Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyimpangan Fungsi Media Massa “Obor Rakyat” Sebagai Alat Propaganda Politik Pilpres 2014 T1 362010069 BAB IV

(1)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

4.1 Analisis Penyimpangan Fungsi Media Obor Rakyat

Penelitian tentang penyimpangan fungsi media Obor Rakyat ini menggunakan metode analisis isi teks media. Obyek penelitiannya adalah bahasa yang digunakan dalam teks Obor Rakyat. Elemen yang digunakan untuk menganalisis adalah fungsi media sebagai pemberitaan (Newsmaking), Sosialisasi (socialization), Persuasi (persuasion), dan Agenda seting. Sedangkan indikator yang digunakan sebagai pengukuran adalah Kode Etik Jurnalistik.

TABEL 1

Elemen Hal Yang Diamati (Indikator) Bukti Penyimpangan Sumber

Pemberitaan (Newsmaking)

Fakta dan akurat, Indikator yang digunakan Kode Etik Jurnalistik Pasal 1Penafsiran 1 dan 2.

Jokowi mempunyai nama kecil Akwan.

Obor Rakyat 1, hlm 4, Rubrik Top News, judul “Jokowi anak Tionghoa”. Ayahnya bernama Oey Hong Liong.

Sebutan nama Jokowi diplesetkan menjadi Joko Oey.

Jokowi memiliki nama lain cina yaitu Wie Jo Koh.

Obor Rakyat 2, hlm 2, rubrik tajuk, judul “Jokowi,


(2)

Komprehensif atau lengkap (narasumber). Pasal 2 Penafsiran 1 dan 4.

Leluhurnya yang pertama kali datang ke Indonesia, bernama Wie Jok Nyan.

Buka Topengmu”.

Anak seorang pengusaha Tionghoa bernama Oey Hong Liong.

Obor Rakyat 2, hlm 16, rubrik Socmed, judul

“Ketika Jokowi

Membohongi Diri”.

Nama kecil Jokowi adalah Akwan berasal dari salah satu situs. Namun tidak jelas situs mana yang dijadikan sebagai sumber.

Obor Rakyat 1, hlm 4, Rubrik Top News, Judul “Jokowi Anak Tionghoa” Sebuah halaman komunitas Tionghoa lebih suka

menulis nama Jokowi dengan sebutan Joko Oey, namun tidak disertakan juga apa nama media komunitasnya.

Sosialisasi (socialization)

Pendidikan nilai, keyakinan, sikap dan perilaku.

Penanaman indoktrinasi bahwa Jokowi adalah keturunan cina.

Obor Rakyat 2, hlm 8, rubrik Top News, judul


(3)

Indikator yang digunakan Kode Etik Jurnalistik Pasal 8

Penafsiran 2.

Memiliki banyak hubungan dengan konglomerat cina di Indonesia Gang of Nine (Sembilan Naga).

“Jokowi Presiden,

Sembilan Naga

Merajalela”.

Etnis cina akan menguasai perdagangan di Indonesia dan dampaknya akan sangat mengerikan.

Persuasi (persuasion)

Pembentukan citra, Indikator yang digunakan Kode Etik Jurnalistik Pasal 4 Penafsiran 1 dan 2.

Jokowi adalah keturunan cina dengan nama Wie

Jo Koh. Obor Rakyat 2, hlm 2,

rubrik tajuk, judul Judul

“Jokowi, Buka

Topengmu”. Plat mobil ayah Jokowi B1123HO. Angka 23

disebut sebagai lambang hewan dalam bahasa cina dan HO adalah nama cina

“Bagi Zaki, mengumpulkan pengusaha menjelang pencapresan membuat PDIP tak lagi bisa dikatakan sebagai partai wong cilik”.

Obor Rakyat 2, hlm 5, rubrik Top News, judul “Adakah Penerima SKL di Antara Cukong Jokowi”.


(4)

“Saat ini umat islam harus berani melakukan gerakan ABJ (Asal Bukan Jokowi)”.

Obor Rakyat 1, hlm 12, rubrik wawancara, judul

“Jokowi Selalu,

Mewariskan Jabatan ke Non-Muslim”

Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu.

Aksi penolakan terhadap Jokowi yang dilakukan oleh beberapa lapisan masyarakat, seperti kelompok ibu-ibu, waria, legendaris betawi, dan mahasiswa.

