Peran Pemerintah Republik Indonesia Dalam Menanggapi Tuduhan Atas Pelanggaran Ham Di Papua Chapter III V

BAB III
TINDAKAN DIPLOMASI YANG DILAKUKAN PEMERINTAH
INDONESIA SERTA TUJUAN DAN FUNGSI DIPLOMASI

A.

Pengertian Diplomasi
Diplomasi dapat didefinisikan sebagai seni dan praktik negosiasi antara

wakil-wakil dari negara atau sekelompok negara.Kata diplomasi sendiri biasanya
langsung terkait dengan diplomasi internasional yang biasanya mengurus berbagai
hal seperti budaya, ekonomi dan perdagangan. 41 Dalam arti luas, pengertian
diplomasi adalah keseluruhan kegiatan untuk melaksanakan politikluar negeri
suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain. Diplomasi bisa bersifat
bilateral ataupun multilateral.Diplomasi bilateral adalah diplomasi yang dilakukan
antara dua negara, sedangkan diplomasi multilateral adalah diplomasi yang
dilakukan dengan banyak negara.
Diplomasi merupakan proses politik yang dimaksudkan untuk memelihara
kebijakan luar negeri suatu pemerintah dalam mempengaruhi kebijakan luar
negeri suatu pemerintah dalam mempengaruhi kebijakan dan sikap pemerintah
negara lainnya. Sebagai sebuah proses politik, diplomasi juga merupakan bagian

dari usaha saling mempengaruhi yang sifatnya sangat luas dan berbelit-belit dalam
kegiatan internasional yang dilakukan oleh pemerintah maupun organisasi
internasional untuk meningkatkan sasarannya melalui saluran diplomatik.
Menurut “Random House Dictionary” diplomasi diartikan sebagai Tindakan

41

https://id.wikipedia.org/wiki/Diplomasi

44

Universitas Sumatera Utara

Pejabat Pemerintah untuk mengadakan perundingan-perundingan dan hubungan
lainnya antara negara-negara; seni atau pengetahuan untuk melakukan
perundingan-perundingan tersebut; kepandaian untuk mengatur atau melakukan
perundingan, menghadapi orang-orang, dengan demikian ada sedikit atau tidak
adanya kebijakan yang bersifat dendam. 42
Dalam kamus besar bahasa indonesia diplomasi diartikan sebagai urusan
penyelengaraan perhubungan resmi antara satu negara dengan negara lain. Bisa

juga dairtikan sebagai urusan kepentingan sebuah negara dengan perantaraan
wakil-wakilnya di negara lain.The Oxford english Dictionary memberi konotasi
mengenai definisi diplomasi sebagai berikut: “manajemen hubungan internasional
melalui negosiasi, yang mana hubungan ini diselaraskan dan diatur oleh duta
besar dna para wakil; bisnis atau seni para diplomat. Menurt The Chamber’s
Twentieth Century Dictionary, diplomasi adalah “the art of negotiation, especially
of treaties between states; political skill”. Yang dalam BahasaS Indonesia berarti
“seni berunding, khususnya tentang perjanjian di antara negara-negara; keahlian
politik”.definisi diplomasi menurut The Oxford english Dictionarytersebut
menekankan pada kegiatan dari diplomasi, sedangkan definisi diplomasi menurut
The Chamber’s Twentieth Century Dictionary meletakkan penekanan pada seni
berundingnya.
Menurut Sumaryo Suryokusumo, Diplomasi adalah kegiatan politik dan
merupakan bagian dari kegiatan internasional yang saling berpengaruh dan
kompleks, dengan melibatkan pemerintah dan organisasi internasional untuk
mencapai tujuan-tujuannya, melalui perwakilan diplomatik atau organ-organ
42

https://linamuliarealty.wordpress.com/2013/01/06/diplomasi/ diakses pada tanggal 3
Juli 2017 pkl. 20.00


Universitas Sumatera Utara

lainnya. Diplomasi merupakan pengetahuan dan seni yang bersifat individual dan
sosial.Diplomasi berbicara tentang sejarah, sistem, dan filsafat politik,
kebudayaan kepentingan ekonomi, dan nilai-nilai etis dari anggota masyarakat
dunia. 43Diplomasi berusaha menciptakan kesesuaian dan mendamaikan
perbedaan-perbedaan dengan melakukan mediasi dan negosiasi antarnegara
dengan baik dan cerdik. 44agarberlangsungnya pola-pola kerjasama. Jadi
masalahnyaadalah bagaimana memelihara, mempertahankan, dan
meningkatkankerjasama yang berlangsung secaraadil dan saling
menguntungkan,bagaimana mencegah dan menghindari konflik, serta bagaimana
mengubahkondisi-kondisi persaingan (kompetisi) dan pertentangan (konflik)
menjadikerjasama. 45 Menurut Sir Ernest Satow doplomasi adalah penggunaan dari
kecerdasan dan kebijaksanaan untuk melakukan hubungan resmi antar pemerintah
negara-negara merdeka, terkadang juga dilakukan dalam hubungan negara-negara
pengikutnya atau secara singkat, pelaksanaan urusan tersebut dilakukan antara
negara-negara dengan cara damai.
Dengan kata lain diplomasi itu merupakan mesin atau alat dari politik luar
negeri sebuuah Negara. Pentingnya diplomasi ini sanga vital dalam

mengkomunikasikan sesama negara-negara dunia untuk menjaga perdamaian
dunia.Karena memang salah faktor pecahnya perang dikarenakan tidak adanya
komunikasi antar negara-negara yang bertikai seperti kasus perang dunia.Oleh

43

Syahmin Ak, 2008, Hukum Diplomatik dalam Kerangka Studi Analisis, PT.
Rajagrafindo Persada, Jakarta, hlm. 6
44

Ibid., hlm.7

45

T. May Rudy, 2003, Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-masalah
Global, P.T. Refika Aditama, Bandung, hlm. 2.

Universitas Sumatera Utara

sebab itu ziegler menyebut diplomasi sebagai the process of talking over

diffrences, clarrifying aims and exploring adjustment short of fighting is called
diplomacy. 46
Pada akhirnya yang terpenting adalah bagaimana caranya agar diplomasi
yang dicita-citakan itu dapat mencapai sasarannya yang jelas dengan sebaikbaiknya.Dalam hal ini, yang oleh Dahlan Nasution ada sembilan peraturan yang
perlu ditaati, yaitu sebagai berikut: 47
1. Diplomasi harus didasarkan kepada semangat berjuang yang tinggi;
2. Tujuan-tujuan politik luar negeri haruslah didasarkan kepada kepentingan
nasional dan perlu didukung oleh kekuatan yang memadai;
3. Diplomasi harus memandang pentas politikitu dari sudut pandang bangsabangsa lain;
4. Bangsa-bangsa harus bersedia melakukan kompromi terhadap setiap
issues yang dapat dianggap tidak vital bagi mereka;
5. Lepaskanlah bayangan dari hak-hak yang tidak berharga untuk
keperluankeuntungan yang nyata, yaitu dimaksudkan agar setiap cara
yangdilaksanakan itu mampu memberikan keuntungan yangrealistik;
6. Janganlah sekali-kali menempatkan dirimu dalam posisi dari mana
kamutidak dapat mundur tanpa kehilangan muka dan dari mana
kamutidak dapat maju tanpa resiko-resiko yang berat;

46


David W Ziegler,1984,third edition,War,Peace and International relations, Toronto:
Little Brown Company., Hal. 272
47
Syahmin AK, 1988, Hukum Diplomatik Suatu Pengantar, C.V. Armico, Bandung, hlm.
37-38.

