PENYELENGGARAAN SISTEM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KETERAMPILAN ANAK: Studi kasus tentang keberhasilan anak putus sekolah terlantar di Panti Penyantunan Anak (PPA) "Budi Utama" Lubuk Alung Sumatera Barat.
PENYELENGGARAAN SISTEM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KETERAMPILAN ANAK.
(Studi kasus tentang keberhasilan anak putus
sekolah teriantar di Panti Penyantunan Anak
(PPA) "Budi Utama" Lubuk Alung Sumatera Barat)
TESIS
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
Fakultas Pascasar jana
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
sebagai Pemenuhan Sebagian Persyaratan Kurikuler Program S2
Bidang Studi Pendidikan Luar Sekolah
Oleh
F A R I H AH
8932138
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS PASCA SARJANA
IKIP BANDUNG
19 9 1
DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH TIM PEMBIMBING
^-*-*-o
ProfA_DRi_Soe2§rd^o_Adikusumo
55i_3i_5ii^iH-§H^i5S§-Mi^
" Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal la amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu me -
nyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu ; AL
LAH mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui".
(Al Qur'an Surat Al-Baqarah 216)
Kupersembahkan kepada Ananda tersayang
"Ihsanurrizqie Indra"
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR
±
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
BAB
viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1.
B. Identifikasi Masalah
6
C. Masalah Penelitian dan Pertanyaan
Penelitian
BAB
iv
II.
1°
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
11
E. Defenisi Operasional
12
TINJAUAN HJSTAKA
A. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah ...
14
B. Posisi dan Peranan Pendidikan Luar
Sekolah dalam Kerangka UUSPN No 2 1989
20
B.1. Posisi Pendidikan Luar Sekolah ..
20
B.2. Peranan Pendidikan Luar Sekolah..
23
B.2.a. Pendidikan Luar Sekolah sebagai
pelengkap pendidikan sekolah...
B.2.b. Pendidikan Luar Sekolah sebagai
penambah pendidikan sekolah ...
B.2.c. Pendidikan Luar Sekolah sebagai
pengganti pendidikan sekolah ..
G. Sistem Pendidikan Luar Sekolah
23
26
27
28
C.1. Masukan sarana
30
C.2. Masukan mentah
33
Vlll
IX
C.3. Masukan lingkungan
33
C. 4 • Proses
34
C.5. Masukan lain
36
C.6. Kaluaran
37
C.7. Pengaruh
38
D. Peran Motivasi Dalam Pendidikan
Luar Sekolah
40
B. Pendekatan dan Bentuk Kegiatan Belajar
Dalam Pendidikan Luar Sekolah
50
E.1. Pendekatan belajar dalam pendidikan
luar sekolah
E.1.a. Konsep Ivan ILLich
50
E.1.b. Konsep Suzanne Kindervatter
52
E.1.c. Konsep Paulo Freire
56
E.1.d. Konsep Abraham H. Maslow
59
E.i.e. Konsep Carl Rojers
60
B.1.f. Konsep Ki Hadjar Dewantara
63
E.2. Bentuk-bentuk Kegiatan Belajar
dalam Pendidikan Luar Sekolah
65
E.2.a. Belajar Kelompok
66
E.2.b. Magang
6?
E.2.C. Latihan Keterampilan
70
F. Orientasi Nilai Budaya Masyarakat
nangkabau
Mi- :_ •
dalam Pendidikan Luar Sekolah
U
F. 1. Hakekat hidup
?6
F.2. Hakekat karya
??
F. 3. Hakekat waktu
?8
F.4. Hakekat liubungan manusia dengan
alam
'"
F.5. Hakekat hubungan manusia dengan
80
sesama
G. Layanan Kesejahteraan Sosial Bagi
Anak Putus Sekolah Terlantar
84
G.1. Kelompok permasalahan kesejah
teraan sosial
BAB
9°
III. MET0D0L0GI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
93
B. Subjek Penelitian
95
C. Tahap-tahan Penelitian
97
D. Tekhnik Pengumpulan Data
99
D. 1. Pengamatan atau ebservasi
D. 2. Y/awancara
D.3. Studi Dokumentasi
BAB
IV.
BAB V.
•
99
101
1°2
E. Kriteria Keabsahan Data
1°3
F. Pengolahan dan Analisis Data
106
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tentang PPA
1°7
B. Deskripsi dan Analisis Data
124
C. Diskusi Hasil Penelitian
144
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA . . .
LAMPIRAN-LAMPIRAN
164
168
172
176
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Hal
Gambar 1
2
: Sub Sistem Pendidikan Nasional
: Klasifikasi Kegiatan Belajar Menurut
Axinn
3
17
: Kompoen-komponen Pendidikan Luar Se
kolah
29
4
: Kebutuhan Hirarkhis dari Maslow
5
: Tahapan Proses Pelayanan di Panti Pe-
6
: Struktur Organisasi PPA "Budi Utama" ...
121
7
: Denah PPA "Budi Utama"
122
8
: Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Luar
nyantunan Anak (PPA)
Sekolah Dalam Mengembangkan Keteram-
pilan Anak
Tabel
4
1
: Model ideal Pendidikan Luar Sekolah
2
: Fokus Penelitian 1:Motivasi Peserta
3
: Fokus Penelitian 2:Sampai sejauh mana
Sebagai Empowering Process
didik Dalam mengikuti Program pelatihan
Peran Masukan Sarana Dalam Mengembangkan
keterampilan peserta
4
: Fokus Penelitian 3:Sampai sejauh mana
Peran Masukan Lingkungan
5
: Fokus Penelitian 4:Bagaimna Proses Bela
jar membelajarkan Dalam mengembangkan ke
terampilan peserta pelatihan
6
: Fokus Penelitian 5: Sampai sejauh mana
7
: Fokus penelitian 6: Bagaimana keluaran
8
: Fokus penelitian 7: Sampai sejauh mana
46
118
143
56
125
127
129
131
peran masukan lain dalam menunjang keberhasilan program
"• 134
program pelatihan tersebut
pengaruh program pelatihan bagi peserta
137
140
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan suatu bangsa beEtujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sehingga mampu berfungsi
sebagai motor penggerak pembangunan.
Konsensus ini semakin terbentuk dalam masyarakat
sia untuk menjadikan pembangunan manusia
Indone
dan sumber
daya
manusia sebagai prioritas utama dalam pembangunan nasional
jangka panjang tahap ke dua (GBHN, 1988).
Beberapa alasan mengapa pengembangan sumber daya
manusia
menjadi sangat penting dalam pembangunan nasional.
Perta-
ma, dalam masyarakat yang sedang berkembang, dengan jumlah
penduduk yang besar, perbandingan antara penduduk
sebagai
modal dan sebagai beban pembangunan masih kurang memadai
kalau tidak dikatakan timpang. Kedua, sejalan dengan
pembangunan yang berkelanjutan sebagaimana yang
diamanat-
kan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
1988, penyiapan pendidikan sebagai sumber daya
tahun
daya
mampu dan bijaksana dalam mengolah sumber daya alam
mampu menghadapi tantangan
asas
yang
serta
dalam mempertahankan laju pem
bangunan, merupakan suatu keharusan. 01eh karena itu strategi dasar yang dihadapi dalam pembangunan sumber daya ma
nusia adalah bagaimana merubah dan meningkatkan
yang pada mulanya sebagai "beban" menjadi "subjek"
1
penduduk
pemba-
ngunan. Karena manusia merupakan inti pembangunan, dia se
bagai pemikir, pelaksana, pengawas dan merasakan pahit getirnya serta ia pula yang menikmati keberhasilan pembangu
nan. Dalam kaitan ini, Soedjatmoko mengemukakan bahwa
"pembangunan sebagai proses belajar" (1986 : 4).
Istilab "belajar" yang dimaksdukan adalah peningkatan kemampuan masyarakat, baik secara individual
maupun
kolektif serta mengadakan koreksi-koreksi tepat pada
wak-
tunya guna merubah arah yang telah ditempuh.
F.H. Harbinson, 1973 mengemukakan bahwa pembentukan sumber
daya manusia adalah proses memperoleh dan meningkakan jum
lah orang yang mempunyai keahlian, pendidikan dan pengalaman yang menentukan bagi pembangunan ekonomi dan politik
suatu negara.
Pada bagian lain Sofian Efendi mengemukakan bahwa
pemba
ngunan kualitas sumber daya manusia pada dasarnya
adalah
upaya untuk mengembangkan inisiatif penduduk. sebagai sum
ber pembangunan yang utama dalam rangka mencapai kesejah
teraan material dan spiritual (1990 : 9).
Substansi pokok pembangunan manusia dan sumber daya
sia
manu
menurut Sayidiman. S. adalah budaya nasional, sedang-
kan wahana utama adalah pendidikan (Kompas, 5 Januari 1991)
Pendidikan menurut Soepardjo Adikusumo " bertujuan untuk
menyadarkan manusia tentang keberadaannya".
Dengan mengacu pada alternatif pemecahan masalah
tersebut
di atas, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan
faktor yang sangat penting. Hal ini secara implisit
dapat
kita simak dalam UUD 1945, yaitu "untuk memajukan kesejah
teraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa". Hal ini lebih
dipertegas lagi dalam TAP. MPR Ho 11/1933, yakni:
1. pengembangan dan pemanfaatan potensi sumber daya
manu
sia,
2. peningkatan pendidikan yang dapat menciptakan lapangan '
pekerjaan,
3. pembangunan pertanian terpadu dengan pembangunan
dae-
rah pedesaan,
4. pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan da
lam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat.
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan No 2
1989, bahwa pendidikan nasional terdiri atas dua
Tahun
sub-sis-
tem yaitu sistem pendidikan sekolah dan sub-sistem pendi
dikan luar sekolah. Semua sub-sistem ini berkaitan dan sa-
ling menopang antara satu dengan lainnya. Setiap sub-sis
tem memiliki kedudukan yang sama dalam sistem pandidikan
nasional. (D. Sudjana, 1989 : 68).
Keterkaitan antara keduanya dapat di lihat pada gambar dibawah ini
:
SISTEM
PENDIDIKAN NASIONAL
1
SUBSISTRM
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
.
SUBSISTEM
PENDIDIKAN SEKOLAH
_nj
i
+
PROGRAM PENDIDIKAN
NONPORMAL
DI LINGKUNGAN
MASYARAKAT/LEMBAGA
PROGRAM PENDIDIKAN
INFORMAL
DI LINGKUNGAN
KELUARGA
PROGRAM PENDIDIKAN
FORMAL
DILINGKUNGAN
SEKOLAH
TRI-PUSAT/TRI-KONDISI
PENDIDIKAN
Dari gambar di atas, dapat dikatakan bahwa
pendi
dikan nasional mempunyai dua sub-sistem. Berdasarkan
fatnya, sub-sistem pendidikan luar sekolah terdiri
si-
atas
dua program yaitu : 1.Program pendidikan luar sekolah yang
dilaksanakan di lingkungan masyarakat/lembaga. 2. Program
pendidikan luar sekolah yang dilaksanakan di lingkungan
keluarga. Sedangkan sub-sistem pendidikan sekolah di laksanakan di lingkungan sekolah.
Pendidikan luar sekolah dirumuskan sebagai
usaha
sadar untuk mempersiapkan peserta didik, melalui kegiatan
bimbingan; pengajaran atau pelatihan bagi peranannya
di-
masa yang akan datang (UU RI No 2, 1989, Bab I pasal 1 a-
yat 1), yang berorientasi pada kepentingan dan problema
peserta didik adalah model pendidikan yang diprediksi manpu menjangkau khalayak sasaran pembangunan yang tidak
berkesempatan terdidik secara fommal.
Fungsi utama pendi
dikan luar sekolah adalah membelajarkan masyarakat
kapan
saja, di mana saja, agar masyarakat dapat mengembangkan
potensi yang ada.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1985 : 10)
telah merumuskan tujuan instruksional pendidikan luar
se
kolah sebagai berikut :
1. mengembangkan kepribadian dan mengaktualisasikan diri,.
2. kemampuan menghadapi tantangan hidupnya, baik
dalam
lingkungan keluarga maupun masyarakat.
3. kemampuan membina keluarga sejahtera dalam rangka
me
majukan kesejahteraan umum,
4. wawasan yang luas tentang hak dan kewajiban
sebagai
warga negara,
5. kesadaran berbangsa, bernegara dan bermasyarakat dalam
rangka pembangunan manusia dan masyarakat pancasila,
6. kemampuan menciptakan atau membantu menciptakan
ngan kerja.
lapa-
S. Iden.tlfikas;L Masalah
"Manusia Indonesia yang berkualitas hanya akan lahir dari remaja yang berkualitas. Remaja yang berkualitas
hanya akan tumbuh dari anak-anak yang berkualitas. Karena
itu meningkatkan kualitas mereka merupakan syarat penting
dari ancang-ancang kita untuk memasuki tahap tinggal landas menjelang kahir abad ke 20 ini menuju terwujudnya ma
syarakat Pancasila yang adil dan makmur seperti yang kita
cita-citakan". (Presiden Soeharto)
Sebagai kader dan pewaris perjuangan bangsa, rema
ja memiliki peran dan posisi strategis dalam mengemban
cita-cita tersebut di atas. Mengingat jumlahnya yang
kup besar serta
cu-
memiliki vitalitas dan semangat, maka i-
ni merupakan potensi sumber daya yang akan mendukung
la-
junya pembangunan.
Tetapi bagaimna dengan kondisi sebagian generasi muda
i-
ni?. Meskipun tidak sedikit yang berhasil dalam berbagai
hal, tetapi masih banyak jumlah mereka yang
permasalahan sosial. Pengangguran,
putus
menyandang
sekolah, ter-
libat tindaka^ kriminil, penyalah gunaan obat-obat terla-
rang merupakan sebagian permasalahan yang kini sedang dihadapi oleh sebagian generasi muda.
