Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keterlaksanaan Standar Pengelolaan Pendidikan di SMA Terakreditasi Kabupaten Semarang T2 942011065 BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Good Governance
Konsep pengelolaan pendidikan modern dengan
prinsip desentralisasi mencakup dua konsep dasar,
yaitu konsep tata pamong yang baik (good governance)
dan Konsep Manajemen Efektif (Effective Management).
Pengertian Governance dapat diartikan sebagai cara
mengelola urusan-urusan publik (Mardiasmo, 2002:23).
Sedangkan
World
Bank
memberikan
definisi
governance sebagai “the way state power is used in
managing economic and social resources for development
of
society”,
sedangkan
dalam
buku
Corporate
Governance Concept and Model (2009:2) menyebutkan
bahwa: “kata governance merupakan kata benda (noun)
yang bermakna ‘pengelolaan’. Di Indonesia, sebagian
literatur menerjemahkan sebagai tata-kelola dan sebagian lainnya tata-pamong”. Dalam hal ini governance
dikaitkan dengan keterlaksanaan standar pengelolaan
maka dapat diartikan sebagai tata pamong. Dalam hal
ini keterlaksanaan standar pengelolaan mengacu pada
good governance yang sering diartikan sebagai tata
pamong yang baik.
Tata pamong yang baik mencakup lima kriteria
yaitu
kredibilitas,
transparansi,
akuntabilitas,
tanggungjawab, dan adil (BAN-PT 2010:17). Menurut
Bhata
(dalam
Widodo
2011:1)
Karakteristik
Good
governance terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:
11
akuntabilitas (accountability), transparansi (transparancy), keterbukaan (openess), dan rule of law. Sementara
menurut Ganie-Rochman (2000:151), menyebutkan ada
empat unsur utama yaitu accountability, kerangka
hukum (rule of law), informasi, dan transparansi.
Menurut United Nations Development Programme (UNDP)
sebagaimana
dikutip
dari
Lembaga
Administrasi
Negara (2000:7)
karakteristik
“good
governance”
antara
lain:
participation, rule of law, trancparency, responsiveness, consensus orientation, equity, effectiveness and
efficiency, accountability, strategic vision.
Untuk membangun good governance, sekolah/madrasah harus memiliki kepemimpinan yang kuat
(strong leadership) yang dapat mempengaruhi seluruh
perilaku individu dan kelompok dalam pencapaian
tujuan. Kepemimpinan yang kuat adalah kepemimpinan yang visioner (yang mampu merumuskan dan
mengartikulasi visi yang realistik, kredibel, menarik
tentang masa depan). Kepemimpinan efektif mengarahkan dan mempengaruhi perilaku semua unsur, mengikuti nilai, norma, etika, dan budaya organisasi yang
disepakati bersama, serta mampu membuat keputusan
yang tepat dan cepat. Tata pamong mampu memberdayakan sistem pengelolaan yang berorientasi pada
prinsip pengelolaan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia. Tata pamong yang
ada memungkinkan terbentuknya sistem administrasi
yang berfungsi untuk memelihara efektivitas, efisiensi
dan produktivitas dalam upaya perwujudan visi, pelaksanaan misi, dan pencapaian tujuan serta memelihara
12
integritas Sekolah/Madrasah.
Implementasi good governance tercermin dari
baiknya sistem pengelolaan fungsional sekolah/madrasah, yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengembangan staf, pengarahan, pengawasan, monitoring
dan
evaluasi,
terutama
dalam
penggunaan
sumber daya pendidikan, agar tercapai efektivitas dan
efisiensi penyelenggaraan pendidikan.
2.2 Standar Pengelolaan Pendidikan
Dua
konsep
dasar
pengelolaan
pendidikan
modern yaitu: konsep tata pamong yang baik (good
governance) dan Konsep Manajemen Efektif (Effective
Management), membuat beberapa ahli memberikan
pengertian dan sudut pandang yang berdeda-beda
dalam mengartikan pengelolaan pendidikan. Namun
demikian apabila dicermati subtansinya hampir sama.
Hasibuan
(1985:15)
mengatakan,
pengelolaan
adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lain secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Pidarta
(2004:3) menyatakan bahwa pengelolaan ialah proses
mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak berhubungan menjadi sistem total untuk menyelesaikan
suatu tujuan. Sumber di sini mencakup orang-orang,
alat-alat, media, bahan, uang dan sarana. Mulyono
(2009:18) mendefinisikan pengelolaan sebagai sebuah
proses yang khas yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan
dan
pengawasan
serta
evaluasi yang dilakukan pihak pengelola organisasi
13
untuk mencapai tujuan bersama dengan memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Dengan
demikian
pengelolaan
pendidikan
merupakan kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk
mencapai
tujuan
organisasi
pendidikan
dengan
memberdayakan sumber daya manusia dan sumber
daya lainnya.
Standar Pengelolaan adalah Standar Nasional
Pendidikan
yang
berkaitan
dengan
perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan
pada
tingkat
satuan
pendidikan,
kabupaten/kota,
provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah diatur dalam Permendiknas No. 19 Tahun
2007. Standar pengelolaan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan, harus mampu mencerminkan enam
komponen
kegiatan
penting
Standar
Pengelolaan
Pendidikan meliputi: 1) Perencanaan Program, 2) Pelaksanaan Rencana Kerja, 3) Pengawasan dan Evaluasi, 4)
Kepemimpinan Sekolah/Madrasah, 5) Sistem Informasi
Manajemen, dan 6) Penilaian Khusus.
Dalam
pelaksanaannya
akan
disimplifikasi
menjadi tiga yakni perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan dengan tidak mengesampingkan komponenkomponen tersebut. Perencanaan program, mengatur
tentang visi, misi, tujuan, dan rencana kerja sekolah/madrasah. Pelaksanaan rencana kerja mengatur halhal yang berkaitan dengan: (1) pedoman sekolah/-
14
madrasah, (2) struktur organisasi sekolah/madrasah,
(3) pelaksanaan kegiatan sekolah/madrasah, (4) kesiswaan, (5) kurikulum dan kegiatan pembelajaran, (6)
pendidik dan tenaga kependidikan, (7) sarana dan
prasarana, (8) keuangan dan pembiayaan, (9) budaya
dan lingkungan sekolah/madrasah, dan (10) peranserta
masyarakat dan kemitraan sekolah/madrasah. Bagian
pengawasan
dan
evaluasi
mengatur
tentang:
(1)
program pengawasan, (2) evaluasi diri, (3) evaluasi dan
pengembangan
KTSP,
(4)
evaluasi
pendayagunaan
pendidik dan tenaga kependidikan, dan (5) akreditasi
sekolah/madrasah.
Dalam penelitian ini akan membahas standar
pengelolaan pendidikan pada lima komponen penting
yaitu 1) perencanaan program sekolah/madrasah; 2)
pelaksanaan
rencana
pengawasan
dan
kerja
evaluasi
sekolah/madrasah;
3)
sekolah/madrasah;
4)
kepemimpinan sekolah; 5) sistem informasi manajemen
sekolah/madrasah;
pengelolaan
serta
keterlaksanaan
sekolah/madrasah
yang
pedoman
merupakan
bagian dari pelaksanaan rencana kerja. Komponen
keenam yaitu Penilaian Khusus tidak disertakan dalam
penelitian ini karena keberadaan sekolah/madrasah
pengelolaannya mengacu kepada Standar Nasional
Pendidikan.
2.2.1 Perencanaan Program
Perencanaan program sekolah merupakan upaya
yang perlu dilakukan untuk membangun sekolah agar
menjadi sekolah unggulan serta memiliki nilai tambah
agar memiliki daya saing. Aminoto (dalam Usman,
15
2011:65) mengungkapkan, bahwa perencanaan adalah
proses mempersiapkan kegiatan secara sistematik yang
akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Perencanaan ialah sejumlah kegiatan yang ditentukan
sebelumnya untuk dilaksanakan dalam suatu periode
tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan demikian perencanaan mengandung unsur: a) sejumlah kegiatan yang ditetapkan sebelumnya, b) adanya proses, c) hasil yang ingin dicapai,
dan d) menyangkut masa depan dalam waktu tertentu.
Permendiknas No. 19 Tahun 2007 mengatur
penyusunan Perencanaan Program mewajibkan pengelola sekolah/madrasah merencanakan program yang
diawali
dengan
merumuskan,
menetapkan,
dan
mengembangkan visi sekolah/madrasah yang dijadikan
sebagai cita-cita bersama warga sekolah/madrasah dan
segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang
akan datang. Visi merupakan gambaran masa depan
yang realistik, yang hendak diwujudkan dalam kurun
waktu tertentu. Visi sekolah/madrasah harus mampu
memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada
warga sekolah/madrasah serta segenap pihak yang
berkepentingan. Selain itu juga mensyaratkan bahwa
visi sekolah/madrasah dirumuskan berdasar masukan
dari berbagai warga sekolah/madrasah dan pihakpihak
yang
berkepentingan,
selaras
dengan
visi
institusi di atasnya serta visi pendidikan nasional, dan
visi sekolah/madrasah harus diputuskan oleh rapat
dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah dengan memperhatikan masukan komite
16
sekolah/marasah.
Visi
sekolah/madrasah
harus
disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan
segenap pihak yang berkepentingan, dan ditinjau ulang
atau dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan
perkembangan dan tantangan di masyarakat.
Langkah berikutnya adalah penyusunan misi.
Muhaimin, et. al. (2011;165) mengungkapkan, bahwa:
misi sekolah/madrasah dikembangkan dari kegiatan
utama lembaga dengan memperhatikan visi yang telah
ditetapkan. Misi harus merupakan hal-hal penting yang
harus dilakukan oleh sekolah/madrasah dalam upaya
mencapai
visi.
Kejelasan
misi
ditetapkan
dengan
mempertimbangkan rumusan penugasan (yang merupakan tuntutan tugas dari luar) dan keinginan dari
dalam (antara lain berkaitan dengan visi ke masa depan
dan situasi yang dihadapi saat ini). Dengan demikian
misi
adalah
pernyataan
yang
ditetapkan
dengan
mempertimbangkan rumusan penugasan dan keinginan dari dalam (berkaitan dengan visi), serta memberi
arah yang jelas yang akan ditempuh sekarang dan yang
akan datang.
Permendiknas No. 19 tahun 2007 mensyaratkan
bahwa misi sekolah/madrasah harus memenuhi halhal sebagai berikut:
1) memberikan arah dalam mewujudkan visi sekolah/
madrasah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional;
2) merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun
waktu tertentu;
3) menjadi dasar program pokok sekolah/madrasah;
4) menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan
mutu lulusan yang diharapkan oleh sekolah/
madrasah;
5) memuat pernyataan umum dan khusus yang
17
berkaitan dengan program sekolah/madrasah;
6) memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan satuan-satuan unit sekolah/madrasah
yang terlibat
7) dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak
yang berkepentingan termasuk komite sekolah/
madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik
yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah;
8) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan
segenap pihak yang berkepentingan;
9) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala
sesuai dengan perkembangan dan tantangan di
masyarakat.
Misi sekolah/madrasah merupakan tujuan yang
akan dicapai dalam kurun waktu tertentu. Menurut
Mulyono (dalam Haryono, 2010), tujuan merupakan
apa yang akan dihasilkan oleh sekolah yang bersangkutan, dan kapan hasil tersebut akan dicapai.
Tujuan
sekolah/madrasah
dalam
standar
pengelolaan pendidikan haruslah:
1) Menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai
dalam jangka waktu menengah;
2) Mengacu pada visi, misi dan tujuan pendidikan
nasional serta relevan dengan kebutuhan masyarakat;
3) Mengacu pada standar kompetensi lulusan yang
sudah ditetapkan oleh sekolah/madrasah dan
pemerintah;
4) Mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang
berkepentingantermasuk komite sekolah/madrasah
dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang
dipimpin oleh kepala sekolah;
5) Disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan
segenap pihak yang berkepentingan.
Pasal 53 ayat 1 PP No. 19 tahun 2005 tentang
Standar
Nasional
Pendidikan
menyebutkan
bahwa
“setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana
kerja tahunan yang merupakan penjabaran rinci dari
rencana kerja jangka menengah satuan pendidikan
18
yang meliputi masa 4 (empat) tahun”. Rencana kerja
tahunan dikategorikan sebagai rencana operasional,
sedangkan rencana kerja jangka menengah sebagai
kategori
rencana
strategik.
Lebih
jauh,
Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 19 Tahun 2007
menyatakan bahwa sekolah/madrasah wajib membuat:
(1) Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) yang
menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam
kurun waktu 4 tahun yang berkaitan dengan mutu
lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen
yang mendukung peningkatan mutu lulusan; dan (2)
Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang dinyatakan dalam
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/madrasah
(RKA-S/M) dilaksanakan berdasarkan Rencana Kerja
Jangka Menengah. Rencana kerja jangka menengah
dan tahunan sekolah/madrasah haruslah disetujui
oleh dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah dan disahkan berlakunya oleh dinas pendidikan kota/kabupaten. Pada
sekolah/madrasah
swasta
rencana
kerja
disahkan
berlakunya oleh penyelenggara sekolah/madrasah.
