Efek Berjalan Santai Selama 30 Menit terhadap Peningkatan Kewaspadaan pada Laki-Laki Dewasa Muda.

(1)

iv ABSTRAK

EFEK BERJALAN SANTAI SELAMA 30 MENIT TERHADAP PENINGKATAN KEWASPADAAN

PADA LAKI – LAKI DEWASA MUDA

Ridwan Ramadhan, 2015

Pembimbing I : Harijadi Pramono, dr., M.Kes. Pembimbing II: Budi Widyarto, dr., M.H.

Latar Belakang: Kewaspadaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti makanan, minuman, penggunaan zat aktif tertentu, latihan fisik, dan kebugaran tubuh. Pada orang dewasa, latihan fisik merupakan komponen penting dalam menunjang kebugaran tubuh, yang sangat besar manfaatnya dalam meningkatkan produktivitas kerja. Latihan fisik dianggap sebagai komponen penting dari gaya hidup sehat. Latihan fisik aerobik seperti berjalan kaki telah diketahui dapat meningkatkan kesehatan otak yang berpengaruh terhadap kewaspadaan.

Tujuan: Untuk mengetahui apakah berjalan santai selama 30 menit dapat meningkatkan kewaspadaan.

Metode: Desain penelitian ini bersifat eksperimental kuasi, dengan menggunakan rancangan pre-test dan post-test, dilakukan terhadap 30 laki-laki dewasa muda dengan rentang usia 18-25 tahun. Data yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan Johnson Pascal Test sebelum dan setelah berjalan santai selama 30 menit. Analisis data ini menggunakan uji “t” berpasangan dengan α= 0,05.

Hasil: Rata-rata waktu mengerjakan Johnson Pascal Test setelah berjalan santai selama 30 menit lebih singkat, yaitu 118,73 detik (SD=23,10) dibandingkan dengan sebelum berjalan santai selama 30 menit, yaitu 155,27 detik (SD=35,03), dengan perbedaan yang sangat signifikan (p<0,01).

Kesimpulan: Berjalan santai selama 30 menit dapat meningkatkan kewaspadaan.


(2)

v

ABSTRACT

THE EFFECT OF SAUNTERING FOR THIRTY MINUTES TOWARDS ALERTNESS INCREASE IN YOUNG ADULT MEN

Ridwan Ramadhan, 2015

Tutor 1 : Harijadi Pramono, dr., M.Kes. Tutor 2 : Budi Widyarto, dr., M.H.

Background: Alertness is affected by several factors, such as food, beverage, certain active compounds, physical exercise, and body fitness. In adults, physical exercise is an important component in supporting body fitness, that will impact work productivity. Physical exercise is considered an important part of a healthy lifestyle. Aerobic physical training such as sauntering has been known to increase the brain’s health that will furthermore affect alertness.

Objective: To assess whether thirty minutes sauntering for thirty minutes could increase alertness.

Methods: This study was quasi experimental research, with pre-test and post-test design, performed on thirty young adult men aged between eighteen to twent-five years old. Measured data was the time needed to do Johnson Pascal Test before and after sauntering for thirty minutes. Data was analyzed with paired T test, α= 0.05.

Results: The average time to do Johnson Pascal Test after sauntering for thirty minutes was shorter,with 118.73 seconds (SD = 23.10) compared to before sauntering for thirty minutes, which was 155.27 seconds (SD = 35.03), with a highly significant difference (p<0.01).

Conclusion: Sauntering for thirty minutes could increase alertness.


(3)

iv DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 2

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1. Manfaat Akademik ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 3

1.5.1. Kerangka Pemikiran ... 3

1.5.2. Hipotesis Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan ... 5

2.1.1. Definisi Kewaspadaan ... 5

2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kewaspadaan ... 5

2.2. Sistem Saraf ... 7


(4)

