MENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS ISI PUISI
1
JURNAL PENELITIAN
MENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS ISI PUISI
MELALUI MODEL TALKING STICK PADA SISWA
KELAS III SDN 11 TELAGA BIRU
KABUPATEN GORONTALO
Oleh
SISKA YUSUF MOKO
NIM. 151 093
(SDN 11 Telaga Biru Kabupaten Bone Bolango)
Abstrak
Rumusan masalah penelitian : Apakah Kemampuan Menulis Isi Puisi Dapat
Ditingkatkan Melalui Model Talking Stick Pada Siswa Kelas III SDN 11 Telaga
Biru Kabupaten Gorontalo?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk peningkatan
kemampuan menulis isi puisi pada siswa kelas III SDN 11 Telaga Biru Kabupaten
Gorontalo dengan menggunakan model talking stick.
Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tehnik
pengumpulan data observasi, tes dan dokumentasi yang terdiri dari 2 siklus.
Jumlah siswa 20 orang.
Berdasarkan hasil pada siklus I ada 9 orang atau 45% yang mampu menulis isi
puisi dan 11 orang atau 55 % yang belum mampu menulis isi puisi. Pada siklus II
siswa yang sudah mampu menulis isi puisi sebanyak 16 orang atau 80%
sedangkan yang belum mampu dalam menulis isi puisi sebanyak 4 orang atau
20%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model talking stick dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas III
SDN 11 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dalam menulis isi puisi.
Kata Kunci
: menulis, isi puisi, model talking stick.
Pembahasan
Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek kemampuan, yakni
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia di sekolah pun mengajarkan keempat aspek ini. Menulis merupakan
salah satu bagian keterampilan berbahasa. Tarigan (1982:3) mengemukakan
2
bahwa “Menulis merupakan suatu keterampilan bahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain”.
Menulis artinya mengorganisasikan kalimat menjadi suatu ide atau pendapat
tentang pengalaman yang ingin disampaikan kepada pembaca (yang diajak
berbahasa). Pada aspek ini kemampuan siswa ditentukan berdasarkan kegiatan
pembelajaran serta model pengajaran yang diberikan oleh guru di dalam kelas.
Hal tersebut dikarenakan, kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang
tiba-tiba dimiliki oleh siswa, melainkan kemampuan yang tercermin dari pola
pengajaran dan latihan yang dilakukan oleh siswa.
Di dalam pengajaran Bahasa Indonesia, siswa diperkenalkan pada
kemampuan menulis yaitu menulis isi puisi. Puisi merupakan gejala universal di
sepanjang sejarah peradaban manusia. Hampir tak ada satu bangsa pun di dunia
ini yang tidak tersentuh puisi, mulai dari bangsa primitif sampai bangsa yang
paling beradab. Bagi penyair puisi merupakan media untuk mengkomunikasikan
apa yang dirasakan, diamati dari lingkungan sekitarnya dan apa yang ia
khayalkan.
Kemampuan menulis isi puisi perlu dibelajarkan kepada siswa kelas III
Sekolah Dasar dengan harapan melalui kemampuan menulis isi puisi siswa dapat
aktif dalam pembelajaran, berkonsentrasi dalam belajar menulis, memahami
penjelasan guru, meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis, dan menambah
perbedaharaan kata, serta dengan kemampuan menulis isi puisi akan
menimbulkan kemampuan yang lain seperti menyimak, berbicara dan membaca,.
Berdasarkan observasi awal di lapangan, kenyataan yang dihadapi di kelas
III SDN 11 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo, masih sebagian besar siswa yang
belum mampu menulis isi puisi. Hal ini dapat dilihat dari 20 orang siswa hanya
30% yang memiliki kemampuan menulis isi puisi. Sedangkan 70% belum
memiliki kemampuan menulis isi puisi. Hal ini disebabkan karena Siswa kurang
aktif dalam pembelajaran karena metode yang digunakan belum sesuai, siswa sulit
untuk konsentrasi dalam belajar menulis, siswa kurang memahami unsur-unsur
puisi (tema, rima dan irama), rendahnya kemampuan siswa menentukan amanat
dalam puisi dan rendahnya perbedaharaan kata.
3
Penulis beranggapan agar siswa mampu menulis isi puisi dengan mudah
maka diperlukan model pembelajaran yang cocok serta mudah untuk ditiru. Salah
satu model pembelajaran yang dapat dipergunakan untuk mempermudah belajar
siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia terutama pada kemampuan menulis
isi puisi ialah melalui model talking stick. Penerapan model pembelajaran talking
stick diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis isi puisi, dan
memotivasi guru untuk melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis termotivasi untuk menetapkan
judul ”Meningkatkan Kemampuan Menulis Isi Puisi Melalui Model Talking Stick
Di Kelas III SDN 11 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo ”
Kajian Teori
Menulis merupakan salah satu dari komponen berbahasa yang mempunyai
peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan menulis seseorang dapat
mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dantujuannya.