Dengan kata lain RKJM dijabarkan secara rinci
ke dalam rencana kerja tahunan atau yang dikenal
sebagai Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/
Madrasah (RKA-S/M). RKA-S/M merupakan rencana
biaya dan pendanaan program/kegiatan secara rinci
untuk satu tahun anggaran. RKA-S/M adalah dokumen
anggaran sekolah resmi yang disetujui kepala sekolah
serta disahkan Dinas Pendidikan setempat (bagi sekolah negeri), atau penyelenggara pendidikan/yayasan
19
(bagi sekolah swasta). Masa RKAS hanya berlaku untuk
satu tahun ajaran yang akan datang, terdiri atas
pendapatan dan belanja (pengeluaran). Pendanaan
yang dicantumkan dalam RKAS hanya mencakup
pengeluaran dalam bentuk uang yang akan diterima
dan dikelola sekolah.
Dengan adanya RKJM dan RKAS yang jelas,
semua pihak yang berkepentingan (orang tua, guru,
pegawai sekolah, komite sekolah, warga di sekitar
sekolah, dan kepala sekolah sendiri) akan mengetahui
apa yang dibutuhkan oleh sekolah, apa yang perlu
dilakukan
untuk
memperbaiki
keadaan
sekolah,
maksud dan tujuan yang akan dilakukan.
Standar Pengelolaan Pendidikan yang diperinci ke
dalam Instrumen Pemantauan dan Evaluasi Standar
Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah (BSNP Tahun 2012) sebagai berikut:
Dalam Perencanaan Program Sekolah, diawali dengan
penetapan visi dan misi sekolah. Penetapan visi dan
misi tersebut hendaknya memperhatikan masukan dari
warga sekolah (orangtua peserta didik, komite sekolah
dan tenaga kependidikan). Pengambilan keputusan atas
visi dan misi haruslah melalui rapat dewan pendidik
yang dipimpin oleh kepala sekolah dengan melibatkan
komite sekolah. Visi dan misi harus sesuai dengan
Tujuan Pendidikan Nasional, dan harus sesuai dengan
Standar Kompetensi Lulusan. Tujuan sekolah hendaknya disosialisasi kepada warga sekolah. Peran dewan
pendidik dan komite sekolah sangat penting dalam
penyusunan rencana kerja jangka pendek (tahunan)
20
dan rencana jangka menengah (empat tahunan). Keterlibatan dewan pendidik dan komite sekolah dalam
penyempurnaan rencana kegiatan dan angaran (kesiswaan, kurikulum dan kegiatan pembelajaran tenaga
kependidikan dan prasarana, keuangan dan pembiayaan, peran serta masyarakat dan kemitraan).
2.2.2 Pelaksanaan Rencana Kerja
Untuk mencapai tujuan dan sasaran, selanjutnya
membuat strategi yang diperinci dalam kebijakan,
program operasional dan kegiatan (Akdon, 2007:186).
Dalam
menjalankan
kegiatan
di
sekolah
agar
terlaksana dengan baik dan sesuai dengan visi, misi
dan tujuan maka perlu dilakukan upaya penyusunan
rencana
kerja
sekolah
sehingga
sekolah
memiliki
rambu-rambu yang bisa dijadikan landasan dalam
pengelolaan program, implementasi, monitoring dan
evaluasi yang baik, terstruktur dan terukur.
Dalam Permendiknas No. 19 tahun 2007 diuraikan 10 hal yang perlu dilakukan Sekolah/Madrasah
dalam Pelaksanaan Rencana Kerja antara lain diuraikan sebagai berikut:
1) Pedoman Sekolah/Madrasah
Sekolah/Madrasah membuat dan memiliki pedoman yang mengatur berbagai aspek pengelolaan
secara tertulis yang mudah dibaca oleh pihak-pihak
terkait. Pedoman Pengelolaan sekolah/madrasah
meliputi:
a. Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP)
b. Kalender Pendidikan/Akademik
21
c. Struktur Organisasi Sekolah/Madrasah
d. Pembagian Tugas diantara Guru
e. Pembagian Tugas di antara Tenaga Kependidikan
f. Peraturan Akademik
g. Tata tertib sekolah/madrasah
h. Kode etik sekolah/madrasah
i. Biaya operasional sekolah/madrasah
Pedoman sekolah ini berfungsi sebagai petunjuk
pelaksanaan operasional.
2) Struktur Organisasi sekolah
Berisi
tentang
administrasi
sistem
yang
penyelenggaraan
diuraikan
secara
jelas
dan
dan
transparan
3) Pelaksanaan Kegiatan Sekolah/Madrasah
Dilaksanakan berdasarkan Rencana Kerja Tahunan
oleh penanggung jawab kegiatan yang didasarkan
pada ketersediaan sumber daya yang ada.
4) Bidang Kesiswaan
a. Sekolah/madrasah menyusun dan menetapkan
petunjuk pelaksanaan operasional mengenai
proses penerimaan peserta didik;
b. Sekolah/Madrasah meberikan layanan konseling kepada peserta didik;
c. melaksanakan kegiatan ekstra dan kokurikuler
untuk para peserta didik;
d. melakukan pembinaan prestasi ungulan;
e. melakukan pelacakan terhadap alumni
5) Bidang Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran
Menyusun:
22
a. Kurikulum Tingkat Satuan
b. Kalender Pendidikan
c. Program Pembelajaran
d. Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
e. Peraturan Akademik
6) Bidang Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
menyusun program pendayagunaan pendidik dan
tenaga
kependidikan
dengan
memperhatikan
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
kembangkan
sesuai
dengan
kondisi
di-
sekolah/
madrasah, termasuk pembagian tugas, mengatasi
bila terjadi kekurangan tenaga, menentukan sistem
penghargaan,
dan
pengembangan
profesi
bagi
setiap pendidik dan tenaga kependidikan serta
menerapkannya
secara
profesional,
adil,
dan
terbuka.
7) Bidang Sarana dan Prasarana
Menetapkan
kebijakan
program
secara
tertulis
mengenai pengelolaan sarana dan prasarana yang
mengacu pada Standar Sarana dan Prasarana
dalam hal: merencanakan, memenuhi, mendayagunakan, mengevaluasi, memelihara, melengkapi
fasilitas, menyusun skala prioritas pengembangan
fasilitas sarana prasarana pendidikan. Seluruh
program pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan disosialisasikan kepada pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik. Pengelolaan dilakukan secara sistematis, memiliki masterplan dan
bagimana cara mencapainya secara tertulis. Bidang
sarana dan prasarana bertanggung terhadap pengelolaan
dan
perpustakaan,
Pengelolaan
pengelolaan
fasilitas
fisik
laboratorium,
untuk
kegiatan
23
ekstrakurikuler disesuaikan dengan perkembangan
kegiatan
ekstrakurikuler
peserta
didik
dan
mengacu pada Standar Sarana dan Prasarana.
Pengelolaan laboratorium dikembangkan sejalan
dengan
perkembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi serta dilengkapi dengan manual yang jelas
sehingga
tidak
terjadi
kekeliruan
yang
dapat
menimbulkan kerusakan.
8) Bidang Keuangan dan Pembiayaan
Menyusun pedoman pengelolaan biaya investasi
dan
operasional
yang
mengacu
pada
Standar
Pembiayaan.
9) Budaya dan Lingkungan Sekolah/Madrasah
Sekolah/madrasah
menciptakan
suasana,
iklim
dan lingkungan pendidikan yang kondusif untuk
pembelajaran yang efisien dalam pelaksanaan. Hal
ini dapat di wujudkan melalui tata tertib sekolah/
madrasah dan kode etik sekolah/madrasah.
10) Peranserta Masyarakat dan Kemitraan Sekolah/
Madrasah
Melibatkan
warga
dan
masyarakat
pendukung
sekolah/madrasah dalam pengelolaan akademik dan
non-akademik dibatasi pada kegiatan tertentu yang
ditetapkan.
Penyusunan
rencana
kerja
sekolah
akan
memudahkan sekolah untuk mengetahui secara rinci
tentang tindakan apa saja yang harus dilakukan
supaya tujuan dan kewajiban sekolah tercapai. Dari
sisi partisipasi, rencana kerja sekolah memberikan
dukungan
24
terhadap
diperhitungkannya
harapan-
harapan para pemangku kepentingan sekolah baik
eksternal maupun internal, tanpa mengabaikan kondisi
nyata sekolah.
2.2.3 Pengawasan dan Evaluasi
Menurut Pidarta (2004:158), sasaran pengawasan
ada dua yaitu: perilaku individu sebagai orang-orang
yang memproses input menjadi output organisasi, serta
output organisasi itu sendiri. Perilaku individu diarahkan agar berperilaku organisasi, sedangkan output
organisasi diusahakan agar tidak menyimpang dari
rencana semula. Dengan demikian, definisi pengawasan
menurut Robbins seperti dikutip oleh Pidarta adalah:
Proses memonitor aktivitas-aktivitas untuk mengetahui apakah individu-individu dan organisasi
itu sendiri memperoleh dan memanfaatkan sumbersumber pendidikan secara efektif dan efisien dalam
rangka mencapai tujuannya, serta memberikan
koreksi apabila tidak tercapai.
Pengawasan
dan
Evaluasi
dalam
standar
pengelolaan pendidikan yang harus dilakukan oleh
sekolah antara lain: Program Pengawasan; Evaluasi
Diri; Evaluasi dan Pengembangan KTSP; Evaluasi
Pendayagunaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan;
dan Akreditasi Sekolah.
Sekolah/Madrasah menyusun program pengawasan
secara
didasarkan
obyektif,
pada
dan
Standar
berkelanjutan
Nasional
dan
Pendidikan.
Pemantauan pengelolaan sekolah/madrasah dilakukan
oleh komite sekolah atau pihak-pihak yang berkepentingan yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan
untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas
25
pengelolaan. Supervisi pengelolaan akademik dilakukan
secara teratur dan berkelanjutan oleh kepala sekolah/
madrasah dan pengawas sekolah/madrasah. Guru
melaporkan hasil evaluasi dan penilaian sekurangkurangnya
setiap
akhir
semester
yang
dilakukan
kepada kepala sekolah/madrasah dan orang tua wali
peserta didik. Pengawas sekolah melaporkan hasil
pengawasan disekolah kepada bupati/walikota melalui
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang bertanggung
jawab
di
bidang
bersangkutan,
pendidikan
setelah
dan
dikonfirmasi
sekolah
pada
yang
sekolah
terkait. Pengawas madrash melaporkan hasil pengawasan di madrasah keoada kantor departemen Agama
Kabupaten/Kota dan pada madrasah yang bersangkutan, setelah dikonfirmasi pada madrasah terkait.
Setiap pihak yang menerima lapran hasil pengawasan
menindaklanjuti laporan hasil pengawasan tersebut
dalam rangka meningkatkan mutu sekolah/ madrasah,
termasuk memberikan sanksi atas penyimpangan yang
ditemukan. Sekolah/Madrasah mendokumentasikan dan
menggunakan hasil pemantauan, supervisi, evaluasi,
dan pelaporan serta catatan tindak lanjut untuk memperbaiki kinerja sekolah/madrasah, dalam pengelolaan
pembelajaran dan pengelolaan secara keseluruhan.
Evaluasi diri: dalam pelaksanaannya sekolah melakukan evalusi diri terhadap kinerja sekolah/madrasah; sekolah/madrasah menetapkan prioritas indikator untuk mengukur, menilai kinerja, dan melakukan
perbaikan dalam rangka pelaksanaan Standar Nasional
Pendidikan; sekolah/madrasah melaksanakan evaluasi
26
proses pembelajaran secara periodik pada akhir semester akademik; evaluasi program kerja tahunan
secara secara periodik sekurang-kurangnya satu kali
dalam setahun, pada akhir tahun anggaran sekolah/madrasah. Evaluasi diri sekolah/madrasah dilakukan
secara periodik berdasarkan data dan informasi yang
sahih.
Proses Evaluasi dan Pengembangan KTSP: dilaksanakan secara komprehensif dan fleksibel; berkala;
integatif dan monolitik; serta menyeluruh dengan
melibatkan
berbagai
pihak.
Melakukan
Evaluasi
Pendayagunaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Akreditasi Sekolah/Madrasah: sekolah/madrasah
menyiapkan
bahan-bahan
yang
diperlukan
untuk
mengikuti akreditasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; sekolah meningkatkan
status akrditasi, dengan menggunakan lembaga eksternal yang memiliki legitimasi; sekolah/madrasah harus
terus
meningkatkan
holistik
dengan
kualitas
kelembagaan
menindaklanjuti
secara
saran-saran
hasil
akreditasi.
2.2.4 Kepemimpinan Sekolah
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor
yang
sangat
berperan
dalam
sebuah
organisasi.
Keberhasilan organisasi mencapai tujuan yang telah
ditetapkan akan sangat tergantung pada berperannya
kepemimpinan.
Kepemimpinan
berkaitan
dengan
kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk
mengadakan pertemuan secara efektif dengan para
27
guru dalam situasi yang kondusif (Mulyono, 2009:144).
