PENERAPAN METODE FERNALD BERBASIS MULTISENSORI SEBAGAI UPAYA PENANGANAN MEMBACA BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA PERMULAAN : Studi Kasus terhadap Anak Berkesulitan Membaca.

(1)

(Studi Kasus terhadap Anak Berkesulitan Membaca) TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

oleh

Eka Merdekawati Ma’mur

NIM 1101190

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

(Studi Kasus terhadap Anak Berkesulitan Membaca)

Oleh

Eka Merdekawati M.

S.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia, 2010

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Eka Merdekawati M. 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini berawal dari permasalahan yang peneliti temukan pada saat penelitian awal kepada beberapa orang guru di SDN Isola untuk mencari keterangan mengenai anak yang mengalami kesulitan dalam belajar, terutama belajar membaca permulaan. Berdasarkan hasil penelitian awal yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa terdapat dua anak yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran membaca permulaan. Ada beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab anak-anak tersebut mengalami kesulitan membaca, yaitu ketidakmampuan dalam mengenal, melafalkan, dan menyatukan huruf menjadi sebuah kata yang bermakna.

Tindakan yang peneliti lakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah menerapkan metode Fernald berbasis multisensori. Sebuah metode pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak.

Peneliti merumuskan masalah ke dalam lima bagian, yaitu (1) masalah-masalah membaca pada anak yang berkesulitan membaca permulaan; (2) faktor yang menyebabkan anak mengalami kesulitan membaca permulaan; (3) rancangan perlakuan metode Fernald berbasis multisensori untuk menangani anak yang berkesulitan membaca permulaan; (4) pelaksanaan perlakuan metode Fernald berbasis multisensori dalam menangani anak berkesulitan membaca permulaan; dan (5) hasil perlakuan metode Fernald berbasis multisensori dalam menangani kasus anak berkesulitan membaca permulaan. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan kasus kesulitan membaca pada anak serta upaya dan tindakan untuk mengatasi kesulitan membaca anak melalui pembelajaran membaca dengan metode Fernald berbasis multisensori.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif melalui metode studi kasus. Hal tersebut dilakukan untuk penggalian data secara mendalam dan menganalisis secara intensif mengenai objek penelitian dan interaksi faktor-faktor yang terlibat di dalamnya. Penelitian dilakukan dalam empat kali pertemuan rutin berupa tes membaca.

Berdasarkan penelitian, diperoleh hasil peningkatan kemampuan membaca permulaan yang berarti. Setiap pertemuan tes membaca dalam penelitian ini, anak mengalami peningkatan kemampuan membaca permulaan. Kemampuan tersebut dapat terlihat dari adanya peningkatan yang cukup berarti dari tes pada tahap diagnosis dan tes setelah remedial atau perlakuan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Fernald berbasis multisensori dapat digunakan sebagai upaya penanganan bagi anak berkesulitan belajar membaca permulaan.


(6)

ABSTRACT

This study originated from the problems that researchers found when the initial research to some of the teachers at SDN Isola to find information on children who have difficulties in learning, especially learning to read the beginning. Based on the results of the initial study conducted by researchers, it is known that there are two children who have difficulty in learning to read the beginning. There are several factors suspected as the cause of these children have difficulty reading, namely the inability to recognize, pronounce, and brings together letters into a meaningful word.

Action researchers do to overcome these problems is to apply a method based multisensory Fernald. A method of learning which is expected to improve beginning reading skills in children.

Researchers formulate the problem into five sections, namely (1) the problems of reading in children who berkesulitan read the beginning, (2) factors that cause children to have difficulty reading the beginning, (3) treatment plan based Fernald multisensory method for dealing with children who berkesulitan reading beginning, (4) implementation based treatment Fernald multisensory method in dealing with children berkesulitan read the beginning, and (5) the results of treatment based Fernald multisensory method in dealing with cases of child berkesulitan beginning reading. Based on the formulation of the problem, this study aims to identify and describe cases of reading difficulties in children as well as the efforts and measures to overcome reading difficulties learning to read with the children through the Fernald method based multisensory.

In this study, researchers used a qualitative approach through the case study method. This is done for extracting and analyzing the data in depth about the object of intensive research and interaction of the factors involved in it. The study was conducted in four regular meetings a reading test.

Based on research, the result improved reading skills beginning meaningful. Each meeting reading tests in this study, children experience an increased ability to read the beginning. These capabilities can be seen from the significant increase of the test on the stage of diagnosis and tests after remedial or treatment. Based on the above it can be concluded that the use of multisensory based Fernald method can be used as a treatment for children learning disabilities to read the beginning.


(7)

Eka Merdekawati Ma’mur, 2014

Penerapan Metode Fernald Berbasis Multisensori Sebagai Upaya Penanganan Membaca Bagi

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah Penelitian ... 1

1.2Identifikasi Masalah Penelitian ... 6

1.3Pertanyaan-Pertanyaan Penelitian ... 7

1.4Tujuan Penelitian ... 7

1.5Manfaat Penelitian ... 8

1.6Definisi Operasional ... 8

1.7Anggapan Dasar ... 9

1.8Paradigma Penelitian ... 11

BAB 2 IHWAL MEMBACA, MEMBACA PERMULAAN, PERKEMBANGAN BAHASA, KESULITAN BELAJAR, PEMBELAJARAN MULTISENSORI, DAN METODE FERNALD ... 12

2.1 Hakikat Membaca ... 12

2.1.1 Tujuan Membaca. ... 13

2.1.2 Aspek-Aspek Membaca ... 15

2.1.3 Membaca sebagai Suatu Keterampilan... 16

2.1.4 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Membaca ... 17

2.1.5 Tahap Perkembangan Membaca ... 21

2.2Membaca Permulaan ... 22


(8)

Eka Merdekawati Ma’mur, 2014

Penerapan Metode Fernald Berbasis Multisensori Sebagai Upaya Penanganan Membaca Bagi

2.2.3 Persiapan Membaca Permulaan ... 24

2.2.4 Proses Membaca Permulaan ... 25

2.2.5 Prinsip-prinsip Membaca Permulaan ... 27

2.2.6 Faktor-faktor yang Memengaruhi Membaca Permulaan ... 28

2.2.7 Metode Membaca Permulaan ... 31

2.3Perkembangan Bahasa ... 33

2.3.1 Perkembangan Bahasa Anak ... 33

2.3.1.1Tahap Pralingustik (0–12 bulan) ... 34

2.3.1.2Tahap Satu Kata (12–18 bulan) ... 34

2.3.1.3Tahap Dua Kata (18–24 bulan) ... 34

2.3.1.4Tahap Banyak Kata (3–5 bulan) ... 35

2.3.2 Perkembangan Fonologi dan Morfologi Anak ... 35

2.3.2.1Perkembangan Fonologi ... 35

2.3.2.2Perkembangan Morfologi ... 36

2.4Hakikat Kesulitan Belajar ... 36

2.4.1 Anak Berkesulitan Belajar ... 37

2.4.2 Klasifikasi Kesulitan Belajar ... 37

2.4.3 Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar ... 38

a. Faktor Intern ... 38

b. Faktor Ekstern ... 40

2.4.4 Anak Berkesulitan Belajar Membaca ... 44

2.5Hakikat Pembelajaran Multisensori ... 46

2.5.1 Prinsip-Prinsip Multisensori ... 48

2.5.2 Membaca sebagai Proses Sensoris ... 49

2.6Hakikat Metode Fernald ... 52

2.6.1 Tujuan Metode Fernald ... 52

2.6.2 Tahapan Pembelajaran Metode Fernald ... 53


(9)

Eka Merdekawati Ma’mur, 2014

Penerapan Metode Fernald Berbasis Multisensori Sebagai Upaya Penanganan Membaca Bagi

3.1 Metode Penelitian ... 61

3.2 Desain Penelitian ... 62

3.2.1 Identifikasi Kasus ... 63

3.2.2 Identifikasi Masalah ... 63

3.2.3 Diagnosis ... 64

3.2.4 Prognosis ... 65

3.2.5 Tindakan ... 65

3.2.6 Evaluasi ... 66

3.3 Sumber Data dan Data Penelitian ... 66

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 68

3.4.1 Wawancara ... 68

3.4.2 Observasi ... 69

3.4.3 Tes ... 69

3.4.4 Catatan Lapangan ... 69

3.4.5 Dokumentasi ... 69

3.5 Instrumen Penelitian ... 69

3.5.1 Instrumen Wawancara ... 70

3.5.2 Instrumen Observasi ... 82

3.5.3 Instrumen Tes ... 95

a. Instrumen Tes untuk Identifikasi Kasus & Identifikasi Masalah .... 96

b. Instrumen Tes untuk Diagnosis ... 97

c. Instrumen Tes untuk Evaluasi Hasil Tindakan ... 98

3.6 Teknik Pengolahan Data ... 100

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 101

4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 101

4.1.1 Tahap Identifikasi Kasus ... 101

4.1.2 Tahap Identifikasi Masalah ... 116


(10)

Eka Merdekawati Ma’mur, 2014

Penerapan Metode Fernald Berbasis Multisensori Sebagai Upaya Penanganan Membaca Bagi

4.1.2.3Hasil Wawancara terhadap Guru ... 120

4.1.2.4Hasil Observasi Anak Berkesulitan Membaca Permulaan... 124

4.1.2.5Dokumentasi Sekolah... 132

4.1.3 Tahap Diagnosis ... 133

4.1.3.1Diagnosis Hasil Wawancara ... 134

4.1.3.2Diagnosis Hasil Observasi ... 154

4.1.3.3Diagnosis Hasil Tes ... 173

4.1.4 Tahap Prognosis ... 201

4.1.5 Tahap Remedial ... 206

4.1.6 Tahap Evaluasi ... 207

4.2 Analisis Data Hasil Penelitian ... 207

4.2.1 Masalah-masalah Membaca pada Kasus Anak yang Berkesulitan Membaca Permulaan ... 208

4.2.1.1Masalah-masalah Membaca pada DS ... 208

4.2.1.2Masalah-masalah Membaca NS ... 213

4.2.2 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Anak Mengalami Kasus Berkesulitan Membaca Permulaan ... 217

4.2.2.1 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kesulitan Membaca DS ... 218

4.2.2.2Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kesulitan Membaca NS ... 225

4.3Pembahasan Hasil Analisis Data ... 234

4.3.1 Masalah-masalah Membaca pada Kasus Anak Berkesulitan Membaca Permulaan ... 234

4.3.2 Faktor-Faktor yang Menyebabkab Anak Mengalami Kasus Berkesulitan Membaca Permulaan ... 236

BAB 5 PELAKSANAAN METODE FERNALD BERBASIS MULTISENSORI SEBAGAI UPAYA PENANGANAN MEMBACA BAGI ANAK BERKESULITAN MEMBACA PERMULAAN ... 241


