Menanggapi Kasus kasus Pelanggaran HAM d (1)

Menanggapi Kasus-kasus Pelanggaran
HAM di Indonesia
Sunday, May 6th, 2012 - PKn
Menanggapi Kasus-kasus Pelanggaran HAM di Indonesia – Kasus–kasus pelanggaran
HAM di Indonesia sebagaimana telah dikemukakan di depan membawa berbagai akibat.
Akibat itu, misalnya menjadikan masyarakat dan bangsa Indonesia sangat menderita dan
mengancam integrasi nasional.
Bagaimana kita menanggapi kasus kasus pelanggaran HAM di Indonesia? Sebagai warga
negara yang baik harus ikut serta secara aktif (berpartisipasi) dalam memecahkan berbagai
masalah yang dihadapi bangsa dan negaranya, termasuk masalah pelanggaran HAM. Untuk
itu tanggapan yang dapat dikembangkan misalnya : bersikap tegas tidak membenarkan setiap
pelanggaran HAM. Alasannya:
1. dilihat dari segi moral merupakan perbuatan tidak baik yakni bertentangan dengan
nilai – nilai kemanusiaan;
2. di lihat dari segi hukum, bertentangan dengan prinsip hukum yang mewajibkan bagi
siapapun untuk menghormati dan mematuhi instrumen HAM;
3. dilihat dari segi politik membelenggu kemerdekaan bagi setiap orang untuk
melakukan kritik dan control terhadap pemerintahannya. Akibat dari kendala ini,
maka pemerintahan yang demokratis sulit untuk di wujudkan.
Disamping tanggapan kita terhadap pelanggaran HAM berupa sikap tersebut di atas, juga bisa
berupa perilaku aktif. Perilaku aktif yakni berupa ikut menyelesaikan masalah pelanggaran

HAM di Indonesia, sesuai dengan menipisnya rasa tanggungjawab ini melanda dalam
berbagai lapisan masyarakat, nasional maupun internasional untuk mengikuti “hati sendiri”,
enak sendiri, malah juga kaya sendiri, dan lain – lain. Akibatnya orang dengan begitu mudah
menyalahgunakan kekuasaannya, meremehkan tugas, dan tidak mau memperhatikan hak
orang lain.
kemampuan dan prosedur yang dibenarkan. Hal ini sesuai dengan amanat konstitusi kita
(dalam Pembukaan UUD 1945) bahwa kemerdekaan yang diproklamasikan adalah dalam
rangka mengembangkan kehidupan yang bebas. Juga sesuai dengan “Deklarasi Pembela
HAM” yang dideklarasikan oleh Majelis Umum PBB pada tangal 9 Desember 1998. Isi
deklarasi itu antara lain menyatakan “setiap orang mempunyai hak secara sendiri – sendiri
maupun bersama– sama untuk ikut serta dalam kegiatan menentang pelanggaran HAM”.
Dengan kata lain tanggapan terhadap pelanggaran HAM di Indonesiadapat diwujudkan dalam
berbagai bentuk, yakni :
1. Mengutuk, misalnya dalam bentuk tulisan yang dipublikasikan melalui majalah
sekolah, surat kabar, dikirim ke lembaga pemerintah atau pihak– pihak yang terkait
dengan pelanggaran HAM. Bisa juga kecaman/ kutukan itu dalam bentuk poster, dan
demonstrasi secara tertib.

2. Mendukung upaya lembaga yang berwenang untuk menindak secara tegas pelaku
pelanggaran HAM. Misalnya mendukung digelarnya peradilan HAM, mendukung

upaya penyelesaian melalui lembaga peradilan HAM internasional, apabila peradilan
HAM nasional mengalami jalan buntu.
3. Mendukung dan berpartisipasi dalam setiap upaya yang dilakukan pemerintah dan
masyarakat untuk memberikan bantuan kemanusiaan. Bantuan kemanusiaan itu bisa
berwujud makanan, pakaian, obat-obatan atau tenaga medis. Partisipasi juga bisa
berwujud usaha menggalang pengumpulan dan penyaluran berbagai bantuan
kemanusiaan.
4. Mendukung upaya terwujudnya jaminan restitusi, kompensasi, dan rehabilitasi bagi
para korban pelanggaran HAM. Restitusi merupakan ganti rugi yang dibebankan pada
para pelaku baik untuk korban atau keluarganya. Jika restitusi dianggap tidak
mencukupi, maka harus diberikan kompensasi, yaitu kewajiban negara untuk
memberikan ganti rugi pada korban atau keluarganya. Di samping restitusi dan
kompensasi, korban juga berhak mendapat rehabilitasi yang bisa bersifat psikologis,
medis, dan fisik. Rehabilitasi psikologis misalnya pembinaan kesehatan mental untuk
terbebas dari trauma, stres dan gangguan mental yang lain. Rehabilitasi medis, yaitu
berupa jaminan pelayanan kesehatan. Sedangkan rehabilitasi fisik bisa berupa
pembangunan kembali sarana dan prasarana, seperti perumahan, air minum, perbaikan
jalan, dan lain – lain.[Ai]
Read more: http://www.artikelind.com/2012/05/menanggapi-kasus-kasus-pelanggaran-hamdi-indonesia.html#ixzz4MjEPVCpz


KESEHATAN SEBAGAI HAK ASASI
MANUSIA
Ditulis oleh: Om Makplus -

HAM adalah hak yang melekat pada manusia karena kelahirannya sebagai manusia. Hak-hak
tersebut diperoleh bukan pemberian orang lain ataupun negara, tetapi karena kelahirannya
sebagai manusia. Dalam konteks religius hak-hak ini merupakan karunia Tuhan, dan hanya
Tuhanlah yang berhak mencabutnya.
Karena HAM merupakan hak yang diperoleh saat kelahirannya sebagai manusia, maka HAM
meliputi hak-hak yang apabila dicabut atau dikurangai akan mengakibatkan berkurang derajat
kemanusiaannya. Ukuran derajat kemanusiaan selalu berkembang sesuai dengan peradaban
masyarakatnya. Jelas bahwa hak dasar pertama adalah hak hidup yang membawa
konsekuensi adanya hak-hak lain seperi hak mendapatkan kehidupan dan pekerjaan yang
layak, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mendapatkan kewarganegaraan dan
hak mengeluarkan pendapat, berserikat dan berkumpul. Pada perkembangan selanjutnya,
derajat kemanusiaan juga ditentukan oleh tingkat pendidikan dan kesehatannya, sehingga
pendidikan dan kesehatan pun kemudian menjadi hak asasi manusia dengan segala perangkat
hak lain untuk mendapatkan pendidikan dan kesehatan.
Hak
Atas