Pola
kepemimpinan
yang
diterapkan
oleh
kepala
sekolah sebagai pemimpin akan sangat berpengaruh
dalam menentukan arah dan kebijakan pendidikan
yang dibangun. Dalam Permen nomor 19 Tahun 2007,
Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah memiliki
kemampuan memimpin yaitu pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dimiliki, dihayati, dikuasai, dan
diwujudkannya dalam melaksanakan tugas keprofesionalan sesuai dengan Standar Pengelolaan Satuan
Pendidikan. Kemudian Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan dalam pengelolaan Sekolah Dasar dan
Menengah tahun1994, menjelaskan, bahwa:
kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan
kepala sekolah untuk memberikan pengaruhpengaruh yang dapat menyebabkan guru tergerak
untuk melaksanakan tugas dan kegiatan secara
bersama-sama dalam mencapai tujuan pendidikan
secara efesien dan efektif
Kepala
sekolah/madrasah
dalam
Permen
19
tahun 2007 memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
28
a) Menjabarkan visi ke dalam misi target mutu;
b) Merumuskan tujuan dan target mutu yang akan
dicapai;
c) Menganalisis tantangan, peluang, kekuatan dan
kelemahan sekolah/madrasah;
d) Membuat rencana kerja strategis dan rencana
kerja tahunan untuk pelaksanaan peningkatan
mutu;
e) Bertanggung jawab dalam membuat keputusan
anggaran sekolah/madrasah
f) Melibatkan guru, komite sekolah dalam pengambilan keputusan penting sekolah/madrasah.
g) Berkomunikasi untuk menciptakan dukungan
intensif dari orang tua peserta didik dan
masyarakat;
h) Menjaga dan meningkatkan motivasi kerja
pendidik dan tenaga kependidikan dengan
menggunakan sistem pemberian penghargaan
atas prestasi dan sanksi atas pelanggaran peraturan dan kode etik;
i) Menciptakan lingkungan pembelajaran yang
efektif bagi peserta didik;
j) Betanggung jawab atas perencanaan partisipatif
mengenai pelaksanaan kurikulum;
k) Melaksanakan dan merumuskan program supervisi, serta memanfaatkan hasil supervisi untuk
meningkatkan kinerja sekolah/ madrasah;
l) Meningkatkan mutu pendidikan;
m) Memberikan teladan dan menjaga nama baik
lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan
kepercayaan yang dibeikan kepadanya;
n) Memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan
dan pelaksanaan visi pembelajaran yang dikomunikasikan dengan baik dan didukung oleh
komunitas sekolah/madrasah;
o) Membantu, membina, dan mempertahankan lingkungan sekolah/madrasah dan program pembelajaran yang kondusif bagi proses belajar peserta
didik dan pertumbuhan profesional para guru
dan tenaga kependidikan.;
p) Menjamin manajemen organisasi dan pengoperasian sumber daya sekolah/madrasah untuk
menciptakan lingkungan belajar yang aman,
sehat, efisien dan efektif
q) Menjalin kerja sama dengan orang tua peserta
didik dan masyarakat, dan komite sekolah/
madrasah menanggapi kepentingan dan kebutuhan komunitas yang beragam, dan memobilisasi sumber daya masyarakat;
r) Memberi contoh/teladan/tindakan yang bertanggung jawab
Kepala sekolah dapat mendelegasikan sebagian
tugas dan kewenangan kepada wakil kepala sekolah/madrasah sesuai dengan bidangnya.
2.2.5 Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen saat ini sudah
menjadi kebutuhan yang cukup penting bagi sekolah,
29
dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan informasi kepada semua komponen sekolah, terutama bagi
semua siswa, orang tua siswa, guru, dan pengelola
sekolah. Sistem berasal dari Bahasa Yunani, yaitu
Systema yang mempunyai arti: (1) suatu keseluruhan
yang tersusun dari sekian banyak bagian, dan (2)
hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan
atau komponen-komponen secara teratur (Depdiknas,
2007). Sedangkan informasi adalah data yang diolah
menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti
bagi yang menerima (Depdiknas, 2007). Sementara itu
Hasibuan (2013) menyatakan, bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
sistem informasi manajemen adalah ilmu dan seni
mengatur proses pemanfaatan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Apabila
dikaitkan dengan sekolah, maka sistem informasi
manajemen sekolah adalah suatu cara mengatur proses
pemanfaatan data yang berasal dari berbagai kegiatan
yang dijalankan oleh sekolah antara lain meliputi,
penilaian
siswa,
penggajian
guru,
perpustakaan,
administrasi, operasional sekolah dan lain-lain, secara
efektif dan efisien agar dapat dipergunakan oleh pihakpihak yang membutuhkan. Agar dapat tercapai hasil
yang maksimal, pengelolaan dapat dilakukan dengan
menerapkan sistem komputerisasi bagi masing-masing
kegiatan
30
yang
kemudian
digabung
menjadi
satu
kesatuan sistem yang akan mengelola sekolah secara
keseluruhan.
Kurniawan (2002) menyatakan, bahwa Sistem
Informasi Manajemen (SIM) merupakan sebuah sistem
terstruktur yang digunakan untuk mengelola data
secara komputerisasi. Didalam SIM terdapat beberapa
fungsi
yang
dibutuhkan
yaitu
pencarian,
pemu-
takhiran, presentasi data dan penyimpanan data.
Dengan demikian dapat diharapkan dengan SIM dapat
dikaitkan untuk mempermudah penyusunan informasi
manajemen sekolah agar terstruktur dengan baik.
Dengan informasi-informasi tersebut dapat membantu
untuk menggambarkan keadaan sekolah baik dari segi
visi maupun sumber daya manusia yang ikut berpartisipasi.
Dengan diterapkannya SIM sekolah/madrasah
berbasis teknologi informasi akan memberi peluang:
1) Sekolah/madrasah untuk:
a. mengelola
mendukung
SIM
yang
administrasi
memadai
guna
pendidikan
yang
efektif, efisien, dan akuntabel;
b. menyediakan fasilitas informasi yang efektif,
efisien, dan mudah diakses;
c. menugaskan
kependidikan
seorang
guru
untuk
melayani
atau
tenaga
permintaan
informasi maupun pemberian informasi atau
pengaduan dari masyarakat berkaitan dengan
pengelolaan
sekolah/madrasah
baik
secara
31
lisan maupun tertulis dan semuanya direkam
dan didokumentasikan; dan
d. melaporkan data informasi sekolah/madrasah
yang telah terdokumentasikan kepada Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota.
2) Komunikasi antar warga sekolah/madrasah di
lingkungan
sekolah/madrasah
dilaksanakan
secara efektif dan efisien.
2.3 Akreditasi Satuan Pendidikan
Akreditasi adalah benchmark yang sangat positif
dalam upaya meningkatkan mutu sekolah yang bersifat
berkelanjutan. Sekolah bermutu terpadu merupakan
bagian dari prinsip Total Quality Manajemen (TQM).
Salis
(2006)
TQM
menuliskan,
merupakan
suatu
prinsip yang efisien untuk melakukan pelayanan mutu
terus-menerus. Umiarso dan Gojali (2010) berpendapat
bahwa peningkatan mutu dalam pendidikan dapat
dilakukan
dengan
melalui
prinsip
TQM.
Prinsip
tersebut antara lain fokus pada pelanggan pendidikan,
gaya kepemimpinan kepala sekolah, dan pelibatan
anggota sekolah dalam kegiatan di luar tanggung jawab
proses belajar mengajar serta dibutuhkan perbaikan
terus-menerus, perlu juga menjalin hubungan baik
antara
pihak
sekolah
dengan
pengguna
jasa
pendidikan.
Akreditasi merupakan kegiatan penilaian yang
dilakukan oleh pemerintah atau lembaga mandiri yang
berwenang untuk menentukan kelayakan program atau
satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah
32
ditetapkan, sebagai bentuk akuntabilitas publik dengan
menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu
kepada Standar Nasional Pendidikan. Akreditasi pada
satuan
pendidikan
memberikan
informasi
bahwa
sebuah sekolah atau program telah memenuhi standar
kelayakan dan kinerja yang telah ditentukan.
Dalam Pasal 60 Undang-Undang N0.20 tahun
2003
yang
menyebutkan
bahwa
sekolah
perlu
diakreditasi karena:
a. Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan
program
dan
satuan
pendidikan
pada
jalur
pendidikan formal dan non formal pada setiap
jenjang dan jenis pendidikan.
b. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan
dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwewenang
sebagai bentuk akuntabilitas publik.
c. Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat
terbuka.
Badan Akreditasi Nasional
Sekolah/Madrasah
(2009) menyatakan, bahwa akreditasi dilaksanakan
dalam rangka: 1) Memberi informasi bahwa sebuah
sekolah atau program telah memenuhi standar kelayakan dan kinerja yang telah ditentukan. 2) Membantu
sekolah melakukan evaluasi diri dan menentukan
kebijakan sendiri dalam upaya peningkatan mutu. 3)
Membimbing calon peserta didik, orang tua, dan
masyarakat untuk mengidentifikasi sekolah bermutu
yang dapat memenuhi kebutuhan individual terhadap
pendidikan termasuk mengidentifikasikan sekolah yang
33
memiliki prestasi dalam suatu bidang tertentu yang
mendapat pengakuan masyarakat. 4) Membantu sekolah dalam menentukan dan mempermudah transfer
peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain,
pertukaran guru, dan kerjasama yang saling menguntungkan. 5) Membantu mengidentifikasi sekolah dan
program dalam rangka pemberian bantuan pemerintah,
investasi
dana
swasta
dan
donator
atau
bentuk
bantuan lainnya.
Bagi Sekolah hasil akreditasi memiliki makna
yang penting, karena ia dapat digunakan sebagai:
1)
Acuan dalam upaya peningkatan mutu sekolah
dan rencana pengembangan sekolah.
2)
Umpan balik untuk usaha pemberdayaan dan
pengembangan
kinerja
warga
sekolah
dalam
rangka menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran,
strategi dan program sekolah.
3)
Pendorong motivasi untuk sekolah agar terus
meningkatkan mutu sekolahnya secara bertaha,
terencana, gradual dan kompetitif di tingkat
kabupaten/kota,
provinsi,
nasional
bahkan
regional dan internasional;
4)
Bahan informasi bagi sekolah sebagai masyarakat
belajar
untuk
meningkatkan
dukungan
dari
pemerintah, masyarakat maupun sektor swasta
dalam hal profesionalisme, moral, tenaga, dan
dana. (BSNP 2010).
Badan
Akreditasi
Sekolah
Nasional
(2004)
mengemukakan prinsip-prinsip dalam melaksanakan
akreditasi sekolah adalah sebagai berikut:
34
1) Obyektif
Berbagai aspek yang terkait dengan kinerja dan
kelayakan diperiksa untuk memperoleh informasi
tentang keberadaan yang menggambarkan kondisi
yang sebenarnya dan dibandingkan dengan kondisi
yang
diharapkan.
Dalam
prosesnya
digunakan
indikator-indikator yang dikaitkan dengan kriteriakriteria yang diinginkan sebagai dasar penilaian.
2) Efektif
Hasil yang diperoleh harus mampu memberikan
informasi yang bisa digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak-pihak
yang terkait, seperti kepala sekolah dalam rangka
melakukan perencanaan atau peningkatan mutu,
dan pihak pemerintah maupun masyarakat dalam
rangka memfasilitasi upaya peningkatan kelayakan
dan kinerja sekolah itu.
3) Komprehensif
Dalam
pelaksanaan
akreditasi
sekolah
meliputi
berbagai aspek yang bersifat menyeluruh. Dengan
demikian hasil yang diperoleh dapat menggambarkan
secara utuh kondisi kelayakan dan kinerja sekolah
tersebut.
4) Memandirikan
Kewenangan melakukan akreditasi sekolah berada
pada lembaga eksternal di luar sekolah itu yang
secara teknis bersifat mandiri. Namun demikian,
proses analisis meliputi evaluasi diri oleh sekolah
dengan menggunakan instrumen yang disediakan
oleh lembaga eksternal tersebut. Hasil evaluasi dapat
digunakan untuk menentukan tingkat kelayakan
35
sekolah dibandingkan standar kelayakan nasional
yang
dijadikan
pagu.
Proses
akreditasi
akan
berdampak bagi sekolah yang bersangkutan untuk
dapat mengetahui kekuatan dan kelemahannya, dan
berupaya memperbaiki dan meningkatkan mutu
kelayakan dan kinerjanya.
5) Keharusan
Akreditasi dilakukan untuk setiap sekolah, baik
sekolah negeri maupun swasta. Namun demikian
sekolah yang akan diakreditasi dapat mengajukan
permohonan terlebih dahulu kepada Badan Akreditasi Sekolah. Sekolah yang belum siap dapat mengajukan permohonan untuk menunda pelaksanaan
akreditasi.
2.4 Keterlaksanaan
Antara
SMA
Terakre-
ditasi A dengan Terakreditasi B
Asmani (2010:175-198) membahas secara tidak
langsung kaitan antara keterlaksanaan standar pengelolaan pendidikan dengan akreditasi sekolah. Dua profil
sekolah yang dibahasnya di dalam buku yang berjudul
Tips
Lulus
Manajemen
Akreditasi
Mutu
Sekolah/Madrasah
Sekolah/Madrasah
Panduan
Berorientasi
Kompetitif yaitu SMP Maarif NU Pandaan Pasuruan
Jawa Timur, SD Muhammadiyah 15 Surabaya, menunjukkan bahwa sekolah yang terakreditasi A melaksanakan komponen standar pengelolaan pendidikan dengan
baik. Terdapat pembahasan mengenai bagian-bagian
dari standar pengelolaan pendidikan yang menonjol
dari kedua profil sekolah di atas, diantaranya seperti
36
kekuatan
mereka
dalam
mewujudkan
manajemen
profesional yang sangat dominan. Hal ini dilihat dari
pola manajemen yang dinamis, efektif, dan antisipatif.
