POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA DALAM BERINTERNET SEHAT DI SURABAYA ( Studi Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Remaja dalam Berinternet Sehat di Surabaya ).

(1)

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA DALAM BERINTERNET SEHAT DI SURABAYA

( Studi Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Remaja dalam Berinternet Sehat di Surabaya )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : “ Veteran ” Jawa Timur

Oleh :

MILA FAJARWATI NPM. 0543010090

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “ JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2011


(2)

iii

Disusun Oleh : MILA FAJARWATI

NPM. 0543010090

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN ” Jawa Timur pada tanggal 14 Juni 2011

PEMBIMBING TIM PENGUJI

1. Ketua

Juwito, S.sos, M.Si Juwito, S.sos, M.Si NPT 3 6704 95 036 1 NPT 3 6704 95 036 1

2. Sekretaris

Dra.Sumardjjiati, M.Si NIP. 19620323 199309 2001

3. Anggota

Dra.Herlina Suksmawati,Msi NIP. 196412251993092001

Mengetahui, DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 195507181 98302 2001


(3)

ii

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA DALAM BERINTERNET SEHAT DI SURABAYA

( Studi Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Remaja dalam Berinternet Sehat di Surabaya )

Disusun Oleh : MILA FAJARWATI

NPM. 0543010090

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui, PEMBIMBING

Juwito, S.sos, M.Si NPT 3 6704 95 036 1

Mengetahui, DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 195507181 98302 2001


(4)

iv

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan Hidayah – Nya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan sripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan untuk melanjutkan skripsi dengan judul ” Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Remaja dalam Berinternet Sehat Di Surabaya ”.

Dalam menulis skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, bimbingan, saran serta dorongan moril baik langsung maupun tidak langsung sampai terselesainya penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Yth :

1. Buat kedua orang tua ibu dan ( alm ) ayah tercinta yang selalu menyemangati agar skripsi ini cepat selesai dan telah memberikan doa restu semangat moril maupun materiil serta telah mampu membimbing, mendidik dan membahagiakan saya sebagai peneliti, sembah bakti saya

2. Buat adik – adik saya ( Fahmi Yunus dan Novitania Rakhmawati ) terima kasih sudah mau, mendukung mendengarkan dan menemani selama skripsi membuat ini.


(5)

v

3. Ibu Dra. Hj. Suparwati, MSi, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN ”VETERAN” Jawa Timur.

4. Bpk. Juwito, S.Sos. MSi selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi UPN ”VETERAN” Jawa Timur dan selaku Dosen pembimbing laporan skripsi penulis.

5. Kepada seluruh dosen Ilmu Komunikasi UPN ”VETERAN” Jatim, terima kasih sebanyak – banyaknya atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis. 6. Buat sahabat saya Sari Puspita W. yang selalu sahabat selalu menemani

bimbingan, menemani penulis mencari buku untuk referensi skripsi ini, serta untuk support, memberi masukan dan mendengarkan keluh kesah penulis dalam mengerjakan laporan ini dan doanya.

7. Dan juga buat teman – teman baikku Jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2004 – 2006 serta semua pihak yang telah membantu yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya. 8. Terakhir untuk orang yang terkasih Alecxander C. A. yang telah memberikan

motivasi, terima kasih banyak atas waktu, doa, bantuan, dukungan, serta semangat yang telah diberikan.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan Berkah, Rahmat dan Hidayah – Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis.

Akhirnya penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Untuk itu penulis menghargai segala bentuk kritik dan saran yang bersifat


(6)

vi

Surabaya, 12 Juni 2011 Penulis


(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ….. ii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI …... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ………..….… xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 13

1.3. Tujuan Penelitian ... 14

1.4. Kegunaan Penelitian ... 14

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 14

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 16

2.1.1 Teori Self Disclosure ... 16

2.2. Internet ... 19

2.2.1 Dampak Positif ... 21

2.2.2 Dampak Negatif ...………..…... 23


(8)

viii

2.4.2. Pengertian Remaja ... 31

2.4.3 Hubungan Orang Tua dan Anak ... 33

2.4.4. Pola Komunikasi ………..….……… 36

2.4.5. Pola Komunikasi Dalam Keluarga ... 40

2.5. Kerangka Berfikir ... 44

BAB III METODOLOGI 3.1. Definisi Operasional Konsep ... 46

3.1.1. Pola Komunikasi Dalam Keluarga ... 46

3.1.2. Pola komunikasi keluarga dalam memberikan pengetahuan atau pendidikan dalam berinternet sehat pada anak ...47

3.2. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 48

3.3. Responden atau Informan ... 50

3.3.1. Orang Tua ... 50

3.3.2. Remaja ... 51

3.3.3 In depth interviev ….………...……… 52

3.4. Unit Analisis Penelitian ... 53

3.5. Subjek Informasi Penelitian ... 54

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 54


(9)

ix BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian dan Penyajian Data ... 58

4.1.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 58

4.1.2. Penyajian Data ... 62

4.1.3. Identitas responden atau informan …………... 63

4.2. Analis Data 4.2.1. Pola Komunikasi ... 64

A. Pola Komunikasi Permissive ( Membebaskan ) ... 64

B. Pola Komunikasi Authoritarian ( Otoriter ) ... 68

C. Pola Komunikasi Authoritative ( Demokratis ) ...68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 73

5.2. Saran... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78 LAMPIRAN


(10)

x

Lampiran 1 : Interview Guide ……… 80 Lampiran 2 : Wawanacara ... 82


(11)

xi ABSTRAKSI

Mila Fajarwati. POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA DALAM BERINTERNET SEHAT DI SURABAYA ( Studi Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Remaja Dalam Berinternet Sehat Di Surabaya ).

Komunikasi antara orangtua dengan anak harus dibangun secara harmonis untuk menanamkan pendidikan yang baik pada anak. Buruknya kualitas komunikasi orangtua dengan anak berdampak buruk bagi keutuhan dan keharmonisan keluarga. Seperti contoh, kurangnya pola komunikasi orang tua terhadap anak tentang berinternet sehat di Surabaya sehingga mengakibatkan menjadi penyalahgunaan internet oleh anak yang merupakan akibat dari buruknya komunikasi interpersonal yang terjalin dalam keluarga. Perkembangan emosi anak dipengaruhi oleh perubahan pola interaksi dan pola komunikasi dalam keluarga.

Adapun macam – macam pola komunikasi orangtua pada anak, yaitu: Membebaskan ( Permissive ) sikap pola komunikasi orangtua untuk menerima tinggi namun kontrolnya rendah, memberikan kebebasan pada anak untuk menyatakan keinginannya. Otoriter ( Authoritarian ) pola komunikasi ini sikap orangtua untuk menerima sangat rendah, namun kontrolnya sangat dominan sehingga sering terjadi hukuman secara fisik, cenderung emosional dan bersikap menolak.. Demokratis ( Authoritative ) sikap orangtua untuk menerima dan kontrolnya tinggi. orangtua memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk. Sedangkan anak bersikap bersahabat, memiliki rasa percaya diri, mampu mengendalikan diri ( self control ) bersikap sopan, memiliki tujuan atau arah hidup yang jelas dan berorientasi terhadap prestasi.

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan jenis data kualitatif, yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan – penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi ( pengukuran ). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang sistematis melukiskan fakta ataupun karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. Teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan sumber data utama adalah wawancara mendalam ( in – dept interview ) yang menghasilkan data berupa kata – kata dan tindakan. Berdasarkan analisa data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan bahwa terdapat 3 jenis pola komunikasi pada orangtua dengan anak, yaitu Authoritarian, Permissive, dan Authoritative. Namun secara garis besar hasil penelitian ini adalah menunjukkan bahwa tiga orangtua terhadap anaknya menganut pola komuniksi pemissive, sedangkan satu keluarga lainnya menganut pola komunikasi otoriter dan satu keluarga sisanya menganut pola komunikasi demokratis. Pola komunikasi yang harus digunakan orangtua pada anak remaja adalah pola komunikasi authoritative atau pola komunikasi demokratis. Sehingga komunikasi interpersonal antara orangtua dengan anak dapat terjalin dengan baik sebagai komunikator maupun sebagai komunikan. Orangtua harusnya mampu memelihara hubungan yang harmonis antar anggota keluarga. Hubungan yang harmonis penuh pengertian, dan kasih sayang akan membuahkan perkembangan perilaku anak yang baik.


(12)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Anak merupakan aset keluarga yang harus dijaga dengan baik, kelak anak – anak kita akan menjadi aset bangsa dan negara, yang akan menentukan masa depan bangsa dan negara tersebut, sehingga diperlukan bimbingan dan pengawasan yang baik serta ketat untuk menghasilkan penerus – penerus yang bermoral baik, berwawasan jauh serta paham akan fungsinya sebagai generasi penerus.

Sebelum anak – anak tiba ke tangan pendidik atau guru di sekolah, keluarga merupakan tempat pertama kali anak belajar. Peranan dan fungsi orangtua berpengaruh besar terhadap kepribadian dan perkembangan tabiat anak.

Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, dimana pada masa ini anak memiliki sikap tergantung ( dependence ) terhadap orangtua ke arah kemandirian ( independence ), minat – minat keingintahuan tehadap sesuatu yang sangat besar, perenungan diri dan perhatian terhadap nilai – nilai estetika dan isu – isu moral. Pada usia ini anak serba labil untuk kematangan berpikir serta mempertimbangkan sesuatu masih campur aduk antara emosi ( perasaan ) dan rasio ( logika ), sifatnya coba – coba atau eksperimen sering muncul dan remaja selalu ingin tahu terhadap hal – hal tanpa melihat apakah itu bersifat positif atau negatif.


(13)

2

Perubahan – perubahan yang serba cepat dari globalisasi, modernisasi, industrialisasi dan IPTEK telah mengakibatkan perubahan – perubahan nilai – nilai kehidupan sosial dan budaya. Perubahan yang terjadi antara lain pada nilai moral, etika, kaidah agama, pendidikan anak di rumah serta pergaulan dari dunia luar.

Kecanduan internet tampaknya menjadi gangguan umum. Secara konseptual, melibatkan online dan atau offline penggunaan komputer dan terdiri dari paling sedikit tiga subtipe : game berlebihan, keasyikan seksual, dan e – mail / text pesan. Semua empat komponen berikut yang mempengaruhi : 1) penggunaan yang berlebihan, sering dikaitkan dengan hilangnya rasa waktu atau pengabaian drive dasar, 2) penarikan, termasuk perasaan marah, ketegangan, dan atau atau depresi saat komputer tidak dapat diakses, 3) toleransi, termasuk kebutuhan untuk peralatan komputer yang lebih baik, software lain, atau jam lebih penggunaan, dan 4) dampak negatif, termasuk argumen, berbohong, prestasi buruk, isolasi sosial, dan kelelahan.

