Kawasan Pusaka Bukittinggi Sebagai Identitas Kota Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian metode kualitatif yang didukung analisis data historis, dimana secara sistematis
dibantu gambar-gambar dan dideskripsikan/mengurai, merangkai dan

menafsirkan,

berdasarkan teori kemudian diambil kesimpulan dalam Samsudi, (Sutopo HB, 1988).
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara :


Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti catatan peristiwa yang telah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Pengumpulan data dengan dokumentasi dalam penelitian ini yaitu
dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto untuk mendokumentasikan gambar
peta bukittinggi lama dan baru dan kawasan pusakanya. (Sugiono, 2008 : 329).




Observasi
Observasi dilakukan dapat menghubungkan dengan upaya dapat merumuskan
masalah yang ada, serta membandingkan masalah yang telah ada dengan
kenyataannya dilapangan. Serta akan ada dituangkan beberapa daftar pertanyaan
kepada responden.



Wawancara
Interview kepada responden dengan beberapa pertanyaan yang telah disediakan

merupakan salah satu cara pengambilan data dengan cara komunikasi lisan.

13
Universitas Sumatera Utara

Pengumpulan data dengan studi literatur menjadi acuan utama.Buku-buku/jurnal yang
berhubungan dengan penelitian untuk mendapat informasi yang akan digunakan sebagai
pegangan pokok secara umum dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang

mendukung pemecahan masalah dalam penelitian. Selain itu dapat juga digunakan bahanbahan perbandingan yang lain sebagai tolak ukur terhadap obyek penelitian Studi ini
dilakukan dengan mencari data-data yang mendukung penelitian, sebagai pegangan pokok
dari buku/jurnal yang memuat dasar-dasar secara pasti sebagai patokan/acuan, dan dapat juga
melalui media internet. (Nazir, 1988: 123)
3.3 MetodeAnalisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip interview,
catatan dilapangan dan bahan-bahan lain yang ditemukan di lapangan. Kesemua itu
dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman (terhadap suatu fenomena) dan membantu
untuk mempresentasikan hasil temuan penelitian ( Bodgan dan Biklen dalam Mukhtar dan
Erna Widodo 2000, 123).
Setelah data yang dibutuhkan sudah di kumpulkan, kemudian tahap selanjutnya data
diolah serta di analisis. Analisis data disini adalah proses dari pengkajian hasil
interview/wawancara , hasil pengamatan dan dokumen atau data yang telah terkumpul. Pada
penelitian ini akan dilakukan dua analisis data, yaitu:
a. Metode Analisis Diakronik
Metode Analisis Diakronik adalah proses menganalisis evolusi dari waktu
sehingga lebih menekankan perubahan dari masa-masa lampau yang memiliki
sifat

perbandingan.


Dengan

menggunakan

metode

ini

akan

mampu

memperlihatkan perkembangan evolusi kota dari awal terbentuk dan struktur
kotanya sendiri. Sehingga kita bisa mengkaji komponen-komponen apa saja yang
14
Universitas Sumatera Utara

ada dari setiap periode. Analisis secara diakronik pada penelitian ini akan dibagi
atas periode pra kolonial (sebelum tahun 1820), priode kolonial (1820-1942) dan

periode pasca kolonial (1942-sekarang)
b. Metode analisis sinkronik
Metode analisis sinkronik adalah menganalisis masa tertentu dari sebuah kota
yang berfokus pada komponen dominan pembentuk ruang kota hingga saat ini dan
melihat pengaruhnya terhadap karakteristik kota Bukittinggi baik yang bernilai
historis maupun tidak.

15
Universitas Sumatera Utara

BAB 4
EVOLUSI BUKITTINGGI MENJADI SEBUAH KOTA
4.1 Kondisi Alam Bukittinggi
Secara geografis Bukittinggi terletak di tengah-tengah dataran tinggi yang ada di
sumatera. Dataran tinggi tersebut merupakan bagian dari pegunungan Bukit Barisan yang
membujur sepanjang Pulau Sumatera. Luas Kota Bukittinggi mencapai sekitar ±25.0239 km2
dan berada pada ketinggian 900 m.
Wilayah Bukittinggi dikelilingi oleh Kabupaten Agam dengan batas-batas wilayahnya
adalah :
-


Utara : Kec. Tilatang Kamang

-

Selatan : Kec. Banuhampu Sungai Pua

-

Barat : Kec. IV Koto Dan Kec. Matur

-

Timur : Kec. IV Angkek Canduang

Gambar 1.Peta Administrasi Kota Bukittinggi
Sumber : google

16
Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.peta wilayah Kota Bukittinggi
Sumber : google earth

Gambar 4 dan gambar 5 dapat kita lihat posisi Bukittinggi terhadap Gunung Marapi
dan Gunung Singgalang. Gunung Marapi terletak di Kabupaten Agam, dan Kabupaten Tanah
Datar. Gunung marapi memiliki tinggi 2891 m. Gunung Singgalang juga merupakan salah
satu gunung yang terletak di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar yang memiliki
ketinggian 2877 m.

17
Universitas Sumatera Utara

Gunung
ng Marapi Dari kawasan Jam Gadang dan Ngarai Sianok
Gambar 3.. Penampakan Gunu
Sumber : instagram

Gunung Merapi dan Gunung Singgalang sangat mendominasi keberadaannya sebagai
setting pemandangan kota. Dari beberapa sudut pandang kota kita akan mendapati view

gunung sebagai bagian pesona alamnya.

Gambar 4. Posisi Bukittinggi terhadap Gunung Marapi
Sumber : Olah data pribadi

18
Universitas Sumatera Utara

.

Gambar 5. Posisi Bukittinggi terhadap Gunung Singgalang dan Ngarai Sianok
Sumber : Olah data pribadi

(a)

(b)

19
Universitas Sumatera Utara


(c)

(d)

Gambar 6. Penampakan Gunung Singgalang Dari Bukittinggi (a) Komplek KODIM, (b) Kawasan Jam Gadang, (c) Jembatan
Penghubung Kawasan Fort De Kock dan Kebun Binatang, (d) dari arah Aur Kuning
Sumber : Olah data pribadi dan instagram

Selain di kelilingi oleh Gunung

Marapi dan Gunung Singgalang, pada sisi Barat

Bukittinggi membentang sebuah lembah yang bernama Ngarai Sianok. Lembah ini memiliki
kedalaman yang bervariasi antara 900 m – 950 m di atas permukaan laut yang pada bagian
bawah ngarai mengalir sungai yang bernama Batang Masang.

