PERILAKU SOSIAL ANAK TUNARUNGU TINGKAT SMP DI SLB B-C PAMBUDI DHARMA II KOTA CIMAHI : Studi Deskriptif Kualitatif pada Siswa Tunarungu SMPLB di SLB B - C Pambudi Dharma II - Cimahi.

Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii
Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK
PERILAKU SOSIAL ANAK TUNARUNGU TINGKAT SMP DI SLB B-C
PAMBUDI DHARMA II KOTA CIMAHI (Studi Deskriptif Kualitatif pada
Siswa Tunarungu SMPLB di SLB B - C Pambudi Dharma II - Cimahi)
Pada tingkatan SMP anak sudah mulai mencari jati dirinya dan keinginan untuk
melakukan berbagai aktivitas sosial semakin luas, sedangkan anak tunarungu
memiliki permasalahan sebagai dampak dari ketunarunguannya dalam aktivitas
sehari-harinya. Kondisi dimana anak tunarungu mengalami keterasingan pada
masa-masa menuju tahap kedewasaan tersebut dikhawatirkan akan memiliki
kecenderungan menghindari hubungan dengan masyarakat mendengar. Fokus
dalam masalah ini adalah untuk mengetahui perilaku sosial anak tunarungu di
sekolah dan di rumah (dalam aspek kerjasama, kemurahan hati, hasrat akan
penerimaan sosial, simpati, empati, ketergantungan, sikap ramah, tidak
mementingkan diri sendiri, meniru dan perilaku kelekatan), mengetahui hambatan
yang dialami anak tunarungu dalam berperilaku sosial di sekolah dan di rumah

(dalam aspek kemampuan komunikasi, penerimaan guru-guru, teman sebaya,
orang tua dan masyarakat) serta mengetahui upaya yang dilakukan guru dan orang
tua untuk menangani hambatan perilaku sosial. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan terhadap tiga
orang siswa SMP, guru kelas, teman sebaya dan orang tua. Pengumpulan data
dilakukan melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian
di sekolah, subjek DV dan AS menunjukkan perilaku sosial dalam aspek
kerjasama, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empati, sikap
ramah, tidak mementingkan diri sendiri, dan meniru sedangkan subjek NL
menunjukkan perilaku sosial dalam aspek kemurahan hati, simpati,
ketergantungan, sikap ramah, tidak mementingkan diri sendiri dan perilaku
kelekatan. Hasil peneliatian di rumah, subjek DV dan AS menunjukkan perilaku
sosial dalam aspek kerjasama, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial,
simpati, empati, sikap ramah, dan tidak mementingkan diri sendiri sedangkan
subjek NL menunjukkan perilaku sosial dalam aspek kerjasama (dalam
mengerjakan tugas rumah), kemurahan hati, simpati, dan perilaku kelekatan.
Hambatan yang dialami dalam berperilaku sosial dirumah dan di sekolah lebih
banyak dialami oleh subjek NL karena kurangnya kemampuan komunikasi
membuatnya memiliki rasa rendah diri yang berlebihan dibanding subjek DV dan
AS. Upaya penanganan hambatan perilaku sosial di sekolah dipengaruhi oleh

tingkat ketunarunguan dan tingkat intelegensi anak juga hasrat anak tunarungu
sendiri dalam mengoptimalkan potensi yang dimilikinya, sedangkan dalam upaya
penanganan hambatan perilaku sosial di rumah tergantung pada kondisi ekonomi
keluarga, keutuhan keluarga serta sikap dan kebiasaan orang tua dari masingmasing subjek.

Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK.....................................................................................................

i

KATA PENGANTAR...................................................................................

ii

UCAPAN TERIMA KASIH........................................................................


iii

DAFTAR ISI..................................................................................................

vi

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................

1

A. Latar Belakang.......................................................................................

1

B. Fokus Masalah.......................................................................................

5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian...........................................................


5

1. Tujuan Penelitian.....................................................................

5

2. Kegunaan Penelitian................................................................

6

BAB II LANDASAN TEORI.......................................................................

7

A. Perilaku Sosial...........................................................................

7

1. Konsep Dasar Perilaku Sosial..........................................................


7

2. Bentuk Perilaku Sosial.................................................................

8

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sosial.......................

9

4. Tugas Perkembangan Sosial.........................................................

11

B. Karakteristik Perilaku Sosial Tunarungu...............................................

12

1. Konsep Dasar Tunarungu.................................................................


12

2. Perkembangan Sosial Tunarungu..........................................

13

BAB III METODE PENELITIAN..............................................................

16

A. Tempat Penelitian.......................................................................

16

B. Subjek Penelitian.................................................................................

16

C. Tahap-Tahap Penelitian........................................................................


17

Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data...........................................

19

E. Pengujian keabsahan data / Triangulasi................................................

23

F. Teknik Analisis Data.............................................................................

24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................


26

A. Hasil Penelitian......................................................................................

26

1. Subjek DV
a. Perilaku Sosial Anak Tunarungu di Sekolah..............................

26

b. Perilaku Sosial Anak Tunarungu di Rumah..............................

28

c. Hambatan yang dihadapi anak tunarungu dalam berperilaku
sosial di sekolah..........................................................................

31


d. Hambatan yang dihadapi anak tunarungu dalam berperilaku
sosial di rumah............................................................................

32

e. Upaya yang dilakukan guru untuk menangani hambatan anak
tunarungu dalam berperilaku sosial di sekolah...........................

33

f. Upaya yang dilakukan orang tua untuk menangani hambatan
anak tunarungu dalam berperilaku sosial di rumah....................

34

2. Subjek NL
a.

Perilaku Sosial Anak Tunarungu di Sekolah.............................


35

b.