(11)

Eka Merdekawati Ma’mur, 2014

Penerapan Metode Fernald Berbasis Multisensori Sebagai Upaya Penanganan Membaca Bagi

5.1.2 Pelaksanaan Perlakuan Pertama ... 243

5.1.3 Hasil Perlakuan Pertama ... 246

5.1.4 Evaluasi Perlakuan Pertama ... 248

5.2Pelaksanaan Perlakuan Kedua... 249

5.2.1 Rancangan Perlakuan Kedua... 249

5.2.2 Pelaksanaan Perlakuan Kedua... 250

5.2.3 Hasil Perlakuan Kedua ... 252

5.2.4 Evaluasi Perlakuan Kedua... 254

5.3Pelaksanaan Perlakuan Ketiga ... 256

5.3.1 Rancangan Perlakuan Ketiga ... 256

5.3.2 Pelaksanaan Perlakuan Ketiga ... 257

5.3.3 Hasil Perlakuan Ketiga ... 260

5.3.4 Evaluasi Perlakuan Ketiga ... 262

5.4Pelaksanaan Perlakuan Keempat... 263

5.4.1 Rancangan Perlakuan Keempat... 263

5.4.2 Pelaksanaan Perlakuan Keempat... 264

5.4.3 Hasil Perlakuan Keempat ... 266

5.4.4 Evaluasi Perlakuan Keempat... 267

5.5Analisis Data Hasil Penelitian terhadap Pelaksanaan Perlakuan ... 267

5.5.1 Rancangan Perlakuan Metode Fernald Berbasis Multisensori... 267

5.5.2 Pelaksanaan Perlakuan Metode Fernald Berbasis Multisensori... 269

5.5.3 Hasil Perlakuan Metode Fernald Berbasis Multisensori ... 272

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN ... 276

6.1Simpulan ... 276

6.2Saran ... 278


(12)

Eka Merdekawati Ma’mur, 2014

Penerapan Metode Fernald Berbasis Multisensori Sebagai Upaya Penanganan Membaca Bagi LAMPIRAN


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah Penelitian

Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang diperlukan dalam perkembangan dunia saat ini adalah keterampilan membaca. Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Keterampilan membaca memungkinkan seseorang memberikan kontribusi yang lebih luas dalam kehidupannya karena setiap hal berhubungan dengan aspek membaca, seperti dalam bidang pekerjaan dan ilmu pengetahuan. Di samping itu, kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari manusia.

Farr (1984) (Harjasujana dan Damaianti, 2003: 4), seorang pakar pendidikan, menyatakan …reading is the heart of education yang berarti membaca adalah jantung pendidikan. Di dalam lembaga pendidikan, membaca direalisasikan secara nyata melalui kurikulum dan pembelajaran. Kurikulum dan pembelajaran yang ada di sekolah dapat dipersiapkan untuk membimbing anak agar memiliki kemampuan membaca, termasuk membaca permulaan. Dengan dasar membaca permulaan yang baik, anak diharapkan memiliki keterampilan dalam memahami bacaan sebagai bekal dalam mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia. Sebagaimana diungkapkan oleh Tarigan, dkk. (2011: 137) bahwa membaca merupakan suatu keterampilan yang memiliki peran penting bagi pengembangan pengetahuan dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia. Dalam suatu masyarakat yang tinggi tingkat ketergantungan pada kata-kata (bahasa) lisan dan tulisan, pendidikan harus terkait dengan pengembangan keterampilan berbahasa, termasuk persiapan untuk keberhasilan membaca permulaan.

Membaca permulaan bukanlah suatu pekerjaan bagi anak-anak, tetapi suatu kesenangan dan keinginan untuk mempelajarinya. Dalam setiap aspek, perhatian atau minat untuk belajar membaca permulaan hendaklah dijaga agar selalu tinggi. Belajar membaca permulaan tidak dapat dipaksakan, tetapi


(14)

keinginan belajar dari anak dapat dirangsang dengan berbagai motivasi dan keinginan. Tarigan, dkk. (2011: 148) berpendapat bahwa usia sekolah enam sampai tujuh tahun dilihat dari kekuatan fisiknya sudah nampak dan sudah mulai sanggup menerima rangsangan yang sesuai dengan kemampuan anak, sifat-sifat rohani seperti rasa ingin tahu dan ambisi untuk berusaha.

Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar (Learner dalam Abdurrahman, 2009: 200). Namun faktanya, dalam pembelajaran membaca permulaan tidak semua anak dapat melewatinya dengan baik. Anak-anak yang berada dalam sebuah lembaga pendidikan memiliki minat dan kemampuan yang beragam, memiliki gaya dan cara belajar yang berbeda, ada yang unggul atau berbakat, ada yang lambat belajar atau memiliki kesulitan dalam belajar. Anak yang berkesulitan belajar membaca akan merasa sulit untuk melewati tahap membaca permulaan. Ketika anak tidak mampu melewati tahap membaca permulaan maka anak tersebut akan mengalami kesulitan dalam menghadapi tahap membaca selanjutnya. Jika seorang anak memiliki keterampilan yang rendah dalam membaca maka kemungkinan besar dia akan memiliki keterampilan yang rendah pula dalam bidang yang lainnya.

Berdasarkan informasi dari kepala sekolah dan guru yang mengajar di SDN Isola II Bandung mengenai masalah kesulitan membaca yang terdapat pada anak-anak didiknya maka pada bulan Februari 2013 peneliti mencoba melakukan sebuah identifikasi awal. Identifikasi awal dilakukan dengan memberikan sebuah tes membaca kepada anak-anak yang dianggap memiliki kesulitan belajar membaca permulaan. Tes tersebut berupa 40 daftar kata bergradasi yang disusun dan diklasifikasikan dari kata yang dianggap mudah dan mempunyai frekuensi paling tinggi dengan kata yang dianggap paling sulit. Menurut Yusuf (2003: 81) daftar kata bergradasi dapat dilakukan untuk melihat kemampuan anak mengenal kata. Secara lebih rinci, daftar kata bergradasi dapat menunjukkan dan


(15)

memperkirakan tingkat penguasaan kosakata anak dan menunjukkan kelemahan anak menghadapi kata baru dalam membaca. Hasil tes ini diklasifikasikan ke dalam tiga tingkatan (Yusuf, 2003: 82). Anak-anak yang membuat satu kesalahan atau tidak membuat kesalahan sama sekali pada waktu tes membaca maka mereka berada dalam tingkat mandiri. Anak-anak yang membuat dua kesalahan pada waktu tes membaca maka mereka berada dalam tingkat bimbingan. Jika anak-anak tersebut membuat tiga kesalahan atau lebih, ia berada pada tingkat frustasi, yang berarti bahwa anak-anak tersebut memiliki kesulitan dalam belajar membaca. Selain itu, penyusunan kata bergradasi ini didasarkan pada perkembangan bahasa anak. Perkembangan bahasa anak ditandai oleh suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks (Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, 2012: 14).

Dari hasil tes membaca tersebut, terdapat beberapa anak yang termasuk ke dalam tingkat frustasi. Artinya, anak-anak tersebut memiliki kesulitan dalam membaca karena membuat tiga kesalahan atau lebih ketika tes membaca dilakukan. Dengan kata lain, mereka belum mampu mengenal kata sehingga dapat dikategorikan sebagai anak yang memiliki kesulitan dalam membaca. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas II yang setiap hari berinteraksi dengan anak yang memiliki kesulitan dalam membaca, dapat diketahui bahwa anak-anak tersebut memang berbeda dengan anak-anak-anak-anak yang lainnya. Perbedaan tersebut terlihat dari kemampuan membaca yang tertinggal dari teman-teman sekelasnya. Kemampuan dasar yang menyangkut pengetahuan huruf, merangkaikan kata, pengetahuan kosakata, dan makna kata belum mampu dikuasai oleh anak-anak yang memiliki kesulitan membaca.

Kesulitan belajar membaca permulaan tidak mungkin terjadi jika tidak ada faktor-faktor yang menyebabkannya. Begitu pula dengan beberapa anak yang diidentifikasi berkesulitan membaca permulaan. Menurut Dalyono (2009: 230), faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan yaitu, (1) faktor intern; dan (2) faktor ekstern. Faktor intern berasal dari dalam diri anak itu sendiri yang mencakup faktor fisiologis dan faktor psikologis,


(16)

sedangkan faktor ekstern mencakup faktor-faktor non sosial dan faktor-faktor sosial. Adapun Abdurahman (2009:11) mengklasifikasikan kesulitan belajar ke dalam dua kelompok, (1) kesulitan yang berhubungan dengan perkembangan; dan (2) kesulitan belajar akademik. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang tidak sesuai dengan kapasitasi yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis, dan matematika. Kesulitan belajar yang dibahas dalam penelitian ini bukan akibat dari gangguan-gangguan neurologis seperti gangguan motorik dan persepsi (reading disabilities) dan faktor-faktor intern yang berhubungan dengan fisiologis (fisik), akan tetapi lebih kepada permasalahan belajar membaca (reading difficulties) yang datang dari pengalaman yang kurang menguntungkan bagi anak dalam belajar, atau kegagalan dalam pencapaian kurikulum, penyampaian pembelajaran terhadap anak dalam lembaga pendidikan dan faktor-faktor lainnya.

Para ahli anak-anak usia dini mengetahui bahwa proses belajar dan mengembangkan diri adalah proses terus-menerus, yang terakumulasi selama hidupnya. Salah satu bagian dari proses belajar dalam masyarakat mana pun adalah membaca. Proses ini berpuncak pada pemahaman bahasa atau simbol yang digunakan masyarakat untuk berkomunikasi. Saat pengalaman dan kesempatan membaca seseorang berkembang dan meluas maka kemampuan untuk mengartikan simbol-simbol pun berkembang.

Anak-anak yang berkesulitan membaca memiliki keterlambatan kemampuan membaca dibandingkan dengan anak-anak lain yang memiliki kemampuan membaca lebih baik. Oleh karena itu, diperlukan layanan bimbingan belajar (remedial) yang sesuai untuk anak-anak yang berkesulitan membaca. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu penanganan yang lebih serius terhadap anak yang berkesulitan belajar membaca permulaan agar mereka dapat meminimalkan kesulitannya. Peneliti mencoba untuk menerapkan metode Fernald


(17)

sebagai salah satu upaya untuk menangani anak yang berkesulitan membaca. Metode Fernald adalah salah satu metode yang materi ajarnya dipilih oleh anak. Psikolog Jean Piageat (Muller, 2006: 1) menyebutkan bahwa pertumbuhan kognitif bergerak dari konkrit ke abstrak. Begitu pula perkembangan kemampuan membaca. Kemampuan membaca anak berawal dari tulisan-tulisan yang konkrit dan sering ditemukan anak dalam dunianya. Metode Fernald juga merupakan salah satu metode yang menggunakan atau memanfaatkan berbagai indera yang dimiliki anak. Oleh karena itu, peneliti menggunakan multisensori sebagai salah satu upaya untuk mengoptimalkan berbagai indera melalui berbagai aktivitas yang dapat menyebabkan anak menangkap informasi atau pengetahuan dengan indera yang dimilikinya.

