PENGGUNAAN PENDEKATAN PENGALAMAN BAHASA (LANGUAGE-EXPERIENCE APPROACH) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA :Penelitian Eksperimen dengan Single Subject Research pada Anak Berkesulitan Belajar Membaca Kelas

(1)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI………...……….v

DAFTAR GRAFIK………...vii

DAFTAR TABEL……….viii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...4

C. Definisi Operasional Variabel...4

1. Variabel Bebas...4

2. Variabel Terikat (Target Behavior)...5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian...6

E. Kerangka Berpikir...6

BAB II LANDASAN TEORI...11

A. Pendekatan Pengalaman-Bahasa (Language-Experience Approach)...11

B. Membaca Permulaan………..15

C. Anak Berkesulitan Belajar Membaca……….19

D. Pendekatan Pengalaman Bahasa Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan...22

BAB III METODE PENELITIAN...23

A. Rancangan Eksperimen...23

B. Prosedur Eksperimen...24


(2)

vi

2. Prosedur Intervensi...25

C. Instrumen Penelitian...27

D. Subjek Penelitian...34

G. Pengolahan dan Analisis Data...34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...37

A. Hasil Penelitian...37

B. Pembahasan...41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...44

A. Kesimpulan...44

B. Saran...45

DAFTAR PUSTAKA...47 LAMPIRAN... RIWAYAT HIDUP...


(3)

vii

DAFTAR GRAFIK

3.1 Grafik Tampilan Desain A- B- A...24

3.2 Contoh Grafik Garis………..36

4.1 Grafik Membaca Permulaan Baseline 1, Intervensi, dan Baseline 2...38


(4)

viii

DAFTAR TABEL


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap anak mempunyai potensi dan hambatan yang berbeda, oleh karena itu dikatakan bahwa setiap individu adalah insan yang unik. Keunikan tersebut seringkali menuntut guru untuk terus mencari cara yang tepat dalam membelajarkan para muridnya.

Kemampuan membaca merupakan suatu potensi yang harus dimiliki dan dikembangkan pada setiap anak. Ini penting karena di masa-masa awal pendidikan formal membaca merupakan modal dasar dalam studi lebih lanjut. Di masa-masa awal pendidikan formal tahap yang harus dilalui adalah membaca permulaan. Namun faktanya dalam tahap belajar membaca permulaan anak mengalami kegagalan. Kegagalan membaca ini tidak hanya terjadi pada anak yang memiliki kecerdasan yang rendah, tetapi terjadi pula pada mereka yang memiliki kecerdasan cukup baik atau seperti yang sering ditunjukkan pada anak-anak yang memiliki kecerdasan tinggi. Sehingga menjadi tidak sebanding antara tingkat kecerdasan dengan perkembangan atau kemampuan membacanya.

Menurut international book of specific learning disabilities and various sources prevalensi kesulitan membaca dibeberapa negara seperti; UK 4%, Finland 10%, Russia 10%, USA 8.5%, Jepang 6%, Singapura 3.3%, Hong Kong 12%. Sementara prevalensi kesulitan membaca di Indonesia masih belum diketahui dengan


(6)

pasti. Melihat data-data tersebut, diperkirakan prevalensi kesulitan membaca di Indonesia tidak jauh dari data prevalensi negara-negara lainnya, yaitu berkisar 5 – 10%.

Anak berkesulitan belajar membaca merupakan anak yang mengalami kesulitan mengenali dan menguasai lambang atau simbol (decoding) dari sebuah kata maupun kalimat. Selain itu anak juga sulit mengingat dan menyebutkan nama objek, sulit mengidentifikasi ritme kata, sulit membedakan suara-suara yang berbeda dalam kata, sulit mengasosiasikan suatu kata dengan makna kata tersebut, sulit memahami konsep waktu, sulit memahami konsep uang, bingung dengan penggabungan kata, dan low self-esteem (seringkali anak pemalu dan menjadi korban bullying).

World specific learning disabilities forum yang diadakan di Paris tahun 2010 menyatakan bahwa (1) 82% anak jalanan di Toronto penyandang kesulitan belajar spesifik, (2) kasus bunuh diri di Ontario tiga tahun terakhir penyandang kesulitan belajar spesifik, (3) 75-95% penghuni penjara adalah penyadang kesulitan belajar spesifik. Ketiga hal tersebut terjadi karena individu yang mengalami kesulitan membaca di usia sekolah mempunyai self esteem yang sangat buruk dan tidak ada motivasi dalam hidupnya.