v

2.2.2.Fisiologi Sistem Saraf Pusat ... 8

2.2.3. Peredaran Darah Arteri Otak ... 9

2.2.4. Metabolisme Otak ... 11

2.2.5. Formatio Retikularis ... 12

2.2.6. Sistem Aktivasi Retikularis ... 13

2.3. Latihan Fisik ... 14

2.3.1. Definisi Latihan Fisik ... 14

2.3.2. Jenis Latihan Fisik ... 15

2.3.3. Takaran Latihan Fisik ... 15

2.3.4.Komponen Kebugaran Jasmani ... 17

2.4.Perubahan yang Terjadi pada Latihan Fisik ... 19

2.4.1.Perubahan yang Terjadi pada Otot Rangka ... 19

2.4.1.1. Mekanisme Umum Kontraksi Otot ... 21

2.4.1.2. Sumber Energi dan Metabolisme ... 23

2.4.1.3. Aliran Darah Otot Rangka ... 25

2.4.2. Perubahan yang Terjadi pada Jantung ... 26

2.4.2.1. Peningkatan Curah Jantung Selama Latihan Fisik ... 26

2.4.2.2. Perubahan Sirkulasi Sistemik Selama Latihan Fisik ... 27

2.4.3. Perubahan yang Terjadi pada Paru-Paru ... 29

2.5.Hubungan Latihan Fisik terhadap Kewaspadaan ... 30

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan, Alat dan Subjek Penelitian ... 33

3.1.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 33

3.1.2 Subjek Penelitian ... 33

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 33

3.3. Metode Penelitian ... 34

3.3.1. Desain Penelitian ... 34


(5)

vi

3.3.3. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 34

3.3.4. Besar Sampel Penelitian ... 34

3.4. Prosedur Kerja ... 35

3.4.1. Persiapan Sebelum Tes ... 35

3.4.2. Prosedur Penelitian ... 36

3.5. Metode Analisis ... 36

3.6. Hipotesis Statistik... 37

3.7 Kriteria Uji... 37

3.8. Aspek Etik Penelitian ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 38

4.2. Pembahasan ... 40

4.3. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 42

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 43

5.2. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN ... 47


(6)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Intensitas Latihan Fisik ... 16

Tabel 2.2. Komponen Kebugaran Jasmani ... 18

Tabel 2.3. Curah Jantung Istirahat dan Selama Kerja Fisik ... 27

Tabel 4.1. Rata- Rata Johnson Pascal Test ... 38


(7)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Peredaran Darah Arteri Otak ... 10

Gambar 2.2. Formatio Retikularis dan RAS ... 14

Gambar 2.3. Struktur Otot Rangka ... 21


(8)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Soal Johnson Pascal Test ... 46

Lampiran 2. Informed Consent ... 48

Lampiran 3. Hasil Percobaan ... 50

Lampiran 4.Analisis Statistik ... 52

Lampiran 5. Dokumentasi ... 53


(9)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kewaspadaan merupakan suatu kebutuhan penting bagi manusia yang menentukan tingkat keberhasilan dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari; misalnya saat mengemudi kendaraan, kewaspadaan sangatlah diperlukan untuk menghindari terjadinya kecelakaan lalu-lintas. Kewaspadaan yang kurang baik dapat mengakibatkan penurunan prestasi kerja sampai kecelakaan kerja yang bisa berakibat fatal. Menurut hasil penelitian dari National Sleep Foundation, setiap tahun sekitar 25.000 orang meninggal karena kecelakaan yang diakibatkan mengantuk saat mengemudikan kendaraan (Weinberg, 2010). Istilah kewaspadaan sendiri sering dihubungkan dengan kemampuan untuk mempertahankan perhatian saat melakukan suatu pekerjaan dalam jangka waktu tertentu (Parasuraman, 1998). Kewaspadaan berfungsi untuk menimbang adanya kesempatan atau ancaman dari lingkungan, kemampuan bereaksi secara sadar dan tepat terhadap rangsang yang diterima, serta berkaitan erat dengan kecepatan reaksi (Sidharta, 1999).

Kewaspadaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti makanan, minuman, penggunaan zat aktif tertentu, latihan fisik, dan kebugaran tubuh. Pada orang dewasa, latihan fisik merupakan komponen penting dalam menunjang kebugaran tubuh, yang sangat besar manfaatnya dalam meningkatkan produktivitas kerja. Latihan fisik dianggap sebagai komponen penting dari gaya hidup sehat. Latihan yang baik untuk menjaga kebugaran seseorang adalah latihan aerobik dengan lama latihan 20-30 menit (Wiarto, 2013). Sebaliknya, apabila latihan dilakukan terlalu lama maka akan menimbulkan kelelahan. Latihan fisik aerobik seperti berjalan kaki telah diketahui dapat meningkatkan kesehatan otak yang berpengaruh terhadap kewaspadaan.