Menulis dapat diartikan sebagai menempatkan simbol-simbol grafis yang
menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat
dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol
grafisnya. Dengan kata lain menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan
perasaan dengan tulisan (Suriamiharja, dkk., 1996: 1).
Pendapat berbeda dikemukakan oleh Tarigan (1986: 3), menurutnya
menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif, dalam kegiatan
menulis ini maka sang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur
bahasa, dan kosa kata. Tarigan (1986: 21) juga mengemukakan bahwa menulis
adalah
menurunkan
atau
melukiskan
lambing-lambang
grafik
yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain
dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa
dan gambaran grafik itu. Menurutnya, menulis merupakan suatu representasi
bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.
4
Sementara itu, Akhadiah, dkk. (1996:8) mengemukakan beberapa
pengertian menulis, yaitu: (1)menulis merupakan suatu bentuk komunikasi;
(2)menulis merupakan suatu proses pemikiran yang dimulai dengan pemikiran
tentang gagasan yang akan disampaikan; (3)menulis adalah bentuk komunikasi
yang berbeda dengan bercakap-cakap (dalam tulisan tidak terdapat intonasi
ekspresi wajah, gerakan fisik, serta situasi yang menyertai percakapan);
(4)menulis merupakan suatu ragam komunikasi yang perlu dilengkapi dengan
“alat-alat” penjelas serta aturan ejaan dan tanda baca; dan (5)menulis
merupakanbentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis kepada
khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak tempat dan waktu.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang diuraikan tersebut dapat disimpulkan
bahwa menulis merupakan sebuah proses berfikir yang menghasilkan kegiatan
menyusun dan mengorganisasikan ide, gagasan dan pengalaman dalam bentuk
bahasa tulis yang baik dan benar. Selain itu, menulis merupakan salah satu cara
berkomunikasi secara tertulis, di samping adanya komunikasi secara lisan
karenapada dasarnya tidak semua orang dapat mengungkapkan perasaan dan
maksud secara lisan saja.
Subhci (2003:7) mengemukakan manfaat menulis ada beberapa antara
lain: (1) memudahkan siswa untuk berfikir kreatif, (2) memudahkan untuk
merasakan dan menikmati hubungan kemanusiaan, (3) mempermudah daya
tangkap, (4) memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, (5) menyusun urutan
berbagai pengalaman.
Puisi merupakan bentuk ekspresi yang dominan dalam sastra, dominasi
itubukan hanya karena bentuk syairnya yang mudah dihafal, tapi juga
karenamemang penuh arti dan sangat digemari oleh mereka yang berfikir dalam.
Pentingnya latihan menulis puisi tidak hanya untuk mempertajam pengamatan
danmeningkatkan kemampuan bahasa, akan tetapi dengan latihan penulisan puisi,
siswa
diharapkan
dapat
memperoleh
minat
segar
yang
muncul
kedalamanpuisi itu sendiri (Rahmanto, 1988: 118).
Puisi terdiri dari dua unsur yang menjadi ciri umum puisi, yaitu:
dari
5
a. Unsur yang berkaitan dengan bentuk puisi terdiri dari unsur bunyi (rima
dan irama), diksi atau pilihan kata, dan tampilan cetak/tulisan (tipografi)
b. Unsur yang berkaitan dengan makna puisi terdiri dari unsur tema dan
unsure pesan tersurat atau pesan tersirat (Trianto, 2009: 100).
Adapun aspek-aspek yang dinilai dalam menulis isi puisi misalnya
menanyakan:
1) Tema/makna ; media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan
tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata,
baris, bait, maupun makna keseluruhan.
2) Rasa yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat
dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar
belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan,
agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia,
pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman
pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak
bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya
bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada
wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh
latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
3) Nada yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan
dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada
menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan
masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada
sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
4) Amanat atau tujuan penyair menciptakan puisi yang disajikan; walaupun
kadang-kadang tujuan tersebut tidak disadari, semua orang pasti
mempunyai tujuan dalam karyanya. Tujuan atau amanat ini bergantung
pada pekerjaan, cita-cita, pandangan hidup, dan keyakinan yang dianut
penyair
5) Unsur-unsur puisi, misalnya diksi, daya bayang (imagery), gaya bahasa;
6) Saduran (mengungkapkan dalam bentuk tulisan) puisi kedalam prosa;
6
7) Maksud puisi/sajak;
8) Letak nilai estetik sajak yang disajikan;
9) Mengartikan dan menarik kesimpulan isi puisi;
10) Menentukan dan mengartikan jenis pantun menurut bentuk dan isinya
Dari aspek-aspek penilaian yang dikemukakan tersebut, peneliti hanya
mengambil aspek penilaian yaitu pilihan kata(diksi) dan gaya bahasa (rima dan
irama).
Model pembelajaran Talking Stik adalah suatu model pembelajaran
kelompok dengan bantuan tongkat, kelompok yang memegang tongkat terlebih
dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi
pokoknya, selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus-menerus sampai semua
kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru. Dalam
penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stik ini, guru membagi
kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 orang yang
heterogen.