Apa yang dipaparkan world specific learning disabilities forum merupakan dampak negatif dari individu yang mengalami kesulitan membaca, sekalipun tidak semua individu yang mengalami kesulitan membaca menunjukkan dampak seperti itu. Ada beberapa orang terkenal yang sukses dalam kehidupannya tetapi mengalami kesulitan membaca di awal pendidikan mereka, orang-orang terkenal tersebut


(7)

diantaranya: (1) Walt Disney, (2) Leonardo da Vinci, (3) Winston Churchill, (4) John F. Kennedy, (5) Albert Einstein, (6) Magic Johnson, (7) Tom Cruise.

Berkenaan dengan hal tersebut maka kesulitan anak dalam belajar membaca merupakan tantangan serius bagi pendidikan, yang dasarnya akan bermuara kepada para guru untuk menyelesaikan kesulitan-kesulitan itu. Sangatlah penting mencari cara yang efektif agar anak berkesulitan belajar membaca dapat meminimalisir kesulitan dan sukses di dalam kehidupannya, terutama pada fase awal mereka menghadapi pendidikan formal.

Kenyataan di sekolah, pengajaran dan materi membaca permulaan hanya dilakukan secara klasikal, belum mengakomodasi kemampuan, kebutuhan, dan kesulitan yang dihadapi anak, terutama anak yang mengalami kesulitan belajar membaca. Guru berfokus pada materi yang ada dibuku pelajaran dan pendekatan pembelajaran yang dilakukan hanya berpusat pada guru (teacher centered approach). Dampak dari guru belum mengakomodasi kemampuan, kebutuhan, dan kesulitan yang dihadapi anak maka anak berkesulitan belajar membaca permulaan seringkali mendapat pengalaman gagal yang tentunya berpengaruh kepada prestasi akademik dan self esteem. Dalam pembelajaran hendaknya guru berpusat kepada siswa salah satu caranya dengan menggunakan pendekatan pengalaman bahasa, dengan pendekatan ini diharapkan dapat memudahkan anak berkesulitan belajar membaca untuk menyimbol dan memaknai kalimat karena pendekatan ini mengali pengalaman bahasa yang dimiliki anak.


(8)

Inilah yang mendorong penulis melakukan sebuah penelitian guna meningkatkan kemampuan membaca permulaan bagi anak berkesulitan belajar membaca, cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengajarkan membaca permulaan berdasarkan perbendaharaan kalimat yang sudah didapat melalui pengalaman bahasa anak, baik pengalaman melalui visual, auditori, kinestetik, dan taktual. Cara ini dinamakan pendekatan pengalaman bahasa (language-experience approach), maka diharapkan dengan pendekatan ini pembelajaran akan berpusat kepada siswa (student centered approach).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: ”Apakah pendekatan pengalaman bahasa (language-experience approach) dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan bagi anak berkesulitan belajar membaca?”.

C. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Bebas

Pendekatan Pengalaman Bahasa (Language-Experience Approach)

Variabel bebas dapat diartikan sebagai variabel penyebab munculnya variabel lain, dalam penelitian subjek tunggal variabel bebas dikenal dengan istilah intervensi atau perlakuan. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pendekatan pengalaman bahasa (language-experience approach), pendekatan


(9)

pengalaman bahasa adalah suatu pendekatan pembelajaran membaca berdasarkan pada pengalaman bahasa anak, dimana anak mengunakan kalimat dan bahasa sendiri yang didapat melalui pengalaman, baik pengalaman visual, auditori, kinestetik, dan taktual yang berguna untuk memudahkan mengenal tulisan sebagai lambang atau simbol dari teks bacaan. Dengan pendekatan ini diharapkan proses membaca lebih mudah karena anak dapat menghubungkan pengetahuan dan pemahaman melalui pengalaman mereka.

2. Variabel Terikat

Kemampuan Membaca Permulaan

Variabel terikat dapat diartikan sebagai variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini variabel terikat atau target behavior adalah kemampuan membaca permulaan. Kemampuan membaca permulaan merupakan kecakapan mengenal bahasa tulis sebagai representasi visual bahasa, melalui tulisan anak diharapkan dapat mengkode simbol-simbol bunyi bahasa dimana anak hanya sebatas mengenal fonem dan mengabungkan fonem menjadi suku kata atau kata dan dapat menyuarakan tulisan dengan intonasi secara wajar yang berguna untuk memahami makna suatu kata atau kalimat sederhana.