Kesehatan
Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkin setiap
orang produktif secara ekonomis (Ps. 1 point (1) UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan). Karena itu kesehatan merupakan dasar dari diakuinya derajat kemanusiaan.
Tanpa kesehatan, seseorang menjadi tidak sederajat secara kondisional. Tanpa kesehatan,
seseorang tidak akan mampu memperoleh hak-haknya yang lain. Seseorang yang tidak sehat
dengan sendirinya akan berkurang haknya atas hidup, tidak bisa memperoleh dan menjalani
pekerjaan yang layak, tidak bisa menikmati haknya untuk berserikat dan berkumpul serta
mengeluarkan pendapat, dan tidak bisa memperoleh pendidikan demi masa depannya.
Singkatnya, seseorang tidak bisa menikmati sepenuhnya kehidupan sebagai manusia.
Pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia dan sebagai kondisi yang diperlukan untuk
terpenuhinya hak-hak lain telah diakui secara internasioal. Hak atas kesehatan meliputi hak
untuk mendapatkan kehidupan dan pekerjaan yang sehat, hak untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan, dan perhatian khusus terhadap kesehatan ibu dan anak. Pasal 25 Universal
Declaration of Human Rights (UDHR) menyatakan:
1. Setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang memadai untuk kesehatan dan
kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, sandang,

papan, dan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial yang diperlukan, serta hak atas
keamanan pada saat menganggur, sakit, cacat, ditinggalkan oleh pasangannya, lanjut

usia, atau keadaan-keadaan lain yang mengakibatkan merosotnya taraf kehidupan
yang terjadi diluar kekuasaannya.
2. Ibu dan anak berhak mendapatkan perhatian dan bantuan khusus. Semua anak, baik
yang dilahirkan di dalam maupun di luar perkawinan, harus menikmati perlindungan
sosial yang sama.
Jaminan hak atas kesehatan juga terdapat dalam Pasal 12 ayat (1) Konvensi Internasional
tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya yang ditetapkan oleh Majelis Umum PBB 2200 A
(XXI) tanggal 16 Desember 1966, yaitu bahwa negara peserta konvenan tersebut mengakui
hak setiap orang untuk menikmati standar tertinggi yang dapat dicapai dalam hal kesehatan
fisik dan mental. Perlindungan terhadap hak-hak Ibu dan anak juga mendapat perhatian
terutama dalam Konvensi Hak Anak. Instrumen internasional lain tentang hak atas kesehatan
juga terdapat pada Pasal 12 dan 14 Konvensi Internasional tentang Penghapusan Semua
Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, dan ayat 1 Deklarasi Universal tentang
Pemberantasan Kelaparan dan kekurangan Gizi.
Pada lingkup nasional, Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 9 UU Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa:
1. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf
kehidupannya.

2. Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera, lahir dan batin.
3. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Jaminan atas hak memperoleh derajat kesehatan yang optimal juga terdapat dalam pasal 4
UU
Nomor
23
Tahun
1992
tentang
kesehatan.
Kewajiban
Pemerintah
Landasan utama bahwa perlindungan HAM merupakan kewajiban pemerintah adalah prinsip
demokrasi bahwa sesungguhnya pemerintah diberi amanah kekuasaan adalah untuk
melindungi hak-hak warga negara. Terlebih lagi dengan konsep negara kesejahteraan
(welfare state) sebagai konsep negara modern telah memberikan kekuasaan lebih besar pada
pemerintah untuk bertindak. Kekuasaan ini semata-mata adalah untuk memajukan dan
mencapai pemenuhan hak asasi manusia. Pemerintah tidak lagi hanya menjaga agar
seseorang tidak melanggar atau dilanggar haknya, namun harus mengupayakan pemenuhan
hak-hak tersebut. Demikian pula dengan hak atas kesehatan, merupakan kewajiban

pemerintah
untuk
memenuhinya.
Kewajiban Pemerintah untuk memenuhi hak atas kesehatan sebagai hak asasi manusia
memiliki landasan yuridis internasional dalam Pasal 2 ayat (1) Konvensi Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya. Pasal 28 I ayat (4) UUD 1945 menyatakan bahwa perlindungan,
pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara,
terutama pemerintah. Kewajiban pemerintah ini juga ditegaskan dalam Pasal 8 UU HAM.
Dibidang kesehatan, Pasal 7 UU Kesehatan menyatakan bahwa pemerintah bertugas
menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Pasal 9 UU
Kesehatan menyatakan bahwa pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan derajat
kesehatan
masyarakat.
Upaya pemenuhan hak atas kesehatan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yang

meliputi pencegahan dan penyembuhan. Upaya pencegahan meliputi penciptaan kondisi yang
layak bagi kesehatan baik menjamin ketersediaan pangan dan pekerjaan, perumahan yang
baik, dan lingkungan yang sehat. Sedangkan upaya penyembuhan dilakukan dengan
penyediaan pelayanan kesehatan yang optimal. Pelayanan kesehatan meliputi aspek jaminan
sosial atas kesehatan, sarana kesehatan yang memadai, tenaga medis yang berkualitas, dan

pembiayaan pelayanan yang terjangkau oleh masyarakat. Pasal 12 Konvensi Hak Ekonomi,
Sosial, dan Budaya menguraikan langkah-langkah yang harus diambil untuk mencapai
terwujudnya standar tertinggi dalam mencapai kesehatan fisik dan mental adalah:
1. Ketentuan pengurangan tingkat kelahiran mati anak serta perkembangan anak yang
sehat;
2. Peningkatan semua aspek kesehatan lingkungan dan industri;
3. Pencegahan, perawatan dan pengendalian segala penyakit menular endemik, penyakit
yang berhubungan dengan pekerjaan dan penyakit lainnya;
4. Penciptaan kondisi-kondisi yang menjamin adanya semua pelayanan dan perhatian
medis ketika penyakit timbul.
UU tentang Kesehatan mengatur berbagai macam upaya yang menjadi tanggung jawab
pemerintah untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Secara umum, Pasal 10 UU
Kesehatan menyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitasi) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan.
Kondisi Kesehatan dan Tantangan Kedepan
Departemen Kesehatan sebagai pelaksana tanggung jawab pemerintah di bidang kesehatan
telah mencanangkan Indonesia Sehat 2010. Diharapkan kondisi kesehatan yang optimal dapat

dicapai pada tahun 2010. Saat ini, dari data Departemen Kesehatan, telah dicapai beberapa
peningkatan di bidang kesehatan. Pada tahun 2000, angka harapan hidup telah mencapai 66
tahun, dari 46 tahun pada tahun 1960an. Angka kelahiran dari 1000 bayi lahir hidup,menurun
menjadi 45 orang bayi akhirnya meninggal, dari tahun 1995 sebanyak 55 bayi yang akhirnya
meninggal
Untuk pelayanan kesehatan pada tahun 2000 hampir setiap kecamatan telah memiliki sebuah
puskesmas. Telah ditugaskan sekitar 20.000 dokter dan sekitar 5.000 dokter gigi sebagai
Pegawai Tidak Tetap (PTT). Jumlah bidan di desa mencapai 54.956 orang dan telah dibangun
20.000 Polindes dengan partisipasi masyarakat. Berbagai peningkatan lain juga telah dicapai
demi mewujudkan dan memenuhi ak masyarakat atas kesehatan sebagai bagian dari
pemenuhan hak asasi manusia.
Namun, disamping berbagai capaian kita juga dihadapkan dengan berbagai tantangan.
Tantangan utama adalah kondisi masyarakat Indonesia yang masih belum keluar dari
himpitan krisis sehingga sulit mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Kemiskinan
memang merupakan musuh utama kesehatan. Kondisi ini menyatu dengan trend kesehatan
sebagai industri yang seringkali melupakan aspek kesehatan sebagai pelayanan kemanusiaan.
Kesehatan menjadi barang yang mahal. Apalagi pengambil kebijakan ternyata juga belum
memiliki komitmen dengan tanggung jawabnya terhadap kesehatan. Hal ini dibuktikan