Universitas Sumatera Utara

7. Janganlah sekali-kali membiarkan sekutu yang lemah membuat
keputusan-keputusan untuk kamu;
8. Angkatan bersenjata adalah instrumen dari politik luar negeri, bukan
tuannya;
9. Pemerintah merupakan pimpinan dari pendapat umum dan bukan
merupakan budaknya.
Jelaslah kiranya bahwa diplomasi merupakan sarana yang terbaik bagi
peningkatan persahabatan antar negara, yang dapat ditawarkan oleh suatu
masyarakat internasional.

B.


Tujuan dan Fungsi Diplomasi
Menurut tradisi diplomasi Timur, terutama dari India kuno yang dijelaskan

oleh Kautilya dengan buku yang berjudul “Arthasastra”, bahwa bagaimana
tindakan yang harus dilakukan di dalam kehidupan agar dapat meraih naya
(keuntungan).Pada dasarnya diplomasi dilakukan untuk melindungi kepentingan
nasional (The protection of state’s interest). Menurut Kautilya ada 4 tujuan
diplomasi yaitu:
1. Acquisition (perolehan)
Dalam hal ini, Kautilya menjelaskan tentang bagaimana memperoleh
hubungan yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Pada dasarnya kerajaan
belum memiliki hubungan dengan kerajaan lain. Dalam konsep
kenegaraan, tentunya setiap negara punya nation interest masing-masing
dan tentunya ingin dipenuhi. Untuk itu, suatu negara harus terlebih dahulu

Universitas Sumatera Utara

memperoleh hubungan dengan negara lain demi mewujudkan nation
interest-nya.
2. Preservation (Pemeliharaan)

Pada bagian ini, hubungan yang sebelumnya telah diperoleh harus
dipelihara.Upaya pemeliharaan hubungan tersebut tentunya memiliki
tujuan agar hubungan yang ada tetap baik-baik saja dan juga damai.
Dengan hubungan yang seperti itu tentunya national interest akan
memiliki peluang besar untuk terpenuhi.

3. Augmentation (Penambahan)
Menurut Kautilya tentang tujuan augmentation yaitu perlunya untuk
melakukan penambahan teman dalam berhubungan dengan pihak lain agar
posisi suatu negara menjadi kuat dan peluang untuk terpenuhinya
kepentingan nasional akan semangkin besar.
4. Proper Distribution (Pembagian Adil)
Dalam bagian ini, setelah berhubungan dengan negara-negara lain dan
telah kita pelihara menjadi semakin baik, tentu harus adil dalam
berinteraksi ataupun dalam proses komunikasi demi pemenuhan
kepentingan nasional masing-masing pihak.
Ratusan tahun yang lalu, Kautilya menyimpulkan tujuan utama diplomasi
yaitu untuk pengamanan kepentingan negara sendiri.Jadi tujuan diplomasi
menurut Kautilya yaitu untuk menjamin keuntungan maksimum negara sendiri
dan kepentingn utamanya nampaknya adalah pemeliharaan keamanan. Tujuan

vital lainnya dari diplomasi anatara lain: memajukan ekonomi; perdaganagan dan

Universitas Sumatera Utara

kepentingan komersil; perlindungan warganegara sendiri di negara lain;
mengembangkan

budaya

dan

ideologi;

meningkatkan

prestise

nasional;

memperoleh persahabatan dengan negara lain; dan sebagainya. Secara luas tujuan

ini bisa dibagi menjadi empat yaitu: 48
1. Tujuan politik
berkaitan dengan kebebasan politik dan integritas teritorialnya. Dalam
konteks Indonesia adalah mempertahankan kemerdekaan yang telah diperoleh
serta melindungi kedaulatan wilayah NKRI dari sabang sampau Merauke.
2. Tujuan Ekonomi
Tujuan ekonomi dari diplomasi berkaitan dengan pembangunan ekonomi
dalam lingkup nasional suatu negara.
3. Tujuan Kultur
Tujuan kultur dari diplomasi antara lain yaitu melestarisakn serta
memperkenalkan kebudayaan nasional pada dunia internasional
4. Tujuan Idiologi
Tujuan ideologi dari diplomasi yaitumempertahankan keyakinan dan
kepercyaan yang diyakini oleh sebuah bangsa. Dalam konteks indonesia adalah
pancasila.
Salah satu fungsi diplomasi adalah untuk mendamaikan beragamnya
kepentingan ini atau paling tidak membuatnya berkesusaian. Sebagai perwakilan
negara tugas seorang pejabat perwakilan adalah menciptakan good will atau
pengertian bersama. Diplomasi mempunyai ruang lingkup menyelesaikan
perbedaan-perbedaan dan menjamin kepentingan-kepentingan negara-negara


48

S.L, Roy, 1991, Diplomasi, Jakarta: Rajawali Press., Hal. 5-13

Universitas Sumatera Utara

melalui negoisasi yang sukses.Apabila diplomasi gagal, para diplomat
menyalahkan lawannya di muka masyarakat internasional.Pada hakikatnya
diplomasi yang sukses adalah kemampuan menempatkan penekanan yang benar
pada setiap keadaan tertentu pada satu atau lebih instrumen diplomasi termasuk
penggunaan kekuatan.Selain itu perwakilan diplomatik harus menunjukkan
penilaian yang tepat dalam situasi yang kompleks yang memerlukan penyelidikan
dan bahan-bahan informasi seperlunya, pengertian profesional tentang hukum,
kebiasaaan,

kondisi

setempat,

dan

lain

sebagainya.

Menyelenggarakan

administrasi dengan cara yang efisien. Aksioma “ when diplomacy stops, war
starts” adalah pernyataan yang tidak benar. Bergainning, yang dalam masa damai
disebut diplomasi, tidak berakhir ketika perang dimulai. Dalam hubungan ini
harus diingat bahwa kapan pun negoisasi damai dilakukan, power berdiri di
belakang, siap siaga, dan bilamana dibutuhkan dibawa ke front depan untuk
dijadikan sebagai ancaman. Ruang lingkupmya tetap valid meskipun selama
perang hanya carany yang berbeda. 49
Fungsi dan tugas kewajiban dari seorang pejabat diplomat dapat dibagi
dalam 4 fase yaitu,
1.

