OPTIMASI METODE EKSTRAKSI SENYAWA BIOAKTIF SEMUT JEPANG (TENEBRIO MOLITOR) SEBAGAI DASAR PENELITIAN IN VITRO TERAPI DIABETES MELITUS.

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
OPTIMASI METODE EKSTRAKSI SENYAWA BIOAKTIF SEMUT
JEPANG (TENEBRIO MOLITOR) SEBAGAI DASAR PENELITIAN IN
VITRO TERAPI DIABETES MELITUS

BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN

DIUSULKAN OLEH :
Tuti Ratnasari
NIM: G0014232 / ANGKATAN: 2014
Fathu Thaariq Baihaqy
NIM: G0015082 / ANGKATAN: 2015
Fita Nafisa
NIM: G0015090 / ANGKATAN: 2015
Riswanda Satria Adi Prasojo NIM: G0014204 / ANGKATAN: 2014

UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015


i

DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ........................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................. ii
Ringkasan ........................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................ 2
1.4 Kegunaan ....................................................................................... 3
1.5 Luaran ............................................................................................ 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................
2.1. Semut Jepang (Tenebrio molitor) ................................................. 4
2.2. Ekstraksi ......................................................................................... 5
2.3 Identifikasi Senyawa Bioaktif ......................................................... 5
2.4 Kromatografi Lapis Tipis ................................................................ 4
2.4. Ekstraksi ......................................................................................... 4
BAB 3. METODA PENELITIAN ......................................................................

3.1. Jenis Penelitian............................................................................... 6
3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ......................................................... 6
3.3. Subjek Penelitian ........................................................................... 6
3.6. Alat dan Bahan Penelitian .............................................................. 6
3.7. Bagan dan Prosedur Penelitian ...................................................... 6
3.8. Metode Analisis Data ..................................................................... 7
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN .................................................
4.1 Anggaran Biaya ............................................................................. 9
4.2 Jadwal Kegiatan ............................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 10

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Ringkasan Anggaran Biaya PKM-P .................................................
Tabel 4.2. Jadwal Kegiatan PKM-P ...................................................................

9
9

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Semut jepang (Tenebrio molitor) ......................................................

Gambar 2. Skema Penelitian ..............................................................................

4

ii

RINGKASAN
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kencing manis yang
ditandai dengan hiperglikemia. Pada tahun 2006, terdapat lebih dari 50 juta
orang yang menderita diabetes melitus di Asia Tenggara (Trisnawati,
2013). Penderita DM harus menggunakan obat antidiabet secara rutin
untuk menurunkan hiperglikemik. Penggunaan obat antidiabet dalam
jangka waktu panjang dapat menimbulkan penyakit komplikasi dan
membutuhkan biaya yang cukup banyak sehingga dibutuhkan pengobatan
pengganti yang terjangkau.
Semut jepang (Tenebrio molitor) merupakan salah satu insekta yang
menjadi hama pertanian namun juga sering dimanfaatkan sebagai pakan
burung saat fase larvanya. Semut jepang telah diketahui dapat menjadi
hepatoprotectif dan mengandung beberapa zat gizi yang dibutuhkan tubuh,
namun kandungan senyawa bioaktif dalam semut jepang dan mekanisme

senyawa bioaktif tersebut bekerja belum diketahui. Alkaloid, tannin,
polifenol, saponin, dan flavonoid merupakan contoh beberapa senyawa
bioaktif yang diketahui memiliki banyak manfaat seperti sebagai
antioksidan dan berpengaruh terhadap penurunan glukosa darah, kolesterol
serta mengobati penyakit lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa bioaktif yang
terkandung dalam ekstrak semut jepang. Ekstraksi semut jepang
menggunakan metode maserasi dan metode ekstraksi fox untuk
mengetahui pengaruh metode ekstraksi terhadap kadar senyawa bioaktif
yang didapat dengan cara membandingkan hasil ekstraksi kedua metode
tersebut. Pada tahun kedua, diharapkan dapat dilakukan percobaan invitro
pada jaringan yang hiperglikemik.
Jenis penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium post test
controlled group design dengan subyek eksperiment semut jepang
(Tenebrio molitor) yang diekstraksi menggunakan metode maserasi dan
metode ekstraksi fox. Selanjutnya, kadar senyawa bioaktif diketahui
melalui uji kromatografi lapis tipis (KLT). Setelah mendapatkan data,
dilakukan analisis data dengan membandingkan hasil menggunakan teknik
uji T test.
Kata kunci: Semut jepang (Tenebrio molitor), Identifikasi Senyawa