Problema anak putus sekolah, pada dasarnya merupa
kan putusnya kesempatan bagi anak untuk memperoleh bimbi
ngan, latihan serta didikan secara teratur dan sistematis
bagi perkembangan anak. Keadaan putus sekolah ini,
dapat
melahirkan problem-problem sosial terutama di masa menda-
tang, baik yang bersifat ketidak mampuan mencari
atau
memperoleh pengetahuan, mempertahankan serta mengembang
kan sumber penghasilan dan kehidupan. Secara umum keadaan
drop out ini sangat memprihatinkan kerana sering terbentur dalam menemukan dan menciptakan lapangan pekerjaan
yang disebabkan oelh minimnya keterampilan fungsional.
Keadaan ini lebih menyedihkan lagi oleh karena adanya ke-
timpangan antara jumlah angkatan kerja dengan kesempatan
kerja yang tersedia. Jumlah angkatan kerja semakin
ningkat, sementara pertumbuhan lapangan pekerjaan
me-
tidak
sebanding. Sektor ekonomi yang memberikan lapangan peker
jaan dan hanya membutuhkan keterampilan rendah, yakni pa
da sektor pertanian yang dewasa ini mengalami penyempitan
tanah. Sedang di luar sektor pertanian belum mampu menye-
rap secara keseluruftan tenaga kerja yang ada. Dalam sek
tor industri misalnya, mestinya diharapkan dapat menyerap
tenaga kerja yang lebih besar, ternyata sektor ini
tidak
mampu menampung tenaga kerja yang melimpah. Karena
pada
sektor industri lebih menggunakan padat modal dengan
sin-mesin tekhnologi canggih dari pada menggunakan
me-
padat
karya dengan tenaga kerja manusia. Dengan demikian akan
terjadi seleksi yang sangat ketat dalam pola rekruitmen tenaga kerja. Hanya mereka yang benar-benar
ahli dan terampil saja yang akan terserap oleh
8
sektor industri dan sektor formal lainnya.
Keadaan demikian akan bermuara \ bagi mereka yang putus
sekolah, yang tidak memiliki ketrampilan fungsional
ter-
lempar dari pasaran kerja, dan pada gilirannya akan
jadi
penganggur.
Anak terlantar dan putus sekolah, seperti
halnya
dengan anak-anak lain, merupakan generasi penerus cita-
cita perjuangan bangsa. Sebagai generasi penerus,
mereka
dinarapkan mampu dan andal dalam memikul dan melaksanakan
tanggung jawab dalam berbagai aspek pembangunan.
Menurut data tahun 1988 dari Unit Pelaksana Tekhnis (UPT)
Depart emen sosial Lubuk Alung, bahwa jumlah anak putus se
kolah terlantar di daerah tingkat II Propinsi Sumatera
Barat berjumlah 89.384 jiwa. Departemen yang bertugas me-
nyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial, yang dalam
era pembangunan sekarang ini mengutamakan penanganan
salah kesejahteraan sosial bagi anak putus sekolah
ma
ter
lantar, mengadakan pelayanan pendidikan dan keterampilan
di Panti Penyantunan Anak (PPA) "Budi Utama"
Lubuk Alung
Sumatera Barat. Pelayanan sosial di atas dimaksudkan
un
tuk menggali, mengembangkan, meningkatkan dan memantapkan
potensi dan sumber daya yang dimiliki anak-anak putus se
kolah terlantar, sehingga mereka dapat berfungsi
sebagai
anggota masyarakat yang terampil dan berpartisipasi aktif
dalam pembangunan.
...suatu
Pemikiran di atas, dilandasi
keyakinan bahwa :
oleh
ALLAH menciptakan manusia dengan memiliki potensi
dan
menjadikan manusia sebagai makhluknya yang paling
mulia
dan utama, lebih dari makhluk lainnya. Hal ini dapat
buktikan dari kejadiannya yang telah >diterangkan
didalam
Al-Qur *an :
.."Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan manusia,
dan
Kami tempatkan mereka di daratan dan di lautan, serta
Kami berikan kepada mereka rezeki dari barang- barang
yang baik-baik, serta Kami lebihkan mereka dari pada
kebanyakan makhluk yang Kami ciptakan dengan
sebenar-benar kelebihan (Q.S. 17:70)
Dalam firmanNYA yang lain :
"Dan Dialah ALLAH yang telah menjadikanmu
di muka bumi ini" (Q.S.6 : 165)
Dengan demikian, manusia merupakan
khalifah
makhluk ALLAH
telah diberinya kelebihan dalam bentuk potensi.
yang
Potensi
atau peluang di atas .hanya dapat dikembangkan melalui
pendidikan, agar
potensi tersebut dapat berfungsi seba-
gaimana mestinya.
Program pendidikan luar sekolah merupakan kegiatan
pendidikan yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan
mereka yang mempunyai kasus seperti tersebut di atas. Ka
rena pendidikan luar sekolah memiliki berbagai bentuk ak-
tivitas pendidikan yang sesuai dengan sasaran yang dihadapi. Kegiatan pendidikan luar sekolah dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yakni :
(a) Kegiatan yang orientasinya terutama ditujukan
kepada
pengembangan keterampilan dan pengetahuan peserta di-
10
dik dari kalangan tenaga kerja yang sudah bekerja.
(b) Kegiatan yang mempunyai tujuan utama mempersiapkan
orang-orang khususnya para pemuda untuk memasuki lapa
ngan pekerjaan.
(c) Kegiatan yang mempunyai tujuan utama untuk mengembang
kan keterampilan dan pengetahuan untuk kepentingan
dunia' pekerjaan dan dunai usaha.
C.
Masalah Penelitian
1. Penjelasan masalah.
Program pelayanan pendidikan keterampilan yang dikelola oleh Departemen Sosial Sumatera Barat merupakan upaya dalam mengembangkan keterampilan bagi anak putus se
kolah terlantar. Yang menjadi masalah pokok dalam peneli
tian ini adalah bagaimana bentuk penyelenggaraan sistem
pendidikan luar sekolah, yang pada.akhirnya mempunyai pe
ngaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku sosial
nomi peserta pelatihan
eko-
yang semula merupakan anak putus
sekolah terlantar.
2. Pertanyaan penelitian
Secara rinci permasalahan di atas dituangkan dalam
beberapa bentuk pertanyaan penelitian, yakni :
1. Bagaimana motivasi peserta didik (masukan mentah) da
lam mengikuti program pelatihan.
2. Sampai sejauh mana-peran masukan sarana
dalam
me-
11
ngembangkan keterampilan peserta pelatihan.
3. Sampai sejauh mana peran masukan lingkungan dalam
me
nunjang keberhasilan peserta pelatihan keterampilan.
4. Bagaimanakah proses belajar-membelajarkan dalam
me
ngembangkan keterampilan peserta pelatihan.
5. Sampai sejauh mana peran masukan lain dalam menunjang
keberhasilan peserta pelatihan keterampilan.
6. Bagaimanakah keluaran program pelatihan keterampilan
tersebut?.
7. Sampai sejauh mana pengaruh program pelatihan
kete
rampilan bagi peserta didik?.
D. Tu.iuan £an Kegunaan Pe^eljtjaA
Penelitian yang menggunakan tekhnik studi
kasus
ini, tidak bertujuan untuk menguji hipotesis. Menurut S.
Nasution (1988:11) bahwa : "Tujuan penelitian naturalis-
tik bukanlah untuk menguji hipotesis yang didasrkan atas
teori-teori tertentu, melainkan untuk menemukan pola-po-
la yang dikembangkan menjadi teori yang "grounded" yakni
didasarkan atas data".
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
penyelengga-
raan sistem pendidikan luar sekolah yang dianggap berha
sil dalam menanggulangi jumlah pengangguran yang
diaki-
batkan putus sekolah, dengan jalan memberikan latihan
keterampilan pada para anak putus sekolah terlant'ar: se
hingga mereka mampu raemperoleh lapangan pekerjaan
yang
12
sesuai dengan keterampilan yang diperolehnya di PPA "Budi
Utama" Lubuk Alung. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi masukan bagi para perencana dan pengelola program
pendidikan pelatihan keterampilan serta bagi para
anak
putus sekolah lainnya yang belum mendapat kesempatan
da
lam memperoleh lapangan pekerjaan.
E.
Defenisi Operasional.
Penyelenggaraan sistem pendidikan luar sekolah
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sekolompok komponen yang berkaitan satu dengan lainnya sehingga keseluruhannya mampu melakukan fungsi-fungsi tertentu.
Komponen-komponen dalam pendidikan luar sekolah tersebut,
meliputi :
1. Masukan mentah, peserta didik yang merupakan anak
pu
tus sekolah terlantar dengan berbagai karakteristiknya
seperti motivasi, bakat, minat dan aspirasinya.
2. Masukan sarana, meliputi keseluruhan sumber dan fasilitas yang memungkinkan peserta pelatihan keterampilan
melakukan kegiatan belajar. Yang termasuk dalam masukan
sarana ini; para pengelola program, instruktur,
fasi-
litas serta tujuan program.
3. Masukan lingkungan, faktor lingkungan yang menunjang/
mendorong berjalannya program pelatihan keterampilan.
Masukan lingkungan ini meliputi, lingkungan keluarga,
lingkungan teman bergaul dan lingkungan budaya.
13
4. Proses, merupakan interaksi antara masukan sarana dan
peserta didik dalam upaya mengembangkan keteranpilan
para anak putus sekolah.
5. Masukan lain, adalah daya dukung lain yang memungkinkan para peserta pelatihan keterampilan dan lulusan
dapat menggunakan kemampuan yang telah dimiliki untuk
kemajuan kehidupannya.
6. Keluaran, meliputi kualitas dan kuantitas para peserta
pelatihan keterampilan. Perubahan yang terjadi pada
para peserta pelatihan keterampilan, yang semula dalam
keadaan menganggur yang disebabkan putus sekolah ter
lantar, maka setelah mereka mengikuti pelatihan
kete
rampilan mereka memperoleh pengetahuan, baik pada
as-
pek kognitif, afektif dan psikomotor serta memperoleh
lapangan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan
yang mereka miliki.
7. Pengaruh, merupakan tujuan dari program pelatihan kete
rampilan sehingga anak memiliki mata pencaharian
seba
gai sumber kehidupannya, sehingga dengan demikian mere
ka dapat
ngunan.
berperan serta dalam mencapai tujuan pemba
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metope Pgrielitjan,
Metode yang dipakai dalam penelitian ini
adalah
metode kualitatif yang tidak melakukan pengujian hipotesa
melainkan menjawab sejumlah pertanyaan penelitian
telah dirumuskan berdasarkan permasalahan yang
yang
diteliti
Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah pendekatan studi kasus yang menggambarkan dan menghubungkan satu gejala lain secara intensif dengan mengam
bil suatu lokasi lain dalam penelitian.
S. Nasution, MA (1988 : 9-11) mengemukakan
ciri penelitian naturalistik
ciri-
adalah sebagai berikut :
1. Sumber data adalah situasi yang wajar "natural Settjqg"
berdasarkan observasi situasi yang wajar.
2. Peneliti sebagai instrumen penelitian utama, tidak
menggunakan alat-alat seperti tes atau angket, malainkan lewat pengamatan dan wawancara untuk memahami
in
teraksi antar manusia.
3. Sangat deskriptif yang banyak dituangkan dalam bentuk
laporan dan uraian.
4. Mementingkan proses ataupun produk untuk memperhatikan
perkembangan terjadinya sesuatu.
5. Mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan, se93
94
hingga dapat memahami masalah atau situasi.
6. Mengutamakan data langsung, yaitu peneliti sendiri yang
terjun ke lapangan.
7. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran dengan mempero
leh data dari sumber lain.
8. Menonjolkan rincian kontekstual, yaitu mengumpulkan dan
mencatat data secara rinci dan mendetail.
9. Subjek yang diteliti dianggap berkedudukan sama dengan
peneliti.
10.Mengutamakan perspektif emik, yaitu mementingkan
pan-
dangan responden.
11.Verifikasi, yaitu mencari kasus-kasus yang berbeda de
ngan apa yang telah ditemukan untuk memperoleh hal yang
lebih dipercaya.
12.Sampling yang purposif yang dipilih menurut tujuan pe
nelitian dan biasanya hanya sedikit,
13.Menggunakan audit trail (melacak) untuk mengetahuan apakah penelitian
sesuai dengan data yang dikumpulkan.
14.Partisipasi tanpa mengganggu untuk memperoleh
situasi
yang alamiah atau wajar.
15.Mengadakan analisis sejak awal penelitian dan seterusnya sepanjang masa penelitian.
Berdasarkan ciri-ciri
tersebut,
tif sangat tepat untuk meneliti
metode kualita
subjek sejak awainya
belum menampakkan adanya hubungan antara variabel,sehingga sulit bagi peneliti untuk mengantisipasi teori
V
mana
95
yang harus dijadikan kerangka acuan untuk kemudian
dites
agar diketahui tingkat kebenaran dari teori tersebut. Le
bih dari itu diharapkan akan diperoleh deskripsi realitas
yang kompleks dari penelitian ini yang pada akhirnya
di
harapkan dapat mengembangkan suatu teori.
Pendekatan studi kasus yang digunakan dalam peneli
tian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Nasution, MA yang mengatakan bahwa studi kasus adalah
bentuk
penelitian yang mendalam tentang sesuatu aspek lingkungan
sosial termasuk manusia di dalamnya. Studi kasus dapatdi
lakukan
terhadap sekelompok individu (sebuah keluarga) ,
segolongan manusia, lingkungan hidup manusia atau lembaga
sosial, juga dapat mengenai perkembangan sesuatu dan
pat pula memberi gambaran tentang
da
keadaan yang ada.
S. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti dalam penelitian ini
adalah
peserta pelatihan keterampilan jurusan las karbit
pada
Panti Penyantunan Anak (PPA) Budi Utama Lubuk Alung Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman Propinsi
matera Barat.
Secara keseluruhan peserta pelatihan
Su
kete
rampilan seluruhnya berjumlah 60 orang yang terdiri
dari
20 orang jurusan instalasi listrik, 20 orang jurusan
ke-
rajinan anyaman dan 20 orang jurusan las karbit. Dengan
demikian bahwa subjek yang diteliti hanya peserta pelati
han keterampilan jurusan las karbit yang berjumlah 20
o-
96
rang,
Cara pemilihan subjek yang diteliti dilakukan ber
dasarkan tujuan
yang hendak dicapai pada penelitian ini.