Gambar 7.Lokasi Ngarai Sianok terhadap Bukittinggi
Sumber : google earth

Gambar 7 dapat kita lihat posisi Ngarai Sianok pada daerah Bukittinggi. Ngarai Sianok,

daerah yang yang diblok warna merah ,terbentang sepanjang sisi barat wilayah kota yang
diblok warna kuning.
20
Universitas Sumatera Utara

Gambar 8. Ngarai Sianok
Sumber : Olah data pribadi

4.2 Sejarah Pembentukan dan Perkembangan Kota Bukittinggi
Berdasarkan sejarah yang ada, Bukittinggi merupakan salah satu kota yang penting di
Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan pernahnya Bukittinggi menjadi ibukota darurat
Indonesia pada saat PDRI, kemudian pernah pula menjadi ibukota sumatera tengah kala itu.
Sejak zaman Belanda hingga berganti kekuasaan kepada Jepang, kota Bukittinggi menjadi
kawasan pertahanan bagi kedua pemerintahan yang pernah berkuasa di sini. Sejak tahun 1918
Kota Bukittinggi telah berstatus Gemeente Fort De Kock dan kemudian menjadi
Staadgemente Fort De Kock, sebagaimana diatur dalam Staadblad No. 358 tahun 1938 yang
luas wilayahnya sama dengan wilayah Kota Bukittinggi sekarang dan juga berfungsi sebagai
ibukota Afdeeling Padangsche

Bovenlanden


dan Onderafdeeling Oud Agam.(ANRI:

Binnenlandsch Bestuur No. 1523).
Jonny wongso dalam : From “Koto Jolong” to Tourism City As an Approach for Urban
Heritage Conservation in the Historic Cities of Minangkabau membagi sejarah pembentukan
ruang kota Bukittinggi menjadi 3 periode, yaitu Masa Pra-Kolonial, Masa Kolonial, Dan
Masa Post-Kolonial. Pembagian 3 periode bertujuan agar dapat mempermudah kita dalam
mensegmentasi kawasan pusaka berdasarkan sejarah pembentukannya.
4.2.1 Masa Pra-Kolonial
Bukittinggi awalnya merupakan sebuah perkampungan awal atau yang disebut koto
jolang. Perkampungan ini terletak di tengah-tengah Luhak Agam (sekarang Kabupaten
21
Universitas Sumatera Utara

Agam) yang hanya memiliki tanah untuk bertani dan bermukim. Sama halnya dengan nagarinagari yang ada di Minangkabau, Bukittinggi (Nagari Kurai V Jorong) juga diawal dengan
daerah perladangan dan permukiman untuk tempat tinggal, daerah ini disebut dengan taratak.
Perluasan daerah taratak disebut dengan dusun, kumpulan-kumpulan dusun akan membentuk
sebuah daerah yang disebut koto. Kemudian koto semakin berkembang dengan ditandai
dengan adanya kelompok-kelompok keluarga atau kekerabatan yang berasal dari berbagai

suku sehingga disebutlah ia menjadi nagari. (Jonny Wongso, 2001)
Menurut sejarahnya perkembangan Bukittinggi bermula dari Jorong Tigo Baleh yang
kemudian lama kelamaan mengalami kemajuan dari segi kebutuhan, gaya hidup dan aktifitas
sosial lainnya. Perkembangan jorong tigo baleh sebagai nagari merupakan hasil mufakat dari
para ninik mamak yang ingin membuka daerah permukiman baru karena disebabkan oleh
semakin berkembanganya masyarakatnya.
Setiap jorong maupun nagari memiliki batas wilayah antar mereka, pada masa prakolonial batas wilayah tersebut ditumbuhi oleh “aua”. Aua merupakan sejenis tumbuhan
bambu yang digunakan warga sebagai benteng pertahanan apabila terjadi perperangan antar
nagari. Oleh sebab itu aua menjadi ciri khas Nagari Kurai, sehingga tersebutlah Nagari Kurai
dengan nama Kurai Nan Salingka Aua ( Nagari Kurai yang dikelilingi aua)

22
Universitas Sumatera Utara

Gambar 9. Proses Pembentukan Nagari Kurai V Jorong
Sumber : Bukittinggi: From “Koto Jolong” to Tourism CityAs an Approach for Urban Heritage Conservation in the Historic
Cities of Minangkabau oleh Jonny wongso danSyed Zainol Abidin Idid

Bukittinggi terdiri dari 5 jorong, yaitu jorong tigo baleh, jorong koto selayan, jorong
aur birugo, jorong guguk panjang, jorong mandiangin. Setiap jorong memiliki pemimpin atau
yang

dipanggil

penghulu

sebagai

orang

yang

dihormati

dan

didengarkan

pendapatnya.Seorang penghulu bukanlah seorang raja tertinggi namun merupakan wakil dari
kaum sebuah suku yang ditunjuk bersama oleh kaum, dalam memimpin sebuah jorong
seorang ninik mamak atau penghulu memakai sistem otonomi daerah.Sehingga masingmasing nagari memiliki perbedaan serta tidak dapat dicampurtangan dari pihak luar kaum
tersebut.
Tahapan

Elemen-elemen Ruang

Tatanan Spasial

Taratak

 Daerah perladangan dan
persawahan
 Sumber air / batang air /
sungai.

 Merupakan
perintisan daerah
baru

Dusun

 Daerah perladangan dan
persawahan
 Pemukiman penduduk
 Kuburan

 Dominasi ruang
daerah persawahan
dan perladangan
 Penyebaran

Struktur Sosial
Masyarakat
 Masyarakat
pendatang
 Dipimpin oleh
seorang Tuo
 Kelompok
genealogis;
samande, sajurai,
saparuik dan
23
Universitas Sumatera Utara

 Surau

Koto

Nagari

pemukiman
penduduk

 Kelompok perumahan
 Daerah perladangan dan
persawahan yang dimiliki
oleh suku atau kaumi
 Dilengkapi dengan surau
‘gadang’ (mesjid),
labuah (jalan), tapian
mandi (tempat mandi),
dan balai-balai tanpa atap
(gobah balai banyak)
Dilengkapi dengan:
 Mesjid jami’
 balai adat,
 gelanggang (lapangan)
 pasar,

sasuku
 Dipimpin oleh Tuo
Dusun

 Dominasi ruang
sama dengan dusun,
namun dalam jumlah
yang lebih besar
 Terbentuknya
geneologis teritorial
(pemukiman
/persawahan –
perladangan)
 Perintisan daerah
baru
 Fungsi dan
kelengkapan ruang
sama dengan koto
dalam jumlah yang
lebih banyak.
 Pusat nagari ditandai
oleh mesjid dan balai
adat.
 Berkembang menjadi
V Jorong

 Terdiri dari beberapa
suku
 Terbentuknya ninik
mamak (Pangka
Tuo) yang mewakili
suku-suku yang ada
di setiap dusun.