Perilaku Sosial Anak Tunarungu di Rumah..............................

38

c.

Hambatan yang dihadapi anak tunarungu dalam berperilaku
sosial di sekolah.........................................................................

d.

Hambatan yang dihadapi anak tunarungu dalam berperilaku
sosial di rumah...........................................................................

e.


42

Upaya yang dilakukan guru untuk menangani hambatan anak
tunarungu dalam berperilaku sosial di sekolah..........................

f.

41

43

Upaya yang dilakukan orang tua untuk menangani hambatan
anak tunarungu dalam berperilaku sosial di rumah...................

44

3. Subjek AS
a. Perilaku Sosial Anak Tunarungu di Sekolah.............................

vii

46

b. Perilaku Sosial Anak Tunarungu di Rumah..............................

49

c. Hambatan yang dihadapi anak tunarungu dalam berperilaku
sosial di sekolah.........................................................................
d.

Hambatan yang dihadapi anak tunarungu dalam berperilaku
sosial di rumah...........................................................................

e.

53

Upaya yang dilakukan guru untuk menangani hambatan anak
tunarungu dalam berperilaku sosial di sekolah..........................

f.

52

54

Upaya yang dilakukan orang tua untuk menangani hambatan
anak tunarungu dalam berperilaku sosial di rumah...................

55

B. Pembahasan..........................................................................................

56

1. Perilaku Sosial Anak Tunarungu di Sekolah...................................

57

2. Perilaku Sosial Anak Tunarungu di Rumah....................................

59

3. Hambatan yang dihadapi anak tunarungu dalam berperilaku
sosial di sekolah.........................................................................

63

4. Hambatan yang dihadapi anak tunarungu dalam berperilaku
sosial di rumah.........................................................................

66

5. Upaya yang dilakukan guru untuk menangani hambatan anak
tunarungu dalam berperilaku sosial di sekolah..........................

69

6. Upaya yang dilakukan orang tua untuk menangani hambatan
anak tunarungu dalam berperilaku sosial di rumah...................

75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 81
A. Kesimpulan............................................................................................ 81
B. Rekomendasi......................................................................................

84

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 85
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ix

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna
dibanding dengan makhluk lainnya dengan potensi sosial yang dibawa sejak
lahir. Sejak lahir hingga sepanjang hayatnya manusia senantiasa melakukan
relasi interpersonal yang dapat membuat manusia terus belajar untuk
mengembangkan kemampuan sosial dengan orang-orang sekitarnya. Berbagai
aktivitas individu dalam relasi interpersonal ini disebut perilaku sosial.
Kemampuan sosial merupakan hal yang sangat penting bagi anak karena akan
membantu perkembangan aspek-aspek lain. Sobur (1998:11) mengemukakan,
“Seorang anak yang tidak memperoleh peluang untuk melakukan hubungan
sosial akan tampak bahwa penampilannya akan jauh berbeda dengan anakanak yang bebas melakukan hubungan sosial.”
Pengertian tersebut memiliki makna bahwa anak yang melakukan
hubungan sosial terutama dengan teman sebaya, belajar menilai diri sendiri
menyampaikan pendapat serta mendiskusikan pandangan yang berbeda. Dari
sini anak sudah mulai melakukan proses menuju keakraban. Usaha untuk
saling percaya, menaruh perhatian dan loyalitas timbul dari adanya hubungan
yang eksklusif. Sementara anak yang tidak banyak memperoleh peluang
untuk melakukan hubungan sosial cenderung tidak akan tahu jenis tingkah
laku yang paling tepat dalam setiap situasi yang berbeda. Mereka kurang
memiliki kontrol terhadap perilakunya dikarenakan tidak melalui tahapan
menilai pemikiran, pandangan serta perasaan temannya.
Perkembangan anak akan berjalan lancar dan wajar apabila kemampuan
sosial dapat dipenuhi. Sebaliknya, kekurangan dalam hal ini menimbulkan
gejala yang tidak diinginkan, yaitu menyebabkan anak berusaha menarik
perhatian dengan cara-cara yang tidak disukai. Setiap hubungan sosial baik
yang terhambat maupun tidak akan menghasilkan perilaku. Perilaku
merupakan perbuatan yang dilakukan untuk merealisasikan keinginan dalam
Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

mencapai tujuan tertentu. Perilaku manusia terjadi karena adanya rangsangan
yang dapat menimbulkan respon dari orang lain dan merupakan suatu
aktivitas yang dapat dilakukan untuk berkomunikasi dengan lingkungan
sosialnya.
Perilaku diartikan sebagai respons (reaksi), tanggapan, jawaban, balasan
yang dilakukan oleh suatu organisme, bagian dari satu kesatuan, satu
perbuatan atau aktivitas, dan satu gerak atau kompleks gerak-gerak
(Chaplin,1993:53). Kwick (Martini, 2004:26) mengartikan perilaku sebagai
bahan tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan
bahkan dipelajari.

Sosial adalah hal yang berkenaan dengan perilaku

imterpersonal atau atau berkaitan dengan proses sosial (Soekanto, 1985:464).
Senada dengan pernyataan tersebut Kamu Besar Bahasa Indonesia
(2002:1085)

memberikan

batasan

bahwa

sosial

berkenaan

dengan

masyarakat, suka memperhatikan kepentingan umum, suka menolong, suka
memberi,

derma,

dan

sebagainya.

