POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK
(Studi Deskr iptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis)

SKRIPSI

Oleh :

KARINA BALGIS PRASTIKA

0843010071

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK
(Studi Deskr iptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis)

Disusun Oleh :
Kar ina Balgis Pr astika
0843010071

Telah disetujui untuk mengikuti ujian skr ipsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama

J uwito, S.Sos, M.Si
NPT. 367049500361

Mengetahui,
DEKAN


Dr a. Ec. Hj. Supar wati, M.Si
NIP. 195507181983022001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK
(Studi Deskr iptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis)

Disusun Oleh :
Kar ina Balgis Pr astika
0843010071

Telah diper tahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi J ur usan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univer sitas Pembangunan Nasional
“Veteran” J awa Timur
Pada tanggal 13 J uni 2012
Pembimbing Utama


Tim Penguji :
Ketua

J uwito, S.Sos, M.Si
NPT. 367049500361

J uwito, S.Sos, M.Si
NPT.367049500361
Seker tar is

Dr s. Saifuddin Zuhr i, M.Si
NPT. 370069400351
Anggota

Dr .Catur Suratnoaji, M.Si
NPT.368049400281

Mengetahui,
DEKAN


Dr a. Ec. Hj. Suparwati, M.Si
NIP. 195507181983022001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKS
KARINA BALGIS PRASTIKA, POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN
ANAK (Studi Deskr iptif Kualitatif Pola Komunikasi Or ang Tua dengan Anak yang
Pengemis)
Penelitian ini berdasarkan pada banyaknya fenomena-fenomena yang sering
terjadi di tengah-tengah masyarakat Kota Surabaya, salah satunya adalah anak yang
mengemis di jalan-jalan tetapi orang tua mereka tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh
anaknya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola
komunikasi yang terjadi antara orang tua dengan anaknya yang mempunyai profesi
sebagai pengemis atau peminta-minta.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan

menggunakan cara wawancara secara mendalam (Depth Interview) dan observasi dengan
para informan untuk mendapatkan hasil yang peneliti inginkan. Sedangkan teori yang
digunakan adalah teori tentang pola komunikasi orang tua dengan anak yang terdiri dari
tiga bagian diantaranya : Authoritarian, permissive, dan Authoritative dengan teori ini
peneliti bisa mendapatkan hasil dari para informan, bahwa pola komunikasi yang manakah
yang dipakai oleh para informan yang peneliti temui.
Dalam hal ini peneliti mengambil 6 infroman yang terdiri dari 3 orang tua
yang tidak mengetahui yang anak meminta-minta dan 3 orang anak yang meminta-minta.
Berdasarkan hasil analisis bahwa informan 1 menggunakan pola komunikasi Authoritative
(Cenderung dari Kegelisahan dan kekacauan) dan informan 2 dan 3 menggunakan pola
komunikasi Authoritarian (cenderung bermusuhan).
Kata Kunci : Pola komunikasi, Orang Tua dan Anak yang pengemis

ABSTRACT
KARINA BALGIS PRASTIKA, PATTERNS OF COMMUNICATION WITH
PARENTS (Qualitative Descr iptive Study of Communication Patter ns with Beggars
Par ent Child)
This study is based on the number of phenomena that often occur in the middle of the
Surabaya CITY, one of which is children begging on the streets but their parents do not
know what was done by his son. The purpose of this study was to determine how patterns

of communication that occurs between parents and children who have a profession as a
beggar or beggars.
The method used in this study is a qualitative method by using in-depth interviews
(Depth Interview) and observation by the informant to get the results that the researchers
want. While the theory used is the theory about the communication patterns of parents
with children consisting of three parts are: Authoritarian, permissive, and authoritative
with this theory researchers can get the results of the informants, that the communication
patterns which are used by the informants that researchers encounter.
In this case the researchers took 6 infroman consisting of three parents who do not
know which children to beg and 3 children who beg. Based on the results of an analysis
that informants use communications patterns Authoritative (Tends from anxiety and
chaos) and informants 2 and 3 using Authoritarian communication patterns (likely hostile).
Keywords:
Patterns of communication, the Parent and Child beggars
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “POLA
KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskr iptif Kualitatif Pola
Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis)”. Dapat Terselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku
dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,
nasehat, serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual mauapun materil.

Untuk itu penulis juga menyampaikan banyak terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini,
diantaranya :

1. Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesabaran serta keikhlasan dalam
segala situasi.
2. Prof. Dr.Ir. H.Teguh Suedarto, Mp Selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dra.Ec.Hj.Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “ Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Juwito S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “ Veteran” Jawa Timur dan pembimbing saya.
5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu
yang bermanfaat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Kedua orang tua saya yang tercinta dengan penuh kesabaran membimbing,
memotivasi, serta mendoakan saya agar cepat menyelesaikan kuliah.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7. Teman-teman seperjuangan (Ella, Ayin, dan Rea), terima kasih untuk
kebersamaannya, dan memberikan semangat kepada penulis serta teman-teman
seangkatan.
8. Seseorang yang sudah menemani saya selama beberapa tahun ini, yang selalu
memberikan dukungan, motivasi, support, semangat dan doanya bagi penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan lancar.
9. Terima kasih teman-teman KKN yang selama ini support penulis, terutama Ayu
dan Eny yang memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan tugas
akhir ini.
Penulis menyadari bahwa didalam skripsi ini akan ditemukan banyak

kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan
demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, 27 Maret 2012

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJ UAN......................................................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................

iii


KATA PENGANTAR…………………………………………………………………

iv

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… vi
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................... ix
ABSTRAKS...................................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………

1

1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………………... 1
1.2 Perumusan Masalah.........………………………………………..................... 10
1.3 Tujuan Penelitian……………………….................……………………......... 11
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………...........................