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian tersebut di antaranya adalah (1) “Pengembangan Metode Multisensori sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Kata pada Karangan Narasi bagi Siswa Berkesulitan Belajar Menulis” (Dianawati, 2009); (2) “Pengembangan Panduan Metode Multisensori dalam Pembelajaran Pemahaman Makna Kata bagi Anak Tunagrahita Ringan” (Imandala, 2011); (3) “Penerapan Latihan Multisensori pada Siswa yang Mengalami Hambatan Persepsi Visual di Sekolah Dasar” (Suminar, 2010). Beberapa penelitian tersebut untuk anak yang berkesulitan belajar, baik kesulitan perkembangan maupun kesulitan akademik. Hasil dari beberapa penelitian tersebut menyatakan bahwa pengembangan dan penerapan multisensori mampu memengaruhi dan meningkatkan kemampuan belajar bagi anak-anak yang mengalami gangguan dan kesulitan belajar. Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang relevan sebelumnya adalah peneliti mencoba mengaplikasikan multisensori pada anak yang berkesulitan belajar membaca permulaan dengan menggunakan metode Fernald. Anak yang berkesulitan belajar membaca permulaan dalam penelitian ini adalah anak yang memilki masalah dalam membaca (reading difficulties) karena faktor-faktor di luar gangguan neurologisnya.

Pembelajaran membaca merupakan penentu keberhasilan anak dalam menguasai aspek keterampilan membaca. Oleh karena itu, peneliti terdorong


(18)

untuk melakukan studi lebih lanjut mengenai kasus kesulitan membaca dengan memberikan perlakuan untuk anak yang berkesulitan membaca permulaan. Salah satu alternatif perlakuan yang dapat diberikan adalah memberikan pembelajaran membaca dengan menggunakan metode Fernald berbasis multisensori. Melalui metode ini, diharapkan mampu mengurangi atau mengatasi kesulitan terhadap anak yang berkesulitan belajar membaca permulaan.

1.2Identifikasi Masalah Penelitian

Permasalahan yang telah dikemukakan pada latar belakang merupakan masalah yang terdapat pada anak-anak yang berkesulitan belajar membaca permulaan. Pada bagian ini akan dibahas masalah yang ditemukan setelah dilakukan identifikasi terhadap anak di kelas II SDN Isola II. Hasil dari identifikasi tersebut ditemukan kasus mengenai beberapa anak yang berkesulitan membaca permulaan. Kemampuan membaca anak-anak tersebut berada dalam tingkat frustasi sehingga memerlukan bimbingan atau penanganan lebih lanjut. Berdasarkan teori, anak-anak yang berada di kelas II SD seharusnya sudah mampu mengenal dan membunyikan huruf dan merangkaikannya menjadi sebuah kata. Anak-anak yang teridentifikasi berkesulitan belajar membaca permulaan belum mampu menguasai kemampuan tersebut sehingga peneliti mengklasifikasikannya sebagai sebuah kasus dalam berkesulitan belajar membaca permulaan. Jika anak mengalami kesulitan dalam membaca permulaan, maka akan berpengaruh terhadap pembelajaran membaca selanjutnya. Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian mendalam terhadap anak yang memiliki kesulitan membaca permulaan. Pengkajian tersebut dapat dilakukan berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkan anak berkesulitan belajar membaca permulaan dan upaya penanganannya. Permasalahan pada penelitian ini difokuskan pada upaya penanganan membaca bagi anak berkesulitan membaca permulaan dengan menggunakan metode Fernald berbasis multisensori.


(19)

1.3Pertanyaan-Pertanyaan Penelitian

Atas dasar permasalahan yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Bagaimana masalah membaca pada kasus anak yang berkesulitan membaca permulaan?

b. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan anak mengalami kasus berkesulitan membaca permulaan?

c. Bagaimana rancangan perlakuan metode Fernald berbasis multisensori dalam menangani kasus anak berkesulitan membaca permulaan?

d. Bagaimana pelaksanaan perlakuan metode Fernald berbasis multisensori dalam menangani kasus anak berkesulitan membaca permulaan?

e. Bagaimana hasil perlakuan metode Fernald berbasis multisensori dalam menangani kasus anak berkesulitan membaca permulaan?

1.4Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan kasus anak yang berkesulitan membaca permulaan serta upaya dan tindakan untuk mengurangi dan mengatasi kesulitan membaca anak melalui pembelajaran remedial membaca dengan metode Fernald berbasis multisensori. Tujuan lain yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan: a. masalah-masalah membaca pada kasus anak yang berkesulitan membaca

permulaan;

b. faktor-faktor yang menyebabkan anak mengalami kasus berkesulitan membaca permulaan;

c. rancangan perlakuan metode Fernald berbasis multisensori dalam menangani kasus anak berkesulitan membaca permulaan;

d. pelaksanaan perlakuan metode Fernald berbasis multisensori dalam menangani kasus anak berkesulitan membaca permulaan; dan

e. hasil perlakuan metode Fernald berbasis multisensori dalam menangani kasus anak berkesulitan membaca permulaan.


(20)

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut. a. Bagi Guru

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif metode dalam pembelajaran bagi anak berkesulitan membaca permulaan. Penelitian ini juga dapat digunakan untuk mengatasi masalah dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran membaca.

b. Bagi Anak

Penelitian ini dapat mengatasi anak yang berkesulitan membaca permulaan melalui metode Fernald berbasis multisensori, sehingga anak memiliki kemampuan dalam membaca permulaan dan menjadi bekal untuk menuju pembelajaran membaca yang lebih tinggi.

c. Bagi Orang Tua

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi bagi orang tua dalam menangani anak yang berkesulitan membaca permulaan. Orang tua menjadi salah satu bagian penting dalam mengatasi kesulitan membaca anak.

d. Bagi Peneliti

Peneliti dapat meningkatkan kualitas keilmuan serta mengimplementasikan metode Fernald berbasis multisensori sebagai upaya penanganan pembelajaran membaca bagi anak berkesulitan membaca permulaan.

1.6Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman yang terjadi antara peneliti dan pembaca terhadap judul penelitian, peneliti mendefinisikan istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini sebagai berikut.

a. Metode Fernald berbasis multisensori dalam pengajaran membaca permulaan merupakan sebuah metode yang memanfaatkan berbagai indera yang dimiliki anak. Metode Fernald merupakan sebuah metode yang digunakan bagi anak berkesulitan membaca. Materi bacaan yang digunakan dipilih dari kata-kata yang diucapkan anak, dan tiap kata diajarkan secara utuh dengan empat tahapan pembelajaran.


(21)

Multisensori merupakan upaya pengoptimalan berbagai indera melalui berbagai aktivitas yang dapat menyebabkan anak berkesulitan belajar membaca permulaan dapat menangkap informasi atau pengetahuan dengan indera yang dimilikinya. Visual, auditori, kinestetik, dan taktil (V-A-K-T) merupakan modalitas belajar anak yang harus diperhatikan. Orang visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukannya melalui apa yang mereka dengar, pelajar kinestetik belajar melalui gerak, dan pelajar taktil belajar melalui sentuhan (DePorter dan Hernacki, 2011: 112). b. Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan

melek huruf, yaitu kemampuan membaca yang lebih menekankan kepada membunyikan atau menghubungkan huruf dengan bunyi-bunyi bahasa yang bermakna.

c. Anak berkesulitan belajar membaca permulaan merupakan anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam belajar membaca yang disebabkan oleh berbagai faktor. Kesulitan belajar yang dibahas dalam penelitian ini bukan akibat atau efek dari gangguan neurologis tetapi lebih kepada permasalahan belajar membaca (reading difficulties) yang datang dari pengalaman yang kurang menguntungkan bagi peserta didik dalam belajar, atau kegagalan dalam pencapaian kurikulum dan penyampaian pembelajaran terhadap anak dalam lembaga pendidikan dan faktor-faktor lainnya.

1.7Anggapan Dasar

Dalam melakukan penelitian, peneliti berpedoman pada anggapan dasar berikut ini.

a. Dengan dasar membaca permulaan yang benar, anak-anak diharapkan memiliki keterampilan dalam memahami bacaan sebagai bekal dalam mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia.

b. Anak yang memiliki kesulitan dalam belajar membaca perlu penanganan bimbingan belajar membaca agar mampu mengimbangi kemampuan membaca teman sebayanya. Oleh karena itu, perlu adanya perencanaan pembelajaran melalui pendekatan dan metode yang tepat untuk menangani kasus tersebut.


(22)

c. Anak akan dapat belajar dengan baik jika materi yang disajikan dalam berbagai modalitas. Modalitas yang sering dipakai adalah visual (penglihatan),

tactile (perabaan), kinestetik (gerakan), dan auditory (pendengaran) (Yusuf, 2003: 95). Asumsi tersebut dapat didasarkan pada pendekatan multisensori yang mampu mengoptimalisasikan berbagai indera yang dimiliki anak. Untuk memungkinkan keterlibatan modalitas tersebut dibutuhkan beberapa alat bantu, seperti kartu huruf/kata, huruf timbul, multimedia membaca dan alat bantu lain yang dapat mengoptimalisasikan berbagai indera yang dimiliki anak.

d. Anak yang memiliki kesulitan belajar mampu berkembang secara maksimal apabila mendapatkan layanan pendidikan secara optimal dan relevan sesuai dengan kebutuhan mereka.

e. Anak yang memiliki kesulitan belajar memerlukan metode khusus sebagai penanganannya. Metode Fernald merupakan salah satu alternatif metode yang dapat digunakan dalam menangani anak yang memiliki kasus berkesulitan belajar membaca permulaan. Dengan metode ini, anak dilatih membaca kata secara utuh yang dipilih dari cerita yang dibuat oleh anak sendiri melalui empat tahapan pembelajarannya.


(23)

1.8Paradigma Penelitian

Bagan 1.1 Paradigma Penelitian


(24)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif melalui metode studi kasus. Hal tersebut dilakukan untuk penggalian data secara mendalam dan menganalisis secara intensif mengenai objek penelitian dan interaksi faktor-faktor yang terlibat di dalamnya. Metode studi kasus juga memungkinkan peneliti mempelajari sebuah permasalahan yang sederhana bahkan cukup rumit yang melibatkan sebuah kasus di dalamnya.