Kelompok
dibentuk
dengan
mempertimbangkan
keakraban,
persahabatan atau minat, yang dalam topik selanjutnya menyiapkan dan
mempersentasekan laporannya kepada seluruh kelas.
(http://jamaluddink1.blogspot.com/2011/07/model-pembelajaran-kooperatiftipe.html) (online diakses hari kamis, 14 maret 2013 pukul 11.19)
Adapun Langkah-langkah Model Pembelajaran Talking Stick adalah
sebagi berikut :
a. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
b. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,kemudian
memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari
materi pelajaran.
c. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
d. Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya,
guru mempersilahkan siswa untuk menutup isi bacaan.
e. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu siswa, setelah
itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat
7
tersebut harus menjawabnya, demikian sampai sebagian besar siswa
mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
f. Guru memberikan kesimpulan.
g. Guru memberikanevaluasi/penilaian.
h. Guru menutup pembelajaran.
Adapun kelebihan model pembelajaran Talking Stick adalah sebagai
berikut :
a. Menguji kesiapan siswa.
b. Melatih membaca dan memahami dengan cepat.
c. Agar lebih giat dalam belajar.
Sedangkan kekurangannya model pembelajaran Talking Stick adalah
sebagai berikut :
a. Membuat siswa senam jantung.
(http://jamaluddink1.blogspot.com/2011/07/model-pembelajaran-kooperatiftipe.html) (online diakses hari kamis, 14 maret 2013 pukul 11.19)
Disimpulkan bahwa pembelajaran model talking stick yaitu model
pembelajaran dengan bantuan tongkat. Siapa yang memegang tongkat tersebut
akan
menjawab
pertanyan
yang
diberikan
guru.
Penerapan
model
pembelajaran Talking Stick adalah menguji kesiapan siswa dan memahami dengan
cepat serta lebih giat dalam belajar. Model pembelajaran ini membuat anak didik
ceria, senang, dan melatih mental anak didik untuk siap pada kondisi dan siatuasi
apapun.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas jenis deskriptif
kualitatif.Dalam penelitian tindakan kelas ini diawal dengan perencanaan,
pelaksanaan tindakan, melakukan pemantauan, refleksi dan seterusnya sampai
perbaikan atau peningkatan yang di harapkan tercapai (kriteria keberhasilan).
Dalam penelitian ini kemampuan menulis isi puisi melalui model talking
stick pada siswa kelas III SDN 11 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dengan
pencapaian indikator yang dinilai mencakup kemampuan penggunaan pilihan kata
8
(diksi), kemampuan penggunaan gaya bahasa (rima, irama), dan kerjasama dalam
melaksanakan tugas kelompok.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Pada bagian ini peneliti menyajikan tentang hasil penelitian mengenai data
data yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK).
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Tahun 2012/3013, yaitu pada siswa
kelas III SDN 11 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo
Siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan sesuai rencana yang telah
disusun sebelumnya. Dari pelaksanaan siklus I, diperoleh data yaitu data hasil
pengamatan siswa, data hasil pengamatan aktivitas guru dalam pembelajaran,
hasil evaluasi siswa, serta dokumentasi pembelajaran.
Adapun hasil evaluasi siswa dalam proses pembelajaran menulis isi puisi
melalui model talking stick dapat di lihat pada tabel berikut ini:
Hasil Penilaian Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Siklus I
No
Aspek Yang Dinilai
1.
Penggunakan pilihan
kata(diksi)
2.
Penggunakan gaya bahasa
(rima, irama)
3.
Kerjasama dalam
mengerjakan tugas
kelompok
Jumlah
Mampu
Kurang Mampu
Tidak Mampu
Mampu
Kurang Mampu
Tidak Mampu
Mampu
Kurang Mampu
Tidak Mampu
4
12
4
5
11
4
4
10
6
Persentase
(%)
20
60
20
25
55
20
20
50
30
Dari data pada tabel di atas menunjukkan bahwa dalam penilaian untuk
aspek pertama yaitu kemampuan menggunakan pilihan kata(diksi) kategori
mampu ada 4 siswa atau 20%, kategori kurang mampu ada 12 siswa atau 60% dan
kategori tidak mampu ada 4 siswa atau 20%. Aspek kedua yaitu kemampuan
menggunakan gaya bahasa untuk kategori mampu ada 5 siswa atau 25%, kategori
kurang mampu ada 11 siswa atau 55% dan kategori tidak mampu ada 4 siswa
9
atau 20%. Aspek ketiga yaitu dan kerjasama dalam melaksanakan tugas kelompok
untuk kategori mampu ada 4 atau 20%, kategori kurang mampu ada 10 siswa atau
50% dan kategori tidak mampu ada 6 siswa atau 30%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa kelas III
SDN 11 Telaga Biru dalam menulis isi puisi melalui model talking stick masih
sangat rendah. Hal ini berdasarkan hasil penilaian pada siklus I bahwa dari 20
siswa yang sudah mampu menulis isi puisi ada 9 siswa atau 45% dengan nilai
rata-rata sebesar 58,89.