Beberapa penelitian yang paling menarik di kecanduan internet telah diumumkan di Korea Selatan. Setelah seri dari 10 kematian terkait di warung internet dan pembunuhan yang berhubungan dengan game, Korea Selatan menganggap kecanduan internet salah satu masalah yang paling serius yang kesehatan masyarakat. Dengan menggunakan data dari tahun 2006, perkiraan pemerintah Korea Selatan bahwa sekitar 210.000 anak – anak Korea Selatan ( 2,1%; umur 6 – 19 ) yang menderita dan memerlukan pengobatan. Sekitar 80% dari mereka yang membutuhkan pengobatan mungkin perlu obat


(14)

psikotropika ( suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku ), dan mungkin 20% sampai 24% memerlukan rawat inap.

Karena siswa sekolah rata – rata Selatan Korea tinggi menghabiskan sekitar 23 jam setiap game minggu, 1,2 juta lainnya diyakini berada pada risiko kecanduan dan membutuhkan konseling dasar. Secara khusus, terapis khawatir tentang meningkatnya jumlah individu putus dari sekolah atau bekerja untuk menghabiskan waktu pada komputer. Pada bulan Juni 2007, Korea Selatan telah melatih 1.043 konselor dalam pengobatan kecanduan internet dan terdaftar lebih dari 190 rumah sakit dan pusat – pusat perawatan. Langkah – langkah pencegahan sekarang sedang diperkenalkan ke sekolah – sekolah.

China juga sangat prihatin dengan gangguan tersebut. Pada sebuah konferensi baru – baru ini, Tao Ran, Ph.D., Direktur Ketergantungan Obat di Beijing Daerah Militer Rumah Sakit Pusat, melaporkan 13,7% dari pengguna Internet Cina remaja memenuhi kriteria kecanduan internet diagnostic – sekitar 10 juta remaja. Akibatnya, pada 2007 China mulai membatasi penggunaan permainan komputer; hukum saat ini sekarang mencegah lebih dari 3 jam penggunaan permainan sehari – hari.

Di Asia, di mana warung internet yang sering digunakan, dalam permainan Amerika Serikat dan seks virtual diakses dari rumah. Upaya untuk mengukur fenomena ini tertutup oleh rasa malu, penolakan, dan minimisasi.


(15)

4

Meskipun perbedaan budaya, deskripsi kasus Amerika Serikat adalah sangat mirip dengan rekan – rekan Asia, dan tampaknya berurusan dengan masalah yang sama. Sayangnya, kecanduan Internet tahan terhadap pengobatan, memerlukan risiko yang signifikan, dan memiliki tingkat kekambuhan tinggi. ( http://ajp.psychiatryonline.org/cgi/content/full/165/3/306 )

Internet berasal dari kata “ Interconnected Nedworking ” , yaitu sebuah jaringan yang menghubungkan antara satu computer dengan computer lainnya di seluruh dunia dengan menggunakan protocol standart TPC ( Transmission Control Protocol ) / IP ( Internet Protocol ).

Internet merupakan jaringan global komputer dunia, besar dan sangat luas sekali dimana setiap komputer saling terhubung satu sama lainnya dari negara ke negara lainnya di seluruh dunia dan berisi berbagai macam informasi, mulai dari text, gambar, audio, video, dan lainnya.

Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar yang mendunia, yaitu menghubungkan pemakai komputer dari suatu negara ke negara lain di seluruh dunia, dimana di dalamnya terdapat berbagai sumber daya informasi dari mulai yang statis hingga yang dinamis dan interaktif.

Bila digunakan dengan baik, teknologi internet tentu berdampak positif. Seseorang dapat dengan mudah mencari informasi yg ingin diketahuinya.

Namun, hal positif dari internet ternyata dapat berakibat buruk bila digunakan secara tidak bertanggung jawab. Banyak anak yang ketagihan atau kecanduan internet sehingga mereka betah berlama – lama di depan komputer sehingga lupa akan kewajiban mereka yang lebih penting untuk makan,


(16)

mandi, bahkanenggan untuk belajar. Salah satu penyebab seorang anak begitu menyukai internet karena mereka mendapatkan suatu pengalaman baru dan mereka bisa mendapatkan kenyamanan. Atau mereka mendapat sesuatu dari dunia maya ini yang tidak bisa didapatkan di dunia nyata.Di dunia maya dia bisa menjadi orang lain yang diinginkan. Misalnya, seorang anak yang pemalu dapat dengan mudah berkenalan melalui chatting atau email. Dalam game online, mereka dapat membuat karakter mereka menjadi karakter yang cantik, kaya, atau hal lain yang mungkin berbeda dengan kehidupan nyata mereka.

Internet sehat adalah program komunikasi / kampanye yang digagas, diinisiasi dan dijalankan oleh yang digagas, diinisiasi dan dijalankan oleh Center for ICT Studies Foundation ( ICT Watch ) sejak tahun 2002.

Internet sehat, sebagai sebuah gerakan akar rumput ( grassroot ), bertujuan untuk mengenalkan / mempromosikan / menggiatkan penggunaan Internet yang aman, nyaman, bermanfaat dan bertanggung – jawab kepada seluruh pemangku kepentingan ( stakeholder ) termasuk pemerintah, swasta, dan khususnya dari institusi dunia pendidikan K - 12 ( SD s/d SMA ) dan keluarga

Internet sehat adalah kebaikan bersama dan bagaimana pengguna secara bijaksana berperilaku di dunia maya seperti yang bisa dilakukan di dunia nyata dengan mematuhi norma – norma, nilai – nilai, dan adat yang berlaku.

Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku penyalahgunaan internet oleh remaja, yaitu faktor internal, antara lain : keadaan perasaan remaja yang bersangkutan ( senang, kecewa, frustasi dan lain – lain ) dan kurangnya


(17)

6

pengetahuan tentang masalah internet itu sendiri. Faktor yang kedua adalah faktor eksternal, antara lain : keluarga, pergaulan dan media. Dan biasanya perilaku penyalahgunaan internet oleh remaja cenderung dipengaruhi oleh faktor eksternal.

Bergabungnya remaja dengan teman sebayanya merupakan suatu aspek yang positif bagi perkembangan anak, karena dengan teman sebayanya sangat diperlukan untuk mempelajari pola interaksi sosial yang dibutuhkan pada masa dewasanya nanti. Sisi lain karena kelompok remaja tersebut memiliki aturan – aturan yang tidak jarang bertentangan dengan aturan yang berlaku di masyarakat, maka disinilah pengaruh negatif teman sebaya terhadap praremaja. Tidak sedikit remaja yang berperilaku menyimpang karena pengaruh teman sebayanya.

Umumnya faktor penyebab kenakalan remaja disebabkan tidak adanya perhatian dan curahan kasih sayang dari orangtua. Anak sering diberikan uang berlebihan sebagai ganti tanggung jawab dan perhatian orangtua ( Kuntaraf, 1999 : 209 ). Orangtua sering memberikan kelonggaran dan “ serba boleh ” ( Greater Perissivness ) kepada anak.

Orangtua cenderung menghindari tanggung jawab mereka untuk memberikan perhatian yang serius terhadap persoalan sehari – hari. Kelalaian dan kurang kontrol remaja dapat menjadi sebab utama terjadinya perilaku menyimpang pada remaja. Hal ini menyebabkan banyaknya remaja lebih banyak menghabiskan waktu di depan komputer untuk berinternet dan bergaul dengan teman yang dianggapnya mendukung atau memberikan dia perhatian,


(18)

seperti lebih sibuk berfacebook daripada berkumpul dengan keluarga atau orang lain.

Perilaku remaja yang sudah sering dibicarakan dan sudah melebihi batas adalah penyalahgunaan kepercayaan, yang akan membentuk perilaku remaja terhadap penyalahgunaan internet. Anak diharapkan menjauhi internet serta menghindarkan anak agar tidak menyalahgunakan internet, seperti mengunjungi situs – situs porno, perjudian ( game poker, dan sebagainya ), penipuan dan carding.

Agar tidak terjadi hal – hal tersebut, maka seharusnya disini komunikasi antara orangtua dan remaja ditekankan pada perhatian orangtua pada remaja dan waktu luang orangtua bagi anak remajanya. Berbagai masalah remaja yang muncul saat ini, baik yang berhubungan dengan perilaku penyalahgunaan sarana internet, disebabkan antara lain oleh kurangnya perhatian dan bekal yang diterima anak dari orangtuanya atau orang dewasa yang berada di sekitarnya. Semua berawal dari masalah kurangnya komunikasi antara orangtua dan anak.

Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan kita sehari – hari, komunikasi merupakan hal yang penting dalam berbagai pola tindakan manusia sebagai makhluk sosial, artinya manusia hidup saling berdampingan satu sama lain saling membutuhkan. Hubungan antar manusia akan tercipta melalui komunikasi, baik komunikasi verbal ( bahasa ) maupun komunikasi non verbal ( simbol, gambar atau media komunikasi lain – nya ).


(19)

8

Komunikasi di keluarga, peran orangtua menjadi sangat penting kualitas komunikasi anak sangat dipengaruhi oleh sejauh mana orangtua berkomunikasi kepadanya. Komunikasi akan sukses apabila orangtua memiliki kredibilitas di mata anaknya.

Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih berganti, bisa dari orangtua ke anak atau anak ke orangtua, atau anak ke anak. Dalam komunikasi keluarga tanggung jawab orangtua adalah mendidik anak, maka komunikasi yang terjadi dalam keluarga bernilai pendidikan. Ada sejumlah norma yang diwariskan orangtua kepada anak misalnya norma agama, norma akhlak, norma sosial, norma etika, dan juga norma moral ( Bahri, 2004 : 37 ).

Dalam lingkungan keluarga komunikasi suatu hal yang penting dimana komunikasi berfungsi sebagai media penjembatan dalam hubungan antar keluarga. Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan dalam interaksi keluarga, seorang anak akan memperoleh latihan dasar mengembangkan sikap sosial dengan baik dan kebisaan berprilaku. Manfaat yang dapat diambil dari seringnya bertatap muka dan berinteraksi yaitu disamping dapat mengakrabkan sesama anggota keluarga. Anak – anak juga terlatih untuk peka terhadap lingkungannya. Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif, karena komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap hubungan yang makin baik dari tindakan ( Effendy, 2002 : 8 ). Komunikasi yang efektif


(20)

dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh terhadap sikap, hubungan yang makin baik dari tindakan.

Pentingnya peran komunikasi dalam keluarga perlu dibangun dalam rangka pola pikir anak dan membangun jiwa anak agar sesuai dengan harapan orangtua. Dalam lingkungan keluarga orangtua berperan sebagai institusi pendidikan, artinya tidak cukup dengan komunikasi saja, tetapi didalamnya terjadi komunikasi dalam bidang keagamaan, sosial, dan perlindungan yang dilakukan orangtua terhadap anak – anaknya. Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dalam anggota masyarakat yang sehat.