Menurut Bogdan dan Biklen (Syamsuddin dan Vismaia, 2009: 175) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar (a detailed examination of one setting) atau satu orang subjek (one single subject) atau satu tempat penyimpanan dokumen (one single depository of documents) atau satu peristiwa tertentu (one particular event). Ary, Jacobs, dan Razavieh (Syamsudin dan Vismaia, 2009: 175) meskipun tidak memberikan definisi secara jelas tentang pemahaman studi kasus, tetapi mereka memberikan penjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalam. Para peneliti berusaha menemukan semua variabel yang penting.

Kasus yang terdapat dalam penelitian ini merupakan pengujian secara rinci terhadap dua orang objek yang memiliki latar belakang kasus yang sama. Kasus tersebut merupakan kasus anak yang memiliki kesulitan dalam membaca permulaan. Dengan memerhatikan keadaan objek sekarang, pengalamannya di masa lampau, serta latar belakang lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, peneliti mampu mendapatkan sebuah gambaran secara mendalam mengenai masalah dan cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh objek penelitian.


(25)

3.2Desain Penelitian

Berikut ini merupakan desain penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus menurut Makmun (2007: 292).

Inputs Steps Feedback

(Masukkan data/Informasi) (Tahapan Kegiatan) (Umpan Balik)

Bagan 3.1

Desain Metode Studi Kasus Studi Pendahuluan

(datang sendiri atau dicari)

Informasi/data yang dicari Informasi/data yang

dicari

Informasi/data yang dicari

1

Identifikasi kasus

2

Identifikasi masalah

3

Diagnosis

4

Prognosis

5

Tindakan atau Remedial

6


(26)

3.2.1 Identifikasi Kasus

Pada tahap ini, peneliti mengidentifikasi siapa yang memiliki permasalahan untuk menjadi objek penelitian. Permasalahan atau kasus yang diangkat dalam penelitian ini adalah anak yang berkesulitan belajar membaca permulaan. Data pada tahap ini diperoleh dengan melakukan wawancara dan tes kemampuan membaca. Adapun teknisnya adalah peneliti melakukan wawancara dengan guru untuk mengetahui anak yang berkesulitan belajar membaca permulaan. Anak-anak tersebut kemudian diberikan tes membaca untuk mengetahui sejauh mana kemampuan awal membaca yang dimilikinya. Hasil dari identifikasi kasus ini digunakan juga untuk mengetahui masalah-masalah membaca anak yang berkesulitan belajar membaca permulaan.

Cara yang digunakan peneliti dalam mengidentifikasi kasus anak yang berkesulitan membaca permulaan adalah dengan melakukan analisis terhadap prestasi belajar anak atau catatan harian guru mengenai beberapa anak (anecdotal records) yang menunjukkan kelainan-kelainan tertentu. Dengan kata lain, dapat membedakan prestasi belajar anak dengan prestasi kelompoknya (norm referenced). Prestasi belajar anak dapat dilihat dari buku rapor yang setiap satu semester diterima anak. Catatan guru dapat diketahui dengan mewawancarai guru dan catatan-catatan yang dimilikinya. Dengan begitu, peneliti dapat mengetahui bahwa anak tersebut berkesulitan membaca dan berbeda dengan teman-teman lain sebayanya. Selain itu, peneliti melakukan analisis sosiometris dengan memilih teman terdekat di antara sesama anak. Hal ini dapat menemukan anak yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial yang memerlukan bimbingan guru.

3.2.2 Identifikasi Masalah

Tahap ini bertujuan memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi oleh anak yang berkesulitan belajar membaca permulaan. Membaca di sini dikategorikan sebagai kekurangmampuan anak dalam membaca permulaan karena dia belum mampu membaca sebuah rangkaian huruf untuk dijadikan kata. Peneliti merumuskan masalah penelitian ke arah menjawab pertanyaan sehingga data yang diperoleh adalah dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi


(27)

sekolah. Pada tahap ini, peneliti juga memanfaatkan tes kemampuan awal membaca pada tahap identifikasi kasus sebagai pemerolehan data.

Permasalahan yang peneliti teliti dilokalisasi dan dibatasi dengan ditinjau dari tujuan-tujuan proses belajar-mengajar secara substansial-material, yaitu dilokalisasi pada jenis bidang studi mana saja, pada bagian dan tingkat mana dari sisi dan struktur bidang studi tersebut. Selain itu, ditinjau juga secara behavioral, yaitu permasalahan mungkin terletak pada salah satu jenis dan tingkat perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik;

Dari segi proses belajar-mengajar sendiri mungkin letak permasalahannya berkaitan dengan salah satu komponen, yaitu:

a. kurikuler: kesesuaian dengan program/bidang studi/materi pelajaran;

b. metodologis: kesesuaian dengan strategi, metode, dan teknik belajar-mengajar; c. administratif: kesesuaian dengan cara pengorganisasian sistem

belajar-mengajar;

d. evaluatif: kesesuaian dengan sistem evaluasi belajar-mengajar; dan e. iklim sosial: hubungan dengan guru dan sesama anak.

Cara yang dapat ditempuh pada langkah ini, untuk mendeteksi masalah-masalah yang bertalian dengan diadakan tes tindakan disertai observasi, diadakan wawancara dan analisis dokumentasi.

3.2.3 Diagnosis

Pada tahap ini, peneliti meneliti faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya masalah dengan cara melakukan upaya untuk mengidentifikasi kasus beserta latar belakangnya. Langkah yang dilakukan untuk mengetahui mengapa dan bagaimana masalah itu timbul, serta berusaha untuk mencari berbagai alternatif untuk menyelesaikan masalah tersebut. Data pada tahap ini diperoleh melalui wawancara dengan objek penelitian maupun orang-orang yang berada di sekelilingnya (guru, orangtua, dan teman dari objek yang diteliti), observasi, dan hasil tes membaca. Kemungkinan faktor-faktor penyebabnya terletak pada : (a)

raw input (siswa/anak): potential (intelegensi dan bakatnya); developmental


(28)

aspirasi), emotional, attitudinal (sikap) habitual (kebiasaan), dan sebagainya; (b)

environmental input; iklim di sekolah (school climate), di rumah dan di masyarakat; dan (3) tujuan-tujuan pendidikan; ukuran atau kriteria keberhasilannya (criterion referenced, norm refrenced) atau tuntutan kualifikasi yang harus dipenuhinya.

3.2.4 Prognosis

Tahap prognosis ini bertujuan merumuskan alternatif pemecahan masalah berupa bentuk perlakuan yang akan ditempuh dalam mengatasi masalah yang dihadapi anak. Perumusan bentuk perlakuan tersebut mengacu kepada hasil indentifikasi masalah dan diagnosis. Dalam tahap ini peneliti merumuskan bentuk perlakuan yang akan diberikan yaitu pembelajaran membaca bagi anak berkesulitan belajar membaca permulaan menggunakan metode Fernald berbasis multisensori. Materi yang diberikan berupa materi-materi yang menyebabkan anak berkesulitan belajar membaca permulaan, seperti materi membaca permulaan. Peneliti juga mencoba menggunakan alat bantu ajar yang diperlukan anak dan menentukan waktu kegiatan yang akan dilaksanakan. Tindakan atau remedial yang akan diberikan kepada anak berupa bimbingan belajar individu. Bimbingan ini dilakukan secara individu dari dua anak yang berkesulitan belajar membaca permulaan.

3.2.5 Tindakan

Pada tahap ini peneliti memberikan perlakuan/tindakan/remedial berdasarkan pada hasil prognosis. Tahap ini bertujuan sebagai upaya penanganan masalah bagi anak berkesulitan membaca permulaan.

Makmun (2007: 289) menjelaskan bahwa jika jenis dan sifat permasalahan serta sumber permasalahannya masih bertalian dengan sistem belajar-mengajar dan masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan para guru, sebaiknya bantuan bimbingan itu dilakukan oleh guru atau pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya sudah menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih


(29)

mendalam maka sebaiknya tugas guru hanya membuat rekomendasi kepada para petugas/ ahli yang kompeten dalam bidang-bidang tersebut.

3.2.6 Evaluasi

Tahap evaluasi bertujuan meneliti dan mengetahui seberapa jauh pengaruh tindakan remedial terhadap upaya penanganan masalah kesulitan membaca permulaan yang terdapat pada anak. Data dalam tahap ini diperoleh melalui catatan lapangan, observasi dan tes membaca pada anak sebagai bentuk penguatan hasil tindakan. Kriteria keberhasilan pada tindakan evaluasi ini adalah anak telah mampu membaca kata dan menyusunnya menjadi kalimat sederhana. Selain itu, anak telah menyadari, memahami, dan menerima masalah yang dihadapinya.

3.3Sumber Data dan Data Penelitian

Sumber data yang diambil dalam pengumpulan data penelitian ini adalah dua anak yang merupakan siswa kelas II SDN Isola yang memiliki kesulitan dalam membaca permulaan. Dua orang anak tersebut adalah DS (laki-laki) yang berusia sembilan tahun dan NS (perempuan) yang berusia delapan tahun. Sumber data lain yang berhubungan dengan anak yang akan diteliti adalah orang-orang yang berada di sekitarnya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan anak tersebut. Para responden yang menjadi sumber informasi bagi penelitian ini, yaitu orang yang sehari-hari sering berhubungan dengan anak-anak tersebut, seperti guru, orang tua, dan teman-teman sebaya dari objek penelitian.

Data dalam penelitian ini adalah keterangan mengenai identitas dan kasus anak yang akan dikaji permasalahan dan penyebabnya. Selain itu, data yang didapatkan akan menentukan tindakan yang tepat berdasarkan hasil prognosis untuk menangani kasus yang dihadapi anak. Data dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara, observasi, catatan lapangan, dokumentasi sekolah dan hasil kemampuan membaca anak yang berkesulitan membaca permulaan.


(30)

a. Identitas Anak 1) Identitas DS

Nama : DS

Jenis kelamin : Laki-laki

Ttl : Bandung, 11 November 2004

Umur : 9 tahun

Agama : Islam

Status anak : Anak kandung

Anak ke- : dua dari empat bersaudara

Alamat rumah : Jl. Gegerkalong Hilir RT 03 RW 04 No. 49 Nama sekolah : SDN Isola

Kelas : IIB

2) Identitas NS

Nama : NS

Jenis kelamin : Perempuan

Ttl : Bandung, 25 Juli 2005

Umur : 8 tahun

Agama : Islam

Status anak : Anak kandung

Anak ke- : tiga dari empat bersaudara

Alamat rumah : Jl. Gegerkalong Hilir RT 03 RW 04 No. 49 Nama sekolah : SDN Isola

Kelas : IIA

b. Identitas Orang Tua DS dan NS

1) Ayah

Nama : AD

Umur : 57 tahun

Agama : Islam

Status ayah : Ayah tiri Pendidikan tertinggi : SD


(31)

Pekerjaan pokok : Buruh

Penghasilan : Rp. 800.000/bulan

Alamat Tinggal : Jl. Gegerkalong Hilir RT o3 RW 04 No. 49 2) Ibu

Nama : C

Umur : 33 tahun

Agama : Islam

Status ibu : Ibu kandung Pendidikan tertinggi : SMP

Pekerjaan pokok : Ibu Rumah Tangga Penghasilan : -

Alamat Tinggal : Jl. Gegerkalong Hilir RT o3 RW 04 No. 49

3.4Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi. Dalam penelitian kualitatif, triangulasi merujuk pada pengumpulan informasi (data) sebanyak mungkin dari berbagai jenis sumber (manusia, latar, kejadian) melalui berbagai metode (Alwasilah, 2003: 150). Teknik triangulasi digunakan peneliti untuk menghindari bias dalam sebuah penelitian. Dengan mengumpulkan dan menggabungkan informasi dari berbagai sumber diharapkan dapat menetralisir bias yang terdapat dalam penelitian. Adapun teknik yang digunakan dalam pengambilan data secara triangulasi adalah sebagai berikut.

