PENGARUH TERAPI MUSIK MOZART DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN EKSPRESIF PADA ANAK AUTISTIK DI SLB BC PAMBUDI DHARMA 1 CIMAHI.

(1)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah... 8

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II NPENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN EKSPRESIF ANAK AUTISTIK MELALUI TERAPI MUSIK MOZART... A. Konsep Dasar Anak Autistik... 10

1. Pengertian Anak Autistik... 10

2. Etiologi Anak Autistik... 15

3. Karakteristik Anak Autistik... 17

4. Klasifikasi Anak Autistik... 20

B. Konsep Dasar Bahasa... 21

1. Pengertian Bahasa... 21


(2)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

3. Perkembangan Bahasa Reseptif dan Ekspresif... 24

a. Bahasa Reseptif... 24

b. Bahasa Ekspresif ... 25

4. Perkembangan Bahasa Anak Autistik……... 27

C. Konsep Dasar Terapi Musik Mozart... 31

1. Pengertian Musik dan Terapi Musik... 31

2. Kaitan Antara Musik dan Otak... 35

3. Ruang Lingkup Terapi Musik... 37

4. Sekilas Tentang Mozart... 38

5. Efek Mozart bagi Anak... 39

6. Terapi Musik Mozart dalam Meningkatkan Kemampuan BahasaReseptif dan Ekspresif Anak Autistik... 40

D. Kerangka Berpikir... 41

E. Hipotesis... 44

F. Penelitian Relevan... 44

BAB III METODE PENELITIAN... 46

A. Variabel Penelitian... 46

1. Definisi Konsep... 46

2. Definisi Operasional Variabel ... 47

B. Metode Penelitian ... 49

C. Disain Penelitian ... 50

D. Persiapan Penelitian... E. ... 51

F. Prosedur Penelitian... ... 53

G. Teknik Pengumpulan Data ... 55

1. Tes... 55


(3)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

I. Uji Coba Instrumen ... 59

1. Validitas... 59

2. Reliabilitas... 61

J. Pengolahan dan Analisis Data... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 65

A. Hasil Penelitian ... 65

1. Deskripsi Data Kemampuan Bahasa Reseptif... 65

2. Deskripsi Data Kemampuan Bahasa Ekspresif... 72

3. Analisis Data... 77

B. Pembahasan... 97

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Implikasi... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104 LAMPIRAN – LAMPIRAN


(4)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

DAFTAR TABEL

2.1 Kriteria Autistik Menurut ICD-10... 13

2.2 Perkembangan Dini Bahasa dan Komunikasi Anak Autistik... 28

3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian... 58

4.1 Fase Baseline 1 (A1) Kemampuan Bahasa Reseptif... 66

4.2 Fase Intervensi (B) Kemampuan Bahasa Reseptif... 67

4.3 Fase Baseline 2 (A2) Kemampuan Bahasa Reseptif... 69

4.4 Rekapitulasi Perkembangan Kemampuan Bahasa Reseptif Anak Autistik dengan Terapi Musik Mozart... 70

4.5 Fase Baseline 1 (A1) Kemampuan Bahasa Ekspresif... 72

4.6 Fase Intervensi (B) Kemampuan Bahasa Ekspresif... 73

4.7 Fase Baseline 2 (A2) Kemampuan Bahasa Ekspresif... 74

4.8 Rekapitulasi Perkembangan Kemampuan Bahasa Ekspresif Anak Autistik dengan Terapi Musik Mozart... 76

4.9 Data Panjang Kondisi Penelitian... 78

4.10 Estimasi Kecenderungan Arah Kemampuan Bahasa Reseptif... 79

4.11 Estimasi Kecenderungan Arah Kemampuan Bahasa Ekspresif... 80

4.12 Rentang Stabilitas... 82

4.13 Mean Level... 82

4.14 Batas Atas... 83

4.15 Batas Bawah... 83

4.16 Persentase Stabilitas Kemampuan Bahasa Reseptif... 84

4.17 Persentase Stabilitas Kemampuan Bahasa Ekspresif... 85

4.18 Kecenderungan Jejak Data... 86

4.19 Level Stabilitas dan Rentang... 86

4.20 Data Level Perubahan... 87


(5)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

4.23 Data Jumlah Variabel yang Diubah... 89

4.24 Perubahan Kecenderungan Arah... 89

4.25 Perubahan Kecenderungan Stabilitas... 90

4.26 Perubahan Level Data... 91

4.27 Data Persentase Overlap Kemampuan Bahasa Reseptif... 93

4.28 Data Persentase Overlap Kemampuan Bahasa Ekspresif... 96

4.29 Hasil Analisis Antar Kondisi Kemampuan Bahasa Reseptif... 96


(6)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

DAFTAR BAGAN


(7)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

DAFTAR GRAFIK

4.1 Fase Baseline 1 (A1) Kemampuan Bahasa Reseptif... 66

4.2 Fase Intervensi (B)Kemampuan Bahasa Reseptif... 68

4.3 Fase Baseline 2 (A2) Kemampuan Bahasa Reseptif... 69

4.4 Rekapitulasi Perkembangan Kemampuan Bahasa Reseptif Anak Autistik dengan Terapi Musik Mozart... 71

4.5 Mean level Kemampuan Bahasa Reseptif Subjek... 71

4.6 Fase Baseline 1 (A1) Kemampuan Bahasa Ekspresif... 72

4.7 Fase Intervensi (B) Kemampuan Bahasa Ekspresif... 74

4.8 Fase Baseline 2 (A2) Kemampuan Bahasa Ekspresif... 75

4.9 Rekapitulasi Perkembangan Kemampuan BahasaEkspresif Anak Autistik dengan Terapi Musik Mozart... 76

4.10 Mean level Kemampuan Bahasa EkspresifSubjek... 77

4.11 Estimasi Kecenderungan Arah Kemampuan Bahasa Reseptif... 79

4.12 Estimasi Kecenderungan Arah Kemampuan Bahasa Ekspresif... 80

4.13 Jumlah Point dalam Setiap Tahap Kemampuan Bahasa Reseptif... 84

4.14 Jumlah Point dalam Setiap Tahap Kemampuan Bahasa Reseptif... 85

4.15 Overlap Kondisi Baseline 1 (A1) terhadap Intervensi Kemampuan Bahasa Reseptif... 92

4.16 Overlap Kondisi Baseline 2 (A2) terhadap Intervensi (B)Kemampuan Bahasa Reseptif... 93

4.17 Overlap Kondisi Baseline 1 (A1) terhadap Intervensi Kemampuan Bahasa Ekspresif... 94

4.18 Overlap Kondisi Baseline 2 (A2) terhadap Intervensi (B)Kemampuan Bahasa Ekspresif... 95


(8)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

DAFTAR GAMBAR


(9)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Sepanjang kehidupannya, manusia akan selalu mengadakan interaksi dan komunikasi dengan orang lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya. Melalui komunikasi individu dapat menyampaikan perasaan, harapan serta keinginan dirinya sehingga memungkinkan orang lain untuk merespon dan memberi tanggapan yang sesuai. Keterampilan dalam berkomunikasi penting dimiliki setiap individu sebagai bekal kehidupannya dalam memperoleh berbagai informasi dan pengetahuan.