Bioaktif

iii

ABSTRAK

Diabetes Mellitus (DM) is a disease which marked by hyperglycemia
(sugar of blood increases). In 2006, there are over than 50 million people
diabetes mellitus in Southeast Asia (Trisnawati, 2013). Diabetes mellitus
patients should consume anti-diabetic drugs to prevent hyperglycemia and
DM complication. The use of anti-diabetic drugs for long periods is an
problem that need attention the effectiveness and safety of the medicine,
and on the non-medical side like the costs of patients. So we need a
subtitute anti-diabetic drugs which have a more lower cost.
Tenebrio molitor are a kinds of insecta that easily found in Indonesia.
This insecta not only become agricultural pests, but also frequently used as
bird feed. Tenebrio molitor have been found to be hepatoprotective and
contains few nutrients like protein and high unsaturated fat acid that body
needs, but the detail bioactive contens in Tenebrio molitor have not
known. Alkaloids, tannins, polyphenols, saponins and flavonoids are some

examples of bioactive compounds that are known have many benefits such
as antioxidant and the effect on the decrease in blood glucose, cholesterol
and treat other diseases.
This research is aims to know the bioactive compounds contained in
extracts of Tenebrio molitor. We use two extraction method to know the
effect of difference extraction on levels of bioactive compounds obtained
by comparing the results of the extraction. In the second year, we expected
it can be basic to do in vitro experiments on tissue hyperglycemic.
This is an experiment laboratory research post test controlled group
design which use subject Tenebrio molitor that will extracted using
maceration method and fox extracted method. Then, the bioactive
compounds and level can be known by testing thin-layer chromatography
(TLC). After getting the data, data analyzed using the T test methods.
Keywords: Identification Bioactive Compounds of Tenebrio molitor .

iv

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) yang umum dikenal sebagai penyakit kencing
manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan
kadar gula darah) terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan.
Bila DM tidak segera diatasi akan terjadi gangguan metabolisme lemak
dan protein, dan resiko timbulnya gangguan mikrovaskuler atau
makrovaskuler meningkat (Tony dan Suharto, 2005). Komplikasi
mikrovaskuler seperti jantung koroner (coronary heart disease =
CAD), penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah
perifer , sedangkan komplikasi mikrovaskuler seperti Retinopati diabetika.
Di negara yang masih berkembang diabetes melitus menjadi masalah
utama. Pada tahun 2006, terdapat lebih dari 50 juta orang yang menderita
DM di Asia Tenggara dan 80% orang dengan DM tinggal di negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Sebagian besar penderita DM
berusia antara 40-59 tahun (Trisnawati, 2013). Pada tahun 2013, proporsi
penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun dengan DM adalah 6,9 persen
(Kemenkes, 2013).
Diabetes melitus tidak dapat disembuhkan, sehingga penderita harus
menjaga pola makan agar tidak menimbulkan hiperglikemik dan
menyebabkan penyakit komplikasi. Dengan demikian, penderita diabetes
melitus harus rutin memberikan suntikan insulin yang dilakukan setelah

mengonsumsi makanan yang memiliki kadar glukosa yang tinggi. Salah
satu cara yang sering dilakukan untuk menurunkan kadar
glukosa darah ini adalah dengan menggunakan obat-obat yang berkhasiat
sebagai antidiabet. Menurut Katzung (2007) obat antidiabet dapat diartikan
sebagai obat yang dapat menurunkan kadar glukosa darah yang meningkat.
Penggunaan obat antidiabet dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan serta menimbulkan
resistensi obat, sedangkan dari sisi non medis yang menjadi masalah
adalah besarnya biaya pengobatan jangka panjang sehingga perlu
pengobatan pengganti yang terjangkau.
Disisi lain, Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya
alam. Salah satu yang belum mendapat perhatian yaitu semut jepang
dengan nama latin Tenebrio Molitor. Insekta ini sering menjadi hama
pertanian namun juga sering dimanfaatkan sebagai pakan burung saat fase
larvanya. Masyarakat Indonesia juga secara turun temurun telah

1

menggunakan semut jepang untuk obat menurunkan tekanan darah,
kolesterol, glukosa darah, dll.