Obor Rakyat edisi 1, hlm 10-11, rubrik Zoom, judul “Ramai Ramai Menolak Jokowi”.

Agenda Setting

Berporos pada tanggung jawab sosial untuk menyampaikan informasi secara akurat. Indikator yang digunakan tujuan Kode Etik Jurnalistik.

Pemberitaan mengenai sosok Jokowi adalah keturunan cina yang tidak benar.

Obor Rakyat 1, hlm 4,

rubrik Topnews

“DISANDERA CUKONG DAN MISIONARIS”. Obor Rakyat 1, hlm 4, rubrik Topnews “Jokowi Anak Tionghoa”.


(5)

Obor Rakyat 1, hlm, rubrik Topnews, “CUKONG –

CUKONG DI

BELAKANG JOKOWI”.

Dilihat dari analisis fungsi media Obor Rakyat terdapat beberapa bukti penyimpangan. Dari elemen pemberitaan terjadi pelanggaran fakta dan keakuratan berita. Terdapat beberapa teks yang berisi tulisan bahwa Jokowi adalah keturunan cina dan nonmuslim. Sumber berita yang digunakan juga tidak lengkap. Obor Rakyat juga tidak mencantumkan siapa nama penulis di setiap teks berita. Kedua fungsi media sebagai sosialisasi seharusnya memberi pendidikan nilai, keyakinan, sikap dan perilaku. Namun terjadi pelanggaran dalam fungsi ini, penanaman indoktrinasi bahwa Jokowi adalah keturunan cina dan nonmuslim. Sehingga terjadi diskrimansi terhadap warga keturunan cina dan nonmuslim. Fungsi yang ketiga adalah persuasi yaitu pembentukan citra dengan tujuan mempengaruhi dan merubah sikap seseorang. Pembentukan citra buruk terhadap Jokowi ini sengaja dilakukan untuk mempengaruhi keyakinan dan mengubah sikap masyarakat. Dalam fungsi agenda seting media memiliki fungsi tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosial dalam memberikan informasi yang benar dan akurat. Namun banyak informasi yang masih diragukan kebenaran dan keakuratan media Obor Rakyat.

4.2 Analisis praktik propaganda dalam Media Obor Rakyat

Analisis ini menggunakan Sembilan teknik propaganda yaitu Teknik Name Calling (memberikan julukan), Glittering Generality (kemilau generalitas), Transfer (pengalihan) Meliputi Kekuasaan, Testimony (kesaksian), Plain Folk (rakyat biasa), Card Stacking (menimbang-nimbang kartu untuk digunakan), Frustration Scapegot (menutupi frustrasi atau kambing hitam), Bandwagon Technique, dan Fear Arousing (membangkitkan ketakutan). Hal yang diamati adalah bahasa yang ada dalam teks Obor Rakyat.


(6)

TABEL 2

Elemen Hal Yang diamati

(Indikator) Hasil Keterangan

Teknik Name

Calling (member ikan julukan)

Penggunaan simbol dalam bentuk bahasa untuk menggambarkan sosok Jokowi.

Capres Boneka (menjadi mainan orang, pemberiaan label ini Jokowi diibaratkan sebagai orang yang di mainkan oleh Megawati selaku ketua umum partai PDIP).

Judul utama di Obor Rakyat edisi 1

Pion (orang suruhan atau bawahan). Obor Rakyat 1, hlm 3, rubrik

Topnews, judul “Capres Boneka Suka Ingkar Janji”. Juru Selamat yang Gagal (penolong yang gagal karena

selalu mewariskan jabatannya ke warga nonmuslim).

Obor Rakyat 1, hlm 14, rubrik Cyber, judul “Jokowi Juru Selamat Yang Gagal”. Sang Pendusta (orang yang suka berbohong). Obor Rakyat 1, hlm 16,

rubrik Socmed. Penggunaan simbol

dalam bentuk bahasa untuk menggambarkan para pengusaha cina.

Konglomerat besar(menggambarkan sosok para pengusaha yang berkuasa).