Pada penelitian ini kemampuan membaca permulaan dinilai dalam bentuk persentase, semakin besar persentase yang didapat anak maka dapat diartikan bahwa kemampuan membaca permulaan meningkat atau semakin baik.


(10)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh pendekatan pengalaman bahasa (language-experience approach) terhadap kemampuan membaca permulaan bagi anak berkesulitan belajar membaca.

2. Manfaat

Menemukan suatu pendekatan yang dapat memberikan informasi mengenai pengajaran membaca permulaan anak berkesulitan belajar membaca


(11)

Keterangan kerangka berpikir: 1. Identifikasi Anak (Subjek)

Menentukan subjek yang memiliki kesulitan belajar membaca permulaan berdasarkan beberapa kriteria yaitu: (1) level IQ pada umumnya atau diatas rata-rata, pengetesan menggunakan Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC) yang dilakukan oleh psikolog, (2) prestasi tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki, (3) tidak ada gangguan indera, dan (4) diberikan stimulasi.

2. Prasyarat Membaca

Sebelum belajar membaca, anak harus melewati tahap prasyarat membaca. Anak berkesulitan membaca seringkali mempunyai hambatan dalam mengkode simbol, oleh karena itu sebelum belajar membaca permulaan maka harus dipastikan dulu kemampuan kesadaran simbol anak (persepsi visual). Penulis menggunakan instrumen yang telah teruji validitasnya, instrumen tersebut meliputi: (1) visual spasial, (2) visual diskriminasi, (3) figure and ground, dan (4) visual memori. 3. Asesmen

Asesmen sebagai alat untuk mengetahui dan menggali daftar kosa kata dan kalimat berdasarkan pendekatan pengalaman bahasa (language-experience approach). Dalam asesmen terdapat dua intsrumen yaitu: (1) instrumen alamiah dan (2) instrumen dikondisikan. Dalam instrumen alamiah penulis menggali kosa kata dan kalimat anak dengan melakukan tanya jawab berdasarkan pengalaman sehari-hari. Pada instrumen dikondisikan penulis menyiapkan beberapa gambar,


(12)

anak melihat gambar lalu menceritakan tentang apa yang dilihat berdasarkan pengalaman bahasa yang dimiliknya (language-experience approach).

Setelah dilakukan asesmen selanjutnya penulis menganalis kosa kata dan kalimat yang dimiliki anak dengan membagi kedalam beberapa pola kosa kata, pola tersebut antara lain: kv – kv, kv – kv – kv, kv – kv – k, kv – kv – kv – k, kv – k – kv, kvk – kv, kvk – kvk, v – kv, v – kvk, kv – kv – ng, kv – ny – v, kv – ny – vk, kv – v, kv – vk, kv – kv – vk, dan vk – kv – vk.

Keterangan pola: k = huruf konsonan v = huruf vokal

Dari pola tersebut penulis menyusun daftar kosa kata, yang nantinya akan digunakan sebagai dasar menyusun daftar kalimat. Daftar kosa kata dan daftar kalimat dapat dilihat pada lampiran.

4. Intervensi

Sebelum dilakukan intervensi, subjek harus melewati fase baseline. Baseline adalah kondisi dimana pengukuran target behavior dilakukan pada keaadaan natural belum diberikan intervensi apapun (Sunanto, 2005: 56). Pada fase ini subjek diminta untuk membaca kalimat, pada daftar kalimat terdapat beberapa tahapan membaca permulaan yakni membaca kalimat dengan pola termudah hingga yang tersulit. Dari proses tersebut dapat terlihat kemampuan membaca kalimat pada subjek, mana saja kalimat yang dapat dibaca dengan konsisten, belum konsisten, dan belum dapat dimembaca. Selanjutnya dilakukan intervensi,


(13)

pada fase ini subjek diberikan intervensi membaca kalimat yang belum bisa dibacanya. Membaca kalimat berdasarkan pengalaman bahasa yang dimiliki dan daftar kalimat tersebut diperoleh dari hasil asesmen yang sudah dianalisis.