dengan minimnya pembiayaan yang dialokasikan untuk sektor kesehatan baik berupa

penyediaan sarana dan prasarana maupun jaminan sosial terhadap pelayanan kesehatan.
Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik, masyarakat saat ini harus mengeluarkan
biaya yang tinggi. Masyarakat berpenghasilan rendah seringkali tidak mendapatkan
pelayanan kesehatan yang baik. Beberapa peristiwa menunjukan bahwa orientasi rumah sakit
untuk mendapatkan keuntungan dapat mengalahkan kemanusiaan. Seorang pasien dalam
kondisi kritis pun terkadang harus melengkapai berbagai persyaratan dan birokrasi keuangan
sebelum mendapatkan pelayanan, dan bukan tidak mungkin saat itu pasien meninggal dunia.
Pelayanan kesehatan dapat disediakan oleh swasta dan pemerintah. Pelayanan oleh swasta
umumnya memiliki kualitas lebih baik, namun biayanya lebih tinggi dan kadang kala tidak
terjangkau. Sedangkan pelayanan yang disediakan oleh pemerintah biayanya lebih murah,
namun kualitasnya lebih buruk. Namun prinsip yang harus dipegang adalah bahwa kesehatan
harus tetap berorientasi pada pelayanan kemanusiaan dan pemerintah harus memenuhinya.
Di tengah situasi krisis dan serba kekurangan, pengambilan kebijakan memang selalu
menemui dilema. Namun apabila telah disadari bahwa kesehatan adalah landasan utama
pencapaian harkat kemanusiaan dan kelestarian generasi, maka seharusnya diikuti dengan
kebijakan dan langkah nyata untuk memenuhi hak atas kesehatan sebagai hak asasi manusia.
Wujud nyata komitmen pemerintah terhadap kesehatan sebagai hak asasi manusia adalah
dengan penyediaan anggaran yang memadai untuk pelayanan kesehatan. Seharusnya
pelayanan dasar kesehatan dapat diperoleh masyarakat tanpa biaya. Namun, kalau pemberian
pelayanan tersebut belum memungkinkan, harus dilakukan secara bertahap terutama dengan

meningkatkan kualitas sarana prasarana dan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat
umum. Kita berharap Indonesia Sehat 2010 bisa tercapai sebagai upaya pemenuhan kesehatan
sebagai hak asasi manusia.
Oleh: Salahuddin Wahid
Pustaka:
-----

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Hak asasi manusia (HAM) bukanlah hak yang berasal dari negara, akan tetapi fungsi
negara adalah mengakui, menghargai dan memberikan perlindungan terhadap hak tersebut,
berdasarkan hal ini perlu diketahui mengenai definisi atau pengertian HAM menurut negara
berdasarkan ketentuan undang-undang yang ada. Sebagai hak asasi yang dimiliki sejak lahir
maka HAM tentunya perlu diatur dalam pelaksanaannya oleh negara. Hal ini untuk
menghindari adanya pelanggaran HAM yang diakibatkan pelaksanaan HAM orang lain.
Untuk itu kita perlu mengetahui apakah yang menjadi batasan dalam pelaksanaan HAM.
(http://www.hartsant.blogspot.com).
Masalah HAM merupakan masalah yang kompleks setidak-tidaknya ada tiga masalah
utama yang harus dicermati dalam membahas masalah HAM, antara lain:
1.

HAM merupakan masalah yang sedang hangat dibicarakan karena topik

HAM merupakan salah satu di antara tiga masalah utama yang menjadi keprihatinan dunia.
Ketiga topik yang memprihatinkan itu antara lain: HAM, demokratisisasi dan pelestarian
lingkungan hidup.
2.

Isu HAM selalu diangkat oleh media massa setiap bulan Desember sebagai

peringatan diterimanya Piagam Hak Asasi Manusia oleh Sidang Umum PBB tanggal 10
Desember 1948.
3.

Masalah HAM secara khusus kadang dikaitkan dengan hubungan bilateral

antara negara donor dengan penerima bantuan. Hal ini sering dijadikan alasan untuk
penekanan secara ekonomis dan politis. (http://www.hartsant.blogspot.com).
HAM sarat dengan masalah tarik ulur antara paham universalisme (bersifat umum)
dan partikularisme (bersifat kultural). Ada tiga tartan diskusi tentang HAM, yaitu:
1.

Tartan filosofis, yang melihat HAM sebagai prinsip moral umum dan berlaku

universal karena menyangkut ciri kemanusiaan yang paling asasi.
2.

Tartan ideologis, yang melihat HAM dalam kaitannya dengan hak-hak

kewarganegaraan, sifatnya partikular, karena terkait dengan bangsa atau negara tertentu.

3.

Tartan kebijakan praktis, sifatnya sangat partikular karena memprihatikan

situasi dan kondisi yang sifatnya insidental. (http://www.hartsant.blogspot.com).

B.

Permasalahan
Meski pemerintah sering menyatakan pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin

semakin baik, namun kenyataan di masyarakat, khususnya warga miskin, masih kesulitan
mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis. Ironisnya, kartu Gakin (keluarga miskin)
terkadang tidak bisa lagi dijadikan jaminan bisa memuluskan terjaminnya kesehatan ke
rumah sakit.Kasus Ade Irma misalnya, setelah 2 tahun memperjuangkan haknya
mendapatkan pelayanan kesehatan, oleh Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo baru bisa
menerimanya. Walau keberhasilannya itu, harus dibayar mahal dengan nyawanya yang tidak
tertolong. Ade, satu diantara sekian banyak pemilik sah kartu keluarga miskin yang ditolak
keluhan kesehatannya oleh rumah sakit. (http://www.hartsant.blogspot.com).
Risma Alfian, bocah pasangan Suharsono (25) dan Siti Rohmah (24), sudah empat
belas bulan tergolek lemah di atas tempat tidurnya. Kepalanya yang terus membesar
membuat Risma tidak bisa bangun. Sejak umur satu bulan, Risma sudah divonis terkena
hydrocephalus (kelebihan cairan di otak manusia sehingga kepala penderita semakin
besar).Bidan tempatnya menerima imunisasi, meminta Risma segera menjalani operasi atas
kelainan kepalanya itu. Operasi tidak serta merta bisa dilakukan lantaran butuh biaya yang
begitu besar untuk mendanainya.Bahkan dengan memiliki kartu Gakin yang diperolehnya
dengan susah payah, juga tidak mampu bisa membawa Risma dalam perawatan medis. Risma
ditolak RSCM lantaran tidak indikasi untuk dirawat.(http://www.hartsant.blogspot.com).
Pemerintah pun telah memberikan anggaran besar bagi kesehatan masayarakat
termasuk warga warga miskin. Tahun 2004 saja dana yang dialokasikan Rp 65 miliar. Untuk
tahun 2005 dana yang dianggarkan naik hingga Rp 100 miliar. Bahkan anggaran kesehatan
nilainya bertambahditahun 2007 menjadi Rp 15 trilyun."Kemana saja dana untuk warga
miskin ini kalau kenyataannya warga miskin masih kesulitan mendapatkan pelayanan
kesehatan," kata Ketua Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) Dr
Marius Widjajarta saat dihubungi di Jakarta."Dari hasil penelitiannya 6 tahun lalu di Jakarta,
kartu Gakin yang seharusnya milik warga miskin malahan diperjual-belikan. dengan kisaran
harga Rp 150.000 hingga Rp 300.000," lanjutnya.Marius menambahkan, kendati survey itu