Ada dua hal penting agar gagasan/pesan/pikiran dan perasaan dapat disampaikan kepada orang lain, yaitu: (1) mengetahui bahasa atau simbolnya, dan (2) memiliki cara komunikasi dalam bahasa tersebut (Rusyani, 2004: 8). Berkaitan dengan hal ini Jordan and Powell (2002: 51) mengungkapkan “Alat utama dalam komunikasi adalah bahasa”. Melalui bahasa seseorang akan mudah dalam memahami dan menyampaikan pesan kepada orang lain.

Bahasa memiliki beberapa aspek, dilihat dari segi keterampilan berbahasa, aspek-aspek tersebut meliputi mendengar (menyimak), berbicara, menulis dan membaca (Rusyani, 2004: 8). Ke empat ketrampilan tersebut merupakan suatu kesatuan yang disebut catur tunggal, dimana dalam prosesnya dilalui sebagai suatu hubungan urutan yang teratur. Pada masa sebelum sekolah, anak-anak akan terlebih


(10)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

dahulu belajar menyimak bahasa yang sifatnya langsung, apresiatif, reseptif dan fungsional. Lalu diikuti dengan kemampuan berbicara yang sifatnya langsung, produktif dan ekspresif. Barulah pada masa sekolah anak belajar membaca dan menulis. Selanjutnya setiap ketrampilan itu erat berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Semakin terampil seseorang berbahasa, maka semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.

Melihat pentingnya kemampuan komunikasi dan bahasa, maka setiap anak seyogyanya memiliki kemampuan bahasa dan komunikasi dengan baik. Idealnya, perkembangan bahasa setiap anak terus berkembang seiring dengan pertambahan usianya. Namun yang terjadi pada anak autistik tidak demikian, mereka mengalami keterlambatan dalam komunikasi dan bahasa.

Anak autistik didiagnostik memiliki gangguan perkembangan pervasif pada tiga aspek yaitu interaksi sosial, komunikasi dan perilaku. Perkembangan komunikasi dan bahasa mereka sangat berbeda dengan anak pada umumnya. Sebagaimana yang diungkapkan Maulana (2008: 43) bahwa “Anak autis mengalami kelainan pada otak kecil (cerebellum), terutama pada lobus ke VI dan VII, dimana otak kecil ini yang bertanggung jawab atas proses sensoris, daya ingat, berpikir, belajar berbahasa dan proses atensi (perhatian)”. Sebagai akibat dari kelainan di pusat bahasanya, maka sebagian besar anak autistik mengalami hambatan dalam berbahasa atau berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal.

Safaria, T (2005: 5-6) mengemukakan hambatan komunikasi pada anak autistik sebagai berikut:


(11)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

Anak kadang tidak mampu berbahasa sama sekali atau tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Apabila kemampuan berbahasa ini berkembang pada anak, biasanya ditandai oleh struktur tata bahasa yang immatur, ekolalia langsung atau yang tertunda, seperti mengucapkan kata-kata yang tidak ada artinya, pemutarbalikan kata ganti orang, misalnya anak menggunakan kata ganti orang “kamu” padahal yang dimaksudnya adalah “saya”.

Kondisi semacam itu pula yang terjadi pada anak autistik di SLB BC Pambudi Dharma 1 Cimahi. Peneliti menemukan seorang anak autistik kelas VIII C1 SMPLB yang menunjukkan gangguan dalam berbahasa baik secara reseptif maupun ekspresif. Meskipun telah mampu berbicara anak tidak menggunakan kemampuannya tersebut untuk berkomunikasi, ia lebih sering mengucapkan kata-kata tidak jelas (mengigau), tidak mampu menjawab pertanyaan sederhana misalnya: “siapa namamu?”, sulit mengungkapkan keinginannya secara lisan, sulit menggunakan kata ganti dan sering melakukan ekolalia yaitu menirukan secara persis ucapan orang lain, baik langsung atau tertunda. Ketika diberikan pertanyaan berkaitan dengan materi ajar, anak tidak mampu menjawabnya dan malah mengulangi pertanyaan tersebut (ekolalia langsung). Anak juga sering melakukan ekolalia tertunda dengan mengulang-ulang kata yang telah ia dengar sebelumnya dengan frekuensi cukup banyak. Dalam 1x pertemuan pembelajaran (2x30 menit), anak bisa melakukan ekolalia sebanyak 19 kali terhitung dari kegiatan awal hingga kegiatan penutup. Tentu hal ini menjadi penghambat dalam kegiatan pembelajaran.

Bahasa dan belajar berkaitan erat satu sama lainnya, sehingga dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Seorang anak tidak mungkin aktif dalam proses pembelajaran tanpa menguasai bahasa. Siswa harus mampu menerima dan menyampaikan informasi, oleh karena itu latihan bahasa harus


(12)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

mendahului tipe-tipe pengajaran yang lainnya. Melatih anak autistik untuk dapat berbahasa dan berkomunikasi dua arah tentu bukanlah suatu perkara mudah. Dibutuhkan kegiatan pembelajaran yang efektif, menarik dan menyenangkan sehingga anak merasa nyaman dan kemampuan bahasanya dapat tergali secara optimal.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap anak autistik, saat ini telah dikembangkan beberapa upaya pembelajaran oleh para ahli yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan anak autistik terutama dalam aspek bahasa dan komunikasi. Salah satu yang kini menjadi alternatif adalah dengan menggunakan terapi musik. “Musik dipergunakan sebagai alat penyembuhan dan rehabilitasi dengan tujuan yang berkaitan dengan kegiatan rekreasi dan mengandung unsur-unsur pendidikan.” (Delphie, B., 2009: 17).

Pandangan tersebut kian berkembang sehingga terapi musik bukan semata-mata untuk penyembuhan, tetapi mencakup upaya pengembangan atau peningkatan kondisi individu. Sejalan dengan hal tersebut Astati (2001: 11) mengemukakan bahwa:

Terapi musik berarti suatu upaya untuk membantu individu dalam mengatasi kelainannya dengan menggunakan musik sebagai medianya. Usaha yang dimaksud adalah mendorong individu dalam mengatasi kelainan baik dalam segi fisik maupun kondisi psikososialnya serta mengaktualisasikan potensi yang dimiliki individu secara optimal sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Senada dengan hal tersebut, Campbell (2001 : 4) mengungkapkan bahwa, “musik dapat meredakan ketegangan, mendorong interaksi sosial, merangsang perkembangan bahasa, dan memperbaiki keterampilan motorik di kalangan


(13)

anak-No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

anak”. Lwin, et all. (2008: 34) mengungkapkan pengaruh musik terhadap perkembangan anak sebagai berikut :

Sebuah studi baru oleh psikolog China menunjukkan bahwa anak-anak yang menghabiskan beberapa tahun belajar memainkan alat musik menghasilkan keterampilan verbal (lisan) yang lebih baik, dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah mempelajari musik. Penemuan tersebut sesuai dengan pengujian otak yang menunjukkan bahwa satu bagian dari otak, yaitu planum temporale kiri pada musisi lebih besar dibandingkan dengan orang pada umumnya, dimana bagian tersebut berpengaruh pada ingatan verbal. Maka dari itu memperdengarkan musik kepada anak-anak adalah gagasan yang baik, karena hal itu akan membantu anak-anak meningkatkan kemampuan mereka berkomunikasi secara verbal.