Sekolah
tersebut
mampu
merespon
tantangan
eksternal dan internal dengan cepat, bahkan mampu
melakukan
ekspansi
keluar
demi
pengembangan
kelembagaan. Selain itu kaderisasi berjalan dengan
baik dan monitoring serta evaluasi terus dilakukan.
Kepala sekolah sebagai pemegang otoritas tidak otoriter
dan sentralistik. Ada pembagian kerja sesuai dengan
aturan yang ada sehingga masing-masing pihak bekerja
dalam koridor yang jelas dan tidak terjadi tumpang
tindih. Penjelasan ini memberi keterangan bahwa
sekolah yang terakreditasi A memiliki tata kelola yang
baik.
Tidak
ada
pembahasan
yang
menunjukkan
sekolah terakreditasi B dijadikan dasar pembahasan
untuk
acuan
keterlaksanaan
standar
pengelolaan
pendidikan. Dasar ini digunakan untuk membentuk
sebuah
hipotesis
yang
menunjukkan
bahwa
ada
perbedaan dalam keterlaksanaan standar pengelolaan
pendidikan antara Sekolah yang terakreditasi A dan
Sekolah terakreditasi B.
Dalam melakukan akreditasi sekolah/madrasah,
kebutuhan akan data atau dokumen penunjang dalam
bentuk bukti fisik sangat mutlak diperlukan. Tanpa
adanya data atau dokumen penunjang, BAS-S/M tidak
dapat menilai dan memberikan akreditasi terhadap
suatu
sekolah/madrasah.
Data
atau
dokumen
penunjang dikembangkan berdasarkan standar dan
parameter penilaian yang dikembangkan oleh badan
37
akreditasi.
Data
atau
dokumen
penunjang
berisi
kumpulan data dan informasi mengenai masukan,
proses, keluaran, hasil dan dampak yang bercirikan
upaya untuk meningkatkan mutu kinerja, keadaan dan
perangkat
kependidikan
sekolah/madrasah
secara
berkelanjutan. Yang dinilai adalah: (1) Kinerja pengelolaan sekolah berdasarkan kerja tim dan kemitraan
yang kuat dengan visi dan misi yang jelas dan diketahui oleh semua pihak; (2) Rencana kerja sekolah
mencantumkan tujuan yang jelas untuk program
peningkatan dan perbaikan berkelanjutan yang tersosialisasi dengan baik; (3) Rencana kerja sekolah
berdampak terhadap peningkatan hasil belajar; (4)
Pengumpulan dan penggunaan data yang handal dan
valid; (5) Pemberian dukungan dan kesempatan kesempatan pengembangan profesi bagi para pendidik dan
tenaga kependidikan; dan (6) Masyarakat mengambil
bagian dalam kehidupan sekolah.
Akreditasi sebagai proses penilaian terhadap
kelayakan dan kinerja sekolah merupakan kegiatan
yang bersifat menyeluruh dalam memotret kondisi
nyata sekolah dibandingkan dengan standar yang telah
ditetapkan. Hasil penilaian berupa kualifikasi seperti
tampak pada Tabel 2.1. berikut:
38
Tabel 2.1
Kualifikasi Penilaian Akreditasi
Aspek
Visi dan Misi sekolah
Kualifikasi A
Merumuskan
dan
menetapkan
visi
dan misi, mudah
dipahami dan sering
disosialisasikan
Tujuan sekolah
Merumuskan
dan
menetapkan tujuan
sekolah, mudah dipahami dan sering
disosialisasikan.
Rencana kerja
Memiliki rencana
jangka menengah
dan rencana kerja
tahunan dan sudah
disosialisasikan.
Memiliki pedoman ter- Memiliki 7 aspek
tulis yang mengatur
atau lebih
pengelolaan sekolah
Struktur organisasi
Memiliki struktur
organisasi yang
dipajang di dinding
dan disertai uraian
tugas yang jelas.
Kegiatan sekolah
Sebanyak 76% - 100
% kegiatan sesuai
dengan rencana
kerja tahunan.
Kegiatan kesiswaan
Melaksanakan 4
atau lebih kegiatan
kesiswaan.
Kegiatan pengembang- Melaksanakan 4
an kurikulum dan
kegiatan atau lebih.
pembelajaran
Melaksanakan 4
Program pendayagunaan pendidik dan
program atau lebih.
tenaga kependidikan.
Program sarana dan
Mengelola 4
prasarana.
program atau lebih.
Program pengelolaan Memiliki 4 program
pembiayaan
atau lebih.
pendidikan.
Melaksanakan 4
Menciptakan suasakegiatan atau lebih.
na, iklim, dan lingkungan pembelajaran
Kualifikasi B
merumuskan
dan
menetapkan
visi,
msi, mudah dipahami
dan
pernah
disosialisasikan.
Merumuskan
dan
menetapkan tujuan
sekolah, mudah dipahami dan pernah
disosialisasikan.
Memiliki rencana
jangka menengah
dan rencana kerja
tahunan dan belum
disosialisasikan.
Memiliki 5 atau 6
aspek
Memiliki struktur
disertai uraian
tugas yang jelas
Sebanyak 51% - 75
% kegiatan sesuai
dengan rencana
kerja tahunan.
Melaksanakan 3
kegiatan kesiswaan.
Melaksanakan 3
kegiatan.
Melaksanakan 3
program.
Mengelola 3
program.
Memiliki 3 program.
Melaksanakan 3
kegiatan.
39
Aspek
yang kondusif.
Dokumen tentang
keterlibatan masyarakat pendukung dan
membangun kemitraan dengan lembaga
lain yang relevan
dalam pengelolaan
pendidikan.
Program pengawasan
Evaluasi diri
Evaluasi kinerja
pendidik dan tenaga
kependidikan.
Unsur pelaksanaan
akreditasi
Kualifikasi A
Kualifikasi B
Memiliki 4 dokumen
atau lebih.
Memiliki 3
dokumen.
Memiliki 4 dokumen
atau lebih.
Melaksanakan evaluasi diri setidak-tidaknya sekali dalam
satu semester.
Melaksanakan 4
program evaluasi
Memiliki 3 dokumen.
Melaksanakan
evaluasi diri setidaktidaknya sekali dalam
dua semester.
Melaksanakan 3
program evaluasi
Mempersiapkan 4
Mempersiapkan 3
unsur pelaksanaan
unsur pelaksanaan
akreditasi.
akreditasi.
Tupoksi kepemimMelaksanakan 15Melaksanakan 11pinan kepala sekolah 18 tupoksi
14 tupoksi
Sistem informasi
Memiliki sistem inMemiliki sistem
formasi dan memiinformasi tetapi
liki fasilitas dan
tidak memiliki
petugas khusus.
petugas khusus.
Sumber: BAN – S/M 2014, Instrumen Akreditasi SMA
Dalam melaksanakan penjaminan mutu Standar
Pengelolaan Pendidikan, sekolah perlu memperhatikan
dua hal. Pertama, kriteria minimal yang harus dicapai
berdasarkan
Permendiknas
No.
19
Tahun
2007,
indikator operasional, dan kriteria pencapaian tujuan.
Kedua, sekolah perlu memperhatikan indikator dan
kriteria
keunggulan
tingkat
satuan
pendidikan
sehingga sekolah dapat memiliki target yang lebih tinggi
daripada kriteria pada Standar Nasional Pendidikan
(SNP).
40
2.5 Penelitian-penelitian
sebelumnya
dan
literatur yang mendukung
Penelitian tentang Standar Pengelolaan Pendidikan sebelumnya pernah dilakukan oleh Haryono (2010)
di SMK Farmasi Semarang, dengan hasil analisis:
sekolah belum melakukan pengelolaan pendidikan
sesuai dengan Standar Pengelolaan Pendidikan secara
maksimal, sekolah yang diteliti kurang memahami
Standar Pengelolaan Pendidikan. Selanjutnya dalam
penelitiannya ia menemukan bahwa dari 5 komponen
Standar Pengelolaan Pendidikan, yang belum berjalan
sama
sekali
adalah
komponen
Sistem
Informasi
Manajemen. Sedangkan Komponen Pelaksanaan Rencana Kerja dan Kepemimpinan Sekolah pelaksanaannya cukup baik (diatas 50%), sedangkan Komponen
Perencanaan Program dan Pengawasan dan Evaluasi
pelaksanaannya masih kurang (di bawah 50%). Hasil
penelitian di atas menunjukkan bahwa di SMK Farmasi
Semarang
terdapat
2
Komponen
dalam
Standar
Pengelolaan Pendidikan yang pelaksanaannya masih
kurang baik.
Penelitian
mengetahui
Subagyo
signifikansi
(2013)
dilakukan
perbedaan
untuk
keterlaksanaan
Standar Pengelolaan Pendidikan SD/MI terakreditasi A
dan B di Kota Salatiga Berdasarkan Permendiknas RI
Tahun
2007.
Penelitian
ini
menggunakan
Metode
kuantitatif dengan cara mengisi angket tentang standar
penge-lolaan penfifikan yang disusun BNSP. Penelitian
yang dilakukan pada para kepala SD/MI sebanyak 70
Kepala Sekolah yang terdiri dari 33 orang kepala dari
41
SD/MI terakreditasi A (Sangat Baik) dan 37 orang
kepala
dari
SD/MI
terakreditasi
B
(Baik).
Dari
penelitian itu diperoleh: Nilai rerata (Mean) sekolah
terakreditasi A adalah 232,667 ada pada kategori Baik,
sedangkan nilai rerata (Mean) sekolah terakreditasi B
adalah 231,946 ada pada kategori Baik. Nilai tes uji
beda (t- test) koefisien t = 0,425; p = 0,674 > 0,05. Hasil
penelitian ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara SD/MI terakreditasi A dengan SD/MI
terakreditasi B dalam keterlaksanaan Standar Pengelolaan Pendidikan di Kota Salatiga. Dari penelitian
tersebut, Subagyo memberi sudut pandang bahwa tidak
ada perbedaan keterlaksanaan standar pengelolaan
pendidikan di Sekolah terakreditasi A dan B.
Sementara haryono menegaskan SMK Farmasi
”Yayasan
Pharmasi”
Semarang
belum
melakukan
pengelolaan pendidikan sesuai dengan Standar Pengelolaan Pendidikan secara maksimal. Hal tersebut menunjukkan bahwa keterlaksanaan Standar Pengelolaan
Pendidikan belum terlaksana dengan baik.
Sa’ud, et. al dalam penelitian yang berjudul
Pengaruh Akreditasi Terhadap Mutu Pendidikan (Studi
Tentang
Pengaruh
Pendidikan
Di
Akreditasi
Sekolah
Terhadap
Menengah
Atas
Mutu
Se-Kota
Bandung), Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap
pengaruh akreditasi sekolah terhadap peningkatan
mutu pendidikan SMA di Kota Bandung. Metode yang
digunakan
adalah
analisis
korelasi.
Pengujian
hasilnya
menunjukkan
42
deskriptif
hipotesis
bahwa
dan
menggunakan
akreditasi
analisis
uji-F,
sekolah
berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan
sebesar 63,6%.
BSNP (2012) Naskah Standar Pengelolaan Pendidikan ini berisi tentang: Perencanaan Program Sekolah,
Pendayagunaan
Guru
dan
Tenaga
Kependidikan,
Pengelolaan Sarana Prasarana, Kegiatan Pembelajaran,
Penilaian Hasil Belajar dan Pengawasan di Sekolah/madrasah (BNSP 2012). Literatur di atas menjadi
bahan kajian dan pedoman dalam penelitian ini.
2.6 Kerangka Pikir
Kerangka pikir penelitian ini dikembangkan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan dalam rangka
penjaminan pendidikan bermutu. Pada penelitian Keterlaksanaan Standar Pengelolaan Penidikan Peneliti
akan melihat pada sisi yang berbeda dengan melakukan analisis deskriptif dan analisis komparatif dengan
Uji t pada SMA Terakreditasi A dan SMA Terakreditasi
B di Kabupaten Semarang.
Adapun kerangka pemikiran teoretis Keterlaksanaan Standar Pengelolaan Pendidikan di SMA Terakreditasi adalah sebagai berikut:
43
Standar Nasional
Pendidikan
Standar Penjaminan Mutu
Standar 6: Standar Pengelolaan Pendidikan
1. Perencanaan Program
2. Pelaksanaan Rencana Kerja
3. Pengawasan dan Evaluasi
4. Kepemimpinan Sekolah
5. Sistem Informasi Manajemen
Pelaksanaan Pengelolaan
Pendidikan
StakeHolder
dan Pihak Sekolah
Keterlaksanaan Standar PengelolaanPendidikan
SMA Terakreditasi A
SMA Terakreditasi B
Analisis Komparatif: Perbedaan Keterlaksanaan Standar
Pengelolaan Pendidikan
Gambar. 2.1
Kerangka Pikir
44
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Good Governance
Konsep pengelolaan pendidikan modern dengan
prinsip desentralisasi mencakup dua konsep dasar,
yaitu konsep tata pamong yang baik (good governance)
dan Konsep Manajemen Efektif (Effective Management).