 Terdiri dari 8 suku
(min. 4 suku)
 Pemerintahan adat
dipimpin oleh
Penghulu Pucuak,
Pangka Tuo Nagari
dan Pangka Tuo Nan
Saratuih.

Table 2. Tahapan pembentukan Kota Bukittinggi dan elemen pembentuk ruang
Sumber: RAKP Bukittinggi 2015

Berdasarkan gambar 9 dapat kita lihat proses pembentukan sebuah nagari kurai (cikal
bakal Kota Bukittinggi) yang dimulai dari sebuah taratak, dusun, koto memiliki elemenelemen pembentuk masing-masing kawasan seperti permukiman penduduk, mesjid, balai
adat, dan pasar. Setiap jorong memiliki masjid jami’ yang merupakan basis pemerintahan
nagari, kemudian terdapat kerapatan adat nagari yang juga menjadi salah satu elemen pada
pembentukan nagari.
4.2.2 Masa Kolonial
Sebelum abad ke 19 pemerintahan belanda tidak pernah berani memasuki wilayah
daerah minangkabau yang terletak di pergunungan sumatera barat.Namun, belanda dengan
strategi adu dombanya melihat adanya kesempatan untuk bisa memasuki tanah nagari kurai
pada perselisihan kaum adat dan kaum paderi atau kaum agama.Sehingga yang awalnya
24
Universitas Sumatera Utara

perselisihan hanya terjadi antara kaum adat dan kaum agama menjadi perlawanan kaum
paderi terhadap Belanda.
Dalam tulisannya berjudul Bukittinggi: From “Koto Jolong” to Tourism CityAs an
Approach for Urban Heritage Conservation in the Historic Cities of Minangkabau, Jonny
Wongso memaparkan bahwa pada tahun 1820 Belanda memasuki wilayah nagari Kurai V
Jorong dengan menyetujui sebuah perjanjian dengan ninik mamak, orang yang dituakan dan
dijadikan sebagai pemimpin kaum atau warga saat itu. Belanda diizinkan mendirikan
beberapa bangunan seperti benteng, rumah pemerintahan Belanda, rumah residen Belanda,
dan tanah pekuburan dengan kesepakatan Belanda berjanji akan membantu kaum adat untuk
melawan kaum paderi saat itu.
Saat perlawanan tersebut berlangsung, kaum paderi memiliki benteng-benteng
pertahanan yang mengelilingi Nagari Kurai.Sehingga Belanda dengan perjanjian dan
persetujuan ninik mamak kaum adat pada saat itu mendirikan benteng pertahanan yang
sekarang dikenal dengan nama Benteng Fort De Kock.

25
Universitas Sumatera Utara

Gambar 10. Kawasan Belanda di Nagari Kurai V jorong Berdasarkan perjanjian dengan Ninik Mamak
Sumber : Bukittinggi: From “Koto Jolong” to Tourism CityAs an Approach for Urban Heritage Conservation in the Historic
Cities of Minangkabau oleh Jonny wongso danSyed Zainol Abidin Idid

Dari peta di atas dapat kita lihat kawasan yang didominasi oleh pemerintahan
Kolonial di Nagari Kurai V Jorong. Semasa Belanda berkuasa, nagari ini juga dikenal dengan
sebutan Fort De Kock. Fort de kock merupakan sebuah benteng yang menjadi pusat
pertahanan Pemerintahan Kolonial pada masa itu. Selain benteng Belanda membangun pusat
militer di pintu masuk Nagari bagian selatan yang tidak hanya berfungsi sebagai pusat militer
tetapi sebagai tempat monitoring sirkulasi aktifitas komersial yang masuk, dan penjara.
Setelah pembangunan pusat militer selesai, Belanda membangun sekolah-sekolah
seperti sekolah raja untuk memenuhi kualitas kerja bagi pribumi yang bekerja untuk Belanda.
Di samping itu untuk meningkatkan fasilitas, Belanda juga mengembangkan kawasan
komersial yang awalnya hanya memiliki satu pasar, Pakan Kurai, dengan membangun dua
pasar yaitu Pasar Bawah dan Pasar Aur Tajungkang yang terletak di bawah bukit, lalu setelah
26
Universitas Sumatera Utara

itu Belanda juga membangun pasar Ternak yang diberi nama Pasar Banto. Mengikuti
perkembangan pembangunan berbagai infrastruktur itu, maka kota Bukittinggi juga semakin
berkembang dan maju sehingga pada tahun 1888 Pemerintah menetapkan Bukittinggi sebagai
Kota.

Gambar 11. Jam Gadang pada masa Pemerintahan Belanda
(Sumber: http://media-kitlv.)

Pada tahun 1926 Ratu Juliana memberikan hadiah kepada ControleurOud Agam, H.R.
Rookmaker sebuah mesin jam yang kemudian dibuatlah sebuah bangunan, lalu jam tersebut
dipasangkan di puncak bangunan tersebut. Masyarakat menyebutnya sebagai jam gadang
yang kemudian dikenal sebagai landmark kota ini.
4.2.3 Masa Post-Kolonial
Setelah Kekalahan di Perang Dunia I Belanda harus meninggalkan dan menyerahkan
semua negara jajahannya kepada sekutu yang menang perang.Sejak itu Indonesia berada di
27
Universitas Sumatera Utara