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada penerapan terapi musik, melalui musik Mozart. Mozart merupakan salah satu jenis dari aliran musik klasik yang berkembang di antara zaman barok dan zaman romantic yang diciptakan oleh komponis terkenal bernama Wolfgang Amadeus Mozart. Keunggulan musik Mozart terletak pada kemurnian dan kesederhanaan bunyi-bunyi yang dimunculkannya. Campbell (2001: 17) mengemukakan: “Mozart tidak membuat jalinan musik serba rumit, ia tidak membangkitkan gelombang-gelombang emosi yang naik turun dengan tajam, namun juga tidak terlalu lembut membuai dan tetap mudah dinikmati.”

Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik Mozart dapat meningkatkan kesadaran ruang dan kecerdasan, kekuatannya untuk meningkatkan konsentrasi dan kemampuan bicara pada pendengarnya, kecenderungannya untuk memungkinkan lompatan cukup jauh dalam keterampilan membaca dan berbahasa bagi anak-anak. Lebih jauh lagi dijelaskan bahwa Mozart dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak termasuk perbendaharaan kata, kemampuan berekspresi dan kelancaran berkomunikasi. Musik Mozart dapat dimanfaatkan


(14)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

untuk meningkatkan proses belajar karena komposisinya adalah dekat dengan panjang gelombang pada otak dalam keadaan “waspada yang relaks” (kondisi yang cocok untuk belajar). Disamping itu juga irama, melodi dan frekuensi musik karya Mozart dapat merangsang wilayah kreatif dan motivasi di otak (Campbell, 2001: 23).

Melihat banyaknya manfaat yang dapat diperoleh melalui terapi musik Mozart khususnya dalam meningkatkan kemampuan berbahasa, peneliti termotivasi untuk melakukan sebuah penelitian untuk melihat seberapa besar pengaruh terapi musik Mozart dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik. Terapi musik Mozart disini ditekankan pada pelaksanaan proses pembelajaran yang diiringi musik Mozart sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik. Adapun menu musik yang digunakan adalah kumpulan musik instrumental Mozart yang dikemas dalam bentuk Digital Versaitle Disc (DVD) dengan judul album Mozart and Friends; Beautiful Music and Colorful Images Delight Your Child’s Imagination, Produksi PT. Emperor Edutainment.

Peneliti berharap melalui musik Mozart, anak autistik dapat meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif sehingga ia dapat menggunakan kemampuan komunikasinya secara lebih bermakna. Maka dari itu judul penelitian dirumuskan sebagai berikut : “Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif dan Ekspresif Pada Anak Autistik di SLB BC Pambudi Dharma 1 Cimahi.”


(15)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

B. Identifikasi Masalah

Anak autistik diidentikkan sebagai anak yang memiliki gangguan perkembangan pervasif pada tiga aspek perkembangan yaitu interaksi sosial, komunikasi dan perilaku. Dalam berkomunikasi, mereka mengalami banyak hambatan di antaranya; tidak mampu berbahasa sama sekali atau tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun, jika mampu berbahasa biasanya ditandai oleh struktur tata bahasa yang immatur, sering melakukan ekolalia langsung atau tertunda, pemutarbalikan kata ganti orang, misalnya anak menggunakan kata ganti orang

“kamu” padahal yang dimaksudnya adalah “saya”, dan sering mengucapkan

kata-kata tidak jelas (mengigau).

Berbagai permasalahan di atas tentu harus dicarikan berbagai upaya penanganannya. Dalam hal ini penggunaan terapi musik Mozart ditujukan untuk mengatasi permasalahan komunikasi anak khususnya dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa musik Mozart dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak termasuk perbendaharaan kata, kemampuan berekspresi dan kelancaran berkomunikasi.

C. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang berkaitan dengan anak autistik, adanya keterbatasan baik dari segi waktu, tenaga, materi, teori dan supaya penelitian lebih terarah, maka peneliti membatasi masalah pada penerapan terapi musik Mozart dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik di SLB BC Pambudi Dharma 1 Cimahi.


(16)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, maka permasalahan pokok yang menjadi dasar perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh terapi musik Mozart dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif pada anak autistik di SLB BC Pambudi Dharma 1 Cimahi?”

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai seberapa besar pengaruh terapi musik Mozart dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif pada anak autistik di SLB BC Pambudi Dharma 1 Cimahi.

b. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak

autistik sebelum diberikan terapi musik Mozart.

2) Untuk mengetahui kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik setelah diberikan terapi musik Mozart.


(17)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoretis

Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi mengenai pengaruh terapi musik Mozart dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik. Sehingga dapat dijadikan acuan sebagai salah satu kegiatan alternatif dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif pada anak autistik.

b. Kegunaan Praktis 1) Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan pada guru tentang pengaruh terapi musik Mozart dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik, sehingga dapat dijadikan salah satu alternatif dalam kegiatan pembelajaran. 2) Bagi Orang Tua

Pedekatan melalui terapi musik Mozart ini selain dapat diterapkan di sekolah, juga dapat diterapkan oleh orang tua dalam kegiatan sehari-hari di rumah untuk meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik.

3) Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang salah satu upaya atau kegiatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik melalui terapi musik Mozart.


(18)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011: 38). Dalam penelitian terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Terapi Musik Mozart dan variabel terikatnya adalah Kemampuan Bahasa Reseptif dan Ekspresif.

a. Terapi Musik Mozart

Kesulitan yang dialami oleh hampir kebanyakan anak autistik adalah pada aspek komunikasi dan bahasa. Mereka tidak mampu mengembangkan kemampuan berbahasanya sekalipun telah mampu berbicara. Maka dari itu diperlukan sebuah kegiatan pembelajaran yang efektif, menarik dan menyenangkan dengan menggunakan terapi musik Mozart. Jika pada umumnya terapi dengan musik berfokus pada peningkatan gross maupun fine motor, maka dewasa ini kegiatan melalui terapi musik dipakai juga untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak termasuk perbendaharaan kata, kemampuan berekspresi dan kelancaran berkomunikasi (Campbell, 2001: 4).


(19)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 b. Kemampuan Bahasa Reseptif dan Ekspresif

Maurice (1996) dalam Yuwono (2009: 61) mendefinisikan “kemampuan bahasa reseptif adalah kemampuan anak dalam mendengar dan memahami bahasa”. Sedangkan kemampuan bahasa ekspresif menurut Yuwono (2009: 66) diartikan sebagai “penggunaan kata-kata dan bahasa secara verbal untuk mengkomunikasikan konsep atau pikiran”.

2. Definisi Operasional Variabel a. Terapi Musik Mozart

Terapi musik Mozart yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelaksanaan proses pembelajaran yang diiringi musik Mozart. Musik Mozart telah terbukti dapat merangsang perkembangan otak khususnya pada lobus temporalis sebagai pusat bahasa di otak. Menu musik yang digunakan dalam penelitian ini adalah kumpulan musik Mozart yang dikemas dalam bentuk Digital Versaitle Disc (DVD) dengan judul album Mozart and Friends; Beautiful Music and Colorful Images Delight Your Child’s Imagination, Produksi PT. Emperor Edutainment.

