KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUDI DHARMA 2 CIMAHI.

(1)

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA

SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUDI DHARMA 2 CIMAHI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh R. Pranindita T.K

0806919

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA

SISWA TUNARUNGU

DENGAN HAMBATAN MAJEMUK

DI SLB BC PAMBUDI DHARMA 2 CIMAHI

Oleh R. Pranindita T.K

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Pranindita TK 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

R. PRANINDITA T.K 0806919

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA

SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUDI DHARMA 2 CIMAHI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Imas Diana Aprilia, M. Pd NIP.197004171994022001

Pembimbing II

Dr. H. MusjafakAssjari, M. Pd NIP. 195505161981011001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus


(4)

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu


(5)

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ii

ABSTRAK

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA

SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUDI DHARMA 2 CIMAHI

Oleh: R. Pranindita T.K (0806919)

Permasalahan utama anak tunarungu adalah ketidakmampuannya untuk mendengar sehingga menyebabkan perkembangan kemampuan berbahasa mereka terlambat. Sementara itu, kemampuan berbahasa ditunjang oleh kuantitas dan kualitas kosakata. Penelitian ini bertujuan untuk memotret kemampuan pemahaman kosakata dasar siswa tunarungu yang memiliki hambatan majemuk serta peran guru dan keluarga dalam pengembangan pemahaman kosakatanya. Penelitian dilakukan di SLB BC Pambudi Dharma 2 Cimahi dengan melibatkan seorang siswi tunarungu-lowvision berusia 11 tahun yang duduk di kelas D2, seorang siswa tunarungu-grahita berusia 11 tahun yang duduk di kelas D2, dua orang guru kelas D2, orangtua siswi tunarungu-lowvision, dan orangtua siswa tunarungu-grahita. Siswi tunarungu-lowvision memiliki keterbatasan dalam indera pendengaran dan penglihatan, sementara siswa tunarungu-grahita mengalami hambatan dalam sosialisasi, adaptasi, dan kemampuan kognitif. Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa tes, observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pada usia 11 tahun, siswa tunarungu-lowvision menguasai sekitar 39-45 kosakata dasar dan siswa tunarungu-grahita menguasai 56-72 kosakata dasar. Tunarungu-lowvision lebih menguasai kata bilangan, istilah kekerabatan, dan anggota tubuh. Sementara tunarungu-grahita lebih menguasai kata kerja, istilah kekerabatan, dan anggota tubuh. Jenis kosakata dasar yang tidak dikuasai keduanya sama, yaitu kata keadaan dan kata ganti. Guru dari siswi

tunarungu-lowvision mengajarkan pemahaman kosakata berawal dari ketertarikan siswa dan

menekankan pengajaran pada mengingat isyarat dan tulisan. Sementara guru dari siswa tunarungu-grahita menetapkan kosakata yang akan dipelajari terlebih dahulu dan menekankan pengajaran pada membaca ujaran serta mengulang ucapan dan isyarat guru. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menggali cara mengajar yang efektif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman kosakata dasar bagi siswa tunarungu dengan hambatan majemuk. Kata kunci : Tunarungu dengan hambatan majemuk, pemahaman kosakata


(6)

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ii

ABSTRACT

THE ABILITY OF VOCABULARY COMPREHENSION OF THE MULTIHANDICAPPED HEARING IMPAIRED STUDENT IN SLB BC

PAMBUDI DHARMA 2 CIMAHI

By: R. Pranindita T.K (0806919)

The main problems of children with hearing impairment is the inability to hear resulting in developmental language disorder. Meanwhile, language development is supported by the quantity and quality of the vocabulary. This study aims to capture the ability of understanding basic vocabulary of deaf students who have multiple impairments and the role of teachers and families developing their vocabulary comprehension. The study was conducted in SLB BC Pambudi Dharma 2 Cimahi and involving an 11-year-old student in D2 class who is deaf-low vision, an 11-year-old student in D2 class who is deaf-mental

retardation, two D2’s classroom teachers, parent of deaf-low vision student, and parent of deaf-mental retardation student. Deaf-low vision student has limitations in the sense of hearing and vision, while deaf-mental retardation student has problems in socialization, adaptation, and cognitive abilities. This study uses a descriptive study with data collection techniques in the form of tests, observations, interviews, and documentation. Based on this research, it is known that at the age of 11 years old, deaf-low vision student is mastering about 39-45 basic vocabulary, and deaf-mental retardation student is mastering about 56-72 basic vocabulary. Deaf-low vision student is more familiar with the numbers, kinship terms, and members of the body. While deaf-mental retardation student is better on verb, kinship terms, and members of the body. Both of them are not mastering pronouns nor vocabulary representing the situation. Teacher of student with deaf-low vision teaches vocabulary comprehension begins with student interest and emphasize the teaching of the recall cue and writing. While teacher of deaf-mental retardation student, designs the lessons subject before teaching vocabulary and emphasizes instruction in reading and repeating words and speech cues. The results could be taken into consideration in exploring effective ways to improve basic vocabulary comprehension for deaf students with multiple impairments.


(7)

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

vi DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 4

D. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar Ketunarunguan ... 8

1. Pengertian Tunarungu ... 8

2. Klasifikasi Tunarungu ... 9

3. Dampak Ketunarunguan ... 12

B. Tunarungu dengan Hambatan Majemuk ... 13

1. Tunarungu dengan Hambatan Majemuk ... 13

2. Tunarungu – Tunanetra /Low vision... 15

3. Tunarungu - Tunagrahita ... 16

C. Konsep Dasar Kosakata ... 17

1. Pengertian Kosakata ... 17


(8)