bawah kekuasaan pemerintahan Jepang. Bukittinggi selama pemerintahan Jepang tidak
mengalami perubahan besar. Posisi Bukittinggi yang strategis di tengah-tengah Pulau
Sumatera menjadikan ia sebagai pusat pertahanan dan militer sumatera oleh jepang,
sebagaimana halnya dengan saat masa pemerintahan Kolonial dulu. Demi mempertahankan
kedudukan saat masa-masa perang dengan sekutu, Jepang memerintahkan untuk menggali
lobang rahasia yang berlokasi di tebing Ngarai Sianok, sekarang dikenal sebagai Lobang
Jepang. Selain itu, Jepang juga mengganti nama Fort de Kock dengan sebutan Bukittinggi
Baru.
Setelah perginya jepang, bukittinggi mengalami masa-masa transisi dari pemerintahan
jajahan menuju maasyarakat pribumi.Pada masa ini terjadi perkembangan besar-besaran
terutama pada aktifitas ekonomi masyarakatnya. Terjadinya modernisasi pasar yang
menandakan perkembangan kota bukittinggi sendiri.
Bukittinggi memegang peranan sangat penting dalam pemerintahan Indonesia pasca
kemerdekaan. Hal ini dibuktikan dengan pernahnya kota ini menjadi ibukota PDRI. Setelah
kemerdekaan Indonesia Bukittinggi juga ditunjuk sebagai ibukota propinsi Sumatera dengan
Gubernurnya Teuku Muhammad Hasan. Berdasarkan ketetapan Gubernur Propinsi Sumatera
No. 391 tanggal 19 Juni 1947 Bukittinggi ditetapkan sebagai wilayah pemerintahan kota.
Kemudian dengan adanya UU No. 9 tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonom kota
besar dalam lingkungan daerah propinsi Sumatera Tengah, Bukitinggi juga diputuskan
menjadi kota besar kala itu.

28
Universitas Sumatera Utara

Gambar 12.Lobang Jepang setelah Kemerdekaan Indonesia
(Sumber: google)

Setelah Sumatera Tengah pecah menjadi beberapa propinsi,

maka

Bukittinggi

ditunjuk sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Barat. Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah
No. 29 tahun 1979 yang memindahkan Ibukota Provinsi Sumatera Barat ke Padang, maka
Bukittinggi berstatus sebagai kota madya Daerah Tingkat II sesuai dengan UndangUndang No. 5 tahun 1974 tentang Pokok Pemerintah di Daerah yang telah disempurnakan
dengan Undang-Undang No. 22

29
Universitas Sumatera Utara

Gambar 13. Peta Perkembangan elemen-elemen ruang kota Bukittinggi
(Sumber: RAKP Bukittinggi 2015)

Dari gambar 13 dapat kita lihat perkembangan elemen-elemen pembentukan kota
bukittinggi pada tahun sebelum 1820an hanya terbentuk dari permukiman warga asli, balai
adat sebagai pusat pemerintahan, pasar sebagai tempat aktifitas ekonomi, dan mesjid. Di awal
30
Universitas Sumatera Utara

kedatangan belanda, belum ada perkembangan yang berarti. Pertumbuhan kota Bukittinggi
berawal dari sebuah pasar yang terletak di bukit yang disebut bukik kubangan kabau
lokasinya terletak dekat janjang 40. Setelah Belanda datang pertumbuhan kota meluas ke arah
utara dan selatan dengan pola linear yang dipengaruhi oleh topografi alamnya.
4.3 Kawasan Pusaka Bukittinggi
4.3.1 Persebaran Benda Cagar Budaya Di Bukittinggi

Gambar 14 . Peta Kota Bukittinggi tahun 1945
Sumber : olah data

Berdasarkan Peraturan Menbudpar Nomor : PM.05/PW.007/MKP/2010 terdapat 24
bangunan cagar budaya yang telah terdaftar di Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI),
meliputi :
1. Gedung Sekolah Rajo (SMU 2)

4. Kompleks kantor kodim Agam

2. Gedung Kantor Dinas Pendidikan

5. Tugu manggopoh

3. kompleks kantor polres Agam

6. Gedung SMP 1
31
Universitas Sumatera Utara

7. Gereja Katholik

17. Makam Tuanku Syech Imam Jirek

8. Gereja Protestan

18. Benteng Fort de Kock

9. Rumah Bekas Kepala stasiun kereta

19. Eks BNI 46

Api

20. Cerobong Asap no 101 b

10. Villa Oepang-Oepang

21. Rumah Gadang Engku palo

11. Hotel Centrum (Pos dan Giro)

22. Rumah Tinggal di jalan DR A

12. Istana Bung Hatta

RIVAI No 38

13. Jam Gadang

23. Pasar Los Saudagar

14. Rumah Kelahiran Bung Hatta

24. LembagaPemasyarakatan

15. Wisma Anggrek

Bukiitinggi.

16. Villa Merdeka

32
Universitas Sumatera Utara

Gambar 15.Peta persebaran bangunan bersejarah berdasarkan Peraturan
Menbudpar Nomor : PM.05/PW.007/MKP/2010

33
Universitas Sumatera Utara

Gambar 16. Peta persebaran bangunan bersejarah berdasarkan Peraturan
Walikota Bukittinggi no. 02/2012

34
Universitas Sumatera Utara

Kemudian walikota menambah beberapa Bangunan Cagar Budaya menjadi sebanyak 43
bangunan. Hal ini diterangkan pada Peraturan Walikota Bukittinggi no. 02/2012, yang
sebagaimana tertera pada buku Rencana Aksi Kota Pusaka Bukittinggi tahun 2015 yaitu:
1. Gedung Sekolah Rajo (SMU 2)
Gedung yang sekarang dikenal dengan sebutan “Kweekschool” ini berdiri
pada 1 maret 1873.Belanda mendirikan sekolah ini bertujuan untuk menghasilkan
guru-guru yang memiliki kualitas yang baik. Awalnya sekolah ini sempat ditutuppada
tahun 1935 dan kemudian dihidupkan kembali setelah kemerdekaan Indonesia pada
tahun 1946 dengan nama Sekolah Menengah Tinggi. Pada tahun 1950 diubah menjadi
SMA 1 B dan SMA II C. lalu pada tahun 1960 SMA II AC dijadikan 2 sekolah yaitu
SMA II C dan SMA A. Hingga saat ini bangunan ini masih berfungsi sebagai sekolah.
2. Gedung Kantor Dinas Pendidikan
Bangunan ini dulunya merupakan rumah Kepala Sekolah Raja (Kweekschool)
pada saat itu. Namun setelah kemerdekaan fungsinya banyak berubah, seperti
dijadikan sebagai kantor DPRD, kantor Pajak , IKIP hingga sekarang menjadi kantor
Dinas Pendidikan dan Budaya Kota Bukittnggi.
3. Kompleks Kantor Polres Agam
Bangunan yang dibangun Belanda sebagai asrama para siswa Kweekschool
berdiri pada tahun 1872.Selain berfungsi sebagai asrama siswa bangunan ini juga
dijadikan sebagai asrama para guru-guru yang mengajar di sekolah raja
tersebut.Namun setelah kemerdekaan bangunan ini dialihfungsikan menjadi Kantor
Polres Agam dan kemudian menjadi Kantor Polres Bukittinggi setelah Polres Agam
memiliki kantor sendiri .
4. Kompleks Kantor Kodim Agam