Dari hasil pengamatan tentang aktivitas siswa, diperoleh bahwa siswa
belum maksimal mengikuti proses pembelajaran, sebab masih banyak siswa yang
tidak memperhatikan penjelasan guru, kerja sama antar siswa dalam kelompok
masih kurang, sehingga hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam
menulis isi puisi.
Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I.
Dalam hal ini kekurangan pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II.
Pelaksanaannya sama seperti pada siklus I. Adapun hasil kemampuan siswa
menulis isi puisi melalui model talkinhg stick dapat di lihat pada tabel berikut ini:
Hasil Penilaian Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Siklus II
No
Aspek Yang Dinilai
1.
Penggunakan pilihan
kata(diksi)
2.
Penggunakan gaya bahasa
(rima, irama)
3.
Kerjasama dalam
mengerjakan tugas
kelompok
Jumlah
Mampu
Kurang Mampu
Tidak Mampu
Mampu
Kurang Mampu
Tidak Mampu
Mampu
Kurang Mampu
Tidak Mampu
12
6
2
12
6
2
10
8
2
Persentase
(%)
60
30
10
60
30
10
50
40
10
Dari data pada tabel di atas menunjukkan bahwa dalam penilaian untuk
aspek pertama yaitu kemampuan menggunakan pilihan kata(diksi) kategori
10
mampu ada 12 siswa atau 60%, kategori kurang mampu ada 6 siswa atau 30% dan
kategori tidak mampu ada 2 siswa atau 10%. Aspek kedua yaitu kemampuan
menggunakan gaya bahasa untuk kategori mampu
ada 12 siswa atau 60%,
kategori kurang mampu ada 6 siswa atau 30% dan kategori tidak mampu ada 2
siswa atau 10%. Aspek ketiga yaitu dan kerjasama dalam melaksanakan tugas
kelompok untuk kategori mampu ada 10 atau 50%, kategori kurang mampu ada 8
siswa atau 40% dan kategori tidak mampu ada 2 siswa atau 10%. Sementara itu,
nilai yang diperoleh yaitu
rata-rata 76,11 dengan jumlah siswa yang sudah
mampu menulis isi puisi sebesar 80% atau 16 orang siswa.
Berdasarkan data tersebut, maka pelaksanaan tindakan pada siklus II telah
mencapai indikator yang ditetapkan yaitu nilai 70 dengan ketuntasan secara
klasikal 80%. Dengan demikian pelaksanaan tindakan tidak perlu dilanjutkan ke
siklus berikutnya.
Simpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan tindakan kelas dari siklus I dan siklus
II di kelas III SDN 11 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dapat disimpulkan
bahwa :
Talking Stick merupakan salah satu model yang dapat diterapkan dalam
proses pembelajaran bahasa Indonesia, hal ini berdasarkan penelitian terbukti
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis isi puisi pada siswa kelas
III SDN 11 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan data hasil siklus I
siswa yang sudah mampu melengkapi percakapan sebanyak 9 orang atau 45% dari
20 orang siswa dengan nilai rata-rata 58,89. Hasil dari siklus II siswa yang sudah
mampu menulis isi puisi sebanyak 16 orang atau 80% dengan nilai rata-rata 76,11.
Hasil ini telah melampaui kriteria ketuntasan belajar yang mensyaratkan rata-rata
hasil tes minimal 70 dengan persentase ketuntasan ≥ 80%. Dengan demikian
maka penelitian tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Penggunaan model talking stick dapat memotivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran dan menumbuh kembangkan kerjasama antar siswa dalam
kelompok.
11
Daftar Pustaka
Akhadiah, S.dkk. (1996). Menulis.Jakarta : Depdikbud.
B.Rahmanto. (1988).Metode pengajaran sastra. Yogyakarta: Kanisius
http://jamaluddink1.blogspot.com/2011/07/model-pembelajaran-kooperatiftipe.html) (online diakses hari kamis, 14 maret 2013 pukul 11.19)
Keraf, Gorys. (2001). Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende
Flores: Nusa Indah
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. 2010. Penerbit Universitas Negeri Gorontalo
Sabarti Akhadiah, Dr.Prof ( 1988). Menulis. Jakarta : Depdikbud
Subchi. 2003. Meningkatkan Kemampuan Menulis Prosa Deskripsi. Semarang:
UNNES.
Sutari.(1997). Dasar-Dasar Kemampuan Menulis. Bandung.
Suriamiharja Agus,M.Pd.dkk ( 1996 / 1997 ). Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta :
Depdikbud
Tarigan.(1986). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung :
Angkasa.
Trianto, 2009. Mendesaian Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Kencana.