Terdapat dua faktor yang dapat membentuk kepribadian anak, yaitu faktor internal yang berasal dari lingkungan keluarganya sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan luar rumah yaitu masyarakat. Koherensi diantara keduanya tidak dapat dipisahkan secara absolute karena sifat alami dimana tidak mungkin seorang anak dapat dipisahkan sama sekali dari lingkungan keluarganya dan terbebas sama sekali dari pengaruh – pengaruh dalam lingkungan sekitarnya.

Kedua faktor tersebut merupakan tugas orangtua untuk melakukan pembinaan dan menyikapi secara hati – hati masukan – masukan dari lingkungan masyarakat agar seorang anak yang masih memerlukan pembinaan dengan baik dari kedua orangtuanya tersebut secara signifikan bertingkah laku sesuai dengan garis – garis keluarga atau dengan kata lain faktor internal di


(21)

10

dalam keluarga harus lebih dominan daripada faktor eksternal yang berasal dari lingkungan masyarakat.

Keluarga yang fungsional ditandai adanya beberapa karakteristik yang bersikap terbuka dan jujur serta adanya komunikasi antar anggota keluarga yang berlangsung dengan baik, apabila dalam suatu keluarga tidak mampu menerapkan atau melaksanakan fungsi – fungsi sebagai keluarga maka keluarga tersebut mengalami stagnasi ( kemandekan ) atau disfusi yang pada gilirannya akan merusak kekokohan kosentrasi keluarga ( khususnya terhadap perkembangan kepribadian anak ).

Sebuah keluarga akan berfungsi dengan optimal apabila didalamnya terdapat pola komunikasi yang terbuka, ada sikap saling terbuka, ada sikap saling menerima, mendukung rasa aman dan nyaman serta memiliki kehidupan spiritual yang terjaga ( Kriswanto, 2005 : 9 )

Komunikasi merupakan faktor yang penting bagi perkembangan diri anak, karena ketika tidak ada komunikasi di dalam suatu keluarga akan berakibat fatal seperti timbulnya prilaku nakal pada anak. Berbagai permasalahan yang dihadapi anak, menyebabkan sebagian anak mengalami depresi, kegoncangan nilai dan perilaku nakal, termasuk kurang efektifnya komunikasi dalam keluarga dari kegagalan orangtua dalam menurunkan nilai rohani atau nilai moral kepada anaknya.

Pola diartikan sebagai bentuk atau struktur yang tetap. Sedangkan komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih dengan cara tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.


(22)

Dengan demikian yang dimaksud pola komunikasi adalah hubungan antara dua orang atau lebih dalam penerimaan dan pengiriman pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan dapat dipahami ( Bahri, 2004 : 1 ).

Menurut Yusuf ( 2001 : 51 ) pola komunikasi orangtua dapat diidentifikasikan menjadi 3, yaitu:

1. Pola komunikasi membebaskan ( Permissive )

Pola komunikasi permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak. Pola komunikasi permisif atau dikenal pula dengan Pola komunikasi serba membiarkan adalah orangtua yang bersikap mengalah, menuruti semua keinginan, melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan.

2. Pola komunikasi Otoriter

Pola komunikasi otoriter ditandai dengan orangtua yang melarang anaknya dengan mengorbankan otonomi anak. Pola komunikasi otoriter mempunyai aturan – aturan yang kaku dari orangtua. Dalam pola komunikasi ini sikap penerimaan rendah, namun kontrolnya tinggi, suka menghukum, bersikap mengkomando, mengharuskan anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi, bersikap kaku atau keran, cendenrung emosinal dan bersikap menolak.


(23)

12

Biasanya anak akan merasa mudah tersinggung, penakut, pemurung dan merasa tidak bahagia, mudah terpengaruh, stress, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas serta tidak bersahabat.

3. Pola komunikasi Demokratis

Pola komunikasi orangtua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orangtua dan anak. Mereka membuat semacam aturan – aturan yang disepakati bersama. Orangtua yang demokratis ini yaitu orangtua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung.

Begitu pentingnya faktor komunikasi dalam keluarga ini sehingga ( Wrigh, 1999 : 93 ), mengatakan bahwa salah satu cara terpenting untuk

membantu anak – anak menjadi orang dewasa yang berarti adalah dengan belajar berkomunikasi pada mereka secara positif. Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh urutan kelahiran dalam keluarga, struktur syaraf dan lain sebagainya, dan hubungan orangtua dan anggota keluarga menjadi peran penting pembentukan kepribadian dan tingkah laku anak.

Pendapat ini diperkuat oleh ( Arhnardi, 1999 : 248 ), mengatakan bahwa suasana rumah yang hangat dan adanya perhatian, pengukuhan, penghargaan, kasih sayang dan saling percaya akan melahirkan anak – anak yang kelak hidup dengan nilai – nilai positif pula.

Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak adalah pola interaksi dan pola komunikasi dalam keluarga. Pola komunikasi orangtua


(24)

terhadap anak sangat bervariasi. Ada yang pola komunikasinya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola komunikasi orangtua seperti itu dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi anak.

Orangtua harus berkomunikasi masalah penggunaan internet secara sehat dengan anak remajanya dan dapat memberikan penjelasan secara tepat sehingga anak dapat mengerti dan menerima informasi tentang internet dengan baik. Komunikasi yang baik dan efektif diharapkan dapat mengatasi perilaku yang salah pada anak salah satunya perilaku penyalahguanaan internet di kalangan remaja.

Dalam menyampaikan pendidikan tersebut dapat dilaksanakan secara fleksibel artinya pola komunikasi apa yang akan dipergunakan agar para remaja mengerti dan tidak salah presepsi tentang pengetahiuan berinternet sehat. Pengetahuan internet sehat yang diberikan secara transparan bertujuan sebagai pemenuhan kebutuhan untuk menjawab rasa keingintahuan anak terhadap seputar internet. Informasi yang diberikan harus bersih dari muatan – muatan pornografi, perjudian, penipuan, carding dan sebagainya yang dapat menyebabkan anak ingin mencoba dan mempraktekkannya.

Keluarga khususnya orangtua sebagai pendidik utama diharapkan dapat memberikan pendidikan mengenai internet secara tepat kepada anak – anaknya sejak dini, terutama terhadap anak yang beranjak remaja. Orangtua juga harus melengkapi diri dengan pengetahuan tentang internet sehat yang


(25)

14

bermutu dan ilmiah supaya dapat memberikan pengetahuan seputar internet yang sehat tidak canggung dan dapat dipertanggungjawabkan. Inilah permasalahan yang membuat peneliti tertarik untuk mengangkatnya dalam sebuah penelitian tentang pola komunikasi orangtua terhadap remaja tentang berinternet sehat di Surabaya.

Kota Surabaya adalah tempat bermuaranya segala nilai sosial dan budaya yang mengalir dari kota – kota metropolitas dan nilai barat, dimana warnet banyak didirikan berdekatan dengan institusi – institusi pendidikan. Kota Surabaya kini menjadi suatu kota untuk melakukan modernisasi kehidupan social sehingga mampu mengubah pola – pola kehidupan masyarakat dari yang semula tertutup dalam masyarakat tradisional menjadi perilaku yang terbuka ( masyarakat modern ) salah satu cirri dari masyarakat modern, keberanian untuk menghadapi

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah pola komunikasi orangtua dengan anak remaja dalam berinternet sehat di Surabaya ?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuai pola komunikasi orangtua dengan anak remaja dalam berinternet sehat di Surabaya.


(26)

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Teoritis

Dapat digunakan untuk menambah wacana komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi khususnya tentang pola komunikasi orangtua dengan anak remaja dalam berinternet sehat di Surabaya.

1.4.2 Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberi masukan pada orangtua tentang cara berkomunikasi dengan anak remaja mengenai cara berintenet sehat


(27)

16 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori

2.1.1 Teori Self Disclosure

Teori Self Disclosure sering disebut teori “ Johari Window ” atau Jendela Johari. Jendela Johari terdiri dari empat bingkai. Masing – masing bingkai berfungsi menjelaskan bagaimana tiap individu mengungkapkan dan memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan orang lain ( Lilliweri, 1997 : 49 ). Garis besar teoritis Jendela Johari dapat dilihat dalam gambar berikut ini :

Penulis tahu Penulis tidak tahu

Orang lain tahu 1. TERBUKA 2. BUTA

Orang lain tidak tahu 3. TERSEMBUNYI 4. TIDAK KENAL

Gambar 2.1

Jendela Johari Tentang Bidang Pengenalan Diri

Asumsi Johari bahwa kalau setiap individu bisa memahami diri sendiri maka dia bisa mengendalikan sikap dan tingkah lakunya saat berhubungan dengan orang lain.

Bingkai 1. Menunjukkan orang yang terbuka keterbukaan terhadap orang lain.

Keterbukaan itu disebabkan dua pihak ( penulis dan orang lain ) sama – sama mengetahui informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan, dan lain – lain. Johari menyebutkan “ bidang


(28)

terbuka ”adalah bidang yang paling ideal dalam hubungan dan komunikasi antar pribadi.

Bingkai 2. Adalah bidang buta.

“ Orang Buta ” adalah orang yang tidak mengetahui banyak hal tentang dirinya sendiri namun orang lain menngetahui banyak hal tentang dia.

Bingkai 3. Disebut “ Bidang Tersembunyi ” yang menunjukkan keadaan bahwa berbagai hal diketahui oleh diri sendiri namun orang lain tidak mengetahui tentang dirinya.

Bingkai 4. Disebut “ Bidang Tak Dikenal ” yang menunjukkan bahwa berbagai hal tidak diketahui oleh dirinya sendiri dan orang lain.

Model Jendela Johari dibangun berdasarkan delapan asumsi yang berhubungan dengan perilaku manusia. Asumsi – asumsi itu menjadi landasan berpikir para kaum humanistik ( Liliweri, 1997 : 50 ).

Asumsi pertama, pendekatan terhadap perilaku manusia harus dilakukan secara holistic. Artinya kalau kita hendak menganalisis perilaku manusia maka analisis itu harus menyeluruh sesuai konteks dan jangan terpenggal – penggal.

Asumsi kedua, apa yang dialami seseorang atau sekelompok orang hendaklah dipahami melalui presepsi dan perasaan tertentu, meskipun pandangan itu subjektip.


(29)

18

Asumsi ketika, perilaku manusia lebih sering emosional bukan rasional. Pendekatan humanistic terhadap perilaku sangat menekankan betapa pentingnya hubungan antar faktor emosi dengan perilaku.