Obor Rakyat edisi 1, hlm 8, rubrik Topnews, judul

“CUKONG_CUKONG DI


(7)

Konglomerat hitam(menggambarkan sosok para pengusaha yang terselubung dan tersembunyi)

Obor Rakyat 2, hlm 8, rubrik

Topnews, JOKOWI

PRESIDEN, SEMBILAN

NAGA MERAJALELA”. Cukong (orang yang memiliki banyak uang dan modal). Obor Rakyat 2, hlm 4, rubrik

Topnews, Judul “Rezim Pengobral Harta Negara”. Glittering

Generality (kemi lau generalitas)

Penggunaan kata

untuk menonjolkan sosok Prabowo.

Kata-kata luar biasa digunakan untuk menggambarkan sosok Prabowo.

“Prabowo itu orang yang berani menentang mendiang LB Moerdani, ketika militer Indonesia cenderung anti – Islam” kata doktor lulusan sebuah universitas terkemuka di Malaysia itu”.

“Itulah yang menurut Adhian membuat posisi Prabowo di kalangan muslim begitu kuat. Sementara di lain pihak, capres dari PDIP, Jokowi kian lama semakin dianggap perpanjangan tangan kepentingan non muslim. Itu alasan mendasar penolakan umat islam menolak beliau. Ada kekuatan di belakang Jokowi yang menimbulkan banyak tanda tanya di kalangan muslim, “kata Adhian”

Obor Rakyat edisi, hlm 12, rubrik wawancara, judul “Jokowi Selalu, Mewariskan Jabatan ke Non-Muslim”

Transfer (pengali han) Meliputi

Penggunaan seseorang atau tokoh yang paling

Megawati sebagai sosok yang paling dikagumi dan berwibawa di partai PDIP.

Obor Rakyat 2, hlm 6-7 rubrik Top News, judul


(8)

Kekuasaan dikagumi dan

berwibawa dalam

lingkungan tertentu.

“DARAH YANG TUMPAH

KALA MEGAWATI

MEMERINTAH dan

NASDEM SEKADAR

GINCU DI PIPI

MEGAWATI”. Testimony (kesak

sian)

Pemakaian nama

orang-orang terkenal,

yang tidak ada

hubungannya.

R. Budi Hartono, Michael Hartono, Chairul Tanjung, Sri Prakash Lohia, Peter Sondakh, Mochtar Riadi dan keluarga, Sukanto Tanoto, bachtiar Karim, Theodore Rachmat, Tahir, Murdaya Po, Martua Sitorus, Achmad Hamami dan keluarga, Ciputra dan keluarga, Low Tuck Kwong, Edwin Soeryadjaya, Hary Tanoesoedibyo, Harjo Sutanto, Lim Haryanto Wijaya Sarwono.

Obor Rakyat 2, hlm 5, rubrik Topnews, judul “19 Orang Terkaya Indonesia”.

Jacob Soetojo

Obor Rakyat 1, hlm 7, rubrik

Topnews, judul

“MANUVER JACOB

SOETOJO”. Plain Folk

(rakyat biasa)

Memberikan

identifikasi terhadap suatu ide misalnya

“Prabowo dikalangan muslim begitu kuat”. Dekat dengan rakyat yaitu para ulama dan tokoh islam. Para ulama sudah mengenai Prabowo sejak lama. Sehingga umat

Obor Rakyat 2, hlm 12, rubrik wawancara, judul “Jokowi Itu Juru Selamat


(9)

selama ini telah berjasa. Sedangkan Jokowi yang selama ini dikenal sebagai sosok yang dekat dengan rakyat disebut hanya sebuah pencitraan.

Obor Rakyat 1, hlm 2, rubrik tajuk, “Jokowi Diteriaki Pencitraan”.

Card

Stacking (menim bang-nimbang

kartu untuk

digunakan)

Penonjolan hal-hal atau segi baiknya saja, sehingga publik hanya melihat satu sisi. Hal ini berkaitan dengan Keberpihakan media.

Isi Obor Rakyat semua melihat dari sisi buruk seorang Jokowi. Sedangkan tidak ada satupun pemberitaan yang menjatuhkan nama Prabowo.

Obor Rakyat edisi 1 dan 2.

Frustration Scapegot (menutupi

frustrasi atau kambing hitam)

Diskrimasi terhadap warga keturunan cina dan nonmuslim untuk menciptakan

kebencian.

“Jokowi selalu mewariskan jabatannya kepada warga nonmuslim seperti Fransiskus Xaverius Hadi Rudyatmo (Walikota Solo) dan Basuki Tjahaya Purnama (Gubernur DKI Jakarta)”.