Semut jepang diketahui memiliki kandungan gizi seperti protein total
548,9g/Kg (Bednarova, M, 2013), asam lemak yaitu asam olear dan asam
linoleat masing-masing 19,8 dan 8,51%, (Aguilar-Miranda, E.D, 2002)
serta kandungan vitamin E 15±3 IU/kg(Barker, D, 1998). Asam lemak ini
merupakan asam lemak tak jenuh rantai panjang yang baik untuk tubuh.
Penelitian dari Lee J (2015) ekstrak etanol larva Tenebrio Molitor
mengandung zat sitotoksik yang berguna untuk melawan kanker hati pada
percobaan invivo. Namun senyawa bioktif dan mekanisme kerjanya
sebagai antikanker belum diketahui.
Senyawa aktif merupakan zat yang memiliki daya atau kemampuan
untuk mencegah terjadinya berbagai kondisi buruk tubuh saat metabolisme
atau mencegah masalah kesehatan dan menjaga kesehatan manusia
(Suharto et al., 2012). Selain itu Dali et al. (2011) mengatakan bahwa
senyawa aktif adalah zat biokatif yang memiliki aktifitas biologis sebagai
antibiotik, antitumor.
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu belum diketahui komponen
senyawa bioaktif dari semut jepang (Tenebrio Molitor) yang
bertanggungjawab terhadap aktivitas penurunan glukosa darah.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk melakukan
identifikasi golongan senyawa bioaktif yang terdapat semut jepang

(Tenebrio Molitor). Produk yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan
dapat dikembangkan lebih lanjut dalam percobaan invitro terhadap
jaringan yang hiperglikemik.
Menurut Tzompa-Sosa, D.A (2014) cara ekstraksi Tenebrio Molitor
berpengaruh terhadap hasil profil lipid. Oleh karena itu, peneliti juga akan
menggunakan dua metode ekstraksi yaitu menggunakan metode maserasi
dan metode ekstraksi fox untuk mengetahui pengaruh metode ekstraksi
terhadap hasil ekstraksi.

1.2 Perumusan Masalah
1.2.1 Apa saja senyawa bioaktif (alkaloid, tannin, polifenol, saponin, dan
flavonoid) terdapat dalam ekstrak semut jepang (Tenebrio Molitor)?
1.2.2 Senyawa bioaktif apakah yang mempunyai kadar tertinggi dari hasil
analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) semut jepang (Tenebrio
Molitor ?

2

1.2.3 Apakah ada perbedaan kadar (%) senyawa bioaktif dalam ekstrak semut
jepang (Tenebrio Molitor) yang diekstraksi menggunakan dua metode

berbeda?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apakah senyawa bioaktif (alkaloid, tannin, polifenol,
saponin, dan flavonoid) terdapat dalam ekstrak semut jepang (Tenebrio
Molitor)
1.3.2 Untuk mengetahui senyawa bioaktif yang mempunyai kadar tertinggi
dari hasil analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) semut jepang
(Tenebrio Molitor)
1.3.3 Untuk mengetahui perbedaan kadar (%) senyawa bioaktif dalam ekstrak
semut jepang (Tenebrio Molitor) yang diekstraksi menggunakan dua
metode berbeda

1.4 Kegunaan
1.4.1 Sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya yaitu uji in vitro untuk
mengatasi diabetes mellitus.
1.4.2 Sebagai dasar untuk menentukan potensi semut jepang selanjutnya.
1.4.3 Sebagai pengetahuan untuk masyarakat luas.

1.5 Luaran
1.5.1
Tahun Pertama
1.5.1.1 Publikasi di jurnal terakreditasi baik nasional maupun Internasional.
1.5.1.2 Desiminasi hasil riset di seminar nasional dan/atau internasional.
1.5.1.3 Hak cipta hasil penelitian ekstraksi semut jepang (Tenebrio molitor ).
1.5.2
Tahun Kedua
1.5.2.1 Uji in vitro senyawa biokimia dalam semut jepang (Tenebrio molitor )
yang diperkirakan mampu mengatasi diabetes melitus tipe 2.
1.5.2.2 Publikasi di jurnal terakreditasi baik nasional maupun Internasional.
1.5.2.3 Desiminasi hasil riset di seminar nasional dan/atau internasional.