Asumsi keempat, setiap individu atau kelompok orang sering tidak menyadari bahwa tindakan – tindakannya dapat menggambarkan perilaku individu atau kelompok itu. Oleh karena itu para pakar aliran humanistic sering mengemukakan pendapat mereka bahwa setiap individu atau kelompok perlu meningkatkan kesadaran sehingga mereka dapat mempengaruhi dan dipengaruhi orang lain.

Asumsi kelima, faktor – faktor yang bersifat kualitatif misalnya derajat penerimaan antarpribadi, konflik, kepercayaan antarpribadi merupakan faktor penting yang mempengaruhi perilaku manusia.

Asumsi keenam, aspek yang terpenting dari perilaku ditentukan oleh proses perubahan perilaku bukan oleh stuktur perilaku. Berdasarkan asumsi ini maka teori – teori yang dikembangkan oleh kaum humanistic selalu mengutamakan tema – tema perubahan dan pertumbuhan perilaku manusia.

Asumsi ketujuh, kita dapat memahami prinsip – primsip yang mengatur perilaku melalui pengujian terhadap pengalaman yang dialami individu. Cara ini relatif lebih baik daripada kita memahami perilaku melalui abstrasi secara deduktif. Asumsi ini mengingatkan kita bahwa orientasi fenomenalogis terhadap perilaku manusia melalui


(30)

pengamatan empiris dari berbagai pengalaman masih lebih kuat daripada suatu sekedar mengabtrasi perilaku manusia semata.

Asumsi kedelapan, perilaku manusia dapat dipahami dalam seluruh kompleksitasnya bukan dari sesuatu yang disederhanakan. Asumsi ini berkaitan erat dengan asumsi pertama yang menganjurkan suatu pendekatan yang holistic terhadap perilaku manusia.

2.2. Internet

Internet merupakan jaringan global komputer dunia, besar dan sangat luas sekali dimana setiap komputer saling terhubung satu sama lainnya dari negara ke negara lainnya di seluruh dunia dan berisi berbagai macam informasi, mulai dari text, gambar, audio, video, dan lainnya.

Internet itu sendiri berasal dari kata Interconnection Networking, yang berarti hubungan dari banyak jaringan komputer dengan berbagai tipe dan jenis, dengan menggunakan tipe komunikasi seperti telepon, salelit, dan lainnya.

Internet memberikan banyak sekali manfaat, ada yang bisa memberikan manfaat baik dan buruk. Baik bila digunakan untuk pembelajaran informasi dan buruk bila digunakan untuk hal yang berbau pornografi, informasi kekerasan, dan lain – lainnya yang negatif.

Internet ini memungkinkan pengguna komputer di seluruh dunia untuk saling berkomunikasi dan berbagi informasi dengan cara saling mengirimkan email, menghubungkan komputer satu ke ke komputer yang lain, mengirim


(31)

20

dan menerima file dalam bentuk text, audio, video, membahas topik tertentu pada newsgroup, website social networking dan lain – lain.

Bila digunakan dengan baik, teknologi Internet tentu berdampak positif. Seseorang dapat dengan mudah mencari informasi yang ingin diketahui. Dengan hanya mengetikkan kata pada mesin pencari ( search engine ), ada banyak situs web yang dirujuk tentang informasi tersebut. Adanya e-mail memungkinkan seseorang dapat mengirim sebuah surat untuk orang lain dengan cepat dan mudah. Ruang obrol ( chatting room ) memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi dengan banyak orang yang saling berjauhan sekaligus. Atau yang sedang marak, hadirnya situs web jejaring sosial seperti Facebook atau Friendster yang memungkinkan seseorang untuk menemukan teman lama yang sudah lama tidak dijumpai.

Namun, hal positif dari Internet ternyata dapat berakibat buruk bila digunakan secara tidak bertanggung jawab. Banyak anak yang ketagihan atau kecanduan Internet sehingga mereka betah berlama – lama di depan komputer sehingga lupa akan kewajiban mereka yang lebih penting untuk makan, mandi bahkan enggan untuk belajar. Salah satu penyebab seorang anak begitu menyukai Internet karena mereka mendapatkan suatu pengalaman baru dan mereka bisa mendapatkan kenyamanan. Atau mereka mendapat sesuatu dari dunia maya ini yang tidak bisa didapatkan di dunia nyata. Di dunia maya dia bisa menjadi orang lain yang diinginkan. Misalnya, seorang anak yang pemalu dapat dengan mudah berkenalan melalui chating atau e – mail. Dalam game


(32)

online, mereka dapat membuat karakter mereka menjadi karakter yang cantik, kaya, atau hal lain yang mungkin berbeda dengan kehidupan nyata mereka.

Internet bisa menjadi perpustakaan bebas dan internasional yang mampu memberi kemudahan bagi kita untuk mencari berbagai informasi dan pengetahuan. Internet juga dapat menjadi ladang bekerja bagi sebagian besar para Profesional.

Namun, bagi para remaja sebaiknya tidak terlalu mendewakan internet, karena tidak dapat dipungkiri lagi bahwa remaja yang menghabiskan waktunya untuk chatting dan bermain game online hampir bisa di pastikan akan lebih cepat terpengaruh dampak buruk dari ke canggihan dunia internet.

Dampak buruk dapat berimbas bagi masa depan sang remaja, secara bertahap dan tidak sadar ia akan semakin tidak menghargai waktu di dunia nyata, dan semakin jauh dari hubungan sosial dengan sesama di sekitarnya, ia juga akan semakin merasa bahwa dunia maya tersebut terlihat nyata, dan tanpa disengaja juga akan semakin menyendiri dan memperbanyak melamun, mungkin juga terkadang diselahi tertawa sendiri

Tips menghindari pengaruh buruk terhadap kecanduan chating dan main game online adalah dengan bersosialisasi dengan orang disekitar kita, misal keluarga, kawan – kawan, teman kerja, tetangga, teman ngopi dan lainnya. 2.2.1. Dampak Positif

Dampak positif internet sudah bisa dipatikan memberikan sumbangsih yang sangat besar bagi peradaban manusia, semisal dalam hal transfer teknologi, internet sangat berperan besar dalam hal ini, karena dengan


(33)

22

adanya internet, informasi yang harus disampaikan dapat di terima dengan hitungan detik, artinya dengan adanya internet proses penyampaian informasi dapat di lakukan dengan sangat cepat.

Sebenarnya bukan hanya sebatas hal diatas manfaat dari internet, melainkan masih banyak sekali dampak positif internet bagi kehidupan manusia, nah dibawah ini adalah beberapa dampak positif internet bagi manusia.

a. Media pertukaran data dengan cepat

Internet dapat digunakan untuk media pertukaran , baik itu menerima ataupun mengirim data semisal e – mail, newsgroup.

b. Hiburan

Internetpun dapat menjadi sarana yang baik untuk digunakan sebagai hiburan, diinternet banyak sekali fasilitas yang dapat digunakan untuk sekedar menghibur diri, semisal mendengatkan musik , main game dsb.

c. Melakukan EFISIENSI BIAYA

Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa internet dapat digunakan untuk melakukan efisiensi biaya, bayangkan saja dengan internet kita bisa berkomunikasi dengan rekan, keluarga, dan sebagainya, dengan biaya yang murah, selain itu sekarang ini banyak sekali bisnisman yang memanfaatkan internet untuk mempromosikan produknya melalui web – web yang mereka bangun dengan biaya yang murah.


(34)

d. Internet sebagai media untuk Pendidikan

Internet dewasa ini telah digunakan sebagai median dalam tranformasi ilmu, sekarang banyak sekali lembaga penndidikan yang memanfaatkan internet sebagai media membelajaran melalui e – learning dsb. ( http://ipoetmedia.blogspot.com/2010/07/dampak-positif-internet.html ) 2.2.2. Dampak Negatif

Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa selain internet membawa dampak positif, intenetpun membawah dampak negatif, nah dibawah ini adalah beberapa dampak negatif internet yang dapat penulis informasikan :

a. Pornografi

Banyak yang menganggap bahwa internet identik dengan pornografi, penulis kira hal tersebut emang tidak salah, mengingat internet dapat digunakan untuk kegiatan yang sifatnya pornografi. Bayangkan, dengan internet seseorang bisa mengakses homepage atau situs yang berisikan content khusus dewasa, artinya bahwa dengan kemudahan ini seseorang akan dengan mudah menemukan hal – hal yang berbau porno.

b. Perjudian

Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa dengan adanya internet, sangat menguntungkan bagi pelaku perjudian, betapa tidak, perjudian di sekarang binis semakin marak, bahkan perjudian di internet diatur dengan sedemikian rupa sehingga seseorang yang melakukan judi dapat berada di tempat yang sangat jauh.


(35)

24

c. Penipuan

Penipuan terbilah cukup marak terjadi di internet, hal ini terjadi dikarenakan adanya kemudahan transaksi tanpa – tatap muka yang kemudian berujung pada mudahnya seseorang di tipu oleh orang lain.

d. Mengabaikan kehidupan sosial.

Adakalanya seseorang yang telah kecanduan internet, bisa saja menghiraukan sosial disekelilingnya, orang tersebut bisa terpaku seharian di internet tanpa tahu apa yang ada di lingkunagnnya, hal ini memang cukup berbahaya jika terjadi, untuk itulah jika anda seorang netter, sebisa mungkin luangkan waktu untuk sekedar berbincang atau bercakap – cakap dengan masyrakat sekitar.

e. Kecanduan internet.

Internetpun bisa menyebabkan ketergantungan ( hal ini bisa terjadi ketika seseorang telah sangat suka terhadap jejaring sosial ataupun game online ) hingga mengakibatkan lupa waktu dalam kehidupannya

( http://ipoetmedia.blogspot.com/2010/07/dampak-negatif-internet.html ) Ketergantungan pada internet mulai merambah kota – kota besar di Indonesia. Sayangnya tidak semuanya berdampak positif, bahkan sejauh ini pengguna internet lebih dominan melakukan kegiatan – kegiatan negatif. Untuk dapat mengambil tindakan yang tepat, sebelumnya perlu ada pengertian yang jelas dan praktis terhadap ketergantungan yang tidak sehat akan internet ini. Kecanduan pada dunia cyber terbagi dalam lima kategori.