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

vii

D. Pemerolehan Bahasa... 20

1. Pemerolehanan Bahasa secara Umum ... 20

2. Pemerolehan Bahasa Anak Tunarungu ... 21

3. Pemerolehan Bahasa Anak Tunarungu–Tunanetra / Lowvision .. 22

4. Pemerolehan Bahasa Anak Tunarungu - Tunagrahita ... 25

E. Penelitian yang Relevan ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 28

B. Metode Penelitian ... 29

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 30

D. Pengujian Keabsahan Data ... 32

E. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 34

1. Kemampuan Pemahaman Kosakata Dasar Siswa Tunarungu-Low vision ... 34

2. Kemampuan Pemahaman Kosakata Dasar Siswa Tunarungu -Tunagrahita ... 40

3. Upaya Guru dan Keluarga dalam Mengembangkan Kemampuan Pemahaman Kosakata Dasar pada Siswa Tunarungu-Low vision ... 46

4. Upaya Guru dan Keluarga dalam Mengembangkan Kemampuan Pemahaman Kosakata Dasar pada Siswa Tunarungu-Tunagrahita ... 47


(9)

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

viii

5. Hambatan yang Ditemui Guru dan Keluarga dalam Mengembangkan Kemampuan Pemahaman Kosakata

Dasar pada Siswa Tunarungu-Low vision (Sm) ... 49 6. Hambatan yang Ditemui Guru dan Keluarga dalam

Mengembangkan Kemampuan Pemahaman Kosakata

Dasar pada Siswa Tunarungu-Tunagrahita (Rj) ... 51

B. Pembahasan ... 53 1. Kemampuan Pemahaman Kosakata Dasar pada Siswa

Tunarungu-Low vision ... 53 2. Kemampuan Kosakata Dasar pada Siswa Tunarungu –

Tunagrahita ... 57 3. Upaya Guru dan Keluarga dalam Mengembangkan

Kemampuan Pemahaman Kosakata Dasar pada Siswa

Tunarungu-Low vision ... 60 4. Upaya Guru dan Keluarga dalam Mengembangkan

Kemampuan Pemahaman Kosakata Dasar pada Siswa

Tunarungu-Tunagrahita ... 62 5. Hambatan yang Ditemui Guru dan Keluarga dalam

Mengembangkan Kemampuan Pemahaman Kosakata

Dasar pada Siswa Tunarungu-Low vision ... 64 6. Hambatan yang Ditemui Guru dan Keluarga dalam

Mengembangkan Kemampuan Pemahaman Kosakata

Dasar pada Siswa Tunarungu-Tunagrahita ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


(10)

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ix

B. Rekomendasi ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74

LAMPIRAN – LAMPIRAN


(11)

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Permasalahan utama anak tunarungu adalah ketidakmampuannya untuk mendengar. Hal inilah yang kemudian mengakibatkan minimnya kemampuan berbahasa mereka. Kesulitan berbahasa ini biasanya ditandai dengan kesulitan dalam mengartikan kata, menggunakan kata yang salah, kurangnya kosakata yang dimiliki anak, dan lainnya. Minimnya kemampuan berbahasa ini selanjutnya akan berdampak pada seluruh aspek kehidupan anak, mulai dari aspek sosial, akademik, psikologis, dan setiap aspek kehidupan lainnya karena setiap aspek kehidupan seseorang sudah tentu akan sangat dipengaruhi oleh perolehan informasi dan keterampilan interaksi mereka dengan lingkungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hernawati, T dan Somad, P (1995 : 27), bahwa :

Akibat ketunarunguan maka perkembangan anak menjadi terhambat, sehingga menghambat terhadap perkembangan kepribadian secara keseluruhan misalnya perkembangan intelegensi, emosi dan sosial. Yang perlu diperhatikan akibat dari ketunarunguan ialah hambatan dalam berkomunikasi, sedangkan komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan bahwa anak tunarungu tidak dapat mendengar membuatnya mengalami kesulitan untuk memahami bahasa yang diucapkan oleh orang lain

Berdasarkan permasalahan tersebut, hal mendasar yang perlu dilakukan untuk keberhasilan siswa tunarungu adalah dengan mengembangkan kemampuan berbahasa mereka. Kemampuan berbahasa sudah pasti ditunjang oleh kuantitas dan kualitas kosakata yang dimiliki seseorang. Kemampuan berbahasa seseorang tidak akan baik jika kuantitas dan kualitas kosakatanya kurang, demikian pula sebaliknya. Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa upaya yang perlu


(12)

2

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak tunarungu tidak lain adalah dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas kosakata mereka.

Pada umumnya seorang anak pada masa prasekolah sudah mengenal dan memahami makna kosakata dasar sederhana yang berhubungan dengan lingkungannya karena mereka terbiasa mendengar dari lingkungan keluarga dan teman bermain mereka. Kosakata dasar disini maksudnya adalah kata-kata yang tidak mudah berubah, yang terdiri atas: istilah kekerabatan seperti ayah, ibu, anak, dan bibi, nama bagian tubuh seperti kepala, rambut, dan mata, kata ganti diri/petunjuk seperti saya, kamu, ini, dan itu, kata bilangan pokok seperti satu, tiga, dan seratus, kata kerja pokok seperti makan, minum, dan tidur, kata keadaan pokok seperti suka, duka, dan jauh, serta benda-benda universal seperti tanah, air, dan api. Lalu setelah masuk sekolah, kuantitas dan kualitas kosakata mereka akan meningkat dengan pesat seiring dengan bertambahnya pengalaman mereka dengan lingkungan baru mereka yaitu lingkungan sekolah. Namun hal tersebut tidak berlaku pada anak tunarungu, untuk memiliki sejumlah kosakata, apalagi memahami makna kata, mereka memerlukan banyak bantuan berupa peragaan maupun visualisasi. Tidak optimalnya kualitas pendidikan baik di lingkungan rumah (keluarga) maupun sekolah akan mengakibatkan kuantitas dan kualitas kosakata anak tunarungu tertinggal. Hal ini senada dengan pernyataan Steven dan Warshofsky, F.S (Kustanto, 2009:2), bahwa:

Pada usia dua tahun, anak normal dapat menguasai hampir 200 kata dengan mendengarkan serta meniru kata-kata orang yang lebih tua. Anak tunarungu yang setara umur dan kecerdasannya mungkin belum memiliki kosakata sama sekali. Dua tahun kemudian kosakata anak yang mendengar bertambah sampai kira-kira 1.500 kata; tapi siswa tunarungu, dengan latihan khusus pun, hanya akan mengenal kurang lebih 400 kata. Jurang bahasa yang sangat besar ini sangat menyulitkan pengajaran anak tunarungu. Waktu berminggu-minggu dapat habis untuk mengajar seorang anak sampai mengerti dan dapat mengucapkan satu kata. (penelitian di Sekolah Lexington di New York, Amerika Serikat)