3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Semut Jepang (Tenebrio molitor)
2.1.1
Klasifikasi Semut Jepang (Tenebrio molitor)
Kingdom
: Animalia (Animals)
Phylum
: Arthropoda (Arthropods)
Class
: Insecta (Insects)
Order
: Coleoptera (Beetles)
Family
: Tenebrionidae (Darkling Beetles)
Genus
: Tenebrio (Mealworm beetles)
Species
: Tenebrio molitor (Myers, P et al., 2015)
2.1.2
Ciri – Ciri Semut Jepang (Tenebrio molitor)
Tenebrio molitor memiliki ciri-ciri mempunyai badan
keras, bersayap tetapi tidak dapat terbang, memiliki 3
pasang kaki dan sepasang antena pada tubuhnya. Tenebrio
molitor
hidup
secara
berkelompok,
mempunyai
reproduktifitas tinggi, bukan hewan kanibal dan memiliki 4
Fase perubahan fisik (telur, ulat, semut remaja, semut
Gambar 1.
dewasa) serta tidak agresif (Bennett, 2003)
Semut Jepang
2.1.3
Habitat Semut Jepang (Tenebrio molitor)
Tenebrio molitor dilaporkan ada pada daerah beriklim di seluruh dunia,
terutama di belahan bumi utara. Biasanya, mereka ditemukan di dekat peradaban
manusia karena mereka berkembang pada gandum dan tepung. Semut jepang
(mealworm) paling sering ditemukan di lumbung, fasilitas penyimpanan bijibijian, dan area persiapan makanan. Lingkungan yang disukai adalah lingkungan
yang sangat kering, cukup hangat, dan gelap.
2.2
Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Ekstraksi
pada penelitian ini menggunakan 2 metode yang berbeda yaitu; metode dengan
prinsip Maserasi dan metode dengan prinsip ekstraksi semut api Fox. Menurut
Widyatno, 2010; J, Trad. Med, 2014, pemakaian metode maserasi menghasilkan
kadar flavonoid dan rendemen tertinggi.
2.2.1

Prinsip Maserasi

Dasar dari maserasi adalah melarutkan bahan kandungan dari sel yang rusak
yang terbentuk pada saat penghalusan, ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel
yang masih utuh. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan didalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan
terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses
difusi). Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan
semakin banyak yang diperoleh (Voigh, 1994).

4

2.2.2

Prinsip Fox Fire Ant Extraction

Metode fox fire ant extraction merupakan metode ekstraksi untuk
mengambil komponen yang ada pada insect secara cepat dan sederhana untuk
dilakukan. Menurut (Fox, E, et al, 2013) cara ekstraksi semut menggunakan
metode fox adalah dengan merendam semut jepang dalam air untuk
menghilangkan kotoran yang ada pada semut yang lalu dibenamkan kedalam
campuran air suling (ca. 1 mL per gram dari semut) dan hexane (ca. 5 mL per
gram dari semut), dimana campuran tersebut memiliki dua lapisan berdasarkan
sifatnya, yang akan memisahkan kandungan senyawa semut sesuai sifat
senyawanya. Bagian atas larutan adalah flavonoid venom dan hidrokarbon, bagian
bawah larutan adalah venom protein dan peptide. Lalu Larutan dibersihkan dari
debu dan debris dengan menggunakan sentrifuges. Setelah disentrifuges
didapatkan larutan murni yang disimpan suhu -80oC.
2.3
Identifikasi Senyawa Bioaktif
Tanaman obat yang memiliki aktivitas antidiabetes biasanya mengandung
senyawa bioaktif seperti glikosida, alkaloid, terpenoid, flavonoid, dan carotenoid
(Kim et al., 2006). Peneliti akan mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder
yaitu alkaloid, saponin, fenol, flavonoid dan tannin. Senyawa alkaloid dapat diuji
menggunakan larutan asam sulfat 2 M dengan pereaksi dragendorff dan pereaksi
mayer. Saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air panas. Senyawa fenol
diuji dengan ditetesi larutan FeCl3 5%. Identifikasi tannin menggunakan metode
feri klorida. Sedangkan untuk flavonoid, hasil ekstraksi ditambahkan serbuk
magnesium 0,1 mg dan 0,4 ml amil alkohol (Harborne, 1987).
2.4
Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi Lapis Tipis ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan
pemisah, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada
penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang
akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita. Setelah pelat atau
lapisan diletakkan di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang
yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler
(pengembangan). Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan
(dideteksi) (Stahl, 1985). Kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan
senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofob seperti lipida-lipida dan hidrokarbon.
Sebagai fase diam digunakan senyawa yang tak bereaksi seperti silica gel atau
alumina. Silica gel biasa diberi pengikat yang dimaksudkan untuk memberikan
kekuatan pada lapisan dan menambah adhesi pada gelas penyokong. Pengikat
yang biasa digunakan adalah kalsium sulfat (Sastrohamidjojo, 1991).Data yang
diperoleh dari KLT adalah nilai Rf, didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh
oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari
titik asal, berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf senyawa murni dapat
dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar. bilangan Rf selalu < 1,0.