Obor Rakyat 1, hlm 5 judul

“DARI SOLO SAMPAI

JAKARTA, DE –

ISLAMISASI ALA

JOKOWI”. Bandwagon

Technique

Segmentasi dan

penggunaan nara

sumber.

Segmentasi media Obor Rakyat adalah masjid dan pondok pesantren di daerah pulau Jawa. Penggunaan narasumber sebagai bahan liputan Ketua MUI KH Kholil Ridwan, Ketua Dewan Dakwah (DDII) Dr. Adian Husaini M.A, Dr. Gun Gun Heryanto dan Hasibullah Satrawi keduanya berasal dari Universitas berbasis Islam di Jakarta dan Kairo, Mesir.


(10)

Komentar para kiai tersebut Jokowi disebut telah berdusta, membohongi rakyat, ingkar janji, dan telah melelang jabatannya.

Obor Rakyat 2, hlm9, rubrik

Topnews judul

“KOMENTAR PARA KIAI TENTANG JOKOWI”. Fear Arousing

(membangkitkan ketakutan)

Penggunaan bahasa dalam media yang

berjuan untuk

menimbulkan

ketakutan di benak khalayak.

“Jika nanti Jokowi Presiden, maka etnis cina akan lebih leluasa menguasai perdagangan, bisnis dan perekonomian. Jika ini sampai terjadi, maka dampaknya akan sangat mengerikan”.

Obor Rakyat 2, hlm 8, rubrik Topnews, “Jokowi Presiden, Sembilan Naga Merajalela”

“Jadi bisa dibayangkan, kalau sampai Jokowi menang, para pengusaha itulah yang sebenarnya yang menjadi penguasa di Indonesia”.

Obor Rakyat 2, hlm 8, rubrik Topnews, “Konsilidasi Kekuatan Cina”

“Jika Jokowi menjadi presiden, target pertumbuhan gereja dan permutadan di Indonesia berjalan lebih cepat”.

Obor Rakyat 1, hlm 5, rubrik Topnews, judul ”DARI SOLO SAMPAI JAKARTA,

DE-ISLAMISASI ALA


(11)

Analisis media Obor Rakyat menggunakan Sembilan teknik propaganda didukung dengan teori propaganda Harold Lasswell dan Walter Lippmann. Dalam media Obor Rakyat yang dijadikan sebagai obyek penelitian adalah bahasa dalam teks. Bahasa yang digunakan dalam teks dijadikan sebagai simbol untuk menampilkan sosok Jokowi. Simbol-simbol inilah yang digunakan oleh propagandis untuk mempengaruhi khalayak. Tujuannya untuk merubah sikap khalayak dari perasaan suka menjadi tidak suka. Analisis menggunakan sembilan teknik ini, membuktikan bahwa Obor Rakyat syarat dengan praktik propaganda.


(1)

TABEL 2

Elemen Hal Yang diamati

(Indikator) Hasil Keterangan

Teknik Name

Calling (member ikan julukan)

Penggunaan simbol dalam bentuk bahasa untuk menggambarkan sosok Jokowi.

Capres Boneka (menjadi mainan orang, pemberiaan label ini Jokowi diibaratkan sebagai orang yang di mainkan oleh Megawati selaku ketua umum partai PDIP).

Judul utama di Obor Rakyat edisi 1

Pion (orang suruhan atau bawahan). Obor Rakyat 1, hlm 3, rubrik

Topnews, judul “Capres Boneka Suka Ingkar Janji”. Juru Selamat yang Gagal (penolong yang gagal karena

selalu mewariskan jabatannya ke warga nonmuslim).

Obor Rakyat 1, hlm 14, rubrik Cyber, judul “Jokowi Juru Selamat Yang Gagal”. Sang Pendusta (orang yang suka berbohong). Obor Rakyat 1, hlm 16,

rubrik Socmed. Penggunaan simbol

dalam bentuk bahasa untuk menggambarkan para pengusaha cina.

Konglomerat besar(menggambarkan sosok para pengusaha yang berkuasa).