telah dilakukan 6 tahun lalu, namun kenyataan itu sekarang masih banyak warga miskin yang
sulit mendapatkan kartu Gakin. Contoh kasus baru, balita yang ditolak 6 rumah sakit di
Jakarta

hanya

karena

orangtuanya

tidak

punya

kartu

Gakin.

(http://www.hartsant.blogspot.com).
"Mereka ini sudah miskin harus disuruh membuat kartu Gakin. Membuat kartu Gakin
itu butuh proses dan itu berarti perlu modal uang. Sebaiknya kartu Gakin dibuat langsung
oleh Ketua RT setempat dimana dia sendiri yang tahu persis berapa banyak warga miskin di
wilayahnya dan siapa saja. Tidak adanya kartu Gakin akhirnya membuat banyak warga
miskin berobat dengan Surat Keterangan Tidak Mampu atau SKTM," katanya.LBH
Kesahatan menyebutkan adanya fakta penggelembungan jumlah penerima kartu Gakin yang
dilakukan oleh PT Askes. (http://www.hartsant.blogspot.com).
Atas perbedaan itu, siapa yang bisa menjamin warga miskin lainnya yang tidak
termasuk sebagai orang miskin untuk mendapatkan hak yang sama dalam pelayanan
kesehatan gratis? Begitu juga dengan jaminan pengelolaan dana Program Jaminan Kesehatan
Masyrakat Miskin oleh lembaga yang ditunjuk seperti PT Askes?Terlepas dari itu,
pemerintah mulai pertengahan tahun ini berencana akan merubah ketetapannya dalam
pengelolaan dana jaminan kesehatan bagi rakyat miskin. Berdasarkan ketentuan baru
tersebut, calon peserta tetap harus membuat kartu Gakin melalui proses permintaan surat
keterangan mulai dari RT hingga tingkat kelurahan. Pengajuanya tetap dilakukan ke dinas
kesehatan setempat. Sebelum sampai pada pemeriksaan di rumah sakit, pemilik kartu Gakin
harus

terlebih

dahulu

mendapatkan

rujukan

dari

pihak

puskesmas

setempat.

(http://www.hartsant.blogspot.com).
Ketentuan baru nantinya juga mengatur segala jenis keluhan penyakit yang di klaim
oleh peserta askes Gakin, berikut besaran biaya yang ditanggung dari jenis penyakit yang
diidap dan besaran biaya dari tindakan medisnya. Sayangnya, ketentuan ini rentan dalam
pelaksanaan dilapangan, jika ditemukan penyakit yang sesuai ketentuan dan memerlukan
tindakan

medis

diluar

ketetapan

(http://www.hartsant.blogspot.com).
C.

Rumusan Masalah

atau

tidak

perlu

adanya

tindakan

lanjutan.

1.

Pengertian HAM ?

2.

Bagaimana penanganan pemerintah akan mengatasi masalah Kesehatan, sebagai Hak dari
Masyarakat Miskin?

3.

Siapa yang menjadi penyebab dan siapa yang menjadi korban akan memperoleh HAM
dalam pelayanan Kesehatan?

4.

Apakah mereka yang miskin berhak memperoleh kesehatan, dan apa yang membuat mereka
kehilangan hak akan memperoleh pelayanan kesehatan ?

D.

Tujuan

1.

Agar dapat memahami konsep tentang hak asasi manusia secara utuh.

2.

Agar mengetahui penerapan hak asasi manusia di Indonesia.

3.

Agar dapat mengetahui sejauh mana pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di
Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
1.

HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia

sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun.
Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa
membeda-bedakan

status,

golongan,

keturunan,

jabatan,

dan

lain

sebagainya.

(http://www.hartsant.blogspot.com).
Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
Hak asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak
asasi manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran ham di Indonesia memang masih
banyak yang belum terselesaikan / tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia ham di
Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh ham di Indonesia adalah

Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia. (http://
www.hartsant.blogspot.com).
2.

Sejauh mana penanganan pemerintah akan mengatasi masalah kesehatan di

Indonesia. Pemerintah sering mengatakan pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin
semakin baik, namun kenyataan di masyarakat, masyarakat miskin masih kesulitan
mendapatkan pelanyanan kesehatansecara gratis. Ini sangat bertentangan dengan program
pemerintah akan penanggulangan kemiskinan dan pemberantasan penyakit masyarakat
miskin.Tidak hanya itu program pemerintah akan kartu gakin (keluarga miskin) tidak
terealisasi dengan baik. Sungguh mengecewakan, kartu gakin (keluarga miskin) tidak bisa
dijadikan jaminan, semua masyarakat miskinuntuk mendapatkan hak akan memperoleh
kesehatan. (http://www.hartsant.blogspot.com).
Bahkan banyak kasus yang mempersulit memperoleh kesehatan dengan kartu gakin
tersebut, padahal pemerintah telah memberikan dana anggaran yang besar untuk kesehatan
masyarakat miskin. Namun kemana saja dana untuk masyarakat miskin ini, kalau
kenyataannya masyarakat miskin masih kesulitan mendapatkan pelanyanan kesehatan yang
menjadi hak bagi semua masyarakat miskin, ini bukan karena ketidak mampuan pemerintah,
namun banyaknya tangan-tangan kotor yang menghabiskan anggaran untuk masyarakat
miskin. (http://www.hartsant.blogspot.com).
3.