Intervensi membaca permulaan menggunakan pendekatan pengalaman bahasa (language-experience approach) dan metode global, dalam metode global mengajarkan kepada anak untuk langsung membaca kalimat. Metode global adalah metode yang melihat segala sesuatu sebagai keseluruhan. Metode ini berlandaskan pada teori Gestald yang berpendapat bahwa belajar melibatkan proses mengorganisasikan pengalaman-pengalaman kedalam pola-pola yang sistematis dan bermakna. Belajar bukan melalui unsur-unsur yang terpecah sebaliknya belajar mulai dengan mempersepsi keseluruhan, lambat laun terjadi proses diferensiasi, yaitu menangkap bagian-bagian dan detail suatu objek, dalam penelitian bagian-bagian itu adalah simbol-simbol. Berikut ini contoh pengajaran kalimat berdasarkan pendekatan pengalaman bahasa (language-experience approach).


(14)

5. Hasil

Pada penelitian kasus tunggal akan berfokus pada data individu, hasil diperoleh dari pengolahan dan analisis data. Data dianalisis dengan menggunakan teknik statistik deskriptif.


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan subjek tunggal (Single Subject), yaitu suatu metode yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu perlakuan (intervensi) yang diberikan. Dalam hubungan ini, penulis memanipulasi sesuatu perlakuan (intervensi), kemudian mengobservasi pengaruh atau perubahan yang diakibatkan oleh manipulasi secara sengaja dan sistematis(Faisal, 1982:76).

A. Rancangan Eksperimen

Desain rancangan eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian subjek tunggal (Single Subject Reaserch), dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah desain A- B- A. Gambar tampilan desain A- B- A dilihat pada gambar berikut:


(16)

Keterangan :

A-1 = Suatu kondisi awal atau dasar kemampuan membaca permulaan subjek berdasarkan pengalaman bahasa yang dimilikinya. Pada baseline A-1 ini subjek tidak diberikan intervensi.

B = Subjek diberikan perlakuan atau intervensi, intervensi yang diberikan berupa pengajaran membaca permulaan dengan pendekatan pengalaman bahasa (language-experience approach).

A-2 = Merupakan pengulangan kondisi awal atau kemampuan dasar subjek dalam kemampuan membaca permulaan, pada tahap ini dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauhmana intervensi dapat berpengaruh terhadap kemampuan membaca permulaan anak berkesulitan belajar membaca.

O = Observasi

X = Perlakuan atau intervensi

B. Prosedur Eksperimen 1. Menentukan Baseline

Pada fase baseline subjek diminta untuk membaca kalimat berdasarkan item pada daftar kalimat yang diperoleh dari hasil asesmen. Pada daftar kalimat terdapat beberapa tahapan membaca permulaan yakni dimulai dengan membaca kalimat dengan pola yang termudah hingga tersulit, pola tersebut antara lain kv – kv, kv – kv – kv, kv – kv – k, kv – kv – kv – k, kv – k –kv, kvk – kv, kvk – kvk, v


(17)

– kv, v – kvk, kv – kv – ng, kv – ny – v, kv – ny – vk, kv – v, kv – vk, kv – kv – vk, dan vk – kv – vk.

Keterangan pola: k = huruf konsonan v = huruf vokal

Dari proses membaca kalimat tersebut maka dapat terlihat kemampuan membaca permulaan subjek, mana saja kalimat yang dapat dibaca dengan konsisten, belum konsisten, dan belum dapat dibaca. Fase ini sebagai acuan sebelum dilaksanakannya intervensi.

2. Prosedur Intervensi

Pada fase ini subjek diberikan intervensi membaca kalimat yang belum bisa dibacanya. Proses awal intervensi, subjek dikondisikan duduk disebelah penulis kemudian pembelajaran membaca permulaan diawali latihan membaca dengan pola yang mudah yaitu kv – kv, jika anak sudah mampu dan konsisten membaca pola tersebut maka dilanjutkan kepola-pola selanjutnya seperti kv – kv – kv, kv – kv – k, kv – kv – kv – k, kv – k –kv, kvk – kv, kvk – kvk, v – kv, v – kvk, kv – kv – ng, kv – ny – v, kv – ny – vk, kv – v, kv – vk, kv – kv – vk, dan vk – kv – vk. Berikut ini contoh pengajaran kalimat berdasarkan pendekatan pengalaman bahasa (language-experience approach).


