Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: “Peran Louleha dalam Proses Reintegrasi Antara Negeri Haria dan Siri Sori Islam Pasca Konflik di Maluku” T2 752011035 BAB I

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Konflik Maluku merupakan rangkaian peristiwa kelam yang telah menjadi catatan tragis dan memilukan sepanjang sejarah anak negeri Seribu Pulau. Konflik dan kerusuhan komunal yang terjadi di wilayah Maluku tersebut mewujud dalam aksi-aksi kekerasan kolektif dengan menggunakan simbol-simbol agama. Konflik yang terjadi dari tahun 1999-2004 telah menghanguskan bumi Maluku, menghancurkan nama Maluku di mata dunia, dan bahkan mengganggu hubungan persaudaraan salam-sarane di Maluku. Tak pelak hubungan persaudaraan di Maluku yang dikenal dengan Pela Gandong pun terkikis.

Trauma sosial yang diakibatkan oleh konflik berkepanjangan di Maluku ketika itu cenderung melebur dalam rasa benci, saling curiga dan rasa takut. Terlebih ketika dalam konflik dipergunakan simbol-simbol agama. Sederet nuansa yang masuk di dalam konflik Maluku membuatnya sangat sulit untuk diselesaikan. Pendekatan-pendekatan kerukunan yang didasarkan pada budaya mulai dipertanyakan eksistensinya. Model-model penyelesaian konflik dengan pendekatan budaya di Maluku, seperti Pela, Gandong, Larful Ngabal, Masohi dan lain sebagainya cenderung dianggap tidak mempan lagi untuk


(2)

menyelesaikan konflik yang semakin kompleks di wilayah Maluku tersebut. Tak pelak timbul sejumlah dugaan mengenai latar belakang yang menyebabkan konflik dengan berbagai sudut pandang, baik agama, politik, sosial-ekonomi, dan lain sebagainya.

Latar belakang apapun namanya telah menempatkan Maluku pada suatu situasi yang dilematis. Beragam upaya telah dilakukan untuk menyelesaikan konflik di Maluku. Namun belum mampu memulihkan kondisi Maluku. Hal tersebut disebabkan oleh identitas agama yang lebih diutamakan. Dan perdamaian yang sesungguhnya hanya dapat tercipta bila masyarakat Maluku sendiri yang memulainya.Salah satu nama yang menggema di sela-sela upaya perdamaian di Maluku adalah Louleha. Nama Louleha sesungguhnya merupakan gabungan dari teong dua negeri berpela di Maluku yakni Haria (Leawaka Amapatti)1 dan Siri Sori Islam atau Siri Sori Salam (Louhata Amalattu)2. Kedua negeri adat ini berada di pulau Saparua, Maluku Tengah.

Sejak zaman datuk-datuk negeri Haria dan Siri Sori Islam telah memiliki hubungan kekerabatan. Namun akibat konflik, hubungan itu merenggang. Nama Louleha kemudian menggema dan diduga merupakan sebuah upaya kedua negeri untuk berdamai. Louleha awalnya hanya sebuah akronim. Namun lambat laun mengarah pada suatu model aksi penyelesaian konflik, yang sekaligus menguji sejauh mana nilai-nilai yang terkandung dalam Pela Gandong masih bertahan dan perlu dilestarikan.


(3)

Konflik yang tadi-tadinya menghancurkan solidaritas dan integrasi masyarakat Maluku, kemudian diupayakan untuk diselesaikan dengan berbagai cara untuk mencapai konsensus perdamaian. Louleha mungkin merupakan salah satu hasil konsensus pasca konflik Maluku, yang lahir dari sebuah eksperimen tradisional. Ia hanya dapat ditemukan di negeri Haria dan Siri Sori Islam.