35
Universitas Sumatera Utara

Dahulunya kompleks kantor kodim ini merupakan barak militer dan kantor
KNIL yang dibangun oleh belanda pada tahun 1862-1889. Pada saat tahun 1945-1947
bangunan ini difungsikan sebagai sekolah opsir / kadet divisi IX banteng. Hingga
akhirnya kompleks ini dijadikan kantor kodim 0304/Agam
5. Tugu manggopoh
Tugu manggopoh merupakan tugu yang dibangun dengan tujuan sebagai
peringatan atas terjadi perang kamang pada 15 juni 1908. Pada bagian bawahnya
terdapat kalimat berbahasa belanda yang berbunyi :"GEDENKNAALD TER
HERDENGKING AAN GESNENVELDEN TE KAMANG EN MANGGOPOH
OPSTAND15 JUNI 1908 ", artinya : "Mengenang peristiwa perang Kamang dan
Manggopoh yang terjadi pada 15 Juni 1908 ".
6. Gedung SMP 1
Bangunan ini diperkirakan telah ada sejak awal abad 20.Dari awal
pembangunan sampai sekarang fungsinya masih tetap sebagai gedung sekolah.
Dulunya merupakan sekolah yang disebut Europe School, dan sekarang menjadi
SMP N 1 Bukittinggi.
7. Gereja Katholik
Tidak diketahui secara pasti kapan pembangunan gereja ini pada masa
pemerintahan Belanda.Awalnya dibangun semi permanen dengan atap ijuk, namun
bangunan ini sempat terbakar dan kemudian dibangun kembali.Pada tahun 1926
terjadi gempa tektonik di Bukittinggi yang mengakibatkan banyak bangunan yang
rubuh, salahsatunya adalah gereja khatolik ini. Kemudian pada tahun 1928
dibangunlah kembali gereja ini dan diresmikan pada 4 April 1929.hingga kini gereja
ini tetap berfungsi sebagai Gereja Katholik sebagai tempat peribadatan ummat
Katholik Bukittinggi.
36
Universitas Sumatera Utara

8. Gereja Protestan
Gereja yang dibagun oleh belanda pada tahun 1901 sebagai rumah ibadah
merka pada saat itu.Dari dulu hingga sekarang gereja ini tetap dipertahankan oleh
Pemerintah sebagai rumah protestan di Bukittinggi dan tidak ada perubahan fisik yang
begitu berarti.
9. Rumah Bekas Kepala stasiun kereta Api
Tidak banyak yang diketahui mengenai bangunan yang awalnya berupa hotel
yang kemudian dijadikan rumah kepala stasiun ini. Sempat berganti-ganti fungsi
mulai dari menjadi rumah pribadi kemudian menjadi mess bagi pegawai sebuah
perusahaan. Kini bangunan ini sudah tidak terawat dan difungsikan lagi,
10. Villa Oepang-Oepang
Rumah ini dulunya merupakan salahsatu rumah peristirahatan Belanda yang
pembangunannya tidak diketahui kapan. Rumah ini dulunya juga pernah dijadikan
sebagai kantor veteran. Sekarang keadaan villa ini tetap terawatt namun tidak
dignakan sama sekali.
11. Hotel Centrum (Pos dan Giro)
Bangunan ini berdiri pada tahun 1900-an, pernah digunakan sebagai hotel
bernama Hotel Centrum.Kemudian digunakan sebagai Kantor Pos Dan Giro Kota
Bukittinggi.Sekarang bangunan ini tidak digunakan lagi.
12. Istana Bung Hatta
Istana Bung Hatta atau juga dikenal dengan namaIstana Tri Arga dulunya
merupakan Kantor Asisten Residen Afdeeling Padangsche Bovenlanden.Tidak
diketahui kapan berdirinya dengan pasti , namun bangunan ini sempat hangus terbakar
dan hancur. Kemudian dibangun lagi dengan bangunan baru yang masih ada sampai
sekarang.
37
Universitas Sumatera Utara

Saat masa perjuangan gedung ini merupakan pusat pertahanan PDRI, setelah
kemerdekaan Indonesia di proklamirkan gedung ini dialihfungsikan sebagai istana
wakil presiden yang pada waktu itu adalah Bung Hatta, sehingga gedung ini dikenal
dengan Istana Bung Hatta.Sampai sekarang gedung ini tetap dipertahankan
keberadaan dan fungsinya sebagai Istana Negara sebagaI tempat peristirahatan bagi
Presiden jika berkunjung ke Bukittinggi.
13. Jam Gadang
Jam Gadang yang dibangun pada tahun 1926 merupakan hadiah pemberian
Ratu Belanda kepada ControleurOud Agam, H.R. Rookmaker (1923-1927) yang
sekaligus menjabat sebagai "walikota" Bukittinggi. Arsitek jam gadang merupakan
orang minang yang bernama Yazid St. Gigi Ameh. Dari awal pembangunan Jam
Gadang tidak ada perubahan secara fisik permanennya kecuali bentuk atap yang
berganti setiap ganti kepemerintahan.Pada saat Pemerintahan Belanda bentuk atapnya
seperti kubah masjid dan terdapat patung ayam.Kemudian saat Jepang menguasai Fort
De Kock atap berganti bentuk menjadi seperti pagoda. Setelah kemerdekaan hingga
sekarang atap jam diganti bentuknya seperti atap rumah adat minangkabau, yaitu atap
bagonjong. Keberadaan dan bentuk fisik asli jam gadang tetap dijaga dan dirawat oleh
pemerintah hingga sekarang karena Jam Gadang merupakan landmark Bukittinggi
yang dikenal banyak orang.
14. Rumah Kelahiran Bung Hatta
Rumah kelahiran Bung Hatta sudah dibangun sejak sebelum Belanda datang
ke Bukittinggi.Bangunan ini sempat hancur dan roboh, kemudian dibangun lagi sesuai
dengan bentuk aslinya yang dulu pada tahun 1990.Kini gedung ini dijadikan museum
dari replica rumah kelahiran Bung Hatta yang lama dan dapat dikunjungi oleh
wisatawan.
38
Universitas Sumatera Utara