5

BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimental laboratorik dengan
rancangan post test only controlled group design.
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu Maret-Juni 2016 di
Laboratorium UNS dan UGM
3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah semut jepang (Tenebrio molitor ) yang didapatkan
dengan membeli dari pedangang di pasar hewan Surakarta.
3.4 Alat dan Bahan Penelitian
3.4.1
Alat
Rotary evaporator Buchi, centrifuges, lemari es, alat-alat gelas, blender,
timbangan digital, corong bucher pompa vacuum, filler,oven, plat KLT,
bejana KLT, lampu UV 254 nm dan 366 nm, waterbath, Pelat gelas, Plat
silica gel G60, plat KLT.
3.4.2
Bahan
Air suling dan hexane, semut jepang (Tenebrio molitor ), Etanol 95%,
asam sulfat 2 N, pereaksi dragendorff, pereaksi meyer, Aquades, HCl 2N,
Pemanas, Etanol 70%, Larutan FeCl3 5%, Serbuk magnesium 0,1 mg,
Amil alcohol 0,4 ml (campuran asam klorida 37 % dan etanol 95 %
dengan volume yang sama), Alcohol 4 ml, Larutan NaCl 10%, Larutan
FeCl3 1%, silica gel, kalsium sulfat, amonia 25%, Kloroform, Methanol
teknis, NH4OH pekat, HCl 2M, n-heksana, Kloroform, Aseton, ScCl3,
Butanol, Asam asetat, Aquades, Amonia, Asam asetat glacial Asam
klorida, Methanol, Etil asetat, AlCl3 1%, Evaporator, n-heksan, etil
asetat, Kloroform, pereaksi Liberman-Burchard, pereaksi Vanilin-HCl,
larutan I2asam asetat glasial, H2SO4, kertas saring dan tissue.
3.5 Bagan dan Prosedur Penelitian
3.5.1
Prosedur Penelitian
a. Persiapan Sampel
Semut jepang didapatkan dengan membeli dari pedagang di pasar
hewan. Semut jepang yang akan digunakan, terlebih dahulu benamkan
dalam air untuk memisahkannya dari kotoran dan agar mudah untuk
diambil saat mengapung di atas air.
b. Proses Ekstraksi semut jepang (Tenebrio molitor )
Proses ekstraksi semut jepang menggunakan metode maserasi dan
metode fox(ekstraksi semut api). Semut jepang yang telah mengapung
dibagi menjadi dua dan dimasukkan dalam 2 wadah yang berbeda
yaitu wadah yang berisi etanol 95% dan wadah yang berisi campuran

6

c.

air suling dan hexane yang perbandingan campuran tersebut 1:5.
Selanjutnya ekstraksi semut jepang dilakukan sesuai metode ekstraksi
maserasi dan fox fire ant extraction.
Identifikasi senyawa bioaktif semut jepang (Tenebrio molitor )
1. Alkaloid
Uji alkaloid dilakukan dengan melarutkan dalam beberapa tetes asam
sulfat 2 N kemudian diuji dengan 2 pereaksi alkaloid yaitu pereaksi
dragendorff dan pereaksi meyer. Hasil uji positif diperoleh bila
terbentuk endapan merah hingga jingga dengan pereaksi dragendorff
dan endapan putih kekuningan dengan pereaksi meyer.
2. Saponin
Saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air panas. Busa yang
stabil akan terus terlihat selama 5 menit dan tidak hilang pada
penambahan 1 tetes HCl 2 N menunjukkan adanya saponin.
3. Fenol
Sejumlah sampel diekstrak dengan 20 ml etanol 70 %. Larutan yang
dihasilkan diambil sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan 2 tetes
larutan FeCl3 5%. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya
warna hijau atau hijau biru.
4. Flavonoid
Sejumlah sampel ditambahkan serbuk magnesium 0,1 mg dan 0,4 ml
amil alkohol (campuran asam klorida 37 % dan etanol 95 % dengan
volume yang sama) dan 4 ml alkohol kemudian campuran dikocok.
Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, kuning
atau jingga pada lapisan amil alcohol (Harborne, 1987)
5. Tannin
Identifikasi menggunakan metode feri klorida. Ekstrak kasar, fraksi nheksan, fraksi etil asetat dan fraksi methanol masing-masing
ditimbang sebanyak 10 mg, kemudian ditambahkan 20 mL air panas
dan 5 tetes larutan NaCl 10%. Campuran dibagi menjadi 2 tabung
reaksi, salah satunya sebagai control negative dan yang lainnya
ditambahkan larutan FeCl3 1% sebanyak 3 tetes. Perubahan warna
diamati, dimana tannin terhidrolisa memberikan warna biru atau biruhitam, sedangkan kondensasi tannin memberikan warna biru-hijau
dan dibandingkan dengan control. (Guevera, 1985)

d.