Signifikansinya ialah bahwa Louleha yang namanya menggema seusai konflik Maluku, kini telah menjadi sebuah model resolusi konflik yang cenderung menampakkan kekuatannya pada adanya rasa persaudaraan antar komunitas Pela Gandong di Maluku untuk mewujudkan sebuah konsensus bersama pasca konflik menuju perdamaian. Sebab sekiranya Louleha hanya sebatas nama sebuah arombae, mungkinkah ia mampu menyatukan negeri Islam dan Kristen pasca konflik Maluku? Agaknya Louleha punya makna tertentu dan juga berperan dalam proses reintegrasi pasca konflik di Maluku. Hal ini menarik untuk diteliti lebih lanjut.

Berdasarkan alasan sebagaimana disebut di atas, maka penulis memilih judul tesis sebagai berikut:

“Peran Louleha dalam Proses Reintegrasi Sosial Negeri Haria dan Siri Sori Islam Pasca Konflik di Maluku”


(4)

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai Louleha dan kaitannya dengan proses integrasi sosial, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apa makna Louleha bagi masyarakat Haria dan Siri-Sori Islam? 2. Bagaimana peran Louleha dalam proses integrasi negeri Haria dan

Siri-Sori Islam pasca konflik Maluku?

I.3 Batasan Masalah

Penelitian ini hanya menilik peran Louleha dalam proses integrasi sosial pasca konflik Maluku, yang dibangun berdasarkan ikatan Pela Gandong negeri Haria (Leawaka Amapatti) dan Siri-Sori Islam (Louhata Amalattu) di pulau Saparua, Maluku Tengah. Dan penelitian hanya dilakukan dalam wilayah negeri Haria (Leawaka Amapatti) dan Siri-Sori Islam (Louhata Amalattu).

I.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan makna ikatan Louleha bagi masyarakat negeri Haria dan Siri-Sori Islam.

2. Mendeskripsikan peran Louleha dalam proses integrasi negeri Haria dan Siri-Sori Islam pasca konflik Maluku.


(5)

I.5 Metode Penelitian

I.5.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka jenis penelitian yang digunakan untuk meneliti peran Louleha dalam proses integrasi negeri Haria dan Siri-Sori Islam pasca konflik Maluku adalah jenis penelitian deskriptif atau descriptive research.3 Peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, namun tidak melakukan hipotesis.4

Lexy J. Moleong mengatakan bahwa penelitian deskriptif dilakukan jika data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.5 Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Mulyana, pendekatan kualitatif diletakan atas dasar pemahaman bahwa:6

1. Realitas manusia tidak dapat dipisahkan dari konteksnya, tidak pula dapat dipisahkan agar bagian-bagiannya dapat dipelajari. Keseluruhan lebih dari pada sekedar bagian-bagian.

2. Penggunaan pengetahuan tersembunyi (tacit knowledge) adalah absah. Intuisi dan perasaan seabsah pengetahuan yang dinyatakan dalam bahasa karena hal-hal tersebut mengekspresikan

nuansa-! " # !

$%& !

! " '( ) ! $&$ ! *

' +, ! - " . / . , ! $$ ! 0

0

1 , , !


(6)

0

nuansa realitas ganda; dan karena interaksi manusia juga bersifat demikian.

3. Hasil (penelitian) yang dinegosiasikan adalah penting. Makna yang dinegosiasikan dan interpretasi antara peneliti dan manusia (subjek penelitian) perlu karena konstruksi realitas pihak kedualah yang ingin direkonstruksi pihak pertama.

4. Penafsiran atas data (termasuk penarikan kesimpulan) bersifat ideografis atau berlaku khusus, bukan bersifat nomotetis atau mencari generalisasi karena penafsiran yang berbeda lebih bermakna bagi realitas yang berbeda pula; dan karena penafsiran bergantung pada nilai-nilai kontekstual, termasuk hubungan peneliti-responden (objek) yang bersifat khusus.7

Temuan (penelitian) bersifat tentatif. Hasil penelitian naturalistik bersifat ragu untuk membuat generalisasi yang luas karena realitas bersifat ganda dan berbeda dan karena temuan bergantung pada interaksi antara peneliti dan responden dan mungkin tidak dapat ditiru karena melibatkan nilai-nilai, lingkungan, pengalaman, dan orang-orang khusus.