Pada penelitian yang dilakukan terhadap 20 remaja di Amerika Serikat, ditemukan adanya nilai prestasi akademik yang lebih baik dalam bidang membaca, mengeja, dan menghitung setelah diberikan perlakuan berupa berjalan diatas


(10)

2 Universitas Kristen Maranatha

treadmill selama 20 menit. Hasil tersebut berkebalikan dengan subjek penelitian yang hanya diberikan perlakuan berupa istirahat (Hillman et al, 2009). Penelitian lain dilakukan pada 16 subjek penelitian dengan rentang usia 19-23 tahun. Penelitian tersebut mengevaluasi Stroop Completion Time ( alat ukur fungsi otak ) pada saat istirahat, 30 detik setelah latihan sedang, 5 menit setelah latihan sedang, 30 detik setelah latihan berat, dan 5 menit setelah latihan berat menggunakan

stationary bike. Hasil penelitian didapatkan perbaikan Stroop Completion Time

setelah melakukan masing-masing latihan dengan hasil signifikan (Blanton et al, 2013). Kedua penelitian tersebut menggunakan latihan fisik aerobik akut.

Belum banyak penelitian yang dilakukan mengenai efek akut dari latihan fisik aerobik terhadap kewaspadaan pada kalangan dewasa muda. Beberapa penelitian menyatakan bahwa latihan aerobik akut dapat meningkatkan fungsi kewaspadaan, sedangkan penelitian lainnya menyatakan terjadi penurunan ataupun tidak adanya pengaruh antara latihan aerobik akut terhadap kewaspadaan (Blanton et al, 2013). Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti efek latihan fisik aerobik akut seperti berjalan santai selama 30 menit terhadap peningkatan kewaspadaan pada laki-laki dewasa muda.

1.2Identifikasi Masalah

Apakah berjalan santai selama 30 menit dapat meningkatkan kewaspadaan.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui efek berjalan santai selama 30 menit terhadap peningkatan kewaspadaan.


(11)

3 Universitas Kristen Maranatha

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademik

Menambah wawasan dalam ilmu kedokteran khususnya bidang fisiologi mengenai kewaspadaan dan efek berjalan santai selama 30 menit terhadap peningkatan kewaspadaan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kewaspadaan dan efek berjalan santai selama 30 menit terhadap peningkatan kewaspadaan

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Pusat kewaspadaan berada di formatio retikularis dan kewaspadaan ini bermula dari akumulasi informasi yang didapat dari lingkungan. Informasi yang pernah diterima akan diolah di dalam otak, kemudian akan kembali diingat. Proses ini menggunakan pikiran yang merupakan hasil dari pola perangsangan berbagai sistem saraf pada saat yang bersamaan dan dalam urutan yang pasti (Guyton, 2008).

Latihan fisik ringan dan sederhana seperti berjalan santai dipercaya dapat meningkatkan kewaspadaan (Thayer, 2003).

Secara fisiologis, kondisi waspada dapat terus dipertahankan bila kebutuhan glukosa dan oksigen dalam otak terpenuhi. Sumber glukosa berasal dari makanan sehari-hari yang dikonsumsi, kemudian diproses melalui serangkaian proses metabolisme yang kompleks. Untuk dapat berlangsungnya proses metabolisme, diperlukan oksigen sebagai bahan bakar, yang diperoleh dari proses respirasi (Ganong, 2003).


(12)