11


1.4.1 Manfaat Teoritis................................................................................

11

1.4.2 Manfaat Praktis.................................................................................

11

BAB II KAJ IAN PUSTAKA…………………………………………………………… 12
2.1 Landasan teori...................................………………………………..........….. 12
2.1.1 Pengertian Komunikasi………………......………………….........… 12
2.1.2 Fungsi Komunikasi…………………………………………………. 14
2.1.3 Pengertian Komunikasi Interpersonal………………………………. 16
2.1.3.1 Tujuan Komunikasi Interpersonal…………………....…… 19
2.1.4 Pengertian Keluarga……………………………………………….... 21
2.1.4.1 Pengertian Orang Tua.......................................……........... 22
2.1.4.2 Pengertian Anak................................................................... 23
2.1.5 Fungsi Keluarga...........………………………………………............ 26
2.1.6 Komunikasi Keluarga………………………………………………... 28
2.1.6.1 Kualitas Komunikasi Interpersonal Dalam Keluarga.……... 30
2.1.6.2 Aspek Kualitas Komunikasi Interpersonal Dalam Keluarga....
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

31

2.1.7 Pengertian Pola Komunikasi................................……………............ 35

2.1.8 Pengertian Meminta-Minta (Pengemis)............................................... 38
2.1.8.1 Jenis Meminta-Minta (Pengemis).......................................... 39
2.1.9 Pengertian Eksploitasi.......................................................................... 41
2.1.9.1 Jenis Eksploitasi..................................................................... 42
2.1.9.2 Dampak Eksploitasi Terahadap Anak.................................... 43
2.10 Kerangka Berpikir.................................................................................. 44

BAB III METODE PENELITIAN....................………………………………………… 46
3.1 Metode Penelitian...................…………………………………………………. 46
3.2 Subyek dan Objek Penelitian ………………………………………………….. 51
3.2.1 Informan Penelitian.............………………………………….. 51
3.3 Lokasi Penelitian….....................……………………………………………….53
3.4 Teknik Pengumpulan Data......………………………………………………….53
3.4.1 Data Sekunder…………………............................................... 53
3.4.2 Data Primer.......................................………………………… 53
3.4.3 Wawancara Mendalam……………….....…………………….54
3.5 Teknik Analisis Data.................………………………………………………...54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................56
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data ....................................56
4.1.1 Gambaran Umum Surabaya ..............................................................56
4.1.2 Gambaran Umum Meminta-Minta (Pengemis) ................................57
4.1.3

Identitas Informan............................................................................58

4.2 Analisis Data ......................................................................................................61

BAB V PENUTUPAN ......................................................................................................80
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................80
5.2 Saran ..................................................................................................................80

DAFTAR PUSTAKA

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak bayi manusia menjadi Homo Sociologius (makhluk hidup), atau
barang kali lebih sering didengar sebagai makhluk sosial, yaitu manusia
yang hidup bersama dengan orang lain di dalam masyarakat, dia telah
melakukan komunikasi dengan sesamanya untuk memenuhi kepntingankepentingan dirinya maupun bagi kepentingan orang lain. Makhluk muda
itu mulai mengerti siapa dirinya, siapa orang yang dihadapinya, apa saja
peran mereka, dan apa pula peran dirinya dalam berintaraksi dengan pihak
lain tersebut, setelah itu manusia muda akan semakin berkembang itu justru
tidak akan pernah dapat menghindari diri dari yang namanya komunikasi.
(Sutaryo, 2005 : 1).

Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia, sejak pertama manusia itu dilahirkan manusia sudah
melakukan kegiatan komunikasi. Manusia adalah makhluk sosial, artinya
manusia itu hidup dengan manusia lainnya yang satu dengan yang lain
saling membutuhkan, untuk tetap melangsungkan kehidupannya, manusia
perlu berhubungan dengan manusia lainnya. Hubungan antara manusia akan
tercipta melalui komunikasi, baik itu komunikasi verbal ataupun
komunikasi non verbal.

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal
dari kata latim Communication dan bersumber dari kata Communis yang
artinya sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna mengenai suatu
hal (Effendy,2002:3). Komunikasi mempunyai banyak makna namun dari
sekian banyak definisi yang diungkapkan oleh para ahli dapat disimpulkan
secara lengkap dengan makna hakiki yaitu komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu
atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara langsung
(lisan) ataupun secara tidak langsung (melalui media) (Effendy, 2005:5).

Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
menanam nilai-nilai. Komunikasi didalam keluarga antara orang tua dan
anak sangatlah penting untuk membentuk kepribadian anak, apabila terjadi
komunikasi yang baik maka anak akan memiliki sikap kemandirian.
Kemandirian adalah sifat seseorang tidak bergantung pada orang lain, anak
akan berusaha menggunakan segenap kemampaun inisiatif, daya kreasi,
kecerdasan, dengan baik. Dengan kemampuan ini justru merupakan
tantangan untuk membuktikan kreatifitasnya. Dengan hal ini akan
mendorong diri dapat mengaktualisasikan dirinya dengan sebaik-baiknya
(Dariyo, 2002:82).