I.5.2 Teknik dan Pengumpulan Data

Data-data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara penelitian lapangan dan studi kepustakaan. Penelitian lapangan atau field research


(7)

%

dan penelitian kepustakaan atau library research dilakukan melalui beberapa teknik, yakni:

1. Pengamatan (Observasi).

Metode ini merupakan salah satu instrument pengumpulan data. Dalam penelitian ini, metode observasi dipergunakan untuk mengamati keadaan kedua negeri berpela dan kekuatan Louleha yang mengikat mereka pasca konflik.

2. Wawancara (Interview)

Untuk memahami objek yang diteliti secara mendalam maka perlu dilakukan wawancara mendalam (in-depth interview) untuk mendapatkan data primer. Interview dengan para informan dilakukan secara langsung melalui tatap muka maupun secara tidak langsung dengan menggunakan sarana komunikasi melalui handphone, email, dll. Informan-informan kunci yang diwawacarai adalah mereka yang mengetahui sejarah kedua negeri Pela tersebut yakni Raja Negeri Haria, Raja Negeri Siri-Sori Islam, Saniri kedua negeri dan informan lainnya yang mengetahui Louleha secara mendalam.

Para informan adalah mereka yang dianggap memiliki kompetensi dan informasi mengenai objek yang akan diteliti. Sebagai pembanding juga dilakukan interview dengan tokok-tokoh tertentu untuk mendapatkan gambaran yang seimbang.


(8)

&

3. Studi Kepustakaan dan dokumentasi

Penelitian kepustakaan atau library research yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui sumber-sumber tertulis seperti buku, dokumen-dokumen sejarah, jurnal, surat kabar maupun sumber-sumber bacaan lainnya yang didapatkan dari lapangan dan internet yang memberikan informasi berkaitan dengan Louleha.

I.6 Manfaat Penelitian I.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini merupakan refleksi anak Maluku mengenai budaya yang mampu mempersatukan negeri berpela yang dulunya termakan konflik. Penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan berpikir dan pengetahuan yang baik mengenai budaya sebagai pemersatu dan pendamai pasca konflik.

I.6.2 Manfaat Praktis

Louleha dalam kehidupan negeri Haria dan Siri-Sori Islam yang diteliti dalam tulisan ini diharapkan dapat memberi satus wawasan berpikir yang baru anak-anak negeri Maluku dalam melihat budaya Pela Gandong sebagai jati diri mereka. Jati diri yang harusnya dipertahankan dan digunakan sebagai modal bermasyarakat. Dengan nilai-nilai kearifan lokal


(9)

$

yang ada dalam Pela, anak-anak Maluku diharapkan dapat membangun hubungan kekeluargaan untuk Maluku yang lebih baik.

I.7 Definisi Istilah-Istilah

1. Arombae Manggurebe. Arombae Manggurebe di Maluku mirip dengan kora-kora. Dalam bahasa Ambon, Arombae menunjuk pada perahu dan kata Manggurebe berarti lekas atau cepat. Secara harafiah Arombae Manggurebe dapat diartikan sebagai mendayung perahu secara cepat.

2. Konflik. Menurut Webster, secara harafiah konflik berasal dari kata Configere dari bahasa Latin yang berarti suatu perkelahian, peperangan atau perjuangan yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak.8 M. Mukhsin Jamil mendefinisikan konflik (conflict) sebagai hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki tujuan yang bertentangan.9 Dalam International Dictionary, konflik diartikan sebagai “clash competition, or mutual interfence or incompatible, force or quality (as idea, interest, will)”. Konflik memiliki cakupan yang luas meliputi pertentangan atau bentrokan, persaingan atau gangguan oleh kelompok secara fisik atau benturan antara kekuatan-kekuatan yang sulit didamaikan atau pertentangan-pertentangan dalam

8

Dean G.Pruit dan Jeffrey Z. Rubin, Teori Konflik Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 9.