Pengertian Governance dapat diartikan sebagai cara
mengelola urusan-urusan publik (Mardiasmo, 2002:23).
Sedangkan
World
Bank
memberikan
definisi
governance sebagai “the way state power is used in
managing economic and social resources for development
of
society”,
sedangkan
dalam
buku
Corporate
Governance Concept and Model (2009:2) menyebutkan
bahwa: “kata governance merupakan kata benda (noun)
yang bermakna ‘pengelolaan’. Di Indonesia, sebagian
literatur menerjemahkan sebagai tata-kelola dan sebagian lainnya tata-pamong”. Dalam hal ini governance
dikaitkan dengan keterlaksanaan standar pengelolaan
maka dapat diartikan sebagai tata pamong. Dalam hal
ini keterlaksanaan standar pengelolaan mengacu pada
good governance yang sering diartikan sebagai tata
pamong yang baik.
Tata pamong yang baik mencakup lima kriteria
yaitu
kredibilitas,
transparansi,
akuntabilitas,
tanggungjawab, dan adil (BAN-PT 2010:17). Menurut
Bhata
(dalam
Widodo
2011:1)
Karakteristik
Good
governance terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:
11
akuntabilitas (accountability), transparansi (transparancy), keterbukaan (openess), dan rule of law. Sementara
menurut Ganie-Rochman (2000:151), menyebutkan ada
empat unsur utama yaitu accountability, kerangka
hukum (rule of law), informasi, dan transparansi.
Menurut United Nations Development Programme (UNDP)
sebagaimana
dikutip
dari
Lembaga
Administrasi
Negara (2000:7)
karakteristik
“good
governance”
antara
lain:
participation, rule of law, trancparency, responsiveness, consensus orientation, equity, effectiveness and
efficiency, accountability, strategic vision.
Untuk membangun good governance, sekolah/madrasah harus memiliki kepemimpinan yang kuat
(strong leadership) yang dapat mempengaruhi seluruh
perilaku individu dan kelompok dalam pencapaian
tujuan. Kepemimpinan yang kuat adalah kepemimpinan yang visioner (yang mampu merumuskan dan
mengartikulasi visi yang realistik, kredibel, menarik
tentang masa depan). Kepemimpinan efektif mengarahkan dan mempengaruhi perilaku semua unsur, mengikuti nilai, norma, etika, dan budaya organisasi yang
disepakati bersama, serta mampu membuat keputusan
yang tepat dan cepat. Tata pamong mampu memberdayakan sistem pengelolaan yang berorientasi pada
prinsip pengelolaan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia. Tata pamong yang
ada memungkinkan terbentuknya sistem administrasi
yang berfungsi untuk memelihara efektivitas, efisiensi
dan produktivitas dalam upaya perwujudan visi, pelaksanaan misi, dan pencapaian tujuan serta memelihara
12
integritas Sekolah/Madrasah.
Implementasi good governance tercermin dari
baiknya sistem pengelolaan fungsional sekolah/madrasah, yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengembangan staf, pengarahan, pengawasan, monitoring
dan
evaluasi,
terutama
dalam
penggunaan
sumber daya pendidikan, agar tercapai efektivitas dan
efisiensi penyelenggaraan pendidikan.
2.2 Standar Pengelolaan Pendidikan
Dua
konsep
dasar
pengelolaan
pendidikan
modern yaitu: konsep tata pamong yang baik (good
governance) dan Konsep Manajemen Efektif (Effective
Management), membuat beberapa ahli memberikan
pengertian dan sudut pandang yang berdeda-beda
dalam mengartikan pengelolaan pendidikan. Namun
demikian apabila dicermati subtansinya hampir sama.
Hasibuan
(1985:15)
mengatakan,
pengelolaan
adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lain secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Pidarta
(2004:3) menyatakan bahwa pengelolaan ialah proses
mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak berhubungan menjadi sistem total untuk menyelesaikan
suatu tujuan. Sumber di sini mencakup orang-orang,
alat-alat, media, bahan, uang dan sarana. Mulyono
(2009:18) mendefinisikan pengelolaan sebagai sebuah
proses yang khas yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan
dan
pengawasan
serta
evaluasi yang dilakukan pihak pengelola organisasi
13
untuk mencapai tujuan bersama dengan memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Dengan
demikian
pengelolaan
pendidikan
merupakan kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk
mencapai
tujuan
organisasi
pendidikan
dengan
memberdayakan sumber daya manusia dan sumber
daya lainnya.
Standar Pengelolaan adalah Standar Nasional
Pendidikan
yang
berkaitan
dengan
perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan
pada
tingkat
satuan
pendidikan,
kabupaten/kota,
provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah diatur dalam Permendiknas No. 19 Tahun
2007. Standar pengelolaan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan, harus mampu mencerminkan enam
komponen
kegiatan
penting
Standar
Pengelolaan
Pendidikan meliputi: 1) Perencanaan Program, 2) Pelaksanaan Rencana Kerja, 3) Pengawasan dan Evaluasi, 4)
Kepemimpinan Sekolah/Madrasah, 5) Sistem Informasi
Manajemen, dan 6) Penilaian Khusus.
Dalam
pelaksanaannya
akan
disimplifikasi
menjadi tiga yakni perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan dengan tidak mengesampingkan komponenkomponen tersebut. Perencanaan program, mengatur
tentang visi, misi, tujuan, dan rencana kerja sekolah/madrasah. Pelaksanaan rencana kerja mengatur halhal yang berkaitan dengan: (1) pedoman sekolah/-
14
madrasah, (2) struktur organisasi sekolah/madrasah,
(3) pelaksanaan kegiatan sekolah/madrasah, (4) kesiswaan, (5) kurikulum dan kegiatan pembelajaran, (6)
pendidik dan tenaga kependidikan, (7) sarana dan
prasarana, (8) keuangan dan pembiayaan, (9) budaya
dan lingkungan sekolah/madrasah, dan (10) peranserta
masyarakat dan kemitraan sekolah/madrasah. Bagian
pengawasan
dan
evaluasi
mengatur
tentang:
(1)
program pengawasan, (2) evaluasi diri, (3) evaluasi dan
pengembangan
KTSP,
(4)
evaluasi
pendayagunaan
pendidik dan tenaga kependidikan, dan (5) akreditasi
sekolah/madrasah.
Dalam penelitian ini akan membahas standar
pengelolaan pendidikan pada lima komponen penting
yaitu 1) perencanaan program sekolah/madrasah; 2)
pelaksanaan
rencana
pengawasan
dan
kerja
evaluasi
sekolah/madrasah;
3)
sekolah/madrasah;
4)
kepemimpinan sekolah; 5) sistem informasi manajemen
sekolah/madrasah;
pengelolaan
serta
keterlaksanaan
sekolah/madrasah
yang
pedoman
merupakan
bagian dari pelaksanaan rencana kerja. Komponen
keenam yaitu Penilaian Khusus tidak disertakan dalam
penelitian ini karena keberadaan sekolah/madrasah
pengelolaannya mengacu kepada Standar Nasional
Pendidikan.
2.2.1 Perencanaan Program
Perencanaan program sekolah merupakan upaya
yang perlu dilakukan untuk membangun sekolah agar
menjadi sekolah unggulan serta memiliki nilai tambah
agar memiliki daya saing. Aminoto (dalam Usman,
15
2011:65) mengungkapkan, bahwa perencanaan adalah
proses mempersiapkan kegiatan secara sistematik yang
akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Perencanaan ialah sejumlah kegiatan yang ditentukan
sebelumnya untuk dilaksanakan dalam suatu periode
tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan demikian perencanaan mengandung unsur: a) sejumlah kegiatan yang ditetapkan sebelumnya, b) adanya proses, c) hasil yang ingin dicapai,
dan d) menyangkut masa depan dalam waktu tertentu.
Permendiknas No. 19 Tahun 2007 mengatur
penyusunan Perencanaan Program mewajibkan pengelola sekolah/madrasah merencanakan program yang
diawali
dengan
merumuskan,
menetapkan,
dan
mengembangkan visi sekolah/madrasah yang dijadikan
sebagai cita-cita bersama warga sekolah/madrasah dan
segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang
akan datang. Visi merupakan gambaran masa depan
yang realistik, yang hendak diwujudkan dalam kurun
waktu tertentu. Visi sekolah/madrasah harus mampu
memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada
warga sekolah/madrasah serta segenap pihak yang
berkepentingan. Selain itu juga mensyaratkan bahwa
visi sekolah/madrasah dirumuskan berdasar masukan
dari berbagai warga sekolah/madrasah dan pihakpihak
yang
berkepentingan,
selaras
dengan
visi
institusi di atasnya serta visi pendidikan nasional, dan
visi sekolah/madrasah harus diputuskan oleh rapat
dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah dengan memperhatikan masukan komite
16
sekolah/marasah.
Visi
sekolah/madrasah
harus
disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan
segenap pihak yang berkepentingan, dan ditinjau ulang
atau dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan
perkembangan dan tantangan di masyarakat.
Langkah berikutnya adalah penyusunan misi.
Muhaimin, et. al. (2011;165) mengungkapkan, bahwa:
misi sekolah/madrasah dikembangkan dari kegiatan
utama lembaga dengan memperhatikan visi yang telah
ditetapkan. Misi harus merupakan hal-hal penting yang
harus dilakukan oleh sekolah/madrasah dalam upaya
mencapai
visi.
Kejelasan
misi
ditetapkan
dengan
mempertimbangkan rumusan penugasan (yang merupakan tuntutan tugas dari luar) dan keinginan dari
dalam (antara lain berkaitan dengan visi ke masa depan
dan situasi yang dihadapi saat ini). Dengan demikian
misi
adalah
pernyataan
yang
ditetapkan
dengan
mempertimbangkan rumusan penugasan dan keinginan dari dalam (berkaitan dengan visi), serta memberi
arah yang jelas yang akan ditempuh sekarang dan yang
akan datang.
Permendiknas No. 19 tahun 2007 mensyaratkan
bahwa misi sekolah/madrasah harus memenuhi halhal sebagai berikut:
1) memberikan arah dalam mewujudkan visi sekolah/
madrasah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional;
2) merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun
waktu tertentu;
3) menjadi dasar program pokok sekolah/madrasah;
4) menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan
mutu lulusan yang diharapkan oleh sekolah/
madrasah;
5) memuat pernyataan umum dan khusus yang
17
berkaitan dengan program sekolah/madrasah;
6) memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan satuan-satuan unit sekolah/madrasah
yang terlibat
7) dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak
yang berkepentingan termasuk komite sekolah/
madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik
yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah;
8) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan
segenap pihak yang berkepentingan;
9) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala
sesuai dengan perkembangan dan tantangan di
masyarakat.
Misi sekolah/madrasah merupakan tujuan yang
akan dicapai dalam kurun waktu tertentu. Menurut
Mulyono (dalam Haryono, 2010), tujuan merupakan
apa yang akan dihasilkan oleh sekolah yang bersangkutan, dan kapan hasil tersebut akan dicapai.
Tujuan
sekolah/madrasah
dalam
standar
pengelolaan pendidikan haruslah:
1) Menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai
dalam jangka waktu menengah;
2) Mengacu pada visi, misi dan tujuan pendidikan
nasional serta relevan dengan kebutuhan masyarakat;
3) Mengacu pada standar kompetensi lulusan yang
sudah ditetapkan oleh sekolah/madrasah dan
pemerintah;
4) Mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang
berkepentingantermasuk komite sekolah/madrasah
dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang
dipimpin oleh kepala sekolah;
5) Disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan
segenap pihak yang berkepentingan.
Pasal 53 ayat 1 PP No. 19 tahun 2005 tentang
Standar
Nasional
Pendidikan
menyebutkan
bahwa
“setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana
kerja tahunan yang merupakan penjabaran rinci dari
rencana kerja jangka menengah satuan pendidikan
18
yang meliputi masa 4 (empat) tahun”. Rencana kerja
tahunan dikategorikan sebagai rencana operasional,
sedangkan rencana kerja jangka menengah sebagai
kategori
rencana
strategik.
Lebih
jauh,
Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 19 Tahun 2007
menyatakan bahwa sekolah/madrasah wajib membuat:
(1) Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) yang
menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam
kurun waktu 4 tahun yang berkaitan dengan mutu
lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen
yang mendukung peningkatan mutu lulusan; dan (2)
Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang dinyatakan dalam
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/madrasah
(RKA-S/M) dilaksanakan berdasarkan Rencana Kerja
Jangka Menengah. Rencana kerja jangka menengah
dan tahunan sekolah/madrasah haruslah disetujui
oleh dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah dan disahkan berlakunya oleh dinas pendidikan kota/kabupaten. Pada
sekolah/madrasah
swasta
rencana
kerja
disahkan
berlakunya oleh penyelenggara sekolah/madrasah.