(13)

3

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Di SLB BC Pambudi Dharma 2 Cimahi, di kelas D2 terdapat dua siswa tunarungu yang juga memiliki hambatan majemuk, yaitu seorang siswi

tunarungu-low vision dan seorang siswa tunarungu-grahita. Peneliti telah melakukan

observasi awal di kelas tersebut dan menemukan bahwa siswi tunarungu-low

vision tidak merespon suara bervolume tinggi dari jarak sekitar 15 cm baik

didepan telinga kiri maupun telinga kanan serta hanya dapat membaca dari jarak sekitar 2 buku jari tangan. Sementara siswa tunarungu-grahita tidak merespon suara bervolume tinggi dari jarak sekitar 1 meter baik didepan telinga kiri maupun telinga kanan, namun merespon suara bervolume tinggi dari jarak sekitar 30 cm. Selain hambatan pendengaran, Rj juga memiliki hambatan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Kedua siswa tersebut belum bisa menyebutkan kosakata yang ada di sekitarnya.

Kondisi tersebut, selain ditentukan oleh faktor dalam diri mereka sendiri seperti tingkat kecerdasan, minat, bakat, dan kemajemukan hambatan yang dimiliki, juga sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan yang diselenggarakan untuk mereka, baik pendidikan di rumah maupun di sekolah. Program pengembangan kosakata untuk anak tunarungu dengan hambatan majemuk pun tidaklah dapat disamakan dengan program pendidikan khusus bagi siswa tunarungu biasa.

Dalam hal ini, peran guru di sekolah sangat menentukan keberhasilan siswa. Ini dikarenakan pihak keluarga kurang memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menangani anak tunarungu dengan hambatan majemuk. Guru sebagai fasilitator yang sudah memiliki pengetahuan dan kemampuan lebih banyak terkait hambatan yang dimiliki siswa didiknya, haruslah dapat menggali metode yang tepat untuk meningkatkan kemampuan pemahaman kosakata siswa tunarungu dengan hambatan majemuk tersebut, selanjutnya guru akan bekerjasama dengan pihak keluarga untuk bersama-sama mengoptimalkan pengajaran kosakata pada anak. Pada akhirnya, peran keluarga dan guru di sekolah akan menentukan sejauh


(14)

4

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mana kemampuan kosakata yang dimiliki oleh anak. Kemampuan kosakata disini bukan diukur dari kuantitas kosakata yang dimiliki anak namun lebih kepada sejauh mana anak memahami arti dari kosakata yang dimilikinya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ia Hety Rochayati (2009:3), bahwa “Indikasi bahwa seseorang memiliki kemampuan kosakata dapat dilihat dari kemampuan mengucapkan dan mengerti arti kata yang diucapkan dengan objek yang

mewakilinya sehingga orang lain memahaminya dengan mudah”.

Hal tersebutlah yang akhirnya mendasari penelitian dengan judul

“Kemampuan Pemahaman Kosakata Siswa Tunarungu dengan Hambatan Majemuk di SLB BC Pambudi Dharma 2 Cimahi”.

B. Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana kemampuan pemahaman kosakata dasar siswa tunarungu dengan hambatan majemuk (tunarungu-low vision dan tunarungu-tunagrahita) di SLB BC Pambudi Dharma 2 Cimahi”.

Selanjutnya fokus penelitian tersebut dirinci ke dalam beberapa pertanyaan penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan pemahaman kosakata dasar pada siswa tunarungu-low vision di SLB BC Pambudi Dharma 2 Cimahi?

2. Bagaimana kemampuan pemahaman kosakata dasar pada siswa tunarungu-grahita di SLB BC Pambudi Dharma 2 Cimahi?

3. Bagaimana upaya guru dan orangtua dalam meningkatkan kemampuan pemahaman kosakata dasar pada siswa tunarungu-low vision di SLB BC Pambudi Dharma 2 Cimahi?

4. Bagaimana upaya guru dan orangtua dalam meningkatkan kemampuan pemahaman kosakata dasar pada siswa tunarungu-tunagrahita di SLB BC Pambudi Dharma 2 Cimahi?


(15)

5

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5. Apa saja hambatan yang ditemui guru dan orangtua dalam meningkatkan kemampuan pemahaman kosakata dasar pada siswa tunarungu-low vision di SLB BC Pambudi Dharma 2 Cimahi?

6. Apa saja hambatan yang ditemui guru dan orangtua dalam meningkatkan kemampuan pemahaman kosakata dasar pada siswa tunarungu-tunagrahita di SLB BC Pambudi Dharma 2 Cimahi?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a) Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kemampuan pemahaman kosakata dasar siswa tunarungu dengan hambatan majemuk (tunarungu-low vision dan tunarungu-grahita) di SLB BC Pambudi Dharma 2 Cimahi.

b) Tujuan khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1) Kemampuan pemahaman kosakata dasar pada siswa tunarungu-low

vision di SLB BC Pambudi Dharma 2 Cimahi.

2) Kemampuan pemahaman kosakata dasar pada siswa tunarungu-tunagrahita di SLB BC Pambudi Dharma 2 Cimahi.

3) Upaya guru dan orangtua dalam meningkatkan kemampuan pemahaman kosakata dasar pada siswa tunarungu-low vision di SLB BC Pambudi Dharma 2 Cimahi.

4) Upaya guru dan orangtua dalam meningkatkan kemampuan pemahaman kosakata dasar pada siswa tunarungu-tunagrahita di SLB BC Pambudi Dharma 2 Cimahi.


(16)

6

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5) Hambatan yang ditemui guru dan orangtua dalam meningkatkan kemampuan pemahaman kosakata dasar pada siswa tunarungu-low

vision di SLB BC Pambudi Dharma 2 Cimahi.

6) Hambatan yang ditemui guru dan orangtua dalam meningkatkan kemampuan pemahaman kosakata dasar pada siswa tunarungu-tunagrahita di SLB BC Pambudi Dharma 2 Cimahi.