(18)

Contoh:

Penilaian dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

• Mampu membaca pola tunggal mendapat skor 1

• Mampu membaca pola gabungan mendapat skor 2

• Tidak mampu membaca pola tunggal atau pola gabungan mendapat skor 0 Setelah skor dijumlah lalu di rubah ke dalam bentuk persentase dengan rumus:

P = x 100 %

Keterangan : P = Persentase N = Jumlah skor total F = Jumlah skor yang didapat C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Daftar kalimat

No Kalimat


(19)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

baju redi biru yeni guru saya meja dari kayu redi beli bola dasi baru papa mama suka nasi saya bisa baca buka buku iqro topi gita satu jari saya lima kaki kita sama mama suka tahu papa lari pagi gita suka susu lupa beli cabe cari baso dulu gigi redi tiga kuku kaki papa kv – kv - kv 19 sepatu polisi

kv – kv - k 20 21 22 23 24 25 26 kebun nenas makan melon kolam pasir susah tidur

murid masuk kelas mobil mewah hitam makan sayur lodeh


(20)

27 28 29 30 31 32 33 34

papan tulis putih teman sakit panas rumah kotak kecil jajan sosis pedas harus tidur malam lihat kebun jeruk kursi taman merah duduk di bawah pohon kv – kv – kv - k 35

36

belajar di sekolah melihat pelukis kv – k - kv

37 cinta pergi ke yogya kvk - kvk

38 39 40

delfin gambar wortel sandal fadlan coklat pensil dan pulpen delfin v - kv

41 ada ibu v - kvk 42

43

anak ayam apel enak kv – kv - ng 44 45 46 47 48 kucing belang pisang goreng burung kuning sedang pusing pegang payung


(21)

49 50

senang renang pulang ke padang kv – v

51 dia mau kue

kv – kv – vk / vk – kv – vk 52 hadiah adrian

Pola gabungan 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73

lilin ulang tahun matahari ciptaan tuhan buah anggur dan durian lampu lalu lintas najwa minum teh pemandangan gunung minum jus semangka deron pakai celana hijau alfin memakai kaos tidur di kasur empuk indra disuapi kangkung membaca bahasa indonesia upacara bendera di mulai putri menyebrang jalan mereka memegang unta bermain lompat tali tenggelam di sungai terdengar sorak penonton ibu indah mengajar matematika binatang zebra dan singa sabun mandi wangi


(22)

74 75 76 77

wulan nonton unyil firas orang sunda meniup balon ungu melihat bulan dan bintang

2. Kriteria Penilaian

Kriteria penilaian merupakan panduan dalam menentukan besar atau kecilnya skor yang didapat anak dalam kemampuan membaca permulaan. Berikut ini kriteria penilaian kemampuan membaca permulaan:

No Kalimat Skor

Pola Tunggal kv - kv 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

baju redi biru yeni guru saya meja dari kayu redi beli bola dasi baru papa mama suka nasi saya bisa baca buka buku iqro topi gita satu jari saya lima kaki kita sama mama suka tahu papa lari pagi

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


(23)

14 15 16 17 18

gita suka susu lupa beli cabe cari baso dulu gigi redi tiga kuku kaki papa

1 1 1 1 1 kv – kv - kv

19 sepatu polisi 1

kv – kv - k 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 kebun nenas makan melon kolam pasir susah tidur

murid masuk kelas mobil mewah hitam makan sayur lodeh papan tulis putih teman sakit panas rumah kotak kecil jajan sosis pedas harus tidur malam lihat kebun jeruk kursi taman merah duduk di bawah pohon

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 kv – kv – kv - k

35 36

belajar di sekolah melihat pelukis

1 1 kv – k - kv


(24)

kvk - kvk 38

39 40

delfin gambar wortel sandal fadlan coklat pensil dan pulpen delfin

1 1 1 v - kv

41 ada ibu 1

v - kvk 42 43 anak ayam apel enak 1 1 kv – kv - ng

44 45 46 47 48 49 50 kucing belang pisang goreng burung kuning sedang pusing pegang payung senang renang pulang ke padang

1 1 1 1 1 1 1 kv – v

51 dia mau kue 1

kv – kv – vk / vk – kv – vk

52 hadiah adrian 1

Pola gabungan 53 54 55 56 57 58

lilin ulang tahun matahari ciptaan tuhan buah anggur dan durian lampu lalu lintas najwa minum teh pemandangan gunung 2 2 2 2 2 2


(25)