Pradopo, 2002. Pengkajian Puisi. Gadjah Mada University Pres
Waluyo, Herman J. (1987). Teori dan apresiasi puisi.Jakarta : Erlangga
JURNAL PENELITIAN
MENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS ISI PUISI
MELALUI MODEL TALKING STICK PADA SISWA
KELAS III SDN 11 TELAGA BIRU
KABUPATEN GORONTALO
Oleh
SISKA YUSUF MOKO
NIM. 151 093
(SDN 11 Telaga Biru Kabupaten Bone Bolango)
Abstrak
Rumusan masalah penelitian : Apakah Kemampuan Menulis Isi Puisi Dapat
Ditingkatkan Melalui Model Talking Stick Pada Siswa Kelas III SDN 11 Telaga
Biru Kabupaten Gorontalo?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk peningkatan
kemampuan menulis isi puisi pada siswa kelas III SDN 11 Telaga Biru Kabupaten
Gorontalo dengan menggunakan model talking stick.
Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tehnik
pengumpulan data observasi, tes dan dokumentasi yang terdiri dari 2 siklus.
Jumlah siswa 20 orang.
Berdasarkan hasil pada siklus I ada 9 orang atau 45% yang mampu menulis isi
puisi dan 11 orang atau 55 % yang belum mampu menulis isi puisi. Pada siklus II
siswa yang sudah mampu menulis isi puisi sebanyak 16 orang atau 80%
sedangkan yang belum mampu dalam menulis isi puisi sebanyak 4 orang atau
20%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model talking stick dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas III
SDN 11 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dalam menulis isi puisi.
Kata Kunci
: menulis, isi puisi, model talking stick.
Pembahasan
Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek kemampuan, yakni
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia di sekolah pun mengajarkan keempat aspek ini. Menulis merupakan
salah satu bagian keterampilan berbahasa. Tarigan (1982:3) mengemukakan
2
bahwa “Menulis merupakan suatu keterampilan bahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain”.
Menulis artinya mengorganisasikan kalimat menjadi suatu ide atau pendapat
tentang pengalaman yang ingin disampaikan kepada pembaca (yang diajak
berbahasa). Pada aspek ini kemampuan siswa ditentukan berdasarkan kegiatan
pembelajaran serta model pengajaran yang diberikan oleh guru di dalam kelas.
Hal tersebut dikarenakan, kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang
tiba-tiba dimiliki oleh siswa, melainkan kemampuan yang tercermin dari pola
pengajaran dan latihan yang dilakukan oleh siswa.
Di dalam pengajaran Bahasa Indonesia, siswa diperkenalkan pada
kemampuan menulis yaitu menulis isi puisi. Puisi merupakan gejala universal di
sepanjang sejarah peradaban manusia. Hampir tak ada satu bangsa pun di dunia
ini yang tidak tersentuh puisi, mulai dari bangsa primitif sampai bangsa yang
paling beradab. Bagi penyair puisi merupakan media untuk mengkomunikasikan
apa yang dirasakan, diamati dari lingkungan sekitarnya dan apa yang ia
khayalkan.
Kemampuan menulis isi puisi perlu dibelajarkan kepada siswa kelas III
Sekolah Dasar dengan harapan melalui kemampuan menulis isi puisi siswa dapat
aktif dalam pembelajaran, berkonsentrasi dalam belajar menulis, memahami
penjelasan guru, meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis, dan menambah
perbedaharaan kata, serta dengan kemampuan menulis isi puisi akan
menimbulkan kemampuan yang lain seperti menyimak, berbicara dan membaca,.
Berdasarkan observasi awal di lapangan, kenyataan yang dihadapi di kelas
III SDN 11 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo, masih sebagian besar siswa yang
belum mampu menulis isi puisi. Hal ini dapat dilihat dari 20 orang siswa hanya
30% yang memiliki kemampuan menulis isi puisi. Sedangkan 70% belum
memiliki kemampuan menulis isi puisi. Hal ini disebabkan karena Siswa kurang
aktif dalam pembelajaran karena metode yang digunakan belum sesuai, siswa sulit
untuk konsentrasi dalam belajar menulis, siswa kurang memahami unsur-unsur
puisi (tema, rima dan irama), rendahnya kemampuan siswa menentukan amanat
dalam puisi dan rendahnya perbedaharaan kata.
3
Penulis beranggapan agar siswa mampu menulis isi puisi dengan mudah
maka diperlukan model pembelajaran yang cocok serta mudah untuk ditiru. Salah
satu model pembelajaran yang dapat dipergunakan untuk mempermudah belajar
siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia terutama pada kemampuan menulis
isi puisi ialah melalui model talking stick. Penerapan model pembelajaran talking
stick diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis isi puisi, dan
memotivasi guru untuk melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis termotivasi untuk menetapkan
judul ”Meningkatkan Kemampuan Menulis Isi Puisi Melalui Model Talking Stick
Di Kelas III SDN 11 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo ”
Kajian Teori
Menulis merupakan salah satu dari komponen berbahasa yang mempunyai
peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan menulis seseorang dapat
mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dantujuannya.