Perwakilan (Representation)

seorang diplomat merupakan wakil formal sekaligus simbolis negaranya
denegara lain/negara asing dia merupakan pejabat komunikasi yang normal antara
departemen luar negeri dari negara dimana dia ditempatkan.
2.

Negosiasi (Perundingan)

49

http://diplomasiiisip.blogspot.co.id/2016/09/diplomasi-esivinia-2014230104.html?m=1
diakses pada 3 Juli 2017 pkl.20.00

Universitas Sumatera Utara

dalam praktek, perundingan (negotiation) adalah sinonim dengan
diplomasi. Perundingan adalah usaha par excellence (yang utama) untuk mencapai
persetujuan dengan (jalan) kompromi dan kontak pribadi secara langsung.
3.

Pelaporan

Yaitu mengumpulkan informasi dan data yang benar yang berhubungan
dengan berbagai aspek negara lain merupakan faktor pokok bagi perumusan
politik luar negeri.
4.

Perlindungan

diplomat mempunyai tugas ganda perlindungan yaitu melindungi warga
negaranya di luar negeri.

C.

Konvensi Internasional Tentang Hubungan Diplomatik
Hukum internasional telah memberikan suatu pedoman pelaksanaan yang

berupa konvensi-konvensi internasional dalam pelaksanaan hubungan diplomatik.
Ketentuan-ketentuan dari konvensi ini kemudian menjadi dasar bagi negaranegara

dalam

melaksanakan

hubungannya

dengan

negara

lainnya

di

dunia.Awalnya pelaksanaan hubungan diplomatik antar negara didasarkan pada
prinsip kebiasaan yang dianut oleh praktik-praktik negara, prinsip kebiasaan
berkembang demikian pesatnya hingga hampir seluruh negara di dunia melakukan
hubungan internasionalnya berdasarkan pada prinsip tersebut.Dengan semakin
pesatnya pemakaian prinsip kebiasaan yang dianut oleh praktik- praktik negara
kemudian prinsip ini menjadi kebiasaan internasional yang merupakan suatu
kebiasaan

yang

diterima

umum

sebagai

hukum

oleh

masyarakat

internasional.Seiring dengan berkembangnya hubungan antar negara, maka

Universitas Sumatera Utara

dirasakan perlu untuk membuat suatu peraturan yang dapat mengakomodasi
semua kepentingan negara-negara tersebut hingga akhirnya Komisi Hukum
Internasional (International Law Comission) menyusun suatu rancangan konvensi
internasional yang merupakan suatu wujud dari kebiasaan-kebiasaan internasional
di bidang hukum diplomatik yang kemudian dikenal dengan Viena Convention on
Diplomatic Relation 1961 (Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik).
Konvensi Wina 1961 adalah sebagai pengakuan oleh semua negara-negara akan
adanya wakil-wakil diplomatik yang sudah ada sejak dahulu. 50
Konvensi Wina 1961 telah menandai tonggak sejarah yang sangat penting
karena masyarakat internasional dalam mengatur hubungan bernegara telah dapat
menyusun kodifikasi prinsip-prinsip hukum diplomatik, khususnya yang
menyangkut kekebalan dan keistimewaan diplomatik yang sangat mutlak
diperlukan bagi semua negara, khususnya para pihak agar di dalam melaksanakan
hubungan satu sama lain dapat melakukan fungsi dan tugas diplomatiknya dengan
baik dalam rangka memelihara perdamaian dan keamanan internasional serta
dalam meningkatkan hubungan bersahabat di antara semua negara. Konvensi
Wina 1961 membawa

pengaruh sangat besar dalam perkembangan hukum

diplomatik. Hampir semua negara yang mengadakan hubungan diplomatik
menggunakan

ketentuan

dalam

konvensi

ini

sebagai

landasan

hukum

pelaksanaannya. 51
Konferensi PBB tentangHubungan Diplomatik dan kekebalannya diadakan
di WinaPada tanggal 2 Maret sampai 14 April 1961.Konferensi inidihadiri oleh

50

https://www.academia.edu/5358180/MAKALAH_HUKUM_INTERNASIONAL_DIPL
OMDIP_HUKUM_INTERNASIONAL_Politik_Dan_keamanan_Internasional_OLEH_Kelompok
_3 diakses pada tanggal 3 Juli pkl. 21.00
51
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

delegasi dari 81 negara,75 diantaranya adalah anggota-anggotaPBB dan enam lagi
adalah delegasi dari badan-badan

yang

berhubungan denganMahkamah

Internasional. Konferensi mengambil suatu konvensi yang berjudul“Konvensi
Wina tentang Hubungan Diplomatik”, yang terdiri dari lima puluhartikel dan
menyangkut hampir semua aspek-aspek yang menyangkut hubungandiplomatik
permanen antara berbagai negara. 52
Ada dua optional protokol yangmenyertai konvensi tersebut, yaitu
optionalprotokol mengenai perolehankewarganegaraan dan optional protokol
mengenai penyelesaian memaksa atasperselisihan.Pasal 1-19 Konvensi Wina
1961menyangkut

pembentukan

misi-misidiplomatik,

hak

dan

cara-cara

pengangkatan serta penyerahan surat-suratkepercayaan dari kepala perwakilan
diplomatik (Duta Besar).Pasal 20-28khususmengenai kekebalan dan keistimewaan
bagi misi-misi diplomatik termasukpembebasan berbagai pajak.Pasal 29-36
adalah mengenai kekebalan dankeistimewaan yang diberikan kepada para
diplomat dan staf lain.Pasal 37-47juga menyangkut kekebalan dan keistimewaan
bagi para anggota keluarga paradiplomat dan staf pelayanan yang bekerja pada
mereka.Pasal 48-53berisiberbagai ketentuan mengenai penandatanganan Axesi,
ratifikasi dan mulaiberlakunya konvensi tersebut. 53 Final Actpada konferensi 19
itu ditandatangani pada tanggal 18 April 1961oleh perwakilan dari 75 negara.
Protokol Opsional dan Konvensi masih terbukauntuk ditandatangani sampai
tanggal 31 Oktober 1961 di Kementerian LuarNegeri Austria dan berikutnya
sampai 31 Maret di Markas Besar PBB. Konvensidan kedua Protokol

52

Edy Suryono, 1992, Perkembangan Hukum Diplomatik, Mandar Maju, Bandung, hlm.

37.
53

T. May Rudy, 2009, Hukum Internasional 2, P.T. Refika Aditama, Bandung, hlm. 67-68.

Universitas Sumatera Utara

Opsionaldiberlakukan tanggal 24 April 1964.Pada tanggal31 Desember 1979, 130
negara mengakui Konvensi Wina tentang HubunganDiplomatik. 54
Selain Konvensi Wina tahun 1961 yang mengatur mengenai hubungan
diplomatik,

terdapat

beberapa

Kodifikasi

dari

konvensi-konvensi

yang

berhubungan mengenai hukum diplomatik dan menjadi sumber hukum diplomatik
hingga saat ini, antara lain:
1.