4 Universitas Kristen Maranatha

Ketika seseorang berjalan santai, terjadi kontraksi dari otot rangka terutama pada daerah tungkai yang akan menekan vena-vena besar untuk meningkatkan aliran balik vena dan curah jantung. Aliran balik vena juga dipengaruhi oleh pompa respirasi yang berlangsung selama berjalan santai. Selain itu, terdapat pula peningkatan aktivitas simpatis yang mempengaruhi peningkatan denyut jantung dengan merangsang pusat kardiovaskuler di batang otak dan penurunan aktivitas parasimpatis di nodus sinoatrial jantung (Sherwood, 2013). Dari semua proses tersebut, maka aliran darah ke otak dapat dipertahankan untuk menunjang tingkat kewaspadaan di formatio retikularis. Latihan fisik akut seperti berjalan santai dapat meningkatkan transfer serotonin melalui sawar darah-otak. Kadar serotonin dalam otak yang tinggi ini memiliki efek menenangkan secara psikologis, sehingga berpengaruh dalam tingkat kewaspadaan seseorang. Selain serotonin, terdapat pengaruh beberapa neurotransmiter yang lain seperti dopamin, norepinefrin, dan endorfin. Selain beberapa pengaruh di atas, terdapat pula pengaruh lainnya, yaitu peningkatan kadar neurotrophin BDNF (Brain-Derived Neurotrophic Factor), yang tidak hanya menstimulasi pertumbuhan dan transmisi sel saraf, tetapi juga melindungi sel saraf terhadap radikal bebas (Trudeau, 2009).

1.5.2 Hipotesis Penelitian


(13)

43 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berjalan santai selama 30 menit dapat meningkatkan kewaspadaan.

5.2. Saran

 Penelitian ini dapat menjadi dasar untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai pengaruh latihan fisik terhadap peningkatan kewaspadaan dengan menggunakan subjek penelitian yang lebih banyak, dengan variasi umur baik lebih muda maupun lebih tua dan jenis kelamin.

 Penelitian ini dapat menjadi dasar untuk dilakukannya penelitian terhadap subjek penelitian dengan usia lanjut.

 Dapat dilakukan penelitian dengan menggunakan rentang waktu pemberian tes kewaspadaan (Johnson Pascal Test) yang lebih lama.

 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap subjek penelitian dengan intensitas dan durasi pemberian latihan fisik yang berbeda

 Dapat diteliti lebih lanjut dengan menggunakan penelitian pada waktu yang berbeda ( pagi, siang, dan malam ).

 Berjalan santai selama 30 menit dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan kewaspadaan sehingga performa dalam belajar maupun bekerja dapat menjadi lebih baik.


(14)

44 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Baker, Julie, Gruwal, Dhruv and Parasuraman A. 1994. The Influence of Store Environment on Quality Inferences and Store Image. Journal of The Academy of Marketing Science, 22: 328-339.

Blanton E., Honerlaw K., Killian R., Sepe J. 2013. The Effects of Acute Aerobic Exercise on Cognitive Function in Young Adults

http://jass.neuro.wisc.edu/2013/01/601%20group%2012%20Blanton_Honerla w_Kilian_Sepe_ExerciseandcogntionFINAL%20PAPER.pdf 6 November 2015

Bompa T.O. 1990. Theory and Methodology of Training. The Key of Athletic Performance. Iowa: Kendall Hunt Publishing Company.

CH Hillman., MB Pontifex., LB Raine., DM Castell., EE Hall., AF Kramer. 2009. The Effect of Acute Treadmill Walking on Cognitive Control and Academic Achievement in Preadolescent Children. Neuroscience, 159: 1044-1054. Daniel S Wibowo. 2014. Neuroanatomi untuk Mahasiswa Kedokteran. Malang:

Bayumedia.

Finnish National Board of Education. 2012. Physical Activity and Learning

http://www.oph.fi/download/145366_Physical_activity_and_learning.pdf. 3 September 2015.

Fitzgerald MT., Gruener G., Mtui E. 2007. Clinical Neuroanatomy and Neuroscience, Fifth Edition. Philadelphia: Elsevier.

Ganong WF. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, ed22. Jakarta: EGC.

Giam T. 1992. Ilmu Kedokteran Olahraga, Alih Bahasa: Hartono Satmoko. Jakarta: Binarupa Aksara.

Giriwijoyo HYS. 2005. Ilmu Faal Olahraga, Bahan Perkuliahan Mahasiswa FPOK-UPI.

Giri W. 2013. Fisiologi dan Olahraga. Yogyakarta: Graha Ilmu.


(15)

45 Universitas Kristen Maranatha

Hutchins M. 2011. Anaerobic Vs. Aerobic Exercises. http:www.livestrong.com/ article/369979-anaerobic-vs-aerobic-exercises 3 Juli 2015.

Irenne Elly MS. 2006. Perbedaan Denyut Nadi Pada Mahasiswa Setelah Aktivitas Naik Turun Tangga. http://eprints.undip.ac.id/20417/Irenne.pdf 5 Juni 2015.