15. Villa Merdeka
Villa yang berada tepat bersebelahan dengan Fort De Kock ini berdiri pada
tahun 1922 dengan nama Villa Wilhelmina. Sebelum kemerdekaan Villa ini
merupakan rumah tinggal seorang belanda yang kemudian setelah Indonesia Merdeka
menjadi sebuah penginapan hingga sekarang.
16. Makam Tuanku Syech Imam Jirek
Makam yang merupakan makan dari tokoh masyarakat pada saat itu, yaitu
khadi atau disebut juga sebagai pejabat agama.Hingga saat ini makam tersebut masih
tetap terjaga dan terawatt.
17. Benteng Fort de Kock
Benteng Fort De Kock merupakan wilayah pertama yang dikuasai Belanda
saat itu.Berdiri pada tahun 1930, Belanda berhasil mendapatkan kesepakatan dengan
kaum adat setelah membantu mereka dalam perang melawan kaum paderi atau kaum
agama.Hasil kesepakatan itu adalah belanda diperbolehkan dan diberi tanah yang
boleh dibangun sesuai kebutuhan belanda sendiri.
Fort De Kock dibangun oleh Belanda bertujuan sebagai pusat pertahanan
mereka.Hingga saat ini Fort De Kock masih ada dan terjaga keberadaannya oleh
Pemerintah dan masyarakat sebagai salah satu tujuan wisata yang paling ramai
dikunjungi oleh wisatawan.
18. Eks BNI 46
Bangunan ini terletak dikawasan pecinan Bukittinggi dan berfungsi sebagai
kantor bank bni dahulunya. Namun sekarang bangunan ini digunakan sebagai rumah
dinas Kepala Bank BNI 46 Bukittinggi.
19. Cerobong Asap no 101 b

39
Universitas Sumatera Utara

Cerobong dibangun pada tahun 1928 dan berfungsi sebagai tempat
pembakaran sampah.Pada zaman pemerintahan jepang digunakan sebagai tempat
pembakaran bata.Namun keadaan cerobong sekarang tidak terawatt dan tidak
difungsikan sebagaimana mestinya.
20. Rumah Gadang Engku palo
Rumah gadang ini merupakan rumah yang daulunya ditempati oleh Engku
Palo.Di masa Penjajahan Belanda Engku Palo dapat disejajar dengan jabatan seorang
Demang.Bangunan yang berdiri dari tahun 1929 hingga kini tetap terjaga kondisinya
dengan baik.
21. Rumah Tinggal Jl. Mandiangin No.38
Rumah yang telah menjadi tempat tinggal ini berdiri pada tahun 1926.Saat
tahun 1990 banguan mengalami beberapa perubahan.
22. Lembaga Pemasyarakatan Bukiitinggi.
Bangunan lama ini merupakan penjara yang tidak diketahui riwayat
pembangunannya kapan.Dari awal berdiri hingga sekarang bangunan ini tidak
mengalami perubahan secara fisik, namun kini tidak berfungsi sebagaimana mestinya
dan mengalami kerusakan dimana-mana.
23. Denzibang 5/I Bukit Barisan
Bangunan yang diperkirakan ada sejak 1882 merupakan Asrama Perwira
Tentara Kolonial Belanda.Hingga saat ini bangunan ini tetap terjaga dan tetap
berfungsi sebagai bagian komplek Tentara Kodim 0304/Agam.
24. Studio Foto Agam
Bangunan ini terletak di seberang gereja khatolik. Dibangun sejak awal abad
20-an sebagai rumah orang Belanda yang kemudian berubah fungsi sebagai studio
foto hingga saat ini.
40
Universitas Sumatera Utara

25. Toko Sulaman Silungkang
Bangunan yang memiliki arsitektur khas Kolonial ini tidak diketahui dengan
baik riwayatnya.Namun originalitas dari bangunannya tetap terjaga walau fungsinya
sudah berubah dari sebelumnya.
26. SDN 07 Bukik Cangang
Bangunan ini kemungkinan berdiri pada tahun 1930an. Gedung yang hingga
sekarang masih digunakan sebagai gedung sekolah dasar memiliki arsitektur
bangunan khas Kolonial.
27. Wisma Puri Kartika
Bangunan ini dulunya merupakan asrama militer para Opsir Militer IX
Banteng.awalnya sempat menjadi bangunan Rumah Sakit Tentara dan sekarang
menjadi rumah inap Kodim 0304/ Agam.
28. Wisma Cipta Sari
Bangunan ini juga merupakan salah satubagian dari Asrama Militer Sekolah
Opsir Militer Divisi IXBanteng. Sama dengan Wisma Puri Kartika, Wisma Cipta Sari
juga digunakan sebagai rumah inap Kodim 0304/Agam.
29. Lobang Jepang
Lobang Jepang merupakan terowongan yang digali pada zaman Pemerintahan
Jepang tahun 1943 yang berfungsi sebagai pertahanan tentara Jepang.Sekrang lobang
jepang ini menjadi salahsatu tujuan wisata yang terkenal di bukittinggi.Setiap
tahunnya lobang jepang ini ramai dikunjungi oleh para wisatawan yang tidak hanya
berasal dari masyarakat lokal tetapi juga dari luar daerah serta luar negeri.
30. Rumah Kelahiran Amiroeddin
Rumah ini berdiri berkisar pada tahun 1900-an. Secara kepemilikan rumah ini
merupakan milik Perumka (PT. KA).Namun sekarang rumah ini dijadikan sebagai
41
Universitas Sumatera Utara

rumah tinggal seorang warga yang merupakan keluarga dari salah satu pensiunan
Perumka (PT. KA).
31. Rumah Dinas Peternakan
Bangunan ini terletak dekat dengan Villa Merdeka dan tepat diatasnya
merupakan benteng Fort De Kock.Hingga kini bangunan tetap terjaga dengan baik
meskipun tidak ada sejarah yang menjelaskan tentang riwayat bangunan ini.
32. Eks. Akademik Perawat
Awal dibangun merupakan gedung Sekolah Akademik Keperawatan
Bukittnggi.Setelah itu mengalami pergeseran fungsi sebagai Kantor Dinas Kesehatan
Kabupaten Agam dan akirnya menjadi Kantor Dinas Pelayanan Terpadu Kabupaten
Agam hingga kini.
33. Smp N 4 (Eks Smp 2)
Gedung ini merupakan salah satu gedung seklah yang dibangun belanda yaitu
sekolah MULO.Setelah mulo ditiadakan gedung ini digunakan sebagai tempat
percetakan uang.Pada tahun 1949 gedung ini hancur dan setahun kemudian dibangun
kembali dan digunakan sebagai gedung sekolah hingga saat ini.
34. Toko Souvenir
Bangunan yang berada dekat dengan kawasan Jam Gadang ini merupakan
salah satu bagunan yang memilki gaya khas arsitektur kolonial. Tidak diketahui
riwayat bangunannya, namun sekarang digunakan secara komersil sebagai lokasi
penjualan souvenir.
35. Masjid Surau Gadang
Masjid yang berdiri pada tahun 1830 ini merupakan salah satu masjid jami’
yang menjadi pusat kegiatan warga sekitarnya. Hingga saat ini bangunan masjid