59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77

minum jus semangka deron pakai celana hijau alfin memakai kaos tidur di kasur empuk indra disuapi kangkung membaca bahasa indonesia upacara bendera di mulai putri menyebrang jalan mereka memegang unta bermain lompat tali tenggelam di sungai terdengar sorak penonton ibu indah mengajar matematika binatang zebra dan singa sabun mandi wangi wulan nonton unyil firas orang sunda meniup balon ungu melihat bulan dan bintang

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Setelah dijumlah, skornya lalu dirubah ke dalam bentuk persentase dengan rumus:

P = x 100 %

Keterangan : P = Persentase N = Jumlah skor total


(26)

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah satu anak yang mempunyai kriteria: mengalami kesulitan membaca permulaan, mempunyai tingkat intelegensi diatas rata-rata pada umumnya, prestasi tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki, dan tidak mempunyai gangguan pada indera.

No Inisial Umur Sekolah Level IQ

1 SN 7 tahun SDN. X Kelas 1 122

G. Pengolahan dan Analisis data

Tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan adalah analisis data, pada penelitian desain kasus tunggal akan terfokus pada data individu daripada data kelompok, setelah data semua terkumpul kemudian data dianalisis menggunakan teknik statistik deskriptif. Pada penelitian dengan kasus tunggal penggunaan statistik yang komplek tidak dilakukan tetapi lebih banyak menggunakan statistik deskriptif yang sederhana (Sunanto 2005: 65). Adapun tujuan analisis data dalam bidang modifikasi perilaku adalah untuk dapat melihat sejauhmana pengaruh intervensi terhadap perilaku yang ingin dirubah atau target behavior. Metode analisis visual yang digunakan adalah degan menggunakan pengamatan langsung terhadap data yang ditampilkan dalam grafik, dalam proses analisis data pada penelitian subjek tunggal banyak mempresentasikan data ke dalam grafik khususnya grafik garis,


(27)

tujuan grafik dalam penelitian adalah penulis lebih mudah untuk menjelaskan kemampuan membaca permulaan subjek secara efisien dan detail. Menurut Sunanto (2005: 36) terdapat beberapa komponen- komponen dasar yang harus dipenuhi dalam pembuatan grafik di antaranya sebagai berikut:

1. Absis adalah sumbu X merupakan sumbu mendatar yang menunjukan satuan variabel bebas (misalnya sesi, hari, tanggal)

2. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukan satuan untuk variabel terikat (misalnya persen, frekuensi, durasi)

3. Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai titik awal satuan bebas dan terikat.

4. Skala garis- garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukan ukuran( misalnya : 0 %, 25%, 50 %, 75 %).

5. Label kondisi,yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen misalnya baseline atau intervensi

6. Garis perubahan kondisi yaitu garis vertikal yang menunjukan adanya perubahan kondisi ke kondisi lainnya.

7. Judul grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.


(28)

Bentuk dasar dari grafik garis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada halaman berikut.


(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan grafik dan hasil analisis data pada bab IV, subjek penelitian mengalami kesulitan dalam membaca permulaan, ini terlihat dari persentase tertinggi baseline pertama yang didapat oleh subjek hanya 5% dan grafik mean level menunjukkan rendahnya kemampuan anak berkesulitan belajar membaca dalam membaca permulaan.

Setelah diberikan intervensi melalui pendekatan pengalaman bahasa (language-experience approach) kemampuan membaca permulaan anak meningkat dan perolerah persentase subjek 83%. Dengan meningkatnya kemampuan subjek dalam membaca permulaan maka berpengaruh pada self esteemnya, ini terlihat dari munculnya kepercayaan diri saat proses membaca, tidak menolak saat aktivitas membaca, lebih bersemangat, dan ceria. Hal tersebut dikarenakan anak sudah mendapatkan pengalaman berhasil.

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan pengalaman bahasa (language-experience approach) dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan bagi anak berkesulitan belajar membaca. Hal ini ditunjukkan dari hasil mean level pada grafik 4.2 yakni terjadi perubahan sebelum dan sesudah diberikan intervensi.