Disini ada beberapa langkah kegiatan yang dilakukan yaitu: 1) Anak diinstruksikan agar duduk dengan tenang untuk mengikuti

kegiatan pembelajaran.

2) Anak diperdengarkan alunan musik Mozart selama kegiatan pembelajaran berlangsung yaitu 2x30 menit.

3) Selama pembelajaran, anak diberikan instruksi berkaitan dengan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresifnya misalnya kegiatan


(20)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 mengidentifikasi anggota tubuh; anak diinstruksikan untuk memegang bagian tubuh yang diminta lalu menyebutkan namanya. 4) Pemberian prompting atau bantuan pada anak. Ketika anak diberi

perintah “pegang______ (bagian tubuh)”. Prompt anak untuk memegang bagian tubuhnya yang benar. Begitu pula ketika diberi perintah untuk menamakan anggota tubuhnya, prompt anak untuk menamakan anggota tubuh tersebut dan berikan reinforcer terhadap respons.

5) Lalu diberikan tes untuk mengukur kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif dalam bentuk tes lisan dan perbuatan sebanyak 40 soal; masing-masing 20 soal untuk kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif.

Sehingga melalui penelitian ini bisa dilihat apakah terdapat pengaruh terapi musik Mozart dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik.

b. Kemampuan Bahasa Reseptif dan Ekspresif

Kemampuan bahasa anak autistik yang ditingkatkan melalui terapi musik Mozart ini berpusat pada kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif yang perlu dikuasai anak autistik. Dalam hal ini, peneliti mengacu pada kurikulum terapi ABA yang dikembangkan Loovas. Tidak semua aspek bahasa dicantumkan melainkan hanya beberapa aspek saja yang sesuai dengan kebutuhan anak. Adapun kemampuan bahasa reseptif yang akan ditingkatkan mencakup aspek-aspek sebagai berikut:


(21)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 1) Mengikuti satu langkah perintah

2) Mengenali bagian-bagian dari tubuh 3) Mengenali benda-benda di sekitar anak 4) Mengenali gambar-gambar

5) Mengenali orang-orang dekat

Sedangkan aspek ekspresif anak mencakup aspek berikut : 1) Menirukan kata

2) Menamakan anggota tubuh

3) Menamakan benda-benda di sekitar anak 4) Menamakan gambar-gambar

5) Menjawab pertanyaan

Untuk mengetahui peningkatan subjek dalam kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif yang dijadikan variabel terikat dalam penelitian, peneliti akan mengukurnya dengan menggunakan tes lisan dan perbuatan yang akan diberikan pada 3 tahapan yaitu : 1) sebelum subjek mendapat perlakuan dengan menerapkan terapi musik Mozart, fungsinya untuk mengetahui kemampuan awal bahasa reseptif dan ekspresif yang dimiliki oleh subjek. 2) Selama diberikan perlakuan yang berfungsi untuk mengetahui kemampuan yang di capai selama diberikan terapi musik Mozart, dan 3) Setelah diberikan perlakuan yakni untuk melihat hasil akhir setelah penguji cobaan terapi musik Mozart.


(22)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 B. Metode Penelitian

Suatu masalah yang sedang atau akan diteliti pasti memerlukan sebuah metode dalam pelaksanaannya. Tanpa metode, peneliti akan kesulitan dalam memecahkan masalah yang menjadi objek penelitiannya. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 1997 : 136). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan subjek tunggal yang dikenal dengan istilah Single Subject Research (SSR) yaitu suatu pendekatan yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu perlakuan yang diberikan dan merupakan bagian integral dari analisis tingkah laku (Behavior Analytic).

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai pengaruh terapi musik Mozart dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik, dimana dalam pelaksanaannya peneliti menggunakan disain A-B-A sebagai alat ukur untuk melihat seberapa besar pengaruh intervensi terhadap individu dengan membandingkan kondisi baseline sebelum dan sesudah diberikannya perlakuan (intervensi).

C. Disain Penelitian

Disain penelitian yang digunakan adalah disain A-B-A, dimana dalam disain ini terdapat tiga fase yang memiliki tujuan untuk mempelajari besarnya pengaruh dari suatu perlakuan yang diberikan kepada individu dengan membandingkan kondisi baseline sebelum dan sesudah diberikan suatu perlakuan


(23)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 atau intervensi. Dalam hal ini ingin diketahui seberapa besar pengaruh terapi musik Mozart dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik.

Pola disain A-B-A’ dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan : A1 = Baseline 1

Baseline adalah kondisi kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif subjek sebelum diberi perlakuan atau intervensi. Pengukuran pada fase baseline dilakukan sampai data stabil.

B = Intervensi

Intervensi adalah kondisi kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif subjek selama memperoleh perlakuan. Perlakuan diberikan sampai data menjadi stabil, melalui terapi musik Mozart.

A2 = Baseline 2

Yaitu pengulangan kondisi baseline sebagai evaluasi sejauh mana intervensi yang diberikan berpengaruh pada subyek. Dilakukan sampai data stabil.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

P

e

rs

e

n

ta

se

(

%

)

Sesi


(24)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 D. Persiapan Penelitian

1. Pengurusan Administrasi

Pengurusan administrasi perlu dilakukan demi kelancaran proses penelitian. Adapun tahapannya adalah dengan mengurus surat izin penelitian mulai dari tingkat jurusan PLB FIP UPI, ke tingkat Fakultas, ke Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Daerah Kota Bandung, ke kepala Dinas Pendidikan Luar Biasa Kota Bandung, yang akhirnya memberikan surat rekomendasi kepada SLB BC Pambudi Dharma 1 Cimahi.

2. Penentuan Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak autistik kelas VIII C1 SMPLB di SLB BC Pambudi Dharma 1 Cimahi. Berikut adalah paparan mengenai identitas anak.

Nama (inisial) : AK Usia : 17 tahun Jenis Kelamin : laki-laki Jenis Kelainan : Autistik ringan Karakteristik :

a. Aspek Interaksi Sosial

Dalam berinteraksi dengan orang lain, anak mampu menunjukkan kontak mata sesekali dalam beberapa detik, dan kadang-kadang memberi respon jika dipanggil namanya. Namun ia tidak memiliki ketertarikan untuk bermain bersama teman dan lebih senang menyendiri.


(25)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 b. Aspek Komunikasi dan Bahasa

Karakteristik utama yang menonjol pada AK ialah mengalami gangguan dalam bahasa reseptif dan ekspresif. Meskipun telah mampu berbicara anak tidak menggunakan kemampuannya tersebut untuk berkomunikasi, ia lebih sering mengucapkan kata-kata tidak jelas (mengigau), tidak mampu menjawab pertanyaan sederhana, sulit mengungkapkan keinginannya secara lisan, dan sering melakukan echolalia yaitu menirukan secara persis ucapan orang lain baik secara langsung ataupun tertunda.