Dengan kata lain RKJM dijabarkan secara rinci
ke dalam rencana kerja tahunan atau yang dikenal
sebagai Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/
Madrasah (RKA-S/M). RKA-S/M merupakan rencana
biaya dan pendanaan program/kegiatan secara rinci
untuk satu tahun anggaran. RKA-S/M adalah dokumen
anggaran sekolah resmi yang disetujui kepala sekolah
serta disahkan Dinas Pendidikan setempat (bagi sekolah negeri), atau penyelenggara pendidikan/yayasan
19
(bagi sekolah swasta). Masa RKAS hanya berlaku untuk
satu tahun ajaran yang akan datang, terdiri atas
pendapatan dan belanja (pengeluaran). Pendanaan
yang dicantumkan dalam RKAS hanya mencakup
pengeluaran dalam bentuk uang yang akan diterima
dan dikelola sekolah.
Dengan adanya RKJM dan RKAS yang jelas,
semua pihak yang berkepentingan (orang tua, guru,
pegawai sekolah, komite sekolah, warga di sekitar
sekolah, dan kepala sekolah sendiri) akan mengetahui
apa yang dibutuhkan oleh sekolah, apa yang perlu
dilakukan
untuk
memperbaiki
keadaan
sekolah,
maksud dan tujuan yang akan dilakukan.
Standar Pengelolaan Pendidikan yang diperinci ke
dalam Instrumen Pemantauan dan Evaluasi Standar
Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah (BSNP Tahun 2012) sebagai berikut:
Dalam Perencanaan Program Sekolah, diawali dengan
penetapan visi dan misi sekolah. Penetapan visi dan
misi tersebut hendaknya memperhatikan masukan dari
warga sekolah (orangtua peserta didik, komite sekolah
dan tenaga kependidikan). Pengambilan keputusan atas
visi dan misi haruslah melalui rapat dewan pendidik
yang dipimpin oleh kepala sekolah dengan melibatkan
komite sekolah. Visi dan misi harus sesuai dengan
Tujuan Pendidikan Nasional, dan harus sesuai dengan
Standar Kompetensi Lulusan. Tujuan sekolah hendaknya disosialisasi kepada warga sekolah. Peran dewan
pendidik dan komite sekolah sangat penting dalam
penyusunan rencana kerja jangka pendek (tahunan)
20
dan rencana jangka menengah (empat tahunan). Keterlibatan dewan pendidik dan komite sekolah dalam
penyempurnaan rencana kegiatan dan angaran (kesiswaan, kurikulum dan kegiatan pembelajaran tenaga
kependidikan dan prasarana, keuangan dan pembiayaan, peran serta masyarakat dan kemitraan).
2.2.2 Pelaksanaan Rencana Kerja
Untuk mencapai tujuan dan sasaran, selanjutnya
membuat strategi yang diperinci dalam kebijakan,
program operasional dan kegiatan (Akdon, 2007:186).
Dalam
menjalankan
kegiatan
di
sekolah
agar
terlaksana dengan baik dan sesuai dengan visi, misi
dan tujuan maka perlu dilakukan upaya penyusunan
rencana
kerja
sekolah
sehingga
sekolah
memiliki
rambu-rambu yang bisa dijadikan landasan dalam
pengelolaan program, implementasi, monitoring dan
evaluasi yang baik, terstruktur dan terukur.
Dalam Permendiknas No. 19 tahun 2007 diuraikan 10 hal yang perlu dilakukan Sekolah/Madrasah
dalam Pelaksanaan Rencana Kerja antara lain diuraikan sebagai berikut:
1) Pedoman Sekolah/Madrasah
Sekolah/Madrasah membuat dan memiliki pedoman yang mengatur berbagai aspek pengelolaan
secara tertulis yang mudah dibaca oleh pihak-pihak
terkait. Pedoman Pengelolaan sekolah/madrasah
meliputi:
a. Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP)
b. Kalender Pendidikan/Akademik
21
c. Struktur Organisasi Sekolah/Madrasah
d. Pembagian Tugas diantara Guru
e. Pembagian Tugas di antara Tenaga Kependidikan
f. Peraturan Akademik
g. Tata tertib sekolah/madrasah
h. Kode etik sekolah/madrasah
i. Biaya operasional sekolah/madrasah
Pedoman sekolah ini berfungsi sebagai petunjuk
pelaksanaan operasional.
2) Struktur Organisasi sekolah
Berisi
tentang
administrasi
sistem
yang
penyelenggaraan
diuraikan
secara
jelas
dan
dan
transparan
3) Pelaksanaan Kegiatan Sekolah/Madrasah
Dilaksanakan berdasarkan Rencana Kerja Tahunan
oleh penanggung jawab kegiatan yang didasarkan
pada ketersediaan sumber daya yang ada.
4) Bidang Kesiswaan
a. Sekolah/madrasah menyusun dan menetapkan
petunjuk pelaksanaan operasional mengenai
proses penerimaan peserta didik;
b. Sekolah/Madrasah meberikan layanan konseling kepada peserta didik;
c. melaksanakan kegiatan ekstra dan kokurikuler
untuk para peserta didik;
d. melakukan pembinaan prestasi ungulan;
e. melakukan pelacakan terhadap alumni
5) Bidang Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran
Menyusun:
22
a. Kurikulum Tingkat Satuan
b. Kalender Pendidikan
c. Program Pembelajaran
d. Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
e. Peraturan Akademik
6) Bidang Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
menyusun program pendayagunaan pendidik dan
tenaga
kependidikan
dengan
memperhatikan
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
kembangkan
sesuai
dengan
kondisi
di-
sekolah/
madrasah, termasuk pembagian tugas, mengatasi
bila terjadi kekurangan tenaga, menentukan sistem
penghargaan,
dan
pengembangan
profesi
bagi
setiap pendidik dan tenaga kependidikan serta
menerapkannya
secara
profesional,
adil,
dan
terbuka.
7) Bidang Sarana dan Prasarana
Menetapkan
kebijakan
program
secara
tertulis
mengenai pengelolaan sarana dan prasarana yang
mengacu pada Standar Sarana dan Prasarana
dalam hal: merencanakan, memenuhi, mendayagunakan, mengevaluasi, memelihara, melengkapi
fasilitas, menyusun skala prioritas pengembangan
fasilitas sarana prasarana pendidikan. Seluruh
program pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan disosialisasikan kepada pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik. Pengelolaan dilakukan secara sistematis, memiliki masterplan dan
bagimana cara mencapainya secara tertulis. Bidang
sarana dan prasarana bertanggung terhadap pengelolaan
dan
perpustakaan,
Pengelolaan
pengelolaan
fasilitas
fisik
laboratorium,
untuk
kegiatan
23
ekstrakurikuler disesuaikan dengan perkembangan
kegiatan
ekstrakurikuler
peserta
didik
dan
mengacu pada Standar Sarana dan Prasarana.
Pengelolaan laboratorium dikembangkan sejalan
dengan
perkembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi serta dilengkapi dengan manual yang jelas
sehingga
tidak
terjadi
kekeliruan
yang
dapat
menimbulkan kerusakan.
8) Bidang Keuangan dan Pembiayaan
Menyusun pedoman pengelolaan biaya investasi
dan
operasional
yang
mengacu
pada
Standar
Pembiayaan.
9) Budaya dan Lingkungan Sekolah/Madrasah
Sekolah/madrasah
menciptakan
suasana,
iklim
dan lingkungan pendidikan yang kondusif untuk
pembelajaran yang efisien dalam pelaksanaan. Hal
ini dapat di wujudkan melalui tata tertib sekolah/
madrasah dan kode etik sekolah/madrasah.
10) Peranserta Masyarakat dan Kemitraan Sekolah/
Madrasah
Melibatkan
warga
dan
masyarakat
pendukung
sekolah/madrasah dalam pengelolaan akademik dan
non-akademik dibatasi pada kegiatan tertentu yang
ditetapkan.
Penyusunan
rencana
kerja
sekolah
akan
memudahkan sekolah untuk mengetahui secara rinci
tentang tindakan apa saja yang harus dilakukan
supaya tujuan dan kewajiban sekolah tercapai. Dari
sisi partisipasi, rencana kerja sekolah memberikan
dukungan
24
terhadap
diperhitungkannya
harapan-
harapan para pemangku kepentingan sekolah baik
eksternal maupun internal, tanpa mengabaikan kondisi
nyata sekolah.
2.2.3 Pengawasan dan Evaluasi
Menurut Pidarta (2004:158), sasaran pengawasan
ada dua yaitu: perilaku individu sebagai orang-orang
yang memproses input menjadi output organisasi, serta
output organisasi itu sendiri. Perilaku individu diarahkan agar berperilaku organisasi, sedangkan output
organisasi diusahakan agar tidak menyimpang dari
rencana semula. Dengan demikian, definisi pengawasan
menurut Robbins seperti dikutip oleh Pidarta adalah:
Proses memonitor aktivitas-aktivitas untuk mengetahui apakah individu-individu dan organisasi
itu sendiri memperoleh dan memanfaatkan sumbersumber pendidikan secara efektif dan efisien dalam
rangka mencapai tujuannya, serta memberikan
koreksi apabila tidak tercapai.
Pengawasan
dan
Evaluasi
dalam
standar
pengelolaan pendidikan yang harus dilakukan oleh
sekolah antara lain: Program Pengawasan; Evaluasi
Diri; Evaluasi dan Pengembangan KTSP; Evaluasi
Pendayagunaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan;
dan Akreditasi Sekolah.
Sekolah/Madrasah menyusun program pengawasan
secara
didasarkan
obyektif,
pada
dan
Standar
berkelanjutan
Nasional
dan
Pendidikan.
Pemantauan pengelolaan sekolah/madrasah dilakukan
oleh komite sekolah atau pihak-pihak yang berkepentingan yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan
untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas
25
pengelolaan. Supervisi pengelolaan akademik dilakukan
secara teratur dan berkelanjutan oleh kepala sekolah/
madrasah dan pengawas sekolah/madrasah. Guru
melaporkan hasil evaluasi dan penilaian sekurangkurangnya
setiap
akhir
semester
yang
dilakukan
kepada kepala sekolah/madrasah dan orang tua wali
peserta didik. Pengawas sekolah melaporkan hasil
pengawasan disekolah kepada bupati/walikota melalui
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang bertanggung
jawab
di
bidang
bersangkutan,
pendidikan
setelah
dan
dikonfirmasi
sekolah
pada
yang
sekolah
terkait. Pengawas madrash melaporkan hasil pengawasan di madrasah keoada kantor departemen Agama
Kabupaten/Kota dan pada madrasah yang bersangkutan, setelah dikonfirmasi pada madrasah terkait.
Setiap pihak yang menerima lapran hasil pengawasan
menindaklanjuti laporan hasil pengawasan tersebut
dalam rangka meningkatkan mutu sekolah/ madrasah,
termasuk memberikan sanksi atas penyimpangan yang
ditemukan. Sekolah/Madrasah mendokumentasikan dan
menggunakan hasil pemantauan, supervisi, evaluasi,
dan pelaporan serta catatan tindak lanjut untuk memperbaiki kinerja sekolah/madrasah, dalam pengelolaan
pembelajaran dan pengelolaan secara keseluruhan.
Evaluasi diri: dalam pelaksanaannya sekolah melakukan evalusi diri terhadap kinerja sekolah/madrasah; sekolah/madrasah menetapkan prioritas indikator untuk mengukur, menilai kinerja, dan melakukan
perbaikan dalam rangka pelaksanaan Standar Nasional
Pendidikan; sekolah/madrasah melaksanakan evaluasi
26
proses pembelajaran secara periodik pada akhir semester akademik; evaluasi program kerja tahunan
secara secara periodik sekurang-kurangnya satu kali
dalam setahun, pada akhir tahun anggaran sekolah/madrasah. Evaluasi diri sekolah/madrasah dilakukan
secara periodik berdasarkan data dan informasi yang
sahih.
Proses Evaluasi dan Pengembangan KTSP: dilaksanakan secara komprehensif dan fleksibel; berkala;
integatif dan monolitik; serta menyeluruh dengan
melibatkan
berbagai
pihak.
Melakukan
Evaluasi
Pendayagunaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Akreditasi Sekolah/Madrasah: sekolah/madrasah
menyiapkan
bahan-bahan
yang
diperlukan
untuk
mengikuti akreditasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; sekolah meningkatkan
status akrditasi, dengan menggunakan lembaga eksternal yang memiliki legitimasi; sekolah/madrasah harus
terus
meningkatkan
holistik
dengan
kualitas
kelembagaan
menindaklanjuti
secara
saran-saran
hasil
akreditasi.
2.2.4 Kepemimpinan Sekolah
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor
yang
sangat
berperan
dalam
sebuah
organisasi.
Keberhasilan organisasi mencapai tujuan yang telah
ditetapkan akan sangat tergantung pada berperannya
kepemimpinan.
Kepemimpinan
berkaitan
dengan
kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk
mengadakan pertemuan secara efektif dengan para
27
guru dalam situasi yang kondusif (Mulyono, 2009:144).