(36)

a. Cybersexual addiction

yaitu obsesi untuk melihat, men – download dan memperdagangkan pornografi. Chat rooms yang berisi fantasi dan role playing untuk dewasa juga termasuk dalam kategori ini.

b. Cyber – relational addiction

adalah keterlibatan yang berlebihan pada hubungan yang terjalin melalui internet ( seperti melalui chat room dan virtual affairs ) sampai kehilangan kontak dengan hubungan – hubungan yang ada dalam dunia nyata.

d. Net gaming

yaitu sejenis kecanduan karena judi, bermain game, berbelanja dan kegiatan jual beli saham melalui internet yang mengganggu pekerjaan dan / atau mengakibatkan terjadinya utang.

e. Information overload

Karena menemukan informasi yang tidak habis – habisnya yang tersedia di internet, sejumlah orang rela menghabiskan waktu berjam – jam untuk mengumpulkan dan mengorganisir berbagai informasi yang ada.

f. Computer addiction

Riset menemukan bahwa beberapa organisasi mengalami dampak negatif sebagai akibat dari kecanduan akan games off – line ( seperti Solitaire dan Tetris yang populer di dekade 1980 – an lalu ), yang memang rata – rata banyak di – install dalam komputer.


(37)

26

2.2.3 Internet Sehat

SEJARAH INTERNET SEHAT

a) Pada masa sekarang ini terjadi tindakan pornografi, perjudian,

kekerasan ( sadisme ) dan rasialisme di dunia maya. Belum lagi dengan aneka macam program jahat ( virus, worm, trojan horse, spyware ) yang dapat mencuri bahkan merusak data di komputer, serangan e – mail sampah ( spam ), penipuan, pelanggaran privasi hingga pelecehan seksual.

b) Program Internet Sehat digagas pertama kali oleh institusi nirlaba ICT Watch pada tahun 2002. Kini telah mendapatkan pengakuan secara internasional, mendapatkan Pengakuan Secara internasional, termasuk pada workshop OpenNet Initiative di Malaysia, Juni 2009. Beberapa program Internet Sehat diantaranya Internet Sehat Blog Award, Lab Komputer Sehat, hingga pengadaan buku/booklet dan CD-ROM Internet Sehat

PENGERTIAN INTERNET SEHAT

a) Internet sehat adalah program komunikasi / kampanye yang digagas, diinisiasi dan dijalankan oleh yang digagas, diinisiasi dan dijalankan oleh Center for ICT Studies Foundation ( ICT Watch ) sejak tahun 2002.

b) Internet sehat, sebagai sebuah gerakan akar rumput ( grassroot ), bertujuan untuk mengenalkan / mempromosikan / menggiatkan penggunaan Internet yang aman, nyaman, bermanfaat dan bertanggung


(38)

– jawab kepada seluruh pemangku kepentingan ( stakeholder ) termasuk pemerintah, swasta, dan khususnya dari institusi dunia pendidikan K - 12 ( SD s/d SMA ) dan keluarga

( http://www.scribd.com/doc/23307725/Internet-Sehat-Baru )

Internet sehat adalah segala hal yang berkaitan dalam akses mengakses internet yang memilki nilai positif bagi para pengguna internet agar senantiasa memberikan hal yang terbaik bagi diri sendiri maupun pada orang lain, baik dari golongan anak muda atau remaja, siswa maupun siswi, keluarga, saudara juga pada pendidikan saat ini.

Meski hal ini masih dianggap kurang diperhatikan oleh sebuah internet bagi kehidupan manusia yang ada di bumi tapi kualitas yang terselip dari beberapa situs yang tidak baik ada situs yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Berbagai situs dikategorikan dengan sederhana agar mempermudah manusia dalam mencari informasi.

Dari ketegori tersebut yang diketahui situs ilmu dan pendidikan, situs berita dan infomasi, situs remaja dan keluarga, situs komputer dan TI, dan lain – lain.

Salah satu dasar program internet sehat adalah memberikan masukan, tatacara, pengertian dan penjelasan tentang sebuah manfaat dunia internet secara positif kepada masyarakat agar secara sadar mulai dapat memisahkan mana yang baik yang bisa di ambil dan mana yang buruk untuk di singkirkan. Para orangtua yang selama ini ketakutan dapat membaca sebuah panduan dan kembali melihat sisi positif yang ada di internet dan mampu untuk


(39)

28

memberikan pengajaran serta didikan yang menjadi dasar terkuat untuk anak anak kita di kemudian hari.

( http://si.bona.web.id/catatan/?padalah94 )

Internet sehat dapat dikategorikan dalam arti sempit dan arti luas. Dalam sempit internet sehat adalah dimana jika pengguna melakukan aktivitas berselancar di dunia maya atau pengguna berada di internet entah itu browsing, download, games online ataupun hanya sekadar social activity.

Dan internet sehat dalam arti sempit dan lebih spesifikasi adalah segala hal yang berkaitan dalam akses mengakses internet yang memiliki nilai positif bagi para pengguna internet agar senantiasa memberikan hal yang terbaik bagi diri maupun orang lain, baik dari golongan anak muda atau remaja, siswa maupun siswi, keluarga, saudara. Meski hal ini masih dianggap kurang diperhatikan oleh pengguna namun sebuah internet bagi kehidupan sangat berperan penting dalam kehidupan entah itu dalam hal terkecil hingga hal yang terbesar pun.

( http://adomburn.hyperphp.com/?padalah65 )

Internet sehat adalah kebaikan bersama dan bagaimana pengguna secara bijaksana berperilaku di dunia maya seperti yang bisa dilakukan di dunia nyata dengan mematuhi norma – norma, nilai – nilai, dan adat yang berlaku. 2.3. Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan kita sehari – hari, komunikasi merupakan hal yang penting dalam berbagai pola tindakan manusia sebagai makhluk sosial, artinya manusia


(40)

hidup saling berdampingan satu sama lain saling membutuhkan. Hubungan

antar manusia akan tercipta melalui komunikasi, baik komunikasi verbal ( bahasa ) maupun komunikasi non verbal ( simbol, gambar atau media

komunikasi lainnya ).

Istilah komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “ sama ”, communico, communication, atau communicare yang berarti “ membuat sama ” ( to make common ) ( Dedy Mulyana, 2002 : 41 ). Banyak makna arti kata komunikasi, namun dari sekian banyak definisi yang diungkapkan oleh para ahli dapat disimpulkan secara lengkap dengan makna yang hakiki, yaitu komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk membertahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media ( Effendy, 2002 : 5 ).

2.4. Pengertian Keluarga dan Pola Komunikasi 2.4.1. Pengertian Orangtua

Orangtua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orangtua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak – anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pengertian orangtua di atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena


(41)

30

orangtua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak – anak.

Orangtua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orangtua itu adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu dan bapak selain telah melahirkan kita ke dunia ini, ibu dan bapak juga yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari – hari, selain itu orangtua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal – hal yang terdapat di dunia ini dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Maka pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dari orangtuanya. Karena orangtua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orangtuanya di permulaan hidupnya dahulu.

Jadi, orangtua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak – anak. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai ibunya dan bisaanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik dan penuh kasih sayang. Ibu merupakan orang yang


(42)

mula – mula dikenal anak yang menjadi temanya dan yang pertama untuk dipercayainya.

( http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/04/pengertian-orang-tua.html )

2.4.2. Pengertian Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik ( Hurlock, 1992 ). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon ( dalam Monks, dkk 1994 ) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari ( 2004 : 53 ) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat ( 1990 : 23 ) remaja adalah:

Masa peralihan diantara masa kanak – kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa


(43)

32

perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak - anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

Hal senada diungkapkan oleh Santrock ( 2003: 26 ) bahwa remaja ( adolescene ) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial – emosional.

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun adalah masa remaja awal, 15 – 18 tahun adalah masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun adalah masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra – remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun ( Deswita, 2006 : 192 )

Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12 – 22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.


(44)

2.4.3 Hubungan Orangtua dan Anak

Beberapa studi berkaitan dengan orangtua dan anak pada mulanya diasumsikan bahwa proses pengaruh tidak bersifat langsung dalam keluarga. Asumsi tersebut memandang anak sebagai pasangan atau partner pasif dalam bersosialisasi, yaitu menunggu pembentukan proses yang dilakukan oleh orangtua ( Hartup, 1978 ).

Dengan menyadari bahwa anak memberikan kontribusi pada keterkaitan hubungan perkawinan orangtua dalam keluarga, maka muncullah teori yang mengedepankan atau berpusat pada pentingnya anak dalam keluarga atau child centered theory ( Bell, 1968 ). Selanjutnya Peterson dan Rollins ( 1987 ) menyebut pandangan seperti ini sebagai orientasi pembalikan cermin kaca ( mirror reverse ), yaitu suatu teori yang menyatakan bahwa perilaku anak bisa mengubah atau mempengaruhi orangtuanya. Proses ini tidak hanya terjadi pada masa anak – anak, usia remaja dan dewasa saja tetapi juga sejak anak masih bayi bahkan ketika masih dalam kandungan dan berpengaruh pada proses kelangsungan keluarga ( Lerner dan Spanier, 1987 ). Perilaku anak bisa menstimulasi, mendorong, memotivasi dan bahkan memberikan reward pada tindakan orangtua.

Akhir – akhir ini, baik masa pembentukan suasana sosial ( social mode ) maupun masa orientasi pencerminan balikan perilaku ( mirror reverse ) telah dipadukan dengan pandangan lain yaitu suatu pandangan yang menyatakan bahwa orangtua dan anak secara simultan


(45)

34

dan bersama – sama mereka saling pengaruh mempengaruhi.

Pendekatan berdasarkan saling berpengaruh ( mutual influence )

menyatakan bahwa setiap anggota keluarga berperan serta dalam stimuli perilaku anggota lainnya ( Capella, 1978 ). Sebagian besar penelitian pada antar individu terjadi pada kerangka proses sosialisasi ( social mould framework ), meskipun ada juga beberapa penelitian perkembangan teori pembalikan perilaku ( mirror reserve ) dan saling mempengaruhi (mutual influenc), khususnya dalam penelitian tentang hubungan antar pribadi.

Adapun perilaku yang dirancang untuk mendapatkan apa yang diharapkan oleh orangtua dinamakan pesan pengontrol ( control messages ). Pesan – pesan ini meliputi perilaku paksaan ( coercion ), induksi dan tidak memberikan kasih sayang ( love withdrawal ). Paksaan ( corceive ) berfokus pada alasan – alasan eksternal misalnya anak harus menurut orangtua. Contoh pesan seperti ini adalah hukuman fisik penerapan langsung terhadap pemaksaan, dan tidak memberikan materi – materi yang dibutuhkan atau dalam bentuk ancaman. Strategi pengontrol tersebut sering berpengaruh pada harga diri, kinerja akademik ( sekolah ), dan kreatifitas anak – anak mereka ( Peterson dan Rollins, 1987 ).