3.4.1 Wawancara

Wawancara dilakukan sebagai identifikasi awal untuk mengetahui jenis kasus dan faktor-faktor yang menyebabkannya. Selain itu, teknik wawancara dalam penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi secara mendalam mengenai kasus yang diteliti. Wawancara dilakukan terhadap anak yang dijadikan objek penelitian, orang tua dari anak tersebut, teman-teman sekolahnya, dan guru yang setiap hari terlibat langsung dalam pembelajaran di kelas.


(32)

3.4.2 Observasi

Penggunaan teknik observasi dalam penelitian ini bertujuan menggali informasi yang mungkin tidak terucapkan dalam wawancara. Melalui observasi ini, peneliti dapat melihat dan meneliti secara langsung apa yang terjadi di lapangan. Observasi dilakukan terhadap kemampuan membaca anak, kepribadian anak, fisik anak, akademik anak, perilaku anak saat membaca, proses pembelajaran di kelas, serta kondisi lingkungan rumah dan sekolah anak berkesulitan membaca.

3.4.3 Tes

Tes dalam penelitian ini diberikan untuk mengetahui kemampuan awal membaca permulaan anak, serta identifikasi masalah dan diagnosis untuk pemerolehan data. Selain itu, tes juga dilakukan untuk mengetahui perkembangan membaca permulaan anak setelah diberikan tindakan atau remedial.

3.4.4 Catatan Lapangan

Catatan lapangan ini dilakukan untuk mengungkapkan aktivitas selama tindakan berlangsung. Dalam catatan lapangan ini, peneliti mengungkapkan perkembangan anak dalam setiap tindakan dan sebagai bahan refleksi dalam evaluasi untuk tindakan selanjutnya.

3.4.5 Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi sekolah berupa buku laporan pendidikan (rapor). Buku rapor digunakan peneliti sebagai bahan indentifikasi masalah.

3.5Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian adalah peneliti sendiri, hal tersebut sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (307: 2011) dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas maka kemungkinan akan


(33)

dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data. Oleh karena itu, peneliti menggunakan instrumen pendukung untuk mampu melengkapi data. Adapun instrumen pendukung penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

3.5.1 Instrumen Wawancara

Instrumen wawancara pada penelitian ini terbagi menjadi empat, yaitu instrumen wawancara untuk anak, orang tua, guru, dan teman sebaya anak berkesulitan membaca. Berikut ini merupakan pedoman wawancara untuk anak, orang tua, guru, dan teman sebaya anak berkesulitan membaca permulaan.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru

No. Indikator Pertanyaan Jawaban

1. Proses pembelajaran membaca di kelas

a. Bagaimana proses pembelajaran membaca yang selama ini

dilakukan di kelas? b. Teknik atau metode apa

yang digunakan untuk pembelajaran membaca di kelas?

c. Media pembelajaran apa yang digunakan untuk pembelajaran membaca di kelas?

d. Bahan ajar apa yang selama ini digunakan di kelas?


(34)

berlaku sudah sesuai dengan kebutuhan anak? Mengapa?

f. Apakah setiap anak diperlakukan sama dalam pembelajaran membaca di kelas? (baik anak yang mampu belajar baca dan anak yang kesulitan belajar baca) g. Kesulitan apa yang

dihadapi ketika memberikan

pembelajaran membaca di kelas?

2. Profil anak berkesulitan membaca permulaan

a. Bagaimana rata-rata kemampuan anak-anak di kelas II dalam belajar membaca permulaan?

b. Bagaimana kesiapan membaca anak-anak di kelas II ketika mulai belajar membaca? c. Bagaimana kemampuan

akademik anak yang berkesulitan belajar membaca permulaan? d. Bagaimana nilai anak


(35)

membaca permulaan di setiap mata pelajaran? e. Pernahkah ada prestasi

sekolah yang didapatkan anak yang berkesulitan belajar membaca permulaan?

f. Bagaimana sikap anak yang berkesulitan belajar membaca terhadap pembelajaran membaca di kelas?

g. Kesulitan seperti apa yang sering dihadapi anak berkesulitan belajar membaca permulaan saat pembelajaran membaca? h. Kesalahan apa yang

secara konsisten ditunjukkan anak berkesulitan belajar membaca permulaan pada waktu pembelajaran membaca?

3. Bimbingan atau penanganan guru terhadap anak berkesulitan belajar membaca permulaan

a. Bagaimana membimbing atau menangani anak yang berkesulitan belajar membaca permulaan? b. Adakah metode atau


(36)

digunakan untuk menangani anak yang berkesulitan membaca? Jika ada, metode atau strategi seperti apakah yang telah digunakan? c. Bagaimana perlakuan

guru di kelas terhadap anak yang berkesulitan belajar membaca

permulaan ketika belajar membaca?

d. Apakah ada waktu khusus di luar jam pelajaran untuk menangani anak berkesulitan belajar membaca permulaan? e. Apakah selalu

mendiskusikan permasalahan dan kemajuan belajar anak dengan orang tua atau walinya?


(37)

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Anak Nama :

Usia :

No. Indikator Pertanyaan Jawaban

1. Kebiasaan siswa sebelum kegiatan belajar mengajar di sekolah.

a. Jam berapa kamu bangun? Bangun sendiri atau dibangunkan orang tua?

b. Siapa yang menyiapkan buku-buku ke sekolah? Kapan? Malam hari atau pagi hari?

c. Bagaimana kamu berangkat ke sekolah? (berangkat sendiri atau diantar orang tua?) d. Apakah kamu pernah

terlambat masuk sekolah? Jika ya, apa alasan kamu terlambat?

e. Apakah kamu pernah tidak masuk sekolah? Jika ya, apa alasan kamu tidak masuk sekolah?

2. Proses kegiatan belajar mengajar di sekolah.

a. Jika pelajaran sedang berlangsung, apakah kamu selalu

memerhatikan apa yang gurumu jelaskan?


(38)

b. Apakah kamu mengerti apa yang

disampaikan/dijelaskan oleh gurumu? Mengapa? c. Apakah kamu suka

bertanya jika kamu tidak mengerti apa dikatakan oleh gurumu?

3. Minat anak terhadap belajar membaca.

a. Apakah kamu semangat jika ada pelajaran membaca di kelas? Kemukakan alasanmu! b. Menurut kamu, belajar membaca itu sulit atau tidak? Kemukakan alasanmu!

c. Apakah kamu senang belajar membaca dengan Bapak/Ibu guru di sekolah? Mengapa? d. Jika sedang belajar

membaca (Bahasa Indonesia) kegiatan apa yang kamu lakukan? e. Apakah kamu pernah

belajar membaca dengan gurumu selain di kelas? 4. Kondisi dan

kebiasaan

membaca anak di

a. Setelah pulang dari sekolah, apa yang kamu lakukan?


(39)

rumah. b. Apakah kamu suka belajar membaca buku ketika di rumah? Jika ya, kapan? Jika tidak,

mengapa?

c. Jika ada PR dari gurumu, siapakah yang suka membantu

mengerjakannya?

d. Apakah ada buku bacaan di rumah? Jika ada, buku bacaan seperti apa? e. Apakah orang tuamu

selalu mengajarkan membaca ketika di rumah? Jika iya, bagaimana cara mengajarkannya? 5. Perilaku orang

tua, guru, dan teman terhadap anak berkesulitan membaca.

a. Bagaimana perilaku orang tua terhadapmu? b. Bagaimana perilaku guru

terhadapmu?

c. Bagaimana perilaku teman-teman

terhadapmu?

d. Apakah kamu sering diberi hadiah oleh orang tuamu? Kapan dan bagaimana caranya? 6. Kondisi anak a. Dimana posisi dudukmu


(40)

berkesulitan membaca dalam ruang kelas.

ketika di kelas? b. Apakah kamu dapat

melihat dengan jelas tulisan yang ada di papan tulis?

c. Apakah kamu dapat mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh gurumu?

d. Apakah kamu merasa nyaman dengan suasana yang ada di kelas? 7. Kesulitan yang

dialami ketika belajar membaca.

a. Ketika belajar membaca, apa yang membuatmu kesulitan untuk membaca? b. Pernahkan kamu

mencoba untuk mengatasi kesulitan tersebut? Jika pernah, dengan cara apa kamu mencoba untuk mengatasinya?

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Orang Tua Orang tua dari :

No. Indikator Pertanyaan Jawaban

1. Profil anak dan identitas

keluarga/orang


(41)

tua. 2. Kondisi

keluarga/orang tua.

a. Menurut Ibu/Bapak, bagaimana kondisi ekonomi keluarga Anda? b. Bagaimana hubungan

antara Bapak/Ibu dengan anak-anaknya?

c. Kapan waktu berkumpul bersama di keluarga Bapak/Ibu? Sering atau jarang berkumpul? d. Bagaimana kemampuan

membaca Bapak/Ibu? e. Apakah ada riwayat

keluarga yang mengalami kesulitan membaca? f. Bahasa apakah yang

digunakan Bapak/Ibu di rumah?

3. Peran orang tua terhadap anak berkesulitan membaca.

a. Bagaimana peran Bapak/Ibu dalam

mendidik anak-anaknya? b. Apakah Bapak/Ibu selalu

mendampingi dan membimbing anaknya dalam belajar terutama belajar membaca? Jika iya, bagaimana caranya? c. Apa bentuk motivasi


(42)

Bapak/Ibu kepada anaknya dalam bidang pendidikan? Bagaimana caranya?

d. Apakah Bapak/Ibu sering memberikan penghargaan kepada anaknya? Kapan dan bagaimana caranya? e. Apakah Bapak/Ibu

menyiapkan peralatan sekolah yang akan dipakai anaknya ke sekolah? Kapan (malam hari atau pagi hari menjelang sekolah)? f. Apakah Bapak/Ibu

menyediakan media pembelajaran untuk membaca permulaan di rumah?

g. Usaha apa yang dilakukan dalam menangani kesulitan membaca anak Bapak/Ibu? h. Solusi apa yang

dilakukan Bapak/Ibu untuk meningkatkan kemampuan membaca anak?