Komunikasi juga merupakan salah satu aktivitas yang sangat
fundamental dalam kehidupan bagi umat manusia. Kebutuhan manusia
untuk berhubungan dengan sesamanya, diakui oleh hampir semua agama,
bahkan sejak adanya adam dan hawa.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

Komunikasi dalam keluarga perlu dibangun secara harmonis dalam rangka
membangun pendidikan yang baik.

Pola komunikasi yang dibangun akan mempengaruhi perkembangan
jiwa dan pola pikir anak, serta mempengaruhi kondisi kejiwaan anak, secara
langsung dan tidak langsung.

Sebuah kelurga akan berfungsi optimal apabila di dalamnya terdapat
pola komunikasi yang terbuka, ada sikap saling menerima, mendukung,
rasa aman dan nyaman serta memiliki kehidupan spiritual yang terjaga
(Kriswanto, 2005:9).

Pola komunikasi yang di bangun akan mempengaruhi pola asu orang
tua terhadap anak. Dengan pola komunikasi yang baik di harapakn akan
tercipta pola asuh yang baik. Pentingnya pola asu orang tua dalam keluarga
dalam upaya mendidik anak. Kegiatan pengasuhan anak akan berhasil
dengan baik jika pola komunikasi yang tercipta didasari dengan cinta dan
kasih sayang dengan memposisikan anak sebagai subjek yang harus dibina,
dibimbing dan dididik dan bukan sebagai objek semata. (Djamarah, 2004:2)

Dari pengertian di atas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk
atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman
dan penerimaan pesan yang mengaitkan dua komponen, yaitu gambaran
atau rencana yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas, dengan
komponen-komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya
hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok dan organisasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Terdapat tiga pola komunikasi hubungan orang tua dan anak , yaitu :
Authoritarian (cenderung bersikap bermusuhan), Permissive (cenderung
berperilaku bebas), Authoritative (cenderung terhindar dari kegelisahan dan
kekacauan) (Yusuf,2001:51).

Melalui komunikasi yang efektif baik secara verbal maupun non
verbal orang tua harus memberikan pendidikan berupa pengarahan dan
bimbingan serta pengarahan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan,
norma, agama, dan tata krama yang dapat menentukan perkembangan anak
(Gunarsa, 2002).

Suasana harmonis dalam keluarga bisa tercapai apabila setiap anggota
nya dari dan menjalankan tugas dan kewajiban masing-masing sambil
menikmati haknya sebagai anggota keluarga. (Gunarsa, 2002:207).

Berdasarka uraian yang telah dijelaskan di atas salah satu fenomena
yang terjadi adalah kekerasan pada anak dibawah umur yang menjadi
pengemis atau peminta-minta dijalanan. Sekitar 200 pengemis dan
gelandangan mulai dari orang dewasa hingga anak-anak berhasil diamankan
oleh Satpol PP Surabaya. Menurut kepala Satpol PP Surabaya Arief
Budiarto pengemis di Surabaya semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Sedangkan menurut ibu Ariani yang menangani masalah pengemis di Dinas
Sosial Surabaya saat diwawancarai terdapat 300 pengemis 200 orang yang
sedang dibina diliponsos keputih sedangkan yang 100 telah dipulangkan ke
asalanya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Sedangkan menurut badan yang dibentuk oleh Dinas Sosial yang
diberi nama TKSK (Tenaga Kesejaterahan Sosial Kecamatan) Sesurabaya
beberapa bulan terkakhir tahun 2011 ada 120 orang pengemis mulai dari
anak-anak sampai orang dewasa. Bahkan dari pengalaman pribadi peneliti
pengemis atau peminta-minta yang dilakukan oleh anak-anak berkedok
dengan menjual koran.

Dengan menjajakan koran yang mereka bawa mereka meminta-minta
kepada para pengunjung yang memarkirkan sepadanya di Plaza Surabaya
(Delta Plaza Surabaya) bagian belakang dekat WTC (Wolrd Trend Center)
mereka tidak akan pergi sebelum para pengunjung yang didatangi
memberikan uang kepada anak tersebut, bahkan terkadang mereka sampai
memaksa para pengunjung. Setelah mendapatkan uang dari pengunjung
yang didatanginya anak si peminta-minta tersebut langsung memberikan
koran yang mereka bawa kemudian anak peminta-minta tersebut langsung
pergi meninggalkan pengunjung yang menjadi sasaran mereka, tak
disangka-sangka koran yang diberikan anak pemint-minta tersebut adalah
koran bekas yang terkadang sudah usang.

Tak hanya itu saja terkadang banyak oknum-oknum nakal yang
memperdayakan anak-anak untuk bekerja meminta-minta demi kepentingan
pribadinya. Bahkan fenomena yang banyak terjadi akhir-akhir ini adalah
anak-anak kecil diperdaya oleh orang dewasa yang tidak bertanggung jawab
untuk bekerja mengais rejeki demi kepentingan dirinya sendiri. Bahkan
anak yang diperdaya tersebut terkadang masih memiliki orang tua yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

mampu membiayai mereka. Tak hanya itu saja karena lingkungan juga bisa
membuat anak-anak mengais rejeki dengan meminta-minta untuk
memenuhi kebutuhan mereka yang masih bisa ditangung oleh orang tua
mereka.