The Final Act of the Congress of Vienna (1815) on Diplomatic Ranks;

2.

Vienna Convention on Diplomatic Relations and Optional Protocols (1961) ;

3.

Vienna Convention on Consular Relations and Optional Protocols (1963);

4.

Convention on Special Missions and Optional Protocol (1969);

5.

Convention on the Prevention and Punishment of Crimes against

Internationality Protected Persons, including Diplomatic Agents (1973);
6.

Vienna Convention on the Representation of States in their Relations with

International Organizations of a Universal Character (1975).

54

Edy Suryono, op.cit., hlm. 37

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PERAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DALAM
MENANGGAPI TUDUHAN ATAS PELANGGARAN HAM DI PAPUA

A.

Hal Yang Melatarbelakangi Terjadinya Tuduhan Terhadap Indonesia
Pada sidang Umum PBB ke-71 di New York, tujuh negara di Kepulauan

Pasifik yaitu Vanuatu, Salomon Island, Tonga, Nauru, Marshall Island, Tuvalu
dan Palau melakukan tuduhan terhadap Indonesia mengenai isu pelanggaran
HAM yang terjadi di Indonesia tepatnya di Papua dan Papua Barat.Hal tersebut
jelas merupakan sikap campur tangan atau intervensi terhadap Indonesia dimana
Indonesia adalah sebagai negara yang berdaulat.
Indonesia memprotes sikap ikut campur enam negara kepulauan Pasifik
tersebut soal tuduhan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM ) di Papua dan
Papua Barat yang disuarakan di forum PBB tersebut karena melakukan tuduhan
tersebut telah melanggar kedaulatan suatu negara dan pemerintah Indonesia
menganggap hal tersebut adalah suatu bentuk intervensi terhadap sistem hukum
nasional Indonesia dan melanggar prinsip kedaulatan negara dan prinsip nonintervensi dalam piagam PBB. 55 Namun salah satu dari enam negara tersebut
berdalih menyuarakan kondisi di Papua dan Papua Barat sebagai hak nya di forum
PBB.

55

Lihat pasal 2 (1) dan Pasal 2 (4) piagam PBB

Universitas Sumatera Utara

Dalam melakukan tuduhan terhadap Indonesia tentu terdapat hal-hal yang
melatarbelakangi Negara-negara di Kepulauan Pasifik tersebut antara lain terdapat
dua sisi pandang, yaitu
1.

Dari Sisi Pandang Negara-negara Kepulauan Pasifik Tersebut
Negara-negara di Kepulauan Pasifik tersebut terang-terangan mengusik

dan ikut campur urusan dalam negeri Indonesia dengan melakukan tuduhan
terhadap Indonesia, enam negara tersebut menyatakan bahwa Indonesia telah
melakukan pelanggaran HAM yang terjadi di Papua.
Dari sisi pandang enam negara di Kepulauan Pasifik tersebut, mereka
merasa perlu untuk menyuarakan kondisi di Papua terutama kondisi mengenai
HAM dan pelanggaran HAM yang terjadi di sana sebagai upaya untuk
menemukan solusi atas masalah yang sudah terjadi dalam lima puluh tahun
terakhir. Hal tersebut disampaikan oleh Salomon Island melalui utusan khususnya
di Papua Barat, Rex Horoi. Di hadapan Majelis Umum PBB, ia menyebutkan
lebih dari lima ratus ribu warga etnis Melanesia di Papua Barat telah tewas dalam
lima puluh tahun terakhir.
Utusan negara Salomon Island tersebut juga menyatakan bahwa telah
menerima laporan dari sumber yang terhormat termasuk sesama negara anggota
PBB dan para pemimpin masyarakat sipil yang menggambarkan kurangnya
perlindungan HAM warga etnis Melanesia di Papua Barat.
Salah satu dari enam Negara di Kepulauan Pasifik tersebut yaitu Marshall
Island melalui Presiden nya, Hilda Heine, mendesak Dewan HAM PBB untuk
melakukan penyelidikan yang kredibel atas pelanggaran HAM di Papua Barat.
Perdana Menteri Solomon Island, Manasye Sogavare dalam Forum PBB tersebut

Universitas Sumatera Utara

juga menyatakan bahwa banyak laporan tentang pelanggaran Hak Asasi Manusia
di Papua Barat yang menekankan penguatan hak untuk menentukan nasib sendiri,
yang menghasilkan pelanggaran HAM langsung oleh Indonesia dalam upaya
untuk meredakan segala bentuk oposisi. Berdasarkan pernyataan tersebut mereka
menyatakan bahwa Indonesia telah melakukan Pelanggaran HAM untuk
meredakan segala bentuk oposisi yang terjadi di Papua dan Papua Barat yang
ingin menentukan nasib sendiri atau merdeka dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia. 56
Berdasarkan hal-hal yang melatarbelakangi tersebut, negara-negara di
Kepulauan Pasifik tersebut merasa perlu untuk menyampaikan serta menyuarakan
kondisi HAM di Papua di forum PBB serta menyatakan keprihatinan mereka
tentang pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi di Papua.
2.

Dari Sisi Pandang Pemerintah Indonesia
Tuduhan yang dilakukan oleh negara-negara Kepulauan Pasifik terhadap

indonesia di Forum PBB membuat Pemerintah Indonesia bereaksi dan
menggunakan hak jawab nya di Forum PBB tersebut untuk menyatakan bahwa
negara-negara Kepulauan Pasifik tersebut telah mengganggu kedaulatan
Nasional Negara Republik Indonesia.
Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa negara-negara Kepulauan
Pasifik tersebut sengaja melakukan tuduhan terhadap Indonesia untuk
mendukung kelompok-kelompok separatis di Provinsi Papua dan Papua Barat
yang ingin memerdekakan diri dari Republik Indonesia.

56

https://internasional.sindonews.com diakses pada tanggal 27 April 2017 pkl. 19.00

Universitas Sumatera Utara

Pemerintah Indonesia juga menyatakan bahwa negara-negara Kepulauan
Pasifik tersebut telah secara konsisten terlibat dalam menghasut kekacauan
publik dan melakukan serangan teroris bersenjata. Jadi pemerintah indonesia
menyatakan bahwa negara-negara di Kepulauan Pasifik tersebut sengaja
melakukan tuduhan terhadap Indonesia di Forum PBB dilatarbelakangi karena
mereka mendukung oposisi di Provinsi Papua untuk memerdekakan diri dari
Negara Republik Indonesia.

B.