Obor Rakyat edisi 1, hlm 8, rubrik Topnews, judul

“CUKONG_CUKONG DI


(2)

Konglomerat hitam(menggambarkan sosok para pengusaha yang terselubung dan tersembunyi)

Obor Rakyat 2, hlm 8, rubrik

Topnews, JOKOWI

PRESIDEN, SEMBILAN

NAGA MERAJALELA”. Cukong (orang yang memiliki banyak uang dan modal). Obor Rakyat 2, hlm 4, rubrik

Topnews, Judul “Rezim Pengobral Harta Negara”. Glittering

Generality (kemi lau generalitas)

Penggunaan kata

untuk menonjolkan sosok Prabowo.

Kata-kata luar biasa digunakan untuk menggambarkan sosok Prabowo.

“Prabowo itu orang yang berani menentang mendiang LB Moerdani, ketika militer Indonesia cenderung anti – Islam” kata doktor lulusan sebuah universitas terkemuka di Malaysia itu”.

“Itulah yang menurut Adhian membuat posisi Prabowo di kalangan muslim begitu kuat. Sementara di lain pihak, capres dari PDIP, Jokowi kian lama semakin dianggap perpanjangan tangan kepentingan non muslim. Itu alasan mendasar penolakan umat islam menolak beliau. Ada kekuatan di belakang Jokowi yang menimbulkan banyak tanda tanya di kalangan muslim, “kata Adhian”

Obor Rakyat edisi, hlm 12, rubrik wawancara, judul “Jokowi Selalu, Mewariskan Jabatan ke Non-Muslim”

Transfer (pengali han) Meliputi

Penggunaan seseorang atau tokoh yang paling

Megawati sebagai sosok yang paling dikagumi dan berwibawa di partai PDIP.

Obor Rakyat 2, hlm 6-7 rubrik Top News, judul


(3)

Kekuasaan dikagumi dan

berwibawa dalam

lingkungan tertentu.

“DARAH YANG TUMPAH

KALA MEGAWATI

MEMERINTAH dan

NASDEM SEKADAR

GINCU DI PIPI

MEGAWATI”. Testimony (kesak

sian)

Pemakaian nama

orang-orang terkenal,

yang tidak ada

hubungannya.

R. Budi Hartono, Michael Hartono, Chairul Tanjung, Sri Prakash Lohia, Peter Sondakh, Mochtar Riadi dan keluarga, Sukanto Tanoto, bachtiar Karim, Theodore Rachmat, Tahir, Murdaya Po, Martua Sitorus, Achmad Hamami dan keluarga, Ciputra dan keluarga, Low Tuck Kwong, Edwin Soeryadjaya, Hary Tanoesoedibyo, Harjo Sutanto, Lim Haryanto Wijaya Sarwono.

Obor Rakyat 2, hlm 5, rubrik Topnews, judul “19 Orang Terkaya Indonesia”.

Jacob Soetojo

Obor Rakyat 1, hlm 7, rubrik

Topnews, judul

“MANUVER JACOB

SOETOJO”. Plain Folk

(rakyat biasa)

Memberikan

identifikasi terhadap suatu ide misalnya dekat dengan rakyat.

“Prabowo dikalangan muslim begitu kuat”. Dekat dengan rakyat yaitu para ulama dan tokoh islam. Para ulama sudah mengenai Prabowo sejak lama. Sehingga umat islam memiliki utang kepada Prabowo Subianto karena

Obor Rakyat 2, hlm 12, rubrik wawancara, judul “Jokowi Itu Juru Selamat Non-muslim”.


(4)

selama ini telah berjasa. Sedangkan Jokowi yang selama ini dikenal sebagai sosok yang dekat dengan rakyat disebut hanya sebuah pencitraan.

Obor Rakyat 1, hlm 2, rubrik tajuk, “Jokowi Diteriaki Pencitraan”.

Card

Stacking (menim bang-nimbang

kartu untuk

digunakan)

Penonjolan hal-hal atau segi baiknya saja, sehingga publik hanya melihat satu sisi. Hal ini berkaitan dengan Keberpihakan media.

Isi Obor Rakyat semua melihat dari sisi buruk seorang Jokowi. Sedangkan tidak ada satupun pemberitaan yang menjatuhkan nama Prabowo.

Obor Rakyat edisi 1 dan 2.

Frustration Scapegot (menutupi

frustrasi atau kambing hitam)

Diskrimasi terhadap warga keturunan cina dan nonmuslim untuk menciptakan

kebencian.