42
Universitas Sumatera Utara

masih berfungsi sebagai rumah ibadah meskipun bentuk aslinya sudah tidak
dipertahankan dan berubah total.
36. Rumah Tinggal Jl. Mandiangin No. 22
Rumah ini merupakan bangunan lama yang diperkirakan dibangun pada saat
KolonialBelanda meskipun tidak banyak yang menjelaskan riwayat bangunan
ini..Hingga saat ini rumah tersebut tetap berfungsi sebagai rumah tinggal.
37. Rumah Tinggal Jl. Veteran No. 97
Rumah ini dibangun pada tahun 1910 oleh burhanuddin st. Iskandar yang
merupakan Pamong Praja di kantor Pemerintah Belanda. Hingga saat ini fungsinya
masih tetap sama sebagai rumah tinggal warga.
38. Rumah Tinggal Jl. Dr. A. Rivai No. 08
Rumah ini merupakan bekas Residen Belanda yang pernah bertuas di
Bukittinggi kala itu.Hingga saat ini rumah ini tetap terjaga fisiknya dan fungsinya
sebagai rumah tinggal.
39. Rumah Tinggal Jl. Dr. A. Rivai No. 40/48
Bangunan ini merupakan rumah tinggal warga yang memiliki gayaArsitektur
Kolonial.Tidak banyak yang diketahui tentang sejarah bangunan ini. Namun rumah
ini tetap bertahan sebagai rumah tinggal hingga saat ini.
40. Rumah Salon
Gedung ini tidak diketahui riwayat dari awal dibangun hingga saat
ini.Bangunan ini sempat difungsikan sebagai tempat tinggal dan sekarang tidak
dirawat lagi.
41. Rumah Keluarga Dr. Erman

43
Universitas Sumatera Utara

Bangunan yang sekarang merupakan rumah sakit islam swasta terletak di
seberang gereja protestan. Bangunan memiliki gaya khas arsitektur colonial yang
sudah mendapatkan perbaikan dan perubahan dari segi bentuk.
42. Batu Kurai Limo Jorong
Tempat ini merupakan tempat dimana ninik mamak masing-masing suku
melakukan pertemuan untuk bermusyawarah.Keberadaan batu ini sudah sejak
sebelum Belanda datang dan higga kini batu-batu tersebut tetap dijaga dan
dilestarikan oleh Pemerintah dan masyarakat sekitar.
43. Pasar Kumango
Pasar Kumango merupakan pasar yang dibangun oleh Pemerintahan Belanda
sebagai sarana jual-beli semua keperluan para opsir Belanda. Para pedagangnya tidak
hanya orang Belanda tetapi juga berasal dari masyarakat pribumi, masyarakat
keturunan china dan india keling.

No.

Nama Bangunan

Tahun
Berdiri
1873

Fungsi lama

Fungsi baru

Sekolah

Sekolah

1870-an

Rumah kepala
sekolah raja

Kantor Dinas
Pendidikan

1

Gedung Sekolah Rajo
(SMU 2)

2

Gedung Kantor Dinas
Pendidikan

3

Kompleks Kantor
Polres Agam

1872

Asrama siswa
kweekschool

Kompleks
Kantor Polres
Agam

4

Kompleks Kantor
Kodim Agam

1862

Barak militer

Kompleks
Kantor Kodim
Agam

5

Tugu manggopoh

1908

Tugu

Tugu

6

Gedung SMP 1

1900-an

Sekolah

Sekolah

7

Gereja Katholik

1860-an

Gereja

Gereja

8

Gereja Protestan

1901

Gereja

Gereja
44
Universitas Sumatera Utara

9

Rumah Bekas Kepala
stasiun kereta Api

-

Hotel

-

10

Villa Oepang-Oepang

-

Villa

Villa

11

Hotel Centrum (Pos dan
Giro)

1900-an

Hotel

-

12

Istana Bung Hatta

-

Rumah Belanda

Istana Negara

13

Jam Gadang

1926

Menara Jam
Gadang

Menara Jam
Gadang

14

Rumah Kelahiran Bung
Hatta

-

Rumah

Museum

15

Villa Merdeka

1922

Villa

Rumah
Penginapan

16

Makam Tuanku Syech
Imam Jirek

-

Makam Tuanku
Syech Imam
Jirek

Makam Tuanku
Syech Imam
Jirek

17

Benteng Fort de Kock

1930

Taman Wisata
Fort de Kock

18

Eks BNI 46

-

Pusat
Pertahanan
Belanda
Kantor

Rumah Tinggal

19

Cerobong Asap no 101
b

1928

Cerobong Asap

Cerobong Asap

20

Rumah Gadang Engku
palo

1929

Rumah Gadang
Engku palo

Rumah tinggal

21

Rumah Tinggal Jl.
Mandiangin No.38

1926

Rumah Tinggal

Rumah Tinggal

22

Lembaga
Pemasyarakatan
Bukiitinggi.