2. Kegunaan Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan ada manfaat yang dapat diambil baik secara teoritis maupun praktis, adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Secara Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan dalam disiplin ilmu pendidikan khusus. Khususnya tentang peningkatan pemahaman kosakata dasar pada siswa tunarungu dengan hambatan majemuk.

b) Secara Praktis 1) Bagi Guru :

Sebagai bahan pertimbangan dalam memilih cara yang efektif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman kosakata dasar pada siswa tunarungu dengan hambatan majemuk

2) Bagi Peneliti selanjutnya :

Sebagai sebuah masukan untuk memperluas penelitian yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan pemahaman kosakata


(17)

7

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dasar pada subjek tunarungu dengan hambatan majemuk lainnya yang berbeda.

D. Struktur Organisasi Skripsi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian B. Fokus Penelitian

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian D. Struktur Organisasi Skripsi BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Ketunarunguan

B. Tunarungu dengan Hambatan Majemuk C. Konsep Dasar Kosakata

D. Pemerolehan Bahasa E. Penelitian yang Relevan BAB III METODE PENELITIAN

A. Subjek dan Lokasi Penelitian B. Metode Penelitian

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data D. Pengujian Keabsahan Data

E. Teknik Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan


(18)

8

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Saran DAFTAR PUSTAKA


(19)

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

28 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subyek dan Lokasi Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah pihak-pihak yang bersedia memberikan informasi-informasi yang berisi keterangan dan data penting yang dibutuhkan dalam penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah:

a. Siswi tunarungu-low vision (Sm)

Sm berusia 11 tahun dan sekarang berada di kelas D2. Sm merupakan putri pertama dan memiliki seorang adik perempuan berusia 1 tahun. Sm termasuk tunarungu berat sekaligus mengalami hambatan penglihatan. Masih memiliki sisa penglihatan namun hanya dapat membaca dari jarak sekitar 2 buku jari tangan, belum bisa bicara, sudah bisa menulis kosakata sederhana.

b. Siswa tunarungu-tunagrahita (Rj)

Rj berusia 11 tahun dan sekarang berada di kelas D2. Rj adalah anak tunggal. Rj merupakan siswa dengan tunarungu berat sekaligus tunagrahita sedang. Rj belum jelas dalam bicara dan belum bisa menulis.

c. Guru kelas D2 (Le)

Guru Le berusia 39 tahun dan sudah mengajar siswa/i tunarungu selama hampir 12 tahun. Guru Le adalah sarjana Pendidikan Luar Biasa spesialisasi Tunarungu dari UPI Bandung. Guru Le merupakan guru kelas Sm.

d. Guru kelas D2 (Ay)

Guru Ay berusia 40 tahun dan sudah mengajar siswa/i tunarungu selama 13 tahun. Guru Ay adalah sarjana Pendidikan Luar Biasa spesialisasi Tunarungu dari UPI Bandung dan sekarang tengah bersekolah kembali di


(20)

29

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

D3 Al-Islam mengambil program Terapi Wicara. Guru Ay merupakan guru kelas Rj.

e. Orangtua (ibu) Sm

Ibu Sm berusia 42 tahun, merupakan ibu rumah tangga. Ayah Sm berusia 44 tahun, bekerja sebagai pegawai swasta.

f. Orangtua (ibu) Rj

Ibu Rj berusia 35 tahun, bekerja sebagai pegawai swasta. Sementara ayah Rj sudah tidak ada semenjak ibu Rj mengandung Rj.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SLB BC Pambudi Dharma 2 Cimahi yang terletak di Jl. Sumur Bor No.79 Cimahi Tengah.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian deskriptif dipilih karena sesuai dengan topik pembahasan dalam penelitian ini yaitu, bermaksud untuk mengungkap, menjelaskan, mendeskripsikan, memahami berbagai gambaran atas fenomena-fenomena yang ada di lapangan kemudian dirangkum menjadi kesimpulan deskriptif berdasarkan data penelitian yang dikumpulkan oleh peneliti. Fenomena tersebut bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, serta perbedaan antara fenomena satu dengan fenomena lainnya.

Alwasilah (2008 : 151), menggambarkan penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik atau ciri-ciri kelompok, kejadian, atau fenomena. Lebih khusus lagi, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang


(21)

30

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung.

Pengolahan data digunakan untuk memaparkan dan mengkaji tentang peran guru dan orangtua dalam membangun kemampuan pemahaman kosakata dasar pada kedua siswa tersebut. Peran tersebut diantaranya adalah bagaimana guru dan orangtua menentukan cara mengembangkan kemampuan pemahaman kosakata dari masing-masing siswa, kemudian bagaimana reaksi dan respon siswa terhadap upaya guru dan orangtua, kendala-kendala yang guru dan orangtua alami dalam mengembangkan kemampuan pemahaman kosakata dasar siswa, dan juga bagaimana upaya guru dan orangtua untuk mengembangkan kemampuan pemahaman kosakata dasar siswa.

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi, wawancara, tes, dan studi dokumentasi.

1. Observasi

Observasi adalah proses pengamatan dan pencatatan secara teliti dan sistematis atas gejala-gejala atau fenomena yang sedang diteliti (Soeratno dan Arsyad 2003: 91). Observasi dilakukan untuk memperoleh data yang cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan subyek yang diteliti, situasi yang terjadi, serta konteks di mana kegiatan itu terjadi.

Alat yang digunakan dalam observasi berupa pedoman observasi. Pedoman ini berisi sejumlah point penting berupa aspek-aspek yang akan diamati selama proses penelitian. Melalui kegiatan pengamatan ini, peneliti dapat memperoleh data mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan oleh guru dan orangtua sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan pemahaman kosakata dasar pada siswa tunarungu dengan hambatan majemuk, hambatan yang terjadi saat pengajaran kosakata dasar, serta cara guru dan orangtua menangani hambatan tersebut.


(22)

31

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2. Wawancara

Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan cara tanya jawab dengan informan (Soeratno dan Arsyad, 2003: 92). Ketika melakukan wawancara, peneliti harus memperhatikan waktu, suasana dan kesediaan informan untuk diwawancarai agar diperoleh hasil yang maksimal.