(43)

i. Apakah anak Bapak/Ibu pernah mengikuti pembelajaran di luar sekolah (les)? 4. Kegiatan anak di

lingkungan rumah.

a. Bagaimana kegiatan sehari-hari anak

Bapak/Ibu ketika berada di rumah?

b. Apakah anak Bapak/Ibu suka belajar membaca ketika berada di rumah? c. Berapa lama anak

Bapak/Ibu belajar membaca dalam satu hari?

5. Kemampuan membaca anak.

a. Menurut Bapak/Ibu bagaimana kemampuan membaca anaknya saat ini?

b. Selama ini, apakah anak Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam membaca?

c. Kesulitan membaca seperti apa yang dialami anak Bapak/Ibu?

6. Pola asuh orang tua.

a. Seberapa sering Bapak/Ibu menyuruh anaknya untuk belajar di


(44)

rumah?

b. Apakah Bapak/Ibu sering memantau perkembangan prestasi anaknya di sekolah?

7. Harapan orang tua.

a. Bagaimana harapan Bapak/Ibu terkait dengan kesulitan membaca yang dihadapi oleh anak Bapak/Ibu?

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Teman Anak Berkesulitan Membaca

No. Indikator Pertanyaan Jawaban

1. Profil anak a. Apakah kamu kenal dekat dengan anak berkesulitan membaca?

b. Sejak kapan kamu mengenalnya? 2. Kondisi dan

kebiasaan belajar di kelas.

a. Menurutmu, apakah anak itu aktif dalam

pembelajaran di kelas? b. Bagaimana sikap anak itu

ketika pembelajaran membaca di kelas? c. Ketika belajar, apakah

suasananya ribut/tenang? d. Menurutmu, apakah anak

itu rajin belajar atau mengerjakan pekerjaan


(45)

rumah?

e. Apakah anak itu suka bermain dengan teman-teman lain di kelas? 3. Kemampuan

membaca anak.

a. Menurutmu, apakah anak itu sudah lancar dalam membaca? Ungkapkan pendapatmu!

b. Apakah kalian pernah belajar membaca bersama? Bagaimana pendapatmu ketika kalian belajar membaca

bersama-sama?

3.5.2 Instrumen Observasi

Instrumen observasi pada penelitian ini terbagi menjadi empat, yaitu, (1) observasi kepribadian, fisik, akademik, dan perilaku anak saat membaca; (2) observasi kemampuan membaca anak; dan (3) proses pembelajaran di kelas; dan kondisi lingkungan rumah dan sekolah anak berkesulitan membaca permulaan.

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Observasi Anak Berkesulitan Membaca Permulaan

No. Indikator Aspek Pengamatan Keterangan Catatan

Ya Tidak

1. Karakteristik kepribadian anak

berkesulitan belajar

a. Memiliki sifat pemalu dan rendah diri. b. Sering murung dan

suka menyendiri. c. Mudah tersinggung


(46)

membaca permulaan.

atau mudah marah. d. Ingin menang sendiri. e. Sering membuat ulah

atau keributan di kelas. f. Suka mengganggu

orang lain.

g. Kurang percaya diri. h. Mudah terpengaruh hal

negatif.

i. Terlalu cuek dan tidak peduli.

j. Suka melanggar tata tertib.

k. Memiliki perasaan takut yang berlebihan. l. Tidak mudah

bersosialisasi dengan anak-anak lain yang sebayanya.

m. Cenderung pasif dan pendiam.

n. Mudah bosan. 2. Karakteristik

fisik anak berkesulitan belajar membaca permulaan.

a. Memiliki kekurangan dalam pendengaran. b. Memiliki kekurangan

dalam penglihatan. c. Memiliki cacat fisik. d. Memiliki gangguan

dalam berkomunikasi. e. Kurang mampu


(47)

mengintegrasikan penglihatan dan pendengaran. 3. Karakteristik

akademik anak

berkesulitan belajar membaca permulaan.

a. Kemampuan dan keterampilan akademik rendah.

b. Memiliki nilai rendah di semua mata

pelajaran.

c. Memiliki nilai rendah di beberapa mata pelajaran.

d. Pernah tidak naik kelas. e. Memiliki kehadiran

yang rendah. f. Kesulitan dalam

menyerap pembelajaran. g. Kurang memiliki

keinginan atau minat dalam membaca. 4. Perilaku

anak saat membaca.

a. Menolak saat diajak untuk membaca. b. Ragu-ragu dalam

membaca.

c. Tidak ada semangat ketika diberikan bacaan.

d. Merasa tegang dan gelisah saat membaca.


(48)

e. Membaca tersendat-sendat.

f. Kenyaringan suara terlalu lemah. g. Kenyaringan suara

terlalu keras.

h. Jarak antara buku dan mata terlalu jauh. i. Jarak antara buku dan

mata terlalu dekat. j. Menunjuk tiap kata

yang sedang dibaca. k. Menggerakan kepala

ketika membaca. l. Berpikir cukup lama

ketika membaca kata.

Tabel 3.6

Kisi-Kisi Observasi Kemampuan Membaca Anak Berkesulitan Membaca Permulaan

No. Indikator Profil kemampuan

melek huruf

Keterangan Catatan

Ya Tidak

1. Kemampuan membaca huruf vokal,

konsonan, serta huruf /ng/ dan /ny/

a. Vokal

a

i

u

e

o

b. konsonan


(49)

b

c

d

f

g

h

j

k

l

m

n

p

q

r

s

t

v

w

x

y

z

c. huruf /ng/ dan /ny/

ng

ny

2. Kemampuan

melafalkan gabungan

a. Mampu melafalkan kata dengan satu suku kata.


(50)

huruf dalam kata.

b. Mampu melafalkan kata dengan dua suku kata (suku kata pertama terdiri dari satu fonem). c. Mampu melafalkan

kata dengan dua suku kata yang sama. d. Mampu melafalkan

kata dengan dua suku kata yang berbeda. e. Mampu melafalkan

kata dengan tiga suku kata yang berbeda. f. Mampu melafalkan

kata yang

mengandung /ng/ dan /ny/.

g. Mampu melafalkan kata yang berimbuhan h. Mampu melafalkan

vokal ganda (diftong) dalam kata.

i. Mampu melafalkan konsonan ganda (klutser) dalam kata. 3. Kemampuan

membedakan huruf yang bentuknya

a. /b/ dan /d/ b. /p/ dan /q/ c. /m/ dan /n/ d. /u/ dan /v/


(51)

hampir sama. e. /v/ dan /w/ f. /i/ dan /l/ g. /i/ dan /j/ 4. Kemampuan

membedakan huruf yang bunyinya hampir sama.

a. /b/ dan /d/ b. /l/ dan /r/ c. /k/ dan /q/ d. /p/ dan /f/ e. /p/ dan /v/ f. /v/ dan /f/ g. /s/ dan /x/ 5. Kesalahan

membaca kata pada anak berkesulitan membaca permulaan.

a. Penghilangan huruf atau kata (misalnya: /pergi/ dibaca [pegi]) b. Penggantian kata atau

huruf (misalnya: /kucing/ dibaca [kancing])

c. Pengucapan kata yang salah, makna sama (misalnya: /senang/ dibaca [seneng]) d. Pengucapan kata yang

salah, tidak bermakna (misalnya: /duri/ dibaca [buri])

e. Pembalikan huruf atau kata (misalnya: /ba-dan/ dibaca [da-ban]) f. Pemenggalan kata


(52)

(misalnya: /kar-tun/ dibaca [ka-r-tu-n]) 6. Kemampuan

dan cara membaca anak berkesulitan belajar membaca.

a. Mengeja dengan nyaring kemudian menggabungkan menjadi kata. b. Mengeja dengan

nyaring tetapi tidak menggabungkan menjadi kata.

c. Mengulang kata yang dibaca.

d. Membaca kata dengan bantuan guru.

e. Membetulkan kesalahan sendiri. f. Menerka-nerka kata

menggunakan konteks (gambar).

g. Membaca dengan cara menebak kata.

(diadaptasi dengan pengubahan dari Abdurahman, 2009: 210)

Tabel 3.7

Kisi-Kisi Observasi Lingkungan Rumah dan Lingkungan Sekolah Anak Berkesulitan Membaca

No. Indikator Aspek Pengamatan Keterangan Catatan

Ya Tidak

1. Kondisi lingkungan

a. Berada dalam


(53)

rumah/ keluarga.

nyaman dan strategis. b. Status sosial dan

ekonomi keluarga tergolong rendah. c. Memiliki tempat

tinggal yang layak. d. Memiliki tempat

tinggal sendiri. e. Terdapat kekerasan

dalam keluarga. f. Jumlah anak lebih dari

lima/ tergolong

memiliki banyak anak. g. Keterbatasan dalam

penggunaan bahasa Indonesia.

h. Rendahnya tingkat pendidikan orang tua. i. Anak dan orang tua

kurang ada komunikasi. j. Komunikasi

antarsaudara kurang. k. Suasana rumah terlihat

ramai/gaduh. l. Ada tempat khusus

untuk belajar.

m. Orang tua menyediakan media pembelajaran (buku bacaan, poster pembelajaran, dan


(54)

lain-lain) di rumah. n. Selalu ada waktu

berkumpul bersama keluarga.

o. Rumahnya berdekatan dengan rumah tetangga. p. Ada banyak anak

seusianya di sekitar lingkungan rumah. 2. Kondisi

lingkungan sekolah.

a. Kondisi gedung sekolah atau kelas layak untuk anak belajar.

b. Lingkungan sekolah berada di dekat keramaian.

c. Anak berada dalam kelas yang besar. d. Memiliki usia yang

sama dengan teman-teman sekelasnya. e. Memiliki teman dekat/

teman bermain di sekolah.

f. Dapat bersosialisasi dengan teman sekelas atau dengan teman di kelas yang lain. g. Memiliki hubungan


(55)

teman-teman sekelas. h. Memiliki hubungan

yang baik dengan guru-guru di sekolah.