9

M.Mukhsin Jamil, Mengelola Konflik Membangun Damai; Teori, Strategi dan Implementasi Resolusi Konflik (Semarang: Walisongo Mediation Center (WMC), 2007), 6.


(10)

2

tataran kualitas dalam hal ide, kepentingan-kepentingan atau kehendak-kehendak.10 Konflik akan muncul, jika antar pihak ada kepentingan yang berbeda natar individu dan atau kelompok. 3. Negeri. Negeri adalah nama lain untuk desa, yang menyangkut

kesatuan territorial genealogis komunitas setempat, sebagaimana ditetapkan dalam Staatblasch Hindia Belanda tahun 1824 Nomor 19A mengenai “Negeri” (dalam bahasa Belanda: Negorij), yang eksistensinya juga diakui dalam pasal 18 UUD 1945.

4. ‘Salam Sarane. ‘Salam sarane’ adalah ungkapan orang Maluku yang menunjuk pada hubungan tradisional berdasarkan agama Islam (Salam) dan agama Kristen (Sarane).

I.8 Sistematika Penulisan

Secara sistematis Tesis ini dibagi dalam lima bab. Masing-masing Bab dijelaskan secara singkat dan sederhana dengan tujuan memberikan uraian-uraian terinci mengenai garis-garis besar sajian pada setiap Bab.

Bab I. PENDAHULUAN. Bab ini berisikan uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian yang dipergunakan untuk menghimpun dan menganalisa data, manfaat dari penelitian ini, definisi istilah-istilah serta sistematika penulisannya.

10


(11)

Bab II. INTEGRASI SOSIAL. Bab ini berisikan pendekatan teoritis yang terkait dengan integrasi sosial dari perspektif Durkheim dan beberapa teori mengenai pandangan dunia orang Maluku.

Bab III. LOULEHA DALAM KOMUNITAS HARIA DAN SIRI SORI ISLAM. Pada Bab ini dipaparkan mengenai pendekatan empiris atau data lapangan yang terkait dengan Louleha dalam komunitas Haria dan Siri Sori Islam.

Bab IV. REVITALISASI PERAN LOULEHA DALAM PROSES

REINTEGRASI SOSIAL ANTARA NEGERI HARIA DAN SIRI SORI ISLAM PASCA KONFLIK DI MALUKU. Dalam bab ini penulis menganalisa peran Louleha dalam proses integrasi sosial sebagaimana disebutkan pada Bab III, dihubungkan dengan teori integrasi sosial sebagaimana disebutkan pada Bab II.

Bab V. PENUTUP. Bab terakhir dari tulisan ini memuat beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian mengenai peran Louleha dalam proses integrasi, implikasi-implikasi teoritik yang berkaitan dengan hasil penelitian dan juga sejumlah saran yang diharapkan menjadi masukan bagi pihak-pihak terkait.


(1)

0

nuansa realitas ganda; dan karena interaksi manusia juga bersifat demikian.

3. Hasil (penelitian) yang dinegosiasikan adalah penting. Makna yang dinegosiasikan dan interpretasi antara peneliti dan manusia (subjek penelitian) perlu karena konstruksi realitas pihak kedualah yang ingin direkonstruksi pihak pertama.

4. Penafsiran atas data (termasuk penarikan kesimpulan) bersifat ideografis atau berlaku khusus, bukan bersifat nomotetis atau mencari generalisasi karena penafsiran yang berbeda lebih bermakna bagi realitas yang berbeda pula; dan karena penafsiran bergantung pada nilai-nilai kontekstual, termasuk hubungan peneliti-responden (objek) yang bersifat khusus.7

Temuan (penelitian) bersifat tentatif. Hasil penelitian naturalistik bersifat ragu untuk membuat generalisasi yang luas karena realitas bersifat ganda dan berbeda dan karena temuan bergantung pada interaksi antara peneliti dan responden dan mungkin tidak dapat ditiru karena melibatkan nilai-nilai, lingkungan, pengalaman, dan orang-orang khusus.