Kemampuan bahasa reseptif anak dapat dikatakan lebih baik dibandingkan dengan bahasa ekspresifnya. Anak mampu memahami sebagian instruksi yang diucapkan, menunjuk pada benda yang diminta, namun jika diberikan pertanyaan sederhana ia masih sangat kesulitan untuk menjawabnya.

c. Aspek Perilaku

Anak menunjukkan perilaku stereotip seperti mengepakkan tangan dan melakukan gerakan yang berulang-ulang seperti mondar-mandir di tempat kesukaannya setiap jam istirahat. ketika ada teman yang ingin bergabung di tempat kesukaannya itu anak tidak segan-segan bertindak agresif dengan memukul atau mendorong anak lain supaya pergi dari tempat tersebut. Disini dapat terlihat bahwa anak menunjukkan adanya perilaku agresif anak, namun karena AK tergolong autistik ringan, maka tindakan agresifnya masih dapat dikendalikan.


(26)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 d. Aspek Akademik

Dalam kemampuan akademik, anak sudah mampu membaca, menulis dan berhitung dengan cukup baik. Anak mampu membaca teks sederhana dengan cukup lancar, menulis dengan cukup rapi dan kemampuan berhitungnya baru sampai operasi penjumlahan.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilaksanakan pada desain A-B-A adalah sebagai berikut :

1. Penentuan Target Behavior

Target behavior dalam penelitian ini adalah kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik. Kemampuan bahasa reseptif adalah kemampuan anak dalam mendengar dan memahami bahasa, sedangkan bahasa ekspresif adalah penggunaan kata-kata dan bahasa secara verbal untuk mengkomunikasikan konsep atau pikiran. Perilaku yang diamati dalam penelitian ini adalah kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak dalam situasi pembelajaran.

2. Asesmen / Penentuan Baseline 1

Untuk mengetahui kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak, maka peneliti melakukan asesmen awal dengan memberikan tes lisan dan perbuatan pada kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak. Jumlah tes yang diberikan sebanyak 20 soal untuk kemampuan bahasa reseptif dan 20 soal untuk kemampuan bahasa ekspresif. Setiap soal yang mampu dilakukan


(27)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 dengan benar akan diberikan skor 1 dan skor 0 jika anak tidak melakukannya dengan benar.

3. Pelaksanaan Intervensi

Pada tahap intervensi, peneliti mengkondisikan anak untuk mengikuti kegiatan pembelajaran tematik seperti biasanya, namun diberikan suatu perlakuan yaitu dengan memperdengarkan musik Mozart selama pembelajaran berlangsung yaitu 2x30 menit. Peneliti melakukan penilaian dengan memberikan tes lisan dan perbuatan pada anak dan memberikan skor pada setiap jawaban benar yang diberikan anak. (RPP terlampir).

4. Pelaksanaan Baseline 2

Pada tahap baseline 2 ini dilakukan pengukuran kembali seperti pada baseline 1 tanpa intervensi yang ditujukan untuk mengukur kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak dengan memberikan tes lisan dan perbuatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana intervensi yang dilakukan berpengaruh terhadap subjek. Kemudian hasil yang didapatkan dimasukkan ke dalam format pencatatan data baseline 2 (A2).

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Untuk itu teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara tes dan observasi.


(28)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 1. Tes

Ridwan (2004 : 76) mengemukakan bahwa pengertian Tes adalah “serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lainnya yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan dan intelegensi kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.

a. Bentuk Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Lisan dan Perbuatan. Data yang dikumpulkan pada saat tes dilakukan pada fase baseline 1 (A1), fase intervensi (B) dan fase baseline 2 (A2).

b. Kriteria Penilaian

Peneliti menggunakan kriteria penilaian sebagai berikut : Nilai 1 : Jika siswa dapat melakukan dengan benar

Nilai 0 : Jika siswa tidak dapat melakukan dengan benar 2. Observasi

Observasi adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan sasaran. Observasi dilakukan sebelum dan selama penelitian berlangsung.

Tes dan observasi (pengamatan) merupakan dua teknik tes yang efektif untuk memperoleh gambaran sejauhmana perkembangan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik. Tes dan observasi merupakan alat pengukuran yang objektif dan standar sehingga dapat memaparkan data-data di lapangan secara akurat.


(29)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 G. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang bertujuan untuk memperoleh data yang diinginkan sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Arikunto (2001 : 123) “tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.

Instrumen dalam penelitian ini adalah musik dan tes kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif sebagai instrumen pengumpul data pokok.

a. Instrumen Musik

Musik Mozart, yang terdiri dari : 1) Andante Graziono, variation I - VI 2) Menuetto

3) Serenade 4) Adagio 5) Allegro

6) Andante Cantabile 7) Allegretto Grazioso 8) Andante

Musik-musik tersebut dikemas dalam dalam bentuk Digital Versaitle Disc (DVD) dengan judul album Mozart and Friends; Beautiful Music and Colorful Images Delight Your Child’s Imagination, Produksi PT. Emperor Edutainment.


(30)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 b. Instrumen Tes Kemampuan Bahasa Reseptif dan Ekspresif

Bentuk tes yang diberikan adalah tes lisan dan perbuatan mengenai kemampuan subjek dalam melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresifnya. Dimana kegiatan tersebut dikemas dalam bentuk perintah dan pertanyaan yang diberikan setelah kegiatan pembelajaran.

Dalam penelitian ini, peneliti menyiapkan lembar pencatatan untuk mencatat setiap jawaban yang dikemukakan responden. Agar lebih terstruktur, penyusunan instrumen penelitian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Membuat tabel spesifikasi

Tabel spesifikasi atau kisi-kisi ini berisi tentang instruksi dan pertanyaan yang diberikan berkaitan dengan kegiatan pembelajaran tematik dalam rangka meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak. Kisi-kisi ini disesuaikan dengan kebutuhan anak yang mengacu pada kurikulum perkembangan bahasa terapi ABA yang dikembangkan Loovas. Adapun kisi-kisi instrumennya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kisi – Kisi Instrumen Penelitian

Variabel Penelitian

Aspek

Indikator Sub indikator Jumlah

item

Cek

C TC

Bahasa Reseptif

1. Mengikuti satu langkah perintah

- Melakukan perintah sederhana

4

2. Mengenali bagian-bagian dari tubuh

- Menunjukkan bagian-bagian tubuh diri sendiri


(31)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

Kemampuan Bahasa

Lisan

3. Mengenali benda-benda di sekitar anak

- Menunjukkan benda-benda yang diminta

4

4. Mengenali gambar-gambar

- Menunjukkan gambar-gambar yang diminta

4

5. Mengenali orang-orang dekat

- Menunjukkan anggota keluarga, guru dan teman

4

Bahasa Ekspresif

1. Menirukan kata - Menirukan kata benda 4

2. Menamakan anggota tubuh

- Menyebutkan nama anggota tubuh

4

3. Menamakan benda-benda di sekitar anak

- Menyebutkan nama benda yang diminta

4

4. Menamakan gambar-gambar

- Menyebutkan

gambar-gambar yang diminta

4

5. Menjawab pertanyaan

- Menjawab pertanyaan sederhana

4

2) Penyusunan butir soal

Penyusunan butir soal yang dibuat, disesuaikan dengan tujuan yang telah ditentukan dalam kisi-kisi.