Tak seharusnya anak-anak mereka diperlakukan seperti itu. Dunia
anak adalah dunia yang khas, bukan miniatur dunia orang dewasa, maka
semangat berkomunikasi kepada anak adalah bukan memberitahukan
sesuatau yang dianggap baik dari sudut pandang orang dewasa, malainkan
duduk sejajar bersama anak, berempati dan menemani anak (Ekomadyo,
2005:6)

Meminta-minta juga tidak diperbolehkan oleh agama, lebih baik
tangan diatas dari pada tangan dibawa. Meminta-minta adalah meminta
bantuan atau meminta sumbangan kepada perorangan atau lembaga.
Meminta-minta itu identik dengan penampilan yang serba kusam, hal ini
yang dijadikan suatu alat untuk mengais rejeki dari orang lain.

Hal-hal yang mendorong seseorang untuk meminta-minta, dikarenakan
mudah dan cepatnya hasil yang didapatkannya, cukup dengan mengulurkan
tangan kepada orang yang di jumpainya.

Dalam islam tidak mensyari’atkan meminta-minta dengan berbohong
dan menipu. Alasannya bukan hanya karena melanggar dosa, tetapi juga
karena perbuatan tersebut dianggap mencemari perbuatan baik dan
merampas hak orang-orang miskin yang memang membutuhkan bantuan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Bahkan hal itu merusak citra baik orang-orang miskin yang tidak mau
minta-minta dan orang-orang yang mencintai kebajikan. Karena mereka
dimasukkan dalam golongan orang-orang yang meminta bantuan.
Sebenarnya mereka tidak berhak menerimanya, terlebih kalau sampai kedok
mereka terungkap. http://almanhaj.or.id/content/2981/slash/0
Banyak dalil yang menjelaskan haramnya meminta-minta dengan
menipu dan tanpa adanya kebutuhan yang mendesak. Diantara hadits-hadits
tersebut ialah sebagai berikut : Hadits Pertama, diriwayatkan dari Sahabat
‘Abdullah bin ‘Umaria, berkata: Rasulullah bersabda: Seseorang senantiasa
meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan datang pada hari Kiamat
dalam keadaan tidak ada sekerat dagingpun diwajahnya.
Hadis kedua, diriwayatkan dari Hubsyi bin Junaada, ia berkata :
Rasulullah bersabda: Barang siapa meminta-minta kepada orang lain tanpa
adanya kebutuhan, maka ia seolah-olah memakan bara api.

Tidak seharusnya orang tua mempekerjakan anak mereka seperti itu,
karena hal tersebut termasuk bentuk kekerasan pada anak atau biasa disebut
eksploitasi. Eksploitasi disini memiliki arti memperkerjakan seorang anak
dengan tujuan ingin meraih keuntungan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa eksploitasi anak adalah pemanfaatan untuk keuntungan sendiri
melalui anak dibawah umur. Dengan kata lain anak-anak digunakan sebagai
media untuk mencari uang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

Mengeksploitasi anak dengan alasan apapun, apalagi untuk alasan
ekonomi adalah tindakan kejahatan yang dapat di pidanakan. Menurut
undang-undang ketenagakerjaan No 13 tahun 2003 adalah pengusaha yang
mempekerjakan anak dibawah umur akan mendapat tindakan pidana.
www.Anneahira.com/ekploitasi-anak.htm.

Tidak hanya itu saja, melanggar hak-hak anak, dengan bekerja juga
membawa dampak yang buruk bagi anak-anak baik secara fisik maupun
secara psikis. Bahkan dampak yang lebih jauh lagi, dengan bekerja
dikhawatirkan

akan

mengganggu

massa

depan

anak-anak

untuk

mendapatkan kehidupan yang lebih baik, terlebih lagi anak-anak merupakan
generasi penerus bangsa (Usman dan Nachrowi, 2004).

Menurut

Suharto

(2005),

mengatakan

mengekploitasi

anak

menunjukkan pada sikap diskriminatif atau perlakuan yang sewenagwenang.

Dalam undang-undang RI No 23 tahun 2002 tentang perlindungan
anak, yakni pada pasal 13 ayat 1 yang berbunyi : setiap anak selama dalam
pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggung
jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan
diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi ataupun seksual, penelantaran,
kekerasan, kekejaman, ketidakadilan, dan perlakuan salah lainnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

Sedangkan pada ayat 2 disebutkan : dalam hal orang tua, wali, atau
pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat 1 diatas, maka mereka perlu dikenakan pemberatan
hukuman. http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=17485

Dengan hukuman yang telah diberlakukan, para orang tua ataupun
orang dewasa tidak memperdulikan semua itu. Bahkan ada yang
beranggapan “Undang-undang dibuat untuk dilanggar” atau sebagian ada

yang mengatakan eksploitasi ekonomi terhadap anak-anak adalah salah satu
cara “darurat” untuk mengatasi kesulitan hidupan. Kekerasan yang dialami
oleh anak dapat berakibat langsung pada diri sang anak. Apabila seorang
anak mengalami kekerasan secara fisik, dampak langsung yang akan
dialaminya diantaranya dapat mengakibatkan kematian, patah tulang/lukaluka dan pertumbuhan fisiknya pun akan berbeda dengan teman sebayanya.
Sedangkan dampak jangka panjang yang dapat dialami anak yang
mendapatkan

kekerasan

adalah

munculnya

perasaan

malu

atau

menyalahkan diri sendiri, cemas, depresi, kehilangan minat untuk
bersekolah, stres pasca trauma seperti terus-menerus memikirkan peristiwa
traumatis yang dialaminya dan dapat pula tumbuh sebagai anak yang
mengisolasi diri sendiri dari lingkungan disekitarnya.