Peran Pemerintah Republik Indonesia Dalam Menanggapi Tuduhan
Atas Pelanggaran HAM di Papua
Indonesia sebagai negara yang berdaulat tentu tidak tinggal diam jika ada

negara lain yang mengusik kedaulatan negara Republik Indonesia dari segala
aspek kedaulatan negara. Termasuk enam negara Kepulauan Pasifik yang
melakukan tuduhan terhadap Indonesia terkait mengenai isu pelanggaran yang
terjadi di Papua. Enam negara tersebut secara terang-terangan mengeluarkan
pernyataan di forum PBB yang menuduh Indonesia telah melakukan pelanggaran
HAM di Papua dan mendesak PBB untuk segera bertindak melakukan investigasi
yang kredibel dan independen mengenai dugaan pelanggaran HAM di Papua. tak
hanya itu, para pemimpin negara Pasifik tersebut juga menyerukan Indonesia
untuk menghormati hak-hak dari penduduk asli Papua.
Pernyataan dari negara-negara Pasifik tersebut direspon oleh Indonesia
dengan melakukan sebuah tindakan diplomasi dalam bentuk hak jawab di forum
PBB tersebut, dalam hak jawab nya di forum PBB.Melalui Pejabat di Perwakilan
Tinggi Republik Indonesia di PBB, Nara Masista Rakhmatia Indonesia

Universitas Sumatera Utara

mengajukan hak jawabnya.Nara menyebut, pernyataan pemimpin negara-negara
Pasifik ini menunjukkan ketidakmengertian mereka terhadap sejarah,
perkembangan pembangunan, serta situasi terbaru di Papua dan Papua Barat.Ia
menyebutkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh negara-negara Pasifik tersebut
adalah tindakan yang tidak bersahabat dan sebuah manuver retorika politik. Ia
menambahkan, tindakan dari enam negara pasifik itu secara jelas telah merusak
tujuan piagam PBB serta tidak menghormati hukum internasional.
Dalam hak jawab tersebut, melaui Nara Masista Rakhmatia yang mewakili
Indonesia dalam menanggapi pernyataan negara-negara Pasifik tersebut
menyatakan bahwa Indonesia menolak dengan tegas tuduhan yang dibuat oleh
delegasi Vanuatu mengenai masalah Papua yang tidak mencerminkan situasi
nyata di lapangan. Kiprah Indonesia pada upaya promosi dan perlindungan Hak
Asasi Manusia tidak terbantahkan dan cerminan nyata.Indonesia telah dan terus
bekerjasama dengan berbagai Special Procedur and Mandate Holder Dewan
HAM PBB.Indonesia juga mengembangkan kolaborasi di tingkat bilateral,
regional dan multilateral termasuk dalam menguatkan mekanisme HAM Dewan
HAM, termasuk dalam rangka promosi dan perlindungan hak-hak dasar. Bahkan
pada tahun 2017 ini Indonesia telah mengundang dan akan menerima kunjungan
dari dua pelapor khusus ke Indonesia, dan pada bulan Mei 2017 Indonesia akan
menyampaikan Laporan UPR ketiga di Dewan HAM.
Indonesia juga menegaskan kembali bahwa sebagai negara demokratis
yang berdasarkan aturan konstitusi hukum, Pemerintah Indonesia siap dan
menempuh berbagai upaya untuk mengatasi tuduhan pelanggaran HAM, serta
mengambil tindakan pencegahan dan menegakkan keadilan.Dalam hal ini,

Universitas Sumatera Utara

pemerintah Indonesia memegang teguh komitmen untuk terus mempromosikan
pemenuhan hak-hak rakyatnya di Papua.Bertentangan dengan klaim yang dibuat
oleh negara-negara Pasifik tersebut, telah banyak kemajuan yang dicapai
Indonesia untuk mewujudkan tujuan tersebut di lapangan.Delegasi Indonesia
menyesalkan bahwa negara-negara Pasifik tersebut terutama Vanuatu dengan
sengaja terus menggunakan isu HAM untuk menjustifikasi dukungan mereka
terhadap gerakan separatis Papua.Dan menyatakan bahwa pernyataan yang
disampaikan oleh Pemerintah Vanuatu perlu dipertanyakan karena bertentangan
dengan prinsip-prinsip dasar PBB yang ditegaskan dalam piagam PBB maupun
kewajiban Vanuatu terhadap berbagai hukum internasional yang
relevan.Pemerintah Vanuatu seharusnya tidak mengalihkan fokus mereka pada
penanganan berbagai masalah HAM di negara mereka sendiri dengan
mempolitisasi isu Papua untuk kepentingan politik domestik mereka. Dalam hal
ini Pemerintah menyatakan siap untuk bekerja sama dengan Pemerintah dan
rakyat Vanuatu dalam upaya mereka untuk mengatasi berbagai berbagai
pelanggaran HAM rakyat Vanuatu, seperti kekerasan terhadap perempuan,
hukuman badan bagi anak di bawah umur, kondisi penjara yang memprihatinkan,
termasuk tindak penyiksaan terhadap narapidana, dan tantangan HAM lainnya
yang dihadapi Pemerintah dan rakyat Vanuatu.
Nara Masista Rakhmatia dalama kesempatan itu juga menyatakan
Indonesia menyayangkan sikap yang diambil enam negara Pasifik tersebut.Ia
menilai, ada tujuan tersembunyi yang dibawa oleh negara Pasifik tersebut dengan
melakukan tuduhan terhadap Indonesia dan mengangkat isu pelanggaran HAM di
Papua. Ia juga menyebutkan bahwa sudah banyak tindakan yang dilakukan

Universitas Sumatera Utara

Indonesia dalam menegakkan HAM dan ia menjelaskan bahwa Republik
Indonesia merupakan salah satu pendiri Dewan serta telah empat kali menjadi
anggota. Selain itu, terbentuknya Komisi HAM di OKI dan ASEAN merupakan
inisiasi dari Indonesia.Tidak berhenti di titik itu saja, Indonesia juga telah
meratifikasi delapan dari sembilan instrumen HAM. Sementara Salomon Island
hanya meratifikasi empat instrumen HAM dan Vanuatu hanya meratifikasi lima
instrumen HAM. 57
Dalam hak jawab tersebut juga Indonesia juga menanggapi tuduhan enam
negara Pasifik tersebut tersebut dengan berbalik mendorong negara-negara
tersebut terutama Vanuatu agar fokus untuk menyelesaikan tantangan situasi
HAM internalnya yang terjadi di negaranya.Mulai dari pelanggaran hak-hak
perempuan, hukuman badan pada anak-anak, situasi di penjara dan persoalan
korupsi yang menjadi budaya di Vanuatu.
Tidak hanya Indonesia, dengan pernyataan tersebut negara-negara
Kepulauan Pasifik tersebut juga mendapat tanggapan miring karena mayoritas
negara-negara anggota Dewan HAM dan negara-negara anggota PBB yang hadir
melayangkan pernyataan yang menginjak Vanuatu secara politis. Pada
kesempatan itu juga delegasi Venezuela selaku ketua Gerakan Non-Blok dengan
tegas menyatakan bahwa setiap negara memiliki kedaulatan untuk mengatasi
persoalan HAM yang dihadapi. Prinsip yang gerakan Non-Blok terus majukan
adalah dialaog dan kerja sama dalam pemajuan dan perlindungan HAM, dengan
tetap menghormati kedaulatan pembangunan dan integritas wilayah. Sejumlah
negara Afrika dalam rights of reply juga menyesalkan manuver politisasi HAM

57

www.liputan6.com diakses pada tanggal 21 mei 2017 pukul 16.00

Universitas Sumatera Utara

dan serangan terhadap kedaulatan dan keutuhan wilayah anggota PBB,
sebagaimana yang dilakukan oleh negara-negara Pasifik tersebut terhadap
Indonesia. 58

C.