“Jokowi selalu mewariskan jabatannya kepada warga nonmuslim seperti Fransiskus Xaverius Hadi Rudyatmo (Walikota Solo) dan Basuki Tjahaya Purnama (Gubernur DKI Jakarta)”.

Obor Rakyat 1, hlm 5 judul

“DARI SOLO SAMPAI

JAKARTA, DE –

ISLAMISASI ALA

JOKOWI”. Bandwagon

Technique

Segmentasi dan

penggunaan nara

sumber.

Segmentasi media Obor Rakyat adalah masjid dan pondok pesantren di daerah pulau Jawa. Penggunaan narasumber sebagai bahan liputan Ketua MUI KH Kholil Ridwan, Ketua Dewan Dakwah (DDII) Dr. Adian Husaini M.A, Dr. Gun Gun Heryanto dan Hasibullah Satrawi keduanya berasal dari Universitas berbasis Islam di Jakarta dan Kairo, Mesir.


(5)

Komentar para kiai tersebut Jokowi disebut telah berdusta, membohongi rakyat, ingkar janji, dan telah melelang jabatannya.

Obor Rakyat 2, hlm9, rubrik

Topnews judul

“KOMENTAR PARA KIAI TENTANG JOKOWI”. Fear Arousing

(membangkitkan ketakutan)

Penggunaan bahasa dalam media yang

berjuan untuk

menimbulkan

ketakutan di benak khalayak.

“Jika nanti Jokowi Presiden, maka etnis cina akan lebih leluasa menguasai perdagangan, bisnis dan perekonomian. Jika ini sampai terjadi, maka dampaknya akan sangat mengerikan”.

Obor Rakyat 2, hlm 8, rubrik Topnews, “Jokowi Presiden, Sembilan Naga Merajalela”

“Jadi bisa dibayangkan, kalau sampai Jokowi menang, para pengusaha itulah yang sebenarnya yang menjadi penguasa di Indonesia”.

Obor Rakyat 2, hlm 8, rubrik Topnews, “Konsilidasi Kekuatan Cina”

“Jika Jokowi menjadi presiden, target pertumbuhan gereja dan permutadan di Indonesia berjalan lebih cepat”.

Obor Rakyat 1, hlm 5, rubrik Topnews, judul ”DARI SOLO SAMPAI JAKARTA,

DE-ISLAMISASI ALA


(6)

Analisis media Obor Rakyat menggunakan Sembilan teknik propaganda didukung dengan teori propaganda Harold Lasswell dan Walter Lippmann. Dalam media Obor Rakyat yang dijadikan sebagai obyek penelitian adalah bahasa dalam teks. Bahasa yang digunakan dalam teks dijadikan sebagai simbol untuk menampilkan sosok Jokowi. Simbol-simbol inilah yang digunakan oleh propagandis untuk mempengaruhi khalayak. Tujuannya untuk merubah sikap khalayak dari perasaan suka menjadi tidak suka. Analisis menggunakan sembilan teknik ini, membuktikan bahwa Obor Rakyat syarat dengan praktik propaganda.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyimpangan Fungsi Media Massa “Obor Rakyat” Sebagai Alat Propaganda Politik Pilpres 2014

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyimpangan Fungsi Media Massa “Obor Rakyat” Sebagai Alat Propaganda Politik Pilpres 2014 T1 362010069 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyimpangan Fungsi Media Massa “Obor Rakyat” Sebagai Alat Propaganda Politik Pilpres 2014 T1 362010069 BAB II

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyimpangan Fungsi Media Massa “Obor Rakyat” Sebagai Alat Propaganda Politik Pilpres 2014 T1 362010069 BAB V

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyimpangan Fungsi Media Massa “Obor Rakyat” Sebagai Alat Propaganda Politik Pilpres 2014 T1 362010069 BAB VI

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyimpangan Fungsi Media Massa “Obor Rakyat” Sebagai Alat Propaganda Politik Pilpres 2014

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Propaganda Politik dalam Iklan (Analisis Wacana Kritis Iklan Layanan Masyarakat Nasional Demokrat) T1 362007075 BAB IV

0 0 18

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pembatasan Periodisasi Anggota Lembaga Perwakilan Rakyat T1 BAB IV

0 1 13

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Buku Cerita Bergambar tentang Sejarah dan Keunikan Drumblek sebagai Media Komunikasi Massa T1 BAB IV

0 0 23

Media sebagai alat propaganda politik 1

0 0 10