Tabel 3.8

Kisi-Kisi Observasi Proses Pembelajaran di Kelas

No. Indikator Aspek Pengamatan Keterangan Catatan

Ya Tidak

1. Penguasaan bahan ajar.

a. Membuat rencana pembelajaran. b. Merumuskan tujuan

pembelajaran yang harus dicapai anak. c. Memulai pembelajaran

dengan menguji kemampuan anak terlebih dahulu. d. Mengaitkan materi

pelajaran dengan situasi sehari-hari. e. Menyampaikan materi

dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat dan bervariatif.

f. Ada interaksi tanya jawab antara anak didik dan guru ketika


(56)

berlangsung. g. Guru menggunakan

sumber buku acuan untuk proses pembelajaran. h. Anak-anak memiliki

buku acuan untuk proses pembelajaran. 2. Pemahaman

karakeristik anak.

a. Memahami perbedaan potensi dan

kemampuan anak terutama dalam membaca.

b. Memperlakukan anak sesuai dengan karakter yang dimilikinya. c. Memperhatikan

permasalahan yang dihadapi anak dalam kegiatan membaca. d. Tercipta hubungan

yang akrab antara guru dan anak didik.

e. Memantau kemajuan belajar setiap anak. 3. Pengelolaan

kelas.

a. Merencanakan dan memanfaatkan sumber belajar yang ada di sekolah dan alam sekitarnya.


(57)

b. Tepat waktu dalam memulai dan

mengakhiri pelajaran. c. Memotivasi anak

dalam melakukan berbagai kegiatan. d. Ada evaluasi rencana

dan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan. e. Mendokumentasikan

data kesulitan belajar anak.

4. Metode dan strategi pembelajaran

a. Menggunakan pendekatan

pembelajaran yang membuat anak aktif. b. Proses pembelajaran berlangsung dalam suasana yang menyenangkan. c. Menggunakan media

pembelajaran.

d. Menggunakan metode dan strategi khusus untuk menangani anak-anak yang memiliki kesulitan dalam membaca permulaan. 4. Evaluasi a. Melaksanakan evaluasi


(58)

pembelajaran di akhir pembelajaran. b. Melakukan analisis

belajar anak. c. Membuat data

kemajuan setiap anak. d. Merencanakan dan

melaksanakan program pengayaan atau

perbaiakan.

e. Memanfaatkan hasil penilaian untuk

perbaikan pembelajaran lebih lanjut.

(diadaptasi dengan pengubahan dari Suyud dalam Sugiyono, 2011: 153)

3.5.3 Instrumen Tes

Instrumen tes membaca pada penelitian ini terbagi menjadi tiga, yakni (a) instrumen tes membaca untuk identifikasi kasus; (b) instrumen tes untuk identifikasi masalah, dan diagnosis; dan (c) instrumen tes membaca untuk evaluasi hasil tindakan. Di Indonesia assessment formal untuk mengetahui secara pasti jenis kesulitan membaca yang dialami anak belum dikembangkan. Oleh karena itu, peneliti mengandalkan assessment informal yang diadaptasi dari berbagai sumber. Sumber pertama peneliti mengacu pada sumber yang terdapat

dalam buku hasil karya Munawir Yusuf dkk. (2003) yang berjudul “Pendidikan

bagi Anak dengan Problema Belajar” dan buku hasil karya Mulyono Abdurahman

(2009) yang berjudul “Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar”. Selain itu,

peneliti menyusun kata dalam instrument tes ini berdasarkan teori perkembangan bahasa anak.

Untuk mengetahui keabsahan instrument yang telah disusun, peneliti meminta penilaian pakar (judgment expert). Adapun pakar yang diminta menilai atau menimbang instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(59)

1. Prof. Dr. Syihabuddin, M.Pd. 2. Tatat Hartati, Ph.D.

3. Yunus Abidin, M.Pd. 4. Siti Aminah, S.Pd.

a. Instrumen Tes untuk Identifikasi Kasus dan Identifikasi Masalah

Instrumen tes untuk identifikasi kasus dilakukan untuk mengetahui anak yang berkesulitan membaca permulaan. Hasil dari tes dalam identifikasi kasus dimaanfaatkan untuk melihat dan menemukan masalah yang dialami anak pada tahap identifikasi masalah. Menurut Yusuf (2003: 81) daftar kata bergradasi dapat dilakukan untuk melihat kemampuan anak mengenal kata. Secara lebih rinci, daftar kata bergradasi dapat menunjukkan dan memperkirakan tingkat penguasaan kosakata anak, serta menunjukkan kelemahan anak menghadapi kata baru dalam membaca. Dalam hal ini, guru atau pembimbing dapat menyusun daftar kata dengan memilihnya secara acak. Daftar kata tersebut dapat diklasifikasi dari kata yang dianggap mudah dan mempunyai frekuensi paling tinggi dengan kata yang dianggap paling sulit. Selain itu, penyusunan instrumen tes untuk identifikasi kasus ini didasarkan pada perkembangan bahasa anak. Perkembangan bahasa anak ditandai oleh suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks (Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, 2012: 14).

Berdasarkan hasil assessment ini, tingkat kemampuan anak dapat dikelompokkan menjadi tiga tingkatan, yaitu: tingkat mandiri, tingkat bimbingan, dan tingkat frustasi. Seorang anak berada pada tingkat mandiri jika ia hanya membuat satu kesalahan atau bahkan tidak membuat satu kesalahan pun pada waktu membaca. Jika anak membuat dua kesalahan pada waktu membaca maka ia berada pada tingkat bimbingan. Namun ketika anak tersebut sudah membuat tiga kesalahan atau lebih, ia sudah berada pada tingkat frustasi, yang menyatakan bahwa anak tersebut termasuk ke dalam anak yang memiliki kesulitan dalam membaca.


(60)

Tabel 3.9

Penilaian Instrumen Identifikasi Kasus

Jumlah kata yang salah Tingkat

1 kata Mandiri

2 kata Bimbingan

3 kata atau lebih Frustasi

(Yusuf, 2003: 82)

b. Instrumen Tes untuk Diagnosis

Instrumen tes yang digunakan untuk diagnosis tidak jauh berbeda dengan instrumen tes pada identifikasi kasus. Melalui tes ini, peneliti ingin mengetahui lebih mendalam mengenai kemampuan membaca anak dan mencari alternatif untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi anak. Instrumen tes ini berupa deretan kata bergradasi yang diklasifikasikan berdasarkan tahap perkembangan bahasa anak. Perkembangan bahasa anak ditandai oleh suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks (Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, 2012: 14). Selain itu, kata bergradasi ini diklasifikasikan berdasarkan pembelajaran membaca di kelas I. Tes lain yang digunakan adalah tes untuk mengukur kemampuan membunyikan huruf vokal dan konsonan. Huruf-huruf vokal dan konsonan tersebut disusun secara acak untuk mengetahui kesadaran fonem anak. Kata bergradasi yang digunakan untuk mengukur kemampuan melafalkan gabungan huruf dan kata pada tahap diagnosis adalah kata yang diklasifikasikan sebagai berikut.

1) Tes melafalkan kemampuan kata dengan satu suku kata.

2) Tes melafalkan kata dengan dua suku kata (suku kata pertama terdiri atas satu fonem)

3) Kemampuan melafalkan kata dengan dua suku kata yang sama 4) Kemampuan melafalkan kata dengan dua suku kata yang berbeda 5) Kemampuan melafalkan kata dengan tiga suku kata yang berbeda


(61)

6) Kemampuan melafalkan kata yang mengandung huruf /ng/ dan /ny/ 7) Kemampuan melafalkan kata yang berimbuhan

8) Kemampuan melafalkan diftong dalam kata 9) Kemampuan melafalkan klutser dalam kata

Klasifikasi kata tersebut didasarkan pada kemampuan perkembangan bahasa anak dari kata yang sederhana menuju kata yang kompleks. Kata-kata tersebut terdiri dari 10 kata pada setiap klasifikasinya. Penilaian tes pada tahap diagnosis disesuaikan dengan kriteria penilaian tes pada tahap evaluasi.

c. Instrumen Tes untuk Evaluasi Hasil Tindakan

Instrumen tes yang digunakan untuk evaluasi hasil tindakan adalah evaluasi yang disusun berdasarkan hasil indentifikasi kasus, identifikasi masalah, dan diagnosis. Tes tersebut sejenis dengan tes yang digunakan dalam diagnosis. Tes evaluasi hasil tindakan dilakukan untuk mengetahui perkembangan atau pengaruh terhadap kemampuan membaca anak yang telah diberikan tindakan/perlakuan/remedial membaca. Persentase hasil nilai tes membaca dilakukan untuk menentukan ada tidaknya peningkatan kemampuan membaca anak. Adapun kriteria penilaian yang digunakan dalam tes membaca adalah sebagai berikut.

Tabel 3. 10

Kriteria Penilaian Tes Membaca untuk Anak Berkesulitan Membaca Aspek Keterampilan Membaca Interval Persentase Jawaban Benar Nilai Ubah Skala Sepuluh

Keterangan Indikator

Pencapaian Keterampilan pengenalan kata 100% 90% 10 9

Anak membaca 10 kata yang benar dari 10 kata yang ada.

Anak membaca 9 kata yang

Sempurna


(62)

80%

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

8

7

6

5

4

3

2

1

benar dari 10 kata yang ada.

Anak membaca 8 kata yang benar dari 10 kata yang ada.

Anak membaca 7 kata yang benar dari 10 kata yang ada.

Anak membaca 6 kata yang benar dari 10 kata yang ada.

Anak membaca 5 kata yang benar dari 10 kata yang ada.

Anak membaca 4 kata yang benar dari 10 kata yang ada.

Anak membaca 3 kata yang benar dari 10 kata yang ada.

Anak membaca 2 kata yang benar dari 10 kata yang ada.

Anak membaca 1 kata yang benar dari 10 kata yang ada.

Baik

Cukup

Sedang

Hampir Sedang

Kurang

Kurang Sekali

Buruk


(63)

3.6Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul secara keseluruhan, maka data diklasifikasikan dan dianalisis berdasarkan masalah penelitian. Secara rinci, teknik analisis data tersebut antara lain mendeskripsikan dan menganalisis:

1. hasil wawancara, observasi, dan tes kemampuan awal membaca permulaan untuk mengetahui objek penelitian dan masalah-masalah membaca anak yang memiliki kesulitan membaca permulaan;

2. hasil observasi, wawancara, dan tes membaca untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan anak berkesulitan membaca permulaan;

3. rancangan, pelaksanaan, dan hasil metode Fernald berbasis multisensori terhadap upaya penanganan membaca bagi anak yang mengalami kesulitan membaca permulaan melalui tes, observasi, dan catatan lapangan; dan

4. evaluasi hasil tindakan terhadap perkembangan membaca anak untuk membuat kesimpulan dan sebagai langkah tindakan selanjutnya.


(1)

277

Eka Merdekawati Ma’mur, 2014

Penerapan Metode Fernald Berbasis Multisensori Sebagai Upaya Penanganan Membaca Bagi Anak Berkesulitan Belajar Membaca Permulaan(Studi Kasus Terhadap Anak Berkesulitan Membaca)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terdapat pada anak. Faktor intern termasuk: (1) kemampuan membaca anak; (2) faktor psikologis anak; dan (3) perilaku anak saat membaca. Faktor ekstern termasuk: (1) Penggunaan metode pembelajaran, proses pembelajaran, dan lingkungan sekolah; dan (2) faktor lingkungan keluarga.