I.5.2 Teknik dan Pengumpulan Data

Data-data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara penelitian lapangan dan studi kepustakaan. Penelitian lapangan atau field research


(2)

dan penelitian kepustakaan atau library research dilakukan melalui beberapa teknik, yakni:

1. Pengamatan (Observasi).

Metode ini merupakan salah satu instrument pengumpulan data. Dalam penelitian ini, metode observasi dipergunakan untuk mengamati keadaan kedua negeri berpela dan kekuatan Louleha yang mengikat mereka pasca konflik.

2. Wawancara (Interview)

Untuk memahami objek yang diteliti secara mendalam maka perlu dilakukan wawancara mendalam (in-depth interview) untuk mendapatkan data primer. Interview dengan para informan dilakukan secara langsung melalui tatap muka maupun secara tidak langsung dengan menggunakan sarana komunikasi melalui

handphone, email, dll. Informan-informan kunci yang diwawacarai

adalah mereka yang mengetahui sejarah kedua negeri Pela tersebut yakni Raja Negeri Haria, Raja Negeri Siri-Sori Islam, Saniri kedua negeri dan informan lainnya yang mengetahui Louleha secara mendalam.

Para informan adalah mereka yang dianggap memiliki kompetensi dan informasi mengenai objek yang akan diteliti. Sebagai pembanding juga dilakukan interview dengan tokok-tokoh tertentu untuk mendapatkan gambaran yang seimbang.


(3)

&

3. Studi Kepustakaan dan dokumentasi

Penelitian kepustakaan atau library research yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui sumber-sumber tertulis seperti buku, dokumen-dokumen sejarah, jurnal, surat kabar maupun sumber-sumber bacaan lainnya yang didapatkan dari lapangan dan internet yang memberikan informasi berkaitan dengan Louleha.

I.6 Manfaat Penelitian I.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini merupakan refleksi anak Maluku mengenai budaya yang mampu mempersatukan negeri berpela yang dulunya termakan konflik. Penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan berpikir dan pengetahuan yang baik mengenai budaya sebagai pemersatu dan pendamai pasca konflik.

I.6.2 Manfaat Praktis

Louleha dalam kehidupan negeri Haria dan Siri-Sori Islam yang

diteliti dalam tulisan ini diharapkan dapat memberi satus wawasan berpikir yang baru anak-anak negeri Maluku dalam melihat budaya Pela Gandong sebagai jati diri mereka. Jati diri yang harusnya dipertahankan dan digunakan sebagai modal bermasyarakat. Dengan nilai-nilai kearifan lokal


(4)

yang ada dalam Pela, anak-anak Maluku diharapkan dapat membangun hubungan kekeluargaan untuk Maluku yang lebih baik.

I.7 Definisi Istilah-Istilah

1. Arombae Manggurebe. Arombae Manggurebe di Maluku mirip dengan kora-kora. Dalam bahasa Ambon, Arombae menunjuk pada perahu dan kata Manggurebe berarti lekas atau cepat. Secara harafiah Arombae Manggurebe dapat diartikan sebagai mendayung perahu secara cepat.

2. Konflik. Menurut Webster, secara harafiah konflik berasal dari kata Configere dari bahasa Latin yang berarti suatu perkelahian, peperangan atau perjuangan yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak.8 M. Mukhsin Jamil mendefinisikan konflik (conflict) sebagai hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki tujuan yang bertentangan.9 Dalam International Dictionary, konflik diartikan sebagai “clash competition, or mutual interfence or incompatible, force or quality (as idea, interest, will)”. Konflik memiliki cakupan yang luas meliputi pertentangan atau bentrokan, persaingan atau gangguan oleh kelompok secara fisik atau benturan antara kekuatan-kekuatan yang sulit didamaikan atau pertentangan-pertentangan dalam

8

Dean G.Pruit dan Jeffrey Z. Rubin, Teori Konflik Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 9.