(30)

B. Saran

Saran dalam tesis ini merupakan suatu masukkan dari hasil kajian penelitian yang telah dilaksanakan, guna memberikan pelayanan pendidikan yang lebih baik sesuai dengan karakter anak berkebutuhan khusus, khususnya anak berkesulitan belajar membaca. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dipaparkan saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Hendaknya guru terus mendalami karakter dan pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus karena sekolah menerima semua anak sehingga dapat dikatakan sekolah ini adalah sekolah inklusif. Sekolah bukan hanya menerima semua anak dengan kebutuhannya masing-masing, tetapi sekolah khususnya guru dapat memberikan pelayanan individual yang optimal kepada setiap anak yang ada di kelasnya. Setiap anak unik, setiap anak belajar sesuai dengan karakter dan pengalaman yang didapatnya. Dalam pembelajaran membaca permulaan hendaknya guru tidak hanya berpegang pada buku pelajaran saja tetapi guru lebih menggali pengalaman bahasa anak, dengan pendekatan pengalaman bahasa (language-experience approach), anak di kelas satu akan lebih mudah untuk mengenal bahasa tulis sehingga melalui tulisan anak diharapkan dapat mengkode simbol-simbol bunyi bahasa dan mudah memahami makna dari suatu kalimat sederhana.


(31)

2. Penelitian Selanjutnya

Penelitian yang dapat dilakukan selanjutnya adalah meneliti pengaruh pendekatan pengalaman bahasa (language-experience approach) terhadap kemampuan membaca permulaan bagi anak tunagrahita. Maka dapat diketahui apakah pendekatan tersebut juga dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan bagi anak yang memiliki fungsi intelektual di bawah rata-rata anak pada umumnya.


(32)

47 DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Akhadiah. (1992). Proses Membaca dan Menulis Permulaan pada Anak SD dikelas Rendah. (Online). Tersedia: http:/lindaajjwa.wordpress.com/2011/ 04/18/proses-membaca-dan-menulis-permulaan/. (7 Mei 2011).

Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar - Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bond, Guy L. (1979). Reading Difficulties: Their Diagnosis and Correction. New Jersey: Prentice Hall.

Budiningsing, Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Cormick, Mc. (1988). The Language Experience Approach. (Online). Tersedia:

http://www.sil.org/lingualinks/literacy/referencematerials/glossaryofliterac yterms/whatisthelanguageexperienceapp.htm. (9 Juni 2010).

Faisal. (1982). Metodologi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional

Kamarga, Hansiswany. Teori dan Riset Pengajaran. (Online). Tersedia: hanckey.pbworks.com/f/TEORI+DAN+RISET+PENGAJARAN+(1).ppt. (9 Juni 2010).

Lerner, J.W. (1988). Learning Disabilities. New Jersey: Houghton Mifflin. Mercer. (1983). Children and Adolescents with Learning Disabilities. London. Nurhayati, S. (2007) Pembelajaran Membaca Permulaan Melalui Permainan

Bahasa Di Kelas Awal Sekolah Dasar. (Online) Jurnal Sekolah Dasar. Tersedia: http://www.Google.com. ( 7 Mei 2011).

Reid, Gavin. (2007). Dyslexia. London: Continuum.

Rochyadi, Endang. ( ). Model Pembelajaran Berbasis Kesadaran Linguistik dan Kesadaran Persepsi Visual untuk Meningkatkan Pembelajaran Membaca Anak Tunagrahita.


(33)

48 Shaywitz, Sally. (2003). Overcoming Dyslexia. New York: Vintage Books.

Stauffer, Russell G. (1970). The Language-Experience Approach To The Teaching Of Reading. New York: Harper and Row.

Solek, Purboyo. (2010). Disleksia Pada Anak Usia Sekolah. Bandung: Seminar Dyslexia Awareness.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sunanto, Juang dkk. (2005) . Pnegantar Penelitian Dengan Subjek Tunggal. CRICED University of Tsukuba.

Tarigan, H.G. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung, Angkasa


(1)

36

Bentuk dasar dari grafik garis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada halaman berikut.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan grafik dan hasil analisis data pada bab IV, subjek penelitian mengalami kesulitan dalam membaca permulaan, ini terlihat dari persentase tertinggi baseline pertama yang didapat oleh subjek hanya 5% dan grafik mean level menunjukkan rendahnya kemampuan anak berkesulitan belajar membaca dalam membaca permulaan.

Setelah diberikan intervensi melalui pendekatan pengalaman bahasa (language-experience approach) kemampuan membaca permulaan anak meningkat dan perolerah persentase subjek 83%. Dengan meningkatnya kemampuan subjek dalam membaca permulaan maka berpengaruh pada self esteemnya, ini terlihat dari munculnya kepercayaan diri saat proses membaca, tidak menolak saat aktivitas membaca, lebih bersemangat, dan ceria. Hal tersebut dikarenakan anak sudah mendapatkan pengalaman berhasil.