Wawancara mendalam merupakan proses pengumpulan data dengan menggali informasi secara mendalam, terbuka, dan bebas sesuai dengan fokus penelitian. Pada saat wawancara, peneliti mengajukan pertanyaan kepada informan secara bebas dan informal namun tetap berpegang pada pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Hal tersebut dilakukan untuk menciptakan suasana wawancara yang santai, wajar, dan nyaman.

Dalam penelitian ini, wawancara ditujukan terhadap guru kelas dan orangtua siswa yang diteliti. Pertama, wawancara terhadap guru kelas guna memperoleh data tentang kemampuan pemahaman kosakata dasar siswa serta upaya guru yang terdiri dari perencanaan pengajaran pemahaman kosakata dasar terhadap siswa, media yang digunakan, alasan pemilihan media, hambatan yang biasa terjadi saat proses pengajaran kosakata dasar, dan bagaimana guru mengatasi hambatan tersebut. Kedua, wawancara terhadap orangtua siswa guna memperoleh informasi berkaitan upaya orangtua untuk mengembangkan pemahaman kosakata dasar siswa, serta kemampuan pemahaman kosakata dasar dari siswa yang diteliti.

Alat yang digunakan dalam wawancara berupa pedoman wawancara. Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan bagi informan terkait informasi yang ingin diungkap sesuai dengan kebutuhan peneliti dalam memahami permasalahan yang ada.

3. Tes

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes obyektif dengan bentuk menjodohkan dan jawaban singkat serta tes lisan.


(23)

32

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tes obyektif adalah tes tertulis yang menuntut siswa memilih jawaban yang telah disediakan atau memberikan jawaban singkat terbatas. Menurut Arikunto (2003 : 164), tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Sementara tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan (Arifin, 2012: 148).

Tes pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur kemampuan subjek berkenaaan dengan pemahaman kosakata dasar, baik pada aspek mengisyaratkan, menunjukkan, maupun menuliskan.

4. Studi Dokumentasi

Dalam hal ini, peneliti mempelajari, membaca dan menganalisa berbagai hal yang berkaitan dengan topik penelitian diantaranya buku catatan siswa, data catatan kondisi siswa, juga tulisan-tulisan dari guru maupun siswa yang berhubungan dengan kemampuan pemahaman kosakata dasar bagi siswa tunarungu dengan hambatan majemuk. Hal ini dilakukan agar peneliti mempunyai pedoman, pengetahuan, pandangan dan pemahaman yang luas terhadap masalah yang diteliti.

Instrumen berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, dan soal tes untuk melihat kemampuan pemahaman kosakata dasar siswa dapat dilihat pada lampiran.

D. Pengujian Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, pengujian kebsahanan data yang dilakukan adalah melalui teknik triangulasi. Moleong (2007:330) menyebutkan bahwa “triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap

data itu”.

Triangulasi yang digunakan pada penelitian adalah triangulasi teknik, yaitu uji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data dengan teknik yang


(24)

33

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berbeda. Data yang diperoleh dari hasil observasi kemudian dicek, dibandingkan dan dicocokkan dengan data hasil wawancara, sehingga data dapat dikatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi di lapangan.

E. Teknik Analisis Data

Menurut Effendi dan Manning (1989:263), “Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan”.

Analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah di lapangan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data yaitu (1) reduksi data, (2) display data, dan (3) mengambil kesimpulan.

1. Reduksi data. Data yang diperoleh dari wawancara dan observasi direduksi, yaitu dengan menggolongkan, mengarahkan, serta membuang data yang tidak perlu. Kemudian, peneliti menelaah seluruh data dengan mengklasifikasikan, merangkum, dan memfokuskan terhadap hal-hal penting, dengan demikian data yang telah ditelaah tersebut akan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian data. Data hasil reduksi disusun dan disajikan secara sistematis, dalam bentuk tema-tema singkat yang langsung diikuti dengan analisis yang bertitik tolak pada hasil wawancara, observasi, dan landasan teori yang ada.

3. Menarik kesimpulan. Menarik kesimpulan dilakukan sejak awal hingga akhir proses penelitian. Setiap data yang diperoleh akan dibuat kesimpulan sementara, kemudian kesimpulan tersebut menjadi lebih rinci dan menjadi kuat seiring bertambahnya bukti-bukti dari data. Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data diuji


(25)

34

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yakni sebagai validitas dari data itu sendiri.


(26)

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

70 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan: 1. Jenis kosakata dasar yang paling dikuasai Sm adalah kata bilangan, diikuti

kata kerja, anggota tubuh, dan istilah kekerabatan. Jenis kosakata dasar yang kurang dikuasai adalah kata benda, kata keadaan dan kata ganti. Sm lebih menguasai aspek menunjukkan dibandingkan aspek mengisyaratkan dan aspek menuliskan.

2. Jenis kosakata dasar yang paling dikuasai Rj adalah kata kerja dan istilah kekerabatan, diikuti anggota tubuh dan kata benda. Jenis kosakata dasar yang kurang dikuasai adalah kata bilangan, kata keadaan dan kata ganti. Rj lebih menguasai aspek mengisyaratkan dibandingkan aspek menunjukkan dan aspek menuliskan (belum mampu sama sekali).

3. Upaya guru (Le) untuk meningkatkan kemampuan pemahaman kosakata dasar Sm adalah dengan cara memperkenalkan kosakata yang berawal dari ketertarikan siswa, lalu ditulis dengan huruf besar di papan tulis, selanjutnya mengarahkan jari telunjuk Sm untuk mengikuti pola tulisan di papan tulis dan terakhir adalah menyuruh Sm menuliskannya kembali. Sementara upaya keluarga adalah dengan menuliskan nama benda yang menarik perhatian Sm, lalu membimbing Sm meniru tulisan tersebut, serta selalu datang setiap kali guru memanggil orangtua untuk melakukan konsultasi rutin (setiap pembagian raport semester).