Kehidupan meminta-minta tentunya akan mempunyai dampak
terhadap perkembangan kepribadian anak. Anak akan berperilaku sesuai
dengan apa yang dia lihat sehari-hari, apa yang menurut kelompoknya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

dianggap baik dan apa yang dapat digunakan untuk mempertahankan

10

kelangsungan hidupnya, sehingga tidak jarang sesuatu yang dianggap salah
dan terlarang dalam masyarakat menjadi hal yang biasa dalam
kehidupannya.

Orang tua

sebagai pimpinan adalah faktor

penentu

dalam

menciptakan keakraban hubungan dalam keluarga. Tipe kepemimpinan
yang diberlakukan dalam keluarga akan memberikan suasana tertentu
dengan segala dinamikanya. Oleh karena itu, tak terbantah, bahwa
karakteristik seorang pemimpin akan menentukan pola komunikasi yang
berlangsung dalam keluarga.

Orang tua mempunyai peran yang sangat besar bagi perkembangan
dan pembentukan moral sang anak. Komunikasi sangat penting bagi
manusia, manusia tidak bisa hidup tanpa komunikasi. Hal ini juga berlaku
bagi orang tua dengan anak, orang tua harus sering melakukan komunikasi
dengan anak agar dapat mengenal satu sama lain.

Dengan demikian orang tua seharusnya juga bisa melindungi,
menjaga, merawat, mendidik, serta memberikan kasih sayang kepada anakanaknya tanpa perlu melakukan kekerasan sedikitpun.

1.2 Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

Bagaimana pola komunikasi orang tua dengan anak yang memintaminta (pengemis).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengetahui

bagaimana

pola

komunikasi antara orang tua dengan anak yang meminta-minta (pengemis).

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teor itis
Untuk menambah kajian dalam bidang ilmu komunikasi terutama
yang menggunakan metode kualitatif pada khususnya, penelitian ini
diharapkan dapat memperoleh pengetahuan tentang pola komunikasi
antara orang tua dengan anak yang meminta-minta (pengemis).

1.4.2 Manfaat Praktis
a. Dapat menjadi bahan pembelajaran dan masukan kepada
para orang tua dalam melakukan komunikasi kepada
anaknya.

b. Dapat menjadi referensi bagi mahasiswa ilmu komunikasi
yang tertarik dengan penelitian pola komunikasi khususnya
yang menggunakan metode kualitatif.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori
2.1.1 Penger tian Komunikasi
Secara ontologis dapat dilihat, bahwa komunikasi itu adalah
perhubungan atau proses pemindahan, pengoperan arti, nilai, pesan melalui
media atau lambang-lambang, apakah itu dengan bahasa lisan, tulisan,
ataupun isyarat. Sedangkan secara aksiologis komunikasi diperlihatkan
sebagai suatu proses pemindahan pesan dari komunikator kepada
komunikan. Komunikator memberikan rangsangan (stimulus), sehingga
sikap, ide, atau pemahaman dapat dimengerti oleh komunikator ataupun
komunikan. Adapun secara epistomologis nampak bahwa komunikasi
bertujuan untuk merubah tingkah laku seseorang, merubah pola pikir atau
sikap orang lain (komunikan) untuk dapat membangun kebersamaan,
mencapai ide yang sama demi tujuan yang sama pula.
Komunikasi adalah suatu proses penerimaan pesan atau berita antara
dua orang atau lebih dengan cara yang tepat secara timbal balik sehingga
pesan yang dimaksud dapat dipahami oleh kedua belah pihak (Djamara,
2004:2).
Menurut (Widjaya, 1987:27) komunikasi pada umumnya diartikan
sebagai hubungan atau kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah
hubungan atau diartikan pula saling tukar-menukar pendapat. Komunikasi
dapat pula diartikan sebagai hubungan kontak antara manusia baik individu
atau kelompok.
12

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

Komunikasi adalah peristiwa sosial yaitu peristiwa yang terjadi ketika
manusia berinteraksi dengan manusia lainnya. Ilmu komunikasi apabila
dipublikasikan secara benar akan mampu mencegah dan menghilangnya
konflik antar pribadi, antar kelompok, antar suku, antar bangsa, dan juga
antar ras sehingga bisa membina kesatuan dan persatuan umat manusia
penghuni bumi. (Effendy, 2002:27)
Komunikasi terjadi antara satu orang dengan lainnya

yang

mempunyai tujuan untuk mengubah atau membentuk perilaku orang
menjadi sasaran komunikasi. Disamping itu komunikasi merupakan proses
yang penyampaiannya menggunakan simbol-simbol dalam kata-kata,
gambar-gambar, dan angka-angka.
Menurut Edward Depari (Onong, 2000:62) komunkisi adalah proses
penyampaian gagasan harapan dan pesan melalui lambang-lambang tertentu
yang mengandung arti dilakukan oleh penyampaian pesan ditujukan kepada
penerima

pesan.