Uji kadar senyawa bioaktif menggunakan Kromatografi Lapis Tipis
Pengujian kadar senyawa bioaktif (alkaloid, tanin dan polifenol,
saponin, flavonoid) dilakukan dengan menggunakan fase gerak yang
berbeda-beda sesuai senyawa bioaktif yang akan diuji.

7

Pertama, filtrate hasil ekstraksi ditotolkan pada plat KLT.
Setelah dicampur dengan reagen dan dimasukkan fase geraknya, plat
dikeringkan dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366
nm. Kemudian plat disemprot dengan SbCl3 dioven pada suhu 110oC
selama 10 menit, dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan
366 nm.
3.5.2
Bagan penelitian
Tahun Pertama

Tahun Kedua

3.6 Metode Analisis Data
Data dianalisis dari hasil KLT yang dibandingkan antar senyawa melalui metode
ekstraksi yang berbeda menggunakan T test.

8

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya
Tabel 4.1 Ringkasan Anggaran Biaya PKM-P
No. Jenis Pengeluaran
Peralatan Penunjang
1

Biaya (Rp.)
4.393.000

2

Bahan Pakai

4.155.000

3

Perjalanan

500.000

4

Lain-lain

1.150.000
10.198.000

Jumlah

4.2 Jadwal Kegiatan
Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan PKM-P
Bulan
No. Kegiatan
Februari
Persiapan alat dan bahan
1
serta mengurus perijinan
Pembelian
dan
2
pembudidayaan
semut
jepang
Ekstraksi bahan dengan
3
dua metode
4
Uji KLT
5
Pengambilan data
Pembandingan data dan
6
pengambilan kesimpulan
7
Pembuatan laporan akhir
8
Monev
Publikasi
jurnal
9
terakreditasi

Bulan
Maret

Bulan April Bulan Mei

9

DAFTAR PUSTAKA
Barker, Fitzpatrick M.P., Dierenfeld E.S. 1998. “Nutrient Composition of
Selected Whole Invertebrates”. Scopus
Bednarova, Borkovcova and Komprda T. 2013. “Purine Derivate Content and
Amino Acid Profile in Lavral Stages of Three Edible Insect”. Scopus(94 : 7176)
Bennet. 2003. Diakses di http://www.the-piedpiper.co.uk/th7h.htm
Dali, S., Natsir, H., Usman, H., Ahmad, A. 2011. Bioaktivitas antibakteri fraksi
protein Alga merah gelidium amansii dari perairan cikoang kabupaten takalar,
sulawesi selatan.Universitas Hasanuddin, Makasar. Indonesia. (47-52)
Fox, E. Gonçalves Paterson et al. 2013. “A simple, rapid method for the extraction
of whole fire antvenom (Insecta: Formicidae: Solenopsis)”. Elsevier
(www.elsevier.com/locate/toxicon)
Suharto. P. A. M., Edy. J. H., Dumanauw. M. J. 2012. Isolasi dan identifikasi
senyawa saponin dari ekstrak metanol Batang pisang ambon (musa
paradisiaca var. Sapientum l.). Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT
Manado. Indonesia. (86-91)
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro).
Bandung: Institut Teknologi Bandung
Kemenkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas 2013. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Kim et al., 2006. Diaskes di (http://repository.wima.ac.id/1953/2/BAB%201.pdf)
Katzung, Bertram G, dkk. 2012. Farmakologi dasar & klinik edisi 10. Jakarta:
EGC
Lee et al. 2015. “Cytotoxix effects of Tenebrio molitor Larval Extracts Agains
Hepatocellular Circanoma”. Scopus
Miranda, Aguilar et al. 2002. “Characteristics of Maize Flour Tortilla
Supplemented With Ground Tenebrio Molitor Larvae”. Scopus(50 : 192-195)
Myers, P., R. Espinosa, C. S. Parr, T. Jones, G. S. Hammond, and T. A. Dewey.
2015. The Animal Diversity Web (online) (http://animaldiversity.org)
Sastrohamidjojo, H. 1991. Kromatografi. Yogyakarta: Penerbit Liberty, P:22-36.
Tony H., B. Suharto. 2005. Insulin, glukagon dan antidiabetik oral. Dalam:
Sulistia G. Ganiswara. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Bagian
Farmakologi Universitas Indonesia, pp: 467-81
Triswanda, Shara K, dkk. 2013. Faktor Resiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II
di Puskesmas Kecamatan Cengkerang Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal
Ilmiah Kesehatan, Vol.5 No.1:1-11
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. Yogyakarta: UGM
Widyatno, H. 2010.Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Kadar Flavonoid Total
Pada Ekstrak Etanol Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (Bl) Miq)