Pola
kepemimpinan
yang
diterapkan
oleh
kepala
sekolah sebagai pemimpin akan sangat berpengaruh
dalam menentukan arah dan kebijakan pendidikan
yang dibangun. Dalam Permen nomor 19 Tahun 2007,
Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah memiliki
kemampuan memimpin yaitu pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dimiliki, dihayati, dikuasai, dan
diwujudkannya dalam melaksanakan tugas keprofesionalan sesuai dengan Standar Pengelolaan Satuan
Pendidikan. Kemudian Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan dalam pengelolaan Sekolah Dasar dan
Menengah tahun1994, menjelaskan, bahwa:
kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan
kepala sekolah untuk memberikan pengaruhpengaruh yang dapat menyebabkan guru tergerak
untuk melaksanakan tugas dan kegiatan secara
bersama-sama dalam mencapai tujuan pendidikan
secara efesien dan efektif
Kepala
sekolah/madrasah
dalam
Permen
19
tahun 2007 memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
28
a) Menjabarkan visi ke dalam misi target mutu;
b) Merumuskan tujuan dan target mutu yang akan
dicapai;
c) Menganalisis tantangan, peluang, kekuatan dan
kelemahan sekolah/madrasah;
d) Membuat rencana kerja strategis dan rencana
kerja tahunan untuk pelaksanaan peningkatan
mutu;
e) Bertanggung jawab dalam membuat keputusan
anggaran sekolah/madrasah
f) Melibatkan guru, komite sekolah dalam pengambilan keputusan penting sekolah/madrasah.
g) Berkomunikasi untuk menciptakan dukungan
intensif dari orang tua peserta didik dan
masyarakat;
h) Menjaga dan meningkatkan motivasi kerja
pendidik dan tenaga kependidikan dengan
menggunakan sistem pemberian penghargaan
atas prestasi dan sanksi atas pelanggaran peraturan dan kode etik;
i) Menciptakan lingkungan pembelajaran yang
efektif bagi peserta didik;
j) Betanggung jawab atas perencanaan partisipatif
mengenai pelaksanaan kurikulum;
k) Melaksanakan dan merumuskan program supervisi, serta memanfaatkan hasil supervisi untuk
meningkatkan kinerja sekolah/ madrasah;
l) Meningkatkan mutu pendidikan;
m) Memberikan teladan dan menjaga nama baik
lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan
kepercayaan yang dibeikan kepadanya;
n) Memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan
dan pelaksanaan visi pembelajaran yang dikomunikasikan dengan baik dan didukung oleh
komunitas sekolah/madrasah;
o) Membantu, membina, dan mempertahankan lingkungan sekolah/madrasah dan program pembelajaran yang kondusif bagi proses belajar peserta
didik dan pertumbuhan profesional para guru
dan tenaga kependidikan.;
p) Menjamin manajemen organisasi dan pengoperasian sumber daya sekolah/madrasah untuk
menciptakan lingkungan belajar yang aman,
sehat, efisien dan efektif
q) Menjalin kerja sama dengan orang tua peserta
didik dan masyarakat, dan komite sekolah/
madrasah menanggapi kepentingan dan kebutuhan komunitas yang beragam, dan memobilisasi sumber daya masyarakat;
r) Memberi contoh/teladan/tindakan yang bertanggung jawab
Kepala sekolah dapat mendelegasikan sebagian
tugas dan kewenangan kepada wakil kepala sekolah/madrasah sesuai dengan bidangnya.
2.2.5 Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen saat ini sudah
menjadi kebutuhan yang cukup penting bagi sekolah,
29
dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan informasi kepada semua komponen sekolah, terutama bagi
semua siswa, orang tua siswa, guru, dan pengelola
sekolah. Sistem berasal dari Bahasa Yunani, yaitu
Systema yang mempunyai arti: (1) suatu keseluruhan
yang tersusun dari sekian banyak bagian, dan (2)
hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan
atau komponen-komponen secara teratur (Depdiknas,
2007). Sedangkan informasi adalah data yang diolah
menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti
bagi yang menerima (Depdiknas, 2007). Sementara itu
Hasibuan (2013) menyatakan, bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
sistem informasi manajemen adalah ilmu dan seni
mengatur proses pemanfaatan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Apabila
dikaitkan dengan sekolah, maka sistem informasi
manajemen sekolah adalah suatu cara mengatur proses
pemanfaatan data yang berasal dari berbagai kegiatan
yang dijalankan oleh sekolah antara lain meliputi,
penilaian
siswa,
penggajian
guru,
perpustakaan,
administrasi, operasional sekolah dan lain-lain, secara
efektif dan efisien agar dapat dipergunakan oleh pihakpihak yang membutuhkan. Agar dapat tercapai hasil
yang maksimal, pengelolaan dapat dilakukan dengan
menerapkan sistem komputerisasi bagi masing-masing
kegiatan
30
yang
kemudian
digabung
menjadi
satu
kesatuan sistem yang akan mengelola sekolah secara
keseluruhan.
Kurniawan (2002) menyatakan, bahwa Sistem
Informasi Manajemen (SIM) merupakan sebuah sistem
terstruktur yang digunakan untuk mengelola data
secara komputerisasi. Didalam SIM terdapat beberapa
fungsi
yang
dibutuhkan
yaitu
pencarian,
pemu-
takhiran, presentasi data dan penyimpanan data.
Dengan demikian dapat diharapkan dengan SIM dapat
dikaitkan untuk mempermudah penyusunan informasi
manajemen sekolah agar terstruktur dengan baik.
Dengan informasi-informasi tersebut dapat membantu
untuk menggambarkan keadaan sekolah baik dari segi
visi maupun sumber daya manusia yang ikut berpartisipasi.
Dengan diterapkannya SIM sekolah/madrasah
berbasis teknologi informasi akan memberi peluang:
1) Sekolah/madrasah untuk:
a. mengelola
mendukung
SIM
yang
administrasi
memadai
guna
pendidikan
yang
efektif, efisien, dan akuntabel;
b. menyediakan fasilitas informasi yang efektif,
efisien, dan mudah diakses;
c. menugaskan
kependidikan
seorang
guru
untuk
melayani
atau
tenaga
permintaan
informasi maupun pemberian informasi atau
pengaduan dari masyarakat berkaitan dengan
pengelolaan
sekolah/madrasah
baik
secara
31
lisan maupun tertulis dan semuanya direkam
dan didokumentasikan; dan
d. melaporkan data informasi sekolah/madrasah
yang telah terdokumentasikan kepada Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota.
2) Komunikasi antar warga sekolah/madrasah di
lingkungan
sekolah/madrasah
dilaksanakan
secara efektif dan efisien.
2.3 Akreditasi Satuan Pendidikan
Akreditasi adalah benchmark yang sangat positif
dalam upaya meningkatkan mutu sekolah yang bersifat
berkelanjutan. Sekolah bermutu terpadu merupakan
bagian dari prinsip Total Quality Manajemen (TQM).
Salis
(2006)
TQM
menuliskan,
merupakan
suatu
prinsip yang efisien untuk melakukan pelayanan mutu
terus-menerus. Umiarso dan Gojali (2010) berpendapat
bahwa peningkatan mutu dalam pendidikan dapat
dilakukan
dengan
melalui
prinsip
TQM.
Prinsip
tersebut antara lain fokus pada pelanggan pendidikan,
gaya kepemimpinan kepala sekolah, dan pelibatan
anggota sekolah dalam kegiatan di luar tanggung jawab
proses belajar mengajar serta dibutuhkan perbaikan
terus-menerus, perlu juga menjalin hubungan baik
antara
pihak
sekolah
dengan
pengguna
jasa
pendidikan.
Akreditasi merupakan kegiatan penilaian yang
dilakukan oleh pemerintah atau lembaga mandiri yang
berwenang untuk menentukan kelayakan program atau
satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah
32
ditetapkan, sebagai bentuk akuntabilitas publik dengan
menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu
kepada Standar Nasional Pendidikan. Akreditasi pada
satuan
pendidikan
memberikan
informasi
bahwa
sebuah sekolah atau program telah memenuhi standar
kelayakan dan kinerja yang telah ditentukan.
Dalam Pasal 60 Undang-Undang N0.20 tahun
2003
yang
menyebutkan
bahwa
sekolah
perlu
diakreditasi karena:
a. Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan
program
dan
satuan
pendidikan
pada
jalur
pendidikan formal dan non formal pada setiap
jenjang dan jenis pendidikan.
b. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan
dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwewenang
sebagai bentuk akuntabilitas publik.
c. Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat
terbuka.
Badan Akreditasi Nasional
Sekolah/Madrasah
(2009) menyatakan, bahwa akreditasi dilaksanakan
dalam rangka: 1) Memberi informasi bahwa sebuah
sekolah atau program telah memenuhi standar kelayakan dan kinerja yang telah ditentukan. 2) Membantu
sekolah melakukan evaluasi diri dan menentukan
kebijakan sendiri dalam upaya peningkatan mutu. 3)
Membimbing calon peserta didik, orang tua, dan
masyarakat untuk mengidentifikasi sekolah bermutu
yang dapat memenuhi kebutuhan individual terhadap
pendidikan termasuk mengidentifikasikan sekolah yang
33
memiliki prestasi dalam suatu bidang tertentu yang
mendapat pengakuan masyarakat. 4) Membantu sekolah dalam menentukan dan mempermudah transfer
peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain,
pertukaran guru, dan kerjasama yang saling menguntungkan. 5) Membantu mengidentifikasi sekolah dan
program dalam rangka pemberian bantuan pemerintah,
investasi
dana
swasta
dan
donator
atau
bentuk
bantuan lainnya.
Bagi Sekolah hasil akreditasi memiliki makna
yang penting, karena ia dapat digunakan sebagai:
1)
Acuan dalam upaya peningkatan mutu sekolah
dan rencana pengembangan sekolah.
2)
Umpan balik untuk usaha pemberdayaan dan
pengembangan
kinerja
warga
sekolah
dalam
rangka menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran,
strategi dan program sekolah.
3)
Pendorong motivasi untuk sekolah agar terus
meningkatkan mutu sekolahnya secara bertaha,
terencana, gradual dan kompetitif di tingkat
kabupaten/kota,
provinsi,
nasional
bahkan
regional dan internasional;
4)
Bahan informasi bagi sekolah sebagai masyarakat
belajar
untuk
meningkatkan
dukungan
dari
pemerintah, masyarakat maupun sektor swasta
dalam hal profesionalisme, moral, tenaga, dan
dana. (BSNP 2010).
Badan
Akreditasi
Sekolah
Nasional
(2004)
mengemukakan prinsip-prinsip dalam melaksanakan
akreditasi sekolah adalah sebagai berikut:
34
1) Obyektif
Berbagai aspek yang terkait dengan kinerja dan
kelayakan diperiksa untuk memperoleh informasi
tentang keberadaan yang menggambarkan kondisi
yang sebenarnya dan dibandingkan dengan kondisi
yang
diharapkan.
Dalam
prosesnya
digunakan
indikator-indikator yang dikaitkan dengan kriteriakriteria yang diinginkan sebagai dasar penilaian.
2) Efektif
Hasil yang diperoleh harus mampu memberikan
informasi yang bisa digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak-pihak
yang terkait, seperti kepala sekolah dalam rangka
melakukan perencanaan atau peningkatan mutu,
dan pihak pemerintah maupun masyarakat dalam
rangka memfasilitasi upaya peningkatan kelayakan
dan kinerja sekolah itu.
3) Komprehensif
Dalam
pelaksanaan
akreditasi
sekolah
meliputi
berbagai aspek yang bersifat menyeluruh. Dengan
demikian hasil yang diperoleh dapat menggambarkan
secara utuh kondisi kelayakan dan kinerja sekolah
tersebut.
4) Memandirikan
Kewenangan melakukan akreditasi sekolah berada
pada lembaga eksternal di luar sekolah itu yang
secara teknis bersifat mandiri. Namun demikian,
proses analisis meliputi evaluasi diri oleh sekolah
dengan menggunakan instrumen yang disediakan
oleh lembaga eksternal tersebut. Hasil evaluasi dapat
digunakan untuk menentukan tingkat kelayakan
35
sekolah dibandingkan standar kelayakan nasional
yang
dijadikan
pagu.
Proses
akreditasi
akan
berdampak bagi sekolah yang bersangkutan untuk
dapat mengetahui kekuatan dan kelemahannya, dan
berupaya memperbaiki dan meningkatkan mutu
kelayakan dan kinerjanya.
5) Keharusan
Akreditasi dilakukan untuk setiap sekolah, baik
sekolah negeri maupun swasta. Namun demikian
sekolah yang akan diakreditasi dapat mengajukan
permohonan terlebih dahulu kepada Badan Akreditasi Sekolah. Sekolah yang belum siap dapat mengajukan permohonan untuk menunda pelaksanaan
akreditasi.
2.4 Keterlaksanaan
Antara
SMA
Terakre-
ditasi A dengan Terakreditasi B
Asmani (2010:175-198) membahas secara tidak
langsung kaitan antara keterlaksanaan standar pengelolaan pendidikan dengan akreditasi sekolah. Dua profil
sekolah yang dibahasnya di dalam buku yang berjudul
Tips
Lulus
Manajemen
Akreditasi
Mutu
Sekolah/Madrasah
Sekolah/Madrasah
Panduan
Berorientasi
Kompetitif yaitu SMP Maarif NU Pandaan Pasuruan
Jawa Timur, SD Muhammadiyah 15 Surabaya, menunjukkan bahwa sekolah yang terakreditasi A melaksanakan komponen standar pengelolaan pendidikan dengan
baik. Terdapat pembahasan mengenai bagian-bagian
dari standar pengelolaan pendidikan yang menonjol
dari kedua profil sekolah di atas, diantaranya seperti
36
kekuatan
mereka
dalam
mewujudkan
manajemen
profesional yang sangat dominan. Hal ini dilihat dari
pola manajemen yang dinamis, efektif, dan antisipatif.