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan pengalaman bahasa (language-experience approach) dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan bagi anak berkesulitan belajar membaca. Hal ini ditunjukkan dari hasil mean level pada grafik 4.2 yakni terjadi perubahan sebelum dan sesudah diberikan intervensi.


(3)

45

B. Saran

Saran dalam tesis ini merupakan suatu masukkan dari hasil kajian penelitian yang telah dilaksanakan, guna memberikan pelayanan pendidikan yang lebih baik sesuai dengan karakter anak berkebutuhan khusus, khususnya anak berkesulitan belajar membaca. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dipaparkan saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Hendaknya guru terus mendalami karakter dan pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus karena sekolah menerima semua anak sehingga dapat dikatakan sekolah ini adalah sekolah inklusif. Sekolah bukan hanya menerima semua anak dengan kebutuhannya masing-masing, tetapi sekolah khususnya guru dapat memberikan pelayanan individual yang optimal kepada setiap anak yang ada di kelasnya. Setiap anak unik, setiap anak belajar sesuai dengan karakter dan pengalaman yang didapatnya. Dalam pembelajaran membaca permulaan hendaknya guru tidak hanya berpegang pada buku pelajaran saja tetapi guru lebih menggali pengalaman bahasa anak, dengan pendekatan pengalaman bahasa (language-experience approach), anak di kelas satu akan lebih mudah untuk mengenal bahasa tulis sehingga melalui tulisan anak diharapkan dapat mengkode simbol-simbol bunyi bahasa dan mudah memahami makna dari suatu kalimat sederhana.


(4)

2. Penelitian Selanjutnya

Penelitian yang dapat dilakukan selanjutnya adalah meneliti pengaruh pendekatan pengalaman bahasa (language-experience approach) terhadap kemampuan membaca permulaan bagi anak tunagrahita. Maka dapat diketahui apakah pendekatan tersebut juga dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan bagi anak yang memiliki fungsi intelektual di bawah rata-rata anak pada umumnya.


(5)

47

47 DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Akhadiah. (1992). Proses Membaca dan Menulis Permulaan pada Anak SD dikelas Rendah. (Online). Tersedia: http:/lindaajjwa.wordpress.com/2011/ 04/18/proses-membaca-dan-menulis-permulaan/. (7 Mei 2011).

Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar - Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bond, Guy L. (1979). Reading Difficulties: Their Diagnosis and Correction. New Jersey: Prentice Hall.

Budiningsing, Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Cormick, Mc. (1988). The Language Experience Approach. (Online). Tersedia:

http://www.sil.org/lingualinks/literacy/referencematerials/glossaryofliterac yterms/whatisthelanguageexperienceapp.htm. (9 Juni 2010).

Faisal. (1982). Metodologi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional

Kamarga, Hansiswany. Teori dan Riset Pengajaran. (Online). Tersedia: hanckey.pbworks.com/f/TEORI+DAN+RISET+PENGAJARAN+(1).ppt. (9 Juni 2010).

Lerner, J.W. (1988). Learning Disabilities. New Jersey: Houghton Mifflin. Mercer. (1983). Children and Adolescents with Learning Disabilities. London. Nurhayati, S. (2007) Pembelajaran Membaca Permulaan Melalui Permainan

Bahasa Di Kelas Awal Sekolah Dasar. (Online) Jurnal Sekolah Dasar. Tersedia: http://www.Google.com. ( 7 Mei 2011).

Reid, Gavin. (2007). Dyslexia. London: Continuum.

Rochyadi, Endang. ( ). Model Pembelajaran Berbasis Kesadaran Linguistik dan Kesadaran Persepsi Visual untuk Meningkatkan Pembelajaran Membaca Anak Tunagrahita.


(6)

48 Shaywitz, Sally. (2003). Overcoming Dyslexia. New York: Vintage Books.

Stauffer, Russell G. (1970). The Language-Experience Approach To The Teaching Of Reading. New York: Harper and Row.

Solek, Purboyo. (2010). Disleksia Pada Anak Usia Sekolah. Bandung: Seminar Dyslexia Awareness.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sunanto, Juang dkk. (2005) . Pnegantar Penelitian Dengan Subjek Tunggal. CRICED University of Tsukuba.

Tarigan, H.G. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung, Angkasa