Secara

terminologis

komunikasi

berarti

proses

penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.
Pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana
seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Dalam pengertian
paradigmatis, komunikasi mengadung tujuan tertentu, ada yang dilakukan
secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media. Pengertian lain
komunikasi adalah proses penyampain pesan oleh seseorang kepada orang
lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku,baik langsung secra lisan ataupun tidak langsung melalui media.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Dalam definisi tersebut tersimpulakn tujuan, yakni memberi tahu atau
mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku (behavior).
Komunikasi juga memiliki arti sebagai proses pertukaran pesan verbal
maupun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk
mengubah tingkah laku. Dalam hal perubahan tingkah laku yang mungkin
dapat mempengaruhi aspek kognitif, afektif, atau psikomotor.
Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph De
Vito, K. Sereno dan Erika Vora yang menilai faktor lingkungan merupakan
unsur yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses
komunikasi.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa komunikasi memiliki
pengertian yang luas dan beragam walaupun secara singkat komunikasi
merupakan suatu proses pembentukan, penyampain, penerimaan, dan
pengelolahan peasan yang terjadi dalam diri sendiri seseorang atau diantara
dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa komunikasilah yang berhubungan dengan manusia itu,
dimana tidak mungkin manusia hidup tanpa berkomunikasi.
2.1.2 Fungsi Komunikasi
Komunikasi merupakan hal yang terpenting bagi kehidupan manusia,
maka menurut Harold D. lasswell mengemukakan bahwa fungsi
komunikasi antara lain :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

1. Manusia dapat mengontrol lingkungannya.
2. Dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berada.
3. Dapat melakukan transfomasi warisan sosial kepada generasi
penerus.
Menurut Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar mengutip kerangka pikir William I Gorden mengenai fungsifungsi komunikasi yang dibagi menjadi empat bagian.
Fungsi-fungsi

suatu

peristiwa

komunikasi

(communication

event)

tampaknya tidak sama sekali independen, melainkan berkaitan dengan
fungsi-fungsi lainnya, meskipun terdapat suatu fungsi dominan diantarnya :
1. Fungsi Komunikasi sosial
Komunikasi
aktualisasidiri,

itu

penting

membangun

kelangsungan

hidup

konsep
untuk

diri

kita,

memperoleh

kebahagiaan, terhindar dari tekanan. Pembentukan konsep diri
adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan itu hanya bisa
kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada
kita. Pernyataan eksistensi diri orang berkomunikasi untuk
menunjukkan dirinya eksis, inilah yang disebuk aktualisasi diri
atau pernyataan eksistensi diri. Ketika berbicara, kita sebenarnya
menyatakan bahwa kita ada.
2. Fungsi Komunikasi Ekpresif
Komunikasi ekpresif dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut
menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

(emosi kita) melalui pesan non verbal.
3. Fungsi Komunikasi Ritual
Komunikasi ritual sering dilakukan secara kolektif. Suatau
komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang
tahun dalam acara tersebut orang mengucapkan kata-kata dan
menampilakan perilaku yang bersifat simbolik.
4. Fungsi Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum :
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan
kayakinan serta mengubah perilaku atau tindakan dan bertujuan
untuk membujuk (persuasif). Suatau peristiwa komunikasi
sesungguhnya sering kali mempunyai fungsi-fungsi tumpang
tindih meskipun salah satu fungsinya sangat menonjol dan
mendominasi.
2.1.3 Penger tian Koumunikasi Inter personal
Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara
seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua
orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Dengan bertambahnya
orang yang terlibat dalam komunikasi, menjadi bertambahlah persepsi
orang dalam kejadian komunikasi sehingga bertambah komplekslah
komunikasi tersebut.

Komunikasi interpersonal adalah membentuk

hubungan dengan orang lain. Hubungan itu dapat diklasifikasikan dalam
beberapa cara.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah
proses pengiriman dan penerimaan pesan antar dua orang atau diantar
sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan
balik seketika. Komunikasi interpersonal merupakn komunikasi di dalam
diri sendiri, didalam diri manusia yang terdapat komponen-komponen
komunikasi seperti sumber, pesan, saluran penerima dan balikan. Dalam
komunikasi interpersonal hanya seorang yang terlibat. Pesan mulai berakhir
dalam diri individu masing-masing. Komunikasi interpersonal dapat
mempengaruhi komunikasi dan hubungan dengan orang lain. Suatu pesan
yang dikomunikasikan itu bermula dari diri seseorang (Muhammad,
2005:158).
Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal
Communication Book” mendefinisikan komunikasi antar pribadi sebagai
berikut : “Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang
atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dari
beberapa umpan balik seketika”
Berdasarkan definisi di atas, komunikasi antar pribadi dapat
berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua-duaan atau
antara dua orang dalam suatu pertemuan. Pentingnya komunikasi antar
pribadi ialah karena prosesnya memungkinkan berlansung secara dialogis,
dimana selalu lebih baik dari pada secara monologis. Monolog
menunjukkan suatu bentuk komunikasi dimana seorang berbicara, yang lain
hanya mendengarkan, jadi tidak dapat berinteraksi.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Edna Rogers (2002:1) mengenukakan bahwa pendekatan hubungan
dalam menganalisis proses komunikasi antar pribadi mengasumsikan,
bahwa hubungan komunikasi antar pribadi dapat membentuk struktur sosial
yang diciptakan melalui proses komunikasi. Pembentukannya mencakup
konteks perkembangan proses komunikasi tersebut (Wiryanto, 2004:35).
Adapun

faktor-faktor

yang

dapat

menumbuhkan

hubungan

interpersonal dalam komunikasi interpersonal adalah :
a. Percaya (trust)
Percaya disini merupakan faktor yang paling penting sejauh mana
percaya kepada orang lain dipengaruhi oleh fator personal dan
situasional.