Sekolah
tersebut
mampu
merespon
tantangan
eksternal dan internal dengan cepat, bahkan mampu
melakukan
ekspansi
keluar
demi
pengembangan
kelembagaan. Selain itu kaderisasi berjalan dengan
baik dan monitoring serta evaluasi terus dilakukan.
Kepala sekolah sebagai pemegang otoritas tidak otoriter
dan sentralistik. Ada pembagian kerja sesuai dengan
aturan yang ada sehingga masing-masing pihak bekerja
dalam koridor yang jelas dan tidak terjadi tumpang
tindih. Penjelasan ini memberi keterangan bahwa
sekolah yang terakreditasi A memiliki tata kelola yang
baik.
Tidak
ada
pembahasan
yang
menunjukkan
sekolah terakreditasi B dijadikan dasar pembahasan
untuk
acuan
keterlaksanaan
standar
pengelolaan
pendidikan. Dasar ini digunakan untuk membentuk
sebuah
hipotesis
yang
menunjukkan
bahwa
ada
perbedaan dalam keterlaksanaan standar pengelolaan
pendidikan antara Sekolah yang terakreditasi A dan
Sekolah terakreditasi B.
Dalam melakukan akreditasi sekolah/madrasah,
kebutuhan akan data atau dokumen penunjang dalam
bentuk bukti fisik sangat mutlak diperlukan. Tanpa
adanya data atau dokumen penunjang, BAS-S/M tidak
dapat menilai dan memberikan akreditasi terhadap
suatu
sekolah/madrasah.
Data
atau
dokumen
penunjang dikembangkan berdasarkan standar dan
parameter penilaian yang dikembangkan oleh badan
37
akreditasi.
Data
atau
dokumen
penunjang
berisi
kumpulan data dan informasi mengenai masukan,
proses, keluaran, hasil dan dampak yang bercirikan
upaya untuk meningkatkan mutu kinerja, keadaan dan
perangkat
kependidikan
sekolah/madrasah
secara
berkelanjutan. Yang dinilai adalah: (1) Kinerja pengelolaan sekolah berdasarkan kerja tim dan kemitraan
yang kuat dengan visi dan misi yang jelas dan diketahui oleh semua pihak; (2) Rencana kerja sekolah
mencantumkan tujuan yang jelas untuk program
peningkatan dan perbaikan berkelanjutan yang tersosialisasi dengan baik; (3) Rencana kerja sekolah
berdampak terhadap peningkatan hasil belajar; (4)
Pengumpulan dan penggunaan data yang handal dan
valid; (5) Pemberian dukungan dan kesempatan kesempatan pengembangan profesi bagi para pendidik dan
tenaga kependidikan; dan (6) Masyarakat mengambil
bagian dalam kehidupan sekolah.
Akreditasi sebagai proses penilaian terhadap
kelayakan dan kinerja sekolah merupakan kegiatan
yang bersifat menyeluruh dalam memotret kondisi
nyata sekolah dibandingkan dengan standar yang telah
ditetapkan. Hasil penilaian berupa kualifikasi seperti
tampak pada Tabel 2.1. berikut:
38
Tabel 2.1
Kualifikasi Penilaian Akreditasi
Aspek
Visi dan Misi sekolah
Kualifikasi A
Merumuskan
dan
menetapkan
visi
dan misi, mudah
dipahami dan sering
disosialisasikan
Tujuan sekolah
Merumuskan
dan
menetapkan tujuan
sekolah, mudah dipahami dan sering
disosialisasikan.
Rencana kerja
Memiliki rencana
jangka menengah
dan rencana kerja
tahunan dan sudah
disosialisasikan.
Memiliki pedoman ter- Memiliki 7 aspek
tulis yang mengatur
atau lebih
pengelolaan sekolah
Struktur organisasi
Memiliki struktur
organisasi yang
dipajang di dinding
dan disertai uraian
tugas yang jelas.
Kegiatan sekolah
Sebanyak 76% - 100
% kegiatan sesuai
dengan rencana
kerja tahunan.
Kegiatan kesiswaan
Melaksanakan 4
atau lebih kegiatan
kesiswaan.
Kegiatan pengembang- Melaksanakan 4
an kurikulum dan
kegiatan atau lebih.
pembelajaran
Melaksanakan 4
Program pendayagunaan pendidik dan
program atau lebih.
tenaga kependidikan.
Program sarana dan
Mengelola 4
prasarana.
program atau lebih.
Program pengelolaan Memiliki 4 program
pembiayaan
atau lebih.
pendidikan.
Melaksanakan 4
Menciptakan suasakegiatan atau lebih.
na, iklim, dan lingkungan pembelajaran
Kualifikasi B
merumuskan
dan
menetapkan
visi,
msi, mudah dipahami
dan
pernah
disosialisasikan.
Merumuskan
dan
menetapkan tujuan
sekolah, mudah dipahami dan pernah
disosialisasikan.
Memiliki rencana
jangka menengah
dan rencana kerja
tahunan dan belum
disosialisasikan.
Memiliki 5 atau 6
aspek
Memiliki struktur
disertai uraian
tugas yang jelas
Sebanyak 51% - 75
% kegiatan sesuai
dengan rencana
kerja tahunan.
Melaksanakan 3
kegiatan kesiswaan.
Melaksanakan 3
kegiatan.
Melaksanakan 3
program.
Mengelola 3
program.
Memiliki 3 program.
Melaksanakan 3
kegiatan.
39
Aspek
yang kondusif.
Dokumen tentang
keterlibatan masyarakat pendukung dan
membangun kemitraan dengan lembaga
lain yang relevan
dalam pengelolaan
pendidikan.
Program pengawasan
Evaluasi diri
Evaluasi kinerja
pendidik dan tenaga
kependidikan.
Unsur pelaksanaan
akreditasi
Kualifikasi A
Kualifikasi B
Memiliki 4 dokumen
atau lebih.
Memiliki 3
dokumen.
Memiliki 4 dokumen
atau lebih.
Melaksanakan evaluasi diri setidak-tidaknya sekali dalam
satu semester.
Melaksanakan 4
program evaluasi
Memiliki 3 dokumen.
Melaksanakan
evaluasi diri setidaktidaknya sekali dalam
dua semester.
Melaksanakan 3
program evaluasi
Mempersiapkan 4
Mempersiapkan 3
unsur pelaksanaan
unsur pelaksanaan
akreditasi.
akreditasi.
Tupoksi kepemimMelaksanakan 15Melaksanakan 11pinan kepala sekolah 18 tupoksi
14 tupoksi
Sistem informasi
Memiliki sistem inMemiliki sistem
formasi dan memiinformasi tetapi
liki fasilitas dan
tidak memiliki
petugas khusus.
petugas khusus.
Sumber: BAN – S/M 2014, Instrumen Akreditasi SMA
Dalam melaksanakan penjaminan mutu Standar
Pengelolaan Pendidikan, sekolah perlu memperhatikan
dua hal. Pertama, kriteria minimal yang harus dicapai
berdasarkan
Permendiknas
No.
19
Tahun
2007,
indikator operasional, dan kriteria pencapaian tujuan.
Kedua, sekolah perlu memperhatikan indikator dan
kriteria
keunggulan
tingkat
satuan
pendidikan
sehingga sekolah dapat memiliki target yang lebih tinggi
daripada kriteria pada Standar Nasional Pendidikan
(SNP).
40
2.5 Penelitian-penelitian
sebelumnya
dan
literatur yang mendukung
Penelitian tentang Standar Pengelolaan Pendidikan sebelumnya pernah dilakukan oleh Haryono (2010)
di SMK Farmasi Semarang, dengan hasil analisis:
sekolah belum melakukan pengelolaan pendidikan
sesuai dengan Standar Pengelolaan Pendidikan secara
maksimal, sekolah yang diteliti kurang memahami
Standar Pengelolaan Pendidikan. Selanjutnya dalam
penelitiannya ia menemukan bahwa dari 5 komponen
Standar Pengelolaan Pendidikan, yang belum berjalan
sama
sekali
adalah
komponen
Sistem
Informasi
Manajemen. Sedangkan Komponen Pelaksanaan Rencana Kerja dan Kepemimpinan Sekolah pelaksanaannya cukup baik (diatas 50%), sedangkan Komponen
Perencanaan Program dan Pengawasan dan Evaluasi
pelaksanaannya masih kurang (di bawah 50%). Hasil
penelitian di atas menunjukkan bahwa di SMK Farmasi
Semarang
terdapat
2
Komponen
dalam
Standar
Pengelolaan Pendidikan yang pelaksanaannya masih
kurang baik.
Penelitian
mengetahui
Subagyo
signifikansi
(2013)
dilakukan
perbedaan
untuk
keterlaksanaan
Standar Pengelolaan Pendidikan SD/MI terakreditasi A
dan B di Kota Salatiga Berdasarkan Permendiknas RI
Tahun
2007.
Penelitian
ini
menggunakan
Metode
kuantitatif dengan cara mengisi angket tentang standar
penge-lolaan penfifikan yang disusun BNSP. Penelitian
yang dilakukan pada para kepala SD/MI sebanyak 70
Kepala Sekolah yang terdiri dari 33 orang kepala dari
41
SD/MI terakreditasi A (Sangat Baik) dan 37 orang
kepala
dari
SD/MI
terakreditasi
B
(Baik).
Dari
penelitian itu diperoleh: Nilai rerata (Mean) sekolah
terakreditasi A adalah 232,667 ada pada kategori Baik,
sedangkan nilai rerata (Mean) sekolah terakreditasi B
adalah 231,946 ada pada kategori Baik. Nilai tes uji
beda (t- test) koefisien t = 0,425; p = 0,674 > 0,05. Hasil
penelitian ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara SD/MI terakreditasi A dengan SD/MI
terakreditasi B dalam keterlaksanaan Standar Pengelolaan Pendidikan di Kota Salatiga. Dari penelitian
tersebut, Subagyo memberi sudut pandang bahwa tidak
ada perbedaan keterlaksanaan standar pengelolaan
pendidikan di Sekolah terakreditasi A dan B.
Sementara haryono menegaskan SMK Farmasi
”Yayasan
Pharmasi”
Semarang
belum
melakukan
pengelolaan pendidikan sesuai dengan Standar Pengelolaan Pendidikan secara maksimal. Hal tersebut menunjukkan bahwa keterlaksanaan Standar Pengelolaan
Pendidikan belum terlaksana dengan baik.
Sa’ud, et. al dalam penelitian yang berjudul
Pengaruh Akreditasi Terhadap Mutu Pendidikan (Studi
Tentang
Pengaruh
Pendidikan
Di
Akreditasi
Sekolah
Terhadap
Menengah
Atas
Mutu
Se-Kota
Bandung), Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap
pengaruh akreditasi sekolah terhadap peningkatan
mutu pendidikan SMA di Kota Bandung. Metode yang
digunakan
adalah
analisis
korelasi.
Pengujian
hasilnya
menunjukkan
42
deskriptif
hipotesis
bahwa
dan
menggunakan
akreditasi
analisis
uji-F,
sekolah
berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan
sebesar 63,6%.
BSNP (2012) Naskah Standar Pengelolaan Pendidikan ini berisi tentang: Perencanaan Program Sekolah,
Pendayagunaan
Guru
dan
Tenaga
Kependidikan,
Pengelolaan Sarana Prasarana, Kegiatan Pembelajaran,
Penilaian Hasil Belajar dan Pengawasan di Sekolah/madrasah (BNSP 2012). Literatur di atas menjadi
bahan kajian dan pedoman dalam penelitian ini.
2.6 Kerangka Pikir
Kerangka pikir penelitian ini dikembangkan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan dalam rangka
penjaminan pendidikan bermutu. Pada penelitian Keterlaksanaan Standar Pengelolaan Penidikan Peneliti
akan melihat pada sisi yang berbeda dengan melakukan analisis deskriptif dan analisis komparatif dengan
Uji t pada SMA Terakreditasi A dan SMA Terakreditasi
B di Kabupaten Semarang.
Adapun kerangka pemikiran teoretis Keterlaksanaan Standar Pengelolaan Pendidikan di SMA Terakreditasi adalah sebagai berikut:
43
Standar Nasional
Pendidikan
Standar Penjaminan Mutu
Standar 6: Standar Pengelolaan Pendidikan
1. Perencanaan Program
2. Pelaksanaan Rencana Kerja
3. Pengawasan dan Evaluasi
4. Kepemimpinan Sekolah
5. Sistem Informasi Manajemen
Pelaksanaan Pengelolaan
Pendidikan
StakeHolder
dan Pihak Sekolah
Keterlaksanaan Standar PengelolaanPendidikan
SMA Terakreditasi A
SMA Terakreditasi B
Analisis Komparatif: Perbedaan Keterlaksanaan Standar
Pengelolaan Pendidikan
Gambar. 2.1
Kerangka Pikir
44