Upaya pemerintah Dalam Penegakan HAM di Indonesia
Dalam lembaran sejarah Indonesia, perdebatan tentang Hak Asasi Manusia

(HAM) telah mencuat sejak proses pembentukan negara Indonesia sedang gencargencarnya diperjuangkan oleh founding fathers and mothers. Perdebatan ini
terekam jelas di dalam sidangsidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI)yang membahas draft konstitusi untuk negara Indonesia yang akan
dibentuk. Dalam forum sidang itu mengemuka berbagai pendapat mengenai
HAM.Perdebatan itu dikerucutkan ke dalam dua arus, yaitu yang mengusulkan
agar butir-butir HAM dimasukkan ke dalam konstitusi dan yang menolaknya.
Setelah reformasi tahun 1998, Indonesia mengalami kemajuan dalam
bidang penegakan HAM bagi seluruh warganya. Instrumen-instrumen HAM pun
didirikan sebagai upaya menujang komitmen penegakan HAM yang lebih
optimal. Namun seiring dengan kemajuan ini, tidak dapat dipungkiri pelanggaran
HAM kemudian juga sering terjadi.

58

www.papuanews.id diakses pada tanggal 17 mei 2017 pukul 13.00

Universitas Sumatera Utara

Penegakan hukum dan HAM harus dilakukan secara tegas, tidak
diskriminatif dan konsisten. Adapun Upaya Pemerintah untuk penegakan hukum
dan HAM di Indonesia antara lain meliputi hal-hal berikut: 59
1.

Membentuk Peraturan Perundang-undangan tentang HAM. Hal ini dapat
dibuktikan dengan telah dirumuskannya ketentuan tentang penghormatan
HAM Asasi Manusia dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dalam
alinea I sampai alinea IV. Selanjutnya dalam pasal-pasal UUD 1945
sebelum amandemen juga sudah dimuat tentang jaminan terhadap Hak-hak
Asasi Manusia yang tercantum dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34
UUD 1945.

2.

Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM)
sebagai gerakan nasional. Salah satu komitmen penting yang dimiliki
Indonesia dalam kerangka kebijakan HAM adalah Rencana Aksi Nasional
HAM Indonesia/Natioal Action Plan on Human Rights (RANHAM).
RANHAM Indonesia adalah jejaring HAM yang sangat potensial dan
signifikan dalam upaya menumbukembangkan budaya penghormatan dan
perlindungan terhadap HAM Indonesia. Sampai saat ini, RANHAM
Indonesia telah memasuki gelombang ketiga yang sudah dimulai sejak
gelombang pertama 1998-2003,60 gelombang kedua 2004-2009 61 dan
gelombang ketiga 2011-2014.

59

http://m.kompasiana.com/amp/alfiady/permasalahan-dan-penegakan-hak-asasi-manusiadi-indonesia diakses pada tanggal 18 mei 2017 pukul 14.00
60
Lihat Kepres No. 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional Hak-hak Asasi
Manusia Indonesia yang kemudian diperbaharui melalui Kepres No. 61 Tahun 2003 tentang
Perubahan Keputusan Presiden No.129 Tahun 1998 Tentang Rencana Aksi Nasional Hak-hak
Asasi Manusia Indonesia.
61
Berdasarkan Kepres No. 40 Tahun 2004 tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi
Manusia Indonesia Tahun 2004-2009.

Universitas Sumatera Utara

3.

Peningkatan efektifitas dan penguatan lembaga atau institusi hukum ataupun
lembaga yang fungsi dan tugasnya menegakkan Hak Asasi Manusia.

4.

Peningkatan koordinasi dan kerja sama yang menjamin efektifitas
penegakan hukum dan HAM.
Sebagai upaya perlindungan dan penegakan HAM, pemerintah juga telah

membentuk lembaga-lembaga Badan ataupun Komisi resmi yang menangani
masalah-masalah Hak Asasi Manusia dan menjaga agar tidak terjadi pelanggaranpelanggaran terhadap HAM serta dapat mengawasi tindakan-tindakan yang
berujung pada pelanggaran HAM seperti diskriminasi terhadap ras dan etnis.
Lembaga-lembaga yang telah ada di bentuk oleh Pemerintah Indonesia tersebut
antara lain:
1.

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)

Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat
dengan lembaga negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian,
penelitian, penyuluhan, pemantauan dan mediasi Hak Asasi Manusia. Tujuan dari
Komnas HAM yaitu:
a. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan Hak Asasi
Manusia sesuai dengan Pancasila, UUD 1945 dan Piagam PBB serta
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
b. Meningkatkan perlindugan dan penegakan Hak Asasi Manusia guna
berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan
kemampuan berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.
Pada awalnya, Komnas HAM didirikan dengan Keputusan Presiden
Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Sejak 1999

Universitas Sumatera Utara

keberadaan Komnas HAM didasarkan pada Undang-undang yakni UndangUndang Nomor 39 Tahun 1999 yang juga menetapkan keberadaan, tujuan, fungsi,
keanggotaan, asas, kelengkapan serta tugas dan wewenang Komnas
HAM.disamping kewenangan tersebut, menurut UU No. 39 Tahun 1999, Komnas
HAM juga berwenang melakukan penyelidikan terhadap pelanggaran Hak Asasi
Manusia yang berat dengan dikeluarkannya UU No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia. 62 Terdapat Instrumen-instrumen Nasional dan
Internasional yang mengacu pada fungsi, tugas dan wewenag Komnas HAM guna
mencapai tujuannya, yaitu:
I. Instrumen Nasional:
a. UUD 1945 beserta amandemennya;
b. Tap MPR No. XVII/MPR/1998;
c. UU No. 39 Tahun 1999;
d. UU No. 26 Tahun 2000;
e. UU No. 40 Tahun 2008;
f. Peraturan perundang-undangan nasional lainnya yang terkait.
II. Instrumen Internasional
a. Piagam PBB
b. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948
c. Instrumen internasional lain mengenai HAM yang telah disahkan dan
diterima oleh Indonesia
2.

