Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gereja dan Rekonsiliasi: memahami peran sosiologis GPM dalam proses rekonsiliasi konflik di Negeri Porto-Haria, Saparua-Maluku T2 752014011 BAB V

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dalam Bab III serta analisa dan pembahasan dalam Bab
IV maka ada beberapa hal penting yang dapat ditarik sebagai kesimpulan akhir dari tesis
ini, terkait dengan peran sosiologis GPM dalam proses rekonsiliasi konflik di Negeri
Porto-Haria, Saparua-Maluku, adalah:
Bahwa pada prinsipnya gereja memahami dan mencermati konflik yang terjadi di
Porto-Haria dalam sebagai konflik yang penyebab utamanya adalah masalah tapal batas
dan pihak ketiga. Selain itu faktor ekonomi dan pihak ketiga juga turut mengambil bagian
dalam unsur ‘pelestarian konflik’. Hal ini dikarenakan yang seringkali terlibat dalam
konflik adalah para pengangguran, yang terdiri atas para pemuda, para pemabuk dan para
penjudi.
Konflik yang terus terjadi dari waktu ke waktu, baik yang besar maupun kecil
mengalami pematangan kondisi. Sehingga pihak ketiga yang melihat potensi konflik
dapat diciptakan kembali. Akhirnya masyarakat kedua negeri yang telah menjadi trauma
dengan konflik tersebut, seringkali terperangkap oleh permainan pihak ketiga. Terhadap
konflik tersebut, masyarakat Porto-Haria menjadi korban. Kehilangan harta benda,
luka-luka sampai dengan meninggal. Konflik selain menimbulkan kerugian besar bagi
kedua belah pihak yang bertikai, juga berdampak pada ketidaknyamanan masyarakat luar

yang ingin masuk maupun keluar Pulau Saparua, mengingat Haria merupakan salah satu
pintu masuk utama kapal cepat dan speedboat.

63

Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) adalah sebuah persekutuan orang percaya
yang dalam arak-arakannya di tengah-tengah dunia ini berada dalam tuntunan ke-Tri
Tunggalan Allah, serta menyadari akan panggilan profetisnya di bawah kendali Yesus
Kristus yang empunya dan pemberi hidup. Dalam menghadapi konflik berkepanjangan di
Porto-Haria itu, maka GPM yang biasanya menyelesaikan konflik seagama seperti ini
dengan mengutuk pihak-pihak/barangsiapa yang masih menghendaki terjadinya konflik,
berkehendak untuk mengambil jalan baru yang dikehendaki Tuhan dengan berorientasi
pada pertobatan dan paradigma baru.
Dengan demikian sebagai suatu institusi keagamaan, Sinode GPM dalam
menyelesaikan konflik menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah untuk mewujudkan
cinta kasih (love) dan kebenaran (truth), keadilan (justice) dan pengampunan
(forgiveness), pendamaian (reconciliation) dan perdamaian (peace), serta kesejahteraan
(welfare) dan keutuhan ciptaan (integrity of creation). Dengan berlandaskan pada
prinsip-prinsip tersebut, maka dalam rangka menyelesaikan konflik Porto-Haria, gereja
berusaha membangun kesadaran dari bawah (bottom up). Gereja melihat bahwa sesuatu

yang datang dari atas dan bersifat memaksa, tidak akan tertanam dalam hati tiap orang,
dan konflik bisa tetap meletup sewaktu-waktu.
Dalam menyelesaikan konflik, gereja senantiasa menjunjung nilai-nilai kemanusiaan
dan kebenaran yang prinsipnya menciptakan rasa aman, damai bagi masyarakat kedua
negeri. Sejalan dengan pemahaman dimaksud, maka gereja mengharapkan terciptanya
situasi yang kondusif di Porto-Haria. Maka gereja berinisiatif untuk bekerjasama dengan
pemerintah, yang kemudian menghadirkan TNI-POLRI untuk menangani konflik.
Dengan diturunkannya TNI-POLRI di kedua negeri, kondisi kedua negeri menjadi jauh

64

lebih baik. Tapi sayangnya dengan belum tercapainya suatu kesepahaman/pengampunan
di antara kedua pihak dan dengan adanya pihak ketiga masih terus berupaya
memanipulasi masyarakat kedua negeri dengan melakukan peledakan bom dan
penembakan gelap, konflik masih dapat pecah sewaktu-waktu.
Masyarakat Porto-Haria kurang cerdas mengendalikan emosinya dan dengan belum
tercapainya kesepahaman di antara kedua pihak hingga saat ini, makin membuka
kemungkinan mereka akan terus menjadi mangsa atau terperangkap dalam permainan
pihak ketiga. Dengan demikian, maka meskipun gereja telah melakukan berbagai upaya,
gereja tidak berhasil mewujudkan suatu rekonsiliasi di antara kedua negeri.


B. Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, maka dalam upaya menciptakan suatu
perdamaian di Porto-Haria, diperlukan tindakan nyata dari berbagai pihak, khususnya
gereja/Sinode GPM. Untuk itu dibuatlah beberapa saran, dengan harapan dapat
diperhatikan sebagai acuan dalam rangka mencari jalur pemecahan konflik di Porto-Haria
dan membebaskan masyarakat Porto-Haria dari berbagai kepentingan pihak ketiga
(politik) yang dapat menghancurkan tali persaudaraan masyarakat kedua negeri.
1. Hendaknya gereja terus melakukan bimbingan dan perjumpaan-perjumpaan walaupun
kondisi sudah kondusif. Sehingga bisa menciptakan sekaligus memperkuat rasa saling
percaya antara kedua pihak, serta bisa mencapai suatu pengampunan di antara pihak
yang bertikai.
2. Hingga saat ini, pihak ketiga yang terus berupaya menciptakan konflik tak kunjung
diringkus. Dengan demikian, maka ada kemungkinan ia (pihak ketiga) akan kembali

65

3. memainkan perannya untuk mengatur ‘skenario’konflik. Melihat kemungkinan ini,
maka hendaknya gereja menghimbau masyarakat kedua negeri untuk menahan diri,


67

4. tidak mudah terprovokasi berbagai isu serta membangun kesamaan pemikiran untuk
hidup damai sebagai sesama saudara dalam ikatan persaudaraan.
5. Mengingat bahwa salah satu faktor yang mengakibatkan konflik terus terjadi adalah
faktor ekonomi, maka hendaknya gereja bekerjasama dengan pemerintah untuk
membuat

program-program

pemberdayaan

masyarakat

untuk

meningkatkan

kesejahteraan mereka.
6. Gereja harus memahami rencana rekonsiliasi konflik dan pembangunan perdamaian

sebagai suatu proses. Perdamaian hendaknya dipahami bukan sebagai suatu tujuan
yang abstrak tetapi sebagai sebuah proses yang harus diupayakan bertahun-tahun.
Membangun perdamaian merupakan sebuah pergerakan bersifat organik, yang tumbuh
pada semua segmen masyarakat. Proses perdamaian tidak dapat dibangun oleh para elit
semata. Perdamaian yang disepakati melalui kekuasaan dan intervensi pihak ‘asing’
telah terbukti tidak bertahan lama. Dengan demikian maka dalam upaya
menanggulangi konflik, gereja juga hendaknya memberikan perhatian kepada
masyarakat kecil karena pada umumnya yang berkonflik adalah masyarakat kecil.
7. Meskipun kondisi sudah mulai kondusif, hendaknya gereja tidak terburu-buru
menyudahi upayanya. Apabila jemaat yang berpartisipasi mulai berkurang, gereja
dapat mengunjungi rumah para warga jemaat guna memberikan bimbingan-bimbingan
non-formal.

68

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gereja dan Rekonsiliasi: memahami peran sosiologis GPM dalam proses rekonsiliasi konflik di Negeri Porto-Haria, Saparua-Maluku T2 752014011 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gereja dan Rekonsiliasi: memahami peran sosiologis GPM dalam proses rekonsiliasi konflik di Negeri Porto-Haria, Saparua-Maluku T2 752014011 BAB II

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gereja dan Rekonsiliasi: memahami peran sosiologis GPM dalam proses rekonsiliasi konflik di Negeri Porto-Haria, Saparua-Maluku T2 752014011 BAB IV

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gereja dan Rekonsiliasi: memahami peran sosiologis GPM dalam proses rekonsiliasi konflik di Negeri Porto-Haria, Saparua-Maluku

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: “Peran Louleha dalam Proses Reintegrasi Antara Negeri Haria dan Siri Sori Islam Pasca Konflik di Maluku”

0 2 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: “Peran Louleha dalam Proses Reintegrasi Antara Negeri Haria dan Siri Sori Islam Pasca Konflik di Maluku” T2 752011035 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: “Peran Louleha dalam Proses Reintegrasi Antara Negeri Haria dan Siri Sori Islam Pasca Konflik di Maluku” T2 752011035 BAB II

0 0 40

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: “Peran Louleha dalam Proses Reintegrasi Antara Negeri Haria dan Siri Sori Islam Pasca Konflik di Maluku” T2 752011035 BAB IV

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: “Peran Louleha dalam Proses Reintegrasi Antara Negeri Haria dan Siri Sori Islam Pasca Konflik di Maluku” T2 752011035 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: “Peran Louleha dalam Proses Reintegrasi Antara Negeri Haria dan Siri Sori Islam Pasca Konflik di Maluku”

0 0 3