Banyak kasus pelanggaran HAM yang saling berkaitan lantaran ulah orang-

orang yang tidak bertanggung jawab. Hal ini sangat merugikan masyarakat miskin lantaran
haknya telah direbut secara tidak langsung, oleh para koruptor negeri ini. Ironi sekali
anggaran pemerintah yang bermilyar-milyar tidak tersalurkan pada yang memerlukan. Dalam
hal ini sebagai contoh kasus Kasus Ade Irma misalnya, setelah 2 tahun memperjuangkan
haknya mendapatkan pelayanan kesehatan, oleh Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo baru
bisa menerimanya. Walau keberhasilannya itu, harus dibayar mahal dengan nyawanya yang
tidak tertolong. Ade, satu diantara sekian banyak pemilik sah kartu keluarga miskin yang
ditolak keluhan kesehatannya oleh rumah sakit. (http://www.hartsant.blogspot.com).
Risma Alfian, bocah pasangan Suharsono (25) dan Siti Rohmah (24), sudah empat
belas bulan tergolek lemah di atas tempat tidurnya. Kepalanya yang terus membesar
membuat Risma tidak bisa bangun. Sejak umur satu bulan, Risma sudah divonis terkena

hydrocephalus (kelebihan cairan di otak manusia sehingga kepala penderita semakin
besar).Bidan tempatnya menerima imunisasi, meminta Risma segera menjalani operasi atas
kelainan kepalanya itu. Operasi tidak serta merta bisa dilakukan lantaran butuh biaya yang
begitu besar untuk mendanainya.Bahkan dengan memiliki kartu Gakin yang diperolehnya
dengan susah payah, juga tidak mampu bisa membawa Risma dalam perawatan medis. Risma
ditolak RSCM lantaran tidak indikasi untuk dirawat. Contoh kasus baru, balita yang ditolak 6
rumah sakit di Jakarta hanya karena orang tuanya tidak punya kartu Gakin. Kasus-kasus ini
sebagai bukti bobroknya HAM di Indonesia, alasan RSCM tersebut tidak bisa diterima,
karena

ketidak

indikasinya

seorang

pasien

untuk

dirawat.

(http://www.hartsant.blogspot.com).
4.

Ketidak cakapan pemerintah di negeri ini dalam mengatasi masalah

pelangggaran HAM dalam system pelayanan kesehatan masyarakat miskin ini menjadikan
mereka yang miskin sulit memperoleh layanan kesehatan sesuai semestinya. Hal ini sangat
menjadi beban pada pemerintah dan juga pada masyarakat miskin. Diman program
pemerintah akan jaminan kesehatan masyarakat miskin dalam bentuk kartu gakin tidak
menjamin

mereka

mendapatkan

pelanyanan

kesehatan.

Banyak

penyimpangan-

penyimpangan yang membuat masyarakat miskin menjadi korban. Penyimpangan yang dapat
diliahat adalah kartu gakin yang seharusnya hanya untuk masyarakat miskin malah di perjualbelikan. Dengan harga Rp 150000-Rp300000, selain itu banyak masyarakat miskin yang sulit
mendapatkan kartu gakin, lantaran dalam pembuatan kartu gakin itu sendiri membutuhkan
proses yang panjang dan memerlukan biaya. (http://www.hartsant.blogspot.com).

BAB III
KESIMPULAN
1.

HAM merupakan Hak setiap orang (manusia), hak yang melekat pada diri

setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu
gugat siapa pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi
manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.
(http://www.hartsant.blogspot.com).

2.

Pemerintah sudah berusaha akan menjamin kesehatan masyarakat miskin di

Indonesia dengan meningkatkan anggaran untuk layanan kesehatan setiap tahunnya. Namun
ketidak mampuan pemerintah menyalurkan dana anggaran langsung kepada masyarakat
miskin telah dimanfaatkan para orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Setiap
pelanggaran HAM dihukum seberat-beratnya. (http://www.hartsant.blogspot.com).

3.

Banyak instansi yang tak memperdulikan masyarakat miskin lantaran tak

memiliki ekonomi yang cukup. Ini sebagai contoh bobroknya sistem kesehatan di Indonesia,
khusus mengenai rasa kemanusiaan yang lemah, mengakibatkan masyarakat miskin
menderita. Dan ketidak profesionalan bidang kesehatan menjadi momok yang tidak bisa
dipandang sebelah mata. Selain itu faktor penyalur anggaran yang tidak mampu
menyalurkannya dengan baik, membuat masyarakat miskin bertambah menderita.
(http://www.hartsant.blogspot.com).

4.

Banyaknya penyimpangan merupakan faktor utama yang menjadikan HAM

terabaikan, terutama hak masyarakat miskin. Yang pada awalnya masyarakat miskin
memperoleh jaminan kesehatan, menjadi tak memperolehnya lantaran haknya diperjualbelikan. Ketidak mampuan mereka telah dimanfaatkan orang lain. Dan program pemerintah
yang seharusnya mempermudah mereka dalam memperoleh kesehatan, malah mempersulit
mereka.

Dan

seakan-akan

pemerintah

tidak

memihak

pada

masyarakat

miskin.

(http://www.hartsant.blogspot.com).

SARAN
Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat miskin setidaknya pemerintah berperan
aktif dalam memberikan Hak untuk masyarakat miskin. Mengawasi langsung dalam
penyaluran dana anggaran kesehatan untuk masyarakat miskin. Dengan demikian dana yang
telah

dimasukan

dalam

anggaran

(http://www.hartsant.blogspot.com).

Negara

bisa

dimanfaatkan

dengan

baik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Combs, Philip H, dan Manzoor Ahmed, 1985, Memerangi Kemiskinan di Pedesaan Melalui
Pendidikan Non-Formal, Jakarta : CV. Rajawali.
2. http://www.indosiar.com/ragam/masyarakat-miskin-bakal-sulit-sehat
3.

Departemen Dalam Negeri, 2005, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah. Jakarta.

4. http:// www.hartsant.blogspot.com
5.

Davey, Kenneth, 1999, Keuangan Pemerintah Daerah Di Indonesia, Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.

6. Ahmad Kosasih, 2003, HAM dalam Perspektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah
7.

Dede Rasyada (et.al), 2005, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani,
Jakarta: Prenada Media.

8.

H. Djaali dkk, 2003, Hak Asasi Manusia, Suatu Tinjauan Teoritis dan Aplikasi, Jakarta:
Restu Agung.

Memperoleh Keadilan Dalam Pelayanan
Kesehatan Masih Ironis!
04 September 2014 06:23:14 Diperbarui: 18 Juni 2015 01:39:48 Dibaca : Komentar : Nilai :
Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki setiap orang sejak dalam kandungan. Menurut
KBBI , HAM adalah hak yang dilindungi secara internasional (yaitu deklarasi PBB
Declaration of Human Rights), seperti hak untuk hidup, hak kemerdekaan, hak untuk
memiliki, hak untuk mengeluarkan pendapat. Di Indonesia, HAM sangat dijunjung tinggi,
dan ditulis secara tegas di dalam UUD 1945 sebagai landasan hukum bagi bangsa Indonesia.

Dari sekian banyak pasal-pasal yang mengatur perlindungan, pemajuan, penegakkan, dan
pemenuhan Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945, Menurut saya HAM yang paling sering
dilanggar justru dilakukan oleh instansi yang bersentuhan dengan kesejahteraan masyarakat,
yaitu tentang hak memperoleh pelayanan kesehatan bagi setiap orang tanpa terkecuali, ialah
UUD1945 Pasal 28 H ayat 1 yang berbunyi: “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tingal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” Hal ini sungguh ironis, ketika masih banyak
terjadi perlakuan diskriminatif terhadap kaum miskin dalam pelayanan kesehatan.