10

Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing
Biodata Ketua Pelaksana
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap
Tuti Ratnasari
2 Jenis Kelamin
P
3 Program Studi
Kedokteran
4 NIM
G0014232
5 Tempat dan Tanggal Lahir Taraman, 27 Oktober 1996
6 E-mail
Tutiratna27@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP
085727348849
B. Riwayat Pendidikan
SD

SMP

Nama Institusi

SDN 2 Taraman SMPN 3 Kalasan

Jurusan
Tahun Masuk-Lulus

2008

2011

SMA
SMAN
Yogyakarta
IPA
2014

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation )
Artikel Waktu
No. Nama Pertemuan Ilmiah / Judul
Seminar
Ilmiah
Tempat
1
2

6

dan

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau
institusi lainnya)
Pertemuan Judul Artikel Ilmiah
Tempat
dan
No. Nama
Ilmiah / Seminar
Waktu
1

Lomba Peneliti Belia Survei, Efforts To Eradicate The Yogyakarta, 17
(LPB)
Small Corruptors In Indonesian
November 2011

2

Es Cream Singkong dan Bekatul
UAD
(CIBUL) Sebagai Makanan
Yogyakarta, 11
Berbahan
Baku
Lokal
September
Berprotein dan Berserat Tinggi
2012

Biodata Dosen Pembimbing
A A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar)
2 Jenis Kelamin
3 Program Studi
4 NIDN
5 Tempat dan Tanggal Lahir
6 E-mail
7 Nomor Telepon/HP

Yuliana Heri Suselo, dr.MSc
Perempuan
Asisten Ahli
0018078002
Magelang, 18 Juli 1980
yuliana_hsfis@yahoo.com
085742974531

B. Riwayat Pendidikan
S1
S2
S3
Universitas
Universitas
Gadjah
Sebelas Maret
Nama Institusi
Mada Yogyakarta
Surakarta

Jurusan
Tahun
Lulus

Kedokteran
Ilmu Kedokteran Dasar
Umum
dan dan
Biomedik Profesi Dokter (KedokteranMolekuler)
Masuk- 1998-2004

2010-2013

-

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation )
No.

Nama Pertemuan
Seminar

1

The
Selectivity
International
Conference
: Cytotoxicity
of
Research and Application on Ethanolic Extract of
Traditional Complementary and Annona
Muricata
Alternative Medicine in Health Leaf
on
HeLa
Care (TCAM)
Cervical
Cancer
Cells

2

Frekuensi
23 Januari 2013,
Polimorfisme
Seminar Nasional Ikatan Ahli
rs4820268
gen Gedung MB IPB
Ilmu Faal Indonesia (IAIFI)
TMPRSS6 pada Ibu Bogor
Hamil di Surakarta

3

Ilmiah

/ Judul
Ilmiah

Artikel Waktu
Tempat

dan

22-23 Juni 2012,
Fakultas
Ilmu
Kesehatan UMS
Surakarta

Seminar Nasional Ikatan Ahli Perubahan Ekspresi 23 Januari 2013,
Ilmu Faal Indonesia (IAIFI)
Molekul
Ko- Gedung
MB

4

Selektifitas
toksisitas
ekstrak
The 1st International Symposium daun sirsak terhadap
of Traditional and Complementary limfosit
T
Alternative Medicine (TradCam)
hiperautoreaktif
pasien
systemic
lupus erythematosus

12-13
April
2014,
Hotel
Shangri-La
Surabaya

5

The
Frequency
rs855791 of trans
membrane protease
International Joint Conference serine 6 (TMPRSS
APCHI-Ergofuture-PEI-IAIFI
6)
gene
polymorphism
in
pregnant women in
Surakarta

22-25 Oktober
2014,
Universitas
Udayana, Bali

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau
institusi lainnya)
No.