3) Penilaian butir soal

Untuk mengolah hasil tes lisan dan perbuatan, dalam penilaiannya dilakukan dengan cara memberi skor 1 pada jawaban anak yang benar dan skor 0 pada jawaban anak yang salah atau tidak dijawab.

H. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari instrumen yang nanti akan digunakan dalam penelitian. Sehingga akan diketahui apakah alat pengumpul data tersebut sudah layak untuk digunakan atau mesti diperbaiki.


(32)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 1. Validitas

Suatu alat ukur dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Jadi suatu tes hasil belajar dapat dikatakan tes yang valid apabila tes tersebut betul-betul mengukur hasil belajar.

Dalam hal ini peneliti menguji validitas instrumen menggunakan validitas isi berupa expert-judgement yang dilakukan oleh para ahli, yaitu dosen PLB UPI dan guru Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dosen PLB UPI dan guru ABK adalah orang yang berkompeten dalam Pendidikan Luar Biasa, baik secara keilmuannya maupun di lapangan. Seperti yang dikatakan oleh Sukardi (2008 : 122),

Validitas isi adalah derajat dimana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin di ukur. Pada umumnya ditentukan melalui petimbangan para ahli. Tidak ada formula matematis untuk perhitungan dan tidak ada cara untuk menunjukkan secara pasti.

Berikut ini adalah nama-nama dari tim penilai dari kegiatan validitas expert-judgement :

No Nama / NIP Jabatan Instansi

1. Dr. H. Endang Rochyadi, M.Pd NIP. 195608181085021002

Dosen Spes. C UPI 2. Drs. HM. Umardjani M, M.Pd

NIP. 195202151983011001

Dosen Spes. C UPI 3. Dra. Henny Yuliastini

NIP. 196210251985032003

Guru ATG SLB BC Pambudi Dharma 1 Cimahi Hasil expert-judgement dikatakan valid jika perolehan skornya di atas 50%. Adapun perhitungannya yaitu dengan menggunakan rumus :

P = �

x 100% = x 100% = Keterangan :


(33)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 P = Persentase

F = Jumlah cocok N =Jumlah penilai

Kriteria butir validitas dibagi menjadi empat, yaitu : 1. Valid = x 100% = 100%

2. Cukup valid = x 100% = 66,6% 3. Kurang valid = x 100% = 33,3% 4. Tidak valid = x 100% = 0%

Hasil dari judgement terhadap dua orang dosen PLB UPI dan satu guru ABK diperoleh hasil dengan persentase 100%, artinya ditinjau dari validitas instrumen ini layak digunakan. (perhitungan validitas expert-judgement terlampir).

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah keterandalan instrumen yang digunakan. Menurut Arikunto (1997: 196) :

Reliabilitas berasal dari kata bahasa inggris reliable artinya agar dapat dipercaya. Reliabilitas instrumen menunjuk kepada tingkat dapat dipercayanya sebuah instrumen …. Sebuah instrumen dikatakan dapat dipercaya jika : apabila digunakan dapat menghasilkan data yang benar, tidak menyimpang atau tidak berbeda dari kenyataan.

Pengujian reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan pengujian reliabilitas dengan internal consistency, Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu.


(34)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen (Sugiyono, 2011:131).

Klasifikasi Reliabilitas menurut Guilford: Kurang dari 0,20 Tidak ada korelasi 0,20 – 0,40 Kolerasi rendah 0,40 – 0,70 Korelasi sedang 0,70 – 0,90 Korelasi tinggi 0,90 – 1,00 Korelasi tinggi sekali 1,00 ke atas Korelasi sempurna

Uji coba soal dilaksanakan di SLB Hasrat Mulia, dan diujikan pada 5 orang siswa. Rumus yang digunakan untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen ini yaitu dengan dengan metode belah dua (split – half method). Metode belah dua yaitu suatu tes dibagi menjadi dua bagian yang sama kemudian dikorelasikan. Pembagiannya yaitu dengan pembelahan ganjil genap dan pembelahan awal akhir. Untuk mengetahui reliabilitas instrumen ini digunakan pembelahan awal akhir dengan rumus rulon.

Rumus Rulon

Keterangan : r11 = Reliabilitas tes

d = difference yaitu perbedaan antara skor belahan pertama (awal) dengan skor belahan kedua (akhir)

r11 = 1 - � �


(35)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 S2d = Varians beda

S2t = Varians skor total N = Jumlah Siswa

Dari hasil yang telah didapatkan terlihat bahwa hasil reliabilitas tes sebesar 0,89 yang berarti realibitas instrumen ini terdapat korelasi yang tinggi sehingga instrumen layak digunakan.

I. Pengolahan dan Analisis Data

Setelah semua data terkumpul kemudian data diolah dan dianalisis ke dalam statistik deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara jelas mengenai hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu. Penggunaan analisis grafik diharapkan akan lebih memperjelas gambaran stabilitas perkembangan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik melalui terapi musik Mozart. Desain subject research ini menggunakan tipe grafik garis yang sederhana (type simple line graph).

Ada beberapa komponen penting yang perlu dipahami dalam membuat grafik (Sunanto, et.al, 2006 : 30) antara lain :

1. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk waktu (misalnya, sesi, hari, dan tanggal). 2. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan

satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya, persen, frekuensi, dan durasi).

3. Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai titik awal skala.

4. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya, 0%, 25%, 50%, dan 75%).

5. Label Kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen, misalnya baseline atau intervensi.


(36)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 6. Garis Perubahan Kondisi, yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya

perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam bentuk garis putus-putus.

7. Judul Grafik judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.

Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data ialah sebagai berikut : 1. Menskor hasil pengukuran data pada fase baseline dari subjek pada setiap

sesinya.

2. Menskor hasil pengukuran data pada fase intervensi dari subjek pada setiap sesinya.

3. Membuat tabel perhitungan dari skor-skor pada fase baseline, fase intervensi pada subjek setiap sesinya.

4. Menjumlahkan semua skor yang diperoleh pada fase baseline, fase intervensi pada subjek setiap sesinya.

5. Membandingkan hasil skor-skor pada fase baseline dan skor-skor pada fase intervensi dari subjek.

6. Membuat analisis dalam bentuk garis sehingga dapat terlihat secara langsung perubahan yang terjadi dari kedua fase tersebut.

Penyajian data kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan grafik. Adapun grafik perkembangan yang digunakan untuk mengolah data berupa grafik disain A-B-A.


(37)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan data keseluruhan dari hasil penelitian mengenai pengaruh terapi musik Mozart dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekpresif, peneliti memperoleh kesimpulan bahwa subjek AK yang pada awalnya memiliki kemampuan berbahasa yang kurang baik secara reseptif dan ekspresif, mampu menunjukkan perkembangan positif setelah diberikan intervensi melalui terapi musik Mozart. Hal ini nampak pada skor kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak yang terus mengalami peningkatan. Anak sudah mampu menunjukkan dan menyebutkan nama-nama anggota tubuh, menunjukkan dan menyebutkan gambar atau benda yang diminta, serta menyebutkan namanya secara lengkap. Anak juga mampu menjawab pertanyaan sederhana seperti alamat rumah dan nama sekolahnya.