Jellinger KA. 2009. Functional Pathophysiology of Consciousness. Neuropsychiatry, 23(2):115-33.

Kaplan HI., Sadock BJ., Grebb JA. 1997. Sinopsis Psikiatri Edisi ke-7. Jakarta: Binarupa Aksara.

Mancall EL., Brock DG. 2011. Gray’s Clinical Neuroanatomy: The Anatomic Basis for Clinical Neuroscience. Philadelphia: Saunders.

Mental Health Daily. 2015. Ways to Increase BDNF (Brain Derived Neurotrophic Factor) Levels. http://mentalhealthdaily.com/2015/03/30/8-ways-to-increase-bdnf-levels-brain-derived-neurotrophic-factor/ 5 Desember 2015

Moore LK., Dailey FA., Agur RM. 2014. Clinically Oriented Anatomy 7th edition.

Philadelphia: Lippincot & Wilkins.

Ploughman M, 2008. Exercise is Brain Food: The Effect of Physical Activity on Cognitive Function http://braininjurycanada.ca / pdf / Developmetal_ Neurorehab.pdf 28 Februari 2015.

Pollock ML. 2010. ACSM Position Stand: The Recommended Quantity and Quality of Exercise for Developing and Maintaining Cardiorespiratory and Muscular Fitness, and Flexibility in Healthy Adults. http://www.medscape.com/viewarticle/716399_2 20 Juni 2015.

Powers K., Howley T. 2007. Exercise physiology: Theory and Application to Fitness and Performance, Sixth Edition. New York: McGraw Hill International Edition.

Priguna Sidharta. 1999. Tata Cara Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Jakarta: Dian Rakyat.

Pusat Bahasa. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. http://kbbi.web.id/stres 30 April 2015


(16)

46 Universitas Kristen Maranatha

Rusli L., Supandi., Santoso Giriwijoyo., M. Ichsan., Harsono., Iwan S., Nadisah., Imam H., Nurhasan. 1996. Manusia dan Olahraga. Bandung: Penerbit ITB. Sherwood L. 2013. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, ed 8. Jakarta: EGC. Silverthorn UD. 2014. Fisiologi Manusia : Sebuah Pendekatan Terintegrasi Ed 6.

Jakarta: EGC.

Snell RS. 2011. Neuroanatomi Klinik,. Jakarta: EGC.

Soga K., Shishido T., Nagatomi R. 2014. Executive Function During and After Acute Moderate Aerobic Exercise in Adolescents. Psychology of Sport and Exercise, 16 : 7-17

Thayer R. 2003. Calm Energy: How People Regulate Mood With Food and Exercise. London: Oxford University Press.

Tortora GJ., Derrickson B. 2009. Principles of anatomy and physiology,14th ed. North America: Wiley.

Trudeau F., Shephard JR. 2009. Relationships of Physical Activity to Brain Health and the Academic Performance of Schoolchildren. American Journal of Lifestyle Medicine, 10(10): 1-13.

Weinberg B.A., Bealer B.K. 2010. The Miracle of Caffeine. Jakarta: Penerbit Qanita.

WHO. 2015. Physical Activity. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/ fs385/en/ 28 Februari 2015.


(1)

3 Universitas Kristen Maranatha

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademik

Menambah wawasan dalam ilmu kedokteran khususnya bidang fisiologi mengenai kewaspadaan dan efek berjalan santai selama 30 menit terhadap peningkatan kewaspadaan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kewaspadaan dan efek berjalan santai selama 30 menit terhadap peningkatan kewaspadaan

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Pusat kewaspadaan berada di formatio retikularis dan kewaspadaan ini bermula dari akumulasi informasi yang didapat dari lingkungan. Informasi yang pernah diterima akan diolah di dalam otak, kemudian akan kembali diingat. Proses ini menggunakan pikiran yang merupakan hasil dari pola perangsangan berbagai sistem saraf pada saat yang bersamaan dan dalam urutan yang pasti (Guyton, 2008). Latihan fisik ringan dan sederhana seperti berjalan santai dipercaya dapat meningkatkan kewaspadaan (Thayer, 2003).