Dengan

adanya

percaya

dapat

meningkatkan

komunikasi interpersonal karena membuka hubungan komunikasi,
memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi.
b. Sikap Suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam
komunikasi, seseorang bersikap defensif apabila tidak menerima,
tida jujur, tidak empatis. Dengan sikap defensif komunikasi
interpersonal akan gagal.
c. Sikap terbuka (open mindedness)
Dengan sikap percaya, dan sikap tidak suportif, sikap terbuka
dapat mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai,
dan paling yaitu saling mengembangkan kualitas hubungan
interpersonal. (Rahmad, 1999:129).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

2.1.3.1 Tujuan Komunikasi Inter per sonal
Komunikasi interpersonal mempunyai beberapa tujuan.
Tujuan komunikasi ini tidak perlu disadari pada saat terjadinya
pertemuan dan juga tidak perlu dinyatakan. Tujuan itu boleh disadari
dan boleh tidak disadari dan disengaja atau tidak disengaja. Diantara
tujuan-tujuan itu adalah sebagai berikut :
a. Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan
personal atau pribadi. Komunikasi interpersonal memberikan
kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita
sukai atau mengenai diri kita. Melalui komunikasi kita juga
dapat belajar bagaimana kita menghadapi yang lain, apakah
kekuatan dan kelemahan kita dan siapakah yang menyukai dan
tidak menyukai kita dan mengapa.
b. Menemukan Dunia luar
Hanya

komunikasi interpersonal menjadikan kita

dapat

memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang
berkomunikasi dengan kita. Hal itu menjadikan kita memahami
lebih baik lagi dunia luar, dunia objek, kejadian-kejadian dan
orang lain.
c. Membentuk dan Menjaga Hubungan yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah
membentuk dan memelihara hubungan baik dengan orang lain.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Banyak waktu dari kita pergunakan dalam komunikasi.

20

interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga
hubungan sosial dengan orang lain.
d. Berubah Sikap dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita gunakan untuk mengubah sikap dan tingkah
laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Komunikasi
interpersonal menarik untuk mencatat bahwa studi mengenai
keefektifan

media

massa,

bertentangan

dengan

situasi

interpersonal dalam mengubah tingkah laku tertentu. Kita lebih
sering membujuk melalui komunikasi interpersonal dari pada
komunikasi media massa.
e. Untuk Bermain dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan
utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman
atau bercerita dengan teman, walaupun kegiatan tersebut tidak
sangat penting. Dengan melakukan komunikasi interpersonal
semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting
dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di
lingkungan kita.
f. Untuk Membantu
Ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan
komunikasi interpersonal dalam kegiatan professional mereka
untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi
membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehariHak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

hari. Memberikan bantuan bisa dikatakan apakah professional
dan tidak professional, keberhasilan memberikan bantuan
tergantung kepada pengetahuan dan keterampilan komunikasi
interpersonal.
Berdasarkan tujuan-tujuan komunikasi interpersonal dapat
memunkgkinkan kita untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tentang
diri, membentuk hubungan yang baik dengan orang lain dan
menembah pengetahuan dunia luar (Muhammad, 2005:165-168).
2.1.4 Penger tian Keluarga
Keluarga merupakan suatu unit terkecil yang bersifat universal,
artinya terdapat pada setiap masyarakat didunia atau suatu sistem sosial
yang terbentuk dalam sistem sosial yang lebih besar. Ada dua macam
keluarga, yaitu keluarga inti (muclear family) dan keluarga besar (extended
family).
Keluarga inti adalah suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak yang belum dewasa atau belum kawin, sedangkan keluarga besar
adalah suatu satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan
lingkungan kaum keluarga yang lebih luas dari pada ayah, ibu dan anakanak (Yusuf,2007:36).
Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat
tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan
batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, saling
menyerahakan diri yang dijalin oleh kasih sayang (Djamarah, 2004:16).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

Dalam sutau keluarga terdapat anggota keluarga yang menjalankan
fungsi-fungsi keteladanan. Adapun yang diucapkan harus selaras dengan
orang tua yang menjadi teladan bagi anak-anaknya. Suami juga menjdi
teladan bagi istrinya, begitu juga dengan istri yang menjadi teladan bagi
anak-anaknya kelak (AL-FALAH edisi 237). Dapat juga dikatakan orang
tua lengkap merupakan keutuhan suatu keluarga, adanya ayah dan ibu
(Gerungan, 2002:185). Orang tua menjadi teladan anak-anaknya, oleh
karena itu dari masing-masing sifat disajikan dalam satu ikatan pernikahan
yang bertujuan untuk mendapatkan suatu keturunan. Orang tua merupakan
bagian inti dari suatu keluarga, orang tua menjadi fasilitator buat anakanaknya di rumah sebab keluarga merupakan tempat peletakan dasar-dasar
kepribadian anak selanjutnya. Oleh karena itu orang tua terkadang tidak
mengetahui maksud dan keinginan anak sebenarnya, mereka (orang tua)
hanya ingin didengar, hanya ingin dituruti, dan di taati tetapi pada dasarnya
tugas utama orang tua dalam keluarga adalah menjadi fasilitator langsung
dan menjadi sahabat buat anak-anaknya. Orang tua menjadi fasilitator wajib
menciptakan iklim demokratis, pengertian dan kestabilan emosi (Murtiasih
dan Atmojo, 2001:86-88).
2.1.4.1 Pengertian Orang tua
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia orang tua ayah dan ibu
kandung. Sedangkan menurut Wright (1991:12), orang tua dibagi
menjadi tiga macam yaitu :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