Carolina

(Maryana,

2006:10)

mengemukakan bahwa perilaku sosial adalah tingkah laku atau perwujudan
gerakan-gerakan yang ditampilkan seseorang pada saat berinteraksi dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan atau kelompok sosialnya.
Pernyataan di atas menunjukkan tingkah laku yang sesuai dengan
tuntutan sosial atau kemampuan untuk menjadi orang yang bermasyarakat
dengan lingkungan sosialnya. Hal ini dapat mengembangkan pola respon
tertentu yang sifatnya cenderung stabil dalam situasi sosial yang berbedabeda baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan
masyarakat.
Hubungan sosial pada usia dini terjalin di lingkungan keluarga yaitu
dengan keluarga terdekat. Seiring dengan bertambahnya usia maka pergaulan
anak semakin luas, anak memasuki usia sekolah tingkat paling dasar dan
salah satu tugas perkembangan anak pada masa ini adalah menjadi pribadi
yang sosial. Pada masa ini anak memasuki kehidupan sosial bersama teman
sebaya namun sebagian besar hubungan sosial tetap terjalin dengan keluarga
terdekat dan anak masih sangat bergantung pada keluarga.
Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

Memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu tingkatan SMP
anak sudah mulai mencari jati dirinya dan lebih banyak bergaul dengan
teman-teman seusianya juga orang dewasa lainnya, maka anak semakin kuat
keinginannya untuk melakukan berbagai aktivitas sosial dan mulai mengenal
adanya tuntutan atau aturan-aturan yang datang dari lingkungan pergaulan.
Dalam aspek perkembangan sosial, anak membutuhkan kondisi-kondisi yang
dapat membuat dirinya menyalurkan kebutuhan sosial. Pada masa ini perilaku
sosial anak akan lebih terbentuk dan kebutuhan sosial akan lebih banyak.
Anak tunarungu merupakan makhluk sosial yang tidak mampu hidup
sendiri dan memerlukan bantuan orang lain juga melakukan hubungan sosial
sebagai perwujudan dari makhluk sosial. Pada dasarnya anak tunarungu
dibekali dengan kemampuan dan potensi yang relatif sama dengan anak
normal pada umumnya. Sebagai seorang pribadi dan bagian dari masyarakat,
anak tunarungu melakukan hubungan sosial dengan lingkungan sesuai dengan
tahapan perkembangannya.
Anak tunarungu dalam aktivitas sehari-harinya mempunyai permasalahan
sebagai dampak dari ketunarunguan yang dimilikinya. Seperti kesulitan
dalam hal pendengaran sehingga sulit menagkap informasi yang berasal dari
luar dirinya, akibatnya anak tunarungu tidak bisa memahami komunikasi
pada umumnya. Begitupun sebaliknya diungkap oleh Meadow dalam
Hallahan dan Kauffman (1975, 1984: 277) bahwa “Perkembangan sosial pada
umumnya masih tergantung pada komunikasi, dengan menggunakan bahasa,
seperti

halnya

dalam

interaksi

sosial,

individu

yang

mengalami

ketunarunguan memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang normal.”
Definisi yang dikembangkan oleh Hallahan dan Kauffman mengandung
arti bahwa seseorang bisa melakukan hubungan sosial dipengaruhi oleh
kemampuan berbahasa, sedangkan anak tunarungu memiliki keterbatasan
dalam berbahasa akibat ketunarunguan yang dideritanya.
Hal tersebut merupakan sebuah kondisi yang menghambat perkembangan
sosial, sehingga membuat anak tunarungu mengalami kesulitan dalam
menerima informasi yang ada di lingkungan, menginterprestasikan informasi
Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

dan masalah ataupun mencari jalan keluar dari permasalahan yang
dihadapinya. Untuk sebuah proses pemahaman tersebut melibatkan
kemampuan untuk menciptakan kesan-kesan tertentu atau reaksi perasaan
dalam diri orang lain, ataupun sebaliknya yang biasanya terwujud dengan
suatu komunikasi dalam suatu interaksi.
Hubungan sosial yang terhambat akan menghasilkan perilaku negatif,
jadi dapat diasumsikan bahwa ketunarunguan dapat mengubah pengalaman
seseorang dan menyebabkan suatu keterasingan, suatu distansi dan kontak
yang berkurang dengan keadaan sekelilingnya sehari-hari. Padahal pada anak
usia SMP interaksi sosial sangatlah penting untuk membentuk perilaku sosial
yang baik karena masa ini merupakan suatu tahapan menuju kedewasaan.
Kondisi dimana anak tunarungu mengalami keterasingan pada masamasa menuju tahap kedewasaan tersebut apabila tidak segera dipecahkan
masalahnya dapat merugikan anak tunarungu sendiri, diantaranya dapat
menimbulkan perilaku-perilaku negatif seperti emosi yang tidak stabil yang
diperlihatkan dengan egosentris yang berlebih, mudah marah dan cepat
tersinggung, ketergantungan, mempunyai perasaan takut pada lingkungan
baru ataupun perilaku cenderung pemalu, kesulitan dalam berteman, dengan
menarik diri dari pergaulan di masyarakat pada umumnya. Akibatnya
sebagian besar anak tunarungu memilih sesama tunarungu sebagai
komunitasnya. Salah satu kekhawatiran dari kondisi ini adalah anak
tunarungu

memiliki

kecenderungan

menghindari

hubungan

dengan

mendengar. Padahal anak tunarungu merupakan bagian dari lingkungan sosial
yang harus pula merasakan pergaulan sehari-harinya terutama di lingkungan
orang mendengar.
Hal-hal yang telah diuraikan tersebut mendorong peneliti untuk
melakukan pengkajian yang lebih sistemasis dan terarah secara empirik
mengenai perilaku sosial anak tunarungu pada tingkat SMP.

Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

B. Fokus Masalah
Fokus masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana perilaku sosial
anak tunarungu tingkat SMP di SLB-B Pambudi Dharma II?” Selanjutnya
fokus masalah tersebut disusun ke dalam bentuk pertanyaan penelitian
sebagai berikut.
1. Bagaimana perilaku sosial anak tunarungu di sekolah?
2. Bagaimana perilaku sosial anak tunarungu di rumah?
3. Hambatan apa yang dihadapi anak tunarungu dalam berperilaku sosial di
sekolah?
4. Hambatan apa yang dihadapi anak tunarungu dalam berperilaku sosial di
rumah?
5. Upaya apakah yang dilakukan guru untuk menangani hambatan perilaku
sosial anak tunarungu di sekolah?
6. Upaya apakah yang dilakukan orang tua untuk menangani hambatan
perilaku sosial anak tunarungu di rumah?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
karakteristik perilaku sosial anak tunarungu pada jenjang SMP di
SLB-B Pambudi Dharma II.
b. Tujuan Khusus
Secara khusus, tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui perilaku sosial anak tunarungu di sekolah.
2) Untuk mengetahui perilaku sosial anak tunarungu di rumah.
3) Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi anak tunarungu
dalam perilaku sosial di sekolah.
4) Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi anak tunarungu
dalam perilaku sosial di rumah.

Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

5) Untuk mengetahui upaya yang dilakukan guru untuk menangani
hambatan perilaku sosial anak tunarungu di sekolah.
6) Untuk mengetahui upaya yang dilakukan orangtua untuk
menangani hambatan perilaku sosial anak tunarungu di rumah.

2. Kegunaan Penelitian
a. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk:
1) Memberikan pengetahuan atau kajian yang berhubungan dengan
perilaku sosial anak tunarungu tingkat SMP.
2) Memberikan informasi yang berkaitan dengan perilaku sosial
anak tunarungu tingkat SMP di sekolah maupun di rumah.
b. Secara praktis, penelitian ini berguna untuk:
1) Menambah wawasan dan pengetahuan baik secara teoritis
maupun praktis khususnya tentang perilaku sosial anak
tunarungu tingkat SMP di SLB B-C Pambudi Dharma II.
2) Sebagai kajian dan panduan bagi guru maupun orang tua agar
lebih memahami karakteristik anak khususnya anak tunarungu
tingkat SMP sehingga memudahkan memberikan layanan
pendidikan yang tepat baik di rumah maupun di sekolah.

Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

16

BAB III
METODE PENELITIAN

Setiap kegiatan penelitian sejak awal harus ditentukan dengan jelas
pendekatan apa yang akan diterapkan, hal ini dimaksudkan agar penelitian
tersebut dapat benar-benar mempunyai landasan kokoh dilihat dari sudut
metedologi penelitian. Menurut Sugiyono (2002:1) “metode penelitian pada
dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu”.
Metode penelitian sangat besar peranannya dalam sebuah penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif, karena penelitian ini bermaksud untuk memahami,
mengungkap dan menjelaskan berbagai gambaran atas fenomena-fenomena yang
ada di lapangan kemudian dirangkum menjadi kesimpulan deskriptif berdasarkan
data penelitian yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti.
Metode deskriptif adalah metode penelitian yang berupaya memecahkan
masalah atau menjawab berbagai pertanyaan dari masalah yang sedang dihadapi
tersebut pada masa sekarang. Sedangkan pendekatan kualitatif menurut Musthafa
(Alwasilah, 2002:27) diasumsikan sebagai pendekatan penelitian yang bertujuan
untuk memahami fenomena sosial dari perspektif para partisipan melalui
perlibatan ke dalam kehidupan aktor-aktor yang terlibat. Kirk dan Miller
(Moleong 1993:3) mendefinisikan penelitian sebagai tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan
manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut
dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.

A. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini adalah di Sekolah Luar Biasa B-C Pambudi
Dharma II yang beralamat di Jalan Sumur Bor, Kota Cimahi.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah tiga siswa tunarungu

Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

17

tingkat SMP di SLB B-C Pambudi Dharma II.
C. Tahap - Tahap Penelitian
Tahap yang berperan penting alam membantu proses kualitatif adalah
menganai tahap-tahap penelitian. Usaha inilah yang nantinya dapat
memberikan gambaran tentang keseluruhan perencanaan, pelaksanaan,
pengumpulan data, pencatatan data, keabsahan data, analisis data sehingga
sampai pada penulisan penelitian. Megenai tahap-tahap penelitian ini akan
diuraikan sebagai berikut:
1.

Tahap Pralapangan
a. Menyusun Rancangan Penelitian
Kegiatan ini merupakan tahap awal dari serangkaian proses penelitian.
Intinya berupa penyusunan rancangan penelitian yang diajukan ke
Dewan Skripsi Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Setelah disetujui
kemudian diseminarkan. Untuk melengkapi dan menyempurnakan
rancangan penelitian, peneliti melaksanakan konsultasi dan bimbingan
intensif dengan Dosen Pembimbing, dan Dosen Pembimbing I
maupun Dosen Pembimbing II. Setelah itu peneliti menyusun rencana
untuk terjun ke lapangan yang sesuai dengan latar belakang.
b. Memilih latar Penelitian
Proses pemilihan latar penelitian ini diawali dengan data yang
ditemukan oleh peneliti terhadap SLB B-C Pambudi Dharma yang
beralamat di Jl. Sumur Bor kota Cimahi bahwa pada sekolah tersebut
terdapat banyak siswa tunarungu tingkat SMP dengan berbagai
macam karakteristik. Untuk itu penulis ingin mendapatkan deskripsi
mengenai perilaku sosial siswa tunarungu tingkat SMP diSLB
tersebut.
c. Mengurus Perijinan
Pengurusan perijinan yang bersifat administratif dilakukan dimulai
dari tingkat Jurusan, Fakultas, dan Universitas. Dari tingkat Fakultas

Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

18

peneliti memperoleh Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing dan
Surat Pengantar ke tingkat Universitas, yaitu kepada Rektor I melalui
Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK).
Setelah itu peneliti memperoleh surat rekomendasi untuk disampaikan
pada Badan Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat Kota
Cimahi yang dilanjutkan kepada Dinas Pendidikan Kota Cimahi dan
berakhir kepada Kepala Seklah SLB B-C Pambudi Dharma 2.
d. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Pada tahap ini peneliti menyiapkan segala perlengkapan yang
dibutuhkan untuk memperlancar, memperjelas, dan mempermudah
kegiatan pengumpulan data yang diperoleh di lapangan, adapun
kegiatan pada tahap ini adalah mempersiapkan instrument penelitian,
yang terdiri dari kisi-kisi wawancara dan kisi-kisi observasi.
Berdasarkan kisi-kisi yang dibuat, disusun pedoman wawancara
berupa daftar pertanyaan dan pedoman observasi berupa acuan tentang
arah, sasaran, dan tujuan dari observasi yang akan dilakukan. Untuk
mempermudah proses wawancara yang dilakukan peneliti juga
menyiapkan tape recorder untuk merekam hasil wawancara.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri
Maksud dari memahami latar penelitian adalah mengenal segala unsur
lingkugan sosial, fisik dan keadaan sekolah serta untuk lebih
mempersiapkan

diri

baik

mental

maupun

fisik

dan

juga

mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan.Memahami latar
penelitian dimaksudkan pula untuk mengamati perilaku anak
tunarungu

ketika

sedang

mengikuti

berbagai

kegiatan

di

sekolah.Penelitian pun selalu berhubungan dengan informan yang
fungsinya sebagai pemberi informasi tentang situasi dan kondisi latar
penelitian. Informasi tersebut baik mengenai nilai-nilai, sikap,
bangunan fisik sekolah, maupun poses suatu kebudayaan setempat.

Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

19

Selain itu juga mengidentifikasi segala hal yang berkaitan dengan
perilaku sosial anak tunarungu.
b. Penarikan kasus
Berdasarkan pada permasalahan penelitian yaitu mengenai perilaku
sosial

anak

tunarungu

ketunarunguannya,

maka

sebagai

dampak

untuk

membantu

sekunder

dari

mempermudah

pengumpulan data digunakan penarikan kasus dengan sumber data
utama agar data yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
c. Hubungan peneliti dengan subjek
Untuk mencapai tujuan penelitian yang diharapkan, peneliti berupaya
secara optimal membina dan menciptakan hubungan yang bersifat
integratif dengan para subjek penelitian sebagai sumber data sehingga
segala informasi yang berkaitan dengan fokus penelitian diperoleh
secara benar, akurat dan lengkap.
d. Peran peneliti
Peneliti berperan sebagai alat atau instrument utama dalam penelitian
sehingga peranannya sangat berarti dalam upaya pengambilan data.
Meskipun berperan sebagai instrument utama namun peran penelitian
ini bersifat non partisipatif oleh karena peneliti hanya menangkap,
mengamati dan mempelajari gejala-gejala yang terjadi dalam dalam
latar penelitian.

D. Instrument dan Teknik Pengumpulan Data
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan
berperan serta, namun peran penelitilah yang menentukan keseluruhan
skenarionya. Dalam penelitian ini yang menjadi instrument penelitian dalah
peneliti sendiri, karena dalam penelitian kualitatif peneliti bertindak sebagai
instrument. Adapun teknik penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Teknik pegumpulan data
Menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 193: 112) sumber data utama
dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

20

data tambahan sepeeti dokumentasi dan lain-lain. Walapun dikatakan
bahwa sumber data di luar kata dan tindakan merupakan data tambahan,
namun jelas sumber data tersebut tidak dapat diabaikan.
Adapun teknik pengumpulan data penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Observasi
Teknik observasi yang digunakan adalah dengan menggunakan
observasi langsung non partisipatori, atau dengan cara pengamatan
langsung tanpa melibatkan diri secara langsung pada kegiatan di lokasi
penelitian. Pengamatan dilakukan secara tersembunyi (covert) Nasution
(1996, 62) menjelaskan bahwa “observasi dengan pengamatan
tersembunyi bertujuan untuk memperoleh data yang valid dan reliable
dan dapat dipercaya karena tidak dibuat-buat.”
Pengamatan yang dilakukan peneliti hanya menggunakan mata
tanpa ada pertolongan alat standar lain. Dalam melakukan observasi,
peneliti sangat memperhatikan hal-hal:
1) Isi dari pengamatan
2) Mencatat pengamatan
3) Ketetapan pengamatan
4) Hubungan antar pengamat dengan yang diamati
Peneliti sebagai instrument penelitian harus mempunyai sifat yang
peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang
diperkirakan bermakna atau tidak bagi penelitian sehingga dapat
mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
Dalam mlakukan pengamatan peneliti harus mengaitkan pada dua
hal, yakni informasi dan konteks. Hal ini sesuai merujuk pada Nasution
(1996: 58) yang menyatakan bahwa “informasi yang dipelaskan dari
konteksnya akan kehilangan makna.” Jadi makna sesuatu tidak dapat
dilepaskan dari konteks yang ada.

Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

21

b. Wawancara
Wawancara

yang

dilakukan

bersifat

tak-berstruktur

yang

pelaksanaannya mirip dengan percakapan informal. Nasution (1996: 72)
menyatakan “Wawancara dalam penelitian kualitatif naturalistic,
khususnya bagi pemula, biasanya bersifat tak-berstruktur. Tujuannya
ialah memperoleh keterangan yang terinci dan mendalam mengenai
pandangan orang lain.”
Denzim (Mulyana, 2002: 182) menjelaskan bahwa keuntungan dari
wawancara tak ber-struktur yaitu :
1) Wawancara

tak

berstruktur

memungkinkan

responden

mengemukakan cara-cara untuk mengidentifikasi dunia.
2) Wawancara tak berstruktur mengasumsikan bahwa tidak ada urutan
tetap pertanyaan yang sesuai untuk responden.
3) Wawancara

tak

berstruktur

memungkinkan

responden

membicarakan isu-isu penting yang terjadwal.
Wawancara dalam penelitian ini diantaranya dilakukan kepada
guru kelas, teman sebaya juga orang tua dari subjek peneliti guna
memperoleh informasi mengenai karakteristik perilaku sosial siswa
tunarungu tingkat SMP pada dimensi

kerjasama, kemurahan hati,

hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empati, ketergantungan, sikap
ramah, tidak mementingkan diri sendiri, meniru dan perilaku kelekatan.
Data yang dikumpulkan melalui wawancara bersifat verbal, artinya
wawancara direkam dalam tape recorder agar data yang diperoleh lebih
lengkap dan terperinci.
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumen merupakan setiap bahan tertulis ataupun film lain
dari recorder (setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang
atau lembaga untuk keperluan pengukian suatu peristiwa), yang tidak
dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. (Guba dan
Lincoln dan Moleong, 1993: 161).

Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

22

2.

Teknik pencatatan data
Pencatatan data pada setiap kali melakukan penelitian merupakan suatu
hal yang sangat penting. Proses pencatatan data tersebut dalam penelitian
ini terbagi menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut:
a. Perekaman awal
Pencatatan data sebagai perekaman awal yang dilakukan pada saat
berlangsungnya pengumpulan data baik pada saat kegiatan observasi
maupun wawancara, dengan cara mencatat kata-kata kunci yang
dimengerti oleh peneliti. Pada tahap ini, bentuk dan data masih kasar
atau mentah dan belum diurutkan.
b. Pencatatan formal dan lengkap
Pencatatan formal dan lengkap merupakan pencatatan data yang
disusun berdasarkan catatan yang dibuat di lapangan. Data-data yang
masih kasar dan mentah kemudian dicatat kembali secara lengkap dan
sistematis dengan cara-cara berikut:
1) Mengorganisasikan data
Setelah data terkumpul selanjutnya diorganisasikan sesuai dengan
pertanyaan penelitian yang meliputi kerjasama, kemurahan hati,
hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empati, ketergantungan,
sikap ramah, tidak mementingkan diri sendiri, meniru dan perilaku
kelekatan.
2) Mengabstraksikan data ke dalam matriks
Peneliti menuangkan data-data ke dalam matriks berdasakan
pertanyaan penelitian agar terlihat gambaran secara keseluruhan
atau bagian-bagian tertentu dari penelitian ini.
c. Penambahan data sepanjang waktu
Penambahan data sepanjang waktu dilakukan ketika diperoleh data
atau informasi yang baru. Hal ini dilakukan hingga penelitian berakhir.

Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

23

E. Pengujian keabsahan data / Triangulasi
Penguji perlu melakukan pemeriksaan secara seksama dan teliti, hal
tersebut dilakukan untuk menilai apakah data-data yang diperoleh itu sudah
sahih dan dapat dipercaya atau valid, sebab hanya data valid yang dapat
diteliti.Validitas suatu data dilihat dari substansi, sumber data, maupun
pengambilan datanya. Dalam melaksanakan pemeriksaan keabsahan data
dilakukan beberapa teknik yaitu sebagai berikut:
1. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan dan dalam bersosialisasi maupun dalam
melakukan interaksi di lingkungan sekolah harus dilakukan oleh peneliti
untuk memperoleh keabsahan data yang diperlukan. Apapun yang
berkaitan dengan setting kelas dan keadaan sekolah serta berbagai perilaku
yang ditunjukkan subjek penelitian dicatat dan didokumentasikan.
2. Pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara, atau
hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan pihakpihakyang dianggap mampu memberi masukkan terhadap penelitian ini,
yaitu dengan Dosen pembimbing I dan Dosen Pembimbing II, guru wali
kelas serta sesama teman mahasiswa.
Moleong

(1993:

178)

mengatakan

“Triangulasi

adalah

teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
itu.”
Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian adalah triangulasi dengan
sumber yang berarti membandingkan

dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu yang berbeda
dalam metode kualitatif (Patton dalam Moleong, 1993: 187). Hal ini, menurut
Moleong (1993: 179) dapat dicapai dengan jalan:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan orang secara pribadi.
Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

24

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka teknik triangulasi dengan sumber
yang digunakan pada penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi (bila tersedia) direduksi, yaitu dengan menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
diorganisasi

dengan cara sedemikian rupa.

Kemudian dilakukan

crosscheck atau dicek silang diantara ketiga data tersebut. Dengan
demikian, validitas data yang ada dapat dipertanggungjawabkan, karena
data akhir yang didapat adalah hasil perbandingan dari berbagai sumber
data yang ada.