Nama Pertemuan
Seminar

Ilmiah

1

Best Poster

IAIFI

Best article

International
2012
Conference
TCAM FIK UMS
Universitas
2013
Gadjah
Mada
Yogyakarta

2
Lulusan Magister Terbaik
3

/ Judul
Ilmiah

Artikel Waktu
Tempat

dan

2007

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM Penelitian.
Surakarta, 26 September 2015

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan
1. Peralatan penunjang (15-25%)
No

Material

1

Alat-alat Gelas

2
3

Filler
Lampu UV 254 nm
Lampu UV 366 nm

4
5
6

Plat KLT
Bejana KLT
Labu Siam

7

Pelat gelas

Justifikasi
Pemakaian
Media dan penunjang
reaksi
Pendukung untuk
kromatografi lapis
tipis (KLT)
Melihat terjadinya
flourensi
Tempat reaksi KLT
Tempat reaksi KLT
Tempat reaksi serta
penyimpanan sampel
maupun larutan

Kuantitas
1 set

Harga
Satuan (Rp)
800.000

1 buah

500.000
250.000

7 buah
1 set
1 buah

150.000
600.000
120.000

750.000
SUB TOTAL (Rp) 3.170.000

2. Bahan Habis Pakai (30-40%)
No Material
1
2
3
4
5
6

7
8
9
10
11

Semut Jepang (Tenebrio
mollei)
Etanol 95% dan etanol 70%
Aquades
Asam sulfat 2N
Larutan FeCl3 5%, Larutan
FeCl3 1%
Kloroform p.a. E. Merck
dan kloroform 25%
pereaksi Vanilin-HCl
Asam Asetat Glasial p.a. E.
Merck
Pereaksi Mayer
Pereaksi Wagner
Pereaksi Dragendorff
Pereaksi Liberman-

Justifikasi
Pemakaian
Sampel

Kuantitas

Harga
Satuan (Rp)
300.000

Pelarut sampel
Pelarut
Proses maserasi
Presipitasi protein dan
lemak sampel
Ekstraksi sampel tidak
larut air, reaksi uji
fitokimia
Pereaksi kimia

1000 ml
5000 ml
1000 ml
1000 ml

190.000
100.000
115.000
95.000

1000 ml

115.000

1000 ml

110.000

Reagen uji fitokimia
Reagen uji fitokimia
Reagen uji fitokimia
Reagen uji fitokimia

1000 ml

190.000
180.000
260.000
310.000

12

Burchard
Bahan penunjang

Pelarut

2.20.000

Serbuk magnesium 0,1 mg,
Amil alcohol 0,4 ml, HCl
2N, silica gel, kalsium
sulfat, Methanol teknis,
NH4OH pekat, HCl 2M, nheksana, Aseton, ScCl3,
Butanol,
Asam
asetat,
Amonia, Methanol, Etil
asetat, AlCl3 1%, n-heksan,
etil asetat, larutan I2,
H2SO4, kertas saring dan
tissue.

SUB TOTAL (Rp) 5.378.000
3. Perjalanan (15-25%)
Material
Justifikasi
Ke laboratorium Ekstraksi
LPPT UGM
semut jepang
SUB TOTAL (Rp)

Kuantitas
25

Harga
Satuan (Rp)
20.000

Keterangan
500.000
500.000

4. Lain-lain (administrasi, publikasi, seminar, laporan, lainnya, maks 10%)
Material
Justifikasi
Kuantitas
Harga
Keterangan
Pemakaian
Satuan (Rp)
Pembuatan
Pembuatan
50.000
laporan
laporan awal
dan akhir
Publikasi ke Publikasi
500.000
Jurnal
penemuan
terakreditasi
baru
Administrasi
Pemakaian
3 lab
600.000
laboratorium
laboratorium
SUB TOTAL (Rp)
1.150.000
TOTAL (KESELURUHAN) (Rp.)
10.198.000

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
No Nama /NIM

Program
Studi

Bidang
Ilmu

1

Tuti Ratnasari

Kedokteran Kedokteran

2

Riswanda
Kedokteran Kedokteran
Satria
Adi
Prasojo

10 jam

3

Fathu Thaariq Kedokteran Kedokteran
Baihaqy

8 jam

4

Fita Nafisa

8 jam

Kedokteran Kedokteran

Alokasi
waktu
(jam/mingg
u)
10 jam

Uraian Tugas

Ekstraksi dan Skrining
senyawa bioakstif, Uji
KLT, Pengekstraksian
dengan
berbagai
metode, Pengambilan
data,
Pembuatan
laporan akhir
Ekstraksi dan Skrining
senyawa bioakstif, Uji
KLT, Pengekstraksian
dengan
berbagai
metode, Pengambilan
data,
Pembuatan
laporan akhir
Persiapan alat dan
bahan serta mengurus
perijinan, Ke BPTO,
Pengekstraksian
dengan
berbagai
metode, Pengambilan
data,
Pembuatan
laporan akhir
Persiapan alat dan
bahan serta mengurus
perijinan, Ke BPTO,
Pengekstraksian
dengan
berbagai
metode, Pengambilan
data,
Pembuatan
laporan akhir