-

Lembaga
Pemasyarakatan

-

23

Denzibang 5/I Bukit
Barisan

1882

Asrama Perwira
Belanda

Denzibang 5/I
Bukit Barisan

24

Studio Foto Agam

1900-an

Studio Foto

Studio Foto

25

Toko Sulaman
Silungkang

-

-

Toko

26

SDN 07 Bukik Cangang

1930-an

-

Sekolah

27

Wisma Puri Kartika

-

Asrama Militer

Rumah Inap
Kodim
45

Universitas Sumatera Utara

-

Asrama Militer

Rumah Inap
Kodim

1943

Taman Wisata
Lobang Jepang

1900-an

Pusat
Pertahanan
Jepang
Rumah Tinggal

Rumah Tinggal

Rumah Dinas
Peternakan

-

Rumah Tinggal

Rumah Tinggal

32

Eks. Akademik Perawat

-

Sekolah

Kantor

33

Smp N 4 (Eks Smp 2)

-

Sekolah

Sekolah

34

Toko Souvenir

-

-

Toko

35

Masjid Surau Gadang

1830

Masjid

Masjid

36

Rumah Tinggal Jl.
Mandiangin No. 22

-

Rumah Tinggal

Rumah Tinggal

37

Rumah Tinggal Jl.
Veteran No. 97

1910

Rumah Tinggal

Rumah Tinggal

38

Rumah Tinggal Jl. Dr.
A. Rivai No. 08

-

Rumah Tinggal

Rumah Tinggal

39

Rumah Tinggal Jl. Dr.
A. Rivai No. 40/48

-

Rumah Tinggal

Rumah Tinggal

40

Rumah Salon

-

-

-

41

Rumah Keluarga Dr.
Erman

-

-

Rumah Sakit

42

Batu Kurai Limo Jorong

-

Monumen

43

Pasar Kumango

Tempat
Bertemu Ninik
Mamak
Pasar

28

Wisma Cipta Sari

29

Lobang Jepang

30

Rumah Kelahiran
Amiroeddin

31

1917

-

Tabel 3. Daftar Benda Cagar Budaya Kota Bukittinggi
Sumber : olah data pribadi

Selain 42 bangunan yang terdaftar di atas juga terdapat beberapa cagar budaya yang ada,
yaitu :
1. Janjang Ampek Puluah

46
Universitas Sumatera Utara

Gambar 17. Janjang 40
Sumber : Google

Janjang 40 bukittinggi dibangun tahun 1898 pada masa Westeenek menjadi
Asisten Agam yang awalnya merupakan sebagai penghubung antara Pasar Atas
dengan Pasar Bawah.
2. Janjang Gudang
Jenjang ini terletak di depan bangunan lama penjara Belanda yang
menghubung kawasan tersebut dengan kawasan jam gadang melalui jalan lereng.
Dulunya berbentuk jalan yang mendaki, namun kemudian dibuat tangga untuk
mempermudah pengguna jalan tersebut.

47
Universitas Sumatera Utara

Gambar 18. Janjang gudang
Sumber : google

3. Janjang Pasanggrahan
Jenjang yang

terletak di Kawasan Pecinan Bukittinggi ini merupakan

penghubung antara Kampuang Cino dengan Kebun Binatang yang dulunya
merupakan taman bunga oleh Belanda.

Gambar 19. Janjang Pasanggrahan
Sumber : google

4. Janjang Minang / Kampuang Cino

48
Universitas Sumatera Utara

Gambar 20. Janjang Minang
Sumber : google

Janjang ini merupakan jenjang yang menghubungkan kawasan pecinan (
kampuang cino) dengan Jalan Minangkabau yang ada di Pasar Atas.
5. Janjang Gantuang
Jenjang gantuang ini didirikan pada tahun1932 sewaktu Cator Countoleur
Agam Tuo yang dimanfaatkan sebagai jembatan penyebarangan dari Pasar lereng ke
Pasar bawah. Janjang ini merupakan jembatan penyebrangan pertama yang ada di
Indonesia.

Gambar 21. Janjang Gantuang
Sumber : google

6. Janjang sek
Jenjang ini terletak setelah janjang gantuang menuju arah jalan sudirman.
Janjang ini merupakan penghubung Pasar Aua Tajungkang dengan Pasar Lereang.

49
Universitas Sumatera Utara

Gambar 22. Janjang Sek
Sumber : google

50
Universitas Sumatera Utara

4.3.2 Kawasan Pusaka Bukittinggi Membentuk Identitas Kota

Gambar 23. Pertumbuhan Bukittinggi sepanjang Ngarai Sianok
Sumber : olah data pribadi

Pertumbuhan kota Bukittinggi berawal dari sebuah pasar yang terletak di bukit yang
disebut bukik kubangan kabau lokasinya terletak dekat janjang 40. Setelah Belanda datang
pertumbuhan kota meluas ke arah utara dan selatan dengan pola linear yang dipengaruhi oleh
topografi alamnya. Bisa dilihat pada gambar di bawah bahwa pertumbuhan bukittinggi lurus
dari utara ke selatan, pertumbuhannya mengikuti alur sungai dan bentuk dari ngarai sianok
yang didukung oleh keberadaan gunung marapi dan gunung singgalang.

51
Universitas Sumatera Utara

Gambar 24. Pesebaran Bangunan Sejarah di Kawasan Pusaka Bukittinggi
Sumber : olah data

Sumber : olah data

Kawasan Pasar Atas memiliki sejumlah pusaka kota yang tersusun atas unsur alam
(pusaka alam) dan bangunan-bangunan bersejarah peninggalan Belanda ( pusaka budaya).
Pusaka alam Bukittinggi terdiri dari Gunung Marapi, Gunung Singgalang dan Ngarai Sianok,
sedangkan pusaka budaya yang terdapat pada kawasan pasar atas adalah fort de kock, kebun
binatang, jam gadang, pasar atas, janjang ampek puluah, janjang gantuang, janjang sek,
janjang gudang, janjang pasanggrahan dan janjang minang. Seluruh unsur tersebut secara
otomatis membentuk pusaka saujana Bukittinggi yang dengan keunikan dan kelokalitasannya
menunjukan sebuah identitas bagi kota.

52
Universitas Sumatera Utara

knya identitas Bukittinggi dari kawasan pusaka
Gambar 25.. Proses terbentuknya

53
Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
a. Bukittinggi memiliki bentukan alam yang khas terdiri dari gunung marapi, gunung
singgalang, dan ngarai sianok.
b. Bukittinggi awalnya berkembang dari sebuah tarakan, dusun, koto, kemudian menjadi
nagari. Kumpulan lima nagari membentuk Bukittinggi menjadi sebuah kota.
c. Pertumbuhan Bukittinggi sejajar dengan ngarai sianok dan sungai yang didukung oleh
keberadan gunung marapi dan gunung singgalang.
d. Kawasan pusaka Bukittinggi terdiri dari komponen alam dengan topografi yang khas
dan bangunan-bangunan lama yang bersejarah yang dibangun pada zaman Belanda.
e. Pusaka alam dan pusaka budaya yang ada pada kawasan pusaka Bukittinggi secara
otomatis membentuk pusaka saujana yang kemudian menjadi identitas kota itu
sendiri.

55
Universitas Sumatera Utara