F. Teknik Analisis Data
Penelitian kualitatif memperoleh data dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam dan
dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Analisis data
dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unitunit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang akan diceritakan
kepada orang lain.
Teknik analisis data mengacu pada pendapat Huberman dalam Sugiyono
(2008: 337) mengemukakan “Aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara terus menerus sampai tuntas, sampai datanya jenuh.” Secara
sistematis langkah-langkahnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

25

a. Data reduction (reduksi data)
Mereduksi data berarti memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak
perlu.Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran
yang jelas dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data
selanjutnya. Selain daripada itu, peneliti juga memberikan kode pada
aspek-aspek tertentu sehingga mempermudah dalam proses pencatatan di
lapangan.
b. Data display
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah membuat display
data. Display data merupakan suatu cara menggolongkan data ke dalam
kelompok yang disajikan baik ke dalam bentuk grafik ataupun matrik
sehingga data mudah dibaca dan dipahami serta menggambarkan
keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian.
c. Menarik kesimpulan dan verifikasi
Menarik kesimpulan dilakukan sejak awal hingga akhir proses penelitian
guna mempermudah peneliti untuk mendapatkan makna dari setiap data
yang masih dikumpulkan. Kesimpulan yang diambil pada mulanya masih
bersifat sementara dan masih diragukan. Oleh karena itu, kesimpulan
senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung untuk menjadi
tingkat kepercayaan penelitian.
Langkah terakhir dalam analisis data, peneliti melakukan penafsiran atau
interprestasi terhadap data yang telah dideskipsikan dan membandingkannya
dengan teori-teori yang relevan agar data-data tersebut memiliki makna.

Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

81

BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Perilaku sosial anak tunarungu di sekolah
Dari sepuluh aspek yang diteliti, subjek DV dan AS menunjukkan
perilaku sosial dalam aspek kerjasama, kemurahan hati, hasrat akan
penerimaan sosial, simpati, empati, sikap ramah, tidak mementingkan diri
sendiri, dan meniru namun tidak menunjukkan ketergantungan dan
perilaku kelekatan. Berbeda dengan subjek NL yang menunjukkan
perilaku sosial dalam aspek kerjasama, kemurahan hati, simpati,
ketergantungan, sikap ramah, tidak mementingkan diri sendiri, perilaku
kelekatan dan tidak mampu menunjukkan perilaku sosial dalam aspek,
hasrat akan penerimaan sosial, empati, dan meniru.

2. Perilaku sosial anak tunarungu di rumah
Dari sepuluh aspek yang diteliti, subjek DV dan AS menunjukkan
perilaku sosial dalam aspek kerjasama, kemurahan hati, hasrat akan
penerimaan sosial, simpati, empati, sikap ramah, dan tidak mementingkan
diri sendiri. Kedua subjek tersebut tidak menunjukkan perilaku sosial
dalam aspek ketergantungan, meniru dan perilaku kelekatan. Untuk subjek
NL, perilaku sosial yang ditunjukkan yaitu dalam aspek kerjasama (dalam
mengerjakan tugas rumah), kemurahan hati, simpati, dan perilaku
kelekatan. Sedangkan untuk aspek hasrat akan penerimaan sosial, empati,
sikap ramah, ketergantungan, tidak mementingkan diri sendiri dan perilaku
kelekatan ditunjukan dalam perilaku sosialnya.

Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

82

3. Hambatan yang dialami anak tunarungu dalam berperilaku sosial di
sekolah
Kemampuan berkomunikasi pada subjek DV dan AS membuatnya
lebih mudah melakukan berbagai aktivitas dan bersosialisasi dengan
teman-teman maupun guru di sekolah karena memiliki kepercayaan diri
yang tinggi, berbeda dengan subjek NL yang sulit berkomunikasi dan
memiliki kepercayaan diri yang rendah membuatnya sulit untuk
melakukan berbagai aktivitas dan bersosialisasi. Kemampuan komunikasi
tidak membuat guru-guru membeda-bedakan anak tunarungu dan selalu
berupaya mengoptimalkan potensi serta kemampuan sosial pada anak.
Namun, kurangnya kemampuan berkomunikasi yang menyebabkan
sulitnya bersosialisasi dapat berpengaruh pula pada penerimaan temanteman yang jarang mengikutsertakan subjek NL.

4. Hambatan anak tunarungu dalam berperilaku sosial di rumah
Komunikasi yang dilakukan di lingkungan rumah lebih sulit karena
lingkungan rumah merupakan lingkungan yang lebih luas lagi dimana
sebagian besar terdiri dari masyarakat mendengar dan tidak semua orang
memahami bahasa isyarat yang menjadi bahasa ibu bagi tunarungu.
Kemampuan komunikasi berpengaruh pada kepercayaan diri anak
tunarungu untuk berada di tengah-tengah masyarakat mendengar di
lingkungan masyarakat. Orang tua dan keluarga dari ketiga subjek yang
diteliti dapat menerima ketunarunguan tanpa membeda-bedakan dengan
anggota keluarga lain juga berusaha mengasah dan mengoptimalkan
potensi serta kemampuan sosial anak tunarungu tentunya disesuaikan
kondisi ekonomi keluarga, keutuhan keluarga serta sikap dan kebiasaan
orang tua dari masing-masing subjek. Penerimaan masyarakat di
lingkungan rumah tergantung pada bagaimana anak tunarungu dapat
bersosialisasi dan memposisikan dirinya di tengah-tengah masyarakat
mendengar.

Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

83

5. Upaya yang dilakukan guru untuk menangani hambatan perilaku
sosial anak tunarungu di sekolah
Upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan
berkomunikasi anak tunarungu dipengaruhi oleh tingkat ketunarunguan
anak tunarungu dan tingkat intelegensi anak. Selanjutnya, Upaya yang
dilakukan guru untuk mengasah dan mengoptimalkan potensi dan
kemampuan sosial anak tunarugu dipengaruhi oleh hasrat anak tunarungu
sendiri dalam mengoptimalkan potensi yang dimilikinya, semakin besar
hasrat tunarungu maka semakin mudah pula guru mengoptimalkan potensi
dan kemampuan sosial pada anak tunarugu. Sedangkan penerimaan temanteman dipengaruhi oleh bagaimana anak dapat bersosialisasi dengan baik
dan dapat menerima kehadiran teman lainnya.