Pesan pendorong atau pembangkit semangat ( induction messages ) berfokus pada alasan – alasan internal bahwa anak harus sesuai dengan orangtua. Pesan ini meliputi penjelasan dan alasan mengapa harus


(46)

mengikuti orangtua. Orangtua bisa saja, misalnya, memberikan contoh akibat perilaku anak terhadap orang lain. Penelitian yang mengamati pesan pendorong yang dipakai orangtua pada anaknya adalah penelitian yang berdasarkan aliran kontruktifis ( Applegate, Burlerson, dan Adelia, 1992 ). Teori ini khususnya berkaitan dengan komunikasi yang menonjolkan refleksi atau pesan yang mendorong anak memahami bagaimana tindakan berkembang dan akibatnya secara psikologis. Yang membedakan individu dengan jenis pesan orangtua berhubungan dengan perkembangan kemampuan berkomunikasi anak.

Tanpa pemberian kasih sayang ( love withdrawal ) menggunakan dua kombinasi dari dua teori tersebut yaitu tekanan eksternal dan internal untuk penyesuaian pada orangtua, menunjukkan adanya ketidaksetujuan perilaku anak pada orangtua dan implikasinya adalah bahwa kasih sayang tidak akan diberikan apabila anak tidak menurut orangtua. Love withdrawal tercermin pada tidak adanya kasih sayang, mengisolasi anak, pernyataan terus terang penolakan, perilaku non verbal yang menunjukkan perasaan dingin dan kekecewaan ( Rollins dan Thomas, 1979 ).

Stafford dan Bayer ( 1993 ) menulis secara komprehensif review

dari pengaruh pesan – pesan orangtua yang bersifat mengontrol ( controlling ) dan mendukung ( supportive ) terhadap harga diri anak,


(47)

36

Prosedur yang bertujuan menyesuaikan ( compliance – gaining procedures ) bisa berjalan baik dalam usaha mensosialisasikan anak pada harapan orangtua tetapi menghasilkan berbagai macam dampak pada solidaritas keluarga. Seperti yang diteliti oleh Stafford dan Bayer ( 1993 ) bahwa gaya pesan hanya bisa berpengaruh secara efektif pada jangka pendek untuk mendapatkan penyesuaian.

2.4.4 Pola Komunikasi

Pola diartikan sebagai bentuk atau struktur yang tetap. Sedangkan komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih dengan cara tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Dengan demikian yang dimaksud pola komunikasi adalah hubungan antara dua orang atau lebih dalam penerimaan dan pengiriman pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan dapat dipahami ( Bahri, 2004 : 1 ).

Dalam hal pola komunikasi dalam keluarga dapat dioperasionalkan dengan bentuk atau pola hubungan antara orang tua dan anak dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan baik secara verbal maupun nonverbal.

Keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keluarga yang khusus mempunyai anak remaja yang tergolong dalam kategori nuclear family yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak – anak yang belum kawin ( Yusuf, 2001 : 36 ).


(48)

Pola komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bentuk hubungan dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan antara orang tua dan anak remajanya tanpa komunikasi kehidupan keluarga akan sepi dari kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran. Akibatnya kerawanan hubungan antara anggota keluarga pun sukar dihindari, oleh karena itu komunikasi antara suami dan istri, komunikasi antara ayah, ibu dan anak, komunikasi antara ayah dan anak, komunikasi ibu dan anak, perlu dibangun secara harmonis dalam rangka membangun pendidikan yang baik dalam keluarga. Komunikasi yang dimaksud dalam hal ini adalah komunikasi dalam memberikan pengetahuan penggunaan internet secara sehat terhadap anak remaja.

Menurut Yusuf ( 2001 : 51 ) pola komunikasi orangtua dapat diidentifikasikan menjadi 3, yaitu:

1. Pola komunikasi Permissive ( membebaskan )

Pola komunikasi permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak. Pola komunikasi permisif atau dikenal pula dengan Pola komunikasi serba membiarkan adalah orangtua yang bersikap mengalah, menuruti semua keinginan, melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan.


(49)

38

2. Pola komunikasi Authoritarian ( otoriter )

Pola komunikasi otoriter ditandai dengan orangtua yang melarang anaknya dengan mengorbankan otonomi anak. Pola komunikasi otoriter mempunyai aturan – aturan yang kaku dari orangtua. Dalam pola komunikasi ini sikap penerimaan rendah, namun kontrolnya tinggi, suka menghukum, bersikap mengkomando, mengharuskan anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi, bersikap kaku atau keran, cendenrung emosinal dan bersikap menolak.

Biasanya anak akan merasa mudah tersinggung, penakut, pemurung dan merasa tidak bahagia, mudah terpengaruh, stress, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas serta tidak bersahabat.

3. Pola komunikasi Authoritative ( demokratis )

Pola komunikasi orangtua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orangtua dan anak. Mereka membuat semacam aturan – aturan yang disepakati bersama. Orangtua yang demokratis ini yaitu orangtua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung.

Begitu pentingnya faktor komunikasi dalam keluarga ini sehingga ( Wrigh, 1999 : 93 ), mengatakan bahwa salah satu cara terpenting untuk membantu anak – anak menjadi orang dewasa yang berarti adalah dengan belajar berkomunikasi pada mereka secara positif. Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh urutan kelahiran dalam keluarga, struktur syaraf dan lain sebagainya, dan


(50)

hubungan orangtua dan anggota keluarga menjadi peran penting pembentukan kepribadian dan tingkah laku anak.

Pendapat ini diperkuat oleh ( Arhnardi, 1999 : 248 ), mengatakan bahwa suasana rumah yang hangat dan adanya perhatian, pengukuhan, penghargaan, kasih sayang dan saling percaya akan melahirkan anak – anak yang kelak hidup dengan nilai – nilai positif pula.

Suatu proses komunikasi dapat berjalan dengan baik jika antara komunikator dan komunikan ada rasa percaya, terbuka dan suportif untuk saling menerima satu sama lain ( Rakhmat, 2002 : 192 ). Adapun sikap yang saling mendukung kelancaran komunikasi dengan anak – anaknya adalah :

a. Mau mendengarkan sehingga anak – anak lebih berani membagi

perasaan sesering mungkin sampai pada perasaan dan permasalahan yang mendalam.

b. Menggunakan empati untuk pandangan – pandangan yang berbeda

dengan penunjukkan perhatian melalui syarat – syarat verbal dan nonverbal saat komunikasi berlangsung.

c. Memberikan kebebasan dan dorongan sepenuhnya pada anak untuk

mengutarakan pikiran dan perasaannya, dan kebebasan menunjukkan reaksi atau tingkah laku tertentu sehingga anak dapat menanggapi dengan positif tanpa adanya unsure keterpaksaan.


(51)

40

Menurut Hastuti dalam ( Kartono, 2000 : 154 ), akibat dari pola komunikasi ini adalah :

a. Pikiran akan berkembang karena anak dapat mengungkapkan isi

hatinya dan pikirannya dan dapat mengemukakan usul – usul serta berpendapat berdasarkan penalarannya.

b. Orangtua atau anggota keluarga lain akan mengetahui dan

mengikuti perkembangan jalan pikiran anak dan perasaan anak selanjutnya.

2.4.5 Pola Komunikasi Dalam Keluarga

Keluarga merupakan sistem terkecil dalam sebuah masyarakat memiliki fungsi – fungsi yang secara umum meletakkan dasar kehidupan dan membantu generasi penerusnya untuk bertahan. Maka peran orangtua sebagai peran pertama dalam keluarga yang berinteraksi dengan seorang anak sangat memiliki peran dalam pembentukan dan perkembangan mental anak yang sedang mengalami kesulitan – kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang dialaminya.

Dalam lingkungan keluarga, komunikasi juga merupakan suatu hal yang sangat penting, dimana komunikasi sebagai alat atau media penjembatan dalam hubungan antar anggota keluarga. Buruknya kualitas komunikasi dalam keluarga akan berdampak buruk bagi keutuhan dan keharmonisan dalam keluarga itu sendiri.

Komunikasi dalam keluarga perlu dibangun secara harmonis dalam rangka membangun pendidikan yang baik. Pola komunikasi keluarga


(52)

yang dibangun akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pola pikir anak, serta mempengaruhi kondisi kejiwaan anak, secara langsung dan tak langsung. Sebuah keluarga akan berfungsi dengan optimal apabila didalamnya terdapat pola komunikasi yang terbuka, ada sikap saling terbuka, ada sikap saling menerima, mendukung rasa aman dan nyaman serta memiliki kehidupan spiritual yang terjaga ( Kriswanto, 2005 : 9 )

Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan dalam interaksi keluarga, seorang anak akan memperoleh latihan dasar mengembangkan sikap sosial dengan baik dan kebisaan berperilaku. Manfaat yang dapat diambil dari seringnya bertatap muka dan berinteraksi yaitu disamping dapat mengakrabkan sesama anggota keluarga. Anak – anak juga terlatih untuk peka terhadap lingkungannya. Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif, karena komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap hubungan yang makin baik dari tindakan ( Effendy, 2002 : 8 ).

Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih berganti, bisa dari orangtua ke anak atau anak ke orangtua, atau anak ke anak. Dalam komunikasi keluarga tanggung jawab orangtua adalah mendidik anak, maka komunikasi yang terjadi dalam keluarga bernilai pendidikan. Ada sejumlah norma yang diwariskan


(53)

42

orangtua kepada anak misalnya norma agama, norma akhlak, norma sosial, norma etika, san juga norma moral ( Bahri, 2004 : 37 ).

Pentingnya peran komunikasi dalam keluarga perlu dibangun dalam rangka pola pikir anak dan membangun jiwa anak agar sesuai dengan harapan orangtua. Dalam lingkungan keluarga orangtua berperan sebagai institusi pendidikan, artinya tidak cukup dengan komunikasi saja, tetapi didalamnya terjadi komunikasi dalam bidang keagamaan, sosial, dan perlindungan yang dilakukan orangtua terhadap anak – anaknya. Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dalam anggota masyarakat yang sehat.

Keluarga yang fungsional ditandai adanya beberapa karakteristik yang bersikap terbuka dan jujur serta adanya komunikasi antar anggota keluarga yang berlangsung dengan baik, apabila dalam suatu keluarga tidak mampu menerapkan atau melaksanakan fungsi – fungsi sebagai keluarga maka keluarga tersebut mengalami stagnasi ( kemandegkan ) atau disfusi yang pada gilirannya akan merusak kekokohan kosentrasi keluarga ( khususnya terhadap perkembangan kepribadian anak ).

Terdapat dua faktor yang dapat membentuk kepribadian anak, yaitu faktor internal yang berasal dari lingkungan keluarganya sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan luar rumah yaitu masyarakat. Koherensi diantara keduanya tidak dapat dipisahkan secara absolute karena sifat alami dimana tidak mungkin seorang anak


(54)

dapat dipisahkan sama sekali dari lingkungan keluarganya dan terbebas sama sekali dari pengaruh – pengaruh dalam lingkungan sekitarnya.