Secara fisiologis, kondisi waspada dapat terus dipertahankan bila kebutuhan glukosa dan oksigen dalam otak terpenuhi. Sumber glukosa berasal dari makanan sehari-hari yang dikonsumsi, kemudian diproses melalui serangkaian proses metabolisme yang kompleks. Untuk dapat berlangsungnya proses metabolisme, diperlukan oksigen sebagai bahan bakar, yang diperoleh dari proses respirasi (Ganong, 2003).


(2)

4 Universitas Kristen Maranatha

Ketika seseorang berjalan santai, terjadi kontraksi dari otot rangka terutama pada daerah tungkai yang akan menekan vena-vena besar untuk meningkatkan aliran balik vena dan curah jantung. Aliran balik vena juga dipengaruhi oleh pompa respirasi yang berlangsung selama berjalan santai. Selain itu, terdapat pula peningkatan aktivitas simpatis yang mempengaruhi peningkatan denyut jantung dengan merangsang pusat kardiovaskuler di batang otak dan penurunan aktivitas parasimpatis di nodus sinoatrial jantung (Sherwood, 2013). Dari semua proses tersebut, maka aliran darah ke otak dapat dipertahankan untuk menunjang tingkat kewaspadaan di formatio retikularis. Latihan fisik akut seperti berjalan santai dapat meningkatkan transfer serotonin melalui sawar darah-otak. Kadar serotonin dalam otak yang tinggi ini memiliki efek menenangkan secara psikologis, sehingga berpengaruh dalam tingkat kewaspadaan seseorang. Selain serotonin, terdapat pengaruh beberapa neurotransmiter yang lain seperti dopamin, norepinefrin, dan endorfin. Selain beberapa pengaruh di atas, terdapat pula pengaruh lainnya, yaitu peningkatan kadar neurotrophin BDNF (Brain-Derived Neurotrophic Factor), yang tidak hanya menstimulasi pertumbuhan dan transmisi sel saraf, tetapi juga melindungi sel saraf terhadap radikal bebas (Trudeau, 2009).

1.5.2 Hipotesis Penelitian


(3)

43 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berjalan santai selama 30 menit dapat meningkatkan kewaspadaan.

5.2. Saran

 Penelitian ini dapat menjadi dasar untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai pengaruh latihan fisik terhadap peningkatan kewaspadaan dengan menggunakan subjek penelitian yang lebih banyak, dengan variasi umur baik lebih muda maupun lebih tua dan jenis kelamin.

 Penelitian ini dapat menjadi dasar untuk dilakukannya penelitian terhadap subjek penelitian dengan usia lanjut.

 Dapat dilakukan penelitian dengan menggunakan rentang waktu pemberian tes kewaspadaan (Johnson Pascal Test) yang lebih lama.

 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap subjek penelitian dengan intensitas dan durasi pemberian latihan fisik yang berbeda

 Dapat diteliti lebih lanjut dengan menggunakan penelitian pada waktu yang berbeda ( pagi, siang, dan malam ).

 Berjalan santai selama 30 menit dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan kewaspadaan sehingga performa dalam belajar maupun bekerja dapat menjadi lebih baik.


(4)

44 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Baker, Julie, Gruwal, Dhruv and Parasuraman A. 1994. The Influence of Store Environment on Quality Inferences and Store Image. Journal of The Academy of Marketing Science, 22: 328-339.

Blanton E., Honerlaw K., Killian R., Sepe J. 2013. The Effects of Acute Aerobic

Exercise on Cognitive Function in Young Adults

http://jass.neuro.wisc.edu/2013/01/601%20group%2012%20Blanton_Honerla w_Kilian_Sepe_ExerciseandcogntionFINAL%20PAPER.pdf 6 November 2015

Bompa T.O. 1990. Theory and Methodology of Training. The Key of Athletic Performance. Iowa: Kendall Hunt Publishing Company.

CH Hillman., MB Pontifex., LB Raine., DM Castell., EE Hall., AF Kramer. 2009. The Effect of Acute Treadmill Walking on Cognitive Control and Academic Achievement in Preadolescent Children. Neuroscience, 159: 1044-1054. Daniel S Wibowo. 2014. Neuroanatomi untuk Mahasiswa Kedokteran. Malang:

Bayumedia.

Finnish National Board of Education. 2012. Physical Activity and Learning http://www.oph.fi/download/145366_Physical_activity_and_learning.pdf. 3 September 2015.