4. Upaya guru (Ay) untuk meningkatkan kemampuan pemahaman kosakata dasar Rj adalah dengan cara memulai pengajaran dengan menetapkan target untuk kosakata yang akan dipelajari, membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), selanjutnya menyiapkan media pendukung berupa


(27)

71

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

gambar atau benda konkrit, dan mengajarkan kosakata dengan menekankan pada membaca ujaran dan mengulang ucapan dan isyarat guru. Sementara upaya keluarga adalah dengan rajin mengajak Rj berkomunikasi verbal, membawa Rj berjalan-jalan untuk menumbuhkan keingintahuan Rj akan suatu benda atau hal, serta rajin mengkonsultasikan perkembangan Rj kepada guru.

5. Hambatan guru dalam meningkatkan kemampuan pemahaman kosakata dasar Sm terletak pada kurangnya kerjasama dengan orangtua, tidak ada data kondisi perkembangan siswa, tidak dilakukannya asesmen untuk menilai kondisi siswa, serta tidak melakukan perencanaan pembelajaran sehingga pemenuhan target pembelajaran pun tidak dapat diukur. Sementara hambatan keluarga adalah tidak mengetahui penanganan yang tepat untuk siswa Sm sehingga interaksi yang terjalin khususnya antara orangtua dan Sm tidak maksimal.

6. Hambatan guru dalam meningkatkan kemampuan pemahaman kosakata dasar Rj terletak pada kurangnya kerjasama guru dengan orangtua, kurangnya data kondisi perkembangan siswa, serta hambatan dalam merumuskan perencanaan pembelajaran dikarenakan guru tidak melakukan asesmen terlebih dahulu untuk menilai kondisi siswa. Sementara hambatan keluarga terletak pada perasaan bersalah orangtua sehingga orangtua terlalu memanjakkan Rj, orangtua tidak tahu layanan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kemandirian dan kemampuan kosakata Rj, serta keengganan orangtua menerima kondisi Rj yang mengalami hambatan majemuk menyebabkan orangtua tidak bisa terbuka terhadap kebutuhan-kebutuhan khusus Rj.


(28)

72

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa hal yang dirasakan perlu mendapatkan perhatian lebih, dalam menyiasati kendala-kendala yang terjadi pada saat proses pengajaran pemahaman kosakata dasar, antara lain:

1. Bagi Guru

Mengingat bahwa setiap siswa tunarungu dengan hambatan majemuk akan memiliki kemampuan, kondisi, kecepatan belajar, dan karakteristik yang berbeda-beda yang bergantung pada penyebab, lingkungan, serta kombinasi tingkat kerusakan fungsi penglihatan dan pendengaran, sebelum menentukan langkah pembelajaran, disarankan agar guru melakukan assessmen untuk memperoleh gambaran jelas tentang kondisi siswa. Alangkah baiknya pula bila guru memperhatikan hal-hal seperti berikut pada saat pengajaran pemahaman kosakata dasar di kelas: memberikan isyarat taktil (isyarat/simbol dengan melibatkan kontak fisik) kepada siswa terutama siswa tunarungu-low vision untuk lebih memudahkan siswa memahami pesan guru, menggunakan baju yang kontras dengan kulit agar siswa lebih mudah melihat gerakan/isyarat yang dilakukan guru karena siswa dengan hambatan penglihatan sulit membedakan objek dengan warna serupa, jarak guru saat berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswa sesuai dengan jarak pandang siswa, serta mengeksplor ketertarikan siswa untuk menumbuhkan minat belajar siswa.

2. Bagi Pihak Sekolah

Pihak sekolah diharapkan menjembatani kerjasama antara guru dan orangtua siswa, misalnya dengan membuat jadwal rutin setiap minggunya untuk


(29)

73

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

acara pembinaan terhadap orangtua siswa, terutama bagi orangtua siswa dengan hambatan majemuk.

3. Bagi Keluarga (Orangtua)

Disarankan agar orangtua lebih aktif berkoordinasi dengan pihak sekolah untuk memantau perkembangan kemampuan pemahaman kosakata anak serta mendukung program guru dengan cara turut menjalankan program guru di rumah, memberikan saran ataupun kritik kepada guru, memberitahukan perkembangan anak kepada guru karena orangtua adalah orang terdekat anak.

4. Bagi Peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan atau memperluas penelitian, misalnya dengan meneliti kemampuan pemahaman kosakata pada subjek tunarungu dengan hambatan majemuk yang lebih luas, serta menggali secara lebih mendalam bagaimana cara efektif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman kosakata bagi siswa tunarungu dengan hambatan majemuk.


(30)

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

74

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Z. (2007). Pengajaran Bahasa bagi Anak Tunagrahita. [online]. Tersedia: http://z-alimin.blogspot.com/2007/07/blog-post.html

Alwasilah, C. (2008). Pokoknya Kualitatif : Dasar-Dasar Merancang dan

Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

Amalia, (2012). Penggunaan Metode Mind Mapping dalam Meningkatkan

Kosakata Buah-Buahan pada Anak Tunarungu Kelas D2 di SLB Budi Bakti Kawali. Skripsi : Pendidikan Luar Biasa UPI Bandung.

American Association of the Deaf-Blind. (2009). How do Deaf-Blind People

Communicate?. [online]. Tersedia:

http://www.aadb.org/factsheets/db_communications.html

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung: Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Arikunto, S. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Asih, A. (2011). Pengaruh Metode Gerak dan Lagu terhadap Peningkatan

Kosakata Bahasa Inggris Anak Taman Kanak-Kanak (Penelitian Kuasi Eksperimen pada Kelompok B TK INDRI di Kelurahan Cipedes Kecamatan Sukajadi Kota Bandung). Skripsi : Pendidikan Luar Biasa

UPI Bandung

Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung : PT Refika Aditama

Dijk, J.V., Janssen, M., & Nelson, C. (2001). “Deafblind Children”, dalam The National Consortium on Deaf-Blindness. Van Dijk Approach. Tersedia: http://www.nationaldb.org/vandijk11a.htm

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kurikulum Pendidikan Luar Biasa, Jakarta : Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Pedoman Penulisan Karya Tulis


(31)

75

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hernawati, T dan Somad, P. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung : Depdikbud