3. Berdasarkan persiapan penelitian yang telah dilakukan, rancangan perlakuan metode Fernald berbasis multisensori dalam menangani kasus anak yang berkesulitan membaca permulaan dibagi ke dalam empat tahapan perlakuan. Tahapan perlakuan tersebut mengacu pada tahap-tahap pembelajaran metode Fernald berbasis multisensori. Rancangan tahapan pertama didasarkan pada hasil identifikasi masalah dan diagnosis. Rancangan tahapan kedua, ketiga, dan keempat selain mengacu pada tahapan pembelajaran metode Fernald juga didasarkan pada hasil evaluasi tahap-tahap sebelumnya. Rancangan perlakuan setiap tahapnya peneliti susun dalam sebuah langkah-langkah perlakuan dalam bentuk RPP yang disesuaikan dengan tahapan pembelajaran metode Fernald berbasis multisensori.

4. Berdasarkan pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan, perlakuan metode Fernald berbasis multisensori dalam menangani kasus anak berkesulitan membaca permulaan ini dilakukan berdasarkan pada perencanaan pembelajaran yang disusun peneliti untuk setiap tahap perlakuannya. Selain itu, pelaksanaan perlakuan ini dilakukan sebanyak empat kali sesuai dengan tahapan pembelajaran metode Fernald. Setiap kali melakukan tindakan, peneliti melakukan evaluasi sebagai perbaikan untuk tahap selanjutnya.

5. Berdasarkan rangkaian pelaksaan penelitian yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa hasil dari perlakuan metode Fernald berbasis multisensori dalam menangani kasus anak berkesulitan membaca permulaan diperoleh hasil peningkatan kemampuan membaca permulaan yang berarti. Setiap pertemuan tes membaca dalam penelitian ini, anak mengalami peningkatan kemampuan membaca permulaan. Kemampuan tersebut dapat terlihat dari adanya peningkatan yang cukup berarti dari tes pada tahap diagnosis dan tes setelah remedial atau perlakuan.


(2)

Eka Merdekawati Ma’mur, 2014

Penerapan Metode Fernald Berbasis Multisensori Sebagai Upaya Penanganan Membaca Bagi Anak Berkesulitan Belajar Membaca Permulaan(Studi Kasus Terhadap Anak Berkesulitan Membaca)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Penelitian ini bertujuan untuk menangani anak-anak yang berkesulitan belajar membaca permulaan. Setelah melakukan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa DS dan NS dapat membaca kata tidak melalui huruf atau suku kata terlebih dahulu, melainkan dari sebuah kata yang diuraikan menjadi suku kata dan huruf. Mereka dapat membunyikan huruf dan mengeja suku kata dengan benar dari kata yang dipelajari. Selain itu, kata yang dipilih anak dalam pembelajaran sangat berpengaruh terhadap proses belajar yang aktif dan menyenangkan. Hal tersebut berpengaruh juga terhadap pengalaman berbahasa anak. Anak akan mengingat kosakata yang dipelajari jika dikaitkan dengan pengalaman yang dialaminya. Hal lain yang tidak kalah penting adalah anak mampu mengoptimalkan panca indera mereka melalui metode Fernald berbasis multisensori.

6.2Saran

Beberapa saran yang peneliti anjurkan setelah melaksanakan penelitian dan penganalisisan data adalah sebagai berikut.

1. Metode Fernald berbasis multisensori dalam penelitian ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca anak karena kesulitan membaca yang dialami anak disebabkan karena kemampuan membaca anak yang rendah. Namun, kesulitan membaca yang dialami anak tidak hanya disebabkan oleh hal tersebut. Hal-hal lain seperti gangguan-gangguan neurologis (reading disabilities) mungkin dapat menjadi penyebab lain yang mampu mempengaruhi kesulitan membaca anak. Oleh sebab itu, peneliti menyarankan penelitian selanjutnya dapat membahas tentang penanganan terhadap faktor neurologis yang berpengaruh bagi anak yang berkesulitan belajar membaca permulaan.

2. Metode Fernald berbasis multisensori yang digunakan sebagai upaya penanganan bagi anak berkesulitan belajar membaca permulaan diharapkan menjadi masukan bagi para guru, khususnya bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk menangani anak yang berkesulitan belajar membaca permulaan. Dalam pembelajaran ini diharapkan guru dapat memaksimalkan


(3)

279

Eka Merdekawati Ma’mur, 2014

Penerapan Metode Fernald Berbasis Multisensori Sebagai Upaya Penanganan Membaca Bagi Anak Berkesulitan Belajar Membaca Permulaan(Studi Kasus Terhadap Anak Berkesulitan Membaca)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berbagai indera yang dimiliki anak sebagai salah satu usaha dalam meningkatkan kemampuan membaca anak yang berkesulitan membaca permulaan.

Metode Fernald berbasis multisensori tidak hanya dapat diterapkan dalam penanganan membaca bagi anak berkesulitan belajar membaca permulaan, tetapi dapat dikembangkan juga dalam penanganan menulis bagi anak yang kemampuan menulisnya rendah. Berdasarkan tahapan pembelajarannya, metode Fernald tidak hanya memfokuskan anak agar mampu membaca, tetapi juga mampu menulis. Setiap tahapan dalam metode Fernald, anak diajak untuk menuliskan kata yang dibacanya. Hal tersebut dapat dimanfaatkan peneliti lain untuk menangani anak yang memiliki kemampuan menulis permulaan yang rendah.


(4)

Eka Merdekawati Ma’mur, 2014

Penerapan Metode Fernald Berbasis Multisensori Sebagai Upaya Penanganan Membaca Bagi Anak Berkesulitan Belajar Membaca Permulaan(Studi Kasus Terhadap Anak Berkesulitan Membaca)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2009). Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Abidin, Y. (2010). Strategi membaca (Teori dan pembelajarannya). Bandung: Rizqi Press.

Abidin, Y. (2012). Pembelajaran membaca berbasis pendidikan karakter. Bandung: Refika Aditama.

Agustin, M. (2011). Permasalahan belajar dan inovasi pembelajaran. Bandung: Refika Aditama

Ahuja, P. (2010). Membaca secara efektif dan efisien. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Alwasilah, A. C. (2003). Pokoknya kualitatif. Jakarta: PT Kiblat Buku Utama. Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian (Suatu pendekatan praktik). Jakarta:

Rineka Cipta.

Baines, L. (2008). A teacher’s guide to multisensory learning improving literacy

by engaging the sence. USA: Association for Suvervision and Curiculum Development.

Dalyono. (2009). Psikologi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

DePorter, B. dan Mike H. (2011). Quantum learning. Kaifa: Bandung.

Dianawati, D.E. (2009). Pengembangan metode multisensory sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis kata pada karangan narasi bagi siswa berkesulitan belajar menulis (Studi kasus siswa MTs Negeri Karang Sambung). Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Djuhaeri, O. S. dan Suherli. (2005). Panduan membuat karya tulis. Bandung: Yrama Widya.

Ghazali, S. (2010). Pembelajaran keterampilan berbahasa. Bandung: PT Refika Aditama.

Harjasujana, A.S. dan Vismaia S.D. (2003). Membaca dalam teori dan praktik. Bandung: Mutiara.


(5)

281

Eka Merdekawati Ma’mur, 2014

Penerapan Metode Fernald Berbasis Multisensori Sebagai Upaya Penanganan Membaca Bagi Anak Berkesulitan Belajar Membaca Permulaan(Studi Kasus Terhadap Anak Berkesulitan Membaca)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hartati, T. dkk. (2012). Panduan untuk guru membaca dan menulis permulaan untuk Sekolah Dasar kelas I. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Imandala, I. (2011). Pengembangan panduan metode multisensory dalam pembelajaran pemahaman makna kata bagi anak tunagrahita ringan.

Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Makmun, A. S. (2007). Psikologi kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mather, N. & Jaffe, L. (2002). Woodcock-Johnson III: Reports, recommendations, and strategies. New York: John Wiley & Sons.

Muller, S. (2006). Panduan belajar membaca jilid 2. Jakarta: Erlangga For Kids. Mulyati, Y. (tt). Modul pembelajaran membaca dan menulis permulaan. [Online].

Tersedia: http://file.upi.edu/direktori/FPBS.html [12 ebruari 2013] Nasution. (2011). Metode research (Penelitian ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Nurgiyantoro, B. (2001). Penilaian dalam pengajaran bahasa dan sastra.

Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta

Pusat Pengembangan Profesi Pendidik. (2012). Karakteristik perkembangan bahasa anak (Bahan belajar pendidikan dan pelatihan pasca-uji kompetensi awal bagi guru kelas). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Rahim, F. (2008). Pengajaran membaca di sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Santrock, J. W. (2007). Psikologi pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Semiawan, C. R. (2008). Belajar dan pembelajaran prasekolah dan sekolah dasar. PT Indeks: Anggota IKAPI Jakarta.

Spache, G. D. (1968). Reading in the elementary school. United States of America: Canbridge Massachusetts.

Sugiyono. (2011). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sukardi. (2008). Metodologi penelitian pendidikan (Kompetensi dan praktiknya). Jakarta: Bumi Aksara.


(6)

Eka Merdekawati Ma’mur, 2014

Penerapan Metode Fernald Berbasis Multisensori Sebagai Upaya Penanganan Membaca Bagi Anak Berkesulitan Belajar Membaca Permulaan(Studi Kasus Terhadap Anak Berkesulitan Membaca)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suminar, Y.A. (2010). Penerapan latihan multisensory pada siswa yang mengalami hambatan persepsi visual di Sekolah Dasar. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Surya, M. dan Moh. Amin. (1980). Pengajaran remedial. Jakarta: Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis.

Syah, M. (2011). Psikologi pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Syamsuddin, A.R. dan Vismaia S.D. (2009). Metode penelitian pendidikan bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tampubolon. (1993). Mengembangkan minat dan kebiasaan membaca pada anak. Bandung: Angkasa.

Tarigan dkk. dan Djago dkk. (1998). Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di kelas rendah. Jakarta: Depdikbud.

Tarigan, H. G. (1979). Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H. G. (2011). Membaca ekspresif. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H. G. dkk. (2011). Membaca dalam kehidupan. Angkasa: Bandung. UPI Bandung. (2009). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: tidak

diterbitkan.

Wood, D. dkk. (2007). Kiat mengatasi gangguan belajar. Jogjakarta: Kata Hati. Yin, K. R. (2012). Studi kasus (Desain dan metode). Jakarta: PT Raja Gravindo

Persada.

Yusuf, M. S. dan Abdurrahman M. (2003). Pendidikan bagi anak dengan problema belajar. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.