S. Nasution (1988 : 11), menyatakan bahwa "metode naturadan
listik tidak menggunakan sampling random atau acakan
tidak pula menggunakan populasi sample yang banyak.
Sam-
pel biasanya sedikit dan dipilih menurut tujuan (purposi
ve) penelitian". Sehubungan dengan itu, maka tidak
selu
ruh peserta pelatihan keterampilan jurusan las yang dija
dikan populasi, melainkan dengan menentukan sampel
pene
litian secara purposive. Adapun tekhnik sampling yang di-
gunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Lexy J.Moleong (1990 : 165-166) berikut
ini
:
1. Sampel tidak ditentukan atau ditarik terlebih
dahulu.
2. Tujuan memperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya da
pat dicapai jika pemilihan satuan sampel dilakukan ji
ka satuan sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis.
Satuan berikut ini dapat dipilih untuk memperluas
in-
formasi yang telah diperoleh terlebih dahulu. Dari ma
na atau dari siapa dimulai tidak menjadi persoalan.
3. Pada mulanya setiap sampel
dapat sama kegunaannya.Na
mun sesudah makin banyak informasi yang masuk dab
ma-
kin mengembangkan hipotesis kerja, akan ternyata bahwa
sampel makin dipilih atas dasar fokus penelitian.
97
4. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan. Jika
maksudnya memperluas informasi, jika tidak ada lagi informasi yang dapat dijaring, maka penarikan sampel
pun
sudah dapat diakhiri.
C.
Tahap-tahap penelitian
C.1.Tahap Awal
Setelah ditentukan lokasi penelitian serta subjek
yang hendak diteliti, maka ditempuh langkah-langkah
seba
gai berikut :
C1 .a. Mempersiapkan surat rekomendasi dan izin penelitian
melalui prosedur bertingkat sejak dari FPS
melalui
Hektor IKIP Bandung diteruskan kepada Kadit
Daerah Tingkat
Sospol
I Propinsi Jawa Barat diteruskan la
gi kepada Kadit Sospol Tingkat I Propinsi
Sumatera
Barat, selanjutnya kepada Kakan Sospol Daerha
Ting
kat II Kabupaten Padang Pariaman dan Ka.Kanwil
De
partemen Sosial Propinsi Sumatera Barat dengan
tem-
busan kepada Ka.Kandep Sosial Daerah Tingkat II
Pa
dang Pariaman dan Kepala Penti Penyantunan Anak(PPA)
Budi Utama Lubuk Alung. Sebagai pemberitahuan,
di
sampaikan juga kepada Camat Lubuk Alung di mana
lo
kasi penelitian berada.
C.1.b. Setelah surat rekomendasi dan izin penelitian
roleh. langkah selanjutnya adalah mengadakan
dipe
orien
tasi lapangan. Pada tahap ini, peneliti bermukim di-
98
kediaman salah seorang pegawai PPA Budi Utama
berada di kompleks panti selama tujuh hari.
yang
Selama
mengadakan orientasi lapangan, peneliti berusaha me
ngenai segala unsur lingkungan sosial, fisik dan
keadaan alam, memahami jaringan sistem sosial buda-
yanya, menggali dan memahami pandangan hidup
huni panti dan masyarakat di sekitarnya dan
peng-
menye
suaikan diri dengan keadaan lingkungan.
C.1. c.Menyiapkan perlengkapan penelitian seperti alat- a-
lat tulis, map, klip, kartu, kertas secukupnya, kamera foto, alat perekam atau tape recorder.
d.d.Pada tahap ini secara khusus, peneliti mengadakan
tatap muka atau semacam acara perkenalan dengan pa
ra latar penelitian, termasuk subjek penelitian de
ngan mengambil tempat di aula PPA. Dalam pertemuan
ini peneliti mengutarakan maksud dan tujuan kedatangan setelah sebelumnya memperkenalkan identitas di
ri yang cukup rinci.
0.2.Tahap Perolehan Data
Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data
lewat pengamatan, wawancara atau segala sesuatu yang
di-
saksikan.. Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan
bahasa Minang sebahagian dan sebahagian lagi bahasa Indo
nesia. Data yang diperoleh lewat pengamatan dan wawancara
selanjutnya ditulis dalam catatan lapangan dengan segera.
Kepada responden yang hendak di wawancarai, terlebih
da-
99 .
hulu
ditanyakan kesediaannya apakah pembicaraan
antara
peneliti dengan responden dapat direkam ke dalam pita kaset. Ternyata sebagian ada yang menyatakan setuju
untuk
direkam dan sebagian lagi secara tegas tidak berkenan penbicaraannya direkam.
Selain mengadakan pengamatan dan wawancara, pene
liti juga mengumpulkan data dari dokumen, laporan,gambar,
foto-foto dan lain sebagainya sesuai dengan latar dan fo
kus penelitian.
C.3.Tahap Analisis Data
Data-data yang terkumpul diorganisasikan
dengan
cara mengatur, mengelompokkan, memberi kode dan mengkate-
gorisasikan untuk menemukan tema dan hipotesis kerja yang
pada gilirannya akan diangkat menjadi teori substansif.
D. Tekhnik Pengumpulari Pat a
Dalam penelitian ini kedudukan peneliti adalah
se
bagai instrumen dan sekali gus sebagai perencana, pelaksa-
na pengumpulan data., analisis, penafsir data dan akhirnya
sebagai pelapor penelitian.
Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam pe
nelitian ini meliputi pengamatan, wawancara, studi doku mentasi dan studi literatur.
T).1.Pftngamatan atau
ohSTVasi
Pengamatan digunakan sebagai salah satu sumber da-
100
ta utama dalam penelitian ini, sebab seperti yang dikemu
kakan oleh Guba dan Lincoln (1981 : 191-193) bahwa alasan
digunakannya pengamatan disebabkan oleh :
a.Tekhnik pengamatan didasarkan atas pengalaman
secara
langsung.
b.Tekhnik pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati
sendiri prilaku
dan kejadian sebenarnya.
c.Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa da
lam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang pro-
posisional maupun pengetahuan yang diperoleh dari data,
d.Jalan yang terbaik untuk mengecak kebenaran data adalah
dengan pengamatam, sebab bisa saja data yang dijaring
melalui wawancara ada yang bias.
e.Tekhnik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami
situasi yang rumit dan prilaku yang kompleks.
f.Dalam situasi tertentu, hanya pengamatan yang dapat di
gunakan misalnya terhadap bayi yang belum bisa berbicara. Pengamatan terhadap subjek dapat dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya seperti yang dikemukakan
oleh
Bufor Junker (dalan Patto, 1980 : 131-132) dan dikutip
oleh J.Moleong (1990 : 127-128), yaitu pengamat berperan
serta secara lengkap menjadi anggota penuh dalam kelom
pok yang diamati; peranan peneliti sebagai pengamat ti
dak sepenuhnya sebagai pemeran serta, tetapi masih me
lakukan fungsi pengamatan; peranan pengamat secara terbuka diketahui oleh umum atau mungkin disponsori oleh
101
para subjek; peneliti mengamati secara jelas subjeknya ,
sedangkan yang diamati tidak tahu bahwa ia sedang diaaati
Hal-hal yang diamati adalah jenis kegiatan dan pe
ristiwa tertentu yang dapat memberikan informasi yang be-
nar~benar berguna berdasarkan fokus penelitian. Dalam me
lakukan pengamatan, peneliti bertindak aktif tidak hanya
mengamati, melainkan dalam keadaan tertentu. ikut berbicara, berkelakar dan sebagainya secara wajar dan seadanya.
Hasil pengamatan dengan segera dideskripsikan ke dalam
catatan yang meliputi langkah-langkah peristiwa, ketegori
yang diamati atau catatan gambaran umum yang singkat.
n.P.Wawancara
Macam-macam wawancara menurut Patton (dalam J.Mo-
leong, 1990 : 135) adalah wawancara pembicaraan informal,
pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara dan wawan
cara baku terbuka. Dalam penelitian ini jenis wawancara
yang digunakan adalah pendekatan petunjuk umum wawancara,
yaitu dengan terlebih dahulu membuat kerangka dan garisbesar pokok-pokok, yang ditanyakan sebelum wawancara.
Petunjuk wawancara yang disiapkan itu berdasarkan
atas
anggapan. bahwa ada jawaban yang secara umum akan sama diberikan oleh responden, tatapi yang pasti tidak adaperang-
kat pertanyaan yang baku yang disiapkan terlebih dahulu.
Selanjutnya bentuk-bentuk pertanyaan yang diguna
kan dalam penelitian ini sesuai dengan apa yang dikemuka-
102,
kan oleh Patton, yaitu :
a. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman atau peri
laku responden
b. Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau
nilai
dari responden
c. Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan responden.
d. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan yang
di-
miliki responden
e. Pertanyaan yang berkaitan dengan indera responden.
f. Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau
demografi dari responden
Pencatatan data wawancara dilakukan dengan
alat
perekam tape recorder maupundengan pencatatan peneliti
semdiri. Jika wawancara hendak direkam, terlebih
dahulu
ditanyakan kesediaan atau persetujuan dari responden. Setelah wawancara dilakukan, maka dengan segera hasil
wancara ditranskripsikan ke dalam ketikan di atas
wa
kertas
menurut organisasi dan sistematika yang baik agar siap
dijadikan bahan analisis.
D.3. Studi Dokumentasi
Alasan mengapa dokumen atau record dapat digunakan
untuk kepentingan peneliti, menurut Guba dan Lincoln
(1981 : 232-235) adalah:
a. Dokumen dan record digunakan karena merupakan
yang stabil, kaya dan mendorong.
sumber
103
b. Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.
c. Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualita
tif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan
kon-
teks.
d. Record relatif
murah dan tidak sukar diperoleh,
te
tapi dokumen harus dicari dan ditemukan.
e. Keduanya tidak relatif sehingga tidak sukar ditemukan
dengan tekhnik kajian isi.
f. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan
untuk
lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu
yang diselidiki.
Dokumen yang digunakan dalam penelitian iniadalah
dokumen resmi baik yang bersifat internal maupun ekster
nal. Dokumen internal meliputi memo, pengumuman, instruk-
si, risalah, laporan, keputusan rapat yang diterbitkan
oleh kapala PPA dan berlaku di lingkungan PPA Budi Utama
Lubuk Alung. Sedangkan dokumen eksternal meliputi informasi dari Departemen Sosial R.I berupa majalah, buletin
berkala, buku petunjuk dan berita-berita yang disiarkan
media v?assa yang bersumber dari pejabat Departemen Sosi
al, baik tingkat pusat maupun tingkat propinsi Sumatera
Barat.
E. y-piteria Keabgahan, Pata,,
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan tekh
nik pemeriksaan yang didasarkan atas kriteria tertentu.
104;
Kriteria-kroteria tersebut antara lain adalah:
E.1.
Kredibilitas
Tingkat kepercayaan berfungsi melaksanakan
inku-
iri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan-
nya dapat dicapai, mempertunjukkan derajat kepercayaan ha
sil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti
pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Dalam usaha me-
nguatkan kredibilitas data, peneliti menggunakan kriteria
sebagai berikut :
E.1. a.Lama Penelitian
Penelitian naturalistik kualitatif membutuhkan
waktu yang relatif lebih lama dibanding dengan penelitian
dengan menggunakan metode lain. Dalam penelitian ini wak
tu yang dibutuhkan selama lebih kurang 6 bulan, dimulai
dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober 1991.
Dengan
waktu yang relatif lama, peneliti dapat mendeteksi
dan
memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data,ter
utama distorsi pribadi. Pada bagian lain, dengan waktu
yang cukup lama, peneliti dapat membangun kepercayaan di
ri peneliti sendiri.
TC.i.h.TCftP.nkunan referensi
Sejak awal penelitian, peneliti telah menyediakan
tape recorder, sebagai alat perekam dalam wawancara.
Se-
lain itu jika ada pembicaraan yang tidak direkam disebab
kan tidak adanya persetujuan dari responden, maka
data
105
dicatat, kemudian disirapan untuk kemudian sewaktu mengada
kan pengujian, informasi tersebut dapat dimanfaatkan.
E. 1. c. Tjiarigulasi
Adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data dengan me-
manfaatkan sesuatu yang lain di luar data, Untuk mengecek
kembali tingkat kepercayaan data, maka perlu. adanya usa-i
ha-usaha sebagai berikut :
1).Membandingkan data hasil pengamatan dengan data
hasil
wawancara.
2).Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang di depan
umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
3).Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4). Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang lain.
5). Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yeng berkaitan.
E.2. T^pgnrtability
Dependability dimaksudkan keandalan alat penelitian
yaitu peneliti sendiri. Usaha itu dapat dicapai dengan me-
nyatukan dependability, .dengan confirmability melalui suatu
cara yang disebut dengan istilah "audit trail". Proses au
dit trail adalah dengan jalan konsultasi dengan pembimbing
penelitian untuk memeriksa taraf kebenaran data serta penafsirannya. Bahan-bahan yang disiapkan untuk proses audit
106
trail
adalah :
a. Data mentah seperti catatan lapangan, hasil rekaman.
,
dokumen dan sebagainya yang telah dituangkan dalam la
poran lapangan.
b. Hasil analisis, yaitu hipotesis kerja, konsep - konsep
rangkuman dan sebagainya.
c. Hasil sintesis data, yaitu tafsiran, defenisi, intere-
lasi data, tema, pola hubungan dengan literatur dan la
poran akhir.
d. Catatan mengenai proses yang digunakan dalam peneliti
an seperti metodologi, disain, strategi, prosedur, rasional, usaha-usaha agar hasil penelitian dapat diper-
caya, serta usaha sendiri melakukan audit trail.
F. Psngolahan dan Ajiallsjs Data
Keseluruhan data yang terkumpul dan tercatat di da
lam laporan lapangan masih sulit untuk mengenali komposi-
sinya, oleh sebab itu untuk memudahkan penafsiran maka
pertama-tama peneliti menelaah secara struktur terhadap
fokus penelitian. Dengan cara ini peneliti dapat
mudah melacak di mana data tersebut berada. Setelah
dengan
itu
peneliti menghimpun dan mengklasifikasikan data menurut
masing-masing fokus penelitian untuk membantu memudahkan
penganalisisan data. Akhirnya dari data yang telah diklasifikasikan tadi diperoleh penafsiran-penafsiran berikut
penjelasannya..:
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan .
Keberadaan Panti Penyantunan Anak (PPA) Budi Utama
Lubuk Alung, merupakan salah satu sarana pelayanan
unit
pelaksana tekhnis di lingkungan Departemen Sosial yang
menyelenggarakan penanggulangan masalah kesejahteraan
a-
nak dengan menangani anak-anak putus sekolah terlantar
guna menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan sosial
dan kerja, sehingga mereka dapat berfungsi sebagai anggo
ta masyarakat yang terampil dan aktif berpartisioasi
da
lam pembangunan.
Salah satu perwujudan dan tekad serta usaha
PPA
itu adalah dengan diselenggarakannya program pelatihan ke
terampilan yang merupakan segi lain dari pelaksanaan pen
didikan luar sekolah yang dilaksanakan secara berkala dan
periodik. Dalam satu priode latihan berlangsung selama enam bulan atau satu semester. Keberhasilan peserta prog
ram pelatihan keterampilan tidak terlepas dari penyeleng-
garaan sistem pendidikan luar sekolah yang meliputi
ponen-komponen; masukan mentah, masukan saranan,
kom
masukan
lingkungan, proses, masukan lain, keluaran dan pengaruh.
Dari ketujuh komponen tersebut di atas, dapat diambil bceberapa kesimpulan :
164
165
1. Dari
keseluruhan peserta
yang mengikuti
program
pelatihan keterampilan, ternyata tidak semuanya yang
di-
salurkan/dimagangkan dan seterusnya bekerja di perusahaan
tersebut. Ketentuan ini berdasarkan penilaian yang dilaku
kan para instruktur, kepala wisma, seksi asuhan dan seksi
penyaluran. Penilaian tersebut tidak hanya menekankan pada
aspek keterampilan semata melainkan juga menekankan pada
segi sikap atau budi pekerti mereka dalam kehidupannya se
hari-hari. Faktor lain yang mendukung keberhasilan
mereka
yakni adanya keterkaitan antara pengalaman dan kebutuhan
(motivasi) untuk belajar.
Pengalaman yang mereka peroleh pada saat mereka dalam
ke
adaan menganggur/putus sekolah adalah kesulitan dalam mem
peroleh pekerjaan karena tidak mempunyai sutau keterampi
lan tertentu. Sehingga pengalaman daa=fc€taa*»han tersebut
menimbulkan suatu keinginan untuk berprestasi (Need
for
achievement - "N - Ach"). Motif berprestasi tersebut
di
dasarkan atas kecendrungan untuk menghindari kegagalan.
Pada bagian lain ditemukan bahwa anak yang belum/tidak
berhasil ternyata dalam mengikuti program pelatihan mere
ka mempunyai tujuan yang bersifat sementara, dengan
kata
lain bahwa keinginan mereka untuk mengikuti program pela
tihan hanya bersifat sambil lalu atao coba-coba, yach ...
dari pada menganggur.
166
2. Tercapainya tujuan
program
dengan memitik beratkan
pada kebutuhan peserta didik serta menumbuhkan
dan
meningkatkan keterampilan kerja.
Dalam mencapai tujuan tersebut adanya saling kerjasama
antara pengelola program serta memanfaatkan sarana
yang ada secara efektif dan efisien.
3. Lingkungan sangat mempengaruhi tindakan seseorang, ka
rena manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipi-
sahkan dari kehidupan sosial di mana ia berada. Dalam
masyarakat Minagkabau bahwa laki-laki mempunyai tang
gung jawab yang besar bagi anak kemanakan serta kera
bat yang ada di kampung. Untuk itu mereka disuruh me
rantau agar kelak dapat menymbangkan sesuatu pada
kampungnya. Dalam keadaan seperti ini pendidikan mem
punyai fungsi sosial ganda, yaitu sebagai wahana
da
lam menumbuh kembangkan potensi peserta didik juga se
bagai pengembang budaya.
4. Potensi daerah di mana peserta berasal, menjadi salah
satu pertimbangan diterima atau tidaknya pelayanan
program kepada calon peserta.
5. Para peserta pelatihan tidak hanya mendapat pelayanan
program pelatihan yang sesuai dengan jurusannya, teta
pi juga memperoleh bimbingan mental.dan sosial.
Hal ini mengingat latar belakang mereka yang beberapa
waktu pernah menjadi pengangguran
167
6. Adanya satu seksi yang bertugas menjajaki perusahaanperusahaan yang relevan dengan jenis keterampilan pe
serta
dan bersedia dijadikan tempat magang dan
se
lanjutnya sebagai tempat bekerja. Kesediaan para pe
ngusaha tersebut di atas, membantu peserta didik mengr-
gunakan keterampilan yang telah dimiliki guna mening
katkan kemampuan dan meningkatkan taraf hidupnya.
7. Keluaran program pelatihan tidak hanya ditentukan da
ri jumlahnya, tetapi diterimanya hasil kerja mereka ditengah-tengah masyarakat.
8. Terjadinya peningkatan taraf hidup pesertanya di te-
ngah-tengah masyarakat dengan perolehan pekerjaan dan
penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan penghasilan yang mereka peroleh menimbulkan mi
nat untuk mendirikan usaha sendiri, sehingga dengan
demikian akan dapat membantu para anak putus sekolah
lainnya dalam menciptakan lapangan pekerjaan.
9. Dari ketujuh komponen pendidikan luar sekolah sebagaimana tersebut di atas, ditemukan tiga komponen
yang
sangat dominan dalam mendukung keberhasilan, yakni;
masukan mentah, masukan sarana dan masukan lain.
168
B. Rekomendasi bagi Pengelola Program
1. Untuk mengembangkan kemampuan aspek keterampilannya
para peserta diberi tanggung jawab untuk mengerjakan
pesanan masyarakat dengan mendirikan bengkel tersendiri dan dikerjakan di luar jam latihan pokok selama
masa pelaksanaan program berlangsung.
2. Meskipun secara umum penyelenggaraan program telah
sesuai dengan definisi-definisi dan prinsip-prinsip
pendidikan luar sekolah, namun pada beberap aspek
perlu perbaikan dan penyempurnaan program yang lebih
didasarkan pada pengembangan kreativitas para peserta
di luar jam latihan keterampilan. Pengembangan kreati
vitas di atas dimaksudkan dengan menggali potensi da-
erah/alam yang ada di daerah asal para peserta pela
tihan. Jadi suatu program tidak hanya sekedar implementasi rencana suatu proyek.
3. Perlu adanya peningkatan kerjasama dan kordinasi de
ngan para pengusaha yang dapat membantu penyaluran
tamatan program dengan cara menyesuaikan kebutuhan
perusahaan dengan program pelayanan di Panti PenyantuAnak (PPA) "Budi Utama" Lubuk Alung.
169
•C. Rekomendasi bagi Pendidikan Luar Sekolah
Dari temuan penelitian ini, program pelatihan ke
terampilan yang diselenggarakan oleh PPA Budi Utama Lubuk
Alung merupakan suatu bentuk pendidikan luar sekolah yang
berupaya memberikan dan meningkatkan pengetahuan, kete
rampilan dan sikap pesertanya agar secara sadar mengopti-
malisasikan segenap potensi yang dimiliki untuk mening
katkan taraf hidupnya. Dalam proses pelaksanaan program
pelatihan keterampilan terdapat komponen-komponen yang sa
ling berintaraksi dan saling mendukung antara satu dengan
lainnya. Diantara ketujuh komponen PLS diatas, terdapat
dua komponen yang sanag besar pengaruhnya dalam mendukung
keberhasilan program, kedua komponen tersebut adalah kom
ponen masukan sarana dan masukan lain yang juga berfungsi
sebagai umpan balik dari pelaksanaan program pelatihan.
Berdasarkan temuan di atas, penulis mencoba untuk menawar-
kan suatu bentuk penyelenggaraan sistem PLS, yakni:
Umpan balik
Masukan lingkungan
I—t
—•
•%
•
Masukan Mentah
•
Proses
^
4
.
Keluaran
»
II
J
Pengaruh
Masukan Sarana
Masukan Lain
Umpan balik
170
Pada bagian lain ditemukan juga pengelolaan program PLS
yang bersifat tekhnis dalam mencapai tujuan program meli
puti :
1.
Perencanaan
2. Pengorganiaasian
3. Manajemenet
4.
Komunikasi
5. Hubungan dengan masyarakat
6. Umpan balik program.
Berdasarkan ;uraian-uraian di atas, maka dapat dikatakan
bahwa Pendidikan Luar Sekolah di samping berperan seba
gai penambah, pelengkap dan pengganti pendidikan sekolah
tetapi juag berperan sebagai :
1. PLS berperan sebagai motivator dalam mengatasi pengang
guran.
Problema anak -putus sekolah, pada dasarnya' merupakan
putusnya kesempatan bagi anak untuk memperoleh bimbing
an, latihan secara teratur dan sistematis bagi perkem
bangan anak. Keadaan ini dapat melahirkan problem-prob
lem sosial, ketidak mampuan mencari atau memperoleh pe
ngetahuan, mempertahankan serta mengembangkan sumber
penghasilan dan pada gilirannya akan menjadi pengang-
gur. Melalui pendidikan luar sekolah sebagai suatu
sistem, para anak putus sekolah .-mendapat bimbingan.:
, ^
- -i„v, Sehmgga
c'o-hT-np-a-a dengan
dan latihan-keterampilan.
uen& .b.ekal .yang »
171
diberikan mereka dapat
demi meningkatkan
memenuhi
kebutuhan hidup,'
mutu dan taraf hidupnya yang lebih
baik. Keberhasilan yang mereka peroleh juga membawa pe
ngaruh terhadap pembangunan yang sedang dilaksanakan
yaitu meningkatkan penduduk yang pada mulanya sebagai
"beban" menjadi "subjek" pembangunan
2. PLS sebagai organisator.
Dalam upaya mengembangkan keterampilan/potensi para
anak putus sekolah, perlu adanya pengelolaan.program
secara terpadu atas dasar prinsip manajemen. Seluruh
sistem pendidikan luar sekolah saling mendukung dan
berkaitan antara satu dengan lainnya dalam mencapai
tujuan program yang berhasil guna dan berdaya guna.
B.3. Rekomendasi Bagi Penelitian Lebih Lanjut
Hasil penelitian ini merupakan gambaran tentang pe
nyelenggaraan program pendidikan luar sekolah dan bukanlah
merupakan generalisasi yang dapat dijadikan pola penyeleng
garaan pendidikan luar sekolah di tempat lain meskipun pada
kasus yang sama. Oleh karenanya perlu diadakan studi per-
bandingan tentang penyelenggraan sistem pendidikan luar
pada instansi dan/atau lembaga lain, baik yang dikelola oleh Departemen Sosial maupun departemen-departemen lainnya
atau lembaga masyarakat atau swasta, guna memperoleh kesamaan yang dapat diterapkan secara baku pada masa-masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Adikusumo, Soepardjo., Pendidikan Interpretasi dan Implikasi., FPS IKIP Bandung, 1989.
Axinn, George., Nonformal Education and Rural Development
East Lansing, Michigan State University, 1976.
Ballantine, H, Jeanne., School and Society A Reader Edu
cation Sociology., Wright State University, 1985.
Bouman, P, J., Ilmu Masyarakat Umum., Pembangunan Jakarta,
1984.
Coombs, Philip, H, Ahmad Manzoor., Memerangi Kemiskinan
di Pedesaan Melalui Pendidikan Nonformal, Rajawali
Jakarta, 1984.
De Jong, SOU., Sosiologi Pendidikan, Suatu Ikhtisar
ritis Tentang Pendidikan, Perkembangan dan
nisasi., YIIS & LPSP, Jakarta 1984.
Teo-
Moder-
Dewantara, Ki Hadjar., Pendidikan., Taman Siswa, Jogyakarta, 1962.
.f Kebudayaan., Madjelis Luhur Persatuan Taman
Siswa, Jogyakarta, 1962.
Direktorat Jehderal Bina Kesejahteraan Sosial Departemen
Sosial Republik Indonesia., Penyuluh Sosial., Ja
karta, 1986.
Driyarkara., Tentang Pendidikan., Kanisius, Jogyakarta,
1980.
Faure, Edgar., Belajar Untuk Hidup, Dunia Pendidikan Hari
Kini dan Esok., Bharata Karya Aksara, Jakarta,1981.
Freire, Poulo, diterjemahkan oleh Tim Redaksi
LP3ES.,
Pendidikan Kaum Tertindas., LP3ES, Jakarta, 1985.
., Pedogogy of The Oppressed, dalam Pendidikan
Sebagai Praktek Pembebasan., diterjemahkan oleh
Alois A. Nugroho, Jakarta, 1984.
Hunter, M, John, et al., Program of Studies in Nonformal
Education., Michigan State University East Lansing
wrr.
172
173
Illich Ivan., Deschooling Society., dalam Bebas Dari Se^
kolah., diindonesiakan oleh C. Woekirsari, Sinar
Harapan Jakarta, 1982.
Ingalls, John, D., A Trainess Guide to Andragogy : Its
Conceps, Experience and Application.,
Revised
. Edition, Washington, 1974.
Kadushing, Alfred., Child Welfare Service., Collier Macmilland Limited, London, 1967.
Kindervatter, Suzanna., Nonformal Education As An Bmpo-^
wering Process., University of Massachusetts, USA,
1979.
Kleis, E. , Case Studies in Nonformal Education., East
LansmgT Michigan State University, 1974.
Knowless, Malcom., The Modern Practice of Adult Education
Andragogy vs Pedagogy., Association Press, mew York
1970.
Koentjaraningrat., Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan.,
Gramedia, Jakarta, 1987.
Krech, David, et al., Individual in Society, A TextBook
of Social Psychology, University of California,
Mc Graw Hill Kogakusha Ltd, Tokyo, 1962.
Maslow, Abraham., Motivation and Personality., New York
Harper and How Publisher, 1970.