Imandala, I. (2012). Bahasa Anak-Anak yang Mengalami Cacat Ganda

(Tunarungu Tunagrahita). [online]. Tersedia:

http://pendidikankhusus.wordpress.com/2011/01/20/bahasa-anak-anak-yang-mengalami-cacat-ganda-tunarungu-tunagrahita/

Janczak. S. (2011). Mental Impairment and the Deaf. Tersedia: http://www.lifeprint.com/asl101/topics/mental-impairment-and-the-deaf.htm

Johan. (2008). Low Vision Is Not Blind. [online]. Tersedia: http://rehsos.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid= 239

Kahilla. (2009). Sekilas Pengertian Tunarungu. [online]. Tesedia:

http://kahilla16.blogspot.com/2009/06/sekilas-pengertian-tunarungu.html

Kurnaeni. (2011). Metode Pengajaran Bahasa Bagi Anak Tunarungu. [online]. Tersedia: http://psibkusd.wordpress.com/about/b-tunarungu/metode-pengajaran-bahasa-bagi-anak-tunarung/

Kustanto, D. (2010). Penerapan Media Teka-Teki Silang Bergambar dalam

Meningkatkan Kosakata Anak Tunarungu di SLB Welas Asih Majalengka : Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas II SDLB-B di SLB Welas Asih Majalengka. Skripsi : PLB UPI Bandung

Lowenfield, B. (1979). Tunanetra di Sekolah. Jakarta : Depdikbud

Nasution, S. (2009). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Prastiyowati. (2006). Penerapan Metode VAKT (Visual, Auditori, Kinestetik,dan Taktil)dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca dan Menulis Awas pada Anak Lowvision di SLBN-A Bandung . Skripsi :

Pendidikan Luar Biasa UPI Bandung.

Ramadhani, A. (2011). Kosakata. [online]. Tersedia : http://id.shvoong.com/books/2157777-kosakata/

Rochayati, I.H. (2009). Pemahaman Kosakata Siswa Tunarungu. Skripsi pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(32)

76

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Rusyani, E. (2009). Pemerolehan Bahasa Indonesia Anak Usia 2,5 Tahun

(Studi Kasus terhadap Pemerolehan Bahasa Anak Usia Dini).

Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA

/195705101985031-ENDANG_RUSYANI/Pemerolehan_Bahasa_AUD.pdf

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta. Semiawan, C. R dan Mangunsong, F. (2010). Keluarbiasaan Ganda (Twice

Exceptionality) : Mengeksplorasi, Mengenal, Mengidentifikasi, dan Menanganinya. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Somantri, T. S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT Refika Aditama.

Tarigan, H. G. (2011). Pengajaran Kosakata. Bandung : Angkasa.

Tarigan, H. G. (2011). Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung : Angkasa. Tim Pusat Kurikulum. (2010). Model Bahan Ajar SLB Tunarungu : Bina

Konsentrasi Persepsi Bunyi Irama. Jakarta, Makalah : Pusat Kurikulum

Kementrian Pendidikan Nasional

Tweedie, D and Shroyer, E. H. (1982). The Multihandicapped Hearing

Impaired : Identification and Instruction. Washington, D. C : Gallaudet

College Press

Widjajantin, A dan Hitipeuw, I. (1995). Ortopedagogik Tunanetra I. Jakarta : Depdikbud

Wihastuti, N. (2009). Peningkatan Kemampuan Memahami Makna Kata Benda

Melalui Media Permainan Kartu Identifikasi pada Pembelajaran Bahasa Indonesia : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Tunarungu Kelas D1 di SLB/B Tunas Harapan Karawang. Skripsi: Pendidikan

Luar Biasa UPI Bandung

Winarsih, M. (2006). Pembelajaran Bahasa Bagi Anak Tunarungu di Kelas

Taman Latihan Observasi. Unpublished Thesis. Pendidikan Kebutuhan

Khusus Pasca Sarjana UPI Bandung.

Yin, R, K. (2009). Studi Kasus Desain & Metode. Jakarta. Rajawali Pers : PT RajaGrafindo Persada

_________. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahsa Departemen Pendidikan Nasional


(33)

77

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI


(1)

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa hal yang dirasakan perlu mendapatkan perhatian lebih, dalam menyiasati kendala-kendala yang terjadi pada saat proses pengajaran pemahaman kosakata dasar, antara lain:

1. Bagi Guru

Mengingat bahwa setiap siswa tunarungu dengan hambatan majemuk akan memiliki kemampuan, kondisi, kecepatan belajar, dan karakteristik yang berbeda-beda yang bergantung pada penyebab, lingkungan, serta kombinasi tingkat kerusakan fungsi penglihatan dan pendengaran, sebelum menentukan langkah pembelajaran, disarankan agar guru melakukan assessmen untuk memperoleh gambaran jelas tentang kondisi siswa. Alangkah baiknya pula bila guru memperhatikan hal-hal seperti berikut pada saat pengajaran pemahaman kosakata dasar di kelas: memberikan isyarat taktil (isyarat/simbol dengan melibatkan kontak fisik) kepada siswa terutama siswa tunarungu-low vision untuk lebih memudahkan siswa memahami pesan guru, menggunakan baju yang kontras dengan kulit agar siswa lebih mudah melihat gerakan/isyarat yang dilakukan guru karena siswa dengan hambatan penglihatan sulit membedakan objek dengan warna serupa, jarak guru saat berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswa sesuai dengan jarak pandang siswa, serta mengeksplor ketertarikan siswa untuk menumbuhkan minat belajar siswa.

2. Bagi Pihak Sekolah

Pihak sekolah diharapkan menjembatani kerjasama antara guru dan orangtua siswa, misalnya dengan membuat jadwal rutin setiap minggunya untuk


(2)

73

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

acara pembinaan terhadap orangtua siswa, terutama bagi orangtua siswa dengan hambatan majemuk.

3. Bagi Keluarga (Orangtua)

Disarankan agar orangtua lebih aktif berkoordinasi dengan pihak sekolah untuk memantau perkembangan kemampuan pemahaman kosakata anak serta mendukung program guru dengan cara turut menjalankan program guru di rumah, memberikan saran ataupun kritik kepada guru, memberitahukan perkembangan anak kepada guru karena orangtua adalah orang terdekat anak.