62

Pengadilan HAM

www.komnasham.go.id diakses pada 20 Mei 2017 pukul 17.00

Universitas Sumatera Utara

Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di
lingkungan peradilan umum dan berkedudukan di daerah kabupaten atau kota.
Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM berat
yang meliputu kejahatan genosida dan kejahatan terhadap
kemanusiaan.pengadilan HAM diatur dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2000
tentang Pengadilan HAM.
3.

Komisi Nasional Perlindungan Anak dan Komisi Perlindungan Anak
Indonesia

Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) adalah organisasi di
Indonesia dengan tujuan memantau, memajukan dan melindungi hak anak serta
mencegah berbagai kemungkinan pelanggaran hak anak yang dilakukan oleh
Negara, perorangan atau lembaga. Komisi Nasional Perlindungan Anak ini
dibentuk sebagai bentuk perlindungan anak dari segala tindak kekerasan,
penelantaran, perlakuan salah, diskriminasi dan eksploitasi yang bersifat
independen dan memegang teguh prinsip non-diskriminasi, memberikan
kepentingan terbaik bagi anak serta menghormati pandangan anak. 63Komisi
Nasional Perlindungan Anak juga mendorong lahirnya Undang-undang RI Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) adalah lembaga indipenden
Indonesia yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang perlindungan Anak dalam rangka meningkatkat efektifitas
penyelenggaraan perlindungan anak. Keputusan Presiden Nomor 36/1990,

63

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Komisi_Nasional_perlindungan_Anakdiakses pada 20
Mei 2017 pukul 17.00

Universitas Sumatera Utara

77/2003 dan 95/M/2004 merupakan dasar hukum pembentukan lembaga ini. 64
Komisi Perlindungan Anak Indonesia bertugas:
a. Melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan perlindungan anak.
b. Mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan masyarakat,
melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi dan pengawasan
terhadap perlindungan anak.
c. Memberikan laporan, saran, masukan dan pertimbangan kepada
Presiden dalam rangka perlindungan anak.
4.

Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

Komisi ini dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 181 Tahun
1998.Dasar pertimbangan pembentukan Komisi Nasional ini adalah sebagai upaya
mencegah terjadinya dan menghapus segala bentuk kekerasan terhadap
perempuan. Komisi Nasional ini bersifat independen dan bertuuan:
a. Menyebarluaskan pemahaman tentang bentuk kekerasan terhadap
perempuan.
b. Mengembangkan kondisi yag kondusif bagi penghapusan bentuk
kekerasan terhadap perempuan.
c. Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk
kekerasan terhadap perempuan dan hak asasi perempuan
Dalam rangka mewujudkan tujuan di atas, Komisi Nasional ini memiliki
kegiatan sebagai berikut:

64

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

a. Penyebarluasan pemahaman, pencegahan, penanggulangan,
penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.
b. Pengkajian dan penelitian terhadap berbagai instrumen PBB mengenai
perlindungan Hak Asasi Manusia terhadap perempuan.
c. Pemantauan dan penelitian segala bentuk kekerasan terhadap
perempuan dan memberikan pendapat, saran dan pertimbanagan
kepada pemerintah.
d. Penyebarluasan hasil pemantauan dan penelitian atas terjadinya
kekerasan terhadap perempuan kepada masyarakat.
e. Pelaksanaan kerjaama regional dan internasional dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan.
5.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Bidang HAM

Masyarakat juga mendirikan lembaga HAM dalam bentuk LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan NGO (Non
Govermental Organization) yang berfokus pada upaya pengembangan kehidupan
yang demokratis dan pengembangan HAM. LSM seperti i ni sering disebut
sebagai LSM Prodemokrasi dan HAM. Yang termasuk dalam LSM ini antara lain:
YLBHI (yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia), Kontras (Komisi untuk
Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan), Elsam (Lembaga Studi dan
Advokasi Masyarakat), PBHI (Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi
Manusia). Dalam pelaksanaan perlindungan dan penegakan HAM , LSM tampak
merupakan mitra kerja Komnas HAM. Di berbagai daerah pun kini telah
berkembang pesat LSM dengan minat pada aspek HAM dan demokrasi maupun
aspek kehidupan yang lain.

Universitas Sumatera Utara

Pemajuan dan penegakan HAM di Indonesia memasuki tahapan status
penentu dan tahap penataan aturan secara konsisten saat Era Reformasi pada
periode 1998 sampai 2005. Pada tahap ini pemerintah menerima norma
internasional HAM, baik melalui ratifikasi maupun institusionalisasi nilai HAM.
Selanjutnya, pada tahun 2006 pemajuan dan penegakan HAM dilakukan dengan
cara melakukan reformasi kelembagaan HAM. Akan tetapi, proses pemajuan dan
penegakan HAM di Indonesia selama kurun waktu 2006 ini dinilai kurang
berhasil, reformasi kelembagaan HAM mengalami kemacetan instrumen HAM
yang ada justru lumpuh dan macet dalam menangani kasus-kasus pelanggaran
HAM berat. Sepanjang 2007, banyak kemajuan yang dicapai bangsa Indonesia
dalam kaitannya dengan upaya penegakan HAM, hal ini tampak pada
pembentukan berbagai instrumen HAM seperti Peraturan Presiden Nomor 13
Tahun 2007 tentang Susunan Catatan HAM. Selain itu, pada September 2007
pemilihan 11 anggota baru Komisi Nasional HAM dipilih melalui sebuah proses
panjang yang relatif lebih transparan dan mengutamakan kapasitas personal para
calon anggota. Pada tahun 2008, upaya pemajuan dan penegakan HAM dititik
beratkan pada kinerja aktor politik dan pemerintah serta lembaga-lembaga
negara.Kinerja seluruh pihak baik dari lembaga negara maupun Pemerintah sangat
menentukan perkembangan demokrasi dan Hak Asasi Manusia begitu juga pada
tahun 2009.Seperti itulah bentuk upaya penghormatan, pemajuan dan penegakan
HAM sebagai bentuk jaminan dan perlindungan HAM yang pernah dilakukan
oleh Pemerintah Indonesia. 65

65

http://www.edukasippkn.com/2015/09/upaya-pemerintah-indonesiadalam_22.html?m=1 diakses pada tanggal 21 Juni 2017 pukul 20.00

Universitas Sumatera Utara

Penegakan Hak Asasi Manusia bukan hanya tanggung jawab pemerintah,
akan tetapi juga menjadi tanggung jawab semua komponen masyarakat Indonesia
termasuk aparatur negara seperti POLRI dan TNI, lembaga-lembaga di bidang
HAM seperti yang dijelaskan di atas, termasuk aktivis HAM dan semua warga
negara Indonesia pada umumnya. Semua komponen masyarakat Indonesia sangat
diharapkan keterlibatannya dalam upaya kemajuan, penghormatan dan penegakan
HAM di Indonesia. 66

66

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan yang telah penulis
sampaikan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut :
1.