Menulis dapat diartikan sebagai menempatkan simbol-simbol grafis yang
menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat
dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol
grafisnya. Dengan kata lain menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan
perasaan dengan tulisan (Suriamiharja, dkk., 1996: 1).
Pendapat berbeda dikemukakan oleh Tarigan (1986: 3), menurutnya
menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif, dalam kegiatan
menulis ini maka sang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur
bahasa, dan kosa kata. Tarigan (1986: 21) juga mengemukakan bahwa menulis
adalah
menurunkan
atau
melukiskan
lambing-lambang
grafik
yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain
dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa
dan gambaran grafik itu. Menurutnya, menulis merupakan suatu representasi
bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.
4
Sementara itu, Akhadiah, dkk. (1996:8) mengemukakan beberapa
pengertian menulis, yaitu: (1)menulis merupakan suatu bentuk komunikasi;
(2)menulis merupakan suatu proses pemikiran yang dimulai dengan pemikiran
tentang gagasan yang akan disampaikan; (3)menulis adalah bentuk komunikasi
yang berbeda dengan bercakap-cakap (dalam tulisan tidak terdapat intonasi
ekspresi wajah, gerakan fisik, serta situasi yang menyertai percakapan);
(4)menulis merupakan suatu ragam komunikasi yang perlu dilengkapi dengan
“alat-alat” penjelas serta aturan ejaan dan tanda baca; dan (5)menulis
merupakanbentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis kepada
khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak tempat dan waktu.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang diuraikan tersebut dapat disimpulkan
bahwa menulis merupakan sebuah proses berfikir yang menghasilkan kegiatan
menyusun dan mengorganisasikan ide, gagasan dan pengalaman dalam bentuk
bahasa tulis yang baik dan benar. Selain itu, menulis merupakan salah satu cara
berkomunikasi secara tertulis, di samping adanya komunikasi secara lisan
karenapada dasarnya tidak semua orang dapat mengungkapkan perasaan dan
maksud secara lisan saja.
Subhci (2003:7) mengemukakan manfaat menulis ada beberapa antara
lain: (1) memudahkan siswa untuk berfikir kreatif, (2) memudahkan untuk
merasakan dan menikmati hubungan kemanusiaan, (3) mempermudah daya
tangkap, (4) memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, (5) menyusun urutan
berbagai pengalaman.
Puisi merupakan bentuk ekspresi yang dominan dalam sastra, dominasi
itubukan hanya karena bentuk syairnya yang mudah dihafal, tapi juga
karenamemang penuh arti dan sangat digemari oleh mereka yang berfikir dalam.
Pentingnya latihan menulis puisi tidak hanya untuk mempertajam pengamatan
danmeningkatkan kemampuan bahasa, akan tetapi dengan latihan penulisan puisi,
siswa
diharapkan
dapat
memperoleh
minat
segar
yang
muncul
kedalamanpuisi itu sendiri (Rahmanto, 1988: 118).
Puisi terdiri dari dua unsur yang menjadi ciri umum puisi, yaitu:
dari
5
a. Unsur yang berkaitan dengan bentuk puisi terdiri dari unsur bunyi (rima
dan irama), diksi atau pilihan kata, dan tampilan cetak/tulisan (tipografi)
b. Unsur yang berkaitan dengan makna puisi terdiri dari unsur tema dan
unsure pesan tersurat atau pesan tersirat (Trianto, 2009: 100).
Adapun aspek-aspek yang dinilai dalam menulis isi puisi misalnya
menanyakan:
1) Tema/makna ; media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan
tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata,
baris, bait, maupun makna keseluruhan.
2) Rasa yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat
dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar
belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan,
agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia,
pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman
pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak
bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya
bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada
wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh
latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
3) Nada yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan
dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada
menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan
masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada
sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
4) Amanat atau tujuan penyair menciptakan puisi yang disajikan; walaupun
kadang-kadang tujuan tersebut tidak disadari, semua orang pasti
mempunyai tujuan dalam karyanya. Tujuan atau amanat ini bergantung
pada pekerjaan, cita-cita, pandangan hidup, dan keyakinan yang dianut
penyair
5) Unsur-unsur puisi, misalnya diksi, daya bayang (imagery), gaya bahasa;
6) Saduran (mengungkapkan dalam bentuk tulisan) puisi kedalam prosa;
6
7) Maksud puisi/sajak;
8) Letak nilai estetik sajak yang disajikan;
9) Mengartikan dan menarik kesimpulan isi puisi;
10) Menentukan dan mengartikan jenis pantun menurut bentuk dan isinya
Dari aspek-aspek penilaian yang dikemukakan tersebut, peneliti hanya
mengambil aspek penilaian yaitu pilihan kata(diksi) dan gaya bahasa (rima dan
irama).
Model pembelajaran Talking Stik adalah suatu model pembelajaran
kelompok dengan bantuan tongkat, kelompok yang memegang tongkat terlebih
dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi
pokoknya, selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus-menerus sampai semua
kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru. Dalam
penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stik ini, guru membagi
kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 orang yang
heterogen.