McClelland, David, et al., The Achieving Society., ( di
indonesiakan oleh Siawo Suyanto dalam Memacu Ma
syarakat Be
DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KETERAMPILAN ANAK.
(Studi kasus tentang keberhasilan anak putus
sekolah teriantar di Panti Penyantunan Anak
(PPA) "Budi Utama" Lubuk Alung Sumatera Barat)
TESIS
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
Fakultas Pascasar jana
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
sebagai Pemenuhan Sebagian Persyaratan Kurikuler Program S2
Bidang Studi Pendidikan Luar Sekolah
Oleh
F A R I H AH
8932138
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS PASCA SARJANA
IKIP BANDUNG
19 9 1
DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH TIM PEMBIMBING
^-*-*-o
ProfA_DRi_Soe2§rd^o_Adikusumo
55i_3i_5ii^iH-§H^i5S§-Mi^
" Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal la amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu me -
nyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu ; AL
LAH mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui".
(Al Qur'an Surat Al-Baqarah 216)
Kupersembahkan kepada Ananda tersayang
"Ihsanurrizqie Indra"
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR
±
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
BAB
viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1.
B. Identifikasi Masalah
6
C. Masalah Penelitian dan Pertanyaan
Penelitian
BAB
iv
II.
1°
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
11
E. Defenisi Operasional
12
TINJAUAN HJSTAKA
A. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah ...
14
B. Posisi dan Peranan Pendidikan Luar
Sekolah dalam Kerangka UUSPN No 2 1989
20
B.1. Posisi Pendidikan Luar Sekolah ..
20
B.2. Peranan Pendidikan Luar Sekolah..
23
B.2.a. Pendidikan Luar Sekolah sebagai
pelengkap pendidikan sekolah...
B.2.b. Pendidikan Luar Sekolah sebagai
penambah pendidikan sekolah ...
B.2.c. Pendidikan Luar Sekolah sebagai
pengganti pendidikan sekolah ..
G. Sistem Pendidikan Luar Sekolah
23
26
27
28
C.1. Masukan sarana
30
C.2. Masukan mentah
33
Vlll
IX
C.3. Masukan lingkungan
33
C. 4 • Proses
34
C.5. Masukan lain
36
C.6. Kaluaran
37
C.7. Pengaruh
38
D. Peran Motivasi Dalam Pendidikan
Luar Sekolah
40
B. Pendekatan dan Bentuk Kegiatan Belajar
Dalam Pendidikan Luar Sekolah
50
E.1. Pendekatan belajar dalam pendidikan
luar sekolah
E.1.a. Konsep Ivan ILLich
50
E.1.b. Konsep Suzanne Kindervatter
52
E.1.c. Konsep Paulo Freire
56
E.1.d. Konsep Abraham H. Maslow
59
E.i.e. Konsep Carl Rojers
60
B.1.f. Konsep Ki Hadjar Dewantara
63
E.2. Bentuk-bentuk Kegiatan Belajar
dalam Pendidikan Luar Sekolah
65
E.2.a. Belajar Kelompok
66
E.2.b. Magang
6?
E.2.C. Latihan Keterampilan
70
F. Orientasi Nilai Budaya Masyarakat
nangkabau
Mi- :_ •
dalam Pendidikan Luar Sekolah
U
F. 1. Hakekat hidup
?6
F.2. Hakekat karya
??
F. 3. Hakekat waktu
?8
F.4. Hakekat liubungan manusia dengan
alam
'"
F.5. Hakekat hubungan manusia dengan
80
sesama
G. Layanan Kesejahteraan Sosial Bagi
Anak Putus Sekolah Terlantar
84
G.1. Kelompok permasalahan kesejah
teraan sosial
BAB
9°
III. MET0D0L0GI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
93
B. Subjek Penelitian
95
C. Tahap-tahan Penelitian
97
D. Tekhnik Pengumpulan Data
99
D. 1. Pengamatan atau ebservasi
D. 2. Y/awancara
D.3. Studi Dokumentasi
BAB
IV.
BAB V.
•
99
101
1°2
E. Kriteria Keabsahan Data
1°3
F. Pengolahan dan Analisis Data
106
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tentang PPA
1°7
B. Deskripsi dan Analisis Data
124
C. Diskusi Hasil Penelitian
144
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA . . .
LAMPIRAN-LAMPIRAN
164
168
172
176
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Hal
Gambar 1
2
: Sub Sistem Pendidikan Nasional
: Klasifikasi Kegiatan Belajar Menurut
Axinn
3
17
: Kompoen-komponen Pendidikan Luar Se
kolah
29
4
: Kebutuhan Hirarkhis dari Maslow
5
: Tahapan Proses Pelayanan di Panti Pe-
6
: Struktur Organisasi PPA "Budi Utama" ...
121
7
: Denah PPA "Budi Utama"
122
8
: Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Luar
nyantunan Anak (PPA)
Sekolah Dalam Mengembangkan Keteram-
pilan Anak
Tabel
4
1
: Model ideal Pendidikan Luar Sekolah
2
: Fokus Penelitian 1:Motivasi Peserta
3
: Fokus Penelitian 2:Sampai sejauh mana
Sebagai Empowering Process
didik Dalam mengikuti Program pelatihan
Peran Masukan Sarana Dalam Mengembangkan
keterampilan peserta
4
: Fokus Penelitian 3:Sampai sejauh mana
Peran Masukan Lingkungan
5
: Fokus Penelitian 4:Bagaimna Proses Bela
jar membelajarkan Dalam mengembangkan ke
terampilan peserta pelatihan
6
: Fokus Penelitian 5: Sampai sejauh mana
7
: Fokus penelitian 6: Bagaimana keluaran
8
: Fokus penelitian 7: Sampai sejauh mana
46
118
143
56
125
127
129
131
peran masukan lain dalam menunjang keberhasilan program
"• 134
program pelatihan tersebut
pengaruh program pelatihan bagi peserta
137
140
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan suatu bangsa beEtujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sehingga mampu berfungsi
sebagai motor penggerak pembangunan.
Konsensus ini semakin terbentuk dalam masyarakat
sia untuk menjadikan pembangunan manusia
Indone
dan sumber
daya
manusia sebagai prioritas utama dalam pembangunan nasional
jangka panjang tahap ke dua (GBHN, 1988).
Beberapa alasan mengapa pengembangan sumber daya
manusia
menjadi sangat penting dalam pembangunan nasional.
Perta-
ma, dalam masyarakat yang sedang berkembang, dengan jumlah
penduduk yang besar, perbandingan antara penduduk
sebagai
modal dan sebagai beban pembangunan masih kurang memadai
kalau tidak dikatakan timpang. Kedua, sejalan dengan
pembangunan yang berkelanjutan sebagaimana yang
diamanat-
kan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
1988, penyiapan pendidikan sebagai sumber daya
tahun
daya
mampu dan bijaksana dalam mengolah sumber daya alam
mampu menghadapi tantangan
asas
yang
serta
dalam mempertahankan laju pem
bangunan, merupakan suatu keharusan. 01eh karena itu strategi dasar yang dihadapi dalam pembangunan sumber daya ma
nusia adalah bagaimana merubah dan meningkatkan
yang pada mulanya sebagai "beban" menjadi "subjek"
1
penduduk
pemba-
ngunan. Karena manusia merupakan inti pembangunan, dia se
bagai pemikir, pelaksana, pengawas dan merasakan pahit getirnya serta ia pula yang menikmati keberhasilan pembangu
nan. Dalam kaitan ini, Soedjatmoko mengemukakan bahwa
"pembangunan sebagai proses belajar" (1986 : 4).
Istilab "belajar" yang dimaksdukan adalah peningkatan kemampuan masyarakat, baik secara individual
maupun
kolektif serta mengadakan koreksi-koreksi tepat pada
wak-
tunya guna merubah arah yang telah ditempuh.
F.H. Harbinson, 1973 mengemukakan bahwa pembentukan sumber
daya manusia adalah proses memperoleh dan meningkakan jum
lah orang yang mempunyai keahlian, pendidikan dan pengalaman yang menentukan bagi pembangunan ekonomi dan politik
suatu negara.
Pada bagian lain Sofian Efendi mengemukakan bahwa
pemba
ngunan kualitas sumber daya manusia pada dasarnya
adalah
upaya untuk mengembangkan inisiatif penduduk. sebagai sum
ber pembangunan yang utama dalam rangka mencapai kesejah
teraan material dan spiritual (1990 : 9).
Substansi pokok pembangunan manusia dan sumber daya
sia
manu
menurut Sayidiman. S. adalah budaya nasional, sedang-
kan wahana utama adalah pendidikan (Kompas, 5 Januari 1991)
Pendidikan menurut Soepardjo Adikusumo " bertujuan untuk
menyadarkan manusia tentang keberadaannya".
Dengan mengacu pada alternatif pemecahan masalah
tersebut
di atas, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan
faktor yang sangat penting. Hal ini secara implisit
dapat
kita simak dalam UUD 1945, yaitu "untuk memajukan kesejah
teraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa". Hal ini lebih
dipertegas lagi dalam TAP. MPR Ho 11/1933, yakni:
1. pengembangan dan pemanfaatan potensi sumber daya
manu
sia,
2. peningkatan pendidikan yang dapat menciptakan lapangan '
pekerjaan,
3. pembangunan pertanian terpadu dengan pembangunan
dae-
rah pedesaan,
4. pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan da
lam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat.
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan No 2
1989, bahwa pendidikan nasional terdiri atas dua
Tahun
sub-sis-
tem yaitu sistem pendidikan sekolah dan sub-sistem pendi
dikan luar sekolah. Semua sub-sistem ini berkaitan dan sa-
ling menopang antara satu dengan lainnya. Setiap sub-sis
tem memiliki kedudukan yang sama dalam sistem pandidikan
nasional. (D. Sudjana, 1989 : 68).
Keterkaitan antara keduanya dapat di lihat pada gambar dibawah ini
:
SISTEM
PENDIDIKAN NASIONAL
1
SUBSISTRM
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
.
SUBSISTEM
PENDIDIKAN SEKOLAH
_nj
i
+
PROGRAM PENDIDIKAN
NONPORMAL
DI LINGKUNGAN
MASYARAKAT/LEMBAGA
PROGRAM PENDIDIKAN
INFORMAL
DI LINGKUNGAN
KELUARGA
PROGRAM PENDIDIKAN
FORMAL
DILINGKUNGAN
SEKOLAH
TRI-PUSAT/TRI-KONDISI
PENDIDIKAN
Dari gambar di atas, dapat dikatakan bahwa
pendi
dikan nasional mempunyai dua sub-sistem. Berdasarkan
fatnya, sub-sistem pendidikan luar sekolah terdiri
si-
atas
dua program yaitu : 1.Program pendidikan luar sekolah yang
dilaksanakan di lingkungan masyarakat/lembaga. 2. Program
pendidikan luar sekolah yang dilaksanakan di lingkungan
keluarga. Sedangkan sub-sistem pendidikan sekolah di laksanakan di lingkungan sekolah.
Pendidikan luar sekolah dirumuskan sebagai
usaha
sadar untuk mempersiapkan peserta didik, melalui kegiatan
bimbingan; pengajaran atau pelatihan bagi peranannya
di-
masa yang akan datang (UU RI No 2, 1989, Bab I pasal 1 a-
yat 1), yang berorientasi pada kepentingan dan problema
peserta didik adalah model pendidikan yang diprediksi manpu menjangkau khalayak sasaran pembangunan yang tidak
berkesempatan terdidik secara fommal.
Fungsi utama pendi
dikan luar sekolah adalah membelajarkan masyarakat
kapan
saja, di mana saja, agar masyarakat dapat mengembangkan
potensi yang ada.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1985 : 10)
telah merumuskan tujuan instruksional pendidikan luar
se
kolah sebagai berikut :
1. mengembangkan kepribadian dan mengaktualisasikan diri,.
2. kemampuan menghadapi tantangan hidupnya, baik
dalam
lingkungan keluarga maupun masyarakat.
3. kemampuan membina keluarga sejahtera dalam rangka
me
majukan kesejahteraan umum,
4. wawasan yang luas tentang hak dan kewajiban
sebagai
warga negara,
5. kesadaran berbangsa, bernegara dan bermasyarakat dalam
rangka pembangunan manusia dan masyarakat pancasila,
6. kemampuan menciptakan atau membantu menciptakan
ngan kerja.
lapa-
S. Iden.tlfikas;L Masalah
"Manusia Indonesia yang berkualitas hanya akan lahir dari remaja yang berkualitas. Remaja yang berkualitas
hanya akan tumbuh dari anak-anak yang berkualitas. Karena
itu meningkatkan kualitas mereka merupakan syarat penting
dari ancang-ancang kita untuk memasuki tahap tinggal landas menjelang kahir abad ke 20 ini menuju terwujudnya ma
syarakat Pancasila yang adil dan makmur seperti yang kita
cita-citakan". (Presiden Soeharto)
Sebagai kader dan pewaris perjuangan bangsa, rema
ja memiliki peran dan posisi strategis dalam mengemban
cita-cita tersebut di atas. Mengingat jumlahnya yang
kup besar serta
cu-
memiliki vitalitas dan semangat, maka i-
ni merupakan potensi sumber daya yang akan mendukung
la-
junya pembangunan.
Tetapi bagaimna dengan kondisi sebagian generasi muda
i-
ni?. Meskipun tidak sedikit yang berhasil dalam berbagai
hal, tetapi masih banyak jumlah mereka yang
permasalahan sosial. Pengangguran,
putus
menyandang
sekolah, ter-
libat tindaka^ kriminil, penyalah gunaan obat-obat terla-
rang merupakan sebagian permasalahan yang kini sedang dihadapi oleh sebagian generasi muda.
Problema anak putus sekolah, pada dasarnya merupa
kan putusnya kesempatan bagi anak untuk memperoleh bimbi
ngan, latihan serta didikan secara teratur dan sistematis
bagi perkembangan anak. Keadaan putus sekolah ini,
dapat
melahirkan problem-problem sosial terutama di masa menda-
tang, baik yang bersifat ketidak mampuan mencari
atau
memperoleh pengetahuan, mempertahankan serta mengembang
kan sumber penghasilan dan kehidupan. Secara umum keadaan
drop out ini sangat memprihatinkan kerana sering terbentur dalam menemukan dan menciptakan lapangan pekerjaan
yang disebabkan oelh minimnya keterampilan fungsional.