4. Bagi Peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan atau memperluas penelitian, misalnya dengan meneliti kemampuan pemahaman kosakata pada subjek tunarungu dengan hambatan majemuk yang lebih luas, serta menggali secara lebih mendalam bagaimana cara efektif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman kosakata bagi siswa tunarungu dengan hambatan majemuk.


(3)

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

74

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Z. (2007). Pengajaran Bahasa bagi Anak Tunagrahita. [online]. Tersedia: http://z-alimin.blogspot.com/2007/07/blog-post.html

Alwasilah, C. (2008). Pokoknya Kualitatif : Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

Amalia, (2012). Penggunaan Metode Mind Mapping dalam Meningkatkan Kosakata Buah-Buahan pada Anak Tunarungu Kelas D2 di SLB Budi Bakti Kawali. Skripsi : Pendidikan Luar Biasa UPI Bandung.

American Association of the Deaf-Blind. (2009). How do Deaf-Blind People

Communicate?. [online]. Tersedia:

http://www.aadb.org/factsheets/db_communications.html

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung: Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Arikunto, S. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Asih, A. (2011). Pengaruh Metode Gerak dan Lagu terhadap Peningkatan

Kosakata Bahasa Inggris Anak Taman Kanak-Kanak (Penelitian Kuasi Eksperimen pada Kelompok B TK INDRI di Kelurahan Cipedes Kecamatan Sukajadi Kota Bandung). Skripsi : Pendidikan Luar Biasa UPI Bandung

Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung : PT Refika Aditama

Dijk, J.V., Janssen, M., & Nelson, C. (2001). “Deafblind Children”, dalam The National Consortium on Deaf-Blindness. Van Dijk Approach. Tersedia: http://www.nationaldb.org/vandijk11a.htm

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kurikulum Pendidikan Luar Biasa, Jakarta : Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. UPI. Bandung


(4)

75

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hernawati, T dan Somad, P. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung : Depdikbud

Imandala, I. (2012). Bahasa Anak-Anak yang Mengalami Cacat Ganda

(Tunarungu Tunagrahita). [online]. Tersedia:

http://pendidikankhusus.wordpress.com/2011/01/20/bahasa-anak-anak-yang-mengalami-cacat-ganda-tunarungu-tunagrahita/

Janczak. S. (2011). Mental Impairment and the Deaf. Tersedia: http://www.lifeprint.com/asl101/topics/mental-impairment-and-the-deaf.htm

Johan. (2008). Low Vision Is Not Blind. [online]. Tersedia: http://rehsos.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid= 239

Kahilla. (2009). Sekilas Pengertian Tunarungu. [online]. Tesedia:

http://kahilla16.blogspot.com/2009/06/sekilas-pengertian-tunarungu.html

Kurnaeni. (2011). Metode Pengajaran Bahasa Bagi Anak Tunarungu. [online]. Tersedia: http://psibkusd.wordpress.com/about/b-tunarungu/metode-pengajaran-bahasa-bagi-anak-tunarung/

Kustanto, D. (2010). Penerapan Media Teka-Teki Silang Bergambar dalam Meningkatkan Kosakata Anak Tunarungu di SLB Welas Asih Majalengka : Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas II SDLB-B di SLB Welas Asih Majalengka. Skripsi : PLB UPI Bandung

Lowenfield, B. (1979). Tunanetra di Sekolah. Jakarta : Depdikbud

Nasution, S. (2009). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Prastiyowati. (2006). Penerapan Metode VAKT (Visual, Auditori, Kinestetik,dan Taktil)dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca dan Menulis Awas pada Anak Lowvision di SLBN-A Bandung . Skripsi : Pendidikan Luar Biasa UPI Bandung.

Ramadhani, A. (2011). Kosakata. [online]. Tersedia : http://id.shvoong.com/books/2157777-kosakata/

Rochayati, I.H. (2009). Pemahaman Kosakata Siswa Tunarungu. Skripsi pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(5)

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Rusyani, E. (2009). Pemerolehan Bahasa Indonesia Anak Usia 2,5 Tahun (Studi Kasus terhadap Pemerolehan Bahasa Anak Usia Dini). Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA

/195705101985031-ENDANG_RUSYANI/Pemerolehan_Bahasa_AUD.pdf

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta. Semiawan, C. R dan Mangunsong, F. (2010). Keluarbiasaan Ganda (Twice

Exceptionality) : Mengeksplorasi, Mengenal, Mengidentifikasi, dan Menanganinya. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Somantri, T. S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT Refika Aditama.

Tarigan, H. G. (2011). Pengajaran Kosakata. Bandung : Angkasa.

Tarigan, H. G. (2011). Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung : Angkasa. Tim Pusat Kurikulum. (2010). Model Bahan Ajar SLB Tunarungu : Bina

Konsentrasi Persepsi Bunyi Irama. Jakarta, Makalah : Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional

Tweedie, D and Shroyer, E. H. (1982). The Multihandicapped Hearing Impaired : Identification and Instruction. Washington, D. C : Gallaudet College Press

Widjajantin, A dan Hitipeuw, I. (1995). Ortopedagogik Tunanetra I. Jakarta : Depdikbud

Wihastuti, N. (2009). Peningkatan Kemampuan Memahami Makna Kata Benda Melalui Media Permainan Kartu Identifikasi pada Pembelajaran Bahasa Indonesia : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Tunarungu Kelas D1 di SLB/B Tunas Harapan Karawang. Skripsi: Pendidikan Luar Biasa UPI Bandung

Winarsih, M. (2006). Pembelajaran Bahasa Bagi Anak Tunarungu di Kelas Taman Latihan Observasi. Unpublished Thesis. Pendidikan Kebutuhan Khusus Pasca Sarjana UPI Bandung.

Yin, R, K. (2009). Studi Kasus Desain & Metode. Jakarta. Rajawali Pers : PT RajaGrafindo Persada

_________. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahsa Departemen Pendidikan Nasional


(6)

77

R.PRANINDITA TRITIYA KYATISARI, 2013

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUA DARMA 2 CIMAHI