Kedua faktor tersebut merupakan tugas orangtua untuk melakukan pembinaan dan menyikapi secara hati – hati masukan – masukan dari lingkungan masyarakat agar seorang anak yang masih memerlukan pembinaan dengan baik dari kedua orangtuanya tersebut secara signifikan bertingkah laku sesuai dengan garis – garis keluarga atau dengan kata lain faktor internal di dalam keluarga harus lebih dominan daripada faktor eksternal yang berasal dari lingkungan masyarakat.

Fase anak merupakan segmen perkembangan individu yang sangat

penting, dimana pada masa ini anak memiliki sikap tergantung ( dependence ) terhadap orangtua ke arah kemandirian (independence),

minat – minat keingintahuan tehadap sesuatu yang sangat besar, perenungan diri dan perhatian terhadap nilai – nilai estetika dan isu – isu moral. Pada usia ini remaja serba labil untuk kematangan berpikir serta mempertimbangkan sesuatu masih campur aduk antara emosi ( perasaan ) dan rasio ( logika ), sifatnya coba – coba atau eksperimen sering muncul dan remaja selalu ingin tahu terhadap hal – hal tanpa melihat apakah itu bersifat positif atau negatif.

Bergabungnya remaja dengan teman sebayanya merupakan suatu aspek yang positif bagi perkembangan anak, karena dengan teman sebayanya sangat diperlukan untuk mempelajari pola interaksi sosial yang dibutuhkan pada


(55)

44

masa dewasanya nanti. Sisi lain karena kelompok remaja tersebut memiliki aturan – aturan yang tidak jarang bertentangan dengan aturan yang berlaku di masyarakat, maka disinilah pengaruh negatif teman sebaya terhadap anak. Tidak sedikit remaja yang berperilaku menyimpang karena pengaruh teman sebayanya.

2.5. Kerangka Berfikir

Peran keluarga penting terhadap upaya mengembangkan pribadi anak. Anak yang membutuhkan pengetahuan seputar bagaimana pengunaan media internet secara sehat. Keluarga khususnya orangtua berkewajiban memberikan pendidikan atau pengetahuan berinternet sehat secara tepat sejak dini sesuai dengan norma – norma agama dan norma – norma yang berlaku di msyarakat agar tidak menyimpang dari norma – norma tersebut.

Melalui pendekatan yang baik dan berkomunikasi yang efektif antara orangtua dan anak, diharapkan pengetahuan tentang internet secara sehat dapat diberikan secara fleksibel artinya orangtua mau memahami psikologis anak, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam memberikan penjelasan seputar internet dan bagaimana menggunakan berinternet secara sehat serta membuka tanya jawab dan diskusi antar orangtua dan anak agar terjalin hubungan yang harmonis dan penuh kasih sayang diantara kedua belah pihak.

Dalam penelitian ini peneliti berusaha melihat bagaimana pola komunikasi yang diberikan oleh orangtua dalam memberikan pengetahuan tentang cara berinternet sehat pada anak remajanya di Surabaya, sehingga dapat mengakibatkan permasalahan dalam keluarga dan akhirnya banyak anak yang


(56)

menyalahgunakan penggunaan media internet. Dalam memberikan pengetahuan berinternet sehat ini, pendekatan yang diharapkan adalah melalui komunikasi yang efektif juga akan menimbulkan hubungan yang makin baik diantara kedua belah pihak. Dan hubungan harmonis dan penuh kasih sayang akan mempengaruhi perkembangan prilaku anak yang baik pula ( Rakhmat, 2002 : 13 ). Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi interpersonal yang efektif. Komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, dan pengaruh pada sikap, hubungan dan tindakan yang makin baik ( Effendy, 2002 : 8 ).


(57)

46 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Konsep

Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan secara kualitatif pola komunikasi orang tua terhadap anak remajanya tentang berinternet sehat di Surabaya. Untuk dapat mempermudah pemahamannya, maka dapat dioperasionalkan sebagai berikut :

3.1.1. Pola Komunikasi Dalam Keluarga

Pola diartikan sebagai bentuk atau struktur yang tetap. Sedangkan komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih dengan cara tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Dengan demikian yang dimaksud pola komunikasi adalah hubungan antara dua orang atau lebih dalam penerimaan dan pengiriman pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan dapat dipahami ( Bahri, 2004 : 1 ).

Dalam hal pola komunikasi dalam keluarga dapat dioperasionalkan dengan bentuk atau pola hubungan antara orang tua dan anak dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan baik secara verbal maupun nonverbal.

Keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keluarga yang khusus mempunyai anak remaja yang tergolong dalam kategori


(58)

nuclear family yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak – anak yang belum kawin ( Yusuf, 2001 : 36 ).

Pola komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bentuk hubungan dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan antara orang tua dan anak remajanya tanpa komunikasi kehidupan keluarga akan sepi dari kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran. Akibatnya kerawanan hubungan antara anggota keluarga pun sukar dihindari, oleh karena itu komunikasi antara suami dan istri, komunikasi antara ayah, ibu dan anak, komunikasi antara ayah dan anak, komunikasi ibu dan anak, perlu dibangun secara harmonis dalam rangka membangun pendidikan yang baik dalam keluarga. Komunikasi yang dimaksud dalam hal ini adalah komunikasi dalam memberikan pengetahuan penggunaan internet secara sehat terhadap anak remaja.

3.1.2. Pola komunikasi keluarga dalam memberikan pengetahuan atau pendidikan dalam berinternet sehat pada anak remaja

Pola komunikasi keluarga dalam memberikan pengetahuan berinternet secara sehat yang dimaksud disini adalah suatu bentuk penyampaian dan penerimaan pesan dari keluarga khususnya orang tua terhadap anak dalam hal proses pengetahuan internet sehat yang benar tehadap anak remajanya. Pengetahuan tentang internet sehat yang disampaikan tidak membicarakan hal – hal negatif yang terdapat di dalam media internet tetapi membicarakan hal – hal positif yang


(59)

48

terdapat di dalam media internet, bagaimana kita bereaksi terhadap penggunaan internet, dan bagaimana kita membawa diri kita dalam menggunakan internet secara sehat. Pengetahuan berinternet sehat bagi remaja akan menjadikannya mengerti benar hal – hal yang berkenaan dengan dirinya dan kebutuhan dirinya. Seorang anak khususnya yang menginjak remaja, akan lebih mudah membentengi diri dari pengaruh pengaruh lingkungan yang tidak baik ketimbang di antara teman – temannya yang sibuk membicarakan sesuatu yang tidak jelas, karena remaja tersebut sudah mengetahuai hal yang benar tenntang bagaimana cara berinternet secara sehat dari orang tuanya yang membicarakan dan memberikan pengetahuan tetntang berinternet sehat sejak dini. 3.2. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini penulis tidak membicarakan hubungan antara variable sehingga tidak ada pengukuran variable x dan y. penelitian ini difokuskan pada pola komunikasi orang tua terhadap remaja tentang berinternet sehat di Surabaya, sehingga tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif dan menggunakan analisis kualitatif.

Tipe penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa adanya perlakuan terhadap objek yang diteliti ( Kountur, 2003 : 53 ). Metode ini merupakan suatu metode yang berupaya untuk memberikan gambaran tentang suatu fenomena tertentu secara terperinci, yang pada akhirnya akan diperoleh pemahaman yang lebih jelas tentang fenomena yang sedang


(60)

diteliti. Deskriptif dapat juaga diartikan sebagai metode yang melukiskan variable, satu demi satu.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang tidak menggunakan statistik atau angka – angka tertentu. Hasil dari penelitian kualitatif ini tidak dapat digeneralisasikan ( membuat kesimpulan yang berlaku umum ) atau bersifat universa, jadi hanya dapat berlaku pada situasi dan keadaan yang sesuai dengan situasi dan keadaan dimana penelitian yang serupa dilakukan ( Kountur, 2003 : 29 ).

Penelitian kualitatif mempunyai karakteristik pokok yaitu mementingkan makna dan konteks, dimana proses penelitiannya lebih bersifat siklus daripada linier. Dengan demikian pengumpulan data dan analisa data berlangsung secara stimulant, lebih mementingkan ke dalam di banding keluasan penelitian, sementara peneliti sendiri merupakan instrument kunci. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan pengamatan berperan serta ( participant observation ) yang didefinisikan mengadakan pengamatan dan mendengarkan secermat mungkin sampai pada yang sekecil – kecilnya sekalipun dengan wawancara mendalam ( in depth interviev ) ( Bondan dalam Moleong 2002 : 117 ).

Untuk meneliti pola komunikasi dan perubahan gejala sosial yang ada peneliti mengungkapkan pendekatan fenomenologis, dimana peneliti berusaha “ mengungkap ” proses interpretasi dan melihat segala aspek “ subyek ” dari perilaku manusia dengan cara masuk ke dunia konseptual


(61)

50

orang – orang yang diteliti sehingga dapat dimengerti apa dan bagaimana suatu pengertian dikembangkan pada peristiwa dalam kehidupan sehari – harinya. Pendekatan ini bukan berarti bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang – orang yang diteliti ( Moleong, 2002 : 4 – 13 ).

3.3. Responden atau Informan

Informan adalah seseorang yang benar – benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat dan terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan atau data – data yang dapat membantu dalam memenuhi persoalan / permasalahan tersebut.

Dalam penelitian ini, penulis memilih menggunakan informan biasa. Informan biasa adalah informasi yang ditentukan dengan dasar pertimbangan mengetahui dan berhubungan dengan permasalahan saja.

Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan dasar bahwa

penelitian kualitatif pada umumnya menggunakan pendekatan purposif ( Poerwandi, 2005 ). Menurut Strauss dan Corbin ( 1997: 11 – 13 ), yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan – penemuan yang tidak dapat dicapai ( diperoleh ) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi ( pengukuran )

3.3.1. Orang tua

Pada penelitian ini, informan kunci yang digunakan adalah keluarga yaitu orang tua ( ayah dan ibu ) memiliki hubungan darah secara langsung dengan anak, baik dari orang tua single parent atau


(62)

orang tua yang tidak ada hubungan darah secara langsung ( orang tua angkat ). Berasal dari keluarga yang aktif sebagai pekerja maupun keluarga yang bukan pekerja.

Jumlah informan yang peneliti ambil berjumlah lima orang tua yang dapat diwakilkan oleh salah satu orang tua ( ibu atau ayah ) yang mengetahui atau paham tentang internet.

3.3.2. Remaja

Yang dimaksud remaja dalam penelitian ini adalah remaja yang memiliki ciri – ciri sebagi berikut :

1. Remaja berusia 12 – 15 tahun dengan alasan pertimbangan bahwa

pada usia tersebut dimana label anak kecil masih disandang dan telah dijelaskan pada bab 2 sebelumnya bahwa pada fase pertumbuhan remaja terdapat banyak masalah terutama masalah psikologis yang berpengaruh terhadap hubungan komunikasi interpersonal antara orang tua dengan anak.