Bahwa HAM merupakan hak yang melekat dengan kuat di dalam diri
manusia. Keberadaanya diyakini sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan manusia meskipun kemunculan HAM adalah sebagai respon dan
reaksi atas berbagai tindakan yang mengancam kehidupan manusia, namun
sebagai hak maka HAM pada hakikatnya telah ada ketika manusia itu ada di
muka bumi. kondisi HAM di Papua telah menjadi sorotan di dunia
internasional yaitu mengenai isu-isu pelanggaran HAM yang tejadi di Papua.
Enam negara Kepulauan Pasifik melakukan tuduhan terhadap Indonesia
dalam forum PBB yang menyatakan bahwa Indonesia telah melakukan
pelanggaran HAM di Papua. Indonesia menolak tuduhan tersebut dan
melakukan kebijakan hukum melalui hak jawab di forum PBB tersebut dan
menyatakan

bahwa

tuduhan

tersebut

merupakan

tindakan

yang

mengintervensi kedaulatan Negara Republik Indonesia.
2.

Bahwa Hukum internasional telah memberikan suatu pedoman pelaksanaan
yang berupa konvensi-konvensi internasional dalam pelaksanaan hubungan
diplomatik, Komisi Hukum Internasional (International Law Comission)
menyusun suatu rancangan konvensi internasional yang merupakan suatu
wujud dari kebiasaan-kebiasaan internasional di bidang hukum diplomatik
yang kemudian dikenal dengan Viena Convention on Diplomatic Relation

71
Universitas Sumatera Utara

1961 (Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik). Diplomasi
adalah keseluruhan kegiatan untuk melaksanakan politik luar negeri suatu
negara dalam hubungannya dengan negara lain, diplomasi diartikan sebagai
Tindakan Pejabat Pemerintah untuk mengadakan perundingan-perundingan
dan hubungan lainnya antara negara-negara. Menurut Sumaryo Suryokusumo,
Diplomasi adalah kegiatan politik dan merupakan bagian dari kegiatan
internasional yang saling berpengaruh dan kompleks, dengan melibatkan
pemerintah dan organisasi internasional untuk mencapai tujuan-tujuannya,
melalui perwakilan diplomatik atau organ-organ lainnya.
3.

Indonesia menanggapi tuduhan dari negara-negara Pasifik yang mengangkat
isu pelanggaran HAM yang terjadi di Papua dalam forum PBB yang hal
tersebut sebagai sikap yang melanggar kedaulatan negara dengan turut
campurnya mereka dalam lingkup nasional Indonesia. Dalam hal tuduhan
yang dilakukan oleh beberapa negara Pasifik terhadap Indonesia, Indonesia
telah melakukan peran dalam menanggapi tuduhan atas pelanggaran HAM di
Papua dengan tindakan diplomasi melalui hak jawabnya pada forum PBB.
Dalam hak jawab tersebut Indonesia yang diwakili oleh diplomatnya yaitu
Pejabat di Perwakilan Tinggi Republik Indonesia di PBB, Indonesia
mengajukan hak jawabnya yang menyebutkan bahwa pernyataan pemimpin
negara-negara Pasifik ini menunjukkan ketidakmengertian mereka terhadap
sejarah, perkembangan pembangunan, serta situasi terbaru di Papua dan
Papua Barat. Indonesia juga menyebutkan bahwa tindakan yang dilakukan
oleh negara-negara Pasifik tersebut adalah tindakan yang tidak bersahabat dan
sebuah manuver retorika politik. Agar hal-hal tersebut tidak terjadi, maka

Universitas Sumatera Utara

Indonesia harus membenahi sistem hukum mengenai HAM di dalam negeri
agar tuduhan-tuduhan seperti demikian tidak terjadi lagi pada Indonesia.
Indonesia juga telah melakukan upaya dalam hal penegakan hukum dan
HAM di Indonesia seperti membentuk Peraturan Perundang-undangan
mengenai HAM serta membentuk Lembaga-lembaga ataupun Komisi-komisi
resmi yang menangani masalah-masalah HAM yang ada di Indonesia agar
meningkatkan perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

B.

Saran
Untuk meningkatkan perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia agar

tidak ada lagi tuduhan dari negara lain mengenai pelanggaran HAM yang terjadi
di Indonesia sehingga mengintervensi kedaulatan negara Republik Indonesia
dengan mengatasnamakan penegakan HAM, maka penulis akan mengajukan
beberapa saran yaitu:
1.

Bahwa Pemerintah Indonesia harus lebih memperhatikan keadaan HAM di
Indonesia terkhusus di wilayah Provinsi Papua dimana Kondisi HAM di
Papua telah menjadi sorotan dunia mengenai pelanggaran HAM yang terjadi
di wilayah tersebut terlebih saat negara-negara Kepulauan Pasifik tersebut
telah menyinggung masalah HAM di Papua dalam forum PBB agar tidak lagi
terjadi tuduhan-tuduhan terhadap Indonesia yang dinilai telah melanggar
HAM di wilayah Papua.

2.

Bahwa untuk meningkatkan keadaan HAM di Papua menjadi lebih baik agar
tidak ada lagi pihak yang melakukan tuduhan terhadap Indonesia yang
dianggap melakukan pelanggan HAM di Papua sehingga isu pelanggaran
HAM di Papua tidak lagi di bawa di forum internasional seperti forum PBB,
maka Pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan masalah HAM di Papua
yaitu masalah yang berada di lingkup nasional Indonesia yang sudah lama ada
harus menggunakan pendekatan persuasif dengan masyarakat Papua, yaitu
pendekatan melalui dialog antar pemerintah dengan masyarakat Papua
terkhusus dengan kelompok separatis yang ada di sana, bukan dengan
pendekatan militer seperti yang pernah dilakukan pemerintah, hal ini justru
membuat masyarakat Papua semakin berjarak dengan Pemerintah dan justru

Universitas Sumatera Utara

meningkatkan pelanggaran HAM karena menggunakan kekuatan militer
untuk “menghabisi” kelompok separatis yang ada di Papua. Pendekatan
persuasif tentu tidak bisa dilakukan hanya dengan sekali, melalui pendekatan
persuasif maka masyarakat Papua tidak merasa diasingkan oleh Pemerintah
tetapi justru sama-sama mencari solusi untuk memperbaiki keadaan HAM di
Papua, terlebih dengan kelompok separatis yang ada di Papua. Sehingga
masyarakat Papua tidak merasa ada pihak lain yang justru lebih peduli dengan
nasib mereka daripada pemerintah mereka sendiri, padahal pihak lain tersebut
hanya menggunakan Papua dengan mengintervensi kedaulatan Indonesia
untuk kepentingan mereka sendiri dengan mengatasnamakan HAM dan
pelanggarannya yang terjadi di Papua.

Universitas Sumatera Utara