Pemerintah yang sedang gencar-gencarnya menawarkan Kartu Jaminan Kesehatan bagi
warga tidak mampu, agar bisa memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Rumah SakitRumah Sakit diharuskan untuk segera melaksanakan kebijakan tersebut. Sebagai contoh
adanya Kartu Jakarta Sehat yang diberlakukan bagi warga Jakarta. Jika ada warga tidak
mampu yang sedang membutuhkan tindakan medis secara darurat, seharusnya pihak rumah
sakit segera menanganinya dengan tidak diskriminatif. Padahal dalam UU Kesehatan pada
pasal 32 ayat (1)disebutkan,Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik
pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan
nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.Sementara itu, pada pasal 32 ayat
(2) juga disebutkanDalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.

Tapi ironis, masih ingatkah kita dengan kasus yang dialami oleh seorang pasien pemegang
KJS yang meninggal dunia karena ditolak oleh sebuah RS berinisial P. Untuk mendapatkan
sebuah ruangan ICU saja pasien harus berjuang keras dan tanpa hasil. Apakah karena dia
seorang pemegang Kartu Jaminan Kesehatan? Tentu saja pihak rumah sakit menyangkal
tuduhan telah menelantarkan pasien hingga meninggal dunia. Masih banyak kita temui kasuskasus pelanggaran terjadi di beberapa rumah sakit di Indonesia. Dari hasil pemantauan yang
dilakukan oleh Koalisi Nasional Penyelamatan Kretek (KNPK) dari bulan Januari 2012 –
Februari 2013 tercatat 15 kasus pasien ditolak oleh rumah sakit, dengan alasan ketersediaan
alat medis, kepemilikan Kartu Jaminan Kesehatan yang tidak memenuhi syarat, dan alasan

yang tidak jelas. Apakah kita terus akan menutup mata dan hati, kiranya masalah ini harus
terus mendapatkan perhatian dari berbgai pihak yang berwenang.

Apa jadinya kalau masalah hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan secara adil saja
belum tercapai sepenuhnya. Bagaimana dengan HAM di bidang yang lain. HAM adalah
mutlak harus ditempatkan di tempat yang paling tinggi bagi semua bangsa dan negara. Karna
di dalam kehidupan di dunia ini menjunjung tinggi martabat manusia adalah hal yang sangat
hakiki. Negara dalam hal ini pemerintah bertanggung jawab penuh untuk memberikan
perlindungan, pemajuan, penegakkan dan pemenuhannya.

Negara yang bermartabat adalah negara yang berhasil dalam menegakkan HAM bangsanya.
Kita bisa melihat masih banyak negara-negara yang belum menempatkan HAM di atas
segalanya. Baik di bidang kesehatan, pendidikan, tempat tinggal dan sebagainya. Indonesia
salah satu negara yang masih terus berjuang untuk menjamin kesehatan rakyatnya salah
satunya di bidang kesehatan. Agar tercipta kesehatan yang baik sehingga kesejahteraan sosial
akan terpenuhi dan akhirnya akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

Masalahnya sekarang bagaimana agar program-program pelayanan kesehatan yang
diproduksi oleh pemerintah pusat maupun daerah dapat terlaksana dengan baik dan sinergis?
Tentu saja dibutuhkan kerjasama yang baik dari berbagai instansi yang terkait, baik dari
pemerintah yang membuat kebijaksanaan, instansi pelayanan kesehatan maupun dari
masyarakat yang perlu diberikan penyuluhan-penyuluhan tentang prosedur yang harus
dilakukan dengan benar. Selain itu perlindungan hukum juga harus diciptakan untuk
melindungi masyarakat yang mengalami kasus-kasus diskriminatif dalam memperoleh
pelayanan kesehatan.

Pihak penyedia pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit, Klinik dan PUSKESMAS harus
ditindak tegas bila melakukan pelanggaran-pelanggaran. Pemerintah yang dalam hal ini
Departemen Kesehatan dan Departemen Sosial harus melakukan pengawasan terus menerus
dalam menegakkan peraturan yang sudah ada. Pihak perlindungan hukum juga harus bersikap
proaktif dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar tidak takut untuk
melaporkan ke pihak yang berwajib jika mengalami tindakan diskriminatif. Tentu saja
dengan melalui prosedur yang benar. Dengan demikian masyarakat tidak mampu bisa
memperoleh pelayanan kesehatan secara adil dan layak.

Secercah Diskriminasi dalam Dunia Kesehatan
by Perwira Muda on November 19, 2013

“Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun
dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakukan diskrimiatif itu”. Pernyataan
tegas menentang diskriminasi tersebut tertuang dalam UUD NRI 1945 Pasal 28I ayat (2).
Ketentuan tersebut berlaku secara universal diberbagai bidang dalam yurisdiksi
NKRI. Dalam praktek dewasa ini sepertinya masih jauh api dari panggang, masih jauh
impian dengan kenyataannya. Ketika hak-hak sebagai warga negara masih sangat sedikit
yang menikmati, namun kewajibannya harus tetap dilaksanakan. Dilihat dari pasal
kelima seharusnya saat ini hak warga negara lebih diperhatikan, misalnya hak yang
paling mendasar yakni Hak Asasi Manusia.
Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan
yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga
negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia tanpa membedabedakan status, golongan, keturunan, agama, jabatan, dan lain sebagainya.
Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Hak
Asasi Manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi
manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran HAM di Indonesia memang masih
banyak yang belum terselesaikan/tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia HAM di
Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh HAM di Indonesia
adalah Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari
Indonesia.
Di Indonesia pelanggaran-pelanggaran terhadap HAM menyebabkan banyak rakyat
menderita. Contoh nyata akibat pelanggaran HAM tersebut antara lain adalah:
1. Kemiskinan
Indonesia adalah sebuah negara yang penuh paradoks. Negara yang tanahnya subur dan
kekayaan alamnya melimpah, namun sebagian besar rakyat tergolong miskin. Hal ini
sebenarnya didasari oleh rendahnya kualitas SDM karena latar belakang pendidikan yang
masih tergolong rendah dan kualitas moral para pemimpin yang tidak baik. Maksudnya
adalah ketidak merataan pembangunan dibeberapa daerah sehingga beberapa wilayah di
Indonesia
Memiliki nilai kemiskinan yang rendah sedangkan daerah lainnya memiliki angka
kemiskinan yang tinggi. Jadi ini adalah bukti tidak adilnya pemerintah terhadap kehidupan
sosial masyarakat Indonesia yang menyebabkan kemiskinan.
2. Ketimpangan dalam pendidikan
Banyak anak usia sekolah harus putus sekolah karena biaya, mereka harus bekerja dan
banyak yang menjadi anak jalanan. Walaupun sudah diberlakukannya beberapa program
untuk mengurangi biaya sekolah atau bahkan membebaskan biaya sekolah dengan BOS
(Biaya Operasional Sekolah) tapi kenyataannya pembagiannya masih belum merata
diseluruh wilayah