Terapi musik Mozart juga memberikan pengaruh dalam meningkatkan kemampuan bahasa lisan pada anak autistik, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya mean level pada setiap fase. Berdasarkan rumusan masalah pada Bab I, maka peneliti menyimpulkan bahwa terapi musik Mozart mampu meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekpresif pada anak autistik kelas VIII SMPLB C1 di SLB BC Pambudi Dharma 1 Cimahi.


(38)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

B. Implikasi

Suatu proses belajar mengajar tentu memerlukan upaya-upaya atau kegiatan pembelajaran yang mampu meningkatkan potensi dalam diri anak secara optimal, terutama bagi anak autistik. Oleh karenanya diperlukan suatu kegiatan pembelajaran yang efektif, menarik dan menyenangkan sehingga mampu menarik minat anak untuk belajar, mampu membuat anak berkonsentrasi, mampu melibatkan anak secara aktif sehingga pada akhirnya ia akan memperoleh pengalaman belajar yang baik dan kemampuan anak akan berkembang dengan maksimal.

Terapi musik Mozart merupakan suatu upaya pembelajaran alternatif dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekpresif anak autistik. Hal-hal yang dianggap sulit dapat dijembatani dengan adanya sebuah upaya pembelajaran, khususnya dalam penelitian ini menggunakan terapi musik Mozart. Mozart telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan bahasa seseorang termasuk kemampuan bahasa reseptif dan ekpresif anak autistik. Melalui terapi musik Mozart, pembelajaran akan terasa lebih nyaman, menyenangkan, tidak monoton, sehingga akan membawa pengalaman belajar yang lebih bermakna pada diri anak.

Berikut ini adalah implikasi dari penelitian yang telah dilakukan : 1. Bagi Guru

Dari hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah kemampuan bahasa reseptif dan ekpresif anak autistik mengalami peningkatan dengan menggunakan terapi musik Mozart. Hal ini tentunya berimplikasi pada pendidikan anak autistik,


(39)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

terutama dalam membantu memperlancar proses pembelajaran di kelas, sehingga akhirnya anak mampu mengembangkan kemampuan bahasa dan komunikasinya secara lebih bermakna. Berdasarkan hal tersebut, seyogyanya hasil penelitian ini dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi guru-guru anak autistik dalam memilih kegiatan pembelajaran yang aktif, efektif, inovatif dan menyenangkan sehingga dapat membantu meningkatkan hasil belajar anak didik.

2. Bagi Orang Tua

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi musik Mozart dapat meningkatkan kemampuan bahasa bahasa reseptif dan ekpresif, maka hal ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi orang tua dalam meningkatkan kemampuan bahasa bahasa reseptif dan ekpresif anak autistik yaitu dengan memperdengarkan musik Mozart dalam kehidupan sehari-hari di rumah sehingga kemampuan bahasa bahasa reseptif dan ekpresif anak autistik akan meningkat.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari penelitian, maka hal ini dapat dijadikan bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya. Peneliti pun menyadari keterbatasan informasi yang diperoleh, oleh karena itu untuk rekan-rekan yang akan melaksanakan penelitian agar menelaah lebih jauh tentang terapi musik Mozart. Peneliti menyarankan agar meneliti dengan jumlah sampel yang lebih besar, serta menggunakan metode eksperimen dengan desain selain A-B-A, sehingga hasil penelitiannya akan lebih akurat dan bermanfaat bagi anak autistik lainnya.


(40)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Astati. (2001). Terapi Musik Bagi Anak Tunagrahita. Bandung: CV. Pendawa. Campbell, Don. (2001). Efek Mozart Bagi Anak-Anak. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Chaer, Abdul. (2006). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Delphie, Bandi. (2009). Pendidikan Anak Autistik. Sleman: PT Intan Sejati Klaten. Delphie, Bandi. (2009). Terapi Permainan Terapeutik. Sleman: PT Intan Sejati

Klaten.

Depdikbud. (1999). Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa. Jakarta : Balai Pustaka.

Handoyo. (2004). Autisma: Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Mengajar untuk Anak Normal, Autis dan Perilaku Lain. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.

Hamid, Abdul. (2010). Pengertian Bahasa, Ragam Bahasa dan Laras Bahasa. [Online]. Tersedia: http://mahkotaparis.blogspot.com/2010/10/pengertian-bahasa-ragam-bahasa-dan.html

Jordan and Powell. (2002). Understanding and Teaching Children With Autism. West Suswx England: John Wiley and Sond Ltd.

Kamus Bahasa Indonesia. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

Lwin, M. et al. (2008). How to Multiply Your Child’s Intelligence. Yogyakarta: PT. Indeks.

Mardiati, R. (2008). Pengantar Neuropsikologis. Yogyakarta: Sagung Seto. Maulana, Mirza. (2008). Anak Autis: Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental

Lain Menuju Anak Cerdas dan Sehat. Yogyakarta: Katahati.

Montolalu, dkk. (2008). Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.


(41)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

Oktaviani, Wieke. (2008). Riwayat Autisme, Stimulasi Psikososial dan Hubungannya dengan Perkembangan Sosial Anak Dengan Gangguan Autism Spectrum Disorder (ASD). Skripsi pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor : Tidak diterbitkan.

Peeters, Theo. (2004). Autisme : Hubungan Pengetahuan Teoritis dan Intervensi Pendidikan Bagi Penyandang Autis. Jakarta: PT Dian Rakyat.

Rachmi, Tetty. dkk. (2010). Keterampilan Musik dan Tari. Jakarta: Universitas Terbuka.

Rusyani, E. (2004). Bahasa dan Ketunarunguan. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195705101 985031-ENDANG_RUSYANI/Bahasa_dan_Ketunarunguan.pdf. [10 September 2012]

Sadja’ah, E. (2003). Bina Bicara, Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung: San Grafika.

Safaria, T. (2005). Autisme Pemahaman Baru untuk Hidup Bermakna bagi Orang Tua. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siegel, B. (1996). The World of The Autsitic Child : Understanding and Treating Autistic Spectrum Disorders. New York Oxford: Oxford University Press. Sunanto, J., dkk. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press. Sunardi dan Sunaryo. (2006). Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:

Dirjen Dikti Depdiknas.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Henry. (1981). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.


(1)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

6. Garis Perubahan Kondisi, yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya

perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam bentuk garis putus-putus.

7. Judul Grafik judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera

diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.

Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data ialah sebagai berikut : 1. Menskor hasil pengukuran data pada fase baseline dari subjek pada setiap

sesinya.

2. Menskor hasil pengukuran data pada fase intervensi dari subjek pada setiap sesinya.

3. Membuat tabel perhitungan dari skor-skor pada fase baseline, fase intervensi pada subjek setiap sesinya.

4. Menjumlahkan semua skor yang diperoleh pada fase baseline, fase intervensi pada subjek setiap sesinya.

5. Membandingkan hasil skor-skor pada fase baseline dan skor-skor pada fase intervensi dari subjek.

6. Membuat analisis dalam bentuk garis sehingga dapat terlihat secara langsung perubahan yang terjadi dari kedua fase tersebut.

