MENCIPTAKAN HUBUNGAN YANG HARMONIS (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Tunggal dan Anak Remaja dalam Menciptakan Hubungan yang Harmonis di Surabaya).

4 9 112

POLA KOMUNIKASI IBU TUNGGAL DENGAN ANAK REMAJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Ibu Tunggal Dengan Anak Remaja di Surabaya).

0 1 86

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA DALAM BERINTERNET SEHAT DI SURABAYA ( Studi Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Remaja dalam Berinternet Sehat di Surabaya ).

8 16 112

POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid Dengan Preman di daerah Kandangan Surabaya).

6 15 121

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK INDIGO (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Ibu dengan Anak Indigo ).

16 62 99

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (STUDY DESKRIPTIF KUALITATIF POLA KOMUNIKASI ORANG TUA YANG BERPROFESI SEBAGAI POLITISI DENGAN ANAK USIA REMAJA).

0 1 84

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (STUDY DESKRIPTIF KUALITATIF POLA KOMUNIKASI ORANG TUA YANG BERPROFESI SEBAGAI POLITISI DENGAN ANAK USIA REMAJA)

0 0 21

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TUNGGAL DAN ANAK REMAJA DALAM MENCIPTAKAN HUBUNGAN YANG HARMONIS (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Tunggal dan Anak Remaja dalam Menciptakan Hubungan yang Harmonis di Surabaya)

0 0 24

POLA KOMUNIKASI IBU TUNGGAL DENGAN ANAK REMAJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Ibu Tunggal Dengan Anak Remaja di Surabaya)

0 0 22

POLA KOMUNIKASI IBU TUNGGAL DENGAN ANAK REMAJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola KomunikasiIbu Tunggal Dengan Anak Remaja di Surabaya)

0 0 22