Indonesia dan masih banyak dipotong oleh pihak-pihak tertentu.
3. Ketimpangan dalam pelayanan kesehatan
Dalam KBBI, sehat adalah kondisi seluruh badan serta bagian-bagiannya yang bebas dari
sakit, waras, mendatangkan kebaikan pada badan, sembuh dari sakit, baik dan normal tentang
pikiran, boleh dipercaya atau masuk akal tentang pendapat, berjalan dengan baik atau
sebagaimana mestinya dalam keuangan, ekonomi serta bidang lainnya, dijalankan dengan
hati-hati dan baik. Sehat itu bisa disebutkan atas akal (waras dan tidak gila), afiat (sehat
walafiat), pikiran (sehat akal), dan walafiat (sehat dan kuat atau benar-benar sehat).
Sedangkan dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 1 angka 1 bahwa
“Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis”
Keadilan dalam kesehatan masih belum dirasakan oleh masyarakat miskin Indonesia.
Didalam hal ini maksudnya adalah belum dirasakan manfaat PJKMM (Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat Miskin) atau ASKESKIN (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin)
sehingga munculnya anggapan “orang miskin dilarang sakit” karena biaya berobat di
Indonesia bisa dikatakan cukup tinggi dan hanya untuk kalangan menengah ke atas.
Kondisi ini menunjukkan bahwa telah terjadi praktek komersialisasi dunia kesehatan di
Indonesia. Komersialisasi akan merugikan rakyat dan hanya akan menguntungkan para
pemilik modal. Pelayanan kesehatan yang ditawarkan oleh berbagai rumah sakit saat ini
hanya diukur dari bagaimana pihak rumah sakit dapat meraup keuntungan. Hal ini terbukti
dari data yang mengungkap, bahwa sejak tahun 1998 tingkat pertumbuhan pembangunan
rumah sakit swasta lebih tinggi ketimbang rumah sakit pemerintah, yaitu 2,91 persen
berbanding 1,25 persen per tahun. Penyediaan obat-obatan untuk pasien selalu berorientasi
maksimalisasi keuntungan perusahaan-perusahaan farmasi. Hal ini tentu saja akan
mengakibatkan orang miskin tidak akan memiliki akses kepada pelayanan kesehatan karena
tidak memiliki biaya untuk berobat.
Semua itu merupakan buah dari diterapkannya sistem neoliberal isme sejak bertahun-tahun
lalu di Indonesia dan dianut oleh pemerintahan Indonesia yang terdahulu maupun yang
sekarang. Sistem neoliberal isme ini bukan hanya dapat dirasakan dalam pelayanan
kesehatan, namun saat ini dapat dirasakan di berbagai bidang. Biaya pendidikan menjadi
sangat mahal sehingga menyebabkan rakyat pekerja yang tidak memiliki uang tidak akan
mampu untuk mendorong keluarganya mengenyam pendidikan. Begitu juga melambungnya
harga-harga kebutuhan pokok, BBM, transportasi, upah yang murah, dan lain-lain.
Liberalisasi Sektor Kesehatan Indonesia
Satu hal yang harus selalu diingat bahwa sistem neoliberal isme bukanlah sebuah produk
yang benar-benar baru, tetapi dia adalah sebuah proses revisi terhadap sistem ekonomi
sebelumnya tanpa menghilangkan kerja dasar dari sistem ekonomi sebelumnya yaitu sistem
ekonomi kapitalisme. Sistem ekonomi liberalnya Adam Smith, lalu sistem “penyelamat
kapitalisme awal” keynesian serta yang terbaru yaitu sistem ekonomi neoliberal adalah
sama-sama sebuah sistem yang menempatkan sistem produksi yang menempatkan adanya
kaum yang mempunyai modal dan kaum buruh yang hanya bekerja didalam proses produksi.

Sistem Kapitalisme-Neoliberal mulai berkembang sejak tahun 1970an yang merupakan
koreksi terhadap sistem keynesian yang telah berlaku sejak 1930an. Sistem kapitalismekeynesian dikritik oleh kaum penganut neoliberal karena terlalu banyaknya campur tangan
negara dalam proses pasar mengakibatkan pasar terdistorsi. Artinya adanya pihak ketiga yang
mencampuri proses transaksi, kebebasan individu adalah hal yang paling utama. Sistem ini
disebut Neo-liberal karena menginginkan suatu sistem ekonomi yang sama dengan
kapitalisme abad-19, dimana kebebasan individu berjalan sepenuhnya dan campur tangan
sesedikit dari negara dalam kehidupan ekonomi. Sebagai penentu utama dalam kehidupan
ekonomi adalah mekanisme pasar, bukan pemerintah. Mekanisme pasar akan diatur
berdasarkan pandangan individu, serta pengetahuan para individu akan dapat memecahkan
segala persoalan yang timbul dalam persoalan ekonomi, sehingga mekanisme pasar dapat
menjadi alat juga untuk memecahkan masalah sosial bagi kaum neoliberal is, pengetahuan
para individu untuk memecahkan persoalan masyarakat tidak perlu disalurkan melalui
lembaga-lembaga kemasyarakatan, yang sekali lagi berarti segala sesuatunya tergantung pada
individu bukan pada organisasi, yang berarti juga paham neoliberal ini tidak percaya
organisasi sebagai alat pemecahan persoalan individu.
Proses mendunianya paham ini dimulai dengan cepat setelah dekade 1980an dua pemimpin
negara kapitalis terkemuka di dunia menjadi penganutnya yaitu Margaret Thatcher di Inggris
dengan Thatcherism dan Ronald Reagan di Amerika Serikat dengan Reaganomicsnya. Pada
dekade inilah kebebasan individu dan kompetisi yang bebas diimplementasikan dan
disebarluaskan dalam sebuah sistem ekonomi. Persoalan kemiskinan individu tidak lagi
menjadi persoalan bagi negara karena hal tersebut menjadi sebuah yang lumrah dalam sebuah
kompetisi yaitu, pasti ada yang tidak mampu bertarung dalam kompetisi tersebut dan yang
tidak mampu itu lah yang menjadi miskin. Dampak penerapan neoliberal-isme ini terlihat
dengan meningkatnyanya angka kemiskinan baik di Inggris maupun Amerika, disisi lain
sistem ini meningkatkan pendapatan dan keuntungan bagi para pemegang modal. Misalnya di
Amerika selama dekade 1980an, 10% teratas meningkat pendapatannya 16%; 5% teratas
meningkat pendapatannya 23%; dan 1% teratas meningkat pendapatannya sebesar 50%. Hal
ini berkebalikan dengan 80% terbawah yang kehilangan pendapatan; terutama 10% terbawah
kehilangan pendapatan15%.
Ada beberapa hal yang menjadi prinsip dari tata sistem ekonomi neoliberal ini. Pertama,
menghapus segala peraturan pemerintah yang bisa membatasi perusahaan-perusahaan dalam
berinvestasi maupun berusaha. Adanya liberalisasi sebesar-besarnya atas perdagangan
internasional dan investasi. Tidak ada lagi kontrol harga sepenuhnya kebebasan total dari
gerak modal, barang, jasa dan konsumen.
Kedua, memotong pengeluaran negara pada sektor pelayanan sosial. Anggaran pada sektor
pelayanan sosial dianggap tindakan yang memboroskan anggaran dan dapat mengakibatkan
pasar terdistorsi, sehingga alokasi anggaran dalam sektor pelayanan sosial ini harus dikurangi
atau bahkan dihilangkan. Konkritnya, subsidi negara untuk BBM, dunia pendidikan,
kesehatan, pertanian dan anggaran untuk pengangguran dll, harus di kurangi atau ditiadakan
sama sekali.
Ketiga, kebijakan Deregulasi, mengurangi atau bahkan menghilangkan paraturan-peraturan
dari pemerintah yang bisa memberatkan pengusaha, liberalisasi seluruh kegiatan ekonomi
termasuk penghapusan segala jenis proteksi.