Keadaan ini lebih menyedihkan lagi oleh karena adanya ke-
timpangan antara jumlah angkatan kerja dengan kesempatan
kerja yang tersedia. Jumlah angkatan kerja semakin
ningkat, sementara pertumbuhan lapangan pekerjaan
me-
tidak
sebanding. Sektor ekonomi yang memberikan lapangan peker
jaan dan hanya membutuhkan keterampilan rendah, yakni pa
da sektor pertanian yang dewasa ini mengalami penyempitan
tanah. Sedang di luar sektor pertanian belum mampu menye-
rap secara keseluruftan tenaga kerja yang ada. Dalam sek
tor industri misalnya, mestinya diharapkan dapat menyerap
tenaga kerja yang lebih besar, ternyata sektor ini
tidak
mampu menampung tenaga kerja yang melimpah. Karena
pada
sektor industri lebih menggunakan padat modal dengan
sin-mesin tekhnologi canggih dari pada menggunakan
me-
padat
karya dengan tenaga kerja manusia. Dengan demikian akan
terjadi seleksi yang sangat ketat dalam pola rekruitmen tenaga kerja. Hanya mereka yang benar-benar
ahli dan terampil saja yang akan terserap oleh
8
sektor industri dan sektor formal lainnya.
Keadaan demikian akan bermuara \ bagi mereka yang putus
sekolah, yang tidak memiliki ketrampilan fungsional
ter-
lempar dari pasaran kerja, dan pada gilirannya akan
jadi
penganggur.
Anak terlantar dan putus sekolah, seperti
halnya
dengan anak-anak lain, merupakan generasi penerus cita-
cita perjuangan bangsa. Sebagai generasi penerus,
mereka
dinarapkan mampu dan andal dalam memikul dan melaksanakan
tanggung jawab dalam berbagai aspek pembangunan.
Menurut data tahun 1988 dari Unit Pelaksana Tekhnis (UPT)
Depart emen sosial Lubuk Alung, bahwa jumlah anak putus se
kolah terlantar di daerah tingkat II Propinsi Sumatera
Barat berjumlah 89.384 jiwa. Departemen yang bertugas me-
nyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial, yang dalam
era pembangunan sekarang ini mengutamakan penanganan
salah kesejahteraan sosial bagi anak putus sekolah
ma
ter
lantar, mengadakan pelayanan pendidikan dan keterampilan
di Panti Penyantunan Anak (PPA) "Budi Utama"
Lubuk Alung
Sumatera Barat. Pelayanan sosial di atas dimaksudkan
un
tuk menggali, mengembangkan, meningkatkan dan memantapkan
potensi dan sumber daya yang dimiliki anak-anak putus se
kolah terlantar, sehingga mereka dapat berfungsi
sebagai
anggota masyarakat yang terampil dan berpartisipasi aktif
dalam pembangunan.
...suatu
Pemikiran di atas, dilandasi
keyakinan bahwa :
oleh
ALLAH menciptakan manusia dengan memiliki potensi
dan
menjadikan manusia sebagai makhluknya yang paling
mulia
dan utama, lebih dari makhluk lainnya. Hal ini dapat
buktikan dari kejadiannya yang telah >diterangkan
didalam
Al-Qur *an :
.."Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan manusia,
dan
Kami tempatkan mereka di daratan dan di lautan, serta
Kami berikan kepada mereka rezeki dari barang- barang
yang baik-baik, serta Kami lebihkan mereka dari pada
kebanyakan makhluk yang Kami ciptakan dengan
sebenar-benar kelebihan (Q.S. 17:70)
Dalam firmanNYA yang lain :
"Dan Dialah ALLAH yang telah menjadikanmu
di muka bumi ini" (Q.S.6 : 165)
Dengan demikian, manusia merupakan
khalifah
makhluk ALLAH
telah diberinya kelebihan dalam bentuk potensi.
yang
Potensi
atau peluang di atas .hanya dapat dikembangkan melalui
pendidikan, agar
potensi tersebut dapat berfungsi seba-
gaimana mestinya.
Program pendidikan luar sekolah merupakan kegiatan
pendidikan yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan
mereka yang mempunyai kasus seperti tersebut di atas. Ka
rena pendidikan luar sekolah memiliki berbagai bentuk ak-
tivitas pendidikan yang sesuai dengan sasaran yang dihadapi. Kegiatan pendidikan luar sekolah dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yakni :
(a) Kegiatan yang orientasinya terutama ditujukan
kepada
pengembangan keterampilan dan pengetahuan peserta di-
10
dik dari kalangan tenaga kerja yang sudah bekerja.
(b) Kegiatan yang mempunyai tujuan utama mempersiapkan
orang-orang khususnya para pemuda untuk memasuki lapa
ngan pekerjaan.
(c) Kegiatan yang mempunyai tujuan utama untuk mengembang
kan keterampilan dan pengetahuan untuk kepentingan
dunia' pekerjaan dan dunai usaha.
C.
Masalah Penelitian
1. Penjelasan masalah.
Program pelayanan pendidikan keterampilan yang dikelola oleh Departemen Sosial Sumatera Barat merupakan upaya dalam mengembangkan keterampilan bagi anak putus se
kolah terlantar. Yang menjadi masalah pokok dalam peneli
tian ini adalah bagaimana bentuk penyelenggaraan sistem
pendidikan luar sekolah, yang pada.akhirnya mempunyai pe
ngaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku sosial
nomi peserta pelatihan
eko-
yang semula merupakan anak putus
sekolah terlantar.
2. Pertanyaan penelitian
Secara rinci permasalahan di atas dituangkan dalam
beberapa bentuk pertanyaan penelitian, yakni :
1. Bagaimana motivasi peserta didik (masukan mentah) da
lam mengikuti program pelatihan.
2. Sampai sejauh mana-peran masukan sarana
dalam
me-
11
ngembangkan keterampilan peserta pelatihan.
3. Sampai sejauh mana peran masukan lingkungan dalam
me
nunjang keberhasilan peserta pelatihan keterampilan.
4. Bagaimanakah proses belajar-membelajarkan dalam
me
ngembangkan keterampilan peserta pelatihan.
5. Sampai sejauh mana peran masukan lain dalam menunjang
keberhasilan peserta pelatihan keterampilan.
6. Bagaimanakah keluaran program pelatihan keterampilan
tersebut?.
7. Sampai sejauh mana pengaruh program pelatihan
kete
rampilan bagi peserta didik?.
D. Tu.iuan £an Kegunaan Pe^eljtjaA
Penelitian yang menggunakan tekhnik studi
kasus
ini, tidak bertujuan untuk menguji hipotesis. Menurut S.
Nasution (1988:11) bahwa : "Tujuan penelitian naturalis-
tik bukanlah untuk menguji hipotesis yang didasrkan atas
teori-teori tertentu, melainkan untuk menemukan pola-po-
la yang dikembangkan menjadi teori yang "grounded" yakni
didasarkan atas data".
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
penyelengga-
raan sistem pendidikan luar sekolah yang dianggap berha
sil dalam menanggulangi jumlah pengangguran yang
diaki-
batkan putus sekolah, dengan jalan memberikan latihan
keterampilan pada para anak putus sekolah terlant'ar: se
hingga mereka mampu raemperoleh lapangan pekerjaan
yang
12
sesuai dengan keterampilan yang diperolehnya di PPA "Budi
Utama" Lubuk Alung. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi masukan bagi para perencana dan pengelola program
pendidikan pelatihan keterampilan serta bagi para
anak
putus sekolah lainnya yang belum mendapat kesempatan
da
lam memperoleh lapangan pekerjaan.
E.
Defenisi Operasional.
Penyelenggaraan sistem pendidikan luar sekolah
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sekolompok komponen yang berkaitan satu dengan lainnya sehingga keseluruhannya mampu melakukan fungsi-fungsi tertentu.
Komponen-komponen dalam pendidikan luar sekolah tersebut,
meliputi :
1. Masukan mentah, peserta didik yang merupakan anak
pu
tus sekolah terlantar dengan berbagai karakteristiknya
seperti motivasi, bakat, minat dan aspirasinya.
2. Masukan sarana, meliputi keseluruhan sumber dan fasilitas yang memungkinkan peserta pelatihan keterampilan
melakukan kegiatan belajar. Yang termasuk dalam masukan
sarana ini; para pengelola program, instruktur,
fasi-
litas serta tujuan program.
3. Masukan lingkungan, faktor lingkungan yang menunjang/
mendorong berjalannya program pelatihan keterampilan.
Masukan lingkungan ini meliputi, lingkungan keluarga,
lingkungan teman bergaul dan lingkungan budaya.
13
4. Proses, merupakan interaksi antara masukan sarana dan
peserta didik dalam upaya mengembangkan keteranpilan
para anak putus sekolah.
5. Masukan lain, adalah daya dukung lain yang memungkinkan para peserta pelatihan keterampilan dan lulusan
dapat menggunakan kemampuan yang telah dimiliki untuk
kemajuan kehidupannya.
6. Keluaran, meliputi kualitas dan kuantitas para peserta
pelatihan keterampilan. Perubahan yang terjadi pada
para peserta pelatihan keterampilan, yang semula dalam
keadaan menganggur yang disebabkan putus sekolah ter
lantar, maka setelah mereka mengikuti pelatihan
kete
rampilan mereka memperoleh pengetahuan, baik pada
as-
pek kognitif, afektif dan psikomotor serta memperoleh
lapangan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan
yang mereka miliki.
7. Pengaruh, merupakan tujuan dari program pelatihan kete
rampilan sehingga anak memiliki mata pencaharian
seba
gai sumber kehidupannya, sehingga dengan demikian mere
ka dapat
ngunan.
berperan serta dalam mencapai tujuan pemba
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metope Pgrielitjan,
Metode yang dipakai dalam penelitian ini
adalah
metode kualitatif yang tidak melakukan pengujian hipotesa
melainkan menjawab sejumlah pertanyaan penelitian
telah dirumuskan berdasarkan permasalahan yang
yang
diteliti
Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah pendekatan studi kasus yang menggambarkan dan menghubungkan satu gejala lain secara intensif dengan mengam
bil suatu lokasi lain dalam penelitian.
S. Nasution, MA (1988 : 9-11) mengemukakan
ciri penelitian naturalistik
ciri-
adalah sebagai berikut :
1. Sumber data adalah situasi yang wajar "natural Settjqg"
berdasarkan observasi situasi yang wajar.
2. Peneliti sebagai instrumen penelitian utama, tidak
menggunakan alat-alat seperti tes atau angket, malainkan lewat pengamatan dan wawancara untuk memahami
in
teraksi antar manusia.
3. Sangat deskriptif yang banyak dituangkan dalam bentuk
laporan dan uraian.
4. Mementingkan proses ataupun produk untuk memperhatikan
perkembangan terjadinya sesuatu.
5. Mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan, se93
94
hingga dapat memahami masalah atau situasi.
6. Mengutamakan data langsung, yaitu peneliti sendiri yang
terjun ke lapangan.
7. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran dengan mempero
leh data dari sumber lain.
8. Menonjolkan rincian kontekstual, yaitu mengumpulkan dan
mencatat data secara rinci dan mendetail.
9. Subjek yang diteliti dianggap berkedudukan sama dengan
peneliti.
10.Mengutamakan perspektif emik, yaitu mementingkan
pan-
dangan responden.
11.Verifikasi, yaitu mencari kasus-kasus yang berbeda de
ngan apa yang telah ditemukan untuk memperoleh hal yang
lebih dipercaya.
12.Sampling yang purposif yang dipilih menurut tujuan pe
nelitian dan biasanya hanya sedikit,
13.Menggunakan audit trail (melacak) untuk mengetahuan apakah penelitian
sesuai dengan data yang dikumpulkan.
14.Partisipasi tanpa mengganggu untuk memperoleh
situasi
yang alamiah atau wajar.
15.Mengadakan analisis sejak awal penelitian dan seterusnya sepanjang masa penelitian.
Berdasarkan ciri-ciri
tersebut,
tif sangat tepat untuk meneliti
metode kualita
subjek sejak awainya
belum menampakkan adanya hubungan antara variabel,sehingga sulit bagi peneliti untuk mengantisipasi teori
V
mana
95
yang harus dijadikan kerangka acuan untuk kemudian
dites
agar diketahui tingkat kebenaran dari teori tersebut. Le
bih dari itu diharapkan akan diperoleh deskripsi realitas
yang kompleks dari penelitian ini yang pada akhirnya
di
harapkan dapat mengembangkan suatu teori.
Pendekatan studi kasus yang digunakan dalam peneli
tian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Nasution, MA yang mengatakan bahwa studi kasus adalah
bentuk
penelitian yang mendalam tentang sesuatu aspek lingkungan
sosial termasuk manusia di dalamnya. Studi kasus dapatdi
lakukan
terhadap sekelompok individu (sebuah keluarga) ,
segolongan manusia, lingkungan hidup manusia atau lembaga
sosial, juga dapat mengenai perkembangan sesuatu dan
pat pula memberi gambaran tentang
da
keadaan yang ada.
S. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti dalam penelitian ini
adalah
peserta pelatihan keterampilan jurusan las karbit
pada
Panti Penyantunan Anak (PPA) Budi Utama Lubuk Alung Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman Propinsi
matera Barat.
Secara keseluruhan peserta pelatihan
Su
kete
rampilan seluruhnya berjumlah 60 orang yang terdiri
dari
20 orang jurusan instalasi listrik, 20 orang jurusan
ke-
rajinan anyaman dan 20 orang jurusan las karbit. Dengan
demikian bahwa subjek yang diteliti hanya peserta pelati
han keterampilan jurusan las karbit yang berjumlah 20
o-
96
rang,
Cara pemilihan subjek yang diteliti dilakukan ber
dasarkan tujuan
yang hendak dicapai pada penelitian ini.
S. Nasution (1988 : 11), menyatakan bahwa "metode naturadan
listik tidak menggunakan sampling random atau acakan
tidak pula menggunakan populasi sample yang banyak.