Fitzgerald MT., Gruener G., Mtui E. 2007. Clinical Neuroanatomy and Neuroscience, Fifth Edition. Philadelphia: Elsevier.

Ganong WF. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, ed22. Jakarta: EGC.

Giam T. 1992. Ilmu Kedokteran Olahraga, Alih Bahasa: Hartono Satmoko. Jakarta: Binarupa Aksara.

Giriwijoyo HYS. 2005. Ilmu Faal Olahraga, Bahan Perkuliahan Mahasiswa FPOK-UPI.

Giri W. 2013. Fisiologi dan Olahraga. Yogyakarta: Graha Ilmu.


(5)

45 Universitas Kristen Maranatha

Hutchins M. 2011. Anaerobic Vs. Aerobic Exercises. http:www.livestrong.com/ article/369979-anaerobic-vs-aerobic-exercises 3 Juli 2015.

Irenne Elly MS. 2006. Perbedaan Denyut Nadi Pada Mahasiswa Setelah Aktivitas Naik Turun Tangga. http://eprints.undip.ac.id/20417/Irenne.pdf 5 Juni 2015.

Jellinger KA. 2009. Functional Pathophysiology of Consciousness. Neuropsychiatry, 23(2):115-33.

Kaplan HI., Sadock BJ., Grebb JA. 1997. Sinopsis Psikiatri Edisi ke-7. Jakarta: Binarupa Aksara.

Mancall EL., Brock DG. 2011. Gray’s Clinical Neuroanatomy: The Anatomic Basis for Clinical Neuroscience. Philadelphia: Saunders.

Mental Health Daily. 2015. Ways to Increase BDNF (Brain Derived Neurotrophic Factor) Levels. http://mentalhealthdaily.com/2015/03/30/8-ways-to-increase-bdnf-levels-brain-derived-neurotrophic-factor/ 5 Desember 2015

Moore LK., Dailey FA., Agur RM. 2014. Clinically Oriented Anatomy 7th edition. Philadelphia: Lippincot & Wilkins.

Ploughman M, 2008. Exercise is Brain Food: The Effect of Physical Activity on Cognitive Function http://braininjurycanada.ca / pdf / Developmetal_ Neurorehab.pdf 28 Februari 2015.

Pollock ML. 2010. ACSM Position Stand: The Recommended Quantity and Quality of Exercise for Developing and Maintaining Cardiorespiratory and Muscular

Fitness, and Flexibility in Healthy Adults.

http://www.medscape.com/viewarticle/716399_2 20 Juni 2015.

Powers K., Howley T. 2007. Exercise physiology: Theory and Application to Fitness and Performance, Sixth Edition. New York: McGraw Hill International Edition.

Priguna Sidharta. 1999. Tata Cara Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Jakarta: Dian Rakyat.

Pusat Bahasa. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. http://kbbi.web.id/stres 30 April 2015


(6)

46 Universitas Kristen Maranatha

Rusli L., Supandi., Santoso Giriwijoyo., M. Ichsan., Harsono., Iwan S., Nadisah., Imam H., Nurhasan. 1996. Manusia dan Olahraga. Bandung: Penerbit ITB. Sherwood L. 2013. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, ed 8. Jakarta: EGC. Silverthorn UD. 2014. Fisiologi Manusia : Sebuah Pendekatan Terintegrasi Ed 6.

Jakarta: EGC.

Snell RS. 2011. Neuroanatomi Klinik,. Jakarta: EGC.

Soga K., Shishido T., Nagatomi R. 2014. Executive Function During and After Acute Moderate Aerobic Exercise in Adolescents. Psychology of Sport and Exercise, 16 : 7-17

Thayer R. 2003. Calm Energy: How People Regulate Mood With Food and Exercise. London: Oxford University Press.

Tortora GJ., Derrickson B. 2009. Principles of anatomy and physiology,14th ed. North America: Wiley.

Trudeau F., Shephard JR. 2009. Relationships of Physical Activity to Brain Health and the Academic Performance of Schoolchildren. American Journal of Lifestyle Medicine, 10(10): 1-13.

Weinberg B.A., Bealer B.K. 2010. The Miracle of Caffeine. Jakarta: Penerbit Qanita.

WHO. 2015. Physical Activity. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/ fs385/en/ 28 Februari 2015.