6. Upaya yang dilakukan orang tua untuk menangani hambatan
perilaku sosial anak tunarungu di rumah
Kemampuan berkomunikasi pada anak tunarungu tergantung pada
bagaimana upaya yang dilakukan oleh orang tua dan keluarga, semakin
maksimal upaya yang dilakukan maka kemampuan anak tunarungu dalam
berkomunikasin akan semakin baik. Apabila upaya tersebut dilakukan
dengan maksimal, maka potensi dan kemampuan sosial pada anak
tunarungu dapat berkembang dengan maksimal pula. Untuk penerimaan
masyarakat, upaya yang dilakukan orang tua dan keluarga serta kerjasama
yang baik dengan masyarakat dapat membuat anak tunarungu merasa
nyaman meskipun berada di tengah-tengah masyarakat mendengar.

Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

84

B. REKOMENDASI
1. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai perbaikan dalam programprogram yang menyangkut perilaku sosial siswa serta memberikan
penanganan yang lebih maksimal dalam meningkatkan kemampuan sosial
anak tunarungu.
2. Bagi Lembaga Terkait
Pihak sekolah dan lembaga terkait diharapkan dapat menyusun program
pengembangan kreativitas guru dalam upaya meningkatkan kemampuan
anak tunarungu dalam berperilaku sosial di sekolah. Selain itu, pihak
sekolah juga diharapkan menyediakan sarana dan prasarana yang dapat
mengembangkan kemampuan anak tunarungu baik dalam prestasi
akademis, pengoptimalan potensi maupun perkembangan perilaku sosial.
3. Bagi Orang Tua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai perbaikan dalam
memberikan penanganan yang lebih maksimal dalam meningkatkan
kemampuan sosial anak tunarungu dalam berperilaku sosial khususnya
dengan masyarakat mendengar di lingkungan rumah.

Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

85

DAFTAR PUSTAKA

Bimo, Wagito. (1994). Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Ofset.
Dewan Bimbingan Skripsi. (2011). Pedoman Penulisan Skripsi dan Makalah
Untuk Mahasiswa S1. Tidak diterbitkan.
Gerungan, W. A. (1986). Psikologi Sosial. Jakarta: Eresco.
Gerungan. (2002). Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Hallahan, D.P. dan Kauffman, J.M. (1991). Exeptional Children. Boston: Allyn
and Bacon.
Hurloock, E. (1991). Psikologi Perkembangan ; Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentan Waktu Kehidupan. Jakarta : Erlangga.
Kartini Kartono, (1986). Psikologi Anak. Bandung: Alumni.
Moleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kuliatatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Muhammad, J. (2005). Special Education For Children. Jakarta: Hikmah.
Narbuko, C dan Abu Achmadi. (2009). Metode Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara.
Sadjaah, E. (2005). Pendidikan Bahasa Bagi Anak Gangguan Pendengaran
Dalam Keluarga. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Soelaeman, DR.M.I. (1994). Pendidikan Dalam Keluarga. Bandung: CV
Alfabeta.
Somad, P dan Tati Hernawati. (1995). Ortopedagogik anak Tunarungu. Bandung:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.
Somantri, S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : Refika Aditama.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
ALFABETA.
Gina Nurmeida Fidakusuma,2013
Perilaku Sosial Anak Tunarungu Tingkat SMP Di SLB B-C Pambudi Dharma Ii Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

86

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
ALFABETA.
Sugiyono. (2010). Memahami penelitian Kualitatif. Bandung : ALFABETA.
Sumarnonugroho, T. (1984). Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta:
PT Hanindita.
Syamsuddin, A. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya
Remaja.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman penulisan Karya Ilmiah.
Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Akhmadi. (2009). Konsep Keluarga. [Online]. Tersedia:
http://www.rajawana.com/artikel/pendidikan-umum/391-konsepkeluarga.html [12 Desember 2013].
Arianto. (2009). Pengertian Keluarga. [Online]. Tersedia:
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/12/pengertian-keluarga.html[12
Desember 2013]
Ervika, Eka. (2005). Kelekatan (Attachment) Pada Anak. Medan; Universitas
Sumatera Utara. Tersedia: http://library.usu.ac.id/download/fk/psikologieka%20ervika.pdf [ 20 Juni 2012]
NINGRUM, D.P. (2007). Pengaruh Penerimaan Orang Tua terhadap
Penyesuaian Diri Anak Tunarungu di Sekolah Tahun Ajaran 2006-2007
[Online], 107 halaman. Tersedia:
http://www.google.com/url?sa=t&source=web&cd=14&ved=0CCAQFjA
DOAo&url=http%3A%2F%2Fdigilib.unnes.ac.id%2Fgsdl%2Fcollect%2F
skripsi%2Farchives%2FHASH152.dir%2Fdoc.pdf&rct=j&q=pengertian%
20penerimaan%20keluarga&ei=5n1jTK6oM4KsuQOR3ameCg&usg=AF
QjCNGd-h6E-hy0aj4ilrfTNPw8xqvXsg&cad=rja[ 12 Desember 2013].
Samsudin. (2009). Pengertian Keluarga. [Online]. Tersedia:
http://definisi-pengertian.blogspot.com/2009//11/pengertian-keluarga.html
[12 Desember 2013].
Tarsidi, D dan Somad, P. (2008). Definisi dan Klasifikasi Tunarungu. [Online].
Tersedia:
http//permanarian16.blogspot.com/2008/04/definisi-danklasifikasi-tunarungu.html [18 Juli 2011].
Yanti, R. (2012). Pendidikan Anak Luar Biasa. [Online]. Tersedia: http://rachmazakilove