Sam-
pel biasanya sedikit dan dipilih menurut tujuan (purposi
ve) penelitian". Sehubungan dengan itu, maka tidak
selu
ruh peserta pelatihan keterampilan jurusan las yang dija
dikan populasi, melainkan dengan menentukan sampel
pene
litian secara purposive. Adapun tekhnik sampling yang di-
gunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Lexy J.Moleong (1990 : 165-166) berikut
ini
:
1. Sampel tidak ditentukan atau ditarik terlebih
dahulu.
2. Tujuan memperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya da
pat dicapai jika pemilihan satuan sampel dilakukan ji
ka satuan sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis.
Satuan berikut ini dapat dipilih untuk memperluas
in-
formasi yang telah diperoleh terlebih dahulu. Dari ma
na atau dari siapa dimulai tidak menjadi persoalan.
3. Pada mulanya setiap sampel
dapat sama kegunaannya.Na
mun sesudah makin banyak informasi yang masuk dab
ma-
kin mengembangkan hipotesis kerja, akan ternyata bahwa
sampel makin dipilih atas dasar fokus penelitian.
97
4. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan. Jika
maksudnya memperluas informasi, jika tidak ada lagi informasi yang dapat dijaring, maka penarikan sampel
pun
sudah dapat diakhiri.
C.
Tahap-tahap penelitian
C.1.Tahap Awal
Setelah ditentukan lokasi penelitian serta subjek
yang hendak diteliti, maka ditempuh langkah-langkah
seba
gai berikut :
C1 .a. Mempersiapkan surat rekomendasi dan izin penelitian
melalui prosedur bertingkat sejak dari FPS
melalui
Hektor IKIP Bandung diteruskan kepada Kadit
Daerah Tingkat
Sospol
I Propinsi Jawa Barat diteruskan la
gi kepada Kadit Sospol Tingkat I Propinsi
Sumatera
Barat, selanjutnya kepada Kakan Sospol Daerha
Ting
kat II Kabupaten Padang Pariaman dan Ka.Kanwil
De
partemen Sosial Propinsi Sumatera Barat dengan
tem-
busan kepada Ka.Kandep Sosial Daerah Tingkat II
Pa
dang Pariaman dan Kepala Penti Penyantunan Anak(PPA)
Budi Utama Lubuk Alung. Sebagai pemberitahuan,
di
sampaikan juga kepada Camat Lubuk Alung di mana
lo
kasi penelitian berada.
C.1.b. Setelah surat rekomendasi dan izin penelitian
roleh. langkah selanjutnya adalah mengadakan
dipe
orien
tasi lapangan. Pada tahap ini, peneliti bermukim di-
98
kediaman salah seorang pegawai PPA Budi Utama
berada di kompleks panti selama tujuh hari.
yang
Selama
mengadakan orientasi lapangan, peneliti berusaha me
ngenai segala unsur lingkungan sosial, fisik dan
keadaan alam, memahami jaringan sistem sosial buda-
yanya, menggali dan memahami pandangan hidup
huni panti dan masyarakat di sekitarnya dan
peng-
menye
suaikan diri dengan keadaan lingkungan.
C.1. c.Menyiapkan perlengkapan penelitian seperti alat- a-
lat tulis, map, klip, kartu, kertas secukupnya, kamera foto, alat perekam atau tape recorder.
d.d.Pada tahap ini secara khusus, peneliti mengadakan
tatap muka atau semacam acara perkenalan dengan pa
ra latar penelitian, termasuk subjek penelitian de
ngan mengambil tempat di aula PPA. Dalam pertemuan
ini peneliti mengutarakan maksud dan tujuan kedatangan setelah sebelumnya memperkenalkan identitas di
ri yang cukup rinci.
0.2.Tahap Perolehan Data
Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data
lewat pengamatan, wawancara atau segala sesuatu yang
di-
saksikan.. Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan
bahasa Minang sebahagian dan sebahagian lagi bahasa Indo
nesia. Data yang diperoleh lewat pengamatan dan wawancara
selanjutnya ditulis dalam catatan lapangan dengan segera.
Kepada responden yang hendak di wawancarai, terlebih
da-
99 .
hulu
ditanyakan kesediaannya apakah pembicaraan
antara
peneliti dengan responden dapat direkam ke dalam pita kaset. Ternyata sebagian ada yang menyatakan setuju
untuk
direkam dan sebagian lagi secara tegas tidak berkenan penbicaraannya direkam.
Selain mengadakan pengamatan dan wawancara, pene
liti juga mengumpulkan data dari dokumen, laporan,gambar,
foto-foto dan lain sebagainya sesuai dengan latar dan fo
kus penelitian.
C.3.Tahap Analisis Data
Data-data yang terkumpul diorganisasikan
dengan
cara mengatur, mengelompokkan, memberi kode dan mengkate-
gorisasikan untuk menemukan tema dan hipotesis kerja yang
pada gilirannya akan diangkat menjadi teori substansif.
D. Tekhnik Pengumpulari Pat a
Dalam penelitian ini kedudukan peneliti adalah
se
bagai instrumen dan sekali gus sebagai perencana, pelaksa-
na pengumpulan data., analisis, penafsir data dan akhirnya
sebagai pelapor penelitian.
Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam pe
nelitian ini meliputi pengamatan, wawancara, studi doku mentasi dan studi literatur.
T).1.Pftngamatan atau
ohSTVasi
Pengamatan digunakan sebagai salah satu sumber da-
100
ta utama dalam penelitian ini, sebab seperti yang dikemu
kakan oleh Guba dan Lincoln (1981 : 191-193) bahwa alasan
digunakannya pengamatan disebabkan oleh :
a.Tekhnik pengamatan didasarkan atas pengalaman
secara
langsung.
b.Tekhnik pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati
sendiri prilaku
dan kejadian sebenarnya.
c.Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa da
lam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang pro-
posisional maupun pengetahuan yang diperoleh dari data,
d.Jalan yang terbaik untuk mengecak kebenaran data adalah
dengan pengamatam, sebab bisa saja data yang dijaring
melalui wawancara ada yang bias.
e.Tekhnik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami
situasi yang rumit dan prilaku yang kompleks.
f.Dalam situasi tertentu, hanya pengamatan yang dapat di
gunakan misalnya terhadap bayi yang belum bisa berbicara. Pengamatan terhadap subjek dapat dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya seperti yang dikemukakan
oleh
Bufor Junker (dalan Patto, 1980 : 131-132) dan dikutip
oleh J.Moleong (1990 : 127-128), yaitu pengamat berperan
serta secara lengkap menjadi anggota penuh dalam kelom
pok yang diamati; peranan peneliti sebagai pengamat ti
dak sepenuhnya sebagai pemeran serta, tetapi masih me
lakukan fungsi pengamatan; peranan pengamat secara terbuka diketahui oleh umum atau mungkin disponsori oleh
101
para subjek; peneliti mengamati secara jelas subjeknya ,
sedangkan yang diamati tidak tahu bahwa ia sedang diaaati
Hal-hal yang diamati adalah jenis kegiatan dan pe
ristiwa tertentu yang dapat memberikan informasi yang be-
nar~benar berguna berdasarkan fokus penelitian. Dalam me
lakukan pengamatan, peneliti bertindak aktif tidak hanya
mengamati, melainkan dalam keadaan tertentu. ikut berbicara, berkelakar dan sebagainya secara wajar dan seadanya.
Hasil pengamatan dengan segera dideskripsikan ke dalam
catatan yang meliputi langkah-langkah peristiwa, ketegori
yang diamati atau catatan gambaran umum yang singkat.
n.P.Wawancara
Macam-macam wawancara menurut Patton (dalam J.Mo-
leong, 1990 : 135) adalah wawancara pembicaraan informal,
pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara dan wawan
cara baku terbuka. Dalam penelitian ini jenis wawancara
yang digunakan adalah pendekatan petunjuk umum wawancara,
yaitu dengan terlebih dahulu membuat kerangka dan garisbesar pokok-pokok, yang ditanyakan sebelum wawancara.
Petunjuk wawancara yang disiapkan itu berdasarkan
atas
anggapan. bahwa ada jawaban yang secara umum akan sama diberikan oleh responden, tatapi yang pasti tidak adaperang-
kat pertanyaan yang baku yang disiapkan terlebih dahulu.
Selanjutnya bentuk-bentuk pertanyaan yang diguna
kan dalam penelitian ini sesuai dengan apa yang dikemuka-
102,
kan oleh Patton, yaitu :
a. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman atau peri
laku responden
b. Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau
nilai
dari responden
c. Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan responden.
d. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan yang
di-
miliki responden
e. Pertanyaan yang berkaitan dengan indera responden.
f. Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau
demografi dari responden
Pencatatan data wawancara dilakukan dengan
alat
perekam tape recorder maupundengan pencatatan peneliti
semdiri. Jika wawancara hendak direkam, terlebih
dahulu
ditanyakan kesediaan atau persetujuan dari responden. Setelah wawancara dilakukan, maka dengan segera hasil
wancara ditranskripsikan ke dalam ketikan di atas
wa
kertas
menurut organisasi dan sistematika yang baik agar siap
dijadikan bahan analisis.
D.3. Studi Dokumentasi
Alasan mengapa dokumen atau record dapat digunakan
untuk kepentingan peneliti, menurut Guba dan Lincoln
(1981 : 232-235) adalah:
a. Dokumen dan record digunakan karena merupakan
yang stabil, kaya dan mendorong.
sumber
103
b. Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.
c. Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualita
tif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan
kon-
teks.
d. Record relatif
murah dan tidak sukar diperoleh,
te
tapi dokumen harus dicari dan ditemukan.
e. Keduanya tidak relatif sehingga tidak sukar ditemukan
dengan tekhnik kajian isi.
f. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan
untuk
lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu
yang diselidiki.
Dokumen yang digunakan dalam penelitian iniadalah
dokumen resmi baik yang bersifat internal maupun ekster
nal. Dokumen internal meliputi memo, pengumuman, instruk-
si, risalah, laporan, keputusan rapat yang diterbitkan
oleh kapala PPA dan berlaku di lingkungan PPA Budi Utama
Lubuk Alung. Sedangkan dokumen eksternal meliputi informasi dari Departemen Sosial R.I berupa majalah, buletin
berkala, buku petunjuk dan berita-berita yang disiarkan
media v?assa yang bersumber dari pejabat Departemen Sosi
al, baik tingkat pusat maupun tingkat propinsi Sumatera
Barat.
E. y-piteria Keabgahan, Pata,,
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan tekh
nik pemeriksaan yang didasarkan atas kriteria tertentu.
104;
Kriteria-kroteria tersebut antara lain adalah:
E.1.
Kredibilitas
Tingkat kepercayaan berfungsi melaksanakan
inku-
iri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan-
nya dapat dicapai, mempertunjukkan derajat kepercayaan ha
sil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti
pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Dalam usaha me-
nguatkan kredibilitas data, peneliti menggunakan kriteria
sebagai berikut :
E.1. a.Lama Penelitian
Penelitian naturalistik kualitatif membutuhkan
waktu yang relatif lebih lama dibanding dengan penelitian
dengan menggunakan metode lain. Dalam penelitian ini wak
tu yang dibutuhkan selama lebih kurang 6 bulan, dimulai
dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober 1991.
Dengan
waktu yang relatif lama, peneliti dapat mendeteksi
dan
memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data,ter
utama distorsi pribadi. Pada bagian lain, dengan waktu
yang cukup lama, peneliti dapat membangun kepercayaan di
ri peneliti sendiri.
TC.i.h.TCftP.nkunan referensi
Sejak awal penelitian, peneliti telah menyediakan
tape recorder, sebagai alat perekam dalam wawancara.
Se-
lain itu jika ada pembicaraan yang tidak direkam disebab
kan tidak adanya persetujuan dari responden, maka
data
105
dicatat, kemudian disirapan untuk kemudian sewaktu mengada
kan pengujian, informasi tersebut dapat dimanfaatkan.
E. 1. c. Tjiarigulasi
Adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data dengan me-
manfaatkan sesuatu yang lain di luar data, Untuk mengecek
kembali tingkat kepercayaan data, maka perlu. adanya usa-i
ha-usaha sebagai berikut :
1).Membandingkan data hasil pengamatan dengan data
hasil
wawancara.
2).Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang di depan
umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
3).Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4). Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang lain.
5). Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yeng berkaitan.
E.2. T^pgnrtability
Dependability dimaksudkan keandalan alat penelitian
yaitu peneliti sendiri. Usaha itu dapat dicapai dengan me-
nyatukan dependability, .dengan confirmability melalui suatu
cara yang disebut dengan istilah "audit trail". Proses au
dit trail adalah dengan jalan konsultasi dengan pembimbing
penelitian untuk memeriksa taraf kebenaran data serta penafsirannya. Bahan-bahan yang disiapkan untuk proses audit
106
trail
adalah :
a. Data mentah seperti catatan lapangan, hasil rekaman.
,
dokumen dan sebagainya yang telah dituangkan dalam la
poran lapangan.
b. Hasil analisis, yaitu hipotesis kerja, konsep - konsep
rangkuman dan sebagainya.
c. Hasil sintesis data, yaitu tafsiran, defenisi, intere-
lasi data, tema, pola hubungan dengan literatur dan la
poran akhir.
d. Catatan mengenai proses yang digunakan dalam peneliti
an seperti metodologi, disain, strategi, prosedur, rasional, usaha-usaha agar hasil penelitian dapat diper-
caya, serta usaha sendiri melakukan audit trail.
F. Psngolahan dan Ajiallsjs Data
Keseluruhan data yang terkumpul dan tercatat di da
lam laporan lapangan masih sulit untuk mengenali komposi-
sinya, oleh sebab itu untuk memudahkan penafsiran maka
pertama-tama peneliti menelaah secara struktur terhadap
fokus penelitian. Dengan cara ini peneliti dapat
mudah melacak di mana data tersebut berada. Setelah
dengan
itu
peneliti menghimpun dan mengklasifikasikan data menurut
masing-masing fokus penelitian untuk membantu memudahkan
penganalisisan data. Akhirnya dari data yang telah diklasifikasikan tadi diperoleh penafsiran-penafsiran berikut
penjelasannya..:
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan .
Keberadaan Panti Penyantunan Anak (PPA) Budi Utama
Lubuk Alung, merupakan salah satu sarana pelayanan
unit
pelaksana tekhnis di lingkungan Departemen Sosial yang
menyelenggarakan penanggulangan masalah kesejahteraan
a-
nak dengan menangani anak-anak putus sekolah terlantar
guna menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan sosial
dan kerja, sehingga mereka dapat berfungsi sebagai anggo
ta masyarakat yang terampil dan aktif berpartisioasi
da
lam pembangunan.
Salah satu perwujudan dan tekad serta usaha
PPA
itu adalah dengan diselenggarakannya program pelatihan ke
terampilan yang merupakan segi lain dari pelaksanaan pen
didikan luar sekolah yang dilaksanakan secara berkala dan
periodik. Dalam satu priode latihan berlangsung selama enam bulan atau satu semester. Keberhasilan peserta prog
ram pelatihan keterampilan tidak terlepas dari penyeleng-
garaan sistem pendidikan luar sekolah yang meliputi
ponen-komponen; masukan mentah, masukan saranan,
kom
masukan
lingkungan, proses, masukan lain, keluaran dan pengaruh.
Dari ketujuh komponen tersebut di atas, dapat diambil bceberapa kesimpulan :
164
165
1. Dari
keseluruhan peserta
yang mengikuti
program
pelatihan keterampilan, ternyata tidak semuanya yang
di-
salurkan/dimagangkan dan seterusnya bekerja di perusahaan
tersebut. Ketentuan ini berdasarkan penilaian yang dilaku
kan para instruktur, kepala wisma, seksi asuhan dan seksi
penyaluran. Penilaian tersebut tidak hanya menekankan pada
aspek keterampilan semata melainkan juga menekankan pada
segi sikap atau budi pekerti mereka dalam kehidupannya se
hari-hari. Faktor lain yang mendukung keberhasilan
mereka
yakni adanya keterkaitan antara pengalaman dan kebutuhan
(motivasi) untuk belajar.
Pengalaman yang mereka peroleh pada saat mereka dalam
ke
adaan menganggur/putus sekolah adalah kesulitan dalam mem
peroleh pekerjaan karena tidak mempunyai sutau keterampi
lan tertentu. Sehingga pengalaman daa=fc€taa*»han tersebut
menimbulkan suatu keinginan untuk berprestasi (Need
for
achievement - "N - Ach"). Motif berprestasi tersebut
di
dasarkan atas kecendrungan untuk menghindari kegagalan.
Pada bagian lain ditemukan bahwa anak yang belum/tidak
berhasil ternyata dalam mengikuti program pelatihan mere
ka mempunyai tujuan yang bersifat sementara, dengan
kata
lain bahwa keinginan mereka untuk mengikuti program pela
tihan hanya bersifat sambil lalu atao coba-coba, yach ...
dari pada menganggur.
166
2. Tercapainya tujuan
program
dengan memitik beratkan
pada kebutuhan peserta didik serta menumbuhkan
dan
meningkatkan keterampilan kerja.
Dalam mencapai tujuan tersebut adanya saling kerjasama
antara pengelola program serta memanfaatkan sarana
yang ada secara efektif dan efisien.
3. Lingkungan sangat mempengaruhi tindakan seseorang, ka
rena manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipi-
sahkan dari kehidupan sosial di mana ia berada. Dalam
masyarakat Minagkabau bahwa laki-laki mempunyai tang
gung jawab yang besar bagi anak kemanakan serta kera
bat yang ada di kampung. Untuk itu mereka disuruh me
rantau agar kelak dapat menymbangkan sesuatu pada
kampungnya. Dalam keadaan seperti ini pendidikan mem
punyai fungsi sosial ganda, yaitu sebagai wahana
da
lam menumbuh kembangkan potensi peserta didik juga se
bagai pengembang budaya.
4. Potensi daerah di mana peserta berasal, menjadi salah
satu pertimbangan diterima atau tidaknya pelayanan
program kepada calon peserta.
5. Para peserta pelatihan tidak hanya mendapat pelayanan
program pelatihan yang sesuai dengan jurusannya, teta
pi juga memperoleh bimbingan mental.dan sosial.
Hal ini mengingat latar belakang mereka yang beberapa
waktu pernah menjadi pengangguran
167
6. Adanya satu seksi yang bertugas menjajaki perusahaanperusahaan yang relevan dengan jenis keterampilan pe
serta
dan bersedia dijadikan tempat magang dan
se
lanjutnya sebagai tempat bekerja. Kesediaan para pe
ngusaha tersebut di atas, membantu peserta didik mengr-
gunakan keterampilan yang telah dimiliki guna mening
katkan kemampuan dan meningkatkan taraf hidupnya.
7. Keluaran program pelatihan tidak hanya ditentukan da
ri jumlahnya, tetapi diterimanya hasil kerja mereka ditengah-tengah masyarakat.
8. Terjadinya peningkatan taraf hidup pesertanya di te-
ngah-tengah masyarakat dengan perolehan pekerjaan dan
penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan penghasilan yang mereka peroleh menimbulkan mi
nat untuk mendirikan usaha sendiri, sehingga dengan
demikian akan dapat membantu para anak putus sekolah
lainnya dalam menciptakan lapangan pekerjaan.
9. Dari ketujuh komponen pendidikan luar sekolah sebagaimana tersebut di atas, ditemukan tiga komponen
yang
sangat dominan dalam mendukung keberhasilan, yakni;
masukan mentah, masukan sarana dan masukan lain.
168
B. Rekomendasi bagi Pengelola Program
1. Untuk mengembangkan kemampuan aspek keterampilannya
para peserta diberi tanggung jawab untuk mengerjakan
pesanan masyarakat dengan mendirikan bengkel tersendiri dan dikerjakan di luar jam latihan pokok selama
masa pelaksanaan program berlangsung.
2. Meskipun secara umum penyelenggaraan program telah
sesuai dengan definisi-definisi dan prinsip-prinsip
pendidikan luar sekolah, namun pada beberap aspek
perlu perbaikan dan penyempurnaan program yang lebih
didasarkan pada pengembangan kreativitas para peserta
di luar jam latihan keterampilan. Pengembangan kreati
vitas di atas dimaksudkan dengan menggali potensi da-
erah/alam yang ada di daerah asal para peserta pela
tihan. Jadi suatu program tidak hanya sekedar implementasi rencana suatu proyek.
3. Perlu adanya peningkatan kerjasama dan kordinasi de
ngan para pengusaha yang dapat membantu penyaluran
tamatan program dengan cara menyesuaikan kebutuhan
perusahaan dengan program pelayanan di Panti PenyantuAnak (PPA) "Budi Utama" Lubuk Alung.
169
•C. Rekomendasi bagi Pendidikan Luar Sekolah
Dari temuan penelitian ini, program pelatihan ke
terampilan yang diselenggarakan oleh PPA Budi Utama Lubuk
Alung merupakan suatu bentuk pendidikan luar sekolah yang
berupaya memberikan dan meningkatkan pengetahuan, kete
rampilan dan sikap pesertanya agar secara sadar mengopti-
malisasikan segenap potensi yang dimiliki untuk mening
katkan taraf hidupnya. Dalam proses pelaksanaan program
pelatihan keterampilan terdapat komponen-komponen yang sa
ling berintaraksi dan saling mendukung antara satu dengan
lainnya. Diantara ketujuh komponen PLS diatas, terdapat
dua komponen yang sanag besar pengaruhnya dalam mendukung
keberhasilan program, kedua komponen tersebut adalah kom
ponen masukan sarana dan masukan lain yang juga berfungsi
sebagai umpan balik dari pelaksanaan program pelatihan.
Berdasarkan temuan di atas, penulis mencoba untuk menawar-
kan suatu bentuk penyelenggaraan sistem PLS, yakni:
Umpan balik
Masukan lingkungan
I—t
—•
•%
•
Masukan Mentah
•
Proses
^
4
.
Keluaran
»
II
J
Pengaruh
Masukan Sarana
Masukan Lain
Umpan balik
170
Pada bagian lain ditemukan juga pengelolaan program PLS
yang bersifat tekhnis dalam mencapai tujuan program meli
puti :
1.
Perencanaan
2. Pengorganiaasian
3. Manajemenet
4.
Komunikasi
5. Hubungan dengan masyarakat
6. Umpan balik program.
Berdasarkan ;uraian-uraian di atas, maka dapat dikatakan
bahwa Pendidikan Luar Sekolah di samping berperan seba
gai penambah, pelengkap dan pengganti pendidikan sekolah
tetapi juag berperan sebagai :
1. PLS berperan sebagai motivator dalam mengatasi pengang
guran.
Problema anak -putus sekolah, pada dasarnya' merupakan
putusnya kesempatan bagi anak untuk memperoleh bimbing
an, latihan secara teratur dan sistematis bagi perkem
bangan anak. Keadaan ini dapat melahirkan problem-prob
lem sosial, ketidak mampuan mencari atau memperoleh pe
ngetahuan, mempertahankan serta mengembangkan sumber
penghasilan dan pada gilirannya akan menjadi pengang-
gur. Melalui pendidikan luar sekolah sebagai suatu
sistem, para anak putus sekolah .-mendapat bimbingan.:
, ^
- -i„v, Sehmgga
c'o-hT-np-a-a dengan
dan latihan-keterampilan.
uen& .b.ekal .yang »
171
diberikan mereka dapat
demi meningkatkan
memenuhi
kebutuhan hidup,'
mutu dan taraf hidupnya yang lebih
baik. Keberhasilan yang mereka peroleh juga membawa pe
ngaruh terhadap pembangunan yang sedang dilaksanakan
yaitu meningkatkan penduduk yang pada mulanya sebagai
"beban" menjadi "subjek" pembangunan
2. PLS sebagai organisator.
Dalam upaya mengembangkan keterampilan/potensi para
anak putus sekolah, perlu adanya pengelolaan.program
secara terpadu atas dasar prinsip manajemen. Seluruh
sistem pendidikan luar sekolah saling mendukung dan
berkaitan antara satu dengan lainnya dalam mencapai
tujuan program yang berhasil guna dan berdaya guna.
B.3. Rekomendasi Bagi Penelitian Lebih Lanjut
Hasil penelitian ini merupakan gambaran tentang pe
nyelenggaraan program pendidikan luar sekolah dan bukanlah
merupakan generalisasi yang dapat dijadikan pola penyeleng
garaan pendidikan luar sekolah di tempat lain meskipun pada
kasus yang sama. Oleh karenanya perlu diadakan studi per-
bandingan tentang penyelenggraan sistem pendidikan luar
pada instansi dan/atau lembaga lain, baik yang dikelola oleh Departemen Sosial maupun departemen-departemen lainnya
atau lembaga masyarakat atau swasta, guna memperoleh kesamaan yang dapat diterapkan secara baku pada masa-masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Adikusumo, Soepardjo., Pendidikan Interpretasi dan Implikasi., FPS IKIP Bandung, 1989.
Axinn, George., Nonformal Education and Rural Development
East Lansing, Michigan State University, 1976.
Ballantine, H, Jeanne., School and Society A Reader Edu
cation Sociology., Wright State University, 1985.
Bouman, P, J., Ilmu Masyarakat Umum., Pembangunan Jakarta,
1984.
Coombs, Philip, H, Ahmad Manzoor., Memerangi Kemiskinan
di Pedesaan Melalui Pendidikan Nonformal, Rajawali
Jakarta, 1984.
De Jong, SOU., Sosiologi Pendidikan, Suatu Ikhtisar
ritis Tentang Pendidikan, Perkembangan dan
nisasi., YIIS & LPSP, Jakarta 1984.
Teo-
Moder-
Dewantara, Ki Hadjar., Pendidikan., Taman Siswa, Jogyakarta, 1962.
.f Kebudayaan., Madjelis Luhur Persatuan Taman
Siswa, Jogyakarta, 1962.
Direktorat Jehderal Bina Kesejahteraan Sosial Departemen
Sosial Republik Indonesia., Penyuluh Sosial., Ja
karta, 1986.
Driyarkara., Tentang Pendidikan., Kanisius, Jogyakarta,
1980.
Faure, Edgar., Belajar Untuk Hidup, Dunia Pendidikan Hari
Kini dan Esok., Bharata Karya Aksara, Jakarta,1981.
Freire, Poulo, diterjemahkan oleh Tim Redaksi
LP3ES.,
Pendidikan Kaum Tertindas., LP3ES, Jakarta, 1985.
., Pedogogy of The Oppressed, dalam Pendidikan
Sebagai Praktek Pembebasan., diterjemahkan oleh
Alois A. Nugroho, Jakarta, 1984.
Hunter, M, John, et al., Program of Studies in Nonformal
Education., Michigan State University East Lansing
wrr.
172
173
Illich Ivan., Deschooling Society., dalam Bebas Dari Se^
kolah., diindonesiakan oleh C. Woekirsari, Sinar
Harapan Jakarta, 1982.
Ingalls, John, D., A Trainess Guide to Andragogy : Its
Conceps, Experience and Application.,
Revised
. Edition, Washington, 1974.
Kadushing, Alfred., Child Welfare Service., Collier Macmilland Limited, London, 1967.
Kindervatter, Suzanna., Nonformal Education As An Bmpo-^
wering Process., University of Massachusetts, USA,
1979.
Kleis, E. , Case Studies in Nonformal Education., East
LansmgT Michigan State University, 1974.
Knowless, Malcom., The Modern Practice of Adult Education
Andragogy vs Pedagogy., Association Press, mew York
1970.
Koentjaraningrat., Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan.,
Gramedia, Jakarta, 1987.
Krech, David, et al., Individual in Society, A TextBook
of Social Psychology, University of California,
Mc Graw Hill Kogakusha Ltd, Tokyo, 1962.
Maslow, Abraham., Motivation and Personality., New York
Harper and How Publisher, 1970.
McClelland, David, et al., The Achieving Society., ( di
indonesiakan oleh Siawo Suyanto dalam Memacu Ma
syarakat Be