Kelompok
dibentuk
dengan
mempertimbangkan
keakraban,
persahabatan atau minat, yang dalam topik selanjutnya menyiapkan dan
mempersentasekan laporannya kepada seluruh kelas.
(http://jamaluddink1.blogspot.com/2011/07/model-pembelajaran-kooperatiftipe.html) (online diakses hari kamis, 14 maret 2013 pukul 11.19)
Adapun Langkah-langkah Model Pembelajaran Talking Stick adalah
sebagi berikut :
a. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
b. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,kemudian
memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari
materi pelajaran.
c. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
d. Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya,
guru mempersilahkan siswa untuk menutup isi bacaan.
e. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu siswa, setelah
itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat
7
tersebut harus menjawabnya, demikian sampai sebagian besar siswa
mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
f. Guru memberikan kesimpulan.
g. Guru memberikanevaluasi/penilaian.
h. Guru menutup pembelajaran.
Adapun kelebihan model pembelajaran Talking Stick adalah sebagai
berikut :
a. Menguji kesiapan siswa.
b. Melatih membaca dan memahami dengan cepat.
c. Agar lebih giat dalam belajar.
Sedangkan kekurangannya model pembelajaran Talking Stick adalah
sebagai berikut :
a. Membuat siswa senam jantung.
(http://jamaluddink1.blogspot.com/2011/07/model-pembelajaran-kooperatiftipe.html) (online diakses hari kamis, 14 maret 2013 pukul 11.19)
Disimpulkan bahwa pembelajaran model talking stick yaitu model
pembelajaran dengan bantuan tongkat. Siapa yang memegang tongkat tersebut
akan
menjawab
pertanyan
yang
diberikan
guru.
Penerapan
model
pembelajaran Talking Stick adalah menguji kesiapan siswa dan memahami dengan
cepat serta lebih giat dalam belajar. Model pembelajaran ini membuat anak didik
ceria, senang, dan melatih mental anak didik untuk siap pada kondisi dan siatuasi
apapun.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas jenis deskriptif
kualitatif.Dalam penelitian tindakan kelas ini diawal dengan perencanaan,
pelaksanaan tindakan, melakukan pemantauan, refleksi dan seterusnya sampai
perbaikan atau peningkatan yang di harapkan tercapai (kriteria keberhasilan).
Dalam penelitian ini kemampuan menulis isi puisi melalui model talking
stick pada siswa kelas III SDN 11 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dengan
pencapaian indikator yang dinilai mencakup kemampuan penggunaan pilihan kata
8
(diksi), kemampuan penggunaan gaya bahasa (rima, irama), dan kerjasama dalam
melaksanakan tugas kelompok.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Pada bagian ini peneliti menyajikan tentang hasil penelitian mengenai data
data yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK).
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Tahun 2012/3013, yaitu pada siswa
kelas III SDN 11 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo
Siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan sesuai rencana yang telah
disusun sebelumnya. Dari pelaksanaan siklus I, diperoleh data yaitu data hasil
pengamatan siswa, data hasil pengamatan aktivitas guru dalam pembelajaran,
hasil evaluasi siswa, serta dokumentasi pembelajaran.
Adapun hasil evaluasi siswa dalam proses pembelajaran menulis isi puisi
melalui model talking stick dapat di lihat pada tabel berikut ini:
Hasil Penilaian Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Siklus I
No
Aspek Yang Dinilai
1.
Penggunakan pilihan
kata(diksi)
2.
Penggunakan gaya bahasa
(rima, irama)
3.
Kerjasama dalam
mengerjakan tugas
kelompok
Jumlah
Mampu
Kurang Mampu
Tidak Mampu
Mampu
Kurang Mampu
Tidak Mampu
Mampu
Kurang Mampu
Tidak Mampu
4
12
4
5
11
4
4
10
6
Persentase
(%)
20
60
20
25
55
20
20
50
30
Dari data pada tabel di atas menunjukkan bahwa dalam penilaian untuk
aspek pertama yaitu kemampuan menggunakan pilihan kata(diksi) kategori
mampu ada 4 siswa atau 20%, kategori kurang mampu ada 12 siswa atau 60% dan
kategori tidak mampu ada 4 siswa atau 20%. Aspek kedua yaitu kemampuan
menggunakan gaya bahasa untuk kategori mampu ada 5 siswa atau 25%, kategori
kurang mampu ada 11 siswa atau 55% dan kategori tidak mampu ada 4 siswa
9
atau 20%. Aspek ketiga yaitu dan kerjasama dalam melaksanakan tugas kelompok
untuk kategori mampu ada 4 atau 20%, kategori kurang mampu ada 10 siswa atau
50% dan kategori tidak mampu ada 6 siswa atau 30%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa kelas III
SDN 11 Telaga Biru dalam menulis isi puisi melalui model talking stick masih
sangat rendah. Hal ini berdasarkan hasil penilaian pada siklus I bahwa dari 20
siswa yang sudah mampu menulis isi puisi ada 9 siswa atau 45% dengan nilai
rata-rata sebesar 58,89.