Keempat, Privatisasi asset. Menjual BUMN-BUMN di bidang barang dan jasa kepada
investor swasta. Termasuk bank-bank, industri strategis, jalan raya, jalan tol, listrik, sekolah,
rumah sakit, bahkan juga air minum. Alasan privatisasi ini adalah agar menghindarkan
distorsi pasar oleh BUMN-BUMN tersebut, dan BUMN dianggap bisa menghalangi
perkembangan modal privat.
Peran terpenting dalam mengglobalkan sistem neoliberal ini adalah melalui IMF, Bank
Dunia dan WTO. Serta pintu masuk kenegara dunia ketiga adalah melalui jebakan utang,
yaitu utang yang diberikan secara terus menerus tanpa ada pengawasan yang ketat terhadap
penggunaan dana utang tersebut yang mengakibatkan pemerintahan nasional negara dunia
teresbut menjadi kecanduan dan akhirnya tidak berdaya lagi menolak perubahan sistem
ekonomi nasionalnya dengan mekanisme SAP (structural Adjustment Program). Dengan SAP
inilah pemilik modal besar di Internasional mampu merubah sistem ekonomi yang sudah ada
menjadi sistem ekonomi yang sesuai dengan keinginan mereka dalam mengembangakan
investasi dan keuntungan. SAP ini dilakukan melalui langkah: (a) pembukaan keran impor
sebebas-bebasnya dan adanya aliran uang yang bebas; (b) Devaluasi; (c) Kebijakan moneter
dan fiskal dalam bentuk: pembatasan kredit, peningkatan suku bunga kredit, penghapusan
subsidi, peningkatan pajak, kenaikan harga kebutuhan publik.
Paket SAPs yang diusung oleh rezim neoliberal sejak awal tahun 1980-an, turut memberi
andil besar dalam proses pemiskinan dan ketidakberdayaan negara-negara berkembang untuk
memberikan pelayanan kesehatan bagi rakyatnya. Salah satu proposal dari ekonomi
neoliberal adalah meliberalisasi dan memprivatisasi seluruh aspek kehidupan masyarakat
dalam logika pasar bebas. Dalam hal ini ada dua proyek neoliberal yang secara langsung
berimbas pada pelayanan kesehatan di dunia berkembang, yaitu pemotongan subsidi
kesehatan oleh negara dan privatisasi pelayanan kesehatan kepada swasta. IMF dan BD
mengajukan pemotongan subsidi dan privatisasi dengan logika bahwa subsidi membebani
anggaran negara dan tidak sejalan dengan semangat kompetitif pasar bebas. Sebagai
solusinya, pelayanan kesehatan kepada publik harus diswastanisasi. Selain itu pelayanan
kesehatan menjadi bisnis dengan motivasi mendapatkan profit. Akibatnya, akses dan hak
rakyat miskin untuk mendapatkan fasilitas kesehatan yang layak, berkualitas dan murah
(bahkan gratis) dihilangkan. Bank Dunia telah merekomendasikan berbagai bentuk privatisasi
dalam sektor kesehatan, privatisasi perawatan kesehatan telah memotong akses kepada
berbagai pelayanan mendasar bagi rakyat miskin. Penerapan prinsip-prinsip pasar dalam
perawatan kesehatan telah mentransformasikan pelayanan kesehatan dari pelayananan publik
menjadi komoditi swasta. Akibatnya akan meniadakan akses bagi orang miskin yang tak
mampu membayar pelayanan swasta.
Kebijakan lain dari IMF dan Bank Dunia yang mematikan adalah politik utang luar negeri.
Misalnya saja Indonesia, akibat jeratan utang luar negeri ini, anggarannya harus dipangkas
besar-besaran. Anggaran negara, sebagian besar justru ditujukan untuk membayar cicilan dan
bunga utang luar negeri, ketimbang membiayai pelayananan publik kepada orang miskin.
Ambil contoh Uganda, yang menghabiskan 1.6 persen GDP untuk kesehatan dan 2.4 persen
untuk cicilan utang; Zimbabwe 3.4 persen dan 10.3 persen; Zambia 3.2 persen dan 9.8
persen.
Hubungan Perusahaan Farmasi, WTO dan HAKI
Perusahaan farmasi multinasional sangat sedikit perhatiannya pada pelayanan kesehatan
rakyat. Bukan karena ilmu pengetahuan tak dapat menjangkaunya, tapi karena jasa kesehatan

sudah di anggap menjadi komoditi pasar yang sangat menguntungkan. Perusahaan Farmasi
beralibi, mereka tak mendapatkan balik biaya atas investasi riset yang dilakukan. Tanggung
jawab perusahaan farmasi adalah kepada para pemegang saham yang tahunya dalam laporan
tahunan harus mendapatkan deviden bukan kepada proyek kemanusiaan. Dikantor pusat
berbagai perusahaan obat terkenal, poster humas memberikan gambaran bahwa perusahaan
menaruh perhatian pada kemanusiaan dan berkomitmen untuk merawat mereka yang sakit.
“Apa yang tidak mereka katakan adalah bahwa kemanusiaan mereka tergantung dari isi
kantong si pasien.”
Perusahaan farmasi juga mempunyai jaringan lobi yang kuat kepada pengambilan keputusan
politik di parlemen dan pemerintahan negara-negara kaya. Jalur lobi tersebut digunakan
untuk melindungi kepentingan mereka diseluruh dunia seperti hak paten yang ketat,
memonopoloi produk obat-obatan, memberikan harga yang tinggi bagi obat-obatan dan
pelayanan medis.
Demi kepentin

Dokumen yang terkait

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN DAN PENDAPATAN USAHATANI ANGGUR (Studi Kasus di Kecamatan Wonoasih Kotamadya Probolinggo)

52 472 17

ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH KOTA MALANG (Studi Kasus : Pengangkutan Sampah dari TPS Kec. Blimbing ke TPA Supiturang, Malang)

24 196 2

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147