Penyajian data kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan grafik. Adapun grafik perkembangan yang digunakan untuk mengolah data berupa grafik disain A-B-A.


(2)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan data keseluruhan dari hasil penelitian mengenai pengaruh terapi musik Mozart dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekpresif, peneliti memperoleh kesimpulan bahwa subjek AK yang pada awalnya memiliki kemampuan berbahasa yang kurang baik secara reseptif dan ekspresif, mampu menunjukkan perkembangan positif setelah diberikan intervensi melalui terapi musik Mozart. Hal ini nampak pada skor kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak yang terus mengalami peningkatan. Anak sudah mampu menunjukkan dan menyebutkan nama-nama anggota tubuh, menunjukkan dan menyebutkan gambar atau benda yang diminta, serta menyebutkan namanya secara lengkap. Anak juga mampu menjawab pertanyaan sederhana seperti alamat rumah dan nama sekolahnya.

Terapi musik Mozart juga memberikan pengaruh dalam meningkatkan kemampuan bahasa lisan pada anak autistik, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya mean level pada setiap fase. Berdasarkan rumusan masalah pada Bab I, maka peneliti menyimpulkan bahwa terapi musik Mozart mampu meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekpresif pada anak autistik kelas VIII SMPLB C1 di SLB BC Pambudi Dharma 1 Cimahi.


(3)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 B. Implikasi

Suatu proses belajar mengajar tentu memerlukan upaya-upaya atau kegiatan pembelajaran yang mampu meningkatkan potensi dalam diri anak secara optimal, terutama bagi anak autistik. Oleh karenanya diperlukan suatu kegiatan pembelajaran yang efektif, menarik dan menyenangkan sehingga mampu menarik minat anak untuk belajar, mampu membuat anak berkonsentrasi, mampu melibatkan anak secara aktif sehingga pada akhirnya ia akan memperoleh pengalaman belajar yang baik dan kemampuan anak akan berkembang dengan maksimal.

Terapi musik Mozart merupakan suatu upaya pembelajaran alternatif dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekpresif anak autistik. Hal-hal yang dianggap sulit dapat dijembatani dengan adanya sebuah upaya pembelajaran, khususnya dalam penelitian ini menggunakan terapi musik Mozart. Mozart telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan bahasa seseorang termasuk kemampuan bahasa reseptif dan ekpresif anak autistik. Melalui terapi musik Mozart, pembelajaran akan terasa lebih nyaman, menyenangkan, tidak monoton, sehingga akan membawa pengalaman belajar yang lebih bermakna pada diri anak.

Berikut ini adalah implikasi dari penelitian yang telah dilakukan :

1. Bagi Guru

Dari hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah kemampuan bahasa reseptif dan ekpresif anak autistik mengalami peningkatan dengan menggunakan terapi musik Mozart. Hal ini tentunya berimplikasi pada pendidikan anak autistik,


(4)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

terutama dalam membantu memperlancar proses pembelajaran di kelas, sehingga akhirnya anak mampu mengembangkan kemampuan bahasa dan komunikasinya secara lebih bermakna. Berdasarkan hal tersebut, seyogyanya hasil penelitian ini dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi guru-guru anak autistik dalam memilih kegiatan pembelajaran yang aktif, efektif, inovatif dan menyenangkan sehingga dapat membantu meningkatkan hasil belajar anak didik.

2. Bagi Orang Tua

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi musik Mozart dapat meningkatkan kemampuan bahasa bahasa reseptif dan ekpresif, maka hal ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi orang tua dalam meningkatkan kemampuan bahasa bahasa reseptif dan ekpresif anak autistik yaitu dengan memperdengarkan musik Mozart dalam kehidupan sehari-hari di rumah sehingga kemampuan bahasa bahasa reseptif dan ekpresif anak autistik akan meningkat.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari penelitian, maka hal ini dapat dijadikan bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya. Peneliti pun menyadari keterbatasan informasi yang diperoleh, oleh karena itu untuk rekan-rekan yang akan melaksanakan penelitian agar menelaah lebih jauh tentang terapi musik Mozart. Peneliti menyarankan agar meneliti dengan jumlah sampel yang lebih besar, serta menggunakan metode eksperimen dengan desain selain A-B-A, sehingga hasil penelitiannya akan lebih akurat dan bermanfaat bagi anak autistik lainnya.


(5)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Astati. (2001). Terapi Musik Bagi Anak Tunagrahita. Bandung: CV. Pendawa. Campbell, Don. (2001). Efek Mozart Bagi Anak-Anak. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Chaer, Abdul. (2006). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Delphie, Bandi. (2009). Pendidikan Anak Autistik. Sleman: PT Intan Sejati Klaten. Delphie, Bandi. (2009). Terapi Permainan Terapeutik. Sleman: PT Intan Sejati

Klaten.

Depdikbud. (1999). Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa. Jakarta : Balai Pustaka.

Handoyo. (2004). Autisma: Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Mengajar

untuk Anak Normal, Autis dan Perilaku Lain. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu

Populer.

Hamid, Abdul. (2010). Pengertian Bahasa, Ragam Bahasa dan Laras Bahasa. [Online]. Tersedia: http://mahkotaparis.blogspot.com/2010/10/pengertian-bahasa-ragam-bahasa-dan.html

Jordan and Powell. (2002). Understanding and Teaching Children With Autism. West Suswx England: John Wiley and Sond Ltd.

Kamus Bahasa Indonesia. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

Lwin, M. et al. (2008). How to Multiply Your Child’s Intelligence. Yogyakarta: PT. Indeks.

Mardiati, R. (2008). Pengantar Neuropsikologis. Yogyakarta: Sagung Seto. Maulana, Mirza. (2008). Anak Autis: Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental

Lain Menuju Anak Cerdas dan Sehat. Yogyakarta: Katahati.


(6)

No. Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012

Oktaviani, Wieke. (2008). Riwayat Autisme, Stimulasi Psikososial dan

Hubungannya dengan Perkembangan Sosial Anak Dengan Gangguan Autism Spectrum Disorder (ASD). Skripsi pada Program Studi Gizi

Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor : Tidak diterbitkan.

Peeters, Theo. (2004). Autisme : Hubungan Pengetahuan Teoritis dan Intervensi

Pendidikan Bagi Penyandang Autis. Jakarta: PT Dian Rakyat.

Rachmi, Tetty. dkk. (2010). Keterampilan Musik dan Tari. Jakarta: Universitas Terbuka.

Rusyani, E. (2004). Bahasa dan Ketunarunguan. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195705101 985031-ENDANG_RUSYANI/Bahasa_dan_Ketunarunguan.pdf. [10 September 2012]

Sadja’ah, E. (2003). Bina Bicara, Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung: San

Grafika.

Safaria, T. (2005). Autisme Pemahaman Baru untuk Hidup Bermakna bagi Orang

Tua. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siegel, B. (1996). The World of The Autsitic Child : Understanding and Treating

Autistic Spectrum Disorders. New York Oxford: Oxford University Press.

Sunanto, J., dkk. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press. Sunardi dan Sunaryo. (2006). Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:

Dirjen Dikti Depdiknas.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Henry. (1981). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.