2. Remaja yang dimaksud adalah anak remaja kandung dari sebuah

keluarga dan masih tinggal dengan orang tua kandung setiap hari. 3. Keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keluarga yang

bisa menggunakan / mengakses internet dari pihak orang tua dan anak remajanya

4. Berada di wilayah Surabaya.

5. Berjenis kelamin perempuan dan laki – laki dengan alasan bahwa


(1)

T : Kalau berinternet, jadwalnya apakah orang tua tahu? Misalnya malam, siang, sore atau gimana?

J : Saya kalau berinternet tidak selalu setiap hari atau kapanpun, jadi kadang – kdang aja. Kalau itu gak ada jadwalnya.

T : Kalau biaya untuk berinternet kalau ketika kamu berinternet di rumah atau di warnet seperti apa?

J : Kadang pakai uang jajan saya, kadang pake uang orang tua.

T : Terus gimana caranya mama atau orang tua mengawasi kamu ketika berinternet? J : Orang tua hanya melihat saja mbak, tidak mengawasi.

T : Apakah kamu paham tentang dampak negatif tentang internet? Terus gimana caranya kamu supaya menjaga diri agar tidak terkena dampak negatif itu?

J : Dampak negatif internet itu…? T : Ngerti gak maksudnya?

J : Oo…maksudnya?

T : Tentang hal – hal buruk ( gitu kan ) tentang di internet ( itu kan ). Terus cara kayak membentengi diri kamu gimana?

J : Ya gak buka – buka website – website seperti itu mbak ya, jadi buka yang saya tahu tapi tidak untuk seusia saya.

T : Buka yang lebih berguna ya? J : Iya.


(2)

Wawancara V

Ibu Kusuma Astuti dan Budiyo Dwi Prasojo

Interview dilakukan di hari jum’at tanggal 25 april 2011 di ruang tamu. Berikut adalah hasil penuturan dari Ibu Kusuma Astuti dan Budiyo Dwi Prasojo yang berhasil dihimpun oleh peneliti :

T : Malem tante, nama saya Mila dari Fakultas Komunikasi UPN “ Veteran ” JATIM Surabaya. Disini saya mohon bantuannya untuk wawancara tentang studi skripsi saya “ Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Anak Tentang Internet Sehat di Surabaya ”. Bisa minta perkenalan dari tante dan adik, namanya siapa, pekerjaannya apa, usianya berapa?

J : Nama saya Ibu Kusuma Astuik, kalau disini dipanggil Bu Joko. Usia saya 40 tahun, kebetulan anak saya ada tiga, disini yang satu sudah SMA, ada yang SMP, ada yang TK. Jadi kalau yang mau diperkenalkan yang di SMP, anak saya yang ada disini.

T : Usia ibu?

J : 40 tahun

T : Pekerjaan ibu?

J : Ibu rumah tangga

T : Kalo adiknya?

J : Nama saya Budiyo Prasojo, kalau disini dipanggil Pras

T : Usia?

J : 14 tahun


(3)

J : Di SMP Ta’miriyah

T : Kelas?

J : Kelas 2 SMP

T : Pertanyaan untuk tante yaitu apakah orang tua mengetahui anaknya berinternet?

J : Iya, saya tahu kapan anak – anak, kapan waktunya, juga seperti apa mereka internetan. Maksudnya siapa saja yang mereka sapa, saya tahu.

T : Tahukah tante jadwal anak – anak berinternet?

J : Saya rasa saya tahu justru karena kita sering ngenet bareng jadi pas hari libur kita bareng, jadi anak – anak juga lagi online, saya juga online. Jadi kadang kita tukar ilmu, malah anak – anak yang lebih pintar dari saya.

T : Siapakah yang menanggung biaya anak – anak berinternet ketika dirumah ataupun diluar rumah?

J : Terus terang ya mbak, kalau dirumah sih ya pastinya kita orang tua, karena kita pakai sambungan yang ditawarkan, jadi lewat Telkom. Tapi kalau untuk diluar mereka sudah ada komitmen sendiri kepada kita orang tua bahwa diantara uang saku mereka, kalau ada sisa ya silahkan mereka pakai, tapi saya rasa anak – anak kebanyakan pemakaian internet dirumah jadi bisa mengawasi.

T : Bagaimana cara mengawasi tante terhadap adik pras?

J : Kita sering komunikasi baik lewat telepon ataupun mereka stay dirumah jadi kita tanya – jawab gitu, ya mbak. Jadi di telepon kita tanya, umpamanya dia belum pulang sekolah kita tanya “ kok belum pulang sekolahnya? Mau kemana? ”, dia jawab “ mau ke internet bunda, dekat sekolah ”, ( Bu Joko )“ya sudah silahkan, nanti pulang jam


(4)

berapa?”, ( Pras ) “ kira – kira setengah jam bunda ”. Kalo dirumah sih karena kita ngenetnya bareng jadi kita tahu anak – anak yang dilog itu yang mana, jadi tidak sampai hal – hal negatif yang mereka ambil.

T : Apakah orang tua memahami apa yang dilakukan anak saat berinternetan?

J : Saya rasa, saya sama ayahnya juga sangat paham karena anak – anak itu, mereka butuh internetan dalam proses belajar mengajar di sekolah, mereka butuh informasi diluar, jadi mau tidak mau kita orang tua harus belajar juga gitu dan melihat bagaimana anak kita mempergunakan internet seperti apa. Jadi takutnya nanti ke hal – hal yang negatif. Jadi selalu kita pantau.

T : Apakah orang tua mengetahui potensi internet bagi anaknya, misalnya positif atau negatif?

J : Saya rasa kalau untuk positif atau negatif, saya tidak bisa membagi mbak mila, ya maksudnya berapa persen gitu. Ya, mungkin saat ini yang dibutuhkan untuk anak – anak kan bukan sekedar kebutuhan sekolah saja. Jadi mereka menyetel apa, mencari apa, tentang apa, misalnya tentang bencana atau tentang kegiatan – kegiatan yang baik ditempat yang lain. Setahu saya seperti itu.

T : Apakah orang tua mengetahui potensi internet bagi anak terhadap konten yang positif atau negatif?

J : Untuk negatif sementara ini saya belum tahu, ya mungkin karena anak – anak ( mereka ) kan membutuhkan internet hanya sebatas istilahnya mereka menyelesaikan tugas dari sekolahnya. Jadi mereka mencari informasi – informasi yang mereka butuhkan untuk tugas sekolah mereka saja. Jadi, untuk hal negatif, saya asa mungkin saya tidak tahu. Ya mudah – mudahan jangan sampai ke hal negatif gitu.


(5)

T : Apakah tindakan pencegahan orang tua terhadap anak agar tidak membuka konten – konten negatif seperti pornografi atau diluar batas usia mereka?

J : Kebetulan kita itu keluarga yang komunikasinya itu nyambung , selalu ada setiap hari jadi seperti hal – hal negatif didalam internet itu sebelumnya kita sudah memberikan anak – anak ilmu tentang agama. Jadi kita ngomong sedikitpun, asalkan mereka mengerti dan apa yang kita omongin itu benar adanya, saya rasa anak – anak saya mungkin seperti anak – anak yang lain, kalau orangtuanya ngasih tahu seperti itu, saya rasa kita itu seperti halnya pornografi itu sudah kita kasih masukan sedari dini bahwa itu gak baik, gak bagus gitu.

T : Apakah tante pernah mendampingi anak – anak ketika sedang berinternetan?

J : Saya rasa sering ya kalau di dalam rumah, tetapi kalau mereka di luar rumah kita tidak mendampingi, soalnya kalau di rumah istilahnya kita bertiga bareng, saya kadang – kadang juga ayahnya, kadang – kadang juga sama kakaknya, jadi kita saling mengontrol istilanya.

T : Apakah orang tua mengingatkan anak berinternet sehat atau juga tante menanamkan program tertentu untuk blokir situs – situs porno atau ada perangkat laindari speedy atu apa gitu?

J : Untuk hal seperti itu saya rasa, saya gak mbak. Masalahnya saya mengerti internet itu dari anak – anak malahan. Saya itu diajari internet, gimana cara berinternet yang penting gitu. Tapi untuk hal – hal negatif, anak – anak sudah paham istilahnya dari omongan kita, dari ajaran kita ndak penting gitu.

T : Kalau adeknya, apakah orang tua mengetahui kamu berinternet?


(6)

T : Apakah orang tua tahu jadwal kamu berinternet di rumah atau di luar rumah?

J : Tahu, kalau di luar rumah kebanyakan itu pulang sekolah, mungkin sejam sampai 2 jaman. Kalau misalnya di sekolah tidak ada kegiatan ya di rumah.

T : Siapa yang menanggung biaya internet di rumah ataupun di luar rumah?

J : Kalau di rumah jelas orang tua. Kalau di luar mungkin bayar sendiri atau gak uang dari rumah.

T : Bagaimana cara orang tua mengawasi dirimu ketika sedang berinternet?

J : Kadang juga berinternet bareng ketika di rumah jadi bisa saling komunikasi jangan lihat – lihat hal – hal negatif.

T : Apakah kamu paham bagaimana pengaruh buruk di internet dan bagaimana cara kamu melindungi diri dari pengaruh buruk di internet?

J : Paham, mungkin gak buka – buka situs yang berakibat negatif

T : Cara membentenginya bagaimana? Mungkin dari kamu belajar agama atau orang tua memberikan pengarahan?

J : Dari belajar agama, sering juga orang tua memberikan komunikasi agar tidak membuka situs – situs porno.


Dokumen yang terkait

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK HIPERAKTIF (Studi DeskriptifKualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Hiperaktif di Surabaya).

0 0 95

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEMAIN GAME ONLINE DotA DI SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Pemain Game Online DotA di Surabaya ).

0 1 122

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TUNGGAL DAN ANAK REMAJA DALAM MENCIPTAKAN HUBUNGAN YANG HARMONIS (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Tunggal dan Anak Remaja dalam Menciptakan Hubungan yang Harmonis di Surabaya).

4 9 112

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 1 99

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya ).

0 1 76

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEROKOK AKTIF DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Perokok Aktif di Surabaya).

13 35 84

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (STUDY DESKRIPTIF KUALITATIF POLA KOMUNIKASI ORANG TUA YANG BERPROFESI SEBAGAI POLITISI DENGAN ANAK USIA REMAJA).

0 1 84

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEROKOK AKTIF DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Perokok Aktif di Surabaya)

0 0 21

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya )

0 0 15

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK HIPERAKTIF (Studi DeskriptifKualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Hiperaktif di Surabaya)

0 0 14