Dari hasil pengamatan tentang aktivitas siswa, diperoleh bahwa siswa
belum maksimal mengikuti proses pembelajaran, sebab masih banyak siswa yang
tidak memperhatikan penjelasan guru, kerja sama antar siswa dalam kelompok
masih kurang, sehingga hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam
menulis isi puisi.
Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I.
Dalam hal ini kekurangan pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II.
Pelaksanaannya sama seperti pada siklus I. Adapun hasil kemampuan siswa
menulis isi puisi melalui model talkinhg stick dapat di lihat pada tabel berikut ini:
Hasil Penilaian Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Siklus II
No
Aspek Yang Dinilai
1.
Penggunakan pilihan
kata(diksi)
2.
Penggunakan gaya bahasa
(rima, irama)
3.
Kerjasama dalam
mengerjakan tugas
kelompok
Jumlah
Mampu
Kurang Mampu
Tidak Mampu
Mampu
Kurang Mampu
Tidak Mampu
Mampu
Kurang Mampu
Tidak Mampu
12
6
2
12
6
2
10
8
2
Persentase
(%)
60
30
10
60
30
10
50
40
10
Dari data pada tabel di atas menunjukkan bahwa dalam penilaian untuk
aspek pertama yaitu kemampuan menggunakan pilihan kata(diksi) kategori
10
mampu ada 12 siswa atau 60%, kategori kurang mampu ada 6 siswa atau 30% dan
kategori tidak mampu ada 2 siswa atau 10%. Aspek kedua yaitu kemampuan
menggunakan gaya bahasa untuk kategori mampu
ada 12 siswa atau 60%,
kategori kurang mampu ada 6 siswa atau 30% dan kategori tidak mampu ada 2
siswa atau 10%. Aspek ketiga yaitu dan kerjasama dalam melaksanakan tugas
kelompok untuk kategori mampu ada 10 atau 50%, kategori kurang mampu ada 8
siswa atau 40% dan kategori tidak mampu ada 2 siswa atau 10%. Sementara itu,
nilai yang diperoleh yaitu
rata-rata 76,11 dengan jumlah siswa yang sudah
mampu menulis isi puisi sebesar 80% atau 16 orang siswa.
Berdasarkan data tersebut, maka pelaksanaan tindakan pada siklus II telah
mencapai indikator yang ditetapkan yaitu nilai 70 dengan ketuntasan secara
klasikal 80%. Dengan demikian pelaksanaan tindakan tidak perlu dilanjutkan ke
siklus berikutnya.
Simpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan tindakan kelas dari siklus I dan siklus
II di kelas III SDN 11 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dapat disimpulkan
bahwa :
Talking Stick merupakan salah satu model yang dapat diterapkan dalam
proses pembelajaran bahasa Indonesia, hal ini berdasarkan penelitian terbukti
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis isi puisi pada siswa kelas
III SDN 11 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan data hasil siklus I
siswa yang sudah mampu melengkapi percakapan sebanyak 9 orang atau 45% dari
20 orang siswa dengan nilai rata-rata 58,89. Hasil dari siklus II siswa yang sudah
mampu menulis isi puisi sebanyak 16 orang atau 80% dengan nilai rata-rata 76,11.
Hasil ini telah melampaui kriteria ketuntasan belajar yang mensyaratkan rata-rata
hasil tes minimal 70 dengan persentase ketuntasan ≥ 80%. Dengan demikian
maka penelitian tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Penggunaan model talking stick dapat memotivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran dan menumbuh kembangkan kerjasama antar siswa dalam
kelompok.
11
Daftar Pustaka
Akhadiah, S.dkk. (1996). Menulis.Jakarta : Depdikbud.
B.Rahmanto. (1988).Metode pengajaran sastra. Yogyakarta: Kanisius
http://jamaluddink1.blogspot.com/2011/07/model-pembelajaran-kooperatiftipe.html) (online diakses hari kamis, 14 maret 2013 pukul 11.19)
Keraf, Gorys. (2001). Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende
Flores: Nusa Indah
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. 2010. Penerbit Universitas Negeri Gorontalo
Sabarti Akhadiah, Dr.Prof ( 1988). Menulis. Jakarta : Depdikbud
Subchi. 2003. Meningkatkan Kemampuan Menulis Prosa Deskripsi. Semarang:
UNNES.
Sutari.(1997). Dasar-Dasar Kemampuan Menulis. Bandung.
Suriamiharja Agus,M.Pd.dkk ( 1996 / 1997 ). Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta :
Depdikbud
Tarigan.(1986). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung :
Angkasa.
Trianto, 2009. Mendesaian Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Kencana.
Pradopo, 2002. Pengkajian Puisi. Gadjah Mada University Pres
Waluyo, Herman J. (1987). Teori dan apresiasi puisi.Jakarta : Erlangga