9

M.Mukhsin Jamil, Mengelola Konflik Membangun Damai; Teori, Strategi dan Implementasi Resolusi Konflik (Semarang: Walisongo Mediation Center (WMC), 2007), 6.


(5)

2

tataran kualitas dalam hal ide, kepentingan-kepentingan atau kehendak-kehendak.10 Konflik akan muncul, jika antar pihak ada kepentingan yang berbeda natar individu dan atau kelompok. 3. Negeri. Negeri adalah nama lain untuk desa, yang menyangkut

kesatuan territorial genealogis komunitas setempat, sebagaimana ditetapkan dalam Staatblasch Hindia Belanda tahun 1824 Nomor 19A mengenai “Negeri” (dalam bahasa Belanda: Negorij), yang eksistensinya juga diakui dalam pasal 18 UUD 1945.

4. ‘Salam Sarane. ‘Salam sarane’ adalah ungkapan orang Maluku yang menunjuk pada hubungan tradisional berdasarkan agama Islam (Salam) dan agama Kristen (Sarane).

I.8 Sistematika Penulisan

Secara sistematis Tesis ini dibagi dalam lima bab. Masing-masing Bab dijelaskan secara singkat dan sederhana dengan tujuan memberikan uraian-uraian terinci mengenai garis-garis besar sajian pada setiap Bab.

Bab I. PENDAHULUAN. Bab ini berisikan uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian yang dipergunakan untuk menghimpun dan menganalisa data, manfaat dari penelitian ini, definisi istilah-istilah serta sistematika penulisannya.

10


(6)

Bab II. INTEGRASI SOSIAL. Bab ini berisikan pendekatan teoritis yang terkait dengan integrasi sosial dari perspektif Durkheim dan beberapa teori mengenai pandangan dunia orang Maluku.

Bab III. LOULEHA DALAM KOMUNITAS HARIA DAN SIRI SORI ISLAM. Pada Bab ini dipaparkan mengenai pendekatan empiris atau data lapangan yang terkait dengan Louleha dalam komunitas Haria dan Siri Sori Islam.

Bab IV. REVITALISASI PERAN LOULEHA DALAM PROSES REINTEGRASI SOSIAL ANTARA NEGERI HARIA DAN SIRI SORI ISLAM PASCA KONFLIK DI MALUKU. Dalam bab ini penulis menganalisa peran Louleha dalam proses integrasi sosial sebagaimana disebutkan pada Bab III, dihubungkan dengan teori integrasi sosial sebagaimana disebutkan pada Bab II.

Bab V. PENUTUP. Bab terakhir dari tulisan ini memuat beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian mengenai peran Louleha dalam proses integrasi, implikasi-implikasi teoritik yang berkaitan dengan hasil penelitian dan juga sejumlah saran yang diharapkan menjadi masukan bagi pihak-pihak terkait.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku D 902008102 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku D 902008102 BAB II

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku D 902008102 BAB III

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku D 902008102 BAB IV

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku D 902008102 BAB V

0 3 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: “Peran Louleha dalam Proses Reintegrasi Antara Negeri Haria dan Siri Sori Islam Pasca Konflik di Maluku”

0 2 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: “Peran Louleha dalam Proses Reintegrasi Antara Negeri Haria dan Siri Sori Islam Pasca Konflik di Maluku” T2 752011035 BAB II

0 0 40

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: “Peran Louleha dalam Proses Reintegrasi Antara Negeri Haria dan Siri Sori Islam Pasca Konflik di Maluku” T2 752011035 BAB IV

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: “Peran Louleha dalam Proses Reintegrasi Antara Negeri Haria dan Siri Sori Islam Pasca Konflik di Maluku” T2 752011035 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: “Peran Louleha dalam Proses Reintegrasi Antara Negeri Haria dan Siri Sori Islam Pasca Konflik di Maluku”

0 0 3