a. Orang Tua Kandung
Orang tua kadung adalah ayah dan ibu yang mempunyai
hubungan dara secara biologis (yang melahirkan).
b. Orang Tua Angkat
Pria dan wanita yang bukan kandung tapi dianggap
sebagai orang tua sendiri berdasarkan ketentuan hukum
atau adat yang berlaku.
c. Orang Tua Asuh
Orang yang membiayai hidup seseorang yang bukan anak
kandung atas dasar kemanusiaan.
Dasar dari pengertian di atas maka orang tua adalah pria dan
wanita yang mempunyai hubungan ikatan baik itu secara biologis
maupun sosial dan mampu mendidik, merawat, membiayai serta
membimbing hidup orang lain yang dianggap anak secara
kesinambungan.
2.1.4.2 Pengertian Anak
Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa.
Menurut John Locke (dalam Gunarsa,1986), anak adalah pribadi yang
masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal
dari lingkungan.
Sedangkan menurut Department of Child and Adolescent
Health and Development, mendefinisikan anak-anak sebagai orang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

yang berusia di bawah 20 tahun. Sedangkan The Convention on the

24

Rights of the Child mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang
berusia di bawah 18 tahun. WHO (2003), mendefinisikan anak-anak
antara usia 0–14 tahun karena di usia inilah risiko cenderung menjadi
besar. ht tp:/ / reposit ory.usu.ac.id/ bit stream/ 123456789/ 20820/ 4/ Chapt er
%20II.pdf

Anak adalah fase tumbuh kembang secara fisik maupun
emosi setiap manusia, Menurut Hurlock (dalam yusuf, 2001:21)
bahwa usia yang dapat disebut sebagai anak yaitu diantara usia 11
sampai 24 tahun. Periode anak ini dipandang sebagai masa “storm
and stress”, frustasi, konflik dan penyesuaian diri, mimpi dan
melamunkan cinta, dan perasaan terisolasi atau tersisishkan dari
kehidupan sosial budaya kerap muncul pada diri seorang anak.
Sedangkan

dalam

kamus

besar

Bahasa

Indonesia

menyatakan bahwa pengertian anak dibagi menjadi empat macam
yaitu :
1. Anak Kandung
Anak kandung adalah pria atau wanita yang mempunyai
hubungan darah secara biologis (lahir) dalam sebuah
keluarga.
2. Anak Angkat
Pria dan wanita yang bukan kandung tetapi dianggap
sebagai anak sendiri yang berdasarkan ketentuan hukum
atau adat yang berlaku.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25
3. Anak Asuh
Anak yang mencari biaya hidup dengan meminta bantuan
pada orang tua yang bukan orang tua kandungnya atas
dasar kemanusiaan.
4. Anak Tiri
Anak dari hasil hubungan dari istri suami yang telah
bercerai namun dianggap sebagi anak sendiri oleh
keluarga istri mupun keluarga suami yang telah menikah
lagi.
Anak merupakan mahkluk sosial, yang membutuhkan
pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya, anak
juga mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri yang
kesemuanya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur
yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangan pada masa kanakkanak (anak). Perkembangan pada suatu fase merupakan dasar bagi
fase selanjutnya.

http://www.duniapsikologi.com/pengertian-anak-

sebagai-makhluk-sosial/
Seseorang yang dianggap sebagai anak bilamana memenuhi
persyaratan sebagaiman yang dilandaskan oleh hukum, dalam hal
kepentingan perlindungan anak, maka berlaku Undang-undang No 4
tahun 1979, pasal 1 ayat 2 yaitu : anak adalah seseorang yang belum
mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin. Jadi dapat
disimpulkan bahwa anak adalah orang yang berusia 0-21 tahun.
http://www.pelangibiru.net/2011/02/anak-pengertian-anak.html.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

2.1.5 Fungsi Keluarga
Yusuf (2001:39) menyebutkan beberapa fungsi keluarga dari sudut
pandang sosiologis, fungsi keluarga dapat diklasifikasikan kedalam fungsifungsi berikut :
1. Fungsi Biologis
Keluarga dipandang sebagai pranata sosial yang memebrikan
legalita, kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya untuk
memenuhi; (a) pangan, sandang, papan, (b) hubungan sexual
suami istri dan (c) reproduksi atau pengembangan keturunan.
2. Fungsi Ekonomi
Keluarga merupakan unit ekonomi dalam sebagian besar
masyarakat primitif. Para a

Dokumen yang terkait

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Skinhead (studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Orang TUa Dengan Anak Sebagai Komunitas Skinhead Dalam Berinteraksi Di Kota Bandung)

0 33 98

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK HIPERAKTIF (Studi DeskriptifKualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Hiperaktif di Surabaya).

0 0 95

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 2 95

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya ).

0 1 76

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEROKOK AKTIF DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Perokok Aktif di Surabaya).

13 35 84

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK INDIGO (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Ibu dengan Anak Indigo ).

16 62 99

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (STUDY DESKRIPTIF KUALITATIF POLA KOMUNIKASI ORANG TUA YANG BERPROFESI SEBAGAI POLITISI DENGAN ANAK USIA REMAJA).

0 1 84

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEROKOK AKTIF DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Perokok Aktif di Surabaya)

0 0 21

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (STUDY DESKRIPTIF KUALITATIF POLA KOMUNIKASI ORANG TUA YANG BERPROFESI SEBAGAI POLITISI DENGAN ANAK USIA REMAJA)

0 0 21

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya )

0 0 15